Al-Qur’an dan Teori Evolusi

97
Al-Qur’an dan Teori Evolusi Latar Belakang Sejarah Masalah penciptaan manusia termasuk salah satu pembahasan kuno yang mungkin telah mendapat perhatian dari sejak manusia itu diciptakan. Dengan menilik kitab-kitab samawi beberapa agama seperti agama Yahudi, Kristen, dan Islam, kekunoan pembahasan dapat kita lihat dengan jelas. Makalah ini ingin mengupas sebuah pembahasan komparatif antara ayat-ayat kitab samawi yang menyinggung penciptaan manusia dan teori evolusi. Dengan kata lain, perbandingan antara keyakinan para ahli tafsir dan pengetahuan yang diyakini oleh para ilmuwan ilmu alam tentang tata cara penciptaan manusia. Akan tetapi, kejelasan tentang masalah ini bergantung pada penjelasan yang benar tentang teori pemikiran ini, dan juga pada pemaparan latar belakang sejarah dan sikap-sikap yang pernah diambil dalam menanggapinya. Tujuan asli tulisan ini adalah kita ingin menemukan sumber kehidupan manusia. Apakah seluruh jenis binatang dan tumbuh-tumbuhan muncul dengan bentuk seperti ini dan dengan karakteristik dan keistimewaan yang independen dari sejak awal mereka diciptakan, dan lalu mereka juga berkembang biak dengan dengan cara yang sama? Ataukah seluruh binatang dan tumbuh-tumbuhan itu berasal dari spesies (naw‘) yang sangat sederhana dan hina, lalu mereka mengalami perubahan bentuk lantaran faktor lingkungan dan natural yang beraneka ragam, dan setelah itu mereka memperoleh bentuk yang lebih sempurna dengan gerakan yang bersifat gradual sehingga memiliki bentuk seperti sekarang ini? Teori pertama dikenal dengan nama teori Fixisme dan diyakini oleh para pemikir pada masa-masa terdahulu. Sedang teori kedua dikenal dengan nama teori Transformisme dan diterima oleh para ilmuwan dari sejak abad ke-19 Masehi. Teori pertama meyakini adanya aneka ragam spesies makhluk yang bersifat independen; artinya manusia berasal dari manusia dan seluruh binatang yang lain juga berasal dari spesies mereka masing-masing. Akan tetapi, teori kedua beranggapan bahwa penciptaan spesies-spesies yang ada sekarang ini berasal dari makhluk dan spesies- spesies yang berbeda. Para ilmuwan berkeyakinan bahwa teori Evolusi alam natural paling tidak seusia dengan masa para filosof Yunani.[1] Sebagai contoh, Heraclitus meyakini bahwa segala sesuatu senantiasa mengalami proses dan evolusi. Ia menegaskan, “Kita harus ketahui bersama bahwa segala sesuatu pasti mengalami peperangan, dan peperangan ini adalah sebuah keadilan. Segala sesuatu terwujud lantaran peperangan ini, dan setelah itu akan sirna.”[2] Segala sesuatu selalu berubah dan tidak ada suatu realita yang diam. Ketika membandingkan antara fenomena-fenomena alam dengan sebuah aliran air sungai, ia berkata, “Kalian tidak dapat menginjakkan kaki dalam satu sungai sebanyak dua kali.”[3] 1

Transcript of Al-Qur’an dan Teori Evolusi

Al-Qur’an dan Teori   Evolusi

Latar Belakang Sejarah

Masalah penciptaan manusia termasuk salah satu pembahasan kuno yang mungkin telah mendapat

perhatian dari sejak manusia itu diciptakan. Dengan menilik kitab-kitab samawi beberapa agama seperti agama

Yahudi, Kristen, dan Islam, kekunoan pembahasan dapat kita lihat dengan jelas. Makalah ini ingin mengupas sebuah

pembahasan komparatif antara ayat-ayat kitab samawi yang menyinggung penciptaan manusia dan teori evolusi.

Dengan kata lain, perbandingan antara keyakinan para ahli tafsir dan pengetahuan yang diyakini oleh para ilmuwan

ilmu alam tentang tata cara penciptaan manusia. Akan tetapi, kejelasan tentang masalah ini bergantung pada

penjelasan yang benar tentang teori pemikiran ini, dan juga pada pemaparan latar belakang sejarah dan sikap-sikap

yang pernah diambil dalam menanggapinya. Tujuan asli tulisan ini adalah kita ingin menemukan sumber kehidupan

manusia. Apakah seluruh jenis binatang dan tumbuh-tumbuhan muncul dengan bentuk seperti ini dan dengan

karakteristik dan keistimewaan yang independen dari sejak awal mereka diciptakan, dan lalu mereka juga

berkembang biak dengan dengan cara yang sama? Ataukah seluruh binatang dan tumbuh-tumbuhan itu berasal dari

spesies (naw‘) yang sangat sederhana dan hina, lalu mereka mengalami perubahan bentuk lantaran faktor lingkungan

dan natural yang beraneka ragam, dan setelah itu mereka memperoleh bentuk yang lebih sempurna dengan gerakan

yang bersifat gradual sehingga memiliki bentuk seperti sekarang ini?

 Teori pertama dikenal dengan nama teori Fixisme dan diyakini oleh para pemikir pada masa-masa

terdahulu. Sedang teori kedua dikenal dengan nama teori Transformisme dan diterima oleh para ilmuwan dari sejak

abad ke-19 Masehi.

 Teori pertama meyakini adanya aneka ragam spesies makhluk yang bersifat independen; artinya manusia

berasal dari manusia dan seluruh binatang yang lain juga berasal dari spesies mereka masing-masing. Akan tetapi,

teori kedua beranggapan bahwa penciptaan spesies-spesies yang ada sekarang ini berasal dari makhluk dan spesies-

spesies yang berbeda.

 Para ilmuwan berkeyakinan bahwa teori Evolusi alam natural paling tidak seusia dengan masa para filosof

Yunani.[1] Sebagai contoh, Heraclitus meyakini bahwa segala sesuatu senantiasa mengalami proses dan evolusi. Ia

menegaskan, “Kita harus ketahui bersama bahwa segala sesuatu pasti mengalami peperangan, dan peperangan ini

adalah sebuah keadilan. Segala sesuatu terwujud lantaran peperangan ini, dan setelah itu akan sirna.”[2] Segala

sesuatu selalu berubah dan tidak ada suatu realita yang diam. Ketika membandingkan antara fenomena-fenomena

alam dengan sebuah aliran air sungai, ia berkata, “Kalian tidak dapat menginjakkan kaki dalam satu sungai sebanyak

dua kali.”[3]

 Mungkin filosof pertama yang mengklaim teori Transformisme (perubahan gradual karakteristik dan spesies

seluruh makhluk hidup) adalah Anaximander. Ia adalah filosof kedua aliran Malthy setelah Thales. Ia beryakinan

bahwa elemen utama segala sesuatu adalah substansi (jawhar) yang tak berbatas, azali, dan supra zaman.

Anaximander juga berkeyakinan bahwa kehidupan ini berasal dari laut dan bentuk seluruh binatang seperti yang kita

lihat sekarang ini terwujud lantaran proses adaptasi dengan lingkungan hidup. Manusia pada mulanya lahir dan

terwujud dari spesies binatang lain. Hal ini lantaran binatang-binatang yang lain dapat menemukan sumber

makanannya dengan cepat. Akan tetapi, hanya manusia sajalah yang memerlukan masa yang sangat panjang untuk

menyusu pada ibu yang telah melahirkannya. Jika manusia memiliki bentuk seperti yang dapat kita lihat sekarang ini

sejak dari permulaan, niscaya ia tidak akan dapat bertahan hidup.[4]

Meskipun teori Evolusi memiliki masa lalu yang sangat panjang, tetapi teori ini tidak memperoleh perhatian

yang semestinya dari para ilmuwan selama masa yang sangat panjang. Dengan kemunculan para ilmuwan seperti

Lamarck, Charles Robert Darwin, dan para ilmuwan yang lain, teori ini sedikit banyak telah berhasil menemukan posisi

ilmiah yang semestinya.

Di penghujung abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, seorang ilmuwan ilmu alam berkebangsaan Prancis

yang bernama Cuvier melontarkan sebuah teori tentang penciptaan makhluk hidup. Ia berkeyakinan bahwa makhluk

1

hidup muncul selama masa yang beraneka ragam dalam tataran geologi. Lantaran revolusi-revolusi besar dan tiba-

tiba yang pernah terjadi di permukaan bumi, seluruh makhluk hidup itu musnah. Setelah itu, Tuhan menciptakan

kelompok binatang baru dalam bentuk yang lebih sempurna. Periode-periode makhluk selanjutnya juga muncul

dengan cara yang serupa. Teori ini dalam ilmu Geologi dikenal dengan nama Catastrophisme; yaitu revolusi besar di

permukaan bumi. Ia mengingkari seluruh jenis hubungan kefamilian antara makhluk hidup pada masa kini dan

makhluk-makhluk yang pernah hidup sebelumnya. Ia meyakini teori Fixisme.

 Pada masa kehidupan Cuvier, para ilmuwan seperti Buffon sang zoolog, Lamarck, dan akhirnya Darwin,

muncul dalam arena teori Evolusi. Meskipun Buffon hanya mampu meyakini bahwa evolusi makhluk hidup hanya

bersifat eksternal, tetapi Lamarck dan lebih hebat darinya, Darwin mampu membuka sebuah posisi ilmiah baru bagi

teori ini.

 Ketika menjelaskan realita ini, Dampyer menulis, “Teori pertama yang sangat mengena dan begitu logis

adalah teori Lamarck (1744 – 1829 M.). Ia menekankan bahwa faktor evolusi (makhluk hidup) adalah perubahan-

perubahan menumpuk (accumulated transformations) yang disebabkan oleh faktor lingkungan hidup dan dimiliki oleh

setiap makhluk hidup dengan cara warisan. Menurut Buffon, pengaruh perubahan lingkungan hidup terhadap

komposisi seseorang sangat minimal. Tetapi Lamarck berkeyakinan bahwa jika perubahan-perubahan yang

diperlukan dalam tindakan bersifat permanen, maka seluruh perubahan itu akan mengubah seluruh anggota tubuh

yang telah kuno, atau jika tubuh membutuhkan sebuah anggota baru, maka perubahan itu akan menciptakannya. Atas

dasar ini, nenek moyang jerapah yang hidup pada masa kini menemukan leher yang panjang dan lebih panjang lagi

lantaran ia harus melongok demi meraih dedaunan yang sulit dijangkau. Perubahan komposisi tubuh seperti ini

menemukan titik kesempurnaannya melalui jalan warisan. Etienne Geoffroy Saint Hilaire dan Robert Chambers adalah

dua orang di antara para pendukung teori Evolusi yang hidup pada abad ke-19. Mereka berkeyakinan bahwa

lingkungan hidup memiliki pengaruh langsung pada individu.”[5]

 Atas dasar ini, ilmuwan Biologi pertama yang memberikan nilai kepada teori Evolusi adalah Lamarck.

Tetapi pendapat dan teori-teorinya tidak memperoleh tanggapan yang semestinya. Hal ini bukan lantaran ketegaran

dan kekokohan teori Fixisme pada masa itu. Tetapi hal itu lantaran mekanisme perubahan (mechanism of

transformations) yang diusulkan oleh Lamarck tidak menarik para ilmuwan yang hidup kala itu.[6]

Aliran-Aliran Teori Evolusi

Lantaran pandangan yang beraneka ragam terhadap struktur alam, para pendukung teori Evolusi Spesies

memiliki sikap dan haluan yang sangat beragam. Atas dasar ini, pada setiap penggalan sejarah, banyak hipotesis

baru yang dilontarkan untuk menepis teori-teori oposisi. Aliran Lamarckisme, Neo Lamarckisme, Darwinisme, Neo

Darwinisme, dan teori Mutasi (perubahan secara tiba-tiba) adalah lima aliran yang mendukung teori Evolusi.[7] Pada

kesempatan ini, kami akan menjelaskan setiap aliran pemikiran ini secara ringkas, dan juga meneliti akibat yang telah

muncul sebagai konsekuensinya.

a. Lamarckisme

Seperti telah dijelaskan di atas, Lamarck, seorang zoolog berkebangsaan Prancis, ini adalah biologis

pertama yang—paling tidak—telah berhasil mengokohkan teori Evolusi berpijak di atas konsep-konsep ilmiah. Ia

mendeklarasikan teorinya itu pada tahun 1801 M. dengan menerbitkan bukunya yang berjudul Falsafeh-ye Janevar

Shenasi (Filsafat Zoologi). Ia tidak meyakini bahwa undang-undang yang berlaku di alam ini keluar dari kehendak Ilahi

yang azali. Tetapi ia berkeyakinan bahwa motor utama penggerak sebuah kesempurnaan adalah sebuah power yang

menjadi faktor keterwujudan spesies-spesies yang lebih sempurna melalui kaidah “pemanfaatan dan non-

pemanfaatan anggota tubuh”. Menurut Lamarck, setiap makhluk hidup pada permulaannya sangat hina dan

sederhana sekali. Lalu lantaran beberapa kausa dan faktor, makhluk hidup itu mengalami evolusi menjadi spesies

yang lebih sempurna. Faktor-faktor tersebut adalah lingkungan hidup, pemanfaatan dan non-pemanfaatan anggota

tubuh, kehendak, dan perpindahan seluruh karakteristik yang bersifat akuisitif (iktisâbî).

 Substansi klaim Lamarck adalah perubahan lingkungan hidup menyebabkan perubahan anggota tubuh.

Seekor binatang untuk menjalani kehidupan terpaksa harus memanfaatkan sebagian anggota tubuhnya melebihi

2

anggota tubuh yang lain. Dengan memperkuat fungsi sebagian anggota tubuhnya dan meminimalkan fungsi sebagian

anggota tubuh yang lain, ia melestarikan kehidupannya.

 Dengan kata lain, perubahan kondisi kehidupan menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru. Jika makhluk

hidup tidak memperdulikan seluruh kebutuhan itu, maka ia akan musnah. Tetapi jika ia harus memenuhi seluruh

kebutuhan itu, maka ia memerlukan anggota tubuh yang sesuai. Dengan demikian, sebuah evolusi dalam struktur

tubuhnya akan terjadi. Jika ia memanfaatkan sebagian anggota dalam jumlah yang minimal, maka anggota tubuh itu

akan melemah dan kadang-kadang akan musnah. Tetapi jika ia melakukan aktifitas dalam kadar yang maksimal,

maka anggota-anggota tubuh baru akan muncul. Pada akhirnya, perubahan-perubahan akuisitif (iktisâbî) ini akan

diwarisi oleh generasi-generasi makhluk hidup berikutnya.

 Faktor lain evolusi itu adalah kehendak dan keinginan yang dimiliki oleh makhluk hidup. Artinya, ia ingin

mengadaptasikan diri dengan lingkungan hidup dan mengatasi seluruh kebutuhan hidupnya.

 Untuk membuktikan hipotesisnya itu, Lamarck mengajukan analisa tentang mata seekor tikus yang buta, paruh kuat

yang dimiliki oleh sebagian burung, lenyapnya kaki ular, memanjangnya leher jerapah, berubahnya kuda dari kondisi

karnivora menjadi herbivora, dan contoh-contoh yang lain. Menurut keyakinannya, semua itu terjadi lantaran faktor-

faktor yang telah dipaparkan di atas.

b. Neo Lamarckisme

Teori Noe Lamarckisme muncul ke arena ilmu Biologi berkat usaha keras Gope, seorang ahli Biologi

berkebangsaan Amerika. Teori ini sangat serupa dengan teori Lamarck berkenaan dengan evolusi spesies dan peran

beberapa faktor penting seperti kondisi lingkungan hidup, pemanfaatan dan non-pemanfaatan anggota tubuh, dan

pewarisan karakteristik yang bersifat akuisitas (iktisâbî). Akan tetapi, dalam menanggapi kehendak dan keinginan

makhluk hidup untuk mengubah anggota tubuhnya sendiri, teori ini tidak sejalan dengan teori Lamarck. Menurut teori

Neo Lamarckisme, makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan mengalami evolusi lantaran pengaruh langsung lingkungan

hidup. Generasi-generasi selanjutnya akan mewarisi seluruh perubahan yang bersifat akuisitas ini.

 Zeo Frouy Saint Hailler, seorang ahli Biologi berkebangsaan Prancis, juga memiliki pemikiran seperti Lamarck. Ketika

bukunya yang berjudul Falsafeh-ye Tashrîh beredar pada tahun 1818 M., banyak sekali protes yang tertuju kepadanya

pada paruh pertama abad ke-19.

c. Darwinisme[8]

Teori ketiga dicetuskan oleh Charles Robert Darwin, seorang ahli Biologi berkebangsaan Inggris. Ia lahir

pada tahun 1809 M. Di permulaan usianya, ia menekuni ilmu kedokteran. Setelah itu, ia mempelajari ilmu agama.

Akan tetapi, ia tidak pernah memiliki keinginan untuk menekuni bidang ilmu kedokteran dan juga tidak berminat untuk

melakukan tugas-tugas seorang pendeta. Oleh karena itu, ketika mendengar bahwa sebuah kapal laut ingin

melancong keliling dunia, ia ikut bersama kapal laut itu dengan tujuan untuk menjelajahi jagad raya ini. Ia menjelajahi

lautan dan daratan selama beberapa tahun lamanya.[9] Di sela-sela penjelajahan itu, ia melakukan penelitian ilmiah.

Ia meneliti tentang tata cara penciptaan dan kondisi tumbuh-tumbuhan dan binatang. Ketika telah kembali ke

negaranya, ia merenungkan, memikirkan, dan meneliti seluruh penemuan yang telah dicatat dalam buku hariannya

selama dua puluh tahun.[10] Dari konklusi seluruh hasil penelitiannya ini, ia mengambil kesimpulan bahwa teori kuno

harus ditinggalkan dan teori baru; yaitu teori Evolusi Spesies, harus diterima. Menurut keyakinannya, seluruh makhluk

hidup berubah menjadi bentuk makhluk hidup yang lain lantaran sebuah proses evolusi dan penyempurnaan, dan

tidak ada satu makhluk hidup pun yang diciptakan tanpa adanya sebuah mukadimah dan secara mendadak dan tiba-

tiba.

 Pada tahun 1837 M., Darwin menerbitkan sebuah koran dan memuat buah pemikirannya di koran tersebut

secara gradual. Pada tanggal 20 Juli 1854, ia berhasil menamatkan penulisan buku Mansha’-e Anva’ dan

menerbitkannya pada tanggal 24 Oktober 1859.

