Matan Al-Syathibiyah (Hirz Al-Amani Wa Wajh Al-Tihani Fi Al-Qira'at Al-Sab'i)
al
-
Upload
tansriernawati -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of al
PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP PERUBAHAN SKALA NYERI PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH TIDAK SPESIFIK DI RUMAH
SEHAT AFIAT TAHUN 2012
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH : PRADIPTA SUARSYAF
NIM : 109103000026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1433 H/2012 M
v
KATA PENGANTAR
ÉO ó¡Î0«! $#Ç`» uH ÷q§ç9 $# ÉOä Ïm §ç9 $#
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat sehingga penelitian ini dapat Saya selesaikan. Tiada kata yang pantas terucap selain selalu bershalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Keberadaannya membuat hati pengikutnya tenang walau belum pernah bertemu dengannya. Bekam yang merupakan terapi kesehatan yang dianjurkan oleh beliau menjadi bukti akan kebenaran perkataannya.
Alhamdulillah atas kehendak dan karunia Allah SWT, Saya akhirnya dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul "Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Pasien dengan Nyeri Punggung Bawah Tidak Spesifik di Rumah Sehat Afiat Tahun 2012". Dalam prosesnya Saya menemui banyak kendala, namun kendala itu seakan sirna ketika membayangkan penelitian ini bisa meyakinkan masyarakat akan mukjizat terapi bekam seperti apa yang dijanjikan dalam hadist Nabi Muhammad. Cita-cita Saya ketika memutuskan meneliti bekam adalah kembali mengangkat kejayaan kedokteran Islam.
Saya meyakini bahwa penelitian ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari banyak kalangan. Maka dengan ini Saya sampaikan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr(HC). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu menjadi inspirator bagi Saya dan juga keluarga besar Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah.
2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter dan juga sebagai dosen pembimbing penelitian yang telah banyak memberikan motivasi dan masukannya terhadap penelitian ini.
3. dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed selaku dosen pembimbing yang telah meyakinkan Saya untuk mengambil tema bekam karena masih sedikit yang menelitinya dan juga atas bimbingan, dukungan, saran, serta masukannya sehingga penelitian bekam ini terselesaikan.
4. dr. Mohammad Ali Toha Assegaf, MARS (Penasihat Asosiasi Bekam Indonesia, Pengkaji Kedokteran Nabi, Direktur Keuangan RSCM) selaku pemilik Rumah Sehat Afiat yang telah memberikan dukungan atas penelitian ini, motivasi agar penelitian ini kelak bisa bermanfaat bagi umat Islam, dan juga atas izinnya untuk melakukan penelitian di Rumah Sehat Afiat.
5. dr. Suarsyaf Adnanur dan Elita Andi selaku orangtua peneliti atas do'a, dukungan, motivasi, dan masukannya. Semoga hasil penelitian ini bisa
vi
menjadi ilmu yang bermanfaat sehingga pahala bisa terus mengalir kepada mereka berdua.
6. Husnita Thamrin, Rahmatul Fithri Yanti, Dian Pratiwi dan Khoirun M. Putra sebagai tim riset yang selalu saling mendukung, membantu, dan mengingatkan akan pentingnya penelitian ini.
Semoga laporan penelitian ini bisa memperkaya khazanah pengetahuan kita mengenai salah satu Thibbun Nabawi yaitu bekam. Wassalamu'alaikum wr.wb.
Ciputat, 17 September 2012
Penulis
vii
ABSTRAK Pradipta Suarsyaf. Program Studi Pendidikan Dokter. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada Pasien dengan Nyeri Punggung Bawah di Rumah Sehat Afiat Tahun 2012 Nyeri punggung bawah (NPB) sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan hampir ditemui diseluruh dunia begitupun di Indonesia. Bekam hadir sebagai pengobatan alternatif yang dianjurkan oleh Rasulullah dipercaya dapat menangani nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap skala nyeri pada pasien dengan nyeri punggung bawah tidak spesifik. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan Skala Analog Visual pasien nyeri punggung bawah tidak spesifik sebelum dan sesudah dibekam. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling. Pasien berjumlah 35 orang dengan 28 orang laki-laki (80%) dan 7 orang perempuan (20%). Usia pasien berkisar pada rentang usia 20-69 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, rerata skala nyeri pasien sebelum dibekam adalah 5.66 ± 1.765 dan turun menjadi 3 ± 1.515 sesudah dibekam dengan nilai yang bermakna secara statistik menggunakan Uji Wilcoxon (p = 0.000). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perubahan skala nyeri yang bermakna pada pasien dengan nyeri punggung bawah tidak spesifik setelah dibekam. Kata Kunci : Bekam, Skala Analog Visual
ABSTRACT
Pradipta Suarsyaf. Medicine Study Program. Effect of Cupping Therapy on Pain Scale Changes in Patients with Non Spesific Low Back Pain in Afiat Clinic 2012
Low back pain (LBP) is often encountered in everyday life, throughout the world and also in Indonesia. Cupping is an alternative treatment that is recommended by the Prophet and is believed to treat pain. The objective of this study is to know the effect of cupping therapy on pain scale in non-specific low back pain patients. The research was conducted by comparing the Visual Analog Scale pre-and post-intervention. This study used a cross-sectional study design. The method of sampling is consecutive sampling. 35 patients aged 20-69 years, 28 men (80%) and 7 women (20%), were participated in this study. The result showed that the rate of patient's pain scale before cupping therapy was 5.66 ± 1.765 and decreased to 3 ± 1.515 after cupping therapy. This was statistically significant using the Wilcoxon test (p = 0.000). The conclusion is that there is a significant change in non specific low back pain patient’s pain scale after cupping therapy. Keywords: Cupping, Visual Analogue Scale
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv KATA PENGANTAR ........................................................................................... v ABSTRAK .......................................................................................................... vii ABSTRACT ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI ........................................................................................... ........... viii DAFTAR TABEL .................................................................................................x DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... .. xi DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2 1.3 Hipotesis Penelitian................................................................................2 1.4 Tujuan Penelitian…............................................................................... 2 1.5 Manfaat Penelitian................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4 2.1 Landasan Teori .......................................................................... ........... 4
2.1.1 Bekam .............................................................. ..................... 4 2.1.2 Nyeri Punggung Bawah........................................................12
2.2 Kerangka Teori.................................................................................... 21 2.3 KerangkaKonsep ………………………………………………...…..21 2.4 Definisi Operasional........ ................................................................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 23 3.1 Desain Penelitian..................................................................................23 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 23 3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................... 24
3.4 Kriteria Inklusi & Eksklusi ................................................................. 24 3.5 Variabel Penelitian .............................................................................. 25 3.6 Managemen Data ................................................................................ 25
3.5.1 Pengolahan Data ........................................................................ 25 3.5.2 Analisa Data .............................................................................. 25
3.7 Alur Penelitian…………………………………………………...…..26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 27
4.1 Distribusi Sampel ................................................................................ 27 4.1.1 Distribusi Sampel……………………………..………..............27 4.1.2 Perbandingan Rerata Level Nyeri berdasarkan Jenis Kelamin...29
4.1.3 Perbandingan Rerata Level Nyeri berdasarkan Pengalaman Bekam………………………………………………………….30
4.1.4 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sebelum Bekam…….....30 4.1.5 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sesudah Bekam……......31 4.1.6 Hasil Uji Normalitas pada Data Selisih Skala Analog Visual Sebelum dan Sesudah Bekam…………………………………31 4.1.7 Perbandingan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Bekam
ix
Berdasarkan Jenis Kelamin…………………………………….32 4.1.8 Hasil Uji 2 Kelompok Berpasangan (Uji Wilcoxon)………......33 4.2 Pembahasan ......................................................................................... 34