Dalam membuktikan teori Tranformisme, Darwin mengajukan riset-riset yang telah dilakukannya tentang

embriologi binatang, periode-periode kesempurnaan nenek moyang makhluk hidup sesuai dengan pembuktian

fosilologi, dan keserupaan struktur janin manusia dengan ikan dan katak kepada para ahli ilmu Biologi yang hidup

3

semasa dengannya. Ia juga membawakan sebuah bukti bahwa klan manusia masih memiliki hubungan kefamilian

dengan klan binatang.[11]

 Pada karya tulis pertamanya, Darwin enggan memaparkan masalah penciptaan manusia. Akan tetapi, pada

tahun 1871 M., ia memaparkan sebuah pembahasan yang sangat detail tentang asal usul penciptaan manusia dalam

sebuah buku yang berjudul Tabar-e Insan (Asal Usul Manusia). Dalam buku ini, ia menjelaskan beberapa sifat lahiriah

manusia seperti bentuk wajah, gerakan tangan dan kaki, dan cara berdiri, beberapa karakteristik jiwa seperti

menggambarkan, membayangkan, dan merenungkan, dan juga beberapa karakteristik spiritual seperti cinta sesama,

naluri cinta, lebih mementingkan kepentingan orang lain, dan karakteristik lainnya. Menurut analisanya, semua itu

terjadi berdasarkan perubahan gradual yang pernah dialami oleh nenek moyangnya yang anthropoid, dan bahkan

dialami oleh beberapa jenis binatang seperti kera, dalam rangka mempertahankan keabadian diri dan memilih pilihan

natural yang harus mereka pilih. Perbedaan yang ada antara manusia dan binatang, baik dari sisi postur tubuh

maupun kejiwaan, ia yakini sebagai perbedaan kuantitas belaka, bukan kualitas. Hingga akhir usianya yang berlanjut

hingga 73 tahun, ia senantiasa melakukan berbagai kegiatan dan riset ilmiah. Ia meninggal dunia pada tahun 1882 M.

 Pada hakikatnya, teori Darwin adalah perluasan cakupan siasat ekonomi klasik terhadap dunia binatang

dan tumbuh-tumbuhan. Buku Malthus, seorang ekonom dan pendeta berkebangsaan Inggris, tentang masyarakat

banyak mempengaruhi pemikiran Darwin. Dalam bukunya itu, Malthus ingin membuktikan bahwa masyarakat di muka

bumi ini akan bertambah sesuai dengan ketentuan progresi numeral (tashâ’ud-e handasî). Hal ini padahal seluruh

fasilitas ekonomi tidak mungkin dapat menjamin seluruh kebutuhan manusia. Atas dasar ini, mayoritas manusia yang

hidup dalam sebuah generasi harus musnah lantaran sebuah bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus,

paceklik, perang, dan lain sebagainya sebelum mereka menggapai usia balig agar keseimbangan antara jumlah

masyarakat dan fasilitas ekonomi tersebut terwujud. Menurut sebuah riset, jumlah umat manusia dalam tempo dua

puluh lima tahun akan bertambah dua kali lipat. Jika penambahan jumlah penduduk itu tetap berjalan dalam kurun

waktu dua abad, maka jumlah penduduk bumi akan mencapai lima milyard.

 Setelah menelaah buku ini, ketika mengajukan interpretasi tentang keseimbangan antara jumlah umat

manusia dan binatang, Darwin mengetengahkan teori “perjuangan untuk hidup abadi” (struggle for existence).

Perjuangan ini akan terealisasi akibat sebuah pilihan alamiah, dan akhirnya sebuah makhluk yang lebih pantas hidup

akan kekal. Pilihan sintetis yang dilakukan oleh manusia dan dengan jalan memperkuat pertumbuhan sebagian

tumbuhan dan binatang dapat mewujudkan generasi yang lebih bagus.

 Di samping buku Malthus, pemikiran dan percobaan-percobaan yang pernah dilakukan oleh Lamarck dan

para pemikir yang lain adalah faktor lain yang memiliki pengaruh besar terhadap teori Darwin. Lamarck membagi bumi

dan makhluk hidup ke dalam beberapa periode:

1. Pada periode pertama yang berlangsung selama 2 juta tahun, tidak ada satu makhluk hidup pun yang ada di

muka bumi.

2. Pada periode kedua yang berlangsung selama 1 milyard tahun, bumi hanya dihuni oleh makhluk hidup bersel

tunggal dan binatang-binatang laut yang sangat sederhana.

3. Pada periode ketiga yang berlangsung selama 360 juta tahun, binatang melata yang hidup di dua alam dan

tak bertulang punggung muncul di permukaan bumi.

4. Pada periode keempat yang berlangsung selama 750 juta tahun, binatang mamalia, bangsa ikan, dan burung

muncul di permukaan bumi.

5. Pada periode kelima yang belangsung selama 75 juta tahun, makhluk hidup yang lebih sempurna dan

manusia anthropoid muncul di permukaan bumi. Pada era 1 juta tahun terakhir, manusia telah berubah

menjadi manusia sempurna yang dapat kita lihat sekarang.

 Darwin juga banyak terpengaruh oleh pemikiran Cudolfski, pencetus ilmu Paleontologi. Riset-riset yang

telah dilakukan oleh Cudolfski membuahkan teori Evolusi Spesies. Dengan mendeklarasikan teori Evolusi Spesies itu,

pada hakikatnya Darwin telah mengibarkan bendera perang terbuka melawan ajaran-ajaran fundamental agama

Kristen, seperti Isa sebagai juru penyelamat, penciptaan manusia dalam pandangan Taurat, keserupaan Tuhan

dengan manusia, teori finalisme, kebertujuan alam wujud, dan kelebihutamaan manusia atas binatang. Meskipun

demikian, kita tidak memiliki bukti yang kuat untuk menuduhnya telah berpaling dari agama.

4

► Background Utama Teori Darwin

Background utama teori Evolusi Darwin adalah beberapa hal berikut ini:

1. Konsep kausalitas; dalam dunia makhluk hidup, tidak ada satu peristiwa pun yang terjadi tanpa kausa.

2. Konsep gerak; dunia makhluk senantiasa mengalami perubahan.

3. Konsep tranformasi kuantitas menjadi tranformasi kualitas; dalam dunia makhluk, seluruh tranformasi

kuantitas yang akumulatif (bertumpuk-tumpuk) akan berubah menjadi tranformasi kualitas.

4. Konsep kekekalan materi dan energi; antara dunia makhluk hidup dan makhluk tak hidup terjadi proses

pertukaran materi dan energi. Dalam proses pertukaran ini, tidak ada suatu apapun yang akan sirna.

5. Konsep antagonisme; setiap partikel dari dunia makhluk hidup dan begitu juga keseluruhan dunia tersebut

senantiasa memiliki antagonis yang menganugerahkan identitas kepadanya. Proses antagonik dan kontradiksi

adalah faktor utama gerak dan pencipta kontradiksi-kontradiksi baru.

6. Konsep kombinasi; seluruh antagonis yang ada di dunia makhluk hidup selalu berada dalam konflik. Tapi

akhirnya seluruh antagonis itu akan berpadu. Dari perpaduan ini, muncullah sebuah kombinasi baru di dunia

wujud, dan kombinasi baru ini juga memiliki antagonis.

7. Konsep negasi dalam negasi; setiap sistem, baik berupa organisme individual, spesies, genus, klan, dan lain

sebagainya adalah sebuah realita nyata yang akan sirna di sepanjang masa lantaran konflik yang terjadi antar

antagonis. Tempat realita itu diambil alih oleh realita nyata baru yang ia sendiri akan sirna pada suatu hari.

Hasil dari negasi dalam negasi ini adalah proses tranformasi.[12]

► Pondasi Utama Teori Darwin

Dengan mengkombinasikan antara pengalaman empiris dan rasional, Darwin mencetuskan pondasi-

pondasi teorinya berikut ini:

a. Pengaruh lingkungan hidup. Darwin mengadopsi konsep ini dari Lamarck.

b. Transformasi aksidental (random variation); Darwin membawakan banyak bukti bahwa transformasi yang terlihat

spele dan terjadi dengan sendirinya dalam anggota setiap spesies terwujud secara aksidental dan saling

terwarisi. Tapi berkenaan dengan sumber utama dan kausa transformasi ini, ia hanya mengandalkan rekaan

dan sangkaan. Ia menegaskan bahwa teori yang telah ia cetuskan ini—dengan sendirinya—tidak mampu

menjelaskan kausa seluruh tranformasi itu. Tujuan utama yang ingin digapai oleh Darwin adalah bahwa

transformasi semacam ini memang benar-benar terjadi, dan ia tidak mementingkan faktor apakah yang telah

mewujudkannya.[13]. 

Transformasi aksidental yang terjadi di dunia makhluk hidup tidak keluar dari konsep kausalitas.

Transformasi aksidental adalah sebuah proses yang berdasarkan pertimbangan statistik dan perhitungan

kemungkinan memiliki nasib yang lebih sedikit untuk bisa terwujud.[14]. Berkenaan dengan hal ini, Darwin

menegaskan, “Di dunia binatang liar, banyak sekali kita lihat transformasi yang terjadi secara aksidental.

Penggunaan kosa kata ‘aksidental’ tanpa disertai pengakuan yang tegas adalah sebuah pengakuan atas

kebodohan kita terhadap kausa-kausa transformasi individual tersebut.”[15]

c. Pertikaian untuk kekal; secara keseluruhan, jumlah makhluk hidup (yang tidak produktif) lebih banyak daripada

jumlah makhluk-makhluk hidup yang produktif (dapat menghasilkan keturunan). Sebagian transformasi dapat

mewujudkan sebuah kelebihan tak terindera sehubungan dengan perlombaan dan pertikaian dahsyat dalam

anggota sebuah spesies atau antara spesies-spesies yang beraneka ragam untuk menggapai kekekalan dalam

sebuah lingkungan hidup.[16] Darwin mempelajari terminologi ini dari Malthus, seorang ekonom era abad ke-18.

Ketika menjelaskan pondasi dasar ini, Darwin menegaskan, “Pada saat paceklik, dua binatang karnivora

akan saling berperang untuk memperebutkan sepotong daging demi mempertahankan hidup. Meskipun

kehidupan setiap tumbuhan bergantung pada air, tetapi eksistensi tumbuhan yang hidup di pinggiran sebuah

padang yang tak berair dan tak berumput bergantung pada semangatnya untuk berperang melawan kekeringan.

Pengertian konsep pertikaian untuk kekal dapat diumpamakan dengan pertikaian antara benalu dan sebatang

5

pohon yang dihinggapinya. Jika jumlah benalu yang tumbuh di atas sebatang pohon semakin banyak, maka

pohon itu akan kering. Untuk mempermudah kita memahami pengertian ini, kami menggunakan terminologi

pertikaian untuk kekal.”[17]

 Pertikaian untuk kekal adalah konsekuensi yang tak dapat dihindari dari sebuah realita bahwa organisme

setiap makhluk hidup memiliki keinginan untuk memperbanyak diri dan berkembang biak. Berdasarkan doktrin

Malthus, makhluk hidup yang berkembang biak melalui jalan penanaman biji atau bertelur sudah seharusnya

mempersiapkan diri untuk musnah pada suatu periode kehidupannya. Jika tidak demikian, lantaran faktor

keinginan setiap makhluk hidup untuk berkembang biak secara geometrikal, maka makhluk hidup akan

bertambah banyak dalam waktu yang sangat singkat sehingga dunia manapun tidak akan mampu lagi untuk

menampungnya. Karena setiap makhluk hidup dapat lebih banyak menciptakan keturunan dibandingkan

dengan makhluk lain yang mampu untuk meneruskan hidup, maka peperangan dan pertikaian di antara anggota

sebuah spesies makhluk hidup itu dan dengan spesies makhluk hidup yang lain atau dengan kondisi lingkungan

hidupnya pasti harus terjadi. Proses perkembangbiakan ini—tanpa pengecualian—dimiliki oleh seluruh

organisme makhluk hidup. Setiap makhluk hidup akan berkembang biak dengan cepat sekali. Jika tidak ada

penghalang yang dapat mencegah proses perkembangbiakan ini, niscaya keturunan yang dimiliki oleh

sepasang makhluk hidup akan memenuhi seluruh bumi. Manusia juga begitu. Meskipun makhluk ini

berkembang biak dengan sangat lambat, akan tetapi dalam kurun waktu dua puluh lima tahun, jumlahnya akan

bertambah dua kali lipat. Setelah beberapa ribu tahun, tidak akan ada tempat lagi di atas bumi ini untuk

keturunan manusia.

Kami memiliki beberapa contoh untuk realita ini. Untuk pertama kali, sebuah tumbuhan dipindahkan ke

sebuah pulau, dan dalam kurun waktu sepuluh tahun, tumbuhan itu telah memenuhi seluruh pulau tersebut.

Meskipun terjadi pertikaian dengan seluruh faktor yang ada di lingkungan sekitarnya, tetapi organisme setiap

makhluk hidup tetap memiliki keinginan untuk berkembang biak. Tidak boleh kita lupakan bahwa setiap makhluk

hidup, baik tua maupun muda, akan mengalami sebuah peperangan yang dahsyat pada suatu periode

kehidupannya untuk mempertahankan diri dari kebinasaan. Jika kita dapat membasmi faktor yang dapat

menyebabkan kebinasaannya, meskipun faktor itu bersifat sepele, maka jumlah makhluk hidup itu akan

bertambah banyak secara menakjubkan. Faktor yang berpengaruh dalam upaya mencegah proses

perkembangbiakan itu sangatlah penting.[18]

Darwin meyakini bahwa kondisi sebuah iklim dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sangat

berpengaruh dalam menyetabilkan jumlah rata-rata anggota sebuah spesies. Hawa yang sangat dingin pada

sebuah musim dingin dan paceklik pada sebuah musim panas dapat mengurangi jumlah anggota sebuah

spesies secara gradual. Pertikaian untuk kekal di kalangan binatang dan tumbuh-tumbuhan, begitu juga di

kalangan anggota sebuah spesies adalah lebih dahsyat dan lebih serius. Ketika peperangan di kalangan

spesies dalam satu genus berubah menjadi pertikaian untuk kekal, meskipun spesies itu banyak memiliki

keserupaan bentuk rupa, adat istiadat, dan khususnya postur tubuh, maka peperangan itu akan lebih dahsyat

dibandingkan dengan peperangan yang terjadi antara satu spesies yang berasal dari satu genus dengan

spesies lain yang berasal dari genus yang berbeda.[19]

d. Konsep pemanfaatan dan non-pemanfaatan anggota tubuh; Darwin mempelajari konsep ini dari Lamarck dan

memanfaatkannya dalam buku Mansha’-e Anva’. Ketika menjelaskan unsur biologis ini, ia menulis, “Dalam

bangsa binatang yang jinak, pemanfaatan (anggota tubuh) menyebabkan penguatan dan pengembangan

sebagian anggota tubuhnya. Akan tetapi, jika anggota-anggota tubuh itu tidak dimanfaatkan, maka hal ini akan

mewujudkan pengurangan di dalamnya. Tranformasi semacam ini bersifat genetik (warisan). Nenek moyang

bangsa burung unta memiliki kebiasaan sebagaimana burung-burung yang lain. Sebuah pilihan dan tindakan

secara natural dalam beberapa periode kehidupan yang sangat panjang menyebabkan ukuran dan berat

tubuhnya bertambah. Kedua kakinya lantaran senantiasa difungsikan bertambah besar. Sementara itu, kedua

sayapnya kehilangan kemampuan untuk terbang secara perlahan-lahan.”[20]

e. Perpindahan karakteristik akuisitif melalui jalan warisan; jika perubahan biologis dan kondisi lingkungan hidup

mewujudkan perubahan dalam diri makhluk hidup, dan faktor ini bertindak cepat dalam tindakannya, maka efek-

6

efek kecil akan bertumpuk menjadi satu dan generasi demi generasi akan bertambah kokoh. Ketika perubahan-

perubahan itu berpindah kepada keturunan berikutnya, maka hal itu akan menyebabkan perubahan bentuk

organik dan spesies-spesies baru akan muncul.

f. Pemilihan spesies terbaik atau kekekalan spesies yang paling bermutu (survival of the fittest); sebuah pilihan

yang terlaksana secara natural akan mengubah bentuk dan kombinasi etika sebuah keturunan dibandingkan

dengan nenek moyang mereka. Di samping itu, pilihan ini juga akan menambah proses kelahiran dalam porsi

yang lebih banyak di kalangan mereka. Dengan berkurangnya perubahan yang tak diinginkan dan musnahnya

sebagian anggota tubuh, sebuah makhluk akan berubah menjadi spesies lain secara gradual. Darwin

menamakan proses menghindari perubahan yang membawa kerugian dan memelihara perubahan yang

berguna dengan “pilihan natural” atau “kekekalan spesies yang terbaik”. Ia mengambil terminologi ini dari

Spencer. Pilihan natural hadir dalam semua medan tanpa suara dan tak terindera sembari memeriksa

perubahan-perubahan yang terkecil sekalipun secara detail. Pilihan ini menghilangkan hal-hal yang

membahayakan dan menyimpan segala sesuatu yang sesuai dan berguna. Menurut Darwin, setiap perubahan

dalam kondisi lingkungan hidup akan membangkitkan keinginan untuk berubah dalam diri makhluk hidup. Di

antara sekian perubahan-perubahan yang terjadi, perubahan yang lebih bermanfaat bagi kondisi makhluk hidup

berdasarkan pilihan natural akan memiliki nasib untuk kekal dan berkembang. Jika tidak terjadi perubahan

apapun, maka pilihan natural tidak akan pernah terjadi. Ya, kita tidak boleh lupa bahwa maksud kami dari

perubahan itu hanyalah perubahan kecil yang bersifat individual.[21]

Memperhatikan pilihan artifisial yang dilakukan oleh manusia pada saat menanam tumbuh-tumbuhan dan

memelihara binatang, Darwin berhasil menyingkap unsur pilihan natural di alam semesta ini. Tentang pilihan

artifisial manusia itu, Darwin menulis, “Manusia tidak mampu mewujudkan kemampuan untuk berubah (dalam

diri sesuatu) dan juga tidak bisa mencegah proses perubahan tersebut. Satu-satunya tindakan yang bisa ia

lakukan adalah mengumpulkan dan menjaga perubahan-perubahan yang terjadi.”[22] Ketika menjelaskan topik

ini, ia lebih lanjut menulis, “Ketika perubahan yang bermanfaat terjadi dalam organisme sebuah makhluk hidup,

makhluk hidup yang memiliki perubahan tersebut dalam rangka pertikaian untuk kekal memiliki nasib yang lebih

banyak (untuk kekal), dan sesuai dengan konsep warisan turun-temurun, ia akan dilahirkan dengan seluruh

karakteristik yang sudah ada itu. Saya menamakan dasar-dasar untuk memelihara perubahan yang bermanfaat

dan kekekalan makhluk yang lebih pantas ini dengan pilihan natural.”[23]

Menurut pesepsi Darwin, waktu yang cukup memiliki peranan penting dalam tindak pilihan natural. Yakni

jika kita bertanya kepada Darwin mengapa suatu anggota tubuh mengalami perubahan, tetapi mulut lebah tidak

memanjang sehingga ia dapat dengan mudah mengisap sari bunga semanggi merah? Atau mengapa ayam

unta tidak bisa terbang? Darwin akan menjawab bahwa waktu tidak cukup sehingga pilihan natural tidak dapat

menyempurnakan tindakan dan prosesnya yang bersifat gradual.”[24]

Untuk lebih menjelaskan unsur waktu ini lebih lanjut, Darwin membawakan beberapa contoh. Sebagai

contoh, srigala menyerang binatang-binatang yang lain dengan cara tipu muslihat, paksaan, atau kadang-

kadang dengan cara berlari kencang. Kita asumsikan bahwa lantaran berbagai perubahan di area lingkungan

hidup, mangsa srigala yang paling cepat berlari; yaitu rusa, bertambah banyak dan binatang-binatang lain yang

sering diserang oleh srigala berkurang secara drastis. Dalam kondisi semacam ini, srigala yang bertubuh

ramping dan dapat berlari kencang memiliki nasib yang lebih banyak untuk hidup dan pilihan natural akan

memaksanya untuk bertubuh demikian. Ketika manusia ingin menambah kekencangan lari anjing pemburu dan

memperbaiki keturunannya, ia juga menggunakan cara pilihan yang bersandarkan pada metode kecepatan.[25]

Darwin tidak hanya membatasi teori pilihan natural ini pada perubahan fisik makhluk hidup. Akan tetapi,

pilihan natural ini juga berpengaruh dalam pembentukan nalurinya. Darwin menafsirkan perubahan naluri dalam

diri binatang yang beraneka ragam juga dengan unsur pilihan ini.[26] Ketika menjelaskan unsur pilihan natural,

Darwin mengisyaratkan hal-hal berikut ini:

7

Pilihan natural—dengan bersandarkan pada realita kompetisi yang ada di kalangan makhluk hidup—hanya

menyemurnakan (perubahan) makhluk yang hidup di sebuah belahan bumi dibandingkan dengan penghuni

lain belahan bumi tersebut (dan tidak ada hubungannya dengan penghuni belahan bumi yang lain).[27]

Pilihan natural tidak mampu melakukan perubahan yang penting dan secara tiba-tiba. Pilihan natural hanya

mampu mengumpulkan perubahan yang ringan, berkesinambungan, dan bermanfaat bagi makhluk hidup, dan

itu pun dengan gerakan yang sangat lamban.[28]

Pilihan natural hanya dapat berpengaruh melalui jalan memelihara dan mengumpulkan perubahan-perubahan

yang bermanfaat bagi makhluk hidup dan yang terjadi pada kondisi organik dan non-organik selama periode

kehidupannya yang berbeda-beda. Hasil pilihan natural ini adalah perbaikan kondisi makhluk hidup yang

sangat menakjubkan terhadap situasi dan kondisi lingkungan hidup yang mendominasi.[29]

Konsep pilihan natural membuktikan bahwa organisme yang dapat melanjutkan dan bertahan hidup hanyalah

organisme yang memiliki serentetan karakteristik yang dapat membantunya dalam menghadapi peperangan

melawan kehidupan. Lingkungan hidup akan membinasakan makhluk hidup yang tidak sempurna dan

memperkuat makhluk hidup yang lebih memiliki kesiapan untuk melanjutkan kehidupan. Menurut Darwin,

pilihan natural melakukan dua hal: (1) mewujudkan keseimbangan logis antara tatanan tubuh sebuah makhluk

hidup dengan lingkungan hidupnya dan (2) mengembangkan organisme tubuh dari organisme yang lebih

sederhana kepada organisme yang lebih sempurna dan dari organisme yang rendah kepada organisme yang

tinggi.[30]

Pilihan natural terwujud lantaran pertikaian untuk kekal dan pertikaian untuk kekal akan terjadi apabila

makhluk hidup menghadapi ketidakseimbangan prasarana hidup yang disebabkan oleh proses

perkembangbiakan yang melebihi batas yang normal dan berlangsung sangat cepat.[31]

Teori Evolusi melalui jalan pilihan natural dapat musnah apabila salah satu karakteristik dan sifat berbahaya

atau tidak bermanfaat lagi bagi anggota sebuah spesies. Akan tetapi, karakteristik dan sifat-sifat itu masih

dimanfaatkan oleh spesies yang lain.

Kosa kata “makhluk yang lebih pantas” (ashlah) dalam konsep “memilih makhluk yang lebih pantas” berarti

kelebihserasian sebuah makhluk hidup dengan lingkungan hidup dan kelebihmampuannya untuk tetap

bertahan hidup, bukan berarti kesempurnaan yang lebih sempurna.

► Darwin dan Manusia

Darwin berkeyakinan bahwa perbedaan antara manusia dan binatang, baik dari sisi postur tubuh maupun

kejiwaan, hanya bersifat kuantitas. Ia tidak meyakini adanya perbedaan kualitas antara kedua makhluk ini. Atas dasar

ini, perasaan, pemahaman rasional, naluri, keinginan, rasa cinta dan benci, dan lain sebagainya juga dimiliki oleh

binatang-binatang hina dalam bentuk yang sangat primitif dan kadang-kadang pula dalam bentuk yang sudah

sempurna. Darwin bersiteguh bahwa nenek moyang manusia yang berkaki empat pada mulanya berdiri dengan

menggunakan dua kaki belakangnya, tetapi tidak secara sempurna. Realita ini adalah permulaan ditemukannya

makhluk hidup berkaki dua. Pertikaian untuk kekal dan perubahan kondisi lingkungan hidup memiliki peran yang

sangat penting dalam evolusi manusia. Dalam perubahan kera berbentuk manusia menjadi manusia, Darwin

menegaskan bahwa faktor geografis dan ekonomis memiliki saham yang sama. Penjelasannya adalah berikut ini:

Ketika bahan makanan berkurang pada saat pertikaian untuk kekal terjadi, manusia sudah terbiasa

mengkonsumsi bahan makanan yang beraneka ragam. Dengan berubah dari herbivora mutlak menjadi omnivora, ia

telah mengambil langkah fundamental menuju evolusi. Banyak sekali ilmuwan yang menentang teori ini dan memilih

persepsi yang lain. Sebagai contoh, Laille meyakini bahwa manusia menjadi sempurna dengan mengalami mutasi

yang tiba-tiba dan tak disangka-sangka. Vallas mengklaim bahwa terwujudnya manusia harus dicari dalam bentuk

tertentu dari sebuah evolusi. Ia meyakini bahwa manusia dapat membebaskan dirinya dari cengkeraman alam materi

dengan bantuan kecerdasan dan kemampuannya untuk menyediakan pakaian, membuat senjata dan seluruh sarana

kehidupan, serta dengan kekuatan yang ia miliki untuk mengubah lingkungan hidup dan susunan internal tubuhnya.

Seluruh kemampuan dan kekuatan ini juga mampu mencegah dunia luar untuk memaksa manusia seperti layaknya

8

seluruh binatang yang lain berdamai dengan lingkungan hidupnya. Atas dasar ini, dengan bersandar pada

keistimewaan dan karasteristik yang dimiliki oleh manusia, Vallas mengingkari bahwa teori pemilihan natural dapat

dikomparasikan dengan teori Evolusi manusia. Ia berkeyakinan bahwa roh manusia bukan hasil sebuah proses alam.

Dengan melontarkan perbedaan antara roh dan badan, serta keserupaan dan perbedaan embriologis dan psikologis

yang dimiliki oleh manusia dan binatang, Wismen juga mendeklarasikan penentangannya terhadap teori Darwin.[32]

Evaluasi Teori Darwin

Sampai di sini jelas bagi kita bahwa teori Evolusi Darwin betumpu pada enam dasar. Bangsa binatang

dengan perubahan lingkungan hidup yang dialaminya, pertikaian untuk kekal, penggunaan sebagian anggota

tubuhnya dan penon-fungsian sebagian anggota tubuh yang lain, mengalami perubahan fisik. Dengan pilihan natural,

ia memiliki hal-hal yang sesuai dengan tubuhnya dan membuang hal-hal yang tidak sejalan dengan kondisi fisiknya.

Akhirnya, perubahan-perubahan akuisitif ini—melalui jalan waris-mewarisi di sepanjang perjalanan hidup—

menyebabkan evolusi di dunia makhluk hidup. Sekarang kita menghadapi dua pertanyaan di bawah ini:

Apakah seluruh perubahan biologis yang dialami oleh binatang di sepanjang perjalanan hidupnya ini dapat

diinterpretasikan dengan teori evolusi?

Jika terdapat kejanggalan-kejanggalan dalam teori evolusi, apakah ada sebuah teori lebih unggul yang telah

dijadikan sebagai penggantinya atau belum?

Perlu kami ketengahkan di sini bahwa di dunia Eropa, di samping para rohaniawan dan pendeta seperti

Hansloe, Sajwick, dan Violle, juga terdapat beberapa ilmuwan yang memiliki kedudukan penting di universtas serta

juga memiliki karya dan pengaruh yang sangat besar dalam bidang ilmu biologi menentang teori Darwin. Para

ilmuwan kenamaan seperti Louis Agasser (embriolog), Richard Oven (paleontolog), Charles Arsent Birre, dan George

Miawart (dua zoolog berkebangsaan Inggris) adalah para penentang teori Darwin yang sangat getol. Pada

kesempatan ini, kami akan menyebutkan beberapa kejanggalan yang terdapat dalam teori Darwin.

1) Pertama, sebuah teori ilmiah dipandang dari sisi logika adalah sebuah kaidah universal yang menjelaskan

sebuah sistem yang terjadi secara berulang-ulang dan bersifat abadi. Kedua, berdasarkan kaidah tersebut,

prediksi sebuah peristiwa dan juga interpretasinya dapat dipahami dengan mudah. Ketiga, ketidakbenaran

sebuah kaidah ilmiah dapat dipahami melalui pengalaman. Atas dasar ini, statemen-statemen parsial dan realita

di alam nyata seperti “matahari adalah sebuah planet yang sangat panas” dan “Napeleon mengalami kekalahan

dalam perang Watherloe”, serta premis-premis yang tidak bisa dieksperimen keluar dari ruang lingkup kaidah

ilmiah. Ketika menjelaskan program universal dan kaidah umum kebinasaan dan kekekalan makhluk hidup di

medan sejarah, Darwin menegaskan bahwa di masa, tempat, dan iklim tertentu, sekelompok binatang yang

tidak memiliki kelayakan untuk kekal akan binasa dan sekelompok binatang yang memiliki kelayakan untuk

kekal akan kekal. Kebinasaan dan kekekalan senantiasa adalah hasil kelayakan dan ketidaklayakan seekor

binatang.

Sekarang, jika kita bertanya binatang manakah yang akan kekal? Jawabannya adalah binatang yang lebih

layak. Jika kita bertanya binatang manakah yang lebih layak? Jawabannya adalah binatang yang akan kekal.

Hasilnya, binatang yang akan kekal adalah binatang yang akan kekal.

Jelas, realita ini adalah sebuah sirkulasi logika (dawr mantiqi) yang tersembunyi dalam teori pilihan natural

dan kekekalan makhluk yang lebih pantas. Tidak ada tempat pelarian dari sirkulasi ini.

Di samping itu semua, teori pilihan natural tidak pernah menentukan tolok ukur yang pasti untuk

membedakan mana binatang yang bisa bertahan hidup dan mana yang tidak bisa bertahan hidup atau mana

binatang yang layak dan mana yang tidak layak. Atas dasar teori ini, masa depan sekelompok binatang tidak

dapat dipastikan. Sebagai contoh, ketika terjadi pertikaian antara manusia dan kucing untuk tetap hidup kekal,

tidak dapat dipastikan siapa yang akan menang? Ketika teori Evolusi tidak mampu untuk memberikan sebuah

prediksi, maka teori ini dengan sendirinya akan dapat dibatalkan, karena teori ini bersifat tautologik; yaitu ketika

ingin mendefinisikan sebuah klaim, ia harus meminta pertolongan kepada klaim itu sendiri.[33]

Atas dasar ini, teori pilihan natural selalu abstain berkenaan dengan liku-liku dan arah peristiwa yang akan

terjadi. Jika manusia tidak terwujud dalam mata rantai sebuah evolusi, niscaya teori pilihan natural akan

9

menafsirkan bahwa tidak ada jalan lain; situasi dan kondisi tidak membantu. Jika sebuah makhluk hidup yang

bernama manusia terwujud secara aksidental sekalipun, maka teori ini akan menjustifikasi kekekalan manusia

itu berdasarkan kelayakan dan kemampuan yang ia miliki untuk menyelaraskan diri dengan lingkungan hidup.

Dengan demikian, mekanisme teori pilihan natural akan memberikan jawaban yang sama dalam menghadapi

setiap peristiwa dan tidak akan menampakkan sebuah sensitifitas berkenaan peristiwa apapun. Konsekuensinya

adalah teori ini tidak bersifat ilmiah,[34] karena sebuah kaidah ilmiah harus memiliki kemampuan dalam

menunjukkan presdiksinya.

2) Jika teori Evolusi adalah sebuah teori yang bersifat universal, maka mengapa hanya sebagian binatang yang

berubah menjadi spesies binatang yang lain, padahal sebagian yang lain dari binatang yang sama dan di

daerah yang sama pula tetap berbentuk seperti sedia kala? Sebagai contoh, dalam sejarah perkembangan

biologis, mengapa sebagian kera telah berubah menjadi manusia, sementara kera-kera yang lain tetap berupa

kera seperti sedia kala?

3) Teori perpindahan sifat-sifat akuisitif kepada generasi-generasi yang akan datang melalui jalan waris-mewarisi

sebagai salah satu pondasi teori Lamarck dan Darwin telah berhasil dibatalkan oleh para ilmuwan embriolog

pada masa kini. Dalam berbagai eksperimen, mereka melakukan penelitian atas berbagai kasus seperti

penderita penyakit yang terpotong salah satu anggota tubuhnya, penggunaan dan non-penggunaan anggota

tubuh, dan pendidikan serta pengajaran selama dua puluh dua generasi. Akan tetapi, mereka tidak pernah

sampai pada kesimpulan adanya perpindahan sifat-sifat akuisitif tersebut. Lebih penting dari itu, khitan anak

laki-laki yang dilakukan oleh muslimin dan para pengikut agama Kalimi dan telah berlanjut selama berabad-

abad adalah contoh eksperimen paling jitu yang hingga sekarang belum berubah menjadi sebuah warisan

secara turun-temurun.[35] Dengan kata lain, hanya perubahan-perubahan yang terdapat dalam sel-sel seksual

dapat berpindah kepada generasi-generasi mendatang.

4) Darwin sangat memberikan perhatian khusus terhadap unsur pertikaian untuk kekal. Padahal hubungan antar

makhluk hidup tidak hanya terbatas pada perang dan pertikaian. Banyak sekali bentuk saling tolong-menolong

dan gotong royong yang terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari.[36]

5) Dr. Louis Leykee dan istrinya pernah mengadakan sebuah riset untuk menemukan fosil-fosil manusia pra

sejarah di belahan timur Afrika. Riset ini berlangsung selama tiga puluh tahun. Mereka menemukan sebuah

tengkorak yang betul-betul serupa dengan tengkorak kepala manusia. Pemilik tengkorak itu pernah hidup sekitar

dua juta tahun silam dan memiliki dagu yang serupa dengan dagu manusia. Wajahnya lebar dan rata, serta

memiliki dagu yang berbentuk bujur sangkar. Tengkorak ini sama sekali tidak memiliki keserupaan dengan kera.

Dengan adanya penemuan-penemuan semacam ini, teori Darwin sedikit banyak mengalami kegoncangan dan

kejanggalan.[37]

6) Kaidah adaptasi dengan lingkungan hidup tidak selamanya menyebabkan penggunaan dan non-penggunaan

anggota tubuh yang akhirnya akan menyebabkan sebuah evolusi spesies. Sebagai contoh, Mr. Payne pernah

melakukan penelitian terhadap lalat cuka yang dipelihara dalam sebuah tempat yang gelap gulita selama enam

puluh sembilan generasi secara berturut-turut. Meskipun lalat itu telah beradaptasi dengan lingkungannya, akan

tetapi mata generasi lalat yang terakhir tetap berbentuk normal.[38]

7) Teori Darwin lebih menitikberatkan pada bukti-bukti penemuan paleontologis, embriologis, dan anatomi

komparatif. Semua bukti itu hanya bersandarkan pada prasangka yang tidak dapat mendatangkan keyakinan

dan hanya bersifat parsial. Atas dasar ini, teori ini tidak dapat dipopularisasikan sebagai sebuah teori ilmiah.

Hanya keserupaan yang dimiliki oleh janin-janin binatang atau perbandingan beberapa unsur binatang dan

keserupaan yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut tidak dapat dijadikan sebagai bukti atas keilmiahan sebuah

teori.

8) Menurut hemat kami, pondasi dan pilar-pilar teori Darwin tidak mampu untuk menginterpretasikan banyak

hakikat seperti naluri, ilham, akal, dan lain sebagainya, meskipun ia sendiri bersikeras ingin membuktikan

kemampuan teorinya dalam hal ini.

9) Darwin meyakini bahwa perbedaan antara perasaan manusia dan kera yang berupa manusia hanya bersifat

kuantitas. Padahal jika kita meneliti seluruh periode belajar, perkembangan, dan stimulasi dengan jeli, niscaya

10

perbedaan kualitas antara dua makhluk ini sangat jelas dan gamblang. Dengan kata lain, perbedaan kuantitas

yang dimiliki oleh kedua makhluk ini menjadi sumber kemunculan sebuah perbedaan kualitas.

10) Sebagian orang ingin memanfaatkan unsur pilihan natural dalam realita-realita yang bersifat sosial. Padahal

konsep ini tidak memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan banyak realita sosial, seperti realita

kemunculan dan kesirnaan peradaban.

11) Para pembela teori Transformisme hingga kini belum mampu mengenal mata rantai terakhir pemisah antara

manusia dan binatang sehingga rantai kesempurnaan itu dapat mencapai kesempurnaan puncaknya. Realita ini

menghikayatkan kelemahan teori ini.

12) Hasil penelitian para ilmuwan Jerman berkenaan dengan evolusi manusia melaporkan, “Berdasarkan riset

genetik modern yang telah dilaksanakan di Jerman, seluruh teori Evolusi yang telah dicetuskan oleh akal

manusia itu tidak memiliki makna. Berdasarkan laporan Pusat Berita Negara menukil dari Kantor Pusat Televisi

CNN, sebuah riset ilmiah modern melakukan penelitian ulang atas teori ilmiah yang telah berhasil menyita

pikiran para ilmuwan selama bertahun-tahun itu. Riset ilmiah ini membuktikan bahwa seluruh klaim teori Evolusi

adalah keliru.”

“Menurut laporan ini, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan atas DNA sebuah fosil jasad manusia

Neondertal yang pernah hidup pada seratus ribu tahun yang lalu, manusia itu secara genetik tidak memiliki

keserupaan sama sekali dengan DNA kera yang selama ini dianggap sebagai nenek moyang manusia yang

hidup pada masa sekarang ini.”

“Laporan ini juga menegaskan, padahal banyak sekali keserupaan yang dimiliki oleh manusia Neondertal

dengan manusia yang hidup di masa kini, akan tetapi semua itu tidak bisa dianggap sebagai bukti-bukti ilmiah.

Menurut keyakinan salah seorang ahli berkebangsaan Amerika yang telah melakukan penelitian dalam bidang

sejarah evolusi manusia, riset yang telah dilakukan oleh para ilmuwan Jerman itu adalah lebih penting daripada

peristiwa landing-nya sebuah pesawat ruang angkasa di planet Mars.”[39]

d. Neo Darwinisme

Teori keempat dari teori Evolusi adalah teori Neo Darwinisme. Teori ini dibangun oleh August Wisman,

seorang zoolog berkebangsaan Jerman. Ia mengkritik dan mengingkari adanya perpindahan sifat-sifat akuisitif kepada

generasi-generasi berikutnya. Akan tetapi, ia mengklasifikan sel-sel makhluk hidup dalam dua kategori: (a) sel Germin

(seks) dan (b) sel Soma (anatomi). Kemudian, dengan mencetuskan teori Plasma Janin (Plasma Embryogenique) dan

bahwa materi itu hanya dimonopoli oleh sel-sel seksual, ia berhasil menafsirkan tata cara perpindahan sifat dan

karakteristik kepada generasi-generasi berikutnya. Ia menamakan materi ini dengan Materi Patrimonial.