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 35 5.1 Simpulan ............................................................................................. 35 5.2 Saran.................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36 LAMPIRAN ......................................................................................................... 39
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Rincian Waktu Penelitian...............................................................23 Tabel 4.2. Rerata Level Nyeri Berdasarkan Jenis Kelamin............................29 Tabel 4.3. Rerata Level Nyeri Berdasarkan Pengalaman Bekam...................30 Tabel 4.4. Uji Normalitas Kelompok Sebelum Bekam...................................30 Tabel 4.5. Uji Normalitas Kelompok Sesudah Bekam...................................31 Tabel 4.6. Uji Normalitas VAS Kelompok Sesudah Bekam………………..31 Tabel 4.7. Perbandingan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Bekam
Berdasarkan Jenis Kelamin………………………………………32 Tabel 4.7.1. Hasil Uji Wilcoxon (Ranks)...........................................................33 Tabel 4.7.2. Hasil Uji Wilcoxon (Test Statistics) …………………………….33
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Hand Pump (Asosiasi Bekam Indonesia – ABI).............................. 8 Gambar 2.2. Cup berbagai ukuran, Lancet dan Lancet Device…………………..9 Gambar 2.3. Handskun, masker dan Antiseptic......................................................9 Gambar 2.4. Baskom stainless, tissue, minyak zaitun dan larutan pembersih...... 10 Gambar 2.5. Praktik Bekam Basah …………………………………………….. 11 Gambar 2.6. Titik-titik Bekam untuk Nyeri Punggung Bawah………………… 12 Gambar 2.7. Struktur Tulang Belakang…………………………………...……..14 Gambar 2.8. Jaras Nyeri Substansi P ……………………………………………15 Gambar 2.9. Jaras Nyeri………………………………………………………….16 Gambar 2.10. Pemeriksaan Laseque……………………...…………………...…18 Gambar 2.11. Pemeriksaan Patrick & Kontra Patrick…………………………... 19 Gambar 2.12. Jaras Analgesik (Endogenous opiate)……………………...…… 20 Gambar 3.1. Skala Analog Visual………………………………………………..26 Gambar 4.1. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….27 Gambar 4.2. Diagram Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Usia….......28 Gambar 4.3. Diagram Distribusi Pengalaman Bekam Pasien NPB TS……….....28 Gambar 4.4. Diagram Distribusi Selisih Skala Analog Visual Sebelum dan
Sesudah Bekam…………………...………………………….…….29 Gambar 4.5. Jaras Analgesik (Endogenous opiate)…………………………..… 34
xii
DAFTAR SINGKATAN
NPB : Nyeri Punggung Bawah
NPB TS : Nyeri Punggung Bawah Tidak Spesifik
SAV : Skala Analog Visual
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner........................................................................................39 Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik...................................................................42 Lampiran 3 Identitas Penulis.............................................................................45
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nyeri punggung bawah (NPB) sering dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari dan hampir ditemui diseluruh dunia. NPB selain bisa terjadi secara
langsung akibat cedera pada daerah punggung dan proses patologis, juga
berhubungan dengan pekerjaan.1 NPB yang berhubungan dengan pekerjaan
dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain faktor demografi pekerja, posisi
tubuh saat bekerja, lingkungan kerja, dan jenis pekerjaan.1,2,3
Laporan WHO menunjukan bahwa lebih dari 80% populasi dunia pernah
mengalami NBP selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-
45%, dengan point prevalence rata-rata 30%.4
Di AS nyeri ini merupakan urutan pertama yang paling sering
menyebabkan terhambatnya aktivitas kerja pada kelompok usia <45 tahun,
urutan ke 2 yang menjadi alasan datangnya pasien ke dokter, urutan ke 5
alasan perawatan pasien di rumah sakit, dan penyebab yang paling sering
untuk tindakan operasi.5
Penelitian prevalensi NPB di Indonesia yang dilakukan Fredy Christianto
pada 2011 menyatakan bahwa 41,5% dari perajin kramik di Kecamatan Plered
Purwakarta mengalami NBP.6 Hal ini berkaitan dengan sikap tubuh saat
bekerja. Kemudian penelitian Hardiono pada 2007 menyatakan bahwa 79,7%
petugas ambulans Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengalami NPB.7
Bekam yang dianjurkan dalam Islam diyakini sebagai pengobatan
komplemen dalam penanganan nyeri.8 Hal ini dikarenakan proses dari bekam
yang merangsang pelepasan endogenous opioid peptides seperti endorphin
yang pada akhirnya akan mengurangi rasa nyeri. Selain itu menurut hasil
penelitian Khosro Farhadi dari Pain Research Center, Kermanshah University
of Medical Sciences Iran pada 2009 bekam mampu secara efektif mengurangi
NPB.9
1
2
Berdasarkan uraian di atas dan dilatarbelakangi keterbatasan penelitian
mengenai bekam di Indonesia peneliti bermaksud melakukan penelitian
mengenai pengaruh terapi bekam basah terhadap perubahan skala analog
visual (SAV) pada pasien NPB yang datang ke Rumah Sehat Afiat Cinere.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh bekam terhadap perubahan skala nyeri pada pasien
NPB di Rumah Sehat Afiat tahun 2012 ?
1.3. Hipotesa Penelitian
Terdapat perubahan bermakna dari skala nyeri pada pasien nyeri punggung
bawah setelah diterapi bekam basah di Rumah Sehat Afiat tahun 2012.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh bekam basah terhadap perubahan skala nyeri SAV pada pasien
NPB.
1.4.2. Tujuan Khusus
• Mengetahui adanya perubahan kualitas nyeri pada pasien NPB
setelah dibekam basah
• Mengetahui adannya perubahan skala nyeri SAV dengan
membandingkan skala nyeri sebelum dan sesudah dibekam basah
• Mengetahui cara dan proses bekam basah pada pasien NPB
3
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi pasien dengan NPB
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pasien
mengenai dampak dari terapi bekam basah yang dia terima. Sehingga bisa
menjadi dasar keyakinan bagi pasien NPB untuk menjadikan bekam
sebagai salah satu pilihan mengatasi keluhannya.
1.5.2. Bagi praktisi kesehatan
Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi bagi praktisi kesehatan
jika pasien yang ditangani menginginkan terapi alternatif selain terapi
konvensional.
1.5.3. Bagi penyelenggara terapi bekam (Rumah Sehat Afiat)
Hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan masukan bagi
penyelenggara terapi bekam baik di Rumah Sehat Afiat maupun
penyelenggara lainnya dalam mengedukasi pasien mengenai efek terapi
bekam terhadap nyeri, khususnya NPB.
1.5.4. Bagi peneliti
• Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan
memanfaatkan ilmu yang didapat selama menempuh pendidikan.
• Menambah pengetahuan peneliti mengenai menfaat terapi bekam
untuk penanganan NPB.
• Membuktikan kebenaran hadist Nabi Muhammad akan manfaat
dari terapi bekam sehingga keimanan peneliti semakin bertambah.
• Sebagai prasyarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Bekam
2.1.1.1. Definisi Bekam
Bekam atau hijamah, secara bahasa berasal dari kata al-hajmu yang
artinya ‘mengisap’. Hajama asy-syai’a artinya ‘mengisap sesuatu’. Al-
hajim dan al-hajjam artinya ‘mengisap’. Karena itu praktik pengisapan
darah disebut al-hijamah. Sedangkan secara istilah bekam berarti peristiwa
penghisapan kulit, penyayatan dan mengeluarkan darahnya dari
permukaan kulit, yang kemudian ditampung di dalam gelas.8,10
Bekam dalam kitab-kitab arab adalah mengeluarkan darah dari
kulit dengan cara menghisap, kemudian penyayatan ringan pada
permukaan kulit, kemudian dilakukan penghisapan lagi agar darah bisa
keluar dan menimbulkan kesembuhan dengan izin Allah ta’ala.10
Bekam juga didefinisikan sfebagai terapi kuno dengan
menggunakan sebuah gelas pada daerah tertentu pada kulit yang disayat
ataupun tidak untuk menghisapnya sehingga keluarlah darah pada daerah
spesifik tersebut akibat perbedaan tekanan udara didalamnya.11
Sedangkan dalam perspekif kedokteran barat, bekam didefinisikan
sebagai sebuah terapi ekstraksi darah dari titik-titik spesifik pada kulit
yang diinsisi selebar 1 cm dan sedalam 4 mm, menembus lapisan
epidermis kulit, kemudian darah keluar dari pembuluh darah perifer
sebanyak 50-300 ml selama 5 menit, dan akan meninggalkan ruam
kemerahan atau kehitaman yang akan menghilang dalam waktu 1-2
minggu.12
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bekam adalah sebuah terapi
yang disunnahkan oleh Rasulullah dimana terjadi ekstraksi darah dengan
menggunakan gelas dan alat penghisap pada daerah kulit yang diinsisi
selebar 1 cm dan sedalam 4 mm, sehingga menembus lapisan epidermis
4
5
kulit, dan karena perbedaan tekanan maka darah tertarik keluar dari
pembuluh darah perifer sebanyak 50-300 ml dalam 5 menit serta akan
menimbulkan ruam kemerahan atau kehitaman. Rangkaian terapi ini pada
akhirnya akan menimbulkan kesembuhan seperti yang diwasiatkan Nabi
Muhammad dalam hadistnya dengan izin Allah ta’ala.