Menurut Wisman, karena sel-sel Soma akan sirna setelah sebuah makhluk hidup mati, perubahan-

perubahan akuisitif tidak akan berpindah kepada generasi berikutnya melalui sel ini. Hanya perubahan yang terdapat

dalam sel-sel Germin dan tersimpan dalam kelenjar seksual akan berpengaruh dan dapat berpindah kepada generasi

berikutnya. Para penganut teori Neo Darwinisme menggunakan Materi Patrimonial untuk melontarkan kritikan

terhadap para penganut teori Darwinisme. Mereka meyakini bahwa materi ini bersifat abadi, tak berubah-ubah, dan

kebal terhadap seluruh perubahan lingkungan hidup.[40]

e. Teori Mutasi (Perubahan Secara Tiba-Tiba)

Teori Mutasi adalah teori kelima dari sekian teori Evolusi. Terori ini meyakini bahwa perubahan gen yang

terjadi dengan tiba-tiba dan sekaligus menyebabkan perubahan yang bersifat patrimonial dalam diri spesies. Evolusi

tumbuh-tumbuhan dan binatang terjadi melalui cara ini. Dengan bersandar pada teori ini, para ilmuwan dapat

menjustifikasi dan menafsirkan evolusi yang terjadi pada berbagai spesies dengan lebih baik.

Teori ini dicetuskan oleh Hugo Deoufris, seorang botanis berkebangsaan Belgia. Teori ini mengklaim bahwa

sebagian biji tumbuh-tumbuhan, meskipun memiliki keserupaan yang sempurna dengan spesies-spesiesnya,

mengalami perubahan spesies dan karakteristik. Perubahan ini terjadi dengan tiba-tiba, sekaligus, dan tanpa

terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang terjadi di sekitar lingkungan hidup. Perubahan ini akan berpindah kepada

11

generasi berikutnya melalui jalan gen.[41] Dari sejak ilmu genetika berkembang pesat dikalangan para

penggandrungnya, teori Mutasi sebagai sebuah teori ilmiah menjadi pengganti seluruh teori yang lain.

Efek dan Pengaruh Teori Darwin

Pandangan dan pemikiran Darwin, seperti persepsi dan teori Newton, memiliki pengaruh yang sangat besar

terhadap dunia pemikiran yang berkembang di dunia ini. Dengan mencetuskan teori naturalistis dan interpretasi

vehikularnya terhadap dunia biologis, Newton telah berhasil mengubah Monoteisme yang bersandarkan pada ajaran

wahyu menjadi Monotoisme Naturalis atau Deisme. Darwin, dengan teori Evolusinya di dunia biologis, juga telah

berhasil menanamkan efek dan pengaruhnya dalam bidang agama, akhlak, sosiologi, dan antropologi. Atas dasar ini,

hendaknya kita senantiasa memperhatikan satu poin. Yaitu, meskipun Darwin dikenal sebagai seorang ahli biologi,

akan tetapi teori Evolusinya—yang notabene banyak dipengaruhi oleh aliran pemikiran logika dan pondasi dasar teori

dialektika Hegel, serta dasar-dasar pemikiran Lamarck dan para pemikir yang lain—memiliki pengaruh yang sangat

luas terhadap mayoritas aliran pemikiran filsafat, teologi, sosiologi, humanisme, dan biologi.

Proses ilmiah ini berhasil mewujudkan relasi-relasi baru antara bidang-bidang ilmu pengetahuan dalam

kerangka pemikiran manusia. Sebelum Darwin, banyak ilmuwan dan ahli biologi seperti Boufon, Lamarck, dan lain-lain

yang mengusulkan teori Evolusi dalam bidang ilmu biologi, geologi, kimia, dan bidang-bidang ilmu pengetahuan yang

lain. Akan tetapi, lantaran beberapa alasan seperti kelemahan argumentasi dan bukti-bukti yang diajukan, teori

mereka tidak berhasil menarik perhatian dan reaksi masyarakat kala itu, dan para penafsir kitab-kitab suci dalam

usaha memerangi mereka dengan mudah berhasil menyelamatkan kitab-kitab suci mereka dari kemelut kontradiksi

antara ilmu pengetahuan dan agama dengan sedikit justifikasi dan penafsiran. Sebagai contoh, ketika David Hume

dan August Comte melontarkan kritik terhadap banyak argumentasi tentang pembuktian Tuhan seperti argumentasi

kekokohan ciptaan alam semesta, mereka membela argumentasi tersebut dan akhirnya berhasil mempertahankan

opini masyarakat umum.

Akan tetapi, kemunculan teori Evolusi Darwin mewujudkan sebuah gebrakan baru. Penafsiran perubahan

alam biologis dengan unsur pertikaian untuk kekal, unsur pilihan natural, perpindahan karakteristik akuisitif kepada

generasi berikut, pergantian spesies lama menjadi spesies baru, klaim bahwa makhluk hidup yang sekarang kita lihat

ini terwujud dari makhluk masa lalu yang bersel tunggal dan manusia memiliki hubungan kefamilian dengan spesies-

spesies makhluk hidup yang lain, dan—ringkasnya—usulan teori Transformisme, semua pondasi dan dasar pemikiran

ini berhasil mendatangkan sebuah pukulan yang sangat telak terhadap pemikiran religius di dunia Eropa dan imbas

ledakan pukulan ini juga mempengaruhi dunia Islam. Hingga kini, lebih dari satu abad, teori Darwin berhasil

menghadapkan kedua teori pemikiran itu sebagai dua musuh yang saling berjibaku.

Pada kesempatan ini, kami akan mengemukan sebagian efek dan imbas teori Evolusi Darwin sehingga

akhirnya nanti kita bisa menilai kebenaran atau kesalahan sebagian klaim yang diajukan oleh sebagian pemikir dan

ilmuwan dunia.

1. Kontradiksi Darwinisme dengan Makrifatullah

Seperti telah dijelaskan sebelum ini, terdapat dua pandangan berkenaan dengan penciptaan spesies: (1)

teori Fixisme yang meyakini penciptaan independen yang bersifat tiba-tiba dan (2) teori Transformasi yang meyakini

bahwa seluruh makhluk hidup terderivasi dari sesamanya. Pertanyaan yang ada adalah apakah kita dapat

mengasumsikan bahwa teori Fixisme sejalan dengan konsep makrifatullah dan teori Transformisme menentang

konsep tersebut?

Sebagian pemikir mengklaim bahwa teori Darwin kontradiktif dengan argumentasi kekokohan ciptaan alam

semesta (itqan-e son’) atau argumentasi teleolgikal (pengetahuan tentang tujuan ciptaan) sehingga dengan

argumentasi ini—yang merupakan argumentasi terpenting tentang konsep makrifatullah—kita tidak akan mampu

membuktikan keberadaan Tuhan. Tidak diragukan bahwa argumentasi kekokohan ciptaan alam semesta di samping

argumentasi ontologikal (hasti-shenakhti) dan kosmodogikal (jahan-shenakhti) adalah salah satu argumentasi

terpenting dari tiga argumentasi klasik (tentang keberadaan Tuhan). Ringkasan argumentasi ini adalah sebagai

berikut:

12

Alam semesta ini adalah manifestasi keteraturan yang memiliki tujuan (proyek, managemen, dan

kesesuaian). Atas dasar ini, pewujud alam semesta ini adalah sebuah Dzat yang cerdas, manager, dan bijaksana.

Kualifikasi utama sebuah keteraturan yang memiliki tujuan adalah keteraturan itu membentuk seluruh proses dan

struktur alam semesta ini sedemikian rupa sehingga memiliki keserasian dan dapat menelurkan sebuah hasil tertentu.

Ketika menjelaskan srgumentasi ini, William Paley (1743-1805 M.), seorang teolog dan filosof berkebangsaan Inggris,

menulis, “Jika seseorang menemukan sebuah jam di pulau Barhuti, ia berhak memiliki pikiran bahwa seorang yang

sangat cerdas telah menciptakan jam itu. Menurut persepsi teori Evolusi, struktur organik masa kini lantaran sebuah

proses yang bersifat antural terwujud dari batin organisme yang sangat sederhana. Berdasarkan keyakinan teori ini,

terdapat dua faktor yang memainkan peran yang sangat penting: (a) mutasi dan (b) meluapnya jumlah penduduk.

Mutasi bisa terjadi apabila makhluk hidup yang masih bayi berbeda dengan kedua orang tuanya dan ia memindahkan

perbedaan ini kepada keturunannya dan keturunannya itu memindahkan perbedaan itu kepada makhluk yang lain.

Seluruh keinginan dan mimpi Darwin adalah ia ingin menjelaskan bagaimana organisme yang sangt rumit terwujud

dari organisme yang lebih sederhana.”[42]

Untuk menjelaskan argumentasi keteraturan, mereka telah menyebutkan banyak riwayat dan penjelasan.

Menurut penjelasan Iseley, Darwin tidak membatalkan argumentasi kekokohan ciptaan alam semesta. Akan tetapi, ia

hanya menolak riwayat pencipta jam dan masa argumentasi itu.[43] Mungkin lantaran alasan ini, dalam sebagian

karya tulisnya, ia memperkenalkan kaidah evolusi kehidupan sebagai sebuah ciptaan Tuhan. Akan tetapi, ia meyakini

bahwa sebagian spesies yang terwujud lantaran sebuah evolusi terjadi secara aksidental, bukan karena sebuah

rencana dan managemen sebelum itu.[44]

Ya, kita juga harus memperhatikan poin ini; dari sebagian karya Darwin dapat dipahami bahwa maksud dia

dari “secara aksidental” adalah ketidaktahuan terhadap kausa dan faktor yang mewujudkan sebuah spesies. Akan

tetapi, ia juga sangat menentang konsep bahwa segala sesuatu memiliki tujuan.

Ala kulli hal, ketika menafsirkan relasi antara alam biologis dan Tuhan, sebagian ilmuwan berpendapat

bahwa Tuhan beraktifitas melalui jalan evolusi dan memanagemen sebuah proyek. Proyek ini secara perlahan-lahan

akan bertambah luas dan lebar.[45]

Dari satu sisi, ada beberapa ilmuwan lain yang hingga penerbitan buku Mansha-e Anva’ menegaskan

bahwa dalam proses evolusi, Tuhan tidak memiliki campur tangan tentang aktifitas makhluk dan atas nama undang-

undang yang permanen dan tak akan mengalami perubahan, Dia tidak ikut campur dalam mengurusi alam semesta.

[46]

Kemunculan teori Darwin dan relasinya dengan konsep makrifatullah telah berhasil menimbulkan hiruk-

pikuk di dunia Eropa sehingga para pembela dan penentangnya mengambil dua front yang saling berperang.

Sebagian orang, dengan mengingkari teori Darwin, berusaha membela kesucian konsep makrifatullah. Sebagian yang

lain menolak argumentasi keteraturan alam semesta dan menjadi para penganut aliran atheisme. Dan ada juga

sebagian kelompok yang menyatukan antara dua teori dengan sangat lihai. Sebagai contoh, sebagian teman sejawat

Darwin seperti Charles Line dan Herctshel meyakini bahwa teori Evolusi dan konsep pilihan natural Darwin tidak

pernah bertentangan dengan mazhab dan kebijaksanaan Ilahi. Mayoritas pemikir Islam juga meyakini bahwa

Darwinisme tidak pernah kontrakdiktif dengan hikmah dan kebijaksanaan ciptaan alam semesta, dan teori ini tidak

pernah mampu membuktikan bahwa gerakan materi bersifat mandiri dan tidak memerlukan sebuah faktor eksternal.

Hal ini karena keteraturan materi adalah pertanda kebijaksanaan alam semesta dan terwujudnya spesies-spesies baru

di dunia benda mati, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk hidup adalah juga pertanda atas kebijaksanaan alam semesta

dan adanya campur tangan faktor yang gaib dalam penciptaan makhluk.

Keyakinan terhadap teori Evolusi dengan segala bentuknya, sebagaimana keyakinan terhadap teori

Fixisme, tidak bertentangan dengan konsep tauhid dan makrifatullah. Kedua teori ini menetapkan bahwa di alam

semesta ini terdapat sebuah keteraturan yang sangat dalam dan penuh misteri, dan keteraturan ini adalah bukti atas

keberadaan Tuhan. Apakah ada keteraturan yang lebih agung daripada realita bahwa Tuhan telah menciptakan

seluruh makhluk yang sangat menakjubkan ini dari sebuah makhluk yang bersel tunggal dan sangat sederhana?![47]

Ustadz Syahid Mutadha Mutahhari menulis, “Jika pondasi pemikiran Lamarck dan Darwin cukup untuk

membuktikan terwujudnya keteraturan alam semesta, niscaya argumentasi keteraturan alam semesta untuk

13

membuktikan keberadaan Tuhan akan sirna. Akan tetapi, pondasi pemikiran dua ilmuwan ini tidak mampu

menjustifikasi alam semesta. Terwujudnya struktur batang tumbuh-tumbuhan dan tubuh binatang yang berlangsung

secara gradual dan aksidental tidak cukup untuk menjustifikasi keteraturan alam semesta yang sangat jeli dan detail

ini. Setiap organ tubuh kita; pencernaan, pernapasan, penglihatan, pendengaran, dan lain-lain, memiliki struktur yang

sangat menakjubkan dan seluruhnya mengikuti sebuah aktifitas dan tujuan yang tunggal. Dengan ini semua, tidak

dapat kita terima bahwa sebuah perubahan aksidental, meskipun terjadi secara gradual, telah menwujudkan semua

organ tubuh itu. Teori Evolusi, lebih dari itu, membuktikan bahwa sebuah kekuatan pengatur dan pemberi petunjuk

memiliki campur tangan dalam hal ini.[48]

Syahid Mutahhari berkeyakinan bahwa faktor kontradiksi antara teori Evolusi dan argumentasi kekokohan

ciptaan alam semesta bersumber dari kelemahan aliran-aliran pemikiran filosofis yang ada, dan dalam karyanya yang

lain, ia juga mengakui bahwa teori Evolusi kontradiktif dengan argumentasi tersebut. Akan tetapi, menurut

persepsinya, pondasi teori Evolusi tidak sempurna dan memiliki banyak kejanggalan. Dalam menjelaskan kotradiksi

tersebut, ia menulis, “Ketika sebuah makhluk yang lebih kuat berhasil bertahan hidup dalam sebuah pertikaian untuk

kekal, dan dari satu sisi, anak keturunan makhluk hidup berhasil menang dalam pertikaian itu lantaran keistimewaan

dan karakteristik khusus yang mereka miliki, serta keistimewaan yang bersifat aksidental itu berpindah kepada anak-

anak mereka lantaran hukum waris-mewarisi, maka dengan ini sistem alam penciptaan adalah hasil terwujudnya

keistimewaan yang berlangsung secara silih berganti dan masing-masing keistimewaan itu terwujud secara aksidental

dan berdasarkan kaidah pertikaian untuk kekal serta konsep kekekalan makhluk yang lebih pantas. Jika sistem ini

terwujud dengan keistimewaan dan kualifikasi tersebut dari sejak permulaan, semua itu tidak dapat dijustifikasi kecuali

dengan adanya campur tangan sebuah Dzat Yang Maha Pengatur dan Bijaksana. Akan tetapi, jika kita menerima

bahwa sistem ini terwujud berdasarkan sebuah gerakan gradual yang berlangsung selama jutaan tahun, maka

terwujudnya sistem itu tanpa keberadaan seorang Dzat Yang Maha Mengatur dapat dijustifikasikan.”[49]

Menurut keyakinan kami, teori pilihan natural tidak bertentangan dengan pembuktian keberadaan Tuhan

sama sekali. Alasannya:

a. Hasil dan asumsi ilmu pengetahuan empiris senantiasa mengalami perubahan dan evolusi.

b. Argumentasi kekokohan ciptaan alam semesta bukanlah satu-satunya, bahkan bukan argumentasi keberadaan

Tuhan yang paling utama. Dalam bidang ini, kita masih memiliki argumentasi yang paling urgen dan serius.

c. Sistem penciptaan alam semesta tidak hanya terbatas pada tumbuh-tumbuhan dan makhluk hidup sehingga

dengan menerima teori Evolusi Darwin kita dapat membebaskan diri dari kepengaturan Ilahi yang sangat

bijaksana. Hanya dengan bersandar pada pondasi teori Darwinisme, bagaimana mungkin kita dapat

menjelaskan dan menjustifikasi keteraturan yang terdapat di alam atas dan planet-planet yang terdapat di

langit?

d. Konsep tujuan dan finalisme adalah sebuah konsep filosofis murni. Bagaimana mungkin para ahli biologi dapat

mampu membuktikan atau menafikan konsep ini? Adanya sebuah kekuatan supra natural dan kontrol atas

seluruh peristiwa yang terjadi di alam biologis adalah sebuah klaim yang hanya dapat dibuktikan atau dinafikan

dalam pembahasan-pembahasan filsafat.

e. Perubahan aksidental tidak pernah menafikan tujuan dan kausa final, karena kebodohan manusialah sumber

klaim tersebut. Menurut Allamah Thabatabai, keyakinan terhadap konsep aksiden dan kebetulan bermuara dari

kebodohan terhadap sebab-sebab hakiki dan juga terhadap hubungan antara tujuan dan pemilik tujuan.[50]

Sebagian penulis, berbeda dengan harapan yang kita harapkan, membenarkan adanya kontradiksi itu.

Mereka menulis, “Darwin berhasil menciptakan revolusi Newtonis di dunia ilmu biologi. Revolusi itu tidak lain adalah

membasmikan interpretasi-interpretasi final (gha’i) dari dunia kehidupan dan memposisikan interpretasi-interpretasi

kausatif di posisi interpretasi-interpretasi tersebut. Pada hakikatnya, teori Evolusi mengusulkan sebuah interpretasi

kausatif terhadap realita dunia organisme sedemikian rupa sehingga interpretasi ini dapat membuat seorang ilmuwan

tidak merasa perlu untuk memanfaatkan sebuah interpretasi final (gha’i). Di samping itu, teori ini juga membuka pintu

interpretasi aksidental dalam dunia kehidupan lebar-lebar. Berdasarkan teori penciptaan dalam sekejap mata, kita

tidak dapat meyakini bahwa aneka ragam makhluk dengan seluruh keagungan dan kerumitan yang dimiliknya tercipta

tanpa adanya seorang pengatur; karena kemungkinan sebuah materi yang tidak memiliki roh menjadi seorang

14

manusia sangat sedikit sekali sehingga kita tidak mungkin dapat mempercayainya. Adapun dalam persepsi teori

Evolusi, karena di dunia ini terjadi sebuah evolusi dan aneka ragam makhluk terwujud berdasarkan sebuah evolusi

dari aneka ragam makhluk yang lebih sederhana, maka terwujudnya aneka ragam makhluk secara aksidental

sangatlah tidak aneh. Dengan kata lain, teori Evolusi mengatakan bahwa indikasi sebuah keteraturan terhadap

adanya seorang pengatur dapat berfungsi ketika kita tidak mengetahui syarat-syarat kemunculan aksidental sebuah

peristiwa dan kita juga tidak dapat menjelaskan interpretasinya berdasarkan mekanisme material.”[51]

Secara ilmiah, persepsi ini memiliki banyak kejanggalan dan kelemahan. Di sini, kami akan menjelaskannya

dengan ringkas.

1) Jika Darwin dengan mencetuskan revolusi biologisnya ingin memberangus seluruh jenis interpretasi final (gha’i)

dan menempatkan teori interpretasi kausatif (‘illi) dalam posisinya, harus kita tegaskan kepadanya bahwa

revolusi ini pernah terjadi dari sejak masa Galileo Galilei pada abad ke-17. Pada masa itu, interpretasi final gaya

Aristotelian menyerahkan posisinya kepada teori interpretasi kausatif. Dalam hal ini, Ayan Barbour pernah

menulis, “Setelah semangat menggunakan konsep kausalitas final (‘illiyyah gha’iyyah) memudar, sebagai ganti

dari definisi dan gambaran tentang Allah bahwa Dia adalah kebaikan tertinggi yang menjadi tempat kembali

segala sesuatu, satu definisi lain sebagai kausa prima menduduki posisinya. Definisi lain ini menegaskan bahwa

Allah termasuk salah satu silsilah pertama dari kausa-kausa nominatif (‘ilal fa‘iliyyah).”[52]

2) Dengan memperhatikan kecenderungan para ilmuwan sejak empat ratus tahun yang lalu kepada alam biologis,

tidak selayaknya seorang ilmuwan melontarkan interpretasi final tentang alam biologis. Pada hakikatnya, para

ilmuwan dipandang dari sisi tugas ilmiah yang mereka miliki terbebaskan dari jenis interpretasi semacam ini.

Akan tetapi, para filosof tidak boleh acuh tak acuh menghadapi kecenderungan semacam ini.

3) Jika seseorang menerima adanya konsep interpretasi kausatif tentang alam semesta ini dan menyatakan bahwa

silsilah kausalitas berakhir pada kausa prima yang memiliki sifat-sifat seperti Wajibul Wujud, bijkasana,

pengetahuan yang universal, kekuatan yang mutlak, kebaikan yang tak terbatas, dan lain sebagainya, maka ia

juga terpaksa harus menerima kausa final dan interpretasi kausatif tentang alam semesta ini. Hal ini karena

kebijaksanaan dan ketidakbutuhan Dzat Yang Maha Wajib membuktikan kebertujuan sebuah tindakan yang Dia

lakukan.

4) Jika kita menambahkan kalkulasi kemungkinan rasionalis dan matematis kepada teori Evolusi Darwin yang

bersifat gradual itu, kita baru bisa membuktikan adanya sebuah sistem penciptaan dan seorang pencipta yang

memiliki tujuan secara matematis pula.

2. Teori Darwin Bertentangan dengan Kemuliaan Manusia

Darwin meyakini bahwa kesempurnaan manusia adalah hasil perubahan yang bersifat aksidental dan

pertikaian untuk kekal. Atas dasar ini, naluri etika yang merupakan kekuatan batin manusia yang paling unggul dan

berbeda sekalipun muncul dari sebuah pilihan natural. Ya, banyak ahli biologi seperti Wallace memiliki asumsi yang

berbeda dengan asumsi Darwin itu. Mereka mengklaim bahwa pilihan natural tidak mampu menjustifikasi kekuatan-

kekuatan naluri manusia yang lebih tinggi. Hal itu karena pilihan natural  hanya memberikan kepada manusia liar

sebuah otak yang lebih unggul dibandingkan otak seekor kera.[53]

Dengan demikian, dalam hal ini terdapat dua kubu; Darwinisme dan para pengikut mazhab spiritualitas,

yang saling bertentangan. Kubu pertama memperkenalkan manusia sebagai sebuah makhluk yang melintas dari gang

dan perjalanan yang pernah dilalui oleh kera. Secara otomatis, kubu ini mengingkari kedudukan tinggi dan utama yang

dimiliki oleh manusia. Sementara itu, kubu kedua meyakini bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, dan

oleh karena itu, ia tidak mungkin berasal dari bangsa kera.

Dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis dapat kita pahami bahwa:

1) Seluruh manusia memiliki dua sisi kejiwaan: sisi kejiwaan yang rendah dan sisi kejiwaan yang tinggi. Sisi

kejiwaan yang rendah akan menyeretnya menuju ke jurang keburukan dan sisi kejiwaan yang tinggi

15

menuntunnya kepada kebaikan. Oleh karena itu, ketika manusia telah berhasil menggapai tingkat

kesempurnaan, ia akan bernilai.

2) Dalam meniti kedua sisi kejiwaan tersebut, manusia memiliki hak untuk menentukan pilihan sendiri.[54]

3) Barang siapa yang berusaha untuk memperkuat sisi kejiwaannya yang rendah dan hewani tersebut dan meniti

jalan kesesatan dengan pilihannya sendiri, niscaya ia lebih rendah daripada binatang.[55] Dan barang siapa

yang berusaha mengangkat dan menyempurnakan sisi kejiwaannya yang tinggi, niscaya ia berhak menjadi

khalifah Allah di muka bumi,[56] menjadi pengajar para malaikat,[57] dan berhak memiliki kemuliaan Ilahi.[58]

4) Jika kelebihmuliaan adalah sebuah nilai dan bersifat akhlaki, kemuliaan manusia hanya bergantung pada

seluruh tindakannya yang bersifat ikhtiyari. Apabila tingkah laku baik manusia muncul dari sebuah pilihan yang

dimilikinya sendiri, ia berhak menyandang label kemuliaan akhlak. Jika yang kita maksud adalah kemuliaan

ontologis, maka lantaran manusia memiliki kesempurnaan-kesempurnaan yang bersifat dzati dan washfi

(illustratif), tidak diragukan lagi bahwa ia memiliki aneka ragam kemampuan dan kelayakan untuk menggapai

kesempurnaan; tingkatan kesempurnaan wujudnya juga memiliki kemuliaan filosofis, sekalipun kesempurnaan

wujud ini adalah hasil perubahan yang bersifat aksidental dan pertikaian untuk kekal.

5) Dalam memberikan nilai, manusia yang ada sekarang ini adalah tema pembahasan kita, bukan nenek moyang

dan masa lalunya. Jika kita terima bahwa manusia berasal dari bangsa kera atau bahkan berasal dari sebuah

benda yang lebih hina dari itu seperti air sperma, kehinaan yang dimiliki oleh makhluk asal yang sedang dalam

proses evolusi tidak lantas menyebabkan kehinaan bagi makhluk tersebut pada periode berikutnya. Sebaliknya

juga dapat dibenarkan; yaitu kemuliaan dan keutamaan yang dimiliki oleh sebuah makhluk pada periode

sebelumnya tidak lantas menyebabkan kemuliaan baginya pada periode berikutnya.

6) Tolok ukur hakikat  manusia adalah ruhnya, bukan tubuh materinya. Atas dasar ini, jika manusia berasal dari

bangsa kera atau makhluk yang lain sekalipun, hal ini tidak memiliki andil dalam kemuliaan yang dimilikinya.

Oleh karena itu, teori Darwinisme tidak kontradiksi sama sekali dengan kemuliaan manusia.

c. Kontrakdiksi antara Etika Darwinisme dan Nilai-Nilai Etis

Pembahasan lain sehubungan dengan teori Darwinisme adalah kontradiksi teori ini dengan nilai-nilai etis.

Dalam sebagian karya tulisnya, Darwin pernah menyatakan bahwa setiap tingkah laku yang dilakukan oleh manusia

adalah manifestasi dari sebuah pilihan natural. Jika menukik menuju kesempurnaan adalah sebuah realita yang

bersifat fitrah, maka tidak ada satu pun dari keputusan manusia yang akan dapat menyetop lajunya.

 Dalam sebagian karya tulisnya yang lain, Darwin menyatakan bahwa manusia harus mengikuti setiap

prasangka dan ide yang dimiliki oleh makhluk yang lain di alam semesta ini. Ia juga mengingatkan, kesempurnaan

mendatang lantaran tindakan-tindakan naluris yang notabene membela makhluk yang lebih lemah seperti orang-orang

yang sakit atau yang cidera akan berhenti total. Persaingan bebas harus terwujud di kalangan seluruh manusia dan

manusia yang paling mampu tidak boleh terhalangi untuk memproduksi hal-hal yang paling utama lantaran alasan

undang-undang atau adat istiadat.[59] Yaitu sebagaimana alam semesta ini adalah tempat bagi makhluk yang lebih

layak dan terkuat, serta alam semesta tidak akan pernah memberikan perhatian kepada makhluk yang lemah dan

akan menyingkirkannya, maka manusia dalam arena etika juga harus bertindak sesuai dengan undang-undang alam

semesta, dan sebagai ganti dari bertindak sesuai dengan tuntunan naluri, memberikan perhatian kepada orang-orang

yang lemah, lebih mementingkan orang lain, mencintai orang lain, dan lain sebagainya, ia malah harus bersaing dan

meniti tangga-tangga (evolusi).

Darwinisme sosial terlahirkan berkat usaha Herbert Spencer dan Nitczhe dengan tujuan untuk

memberangus ras-ras yang hina nan tak diinginkan dan menunjukkan etika evolusiatif. Kaum Nazi juga mengangkat

teori ini sebagai sebuah pondasi utama. Di dunia Barat masih ditemukan para pemikir seperti Hackselly yang memiliki

persepsi yang bertentangan dengan persepsi Darwin dan meyakini bahwa nilai-nilai etis tidak bisa disimpulkan dari

dunia evolusi. Mereka juga menekankan bahwa melakukan sebuah tindakan yang memiliki nilai lebih utama dari sisi

etika; yaitu suatu tindakan yang kita beri nama kebaikan dan keutamaan, menuntut adanya sebuah suluk yang—dari

setiap segi—bertentangan dengan sebuah realita yang akan memperoleh kemenangan di arena pertikaian untuk

16

kekal. Meskipun demikian, sebagai ganti dari menyingkirkan atau melecehkan seluruh pihak oposisi yang berdiri di

hadapannya, manusia selayaknya tidak hanya menghormati makhluk sejenisnya, akan tetapi ia juga harus

memberikan pertolongan kepada mereka.[60] Sangat aneh sekali, dengan adanya perbedaan yang sangat mencolok

antara alam yang tidak berperasaan, tidak berpengetahuan, dan tidak memiliki kehendak dan keinginan untuk memilih

dan antara manusia yang berpengetahuan dan memiliki keinginan untuk memilih ini, bagaimana orang-orang Barat

bersiteguh memegang analogi itu? Lebih dari itu, menghukumi sebagian kabilah mereka dengan kabilah yang lebih

hina adalah sebuah penilaian gegabah dan terburu-buru yang alam—sebelum hasil yang ditelurkan oleh teori

pertikaian untuk kekal—tidak mampu memberikan penilaian demikian.

Salah satu sophisme (mughalathah) lain para pengikut Darwinisme adalah mereka menyimpulkan

keharusan dan ketidakharusan etis yang sebenarnya berhubungan dengan filsafat praktis dari undang-undang natural

yang berhubungan dengan filsafat teoritis. Undang-undang yang berlaku di alam natural tidak memiliki hubungan

sama sekali dengan undang-undang etis yang berlaku di dunia manusia sehingga salah satunya dapat dijadikan

sebagai prolog bagi yang lain. Kecuali apabila manusia digambarkan sebagai sebuah makhluk natural yang tidak

memiliki ruh dan tidak berperasaan. Konsekuensinya, hal ini tidak akan membuahkan sesuatu kecuali sebuah alegori

logis belaka. Sebagian pemikir muslim menerima kontradiksi semacam ini dan menulis, “Teori pertikaian untuk kekal

sebagai salah satu pondasi fundamental teori Darwin mengajak manusia untuk selalu bertikai dan melupakan kasih

sayang dan cinta. Menurut teori ini, perang dan pertumpahan darah di dunia masyarakat manusia sebagaimana

layaknya di dunia binatang adalah suatu hal yang pasti dan tidak dapat dihindari, dan kosa kata-kosa kata seperti

keakraban, persaudaraan, kasih sayang, saling gotong royong, dan lain sebagainya telah kehilangan artinya yang

sejati. Hal itu lantaran pondasi teori Darwin juga berlaku bagi dunia manusia. Manusia lantaran perkembangbiakan

yang melebihi batas juga mengalami kekurangan bahan-bahan yang diperlukan dalam kehidupan. Sebagai

konsekuensinya, pertikaian untuk mempertahankan hidup dimulai. Dan pertikaian ini adalah sebuah prolog untuk

memilih manusia yang lebih layak (untuk hidup).”[61]

Sebagian pemikir yang lain menolak adanya kontradiksi tersebut dan menulis, “Nilai-nilai etis berhubungan

dengan akal dan ruh, bukan dengan badan materi. Karena keutamaan manusia bergantung pada akalnya, kita harus

mengambil ilham dari akal untuk menjelaskan nilai-nilai etis dan menimbang kemaslahatan serta kemudaratan individu

dan masyarakat dengan analogi logis, bukannya kita lantas menjalankan seluruh undang-undang alam materi—yang

semestinya hanya berhubungan makhluk yang lebih rendah daripada manusia—dalam kehidupan manusia secara

membabi-buta dan tanpa perhitungan. Mereka yang mengklaim bahwa undang-undang yang berlaku di alam natural

sesuai dengan undang-undang yang berlaku di sebuah masyarakat manusia telah mencampur-adukkan antara

makhluk yang lebih pantas dalam pandangan dunia natural dan makhluk yang lebih pantas dalam pandangan dunia

etika. Pencampur-adukan ini muncul dari tindak ketidakacuhan terhadap perbedaan-perbedaan logis dan spiritualis

yang dimiliki oleh manusia dan tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk natural yang lain.”[62]

d. Kontradiksi Teori Evolusi dengan Ajaran-Ajaran Agama

Sebagian pemikir Barat mengangkat pembahasan kontradiksi antara teori Evolusi dan ajaran agama ini.

Mereka berasumsi bahwa lahiriah ayat-ayat Kitab Suci Perjanjian Lama, kitab Kejadian yang menegaskan

independensi penciptaan manusia bertentangan dengan teori Evolusi yang mengklaim gradualisasi keterwujudan

manusia. Sebagai contoh, seorang pendeta yang bernama Willber Mourie pernah menyerang teori Darwinisme di

hadapan masyarakat Inggris dengan pedas seraya berkata, “Konsep pilihan natural secara mutlak bertentangan

dengan firman Tuhan.”[63]

Dalam menanggapi kontradiksi ini, para pemikir muslim dan non-muslim mengambil sikap dan

menampakkan reaksi yang beraneka ragam berikut ini.

Reaksi Para Pemikir Barat tentang Penciptaan Manusia

1. Pendapat Charles Hodge

17

Charles Hodge adalah salah seorang pemikir konservatif berkebangsaan Amerika yang berasal dari

kalangan Seminari Princeton. Karena keyakinannya yang khusus terhadap Kitab Suci, Hodge tidak menyerah di

hadapan teori Evolusi. Ia membedakan antara hakikat penting yang telah diberikan kepada para rasul dan diajarkan

kepada umat manusia dan antara keyakinan-keyakinan yang diyakini masyarakat lantaran sebuah hasil kesepakatan.

Akhirnya, ia membela teori astrologi yang dicetuskan oleh Coppernic. Hal ini karena meskipun para penulis Kitab Suci

meyakini bahwa bumi adalah pusat alam semesta, akan tetapi mereka tidak pernah memberikan pengajaran

demikian. Hodge tidak menerima teori Evolusi manusia lantaran teori ini bertentangan dengan ajaran Kitab Suci dan

para rasul.

2. Pendapat James Mccosh

James Mccosh adalah seorang filosof berkebangsaan Skotlandia dan rektor universitas Princeton. Ia

berkata, “Tuhan tidak hanya menentukan program permulaan untuk seluruh jenjang kesempurnaan. Akan tetapi,

setelah itu, Dia juga meneruskan program-Nya melalui suatu realita yang dalam pandangan kita adalah suatu

perkembangan yang bekerja secara otomatis. Perubahan aksidental yang tidak bisa dicerna dan dijelaskan oleh

Darwin sangat mungkin merupakan sebuah akibat dari campur tangan dan pilihan bersifat supra natural yang dimiliki

oleh Dzat Pengatur yang sangat berpengaruh. Dzat ini mengarahkan seluruh perubahan yang—pada lahiriahnya—

bersifat aksidental sesuai dengan maksud dan kehendak diri-Nya.”

3. Pendapat Para Pemikir Fundamentalis

Berbeda dengan kaum konservatif, para pemikir fundamentalis meyakini kemaksuman Kitab Suci. Mereka

juga meyakini bahwa Al-Masih telah wafat dan akan kembali lagi ke dunia ini. Para pemikir fundamentalis yang lebih

ekstrim tidak hanya menyerang teori Evolusi habis-habisan. Mereka juga menolak seluruh ilmu pengetahuan modern

dan menganggapnya sebagai sebuah realita materialis dan atheis.

4. Pendapat Aliran Kristen Katholik

Aliran Katholik tidak hanya meyakini bahwa hakikat wahyu tersembunyi dalam Kita Suci. Aliran ini juga

meyakini bahwa interpretasi gereja yang berlandaskan pada ijtihad juga termasuk bagian dari hakikat ini. Atas dasar

ini, Kristen Katholik memiliki persepsi bahwa Kitab Suci memiliki tingkatan dan sisi yang beraneka ragam. Oleh karena

itu, agama ini memperkenankan kita menakwilkan ayat dan ungkapan-ungkapan Kitab Suci yang masih ambigu

(mutasyabih). Meskipun penolakan yang tegas terhadap teori Evolusi adalah reaksi pertama yang diambil oleh Roma,

akan tetapi lama kelamaan teori ini memperoleh tempat yang semakin luas dalam agama Katholik. Lantara adanya

keyakinan asli dan resmi dalam agama Katholik tersebut, agama ini terpaksa harus memisahkan ajaran Kitab Suci

dari seluruh persepsi dan keyakinan yang non-resmi dan sampingan itu, dan lantas memperkenalkan keyakinan

kategori kedua sebagai sebuah keyakinan yang memuat keyakinan ilmiah para penulis Kitab Suci yang tidak benar.

5. Keyakinan Para Pemikir Modernis

Golongan ini menyatakan bahwa Kitab Suci adalah hasil tulisan tangan manusia biasa, bukan wahyu Ilahi

yang secara langsung diwahyukan kepada manusia. Artinya, pengalaman suluk dan usaha manusia untuk mencari

Tuhan, perjalanan kesempurnaan ide-ide (Ilahi), dan kesempurnaan kalbu agamis (dalam dirinya) memaksanya untuk

menulis Kitab Suci tersebut. Menurut keyakinan para pemikir ini, Kitab Suci bukanlah sebuah kitab ilham atau kita

yang ditulis berdasarkan ilham Ilahi. Meskipun demikian, Kitab Suci dapat memancarkan ilham. Bab permulaan kitab

Keluaran berisi penjelasan poetikal tentang akidah agama berkenaan dengan kebutuhan manusia kepada Tuhan dan

juga memuat ungkapan literar yang teratur tentang sistem alam semesta yang lebih bagus. Atas dasar ini, golongan

ini tidak pernah kebingungan menyikapi isu kontradiksi antara ilmu pengetahuan modern dan ajaran Kitab Suci.

Karena hal yang penting bagi mereka adalah keyakinan terhadap Tuhan dan Makrifatullah, bukan terhadap teks Kitab

Suci.

6. Pandangan Sistem Ketuhanan Moderat

18

Founder sistem ketuhanan ini adalah Friedrich Schleiermacher, seorang filosof dan teolog berkebangsaan

Jerman. Menurut keyakinannya, pondasi agama bukan ajaran wahyu seperti diyakini oleh kaum konvensionalis dan

juga bukan akal yang telah berpengetahuan seperti diyakini oleh sistem ketuhanan natural. Atas dasar ini, kelompok

ini memperkenalkan pengalaman beragama sebagai pondasi untuk menjustifikasi keyakinan-keyakinan agama.