2.1.1.2. Sejarah Bekam
Bekam sudah dikenal sejak 1550 sebelum masehi sebagai
pengobatan tradisional yang sangat populer dan vital oleh masyarakat
Mesir. Hal ini terbukti dari dokumentasi teknik bekam pada lembar
papirus yang ditemukan dekat Sungai Nil. Kemudian terapi bekam secara
tradisi berkembang dan menyebar sampai ke Yunani dan Roma. Bahkan
Hippocrates yang dikenal sebagai bapak kedokteran modern telah
mengelompokannya menjadi bekam basah dan kering.
Bekam juga dikenal dalam tradisi kesehatan di wilayah Asia.
Bekam sudah digunakan di Cina sejak tahun 2 sebelum masehi. Bekam
juga tertulis dalam sebuah buku tua tulisan Bo Shu yang hidup pada
zaman Dinasti Han pada 1973.
Bekam kemudian berkembang sampai ke barat dan benua amerika
sekitar abad 18-19 masehi. Dokter saat itu menggunakan bekam untuk
terapi berbagai kondisi pasien sampai dengan tahun 1860. Setelah tahun
1860, popularitas bekam mulai menurun tapi tak hilang sama sekali.
Bekam juga menyebar sampai ke timur tengah hingga sampai pada
disyari’atkannya bekam 14 abad yang lalu. Nabi Muhammad bersabda,
“Pengobatan terbaik bagimu adalah bekam dan fashdu (venasection)”
(HR. Bukhari Muslim).13
Demikianlah risalah bekam yang kemudian menyebar seiring
dengan menyebarnya ajaran Islam ke seluruh dunia hingga saat ini.
Perkembangan bekam saat ini sangat pesat karena berbagai penelitian yang
6
dilakukan oleh ilmuwan. Sehingga bekam semakin diyakini manfaatnya.
8,11,14,15
2.1.1.3. Bekam dalam Islam
Kedudukan bekam dalam Islam adalah sunnah. Hal ini sesuai dengan
berbagai hadist Nabi berikut ini :
• Dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda:
“Kesembuhan itu ada dalam tiga hal, Yaitu minum madu, sayatan dengan
alat bekam, dan kay. Namun, aku melarang umatku melakukan kay”16
• Dari Shohihul Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah Saw bersabda :
“Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah bekam” 17
• Rasulullah bersabda :
“Aku diberitahu malaikat jibril, bahwa bekam adalah pengobatan yang
paling bermanfaat bagi manusia.” (Tercantum dalam shohihul Jami’)
• Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda :
“Lima hal termasuk sunnah para Rasulullah : malu, pemaaf, bekam,
siwak dan wewangian” (HR. Tobroni dan Ibnu Jarir)
Prinsip Islam dalam menyikapi orang yang sedang sakit adalah
wajib bagi yang sakit tersebut untuk memeriksakan keadaannya pada
dokter atau pada yang ahli terhadap penyakit yang sedang diderita.
Melaksanakan petunjuk dokter pun merupakan sebuah kewajiban jika hal
itu dapat memperbaiki keadaan dari pasien tersebut. Oleh karena itu ketika
bekam diindikasikan oleh dokter pada seorang pasien maka bekam itu
sendiri menjadi halal dan wajib dilakukan.18
Bekam dalam Islam tergantung pada kondisi dari pasien yang akan
dibekam. Penetapan hukum dalam Islam berkaitan dengan permasalahan
yang dialami pasien, apakah itu dalam kondisi keterpaksaan (dlaruriyat),
kebutuhan (hajiyat) dan kelengkapan untuk memperoleh keindahan
(tahsiniyat). Keadaan pasien yang darurat dan dalam suasana
keterpakasaan menyebabkan bekam tidak boleh dilakukan (haram).
Misalnya, pasien adalah penderita hemofilia sehingga dengan keadaannya
dikontraindikasikan untuk dilakukan bekam yang mengakibatkan
perdarahan hebat walau dengan luka yang kecil.19
7
Namun jika dengan kondisi pasien yang memang diindikasikan
oleh dokter dapat dibekam maka bekam dianjurkan dan hukumnya bisa
menjadi halal. Usahanya untuk dibekam adalah salah satu bentuk ikhtiar
dan juga sekaligus bermakna sikap tawakal. Sebab tawakal itu sendiri
bermakna hati berpegang teguh kepada Allah swt dalam menghasilkan
manfaat bagi hamba dalam masalah agama ataupun dunianya, dan
menolak bahaya dalam masalah agama atau pun dunia. Oleh karena usaha
pasien untuk bekam menjadi syarat dari sifat tawakal pada Allah swt. 20
Namun bukan berarti bekam adalah satu-satunya pengobatan.
Dalam hadist “Kesembuhan itu ada dalam tiga hal, Yaitu minum madu,
sayatan dengan alat bekam, dan kay. Namun, aku melarang umatku
melakukan kay” disebutkan bahwa pengobatan dapat dilakukan bertahap
sesuai dengan kondisi pasien. Bertahap dari pengobatan dengan 'madu' lalu
bekam dan terakhir dengan penusukan besi panas. Madu hanya sebagai
perumpamaan bahwa pengobatan bisa diusahakan dari yang paling mudah
yaitu dengan minum obat yang dianjurkan oleh dokter. Jika memang
dengan minum obat belum terselesaikan masalah penyakitnya maka dapat
dilakukan bekam (atau dalam kedokteran bisa diwakilkan dengan
pembedahan). Demikianlah Islam mengatur umatnya dalam tatacara
berobat dan pada intinya mempermudah ummatnya dan tidak
mempersulit.21
8
2.1.1.4. Jenis Bekam
Bekam yang dikenal saat ini ada dua, yaitu : 8,10,11,12
• Bekam Kering
Bekam kering adalah bekam yang tidak diikuti dengan pengeluaran darah.
Bekam hanya dilakukan pada kulit yang intak tanpa diinsisi oleh jarum
atau pisau bekam sebelumnya.
• Bekam Basah
Sedangkan bekam basah adalah bekam yang diawali dengan bekam
kering, lalu kulit diinsisi dengan menggunakan lancet sedalam 4 mm dan
dilanjutkan dengan penghisapan darah dengan hand pump. Pada penelitian
ini peneliti mengambil sampel pasien dengan NPB yang dibekam dengan
jenis terapi bekam basah.
2.1.1.5. Peralatan Bekam
Alat bekam pada dasarnya terdiri dari tiga macam alat, yaitu : 10
• Alat untuk menghisap kulit, jaringan kulit, dan darah
• Hand pump
Gambar 2.1. Hand Pump (Asosiasi Bekam Indonesia - ABI)22
9
• Alat untuk mengeluarkan darah
- Gelas bekam, lancing device dan jarum lancet steril
Gambar 2.2. Cup berbagai ukuran, Lancet dan Lancet Device 22
• Peralatan medis dan penunjang lainnya
- Handskun, cawan/bengkok, betadin, minyak zaitun.
Gambar 2.3. Handschoen, masker dan Antiseptic 22
10
Gambar 2.4. Baskom stainless, tissue, minyak zaitun dan larutan pembersih22
2.1.1.6. Tata Cara Terapi Bekam pada Pasien NPB
Berikut adalah tata cara terapi bekam sesuai dengan standar yang
disepakati Asosiasi Bekam Indonesia (ABI) dan juga yang dilakukan di
Rumah Sehat Afiat :22,23
1. Mengisi identitas pasien
2. Melakukan diagnosa terhadap penyakit pasien dengan anamnesis terhadap
nyeri (Skala Analog Visual) yang dirasakan dan juga pemeriksaan fisik
yang khas untuk NPB dengan melakukan Laseque, Patrick dan kontra
Patrick
3. Identitas dan data penyakit pasien ditulis dalam rekam medik
4. Menyiapkan peralatan yang telah disebutkan sebelumnya dan sudah
disterilkan, dan meminta pasien menyiapkan diri berbaring di matras
bekam yang disediakan.
5. Melakukan antiseptik dengan betadin pada bagian yang akan dibekam dan
diikuti dengan relaksasi oleh terapis bekam pada pasien.
6. Melakukan pembekaman kering terhadap pasien pada titik spesifik untuk
menangani NPB lalu menunggu selama 5 menit
11
7. Melakukan insisi dengan lancet device dengan jarum yang sudah disiapkan
dan disesuaikan pada titik NPB sebanyak 11-17 kali untuk satu titik. Lalu
menunggu selama 5 menit
8. Melakukan pembersihan pada darah yang keluar. Kemudian melakukan
bekam kembali tanpa insisi untuk memastikan tidak ada lagi darah yang
keluar. Dilanjutkan dengan pemberian betadin pada titik-titik yang diinsisi
oleh lancet.
9. Melakukan anamesis lanjutan untuk menilai SAV pada NPB yang
dirasakan pasien setelah dibekam basah.
Gambar 2.5. Praktik Bekam Basah22
2.1.1.7. Titik Bekam untuk Nyeri Punggung Bawah
Berikut ini adalah titik-titik bekam yang spesifik untuk terapi Nyeri
Punggung Bawah (NPB) :9,23
1. First wet-cupping area : 5 titik meliputi leher (2 titik), pundak (2 titik),
dan 1 titik di medial tubuh setinggi Cervical VII (titik akhda’ain)
2. Second wet-cupping area : 5 titik meliputi pinggang (2 titik), titik ginjal
(2 titik), dan 1 titik tengah setinggi lumbo-sacral
3. Third wet-cupping area : 2 titik meliputi 1 titik yang letaknya 3 jari
dibawah lipatan belakang tungkai kaki kanan dan kiri.
12
Gambar 2.6. Titik-titik bekam untuk Nyeri Punggung Bawah9
Titik-titik NPB pada Gambar 2.6 didasarkan pada hadist Nabi yang
menganjurkan ummatnya berbekam pada titik sunnah (first wet-cupping
area)
Dari Anas, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah dibekam tiga kali
pada akhda’ain (dua titik kanan dan kiri leher) dan kahil (bahu)” (HR
Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah).24
Sedangkan dua area lainnya merupakan titik-titik bekam yang
merujuk pada titik-titik dalam metode bekam akupuntur.
2.1.2. Nyeri Punggung Bawah
2.1.2.1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah suatu rasa sensorik dan pengalaman emosional yang
tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan atau berpotensi
untuk terjadi kerusakan jaringan atau dideskripsikan berdasarkan
kerusakan tersebut.25,26 Jaringan tersebut dapat berupa jaringan kulit,
13
jaringan saraf, pembuluh darah, fascia, otot, tendon, kartilago, ligamen,
intra artikuler meniskus, bursa, dan lainnya.1
Nyeri punggung bawah (NPB) adalah segala jenis sensasi nyeri
yang dirasakan pada daerah punggung bawah, yaitu daerah lumbal dan
lumbo sakral. NPB bisa timbul akibat penyakit seperti artritis tulang
belakang, herniasi diskus intervertebra atau kelainan anatomis di
punggung bawah, bisa juga karena sprain atau strain.27 Sprain adalah
cedera pada ligamen, akibat regangan ligamen yang berlebihan, sedangkan
strain adalah cedera pada otot atau tendon, akibat regangan otot yang
berlebihan.
Nyeri punggung bawah yang timbul akibat penyakit/kelainan
anatomis umumnya berupa nyeri radikuler yang sering disertai penjalaran
nyeri ke tungkai dan kaki.27 Sedangkan NPB karena sprain atau strain
umumnya bersifat lokal yang bisa berkurang rasa nyerinya dengan
berbaring dan bertambah jika menegakkan punggung. NPB jenis ini
biasanya karena posisi kerja yang tidak ergonomis dan akan timbul jika
penderita istirahat ataupun tidak kerja.
2.1.2.2. Anatomi Tulang Belakang
Tulang belakang adalah salah satu organ tubuh yang berfungsi
untuk menopang tubuh agar dapat berdiri tegak dan melindungi batang
otak (spinal cord). Tulang belakang (vertebrae) terbagi atas tiga
bagian/elemen. Elemen anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus
intervertebralis, serta ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan
posterior. Elemen posterior tersusun atas lamina, kanalis vertebralis, serta
prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan
pelindung kolumna vertebrae. Elemen posterior vertebra antara satu dan
lain dihubungkan dengan sendi apofisial (faset). Sedangkan bagian tengah
terdiri dari pedikel. Pedikel ini menghubungkan elemen posterior dan
anterior, memindahkan kekuatan yang mengontrol dari elemen posterior
ke anterior.1,28
14
Gambar 2.7. Struktur Tulang Belakang
Sumber :
A.D.A.M Interactive Anatomy & http://en.wikipedia.org/wiki/Vertebral_column
Stabilitas tulang bergantung pada sistem korpus vertebra dan
diskus intervertebralis serta kedua jaringan penyokong yaitu ligamentum
dan otot. Stabilitas daerah pinggang sangat bergantung pada gerak
kontraksi volunter dan refleks otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus
maksimus, dan hamstring. Integrasi semua komponen ini diperlukan untuk
menjaga sistem di daerah tulang belakang bekerja dengan baik.1
Beberapa jenis otot seperti muskulus psoas mayor, muskulus psoas
minor, muskulus semispinalis, muskulus kuadratus lumborum, dan
sebagainya berfungsi untuk kestabilan tulang belakang dan berhubungan
dengan gerakan tulang belakang. Otot-otot sekitar tulang belakang ini
mudah mengalami kerusakan akibat beban dan regangan berlebih pada
daerah lumbal.
15
2.1.2.3. Patofisiologi Nyeri
Gambar 2.8. Jaras Nyeri Substansi P 29
Sumber : Fisiologi Sherwood Edisi 7
Stimulasi nyeri yang menyebabkan kerusakan pada jaringan akan
ditangkap sebagai suatu impuls oleh nociceptor. Kemudian impuls tersebut
akan dihantarkan oleh serabut saraf aferen (serabut saraf delta A dan
serabut C). Kemudian impuls ini akan menyebabkan keluarnya substansi P
(neurotransmitter nyeri) dari ujung saraf aferen di kornu posterior. Lalu
impuls diteruskan melalui ascending pain path ways hingga mencapai
talamus dan korteks serebri untuk kemudian diubah sebagai persepsi nyeri
dan lokalisasi nyeri.29,30
Letak nosiseptor terdapat di seluruh bagain tubuh. Pada daerah
punggung bawah terdapat nosiseptor di berbagai bangunan peka nyeri.
Bangunan peka nyeri tersebut adalah periosteum, 1/3 bangunan luar anulus
fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot.28
16
Gambar 2.9. Jaras Nyeri
Sumber : http://www.ncbi.nlm.nih.gov
Impuls akan diterima oleh nosiseptor kemudian akan dibawa ke
orde I neuron (badan selnya ada dibagian serabut dorsal dari ganglion
spinal). Impuls kemudian akan masuk ke spinal cord dan naik 1-3 segmen
spinal cord yang biasa disebut traktus dorsolateral Lissauer. Traktus ini
akan berakhir di cornu posterior substansia grisea yang kemudian impuls
akan bersinaps di orde II neuron, menyebrang melewati bagian medial
spinal cord lalu naik melalui traktus spinotalamikus yang ada di kolumna
lateral substansia alba dan berakhir di talamus (di nukleus ventral
17
posterolateral). Kemudian impuls bersinaps ke orde III neuron dan
selanjutnya akan diproyeksikan di korteks serebral.31
2.1.2.4. Jenis Nyeri Punggung Bawah
Keadaan yang dapat menimbulkan nyeri punggung bawah dapat
dikelompokan menjadi :1
• Nyeri spondilogenik
• Nyeri neurogenik
• Nyeri viscerogenik
• Nyeri punggung vaskular
• Nyeri punggung psikogenik
Sedangkan pasien NPB yang dimasukan sebagai sampel dalam
penelitian ini adalah pasien dengan nyeri punggung bawah yang tidak
spesifik pada keadaan-keadaan diatas.
Nyeri punggung bawah tidak spesifik adalah nyeri yang mencakup
“intermiten, rekurens, dan episodik” dan termasuk juga empat tipe nyeri :
lokal, alih, radikular dan nyeri yang timbul akibat spasme otot.
2.1.2.5. Faktor Resiko NPB
Beberapa faktor yang berhubungan dengan NPB ada beberapa
yaitu : 1,2,3
• Faktor ergonomis (posisi tubuh janggal, posisi stasis, dan sebagainya)
• Faktor psikososial (gangguan psikis, stress, dan sebagainya)
• Kondisi patologik (penyakit pada tulang belakang)
• Kelainan kongenital
• Kelainan sosiodemografi (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status
gizi, dan lama kerja)
• Faktor kebiasaan (merokok, olahraga)
18
2.1.2.6. Pemeriksaan NPB
• Anamnesis 32
1. Onset, termasuk waktu mulainya, durasi, dan frekuensinya
2. Pencetus dan hal yang meredakan atau memperparahnya
3. Gambaran nyerinya
4. Daerah yang mengalami nyeri dan penyebarannya / penjalarannya
5. Derajat nyeri dengan menggunakan Skala Analog Visual (SAV). SAV bisa
dilakukan setelah melakukan pemeriksaan fisik.