Kecenderungan pemikiran ini adalah hasil penelitian dan riset yang pernah dilakukan terhadap Kitab Suci. Hasil

penelitian ini menegaskan bahwa kitab Perjanjian Lama berisi kumpulan riwayat-riwayat yang berhubungan dengan

beberapa periode yang berbeda-beda dan kitab Perjanjian Baru hanya memuat sejarah kehidupan Al-Masih dan

ditulis setengah abad setelah ia disalib. Lebih mengutamakan etika dan nilai-nilai etis dalam beragama adalah satu

peristiwa sosial lain yang menyebabkan kemunculan sistem ketuhanan yang beraliran moderat ini.

Dengan seluruh penjelasan ini, kita dapat memahami persepsi sistem ketuhanan moderat tentang teori

Evolusi. Pemahaman yang moderat dari ajaran Kitab Suci memberikan peluang yang sangat luas baginya untuk

mengutarakan kesepakatan tanpa syarat dengan bukti-bukti ilmiah teori Evolusi. Akan tetapi, kesepakatan ini tidak

lantas membuahkan kritik yang fundamental terhadap seluruh keyakinan agama. Hal ini lantaran kelompok ini hanya

mencari landasan ketuhanan dalam relung kalbu, bukan dalam sistem ketuhanan rasional atau tekstual.

7. Aliran-Aliran Filsafat Natural

Beberapa kelompok yang telah dipaparkan di atas meyakini theisme (khoda-shenasi) agamis dan logis.

Sebagian dari kelompok tersebut sedikit banyak telah berusaha untuk menyelematkan Kitab Suci dari kehancuran

yang sedang mengancam. Di kalangan masyarakat Barat, terdapat beberapa interpretasi dan persepsi yang—secara

mutlak—mengingkari theisme agamis. Sebagai contoh, Darwin lantaran keyakinan yang ambigu terhadap sebuah

kekuatan yang maha tinggi pada saat menulis buku Mansha’-e Anva’ tertimpa keyakinan agnostik tentang masalah-

masalah agama. Hackselly lantaran tidak menerima argumentasi kekokohan ciptaan alam semesta meyakini bahwa

manusia adalah hasil ciptaan kekuatan-kekuatan yang tidak bertujuan. Herbert Spencer menggunakan agnostisme

transformistis dalam membentuk sebuah sistem yang komprehensif. Dan lebih penting dari semua itu adalah peluluh-

lantakkan nilai-nilai etis yang pernah dilakukan oleh Friedrich Nitczhe.

Reaksi Para Pemikir Muslim tentang Penciptaan Manusia

Di era seratus tahun terakhir ini, para pemikir, penafsir, dan intelektual muslim juga menampakkan reaksi

dan sikap yang berbeda-beda dalam menanggapi teori Transformisme, khususnya teori Evolusi Darwin.

Berkenaan dengan hubungan teori Transformisme dengan ayat-ayat Al-Qur’an, pertanyaan yang mencuat

adalah apakah kita dapat menyesuaikan teori ini dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan penciptaan

manusia? Apakah manusia memiliki penciptaan yang bersifat derivatif (berasal dari yang lain)? Apakah ayat-ayat Al-

Qur’an memiliki indikasi bahwa ciptaan manusia adalah derivasi dari makhluk hidup yang lain atau dari Al-Qur’an

hanya dapat dipahami penciptaan manusia yang bersifat independen?

Sebagian pemikir muslim meyakini bahwa lahiriah sebagian ayat Al-Qur’an menyatakan derivasi penciptaan

manusia dan mengindikasikan teori Transformisme dengan cukup tegas. Sementara itu, sekelompok pemikir muslim

yang lain menentang pendapat kelompok pertama dan meyakini bahwa lahiriah, bahkan penegasan ayat Al-Qur’an

menyatakan independensi penciptaan manusia. Akan tetapi, ada kelompok pemikir muslim ketiga yang mengambil

langkah dengan lebih hati-hati dan meyakini bahwa ayat Al-Qur’an memiliki indikasi lahiriah pada kedua konsep itu.

Paling tidak mereka tidak bisa mengambil kesimpulan yang bertentangan dengan teori Darwin dari ayat Al-Qur’an.

Atau mereka memisahkan bahasa Al-Qur’an dari ruang lingkup bahasa ilmu pengetahuan dan menyelesaikan

kontradiksi yang terjadi antara keduanya secara mendasar, filosofis, dan lenguistik.

Pada kesempatan ini, kami akan memaparkan beberapa pandangan dan persepsi para pemikir muslim

tersebut.

Pandangan Dr. Sahabi dan Ir. Bazargan

Dr. Sahabi dan kemudian diikuti oleh Ir. Bazargan menegaskan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an tentang

penciptaan manusia tidak hanya kontradiksi dengan teori Evolusi Darwin. Akan tetapi, Islam selalu sejalan dengan

19

perkembangan-perkembangan ilmiah. Dalam prolog buku Khelqat-e Insan, Dr. Sahabi menulis, “Filsafat materialis

memaparkan teori Darwin dengan tidak benar dan menyatakan bahwa teori ini mengingkari keberadaan Tuhan.

Secara otomatis, pemaparan semacam ini menimbulkan reaksi keras dari kalangan kaum monotheis dan para tokoh

gereja sehingga mereka memfonis teori evolusi spesies yang berlangsung secara gradual itu sebagai kafir dan

menyesatkan. Penentangan semacam ini juga merambat ke dunia Islam sehingga teori Transformisme dianggap

sebagai sebuah teori yang menentang keyakinan dan ajaran agama. Dalam hal ini, keyakinan agama banyak

terpengaruh oleh keyakinan fiktif dan dogmatis Taurat tentang penciptaan manusia. Padahal, Al-Qur’an sendiri

meyakini penciptaan makhluk hidup yang berlangsung secara gradual sebagai sebuah sunah yang telah diterima

dalam sistem penciptaan alam semesta. Mengingkari konsep kebersinambungan seluruh makhluk dan membela

ajaran Taurat yang telah mengalami distorsi adalah sebuah stempel kebatilan yang telah kita capkan sendiri di atas

kebenaran agama kita.”

Di bagian pertama bukunya, Dr. Sahabi memaparkan bukti dan saksi tentang evolusi spesies dan

mengkritisi tiga contoh analisa komparatif, embriologis, dan paleontologis. Sementara itu, di bagian kedua bukunya, ia

memaparkan berbagai ayat Al-Qur’an tentang penciptaan manusia dan seluruh makhluk, dan lantas menganalisa tiga

masalah fundamental berikut ini: 

1. Apakah manusia dan Adam dalam Al-Qur’an memiliki satu arti?

2. Menurut pandangan Al-Qur’an, apakah manusia memiliki penciptaan yang independen?

3. Dengan mukadimah apakah penciptaan Adam terlaksana?

 Poin-poin utama pandangan Dr. Sahabi adalah berikut ini:

1. Teori Transformisme; yaitu perubahan gradual sifat dan karakteristik makhluk hidup, pernah dipaparkan oleh

sebagian ulama Islam. Konsep penciptaan manusia yang bersifat khusus dan independen adalah sebuah kisah

fiktif yang berhasil menyusup di kalangan para ulama dan mufasir muslim dari riwayat palsu kitab Taurat dan

dogma Israiliyyat tentang penciptaan manusia.

2. Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab samawi yang belum mengalami distorsi dan berada di tangan umat

manusia. Seluruh isi kitab ini sesuai dengan ilmu pengetahuan, hakikat, dan kemaslahatan. Atas dasar ini, kita

jangan memperkenalkan Islam suci ini—yang bertujuan membina seluruh kemampuan manusia untuk mengenal

hakikat alam semesta dan menggapai kesempurnaan dan kebahagiaan abadi—sebagai sebuah kumpulan

agama yang berisi ajaran khurafat.

3. Pembahasan tentang transformasi dan evolusi makhluk hidup yang berlangsung secara gradual dan

berkesinambungan ini adalah salah satu ajaran yang tidak mengandung kontradiksi dalam ajaran Al-Qur’an dan

penemuan-penemuan ilmiah modern.

4. Dalam Al-Qur’an, kosa kata “insan” disebutkan sebagai sebuah arti yang bersifat umum dan kosa kata “Adam”

hanya disebutkan sebagai sebuah nama khusus. Seperti dalam surah An-Najm, ayat 39 disebutkan, “Manusia

tidak menanggung kecuali apa yang telah ia usahakan”, dan ayat, “Dan Kami berkata kepada Adam, ‘Diamlah

kamu dan istrimu di surga’”. Dalam ayat ini, kosa kata “Adam” tidak disebutkan dengan menggunakan alif dan

lam.

 

[1] Dampyer, Târîkh-e ‘Ilm, terjemahan Abdul Husain Azarang, penerbitan Semat, hal. 316.

[2] Fredrick Capelston, Târîkh-e Falsafeh-ye Yunan va Rum, terjemahan Sayyid Jalaluddin Mujtabavi, hal. 51-52.

[3] Ibid.

[4] Ibid, hal. 34.

[5] Târîkh-e ‘Ilm, hal. 318.

[6] Bertrand Russel, ‘Ilm va Mazhab, terjemahan Ir. Reza Mashayekhi, hal. 48.

[7] Layak kita renungkan bersama bahwa untuk pertama kalinya Lanier mengklafikasikan makhluk hidup di dunia ini dalam dua

klasifikasi besar: binatang dan tumbuh-tumbuhan. Ia juga menetapkan bahwa masing-masing klasifikasi itu memiliki spicies, genus,

klan, tipe, dan phyla (cabang). Klasifikasi ini menjadi faktor kemunculan teori Evolusi. Dalam bidang ilmu Biologi, untuk pertama

kalinya ia menyejajarkan manusia dengan binatang.

[8] Untuk pembahasan bagian ini, kami telah menyadur kandungan beberapa buku:

a.       Darwinism va Mazhab, karya Dr. Nuruddin Fahikhteh.

20

b.       Bahs va Barresiy-ye Darwinism va Akharin Farziyyeh-ha-ye Takamol, Husain Haqqani Zanjani.

c.       Darwinisme ya Takamol-e Anva’, kuliah Ayatullah Makarim Syirazi dan Ayatullah Ja‘far Subhani.

d.       Tavhid, Syahid Murtadha Mutahhari.

[9] Dimulai dari bulan Desember 1831 hingga Oktober 1836.

[10] Seir-e Hikmat dar Orupa, Muhammad Ali Furughi, jilid 3, hal. 146.

[11] Silakan Anda rujuk buku Darwinism va Mazhab, hal. 47.

[12] Charles Darwin, Mansha-e Anva’, terjemahan Dr. Nuruddin Fahikhteh, hal. 7.

[13] Ayan Barbour, ‘Ilm va Din, terjemahan Baha’uddin Khorramshahi, hal. 106.

[14] Charles Darwin, Mansha-e Anva’, terjemahan Dr. Nuruddin Fahikhteh, hal. 5.

[15] Ibid., hal. 180.

[16] ‘Ilm va Din, hal. 106.

[17] Charles Darwin, Mansha-e Anva’, terjemahan Dr. Nuruddin Fahikhteh, hal. 96.

[18] Ibid., hal. 97-102 dan 110.

[19] Ibid.

[20] Ibid., hal. 183.

[21] Ibid., hal. 118.

[22] Ibid., hal. 116.

[23] Ibid., hal. 177.

[24] Ibid., hal. 166.

[25] Ibid., hal. 143.

[26] Ibid., hal. 526.

[27] Ibid., hal. 524.

[28] Ibid., hal. 522.

[29] Ibid., hal. 157.

[30] Ibid., hal. 67.

[31] Ibid., hal. 57.

[32] Ibid., pasal 6.

[33] Silakan Anda rujuk Danesh va Arzesh, karya Abdul Karim Soroush, hal. 104-114.

[34] Ibid., hal. 115.

[35] Tawhid, karya Murtadha Mutahhari, penerbit Shadra, hal. 273.

[36] Darvinism va Mazhab, hal. 75.

[37] Majalah Daneshmand, edisi Ordibehesht 1343.

[38] Darvinism ya Takamol-e Anva’, hal. 5-94.

[39] Kantor Pusat Berita Negara, edisi 18, 21-4-1976, Politik.

[40] Darvinisme va Mazhab, hal 77; Darvinism ya Takamol-e Anva’, hal. 119.

[41] Tawhid, hal. 276.

[42] Khoda dar Falsafeh, Baha’uddin Khorramshahi, hal. 84.

[43] ‘Ilm va Din, hal. 113.

[44] Ibid., hal. 111.

[45] Ibid., hal. 113.

[46] ‘Ilm va Mazhab, hal. 53.

[47] Bahs va Barresi dar bareh-ye Darwinism, hal. 5-153; Majalah Spesialisasi Teologi Islam, Tahvvol-e Anva’ va Hekmat-e Son’,

edisi no. 15.

[48] Elal-e Gerayesh be Madigari, Syahid Murtadha Mutahhari, hal. 122.

[49] Tawhid, hal. 50-248.

[50] Nihayah Al-Hikmah, Muhammad Husain Thabatabai, hal. 190.

[51] Mawze’-e ‘Ilm va Din dar Khelqat-e Ensan, Ahmad Faramarz Qaramaleki, hal. 44-45.

[52] ‘Ilm va Din, hal. 37.

[53] Ibid., hal. 114.

[54] QS. Al-Kahf [18]:29.

[55] QS. Al-A‘raf [7]:179.

[56] QS. Al-Baqarah [2]:30.

[57] Ibid.:31.

21

[58] QS. Al-Isra’ [17]:7.

[59] ‘Ilm va Din, hal. 118.

[60] Ibid., hal. 119.

[61] Bahs va Barresi dar bareh-ye Darwinism, hal. 2-161.

[62] Majalah Spesialisasi Teologi Islam: Tahavvol-e Anva’ va Andisheh-ye Mo’arezeh ba Kotob-e Islami, edisi no. 16.

[63] ‘Ilm va Mazhab, hal.

On 28 Agu, 10:32, gatho <[email protected]> wrote: > On 28 Agu, 05:27, "oWé" <[email protected]> wrote:

> > gatho <[email protected]> wrote in news:d9750ab7-5f90-47cf-87bc- > > [email protected]:

Teori Evolusi Terhadap Ayat Qawliyah ”Sucikanlah nama Maha Pengaturmu Yang Maha Tinggi. Yaitu Yang mencipta dan menyempurnakan (QS 87:1-2). Ingatlah tatkala Maha Pengaturmu berkata kepada malaikat, sesungguhnya. Aku menciptakan basyar  dari tanah kering dari tanah hitam yang telah berubah. Maka apabila Aku telah menyempurnakannya Kutiupkanlah ruh (ciptaan)Ku ke dalamnya, lalu bertiaraplah mereka tunduk kepadanya (QS 15: 29-30). Apakah Engkau akan menjadikan di atasnya (bumi) yang merusak di atasnya dan menumpahkan darah? (QS 2:30). Yaitu (Allah) Yang menciptakan kamu dari nafs yang satu dan menciptakan pasangan daripadanya dan dari keduanya berkembang biak laki-laki dan perempuan yang banyak (QS 4:1). Sesungguhnya Kami telah ciptakan manusia sebaik-baik bentuk (QS 95:4).

Agama mengatakan banyak hal. Tidak semuanya ingin didengar oleh penganutnya. Sangat biasa kalau kita menjumpai orang yang hanya mengambil ajaran-ajaran yang cocok dengan keinginannya.

Muslim kudu jugah rèalistis dalem idup. amal lazim dan amal muta'adi kudu saimbang. hal-hal ruhani dan hal-hal jasmani kudu sa-imbang.

Er zijn een aantal ongebruikte gegevens op uw bureaublad, zei mbiLL

sambungan........ Ujicoba Teori Evolusi Terhadap Fosil, Ilmu Genetika dan Serologi > Darwin memperhadapkan tafsiran hasil penelitiannya itu terhadap hasil penelitian Cuvir tentang fosil. Hasil rujukan ini menghasilkan generalisasi lebih lanjut, bahwa binatang itu bermula dari bentuk yang paling bersahaja, berangsur-angsur secara evolusi meningkat ke bentuk yang lebih komplex, hingga yang paling komplex, ialah manusia.

22

Perubahan bentuk yang meningkat secara evolusi itu disebut EVOLUSI VERTIKAL. Menurut Darwin evolusi vertikal itu terjadi secara acak (serampangan). Itulah sebabnya maka disebut blind evolution (evolusi tidak terarah). Sebenarnya Darwin tidak sendirian dengan teori evolusi ini, karena sebelumnya secara terpisah Chevalier de Lamarck yang mengadakan penelitian di pulau-pulau Maluku Utara juga tiba pada kesimpulan yang sama dengan Darwin tentang evolusi, bahkan sesungguhnya Lamarck yang lebih dahulu. Namun publikasi Darwin lebih meluas ketimbang Lamarck. Menurut Lamarck perubahan bentuk secara evolusi horisontal itu berlangsung, karena bagian tubuh dalam penggunaannya menyesuaikan diri dengan alam lingkungan hidupnya. Seamsal anjing laut kakinya sudah berbentuk sirip, karena berlama-lama turun-temurun dipakai untuk berenang. Menurut Darwin evolusi horisontal itu disebabkan oleh seleksi alam berupa struggle for existence, perjuangan untuk mewujud (eksistensi) dan survival of the fittest, yang tertangguh bertahan hidup. Darwin dan Lamarck tidak sempat lagi menyaksikan, bahwa dikemudian hari teori evolusinya yang ditopang oleh hasil penelitian fosil itu, dihadapkan pada ilmu genetika. Perubahan eksternal (variasi phaenotypis) yang dikemukakan Lamarck dan Darwin dibantah oleh ilmu genetika (keturunan), yaitu variasi phaenotypis itu tidak menurun ke generasi berikutnya, karena perubahan yang menurun itu (variasi genotypis) ditentukan oleh khromosom sebagai pusat kelestarian (heredity), jadi bersifat internal. Biarpun ekor kucing misalnya dipotong terus-menerus dari generasi ke generasi, tidak akan menghasilkan kucing tanpa ekor, sebab telah terpola dalam khromosom bahwa kucing itu berekor.- Sembunyikan teks kutipan -

> - Tampilkan teks kutipan -

jangan mengambil kesimpulan umum menajdi kasimpulan spesipik mbah..

teori evolusi umum iku mamang benar, tetapi secara spesipik nyang dimaksud oleh mbah darwin iku perlok dicermati..

tidak sakmua teori evolusi iku saksuai dengan evolusi darwin..

sebagai contoh.. kalok orang cina dijemur terus berabad2 beberapa keturunan iku bakalan ireng bole dadi epolusi'e bener.. atawa ulat nyang berepolusi mendadi koepoe2.. kalok orang cina diepolusi berabad di sebuah kebon, apah dianyah bisak epolusi dadi laler atawa kupu2 ? laaa...

wasalam qw

Lagi Soal Teori Evolusi

Beberapa bulan terakhir ini saya membaca sejumlah buku tentang teori evolusi. Dan kali ini saya harus menyelesaikan buku yang paling berat: “The Origin of Species”, karya Charles Darwin, mbah-nya teori evolusi itu sendiri. Yang saya baca adalah edisi terjemahan Indonesia, yang pertama kali diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia pada 2003 dan dicetak ulang pada tahun 2007 ini.

Saya masih belum bisa bercerita banyak tentang buku itu karena sekarang saya masih stuck di bab-bab awal, dan sepertinya perlu waktu cukup lama sampai buku tebal ini (504 + xxxv halaman) selesai saya baca. Kali ini saya cuma kepingin sedikit omong-omong soal teori evolusi.