6. Pengobatan yang sudah pernah dilakukan
• Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik neurologis yang dilakukan untuk mendeteksi nyeri
punggung bawah adalah pemeriksaan Laseque, pemeriksaan Patrick dan
Kontra Patrick.1,28,32
1. Pemeriksaan Laseque
Pasien diminta tidur terlentang, kemudian salah satu tungkai
diangkat ke atas dalam keadaan lurus, sedangkan tungkai lainnya
dalam keadaan lurus tidak terangkat. Bila ditemukan respon nyeri
saat tungkai dinaikkan sebelum 70 maka tes dinyatakan positif.
Hasil positif menunjukkan adanya rangsangan pada nervus
ischiadicus.
Gambar 2.10. Pemeriksaan Laseque
Sumber : http://intranet.tdmu.edu.ua
19
2. Pemeriksaan Patrick dan Kontra Patrick
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan nyeri yang berasal
dari daerah sakro-iliaka. Pada pemeriksaan Patrick, pasien diminta
tidur terlentang kemudian dilakukan tindakan fleksi, abduksi, dan
eksorotasi pada kedua tungkainya. Gabungan gerakan ini akan
menyebabkan regangan pada sendi panggul. Apabila ada tanda
patologis di daerah ipsilateral, akan timbul nyeri pada daerah
bokong atau penjalaran nervus ischiadicus. Hasil disebut positif
bila ditemukan respon nyeri saat dilakukan pemeriksaan tersebut.
Sedangkan pada pemeriksaan kontra Patrick, pasien masih
terlentang kemudian dilakukan tindakan fleksi, abduksi, dan
endorotasi. Bila ada tanda patologis pada sakro-iliaka, akan timbul
nyeri pada daerah bokong atau penjalaran nervus ischiadicus. Hasil
disebut positif bila timbul nyeri.
Gambar 2.11. Pemeriksaan Patrick & Kontra Patrick
Sumber : http://ars.els-cdn.com
20
2.1.2.7. Pengaruh Bekam terhadap Nyeri
Ketika bekam dilakukan dan terjadi insisi yang berulang pada
daerah yang dibekam dan menembus jaringan epidermis. Kerusakan
jaringan ini akan merangsang nosiseptor yang ada didaerah tersebut
sampai kemudian diteruskan hingga menjadi persepsi nyeri dan lokalisasi
nyeri.
Gambar 2.12. Jaras Analgesik (Endogenous opiate)29
Sumber : Fisiologi Sherwood Edisi 7
Seperti yang sudah dijelaskan pada gambar 2.7, pada gambar 2.12
impuls yang sampai di ujung saraf eferen akan menstimulasi keluarnya
substansi P. Hanya tubuh punya mekanisme tersendiri untuk menghambat
impuls nyeri tersebut. dengan mengeluarkan endogeneus opiate (endorfin,
enkefalin) yang dapat menduduki reseptor opiat sehingga substansi P tidak
bisa diteruskan ke otak. Sehingga tidak akan ada persepsi dan lokalisasi nyeri
pada tubuh yang dirangsang nyeri tersebut.29
21
2.2. Kerangka Teori
2.3. Kerangka Konsep
22
2.3. Definisi Operasional
No. Variabel Pengukur
an Alat Ukur Cara Pengukuran
Skala
pengukura
n
1 Skala
Nyeri
Peneliti Skala
Analog
Visual
Skala Analog Visual
ditanyakan langsung
kepada pasien sebelum dan
sesudah dibekam. Dalam
skala 1-10.
Numerik
2. Bekam Terapis
Bekam
Sepaket
alat bekam
Bekam yang dilakukan
adalah bekam basah.
Bekam yang menggunakan
lancet untuk mengeluarkan
darah.
3 Nyeri
Punggung
Bawah
Tidak
Spesifik
Peneliti Anamnesis
dan
pemeriksaa
n fisik
(Laseque,
Patrick, &
kontra
Patrick)
Nyeri punggung bawah yang mencakup :
• nyeri “intermiten, rekurens, dan episodik”
• empat tipe nyeri : lokal, alih, radikular, dan nyeri yang timbul akibat spasme otot.
Positif/neg
atif
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional (potong lintang)
analitik dengan menggunakan uji statistik numerik berpasangan.33 Variabel
penelitian akan diamati pada periode yang sama. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap penanganan nyeri punggung bawah
(NPB) tidak spesifik berdasarkan Skala Analog Visual.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 9 bulan, yakni mulai bulan Januari 2012
hingga September 2012 dan bertempat Rumah Sehat Afiat, yang beralamat di
Ruko Griya Cinere II - Jl. Limo Raya No.3.
Tabel 3.1. Rincian Waktu Penelitian
No Bulan Kegiatan Output/Hasil
1 Januari 2012 Pembuatan Proposal Proposal
2 Februari 2012 Pengurusan izin
- Surat Izin Fakultas
Surat Izin Fakultas
- Pembuatan questionnaires questionnaires
- Pembuatan Inform consent Inform consent
4 Maret 2012 –
Juli 2012
- Penyebaran questionnaires
- Pengumpulan data
Data
Agustus –
September
2012
- Pengecekkan data
- Pengolahan data
- Pembuatan laporan
Laporan Hasil
Penelitian
23
24
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi terjangkau penelitian ini adalah seluruh pasien dengan Nyeri
Punggung Bawah Tidak Spesifik yang berobat di Rumah Sehat Afiat pada Maret
2012 - Juli 2012. Sedangkan sampel penelitian ini adalah para pasien dengan
Nyeri Punggung Bawah Tidak Spesifik yang berobat di Rumah Sehat Afiat saat
pengambilan data dilakukan.
Jumlah sampel diambil dari kelompok kondisi sebelum di bekam dan
kelompok kondisi setelah di bekam. Sehingga terdapat 2 kelompok berpasangan
yaitu kelompok sample sebelum dibekam dan setelah dibekam. (34) (33)
Rumus : � 1 = � 2 = �(� � � � � )�
� � � � ��
�
Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah, sehinga Z � = 1,64
Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%, maka Z� =1,28
Selisih minimal yang dianggap bermakna (x1-x2) = 3
Standar deviasi = 3 (dari kepustakaan)
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel minimal yang diperlukan
adalah 35 untuk masing-masing kelompok.
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi :
• Subyek dengan NPB yang datang ke Rumah Sehat Afiat untuk
dibekam dan setuju untuk dijadikan responden.
• Subyek berusia 17 – 70 tahun
• Subyek sudah menderita NPB minimal sejak 2 minggu sebelum
pengambilan data.
Kriteria Eksklusi :
• Subyek yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik (sangat
kesakitan, gangguan mental, dan sebagainya)
25
• Subyek yang diberikan terapi lain selain bekam (baik farmako
maupun non farmako) oleh terapis sesaat sebelum proses
pembekaman
• Subyek yang kemungkinan mengalami patologi spinal (seperti
carcinoma), kelainan perdarahan (seperti hemofilia), atau kelemahan
gerak yang progresif dan buruk.
3.5. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini meliputi :
1. Variabel bebas : Bekam
2. Variabel terikat : Skala Analog Visual
3.6. Managemen Data
3.6.1. Pengolahan Data
Data responden yang masuk diolah berdasarkan usia, jenis
kelamin, pengalaman bekam, dan juga selisih skala sebelum dan sesudah
bekam. Pengolahan data selanjutnya dilakukan dengan memasukkan data
ke dalam program komputer IBM Statistical Package for Social Science
(SPSS) v.20, lalu diolah lebih lanjut dengan melakukan editing dan coding
sebelumnya.
Pertama dilakukan uji normalitas untuk menilai distribusi data
yang didapatkan normal atau tidak. Hasilnya berguna untuk menentukan
uji pada SPSS pada analisis data yang ada.
Data Skala Analog Visual sebelum dan sesudah dibekam termasuk
data numerik yang berpasangan. Sehingga diindikasikan untuk dilakukan
Uji T Berpasangan. Jika ternyata distribusi data tidak normal maka akan
dilakukan Uji Wilcoxon.
3.6.2. Analisa Data
Skala Analog Visual (SAV)
Tingkatan nyeri yang dirasakan pasien dihitung dengan menggunakan
Skala Analog Visual untuk nyeri. Pengukuran tingkatan ini dilakukan
26
sebelum dan sesudah dlakukan terapi bekam pada pasien. Skor nya
tergantung jawaban dari pasien mengenai nyeri nya yakni 0-10 dengan
deskripsi :
Gambar 3.1. Skala Analog Visual25
3.7. Alur Penelitian
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Distribusi Sampel
4.1.1. Distribusi Sampel
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan Skala Analog
Visual pasien dengan nyeri punggung bawah tidak spesifik sebelum dan sesudah
dibekam di Rumah Sehat Afiat antara bulan Maret – Juli 2012. Total sampel yang
terkumpul sebanyak 35 sampel/responden.
Gambar 4.1. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari 35 responden terdiri dari 28 responden laki-laki dan 7 orang
responden perempuan. Ketimpangan responden antara laki-laki dan perempuan ini
disebabkan karena sangat jarang pasien perempuan yang datang ke Rumah Sehat
Afiat mengeluh nyeri punggung bawah. Selain itu data kunjungan bekam di
Rumah Sehat Afiat memang lebih didominasi oleh laki-laki dari pada perempuan.
Alasan lain yang lebih bersifat pribadi seperti merasa tidak nyaman untuk
membuka baju, untuk kemudian dibekam walaupun sudah disediakan ruangan
khusus untuk bekam wanita yang tertutup, takut jikalau bekas luka bekam tidak
hilang, dan takut dengan tusukan atau insisi jarum bekam akan menimbulkan
nyeri yang tidak nyaman.
80%
20% Laki-Laki (28responden)
Perempuan (7responden)
Jumlah Responden : 35
27
28
Gambar 4.2. Diagram Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Usia
Berdasarkan Gambar 4.2 responden didominasi oleh kelompok usia 34-40
tahun (26%) diikuti kelompok usia 20-26 tahun (24%) dan kelompok usia 41-47
tahun (17%). Memang ada kecenderungan pasien NPB dengan usia muda lebih
bersedia untuk dibekam dengan titik-titik NPB dan dijadikan sampel penelitian.
Ada beberapa pasien NPB yang menolak untuk dibekam karena alasan-alasan
pribadi.
Gambar 4.3. Diagram Distribusi Pengalaman Bekam Pasien NPB Tidak Spesifik
Responden yang dibekam karena NPB tidak spesifik kebanyakan baru
pertama kali dibekam (88,6%). Sehingga ada beberapa responden yang merasa
88%
9%
0% 3%
1x (31 responden) 2x (3 responden)
3x (0 responden) ≥4x (1 responden)
24%
15%
26%
17%
0%
3%
15%
20-26 th
27-33 th
34-40 th
41-47 th
48-54 th
55-61 th
62-69 th
29
senang sekali ketika awalnya dia nyeri punggung bawah, setelah dibekam
nyerinya berkurang bahkan ada yang sampai hilang (SAV sesudah skala 0 (2%)).
Gambar 4.4.
Diagram Distribusi Selisih Skala Analog Visual Sebelum dan Sesudah Bekam
Walaupun pada Gambar 4.4 diketahui bahwa penurunan skala nyeri rata-
rata 2-3 skala, secara umum bekam berhasil mengurangi rasa nyeri pada seluruh
responden. Hal ini terbukti bahwa semua responden 100% merasakan adanya
pengurangan skala analog visual.
4.1.2. Perbandingan Rerata Level Nyeri Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2. Rerata Level Nyeri Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
Me
an
Medi
an
Std.
Deviasi
Min
.
Ma
ks.
Me
an
Medi
an
Std.
Deviasi
Min
.
Ma
ks
SAV sebelum 5.54 5 1.503 2 9 6.14 6 2.673 2 10
SAV sesudah 3 3 1.388 0 5 3 3 2.082 1 7
Selisih Penurunan
SAV
2.54 2.5 1.071 1 5 3.14 2 2.116 1 7
1 skala (6 responden)
19%
2 skala (12 responden)
38%
3 skala (10 responden)
31%
4 skala (4 responden)
12%
5 skala (2 responden)
6%
7 skala (1 responden)
3%
30
Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan bahwa secara rata-rata penurunan skala
analog visual responden perempuan lebih besar dari pada rata-rata penurunan
skala analog visual responden laki-laki.
4.1.3. Perbandingan Rerata Level Nyeri Berdasarkan Pengalaman Bekam
Tabel 4.3. Rerata Level Nyeri Berdasarkan Pengalaman Bekam
Jumlah
Bekam
Penurunan SAV (SAV sebelum – SAV sesudah) Jumlah
Mean Median Std. Deviasi Min. Maks.
1x 2.55 2 1.312 1 7 31
2x 3 3 1 2 4 3
3x 0 0 0 0 0 0
≥4x 5 - - 5 5 1
Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan bahwa secara rata-rata penuruan skala
analog visual bagi responden yang baru pertama kali dibekam jauh lebih kecil dari
pada rata-rata penurunan skala analog visual responden yang sudah pernah bekam
lebih dari 4 kali.
4.1.4 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sebelum Bekam
Tabel 4.4. Uji Normalitas VAS Kelompok Sebelum Bekam
Shapiro-Wilk
Statistik df Sig.
SAV sebelum 0.929 35 0.027
Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan hasil uji normalitas secara analitis
dengan menggunakan Uji Shapiro-Wilk ( N < 50) berupa nilai p = 0.027. Karena
nilai p < 0.05 maka dapat disimpulkan distribusi data VAS kelompok sebelum
bekam tidak normal. Karena distribusi yang tidak normal ini maka diusahakan
dengan transformasi variabel SAV sebelum dengan menggunakan SPSS namun
tidak ada perubahan.
31
4.1.5 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sesudah Bekam
Tabel 4.5. Uji Normalitas VAS Kelompok Sesudah Bekam
Shapiro-Wilk
Statistik df Sig.
SAV sesudah 0.948 35 0.096
Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan hasil uji normalitas secara analitis
dengan menggunakan Uji Shapiro-Wilk (N < 50) berupa nilai p = 0.096. Karena
nilai p > 0.05 maka dapat disimpulkan distribusi data VAS kelompok setelah
bekam normal.
4.1.6. Hasil Uji Normalitas pada Data Selisih Skala Analog Visual Sebelum
dan Sesudah Bekam
Tabel 4.6. Uji Normalitas VAS Kelompok Sesudah Bekam
Shapiro-Wilk
Statistik df Sig.
SAV sesudah 0.878 35 0.001
Berdasarkan Tabel 4.6 didapatkan hasil uji normalitas secara analitis
dengan menggunakan Uji Shapiro-Wilk ( N < 50) berupa nilai p = 0.001. Karena
nilai p < 0.05 maka dapat disimpulkan distribusi data selisih VAS sebelum dan
sesudah bekam tidak normal. Karena distribusi yang tidak normal ini maka
diusahakan dengan transformasi variabel selisih VAS tersebut dengan
menggunakan SPSS namun tidak ada perubahan.
32
4.1.7. Perbandingan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan
Jenis Kelamin
Tabel 4.7. Perbandingan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan p
SAV sebelum* 5 (2-9) 6 (2-10) 0.579
SAV sesudah** 3±1.388 3±2.082 1.000
Selisih SAV* 2.5 (1-5) 2 (1-7) 0.765
* Uji Mann-Whitney | ** Uji T tidak berpasangan
Median Skala Analog Visual sebelum terapi bekam pada laki-laki adalah 5
(2-9) dan pada perempuan adalah 6 (2-10). Berdasarkan statistik menggunakan
Uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p =
0.579).
Rata-rata Skala Analog Visual sesudah dibekam pada laki-laki adalah
3±1.388 sedangkan pada perempuan adalah 3±2.082. Terdapat selisih yang kecil
diantara keduanya, namun sacara statistik dengan Uji T tidak berpasangan
didapatkan hasil tidak bermakna (p = 1.000)
Median data selisih Skala Analog Visual pada laki-laki adalah 2.5 (1-5)
sedangkan pada perempuan adalah 2 (1-7). Berdasarkan statistik menggunakan
Uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p =
0.765).
33
4.1.8. Hasil Uji 2 Kelompok Berpasangan (Uji Wilcoxon)
Berdasarkan uji normalitas pada kedua kelompok yang berpasangan,
kelompok VAS sebelum tidak memenuhi syarat untuk diuji statistik menggunakan
Uji T-Berpasangan. Oleh karena sudah diusahakan untuk transformasi data namun
hasilnya tetap distribusi data kelompok VAS sebelum tidak normal, maka kedua
kelompok berpasangan dengan distribusi tidak normal ini diuji dengan Uji
Wilcoxon.35 Berikut adalah hasil Uji Wilcoxon.