23

Kita tahu bahwa kitab suci agama samawi (Yahudi-Kristen-Islam) menegaskan bahwa segenap mahluk di muka Bumi, termasuk juga manusia, tercipta secara seketika tanpa proses apapun. Semua muncul begitu saja dari ketiadaan. Dengan demikian, teori evolusi yang menjelaskan bahwa segenap organisme hidup muncul melalui suatu proses tertentu, ditempatkan dalam posisi berseberangan dengan dogma agama. Muncullah aneka rupa penentangan terhadap teori ini, baik dengan menggunakan dalil agama maupun sains (atau mungkin lebih tepat kalau kita sebut “pseudosains”).

Namun kalau kita perhatikan, tentangan terhadap teori evolusi umumnya hanya dilatari anggapan bahwa evolusi tidak sejalan dengan iman keagaman yang dianut, dan karenanya pasti salah dan harus ditolak — seringkali tanpa didasari oleh pemahamanan yang memadai tentang teori evolusi itu sendiri. Upaya-upaya ini juga kerap dilakukan dengan membawa dalil-dalil keagamaan, yang kemudian dibungkus dengan jargon-jargon bombastis seperti “keruntuhan teori evolusi” atau yang semacamnya. Padahal, tentu saja, semua saintis sepakat bahwa teori evolusi sampai saat ini masih kokoh, dan sama sekali belum runtuh.

Dalam pandangan para penentangnya, teori evolusi diartikan secara sempit sebagai teori yang menjelaskan bahwa manusia berasal dari kera. Padahal, teori evolusi sesungguhnya adalah teori yang kompleks. Diperlukan berjilid-jilid buku tebal untuk menjelaskannya. Mahasiswa biologi perlu beberapa semester untuk mendalaminya. Secara logika, nyaris tidak masuk akal kalau semua itu cuma omong kosong belaka.

Dari membaca buku-buku tentang evolusi, saya mendapat kesan bahwa teori evolusi secara ilmiah bisa dipertanggung jawabkan. Kalau kita baca buku-buku karya para ilmuwan-penulis pro Darwin, seperti Richard Dawkins (yang sampai dijuluki sebagai “tukang pukul Darwin” akibat kegigihannya membela teori evolusi) hingga Richard Leakey (antropolog dari keluarga Leakey yang legendaris itu), kita akan mendapati bahwa teori evolusi memiliki fondasi yang cukup kokoh – dilihat dari metodologi dan penjabarannya. Sama sekali tidak seperti yang digembar-gemborkan oleh para penentangnya itu.

Tapi okelah, biologi evolusioner sama sekali bukan bidang saya. Jadi, soal valid tidaknya teori evolusi, biarlah menjadi urusan para akademisi yang memang mendedikasikan waktunya untuk hal tersebut. Tidak perlu “berkoar-koar” menolak atau menerima sesuatu yang sebenarnya tidak sepenuhnya kita pahami.

Hanya saja, alangkah baiknya apabila debat seputar teori evolusi bisa kita sikapi seperti halnya teori kontroversial lain, teori string misalnya, dimana kita boleh berbeda pendapat tanpa harus menyebut pihak yang berseberangan sebagai “kafir” atau semacamnya. Juga, saya rasa sebaiknya soal agama tidak perlu dibawa-bawa dalam posting kali ini. Tentu saja, saya orang beragama dan percaya Tuhan. Tapi soal iman bagi saya adalah masalah hati, dan soal-soal pribadi semacam itu sudah diluar porsi blog ini.

Btw, sekalian woro-woro, saya baru saja membuka “rak buku virtual” saya di www.shelfari.com/dhani/shelf. Saya senang sekali kalau ada yang bisa diajak diskusi tentang buku-buku yang saya pasang disana – tentu juga termasuk buku-buku bertema evolusi. Saya tunggu!

July, 2006

Evolusi di Alam dan Eksistensi ManusiaEvolusi di Alam dan Eksistensi Manusia

T. Djamaluddin

(Dimuat "Pikiran Rakyat", 1 Okt. 1996)

 

            Banyak orang mengenal teori evolusi sebatas kontroversi evolusi manusia dari kera yang banyak ditentang kaum agamawan. Evolusi sebenarnya adalah suatu proses alami dalam waktu sangat panjang yang dipengaruhi banyak faktor lingkungannya. Berdasarkan bukti-bukti ilmiah, evolusi di alam benar adanya. Tidak terbatas pada evolusi hewan, tetapi juga pada seluruh alam. Ayat-ayat Al-Qur'an yang menyatakan bahwa alam semesta dan isinya diciptakan dalam enam masa menunjukkan adanya proses kejadian yang tidak sekaligus jadi.

24

            Masalahnya, benarkah manusia berasal dari kera? Berdasarkan Al-Quran, kita harus menyatakan bahwa manusia bukan hasil evolusi hewan melainkan diciptakan secara khusus. Tulisan ini mencoba memadukan dalil Al-Quran dengan temuan ilmiah tentang evolusi di alam dan sedikit tentang eksistensi manusia.

 

Evolusi Alam Semesta

            Alam diciptakan Allah dalam enam masa (Q.S. 41:9-12), dua masa untuk menciptakan langit sejak berbentuk dukhan (campuran debu dan gas), dua masa untuk menciptakan bumi, dan dua masa (empat masa sejak penciptaan bumi) untuk memberkahi bumi dan menentukan makanan bagi penghuninya. Ukuran lamanya masa ("hari", ayyam) tidak dirinci di dalam Al-Qur'an.

            Belum ada penafsiran pasti tentang enam masa itu. Namun, bedasarkan kronologi evolusi alam semesta dengan dipandu isyarat di dalam Al-Qur-an (Q.S. 41:9-12 dan Q.S. 79:27-32) saya menafsirkan enam masa itu adalah enam tahapan proses sejak penciptaan alam sampai hadirnya manusia. Lamanya tiap masa tidak merupakan fokus perhatian.

            Masa pertama dimulai dengan ledakan besar (big bang) (Q.S. 21:30, langit dan bumi asalnya bersatu) sekitar 12 - 20 milyar tahun lalu. Inilah awal terciptanya materi, energi, dan waktu. "Ledakan" itu pada hakikatnya adalah pengembangan ruang yang dalam Al-Quran disebutkan bahwa Allah kuasa meluaskan langit (Q.S. 51:47). Materi yang mula-mula terbentuk adalah hidrogen yang menjadi bahan dasar bintang-bintang generasi pertama. Hasil fusi nuklir antara inti-inti Hidrogen menghasilkan unsur-unsur yang lebih berat, seperti karbon, oksigen, sampai besi.

            Masa yang ke dua adalah pembentukan bintang-bintang yang terus berlangsung. Dalam bahasa Al-Quran disebut penyempurnaan langit. Dukhan (debu-debu dan gas antarbintang, Q. S. 41:11) pada proses pembentukan bintang akan menggumpal memadat. Bila intinya telah cukup panasnya untuk memantik reaksi fusi nuklir, maka mulailah bintang bersinar. Kelak bila bintang mati dengan ledakan supernova, unsur-unsur berat hasil fusi nuklir akan dilepaskan. Selanjutnya unsur-unsur berat yang terdapat sebagai materi antarbintang bersama dengan hidrogen akan menjadi bahan pembentuk bintang-bintang generasi berikutnya, termasuk planet-planetnya. Di dalam Al-Qur'an penciptaan langit kadang disebut sebelum penciptaan bumi dan kadang disebut sesudahnya karena prosesnya memang berlanjut.

            Itulah dua masa penciptaan langit. Dalam bahasa Al-Qura'an, big bang dan pengembangan alam yang menjadikan galaksi-galaksi tampak makin berjauhan (makin "tinggi" menurut pengamat di bumi) serta proses pembentukan bintang-bintang baru disebutkan sebagai "Dia meninggikan bangunannya (langit) lalu menyempurnakannya" (Q.S. 79:28)

            Masa ke tiga dan ke empat dalam penciptaan alam semesta adalah proses penciptaan tata surya termasuk bumi. Proses pembentukan matahari sekitar 4,6 milyar tahun lalu dan mulai dipancarkannya cahaya dan angin matahari itulah masa ke tiga penciptaan alam semesta. Proto-bumi ('bayi' bumi) yang telah terbentuk terus berotasi yang menghasilkan fenomena siang dan malam di bumi. Itulah yang diungkapkan dengan indah pada ayat lanjutan pada Q.S. 79:29, "dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang.

            Masa pemadatan kulit bumi agar layak bagi hunian makhluk hidup adalah masa ke empat. Bumi yang terbentuk dari debu-debu antarbintang yang dingin mulai menghangat dengan pemanasan sinar matahari dan pemanasan dari dalam (endogenik) dari peluruhan unsur-unsur radioaktif di bawah kulit bumi. Akibat pemanasan endogenik itu materi di bawah kulit bumi menjadi lebur, antara lain muncul sebagai lava dari gunung api. Batuan basalt yang menjadi dasar lautan dan granit yang menjadi batuan utama di daratan merupakan hasil pembekuan materi leburan tersebut. Pemadatan kulit bumi yang menjadi dasar lautan dan daratan itulah yang nampaknya dimaksudkan "penghamparan bumi" pada Q.S. 79:30, "Dan bumi sesudah itu (sesudah penciptaan langit) dihamparkan-Nya."

             Menurut analisis astronomis, pada masa awal umur tata surya gumpalan-gumpalan sisa pembentukan tata surya yang tidak menjadi planet masih sangat banyak bertebaran. Salah satu gumpalan raksasa, 1/9 massa bumi, menabrak bumi menyebabkan lontaran materi yang kini menjadi bulan. Akibat tabrakan itu sumbu rotasi bumi menjadi miring 23,5 derajat dan atmosfer bumi lenyap. Atmosfer yang ada kini sebagian dihasilkan oleh

25

proses-proses di bumi sendiri, sebagian lainnya berasal dari pecahan komet atau asteroid yang menumbuk bumi. Komet yang komposisi terbesarnya adalah es air (20% massanya) diduga kuat merupakan sumber air bagi bumi karena rasio Deutorium/Hidrogen (D/H) di komet hampir sama dengan rasio D/H pada air di bumi, sekitar 0.0002. Hadirnya air dan atmosfer di bumi sebagai prasyarat kehidupan merupakan masa ke lima proses penciptaan alam.

            Pemanasan matahari menimbulkan fenomena cuaca di bumi: awan dan halilintar. Melimpahnya air laut dan kondisi atmosfer purba yang kaya gas metan (CH4) dan amonia (NH3) serta sama sekali tidak mengandung oksigen bebas dengan bantuan energi listrik dari halilintar diduga menjadi awal kelahiran senyawa organik. Senyawa organik yang mengikuti aliran air akhirnya tertumpuk di laut. Kehidupan diperkirakan bermula dari laut yang hangat sekitar 3,5 milyar tahun lalu berdasarkan fosil tertua yang pernah ditemukan. Di dalam Al-Qur'an Q.S. 21:30 memang disebutkan semua makhluk hidup berasal dari air.

            Lahirnya kehidupan di bumi yang dimulai dari makhluk bersel tunggal dan tumbuh-tumbuhan merupakan masa ke enam dalam proses penciptaan alam. Hadirnya tumbuhan dan proses fotosintesis sekitar 2 milyar tahun lalu menyebabkan atmosfer mulai terisi dengan oksigen bebas. Pada masa ke enam itu pula proses geologis yang menyebabkan pergeseran lempeng tektonik dan lahirnya rantai pegunungan di bumi terus berlanjut.

            Tersedianya air, oksigen, tumbuhan, dan kelak hewan-hewan pada masa ke lima dan ke enam itulah yang agaknya dimaksudkan Allah memberkahi bumi dan menyediakan makanan bagi penghuninya (Q.S. 41:10). Di dalam Q.S. 79:31-33 hal ini diungkapkan sebagai penutup kronologis enam masa penciptaan, "Ia memancarkan dari padanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu".

 

Evolusi Kehidupan

            Pemikiran tentang adanya evolusi kehidupan didasarkan pada temuan adanya kemiripan antarspesies makhluk hidup. Perbedaan yang sifatnya gradual sangat mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Alasannya, hanya keturunan yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang akan mampu bertahan. Walaupun demikian, generasi yang telah beradaptasi dengan segala perubahan fisiknya tetap membawa sifat-sifat pokok dari induknya.

            Walaupun diakui masih banyak hal yang sifatnya spekulatif, telah disusun suatu silsilah evolusi yang berawal dari sejenis bakteri yang bersel satu yang hidup sekitar 3,5 milyar tahun lalu. Dari jenis bakteri lahir generasi ganggang yang masih hidup di air. Ganggang hijau sekitar 1 - 2 milyar tahun lalu melahirkan generasi tumbuhan darat. Dari jalur ganggang hijau, sekitar 630 juta tahun lalu, juga lahir generasi hewan tak bertulang belakang.

            Pada jalur yang sama dengan kelahiran Echinodermata (a.l. bintang laut) muncul generasi ikan sekitar 500 juta tahun lalu. Jenis ikan osteolepiform yang siripnya mempunyai tulang pada sekitar 400 juta tahun kemudian melahirkan generasi hewan berkaki empat, amfibi dan reptil, termasuk dinosaurus. Kelak dari keluarga dinosaurus pada masa Jurassic (208 - 144 juta tahun lalu) lahir generasi burung.

            Jenis reptil mirip mamalia (Synapsida) melahirkan generasi mamalia sekitar 200 juta tahun lalu. Salah satu generasi mamalia adalah primata yang arti asalnya adalah "peringkat pertama". Pada jalur primata, sekitar 34 juta tahun lalu evolusi keluarga kera berekor berpisah dari keluarga hominoid.

            Dalam keluarga hominoid terdapat gibon dan hominid yang mencakup orangutan, gorila, dan simpanse. Hominid berpisah dari gibon sekitar 17 juta tahun lalu. Dalam silsilah evolusi hominid ini makhluk serupa manusia (hominini) dikelompokan pada asal jalur yang sama dengan gorila dan simpanse. Kesamaan genetik antara manusia dengan gorila dan simpanse sangat besar, masing-masing 98,6 % dan 98,8 %, sehingga diduga berasal dari satu jalur evolusi yang mulai berpisah sekitar 5 juta tahun lalu.

            Penempatan manusia pada silsilah evolusi seperti itulah yang memicu penolakan pada teori evolusi. Dengan menggunakan dalil naqli dari ayat-ayat Al-Quran, sebenarnya masalah ini mudah diselesaikan tanpa penolakan secara apriori teori yang mencoba menelusur evolusi kehidupan. Menurut saya, teori evolusi tidak

26

bertentangan dengan akidah bila disertai keyakinan bahwa proses itu terjadi menurut sunatullah, bukan proses kebetulan yang meniadakan peran Allah sebagai Rabbul alamin (pencipta dan pemelihara alam).

 

Eksistensi Manusia

            Dalam keyakinan Islam, manusia diciptakan secara khusus untuk menjadi khalifah di bumi (Q.S. 2:29). Proses penciptaan Adam yang berbeda dengan makhluk lainnya disebutkan di dalam Q.S. 3:59 (penciptaannya serupa Nabi Isa dengan 'kun fayakun' - 'jadilah, maka jadilah') dan Q.S. 32:7-8 (Adam dari tanah, keturunannya dari nuthfah). Kedua ayat itu menunjukkan bahwa Adam tidak diciptakan dari proses biologis perkawinan makhluk lainnya.

            Menurut kajian paleoantropologis, setidaknya ada sembilan jenis makhluk serupa manusia: Australopithecus (A.) aferensis, A. africanus, Paranthropus (P.) aethiopicus, P. robustus, P. boisei, Homo (H.) habilis kecil, H. habilis besar, H. erektus, dan H. sapiens. Homo habilis mahir menggunakan alat-alat batu. Homo erektus (manusia purba) sudah mengenal api untuk penghangat dan memasak. Manusia modern yang ada sekarang dikelompokkan sebagai Homo sapiens.

            Ada beberapa hipotesis yang berusaha menjelaskan evolusi mereka. Namun semuanya tidak ada kepastian dari jalur mana lahirnya Homo erektus. Yang telah disepakati hanyalah Homo sapiens berasal dari Homo erektus. Ada yang berpendapat Homo habilis cenderung tidak bisa digolongkan sebagai Homo ("manusia"), mungkin jenis paranthropus berotak besar. Kemampuan berbicara Homo habilis belum sempurna. Alat-alat batu yang dihasilkannya pun tidak menunjukkan eksperimen kreatif.

            Kalau demikian, yang sudah meyakinkan secara ilmiah sebagai manusia adalah sejak generasi Homo erektus. Ukuran otak yang besar memberikan indikasi kemampuan berpikir yang lebih kuat. Kemampuan berbicara dan berkomunikasi pun sudah cukup maju. Interaksi sosial mulai tumbuh dan makin kompleks. Kehadirannya berdampak pada berbagai spesies. Binatang buas yang mengancam manusia mungkin termasuk yang diburu demi keselamatan masyarakatnya. Punahnya kucing purba yang buas yang terjadi pada masa Homo erektus diduga berkaitan dengan ulah mereka, bukan karena faktor alam.

            Mungkinkah Homo erektus ini yang sudah tersebar dari Afrika, Jawa, sampai China adalah anak cucu Adam yang sulit ditelusur pada silsilah evolusi karena diciptakan Allah secara khusus? Wallahu 'alam, walaupun kita bisa menduganya ke arah itu.

            Yang jelas, anak cucu Adam pun berevolusi. Adanya berbagai ras manusia dengan warna kulit, bentuk dan warna rambut, serta postur tubuh yang berbeda-beda menunjukkan adanya evolusi manusia. Adaptasi terhadap lingkungan tempat tinggalnya yang berbeda-beda dalam jangka waktu sangat panjang menghasilkan generasi yang beraneka ragam.

            Teori pertama menyatakan manusia purba yang telah menyebar ke berbagai wilayah terus berevolusi menurunkan generasi manusia modern. Tetapi menurut teori monogenesis, dari penelusuran perbedaan genetik dan bukti arkeologi, diduga manusia purba (homo erektus) yang sudah tersebar sampai ke China, Jawa, dan Eropa punah. Semakin besar kesamaan genetiknya, diduga berasal dari alur evolusi yang sejalan.

            Manusia modern yang kini ada berasal dari sisa manusia purba di Afrika sekitar 100.000 tahun lalu. Manusia di Asia timur dan Pasifik mempunyai kesamaan genetik yang berarti berasal dari alur evolusi yang sama. Secara genetik, sedikit berbeda dengan "induknya" di Afrika dan generasi dari alur yang menuju Eropa.

QUR'AN, MENENTANG TEORI DARWIN, RATUSAN TAHUN SEBELUM DARWIN DILAHIRKAN

27

Sebagian manusia ada yang meyakini bahwa asal penciptaan manusia berasal dari kera. Jadi, menurut teori ini, manusia awalnya berbentuk kera. Lalu mengalami perkembangan dan evolusi yang mengubah struktur dan bentuk tubuh mereka lebih sempurna; cara berpikir juga berkembang, dan perlahan-lahan berubah bentuk dari monyet jadi manusia sempurna. Inilah “teori evolusi” batil yang pernah dicetuskan oleh Darwin. Teori ini didasari oleh sangkaan dan perkiraan-perkiraan batil yang tidak dibangun di atas dalil dari wahyu.

        Abad ke-19 menyaksikan sebuah kekeliruan terbesar dalam sejarah umat manusia. Ini berawal dengan dikenalkannya filsafat materialis warisan Yunani kuno kepada pemikiran bangsa Eropa. Kekeliruan ini adalah teori evolusi Darwin. Sebelum kemunculan Darwinisme, biologi diterima sebagai cabang ilmu pengetahuan yang membuktikan keberadaan Tuhan. Dalam bukunya Natural Theology, biologiwan terkenal William Paley menyatakan, “Setiap jam menunjukkan keberadaan pembuat jam, rancangan di alam membuktikan keberadaan Tuhan.”