Tabel 4.7.1. Hasil Uji Wilcoxon (Ranks)
N Mean
Rank
Sum of
Ranks
SAV sesudah - SAV
sebelum
Negative
Ranks
35a 18.00 630.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c
Total 35
a. SAV sesudah < SAV sebelum
b. SAV sesudah > SAV sebelum
c. SAV sesudah = SAV sebelum
Berdasarkan Tabel 4.7.1 didapatkan bahwa terdapat 35 orang dengan nilai
VAS sesudah lebih rendah dari pada VAS sebelum, tidak terdapat nilai VAS
sesudah lebih tiggi dari pada VAS sebelum, dan tidak ada nilai VAS yang sama
antara sebelum dan sesudah bekam.
Tabel 4.7.2. Hasil Uji Wilcoxon (Test Statistics)
SAV sesudah
- SAV
sebelum
Asymp. Sig. (2-
tailed)
.000
Berdasarkan Tabel 4.7.2 didapatkan bahwa nilai p = 0.000. Oleh karena
nilai p < 0.05, maka dapat disimpulkan terdapat perubahan SAV yang signifikan
antara sebelum bekam dan sesudah bekam.
34
4.2. Pembahasan
Gambar 4.5. Jaras Analgesik (Endogenous opiate)29
Sumber : Fisiologi Sherwood Edisi 7
Perubahan Skala Analog Visual yang signifikan ini disebabkan oleh
banyaknya opiat endogen dalam tubuh yang pengeluarannya distimulasi oleh
bekam. Seperti yang telah dibahas bahwa nyeri punggung bawah yang diderita
pasien sebenarnya sudah ditangani oleh tubuh, hanya telah melewati batas ambang
nyeri. Dengan terapi bekam yang menimbulkan stimulasi nyeri yang baru maka
akan meningkatkan produksi opiat endogen.
Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.5 diatas opiat endogen
merupakan hasil dari stimulasi nyeri pada bagian periaqueductal gray matter,
spesific nuclei di medulla, dan reticular formation. Ketiga regio inilah yang
membentuk sistem analgetik dalam tubuh atau dikenal sebagai descending
analgetic pathway. Stimulasi pada periaqueductal gray matter akan direspon oleh
spesific nuclei di medulla dan reticular formation. Kemudian impuls akan
dilanjutkan melalui inhibitory interneurons di kornu dorsalis medula spinalis.
Dibagian inilah dihasilkan opiat endogen seperti endorfin, enkefalin, dan dinorfin
yang akhirnya akan dilepas ke ujung saraf aferen. Opiat endogen ini akan
berikatan dengan reseptor opiat dan akan menghambat pengeluaran substansi P
sehingga hal ini akan menghambat transmisi impuls nyeri sepanjang ascending
pain pathways. Sehingga dapat disimpulkan nyeri punggung bawah tidak spesifik
pada pasien ditekan oleh adanya opiat endogen seperti endorfin.29
35
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pasien dengan nyeri punggung bawah tidak spesifik merasakan adanya
penurunan rasa nyeri setelah diterapi bekam.
2. Terdapat penurunan Skala Analog Visual yang signifikan sebelum dan
sesudah bekam. Penurunan berkisar 2-3 skala pada Skala Analog Visual.
3. Penurunan skala nyeri kemungkinan disebabkan oleh pengeluaran endorfin
atau enkefalin (opioid endogen) yang distimulasi oleh bekam.
4. Walaupun bekam efektif mengurangi rasa nyeri pada pasien NPB TS,
namun biaya bekam yang cukup mahal menjadi kendala tersendiri bagi
pasien. Pasien cenderung akan menggunakan obat-obatan konvensional
untuk mengatasi nyerinya.
5. Bekam belum bisa dijadikan terapi definitif oleh praktisi kesehatan karena
belum banyak penelitian spesifik terkait penyakit yang diderita oleh
pasien.
5.2. Saran
• Pada penelitian ini jumlah subjek yang ada tidak cukup seimbang antara
subjek penelitian laki-laki (28 orang) dan perempuan (7 orang). Sehingga
analisis yang dilakukan berkaitan dengan jenis kelamin tidak representatif.
Oleh karena itu diharapkan pada penelitian selanjutnya jumlah subjek bisa
diseimbangkan dan ditambah agar lebih representatif.
• Penelitian ini menggunakan pasien yang menderita nyeri punggung bawah
yang tidak spesifik penyebabnya. Oleh karena itu penelitian ini bisa
dikembangkan dengan menggunakan subjek penelitian dengan nyeri
punggung bawah yang spesifik penyebabnya.
• Penelitian ini hanya menggunakan instrumen pengukuran nyeri Skala
Analog Visual. Ada banyak instrumen lain yang bisa dimanfaatkan untuk
penelitian selanjutnya, seperti McGill Pain Questionnaires, Medication
Quantification Scale (MQS), dan Oswestry Pain Disability Index (ODI).
35
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Wong DA, et al. Macnab's Backache, 4th ed. Colorado : Lippincott Williams
& Wilkins, 2007.
2. Waldron HA, Edling C. Occupational Health Practice, 4th ed. New York :
Oxford University Press Inc, 2004.
3. Snashall D, Patel D. ABC of Occupational and Environmental Medicine, 2nd
ed. London : BMJ Publishing Group, 2003.
4. World Health Organization. Chronic Rheumatic Conditions. Geneva : WHO,
2005.
5. Anderson, GBJ. Epidemiological Features of Chronic Low Back Pain.
London : Lancet, 1999.
6. Christianto, Fredy. (Tesis) Prevalensi Nyeri Punggung Bawah Serta
Hubungannya dengan Kesesuaian Cara Kerja, Lingkungan Kerja, dan
Faktor Lain yang Mempengaruhinya pada Perajin Keramik. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011.
7. Saputra, Hardiono Teddy. (Tesis) Prevalensi Nyeri Punggung Bawah dan
Faktor-Faktor yang Berhubungan Pada Petugas Laki-Laki Ambulans Gawat
Darurat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
8. Sharaf, Ahmad Razak. Penyakit dan Terapi Bekamnya : Dasar-Dasar Ilmiah
Terapi Bekam. Surakarta : Thibbia, 2012.
9. Farhad, K, Schwebel, DC, Saeb, M. Elsevier : Complementary Therapies in
Medicine. The effectiveness of wet-cupping for nonspecific low back pain in
Iran: A randomized controlled trial. [Online] Januari 2009. [Cited: Agustus
7, 2012.] http://www.complementarytherapiesinmedicine.com/article/S0965-
2299%2808%2900063-0/abstract.
10. Umar, Wadda' A. Sembuh dengan Satu Titik. Solo : Al-Qowwam, 2008.
11. Bondok, Sahbaa M. Cupping : The Great Missing Therapy. Cairo : Dar Al-
Salam Publishing, 2006.
12. Manz, Hedwig. The Art of Cupping. Germany : Thieme, 2009.
13. Al-Bukhari. No. 5371.
37
14. Alu Nashr, Muhammad Musa. Bekam : Cara Pengobatan Menurut Sunnah
Nabi. Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi'i, 2005.
15. Gray, Jerry D. Rasulullah is My Doctor. Jakarta : Sinergi Publishing, 2010.
16. Al-Bukhari. No. 5280 dan 5681.
17. —. Ath-Thibb No.5696 bab XII : Al-Hijamah minad Da’i.
18. Uddin, Jurnalis. Islam untuk Disiplin Ilmu Kedokteran dan Kesehatan I.
Jakarta : Departemen Agama RI, 2002. pp. 129-35.
19. Lubis, Ridwan. Dokter Muslim : Kedokteran Islam : Sejarah, Hukum, dan
Etika. Jakarta : FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. pp. 124-25.
20. Qayyim Al-Jauziyyah, Ibnu. Tata Cara Pengobatan Ala Nabi. Jakarta :
Syaifa Pressindo, 2010. p. 5.
21. Kamali. (Skripsi) Konsep Kesehatan dan Pengobatan Rasulullah : Studi
Analisis Terhadap Matan Hadist. Jakarta : FUF UIN Syarif Hidayatullah,
2005.
22. Anonim. Bekam Mukjizat Nabi. Jakarta : Asosiasi Bekam Indonesia (ABI),
2011.
23. Assegaf, Muhammad Ali Toha. BEKAM. Jakarta : Rumah Sehat Afiat.
24. Imam, Ahmad, Dawud, Abu. Majah, Ibnu. Musnad Imam Ahmad (IV/12192),
Abu Dawud (At-Thibb : 3860), Ibnu Majah (3483).
25. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta : EGC, 2006.
26. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta : Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
27. Levy BS, Wegman D. Occupational Health : Recognizing and Preventing
Work Related Disease and Injury, 4th ed. Boston : Lippincott Williams and
Wilkins, 2000.
28. Suryamiharja, Andradi, Sadeli, Henny A and Meliala, K.T.R Lucas. Nyeri
Punggung Bawah. Jakarta : PERDOSSI, 2003.
29. Sherwood, Lauralee. Human Physiology : From Cells to Systems 7th Ed.
USA : Brooks/Cole, Cengage Learning, 2010.
30. I, Mas'ud. Fisiologi Nyeri dan Pengaruh Penggunaan Analgetik Spesifik.
Malang : Majalah Kedokteran UNIBRAW, 1993. Vol. IX.
38
31. Budiman, Gregory. Basic Neuroanatomical Pathways. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2008.
32. Pain Management Series : Pathophysiology of Pain and Pain Assessment.
[Online] 2010. [Cited: September 10, 2012.] http://www.ama-
cmeonline.com/pain_mgmt/printversion/ama_painmgmt_m1.pdf.
33. Sastroasmoro, Sudigdo. Ismael, Sofyan. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis Edisi Ke-3. Jakarta : Sagung Seto, 2010.
34. Dahlan, Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Dalam
Penelitian Kedokteran & Kesehatan Ed.2. Jakarta : Penerbit Salemba
Medika, 2009.
35. —. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Salemba
Medika, 2009.
39
Lampiran 1 Kuesioner
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP PERUBAHAN SKALA NYERI PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH TIDAK SPESIFIK
DI RUMAH SEHAT AFIAT TAHUN 2012
LEMBARAN PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : L / P
Alamat :
No Hp :
Pengalaman menggunakan bekam : pertama / lebih
Menyatakan bahwa saya bersedia turut serta (untuk bekam dan mengisi kuisioner sesuai ketentuan) dalam penelitian mengenai :
Pengaruh terapi bekam terhadap perubahan skala nyeri pada pasien dengan nyeri punggung bawah tidak spesifik di Rumah Sehat Afiat 2012
Keikutsertaan saya dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Demikianlah pernyataan ini saya sampaikan
Tempat :
Hari/tanggal :
Pasien yang diteliti Mahasiswa yang meneliti
( ) ( Pradipta Suarsyaf )
40
DAFTAR KUISIONER
Tanggal pengisian kuisioner : .................................................................... Nama :..................................................................... Tempat, tanggal lahir :..................................................................... Jenis kelamin : laki laki / perempuan Alamat :.....................................................................
......................................................................
......................................................................
.....................................................................
...................................................................... 1. Apakah anda sedang mengalami nyeri kepala/sakit kepala?
A. Ya B. Tidak
2. Jika ya, berapa level nyeri yang anda rasakan sebelum dibekam ? (DI ISI SEBELUM DIBEKAM, tuliskan dalam bentuk angka. level nyeri bisa dilihat pada gambar di halaman terakhir) Level nyeri saya = .......................................
3. Sudah berapa lama anda mengalami nyeri kepala tersebut? A. 1 jam yang lalu B. 1 Hari yang lalu C. 1 Bulan yang lalu D. 1 Tahun yang lalu E. Lainnya (.................................)
4. Sejak awal anda mengalami nyeri kepala hingga sekarang, sudah berapa kali anda
mendapatkan terapi bekam? A. 1x B. 2x C. 3x D. 4x E. Lainnya (...................................)
5. Apakah anda rutin mendapatkan terapi bekam walaupun tidak sedang mengalami
nyeri kepala? A. Ya B. Tidak
6. Jika ya, seberapa sering anda mendapatkan terapi bekam tersebut secara rutin?
A. 1 x sehari B. 1 x seminggu C. 1 x sebulan D. 1 x setahun E. Lainnya (........................................)
7. Mengapa anda rutin dibekam?
A. Untuk menjaga kesehatan B. Mengobati penyakit lain (sebutkan penyakitnya : .....................................) C. Lainnya (.......................................................................................)
41
8. Setelah dibekam, berapa level nyeri yang anda rasakan? (DI ISI SETELAH DIBEKAM, tuliskan dalam bentuk angka. level nyeri bisa dilihat pada gambar di halaman terakhir) Level nyeri saya = .......................................
Skala Keterangan
0 tidak terasa nyeri sama sekali 1 - 3 nyeri ringan (masih bisa berkomunikasi dengan baik)
4 - 6 nyeri sedang; (bisa berkomunikasi namun menyeringai, mendesis, bisa menunjukan lokasi nyeri dan mendeskripsikannya)
7 - 8 nyeri berat yang masih bisa di kontrol; (tidak dapat mengikuti perintah tapi bisa merespon tindakan, bisa menunjukan lokasi nyeri, tidak bisa mendskripsikannya, tidak bisa diatasi dengan berganti posisi, menarik nafas yang dalam)
9 - 10 nyeri berat yang tidak bisa di kontrol; (sudah tidak mampu berkomunikasi dan memukul mukul)
Terima kasih atas partisipasi Anda untuk mengisi kuisioner yang saya berikan. Karena
dengan mengisi kuisioner ini berarti Anda telah membantu saya untuk menyelesaikan
tugas prasyarat penelitian ini. Saya menghargai Anda dengan menjamin kerahasiaan dari
data dan informasi yang anda telah berikan dengan sebaik-baiknya.
42
Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik
1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
2. Distribusi Responden
Variabel Jumlah Presentase Min. Maks. Mean Std.
Deviasi
Usia 20 th 69 th 38.43 th 14.376
20-26 th 8 22.9%
27-33 th 5 14.3%
34-40 th 9 25.7%
41-47 th 7 17%
48-54 th 0 0%
55-61 th 1 2.9%
62-69 th 5 14.3%
Pengalaman Bekam 1x 4x 1.17 x 0.568
1x 31 88.6%
2x 3 8.6%
3x 0 0%
≥4x 1 2.9%
SAV sebelum 2 10 5.66 1.765
2 2 5.7%
3 2 5.7%
4 1 2.9%
5 13 37.1%
6 8 22.9%
7 5 14.3%
8 1 2.9%
9 2 5.7%
10 1 2.9%
SAV sesudah 0 7 3 1.515
0 1 2.9%
43
1 4 11.4%
2 10 28.6%
3 7 20%
4 7 20%
5 5 14.3%
6 0 0%
7 1 2.9%
Selisih Penurunan SAV 1 7 2.66 1.327
1 6 17.1%
2 12 34.3%
3 10 28.6%
4 4 11.4%
5 2 5.7%
7 1 2.9%
3. Perbandingan Rerata Level Nyeri Berdasarkan Usia
SAV
sebelum SAV
sesudah
Selisih Penurunan Nilai SAV
Jenis Kelamin
Laki-Laki Total N 28 28 28
Mean 5.54 3.00 2.54
Median 5 3 2.5
Std. Deviation
1.503 1.388 1.071
Minimum 2 0 1
Maximum 9 5 5
Perempuan Total N 7 7 7
Mean 6.14 3.00 3.14
Median 6 3 2
Std. Deviation
2.673 2.082 2.116
Minimum 2 1 1
Maximum 10 7 7
44
4. Perbandingan Rerata Level Nyeri Berdasarkan Pengalaman Bekam
Pengalaman dibekam
Selisih Penurunan Nilai SAV 1x Total N 31
Mean 2.55
Std. Deviation
1.312
Minimum 1
Maximum 7
2x Total N 3
Mean 3.00
Std. Deviation
1.000
Minimum 2
Maximum 4
>4x Total N 1
Mean 5.00
Std. Deviation
Minimum 5
Maximum 5
5. Uji Normalitas pada Kelompok Sebelum & Sesudah Bekam
6. Hasil Uji 2 Kelompok Berpasangan (Uji Wilcoxon)
45
Lampiran 3 Identitas Penulis
Nama : Pradipta Suarsyaf
NIM : 109103000026
Tempat Tgl Lahir : Sukabumi, 6 September 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Handphone : 08578 234 0 567
E-mail : [email protected]
Alamat Domisili : Wisma Sakina (R.2.22) – Jl. SD Inpres Rt.02/09 – 15419
Pisangan Barat Ciputat Tangerang Selatan
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK Persatuan Islam (PERSIS) Cianjur, 1994-1996
2. SD Negeri Ibu Jenab I Cianjur, 1996-2002
3. SMP Islam Terpadu Al-Hikmah Jakarta, 2002-2005
4. SMA Negeri 28 Jakarta, 2005-2008
5. S-1 Fisika - FMIPA Institut Teknologi Bandung (ITB), 2008-2009
6. S-1 Pendidikan Dokter – FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009-
Sekarang