         Tetapi, teori evolusi Darwin menolak kebenaran ini. Dengan memutarbalikkan kebenaran agar sesuai dengan filsafat materialis, ia menyatakan bahwa seluruh makhluk hidup muncul akibat peristiwa alamiah biasa, tanpa ada unsur kesengajaan. Dengan kata lain, secara kebetulan. Dengan cara ini, ia memunculkan pemisahan semu antara agama dan ilmu pengetahuan. Dalam buku The Messianic Legacy, para peneliti Inggris Michael Baigent, Richard Leigh dan Henry Lincoln berkata tentang hal ini:

        Bagi Isaac Newton, satu setengah abad sebelum Darwin, ilmu pengetahuan tidaklah terpisah dari agama, bahkan sebaliknya, menjadi bagian dari agama, dan pada akhirnya mengabdi kepadanya. Akan tetapi ilmu pengetahuan masa Darwin menjadi persis sedemikian itu, yakni memisahkan dirinya sendiri dari kerangka tempat dulunya ia berada, dan mengukuhkan dirinya sendiri sebagai pesaing mutlak, sebagai pemberi penjelasan tandingan. Alhasil, agama dan ilmu pengetahuan tak lagi bekerja seiring, tapi berdiri saling berhadap-hadapan, dan umat manusia semakin dipaksa untuk memilih di antara keduanya. (Michael Baigent, Richard Leigh, Henry Lincoln, The Messianic Legacy, Gorgi Books, London:1991, hlm.177-178)

Penelitian yang Melibatkan Puluhan Ribu Ilmuwan

      Tidak hanya biologi, cabang-cabang ilmu pengetahuan seperti psikologi dan sosiologi pun dipaksakan agar sesuai dengan filsafat materialis. Astronomi dibelokkan mengikuti dogma materialis Yunani kuno. Tujuan baru ilmu pengetahuan adalah untuk mengukuhkan kebenaran filsafat materialis. Gagasan keliru ini telah menyeret dunia ilmu pengetahuan kepada kebuntuan selama 150 terakhir.

         Puluhan ribu ilmuwan dari berbagai cabang ilmu bekerja dengan berpengharapan akan mampu membuktikan Darwinisme atau teori-teori materialis lainnya. Namun mereka kecewa. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan sesuatu yang malah

28

bertentangan dengan kesimpulan yang ingin mereka capai. Dengan kata lain, bukti-bukti tersebut malah mengukuhkan kebenaran Penciptaan.

        Kini dunia ilmu pengetahuan sangat tercengang oleh kenyataan ini. Ketika alam diteliti, maka yang muncul adalah adanya perencanaan dan perancangan besar di setiap bagian-bagian terkecilnya. Hal ini telah meruntuhkan landasan berpijak filsafat materialis. Misalnya, struktur luar biasa DNA mengungkap kepada para ilmuwan bahwa DNA bukanlah hasil peristiwa tak disengaja. DNA dalam satu sel manusia berisi informasi yang cukup untuk memenuhi seluruh ensiklopedia yang terdiri atas 900 jilid. Gene Myers, seorang ilmuwan dari perusahan Celera yang menangani Human Genome Project (Proyek Genome Manusia), menyatakan berikut ini Apa yang sungguh mengejutkan saya adalah arsitektur kehidupan. Sistemnya sungguh luar biasa kompleks. Seolah ini telah dirancang. Terdapat kecerdasan mahahebat di sana. (San Francisco Chronicle, 19 February 2001)

        Keterkejutan ini mengguncang seluruh dunia ilmu pengetahuan. Para ilmuwan memandang dengan takjub ketidakabsahan filsafat materialis dan Darwinisme yang dulunya diajarkan kepada mereka sebagai suatu kebenaran. Sebagian mereka bahkan menyatakannya secara terbuka. Dalam bukunya Darwin’s Black Box, salah seorang dari para tokoh ini, Profesor Biokimia asal Amerika, Michael Behe, menjelaskan keadaan dunia ilmu pengetahuan sebagaimana berikut: Selama empat puluh tahun terakhir, biokimia modern telah menyingkap rahasia sel. Kemajuan ini dicapai dengan susah payah. Diperlukan puluhan ribu orang yang membaktikan sebagian besar masa hidupnya untuk pekerjaan laboratorium yang membosankan. Hasil kerja keras kumulatif untuk meneliti kehidupan di tingkat molekuler ini adalah teriakan yang lantang, jelas, dan nyaring: “desain!”. Hasil ini demikian jelas dan penting sehingga patut digolongkan sebagai salah satu pencapaian terbesar dalam sejarah ilmu pengetahuan.

         Namun, tidak ada sambutan meriah, tidak ada tangan yang bertepuk. Mengapa masyarakat ilmiah tidak menyambut penemuan mengejutkan ini dengan penuh kegirangan? Yang menjadi masalah adalah ketika salah satu sisi penemuan ini diberi nama desain cerdas, maka sisi yang lain haruslah diberi nama TUHAN. (Michael J.Behe, Darwin’s Black Box, New York: Free Press, 1996, hlm. 231-232)

Intelligent Design Lahir ketika Para Ahli Ingin Membuktikan Teori Evolusi itu Benar

Intelligent Design Theory alias Teori Perancangan Cerdas yang justru ditemukan saat ahli-ahli dari berbagai cabang ilmu bekerja keras untuk membuktikan teori Evolusi itu benar. Namun, harapan besar itu ternyata berhadapan dengan bukti-bukti yang sangat bertentangan dengan teori yang mereka usung. Bukti yang mereka temukan justru menguatkan satu jawaban, bahwa apapun yang tercipta di muka bumi memiliki Pencipta yang Maha Cerdas. Ini membuktikan adanya eksistensi Allah dalam keterlibatannya menciptakan manusia. Jadi, dapat dikatakan bahwa Evolusi adalah suatu hal yang mustahil.

Mengutip sebuah ungkapan dari Philip Johnson, filsuf Amerika :

”Kita ada disini sebagai hasil karya Pencipta cerdas yang memunculkan keberadaan kita untuk sebuah tujuan. Keberadaan kita dan apa yang ada diatas makhluk hidup lainnya adalah hasil kerja sadar yang memiliki tujuan dari Sang Pencipta.”...(QQ)

Intelligent Design bukan bagian dari science, juga bukan teori science, melainkan merupakan sebuah tulisan ataupun ajaran dari seorang pendeta yang bernama William Paley dalam mengalami krisis iman karena adanya kenyataan bahwa teori Evolusi telah memukul dongeng-dongeng yang ada dalam Bible tentang terjadinya

29

penciptaan.

         Intelligent Design sama sekali tidak menerangkan apapun tentang science, tulisan ini hanyalah mendukung bahwa penciptaan ini tak mungkin bisa dilakukan oleh alam melalui proses bertahap maupun yang disebutnya sebagai evolusi. Tulisan ini sama sekali juga tidak dianggap sebagai Teori Revolusi yang merupakan kebalikannya dari teori Evolusi.

          Intelligent Design tidak pernah merupakan pelajaran wajib untuk science manapun dari semua tingkatan pendidikan. Dan yang harus anda semua memahaminya, bahwa Intelligent Design tidak pernah mengalahkan, menyanggah, atau menyingkirkan teori Evolusi Darwin, bahkan penulis Intelligent Science tidak pernah dapat Nobel, bahkan dinominasi pun tidak.

Al Qur'an Secara Tegas, Menyangkal Teori Darwin, Jauh Sebelum Darwin Dilahirkan dari Rahim Ibunya

          Charles Darwin lahir pada 12 Februari, 1809 di Shrewsbury, England - anak kelima dari pasangan Robert Waring Darwin dan Susannah Wedgwood. Ibunya meninggal dunia kala Darwin masih berusia delapan tahun. Ketika Darwin berusia 16 tahun, ia pun meninggalkan kota kelahirannya dan kemudian belajar ilmu obat-obatan di Edinburgh University (EU). Namun sayangnya, ia tak melanjutkan studinya di EU hingga selesai.            Lalu Darwin meneruskan pendidikannya di Cambridge University hingga meraih gelar sarjana. Usai wisuda ia lalu mengadakan suatu "penjelajahan ilmiah" selama lima tahun (1826 - 1831) di Amerika Selatan.Pada 1839, ia pun menikahi saudari sepupunya, Emma Wedgewood. Darwin hidup bersama isteri dan anak-anaknya di Downe, England, kira-kira 15 miles dari London.            Ia menghabiskan masa hayatnya dengan menulis dan menerbitkan karya-karyanya. Pada 1859, karyanya berjudul "On the Origin of Species by Means of Natural Selection" diterbitkan. Buku karyanya banyak dibicarakan orang, dan membuat namanya terangkat. Namun karyanya itu juga menuai kontroversi.Bagaimana tidak, manusia yang ada di muka bumi ini, bagi Darwin adalah merupakan hasil evolusi. Pada 1871 ia menerbitkan buku berjudul "The Descent of Man" yang juga kesohor. Penyakit pun kemudian datang menyerang kala ia berkelana untuk kesekian kalinya ke Amerika Selatan. Ia meninggal pada 19 April 1882 dan dikebumikan di Westminster Abbey.

Teori yang Mengingkari Ayat-ayat Allah

          Al Qur'an diturunkan ratusan tahun sebelum Darwin dilahirkan. Teori manusia kera dari Darwin adalah sebagian kecil ilmu-ilmu yang tidak sesuai dengan Al Qur'an, wahyu Allah yang dilantarkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang tidak bisa membaca dan menulis (ummi). Hal ini membuktikan Al Qur'an adalah benar-benar wahyu Allah s.w.t.

Keterangan Al Qur'an tentang Penciptaan Adam

         Para ulama’ telah memberikan pengingkaran atas teori Darwin ini, karena menyelisihi nash-nash Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’ para salaf. Oleh karenanya, Syaikh bin Baaz dan ulama’ sejawatnya yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ memberikan jawaban terhadap pertanyaan seputar teori Darwin dengan menyatakan dengan tegas, “Pendapat ini tak benar!! Dalil yang membuktikan hal itu (yakni, kebatilan teori Darwin), Allah -a’ala- telah menjelaskan dalam Al-Qur’an tentang periode penciptaan Adam seraya berfirman,

30

"Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah” (QS. Ali Imraan: 59).

Allah -Ta’ala- berfirman,

“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah”. (QS. Al-Mu’minun: 12).

Allah -Ta’ala- berfirman,

“Sesungguhnya kami Telah menciptakan mereka dari tanah liat”. (QS. Ash-Shaaffat: 11).

Allah -Ta’ala- berfirman,

“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS. Al-Hijr: 26).

Allah -Ta’ala- berfirman,

“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar”. (QS. Ar-Rahman: 14).

Allah -Ta’ala-’ berfirman,

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Lalu apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”. (QS.Al-Hijr :28-29).

Inilah periode-periode yang dilalui penciptaan Adam menurut Al-Qur’an.

Periode Penciptaan Anak Keturunan Adam

Adapun periode-periode yang dilalui oleh penciptaan anak-cucu Adam, maka Allah -Ta’ala- berfirman,

“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”. (QS. Al-Mu’minun: 12-14).

Adapun istri Adam (yakni, Hawwa’), maka Allah -Ta’ala- pun menjelaskan bahwa Dia menciptakannya dari Adam seraya berfirman,

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu”. (QS. An-Nisaa’:1).

Wabillahit taufiq. Washollahu alaa nabiyyinaa Muhammadin wa aalihi washohbihi wa sallam”.

31

Daftar Pustaka:

Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ (1/68-70), cet. Dar Balansiyah, 1421 H

www.hidayatullah.com www.eramuslim.com

Al Qur'an dan Teori Evolusi - Printable Version

+- Forum Bebas Indonesia (http://www.forumbebas.com)+-- Forum: Global Faith and Tolerance (/forumdisplay.php?fid=15)+--- Forum: Nuansa Islami (/forumdisplay.php?fid=71)+--- Thread: Al Qur'an dan Teori Evolusi (/showthread.php?tid=21231)

Al Qur'an dan Teori Evolusi - t3nn4n9 - 21 Feb 2008 23:14

Latar Belakang Sejarah

Masalah penciptaan manusia termasuk salah satu pembahasan kuno yang mungkin telah mendapat perhatian dari sejak manusia itu diciptakan. Dengan menilik kitab-kitab samawi beberapa agama seperti agama Yahudi, Kristen, dan Islam, kekunoan pembahasan dapat kita lihat dengan jelas. Makalah ini ingin mengupas sebuah pembahasan komparatif antara ayat-ayat kitab samawi yang menyinggung penciptaan manusia dan teori evolusi. Dengan kata lain, perbandingan antara keyakinan para ahli tafsir dan pengetahuan yang diyakini oleh para ilmuwan ilmu alam tentang tata cara penciptaan manusia. Akan tetapi, kejelasan tentang masalah ini bergantung pada penjelasan yang benar tentang teori pemikiran ini, dan juga pada pemaparan latar belakang sejarah dan sikap-sikap yang pernah diambil dalam menanggapinya. Tujuan asli tulisan ini adalah kita ingin menemukan sumber kehidupan manusia. Apakah seluruh jenis binatang dan tumbuh-tumbuhan muncul dengan bentuk seperti ini dan dengan karakteristik dan keistimewaan yang independen dari sejak awal mereka diciptakan, dan lalu mereka juga berkembang biak dengan dengan cara yang sama? Ataukah seluruh binatang dan tumbuh-tumbuhan itu berasal dari spesies (naw‘) yang sangat sederhana dan hina, lalu mereka mengalami perubahan bentuk lantaran faktor lingkungan dan natural yang beraneka ragam, dan setelah itu mereka memperoleh bentuk yang lebih sempurna dengan gerakan yang bersifat gradual sehingga memiliki bentuk seperti sekarang ini?

Al Qur'an dan Teori Evolusi - t3nn4n9 - 21 Feb 2008 23:15

Teori pertama dikenal dengan nama teori Fixisme dan diyakini oleh para pemikir pada masa-masa terdahulu. Sedang teori kedua dikenal dengan nama teori Transformisme dan diterima oleh para ilmuwan dari sejak abad ke-19 Masehi.

Teori pertama meyakini adanya aneka ragam spesies makhluk yang bersifat independen; artinya manusia berasal dari manusia dan seluruh binatang yang lain juga berasal dari spesies mereka masing-masing. Akan tetapi, teori kedua beranggapan bahwa penciptaan spesies-spesies yang ada sekarang ini berasal dari makhluk dan spesies-spesies yang berbeda.

Para ilmuwan berkeyakinan bahwa teori Evolusi alam natural paling tidak seusia dengan masa para filosof Yunani.[1] Sebagai contoh, Heraclitus meyakini bahwa segala sesuatu senantiasa mengalami proses dan evolusi. Ia menegaskan, “Kita harus ketahui bersama bahwa segala sesuatu pasti mengalami peperangan, dan peperangan ini adalah sebuah keadilan. Segala sesuatu terwujud lantaran peperangan ini, dan setelah itu akan sirna.”[2] Segala sesuatu selalu berubah dan tidak ada suatu realita yang diam. Ketika membandingkan antara fenomena-fenomena alam dengan sebuah aliran air sungai, ia berkata, “Kalian tidak dapat menginjakkan kaki dalam satu sungai sebanyak dua kali.”[3]

Mungkin filosof pertama yang mengklaim teori Transformisme (perubahan gradual karakteristik dan spesies seluruh makhluk hidup) adalah Anaximander. Ia adalah filosof kedua aliran Malthy setelah Thales. Ia

32

beryakinan bahwa elemen utama segala sesuatu adalah substansi (jawhar) yang tak berbatas, azali, dan supra zaman. Anaximander juga berkeyakinan bahwa kehidupan ini berasal dari laut dan bentuk seluruh binatang seperti yang kita lihat sekarang ini terwujud lantaran proses adaptasi dengan lingkungan hidup. Manusia pada mulanya lahir dan terwujud dari spesies binatang lain. Hal ini lantaran binatang-binatang yang lain dapat menemukan sumber makanannya dengan cepat. Akan tetapi, hanya manusia sajalah yang memerlukan masa yang sangat panjang untuk menyusu pada ibu yang telah melahirkannya. Jika manusia memiliki bentuk seperti yang dapat kita lihat sekarang ini sejak dari permulaan, niscaya ia tidak akan dapat bertahan hidup.[4]

Al Qur'an dan Teori Evolusi - t3nn4n9 - 21 Feb 2008 23:16

Meskipun teori Evolusi memiliki masa lalu yang sangat panjang, tetapi teori ini tidak memperoleh perhatian yang semestinya dari para ilmuwan selama masa yang sangat panjang. Dengan kemunculan para ilmuwan seperti Lamarck, Charles Robert Darwin, dan para ilmuwan yang lain, teori ini sedikit banyak telah berhasil menemukan posisi ilmiah yang semestinya.

Di penghujung abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, seorang ilmuwan ilmu alam berkebangsaan Prancis yang bernama Cuvier melontarkan sebuah teori tentang penciptaan makhluk hidup. Ia berkeyakinan bahwa makhluk hidup muncul selama masa yang beraneka ragam dalam tataran geologi. Lantaran revolusi-revolusi besar dan tiba-tiba yang pernah terjadi di permukaan bumi, seluruh makhluk hidup itu musnah. Setelah itu, Tuhan menciptakan kelompok binatang baru dalam bentuk yang lebih sempurna. Periode-periode makhluk selanjutnya juga muncul dengan cara yang serupa. Teori ini dalam ilmu Geologi dikenal dengan nama Catastrophisme; yaitu revolusi besar di permukaan bumi. Ia mengingkari seluruh jenis hubungan kefamilian antara makhluk hidup pada masa kini dan makhluk-makhluk yang pernah hidup sebelumnya. Ia meyakini teori Fixisme.

Pada masa kehidupan Cuvier, para ilmuwan seperti Buffon sang zoolog, Lamarck, dan akhirnya Darwin, muncul dalam arena teori Evolusi. Meskipun Buffon hanya mampu meyakini bahwa evolusi makhluk hidup hanya bersifat eksternal, tetapi Lamarck dan lebih hebat darinya, Darwin mampu membuka sebuah posisi ilmiah baru bagi teori ini.

Ketika menjelaskan realita ini, Dampyer menulis, “Teori pertama yang sangat mengena dan begitu logis adalah teori Lamarck (1744 – 1829 M.). Ia menekankan bahwa faktor evolusi (makhluk hidup) adalah perubahan-perubahan menumpuk (accumulated transformations) yang disebabkan oleh faktor lingkungan hidup dan dimiliki oleh setiap makhluk hidup dengan cara warisan. Menurut Buffon, pengaruh perubahan lingkungan hidup terhadap komposisi seseorang sangat minimal. Tetapi Lamarck berkeyakinan bahwa jika perubahan-perubahan yang diperlukan dalam tindakan bersifat permanen, maka seluruh perubahan itu akan mengubah seluruh anggota tubuh yang telah kuno, atau jika tubuh membutuhkan sebuah anggota baru, maka perubahan itu akan menciptakannya. Atas dasar ini, nenek moyang jerapah yang hidup pada masa kini menemukan leher yang panjang dan lebih panjang lagi lantaran ia harus melongok demi meraih dedaunan yang sulit dijangkau. Perubahan komposisi tubuh seperti ini menemukan titik kesempurnaannya melalui jalan warisan. Etienne Geoffroy Saint Hilaire dan Robert Chambers adalah dua orang di antara para pendukung teori Evolusi yang hidup pada abad ke-19. Mereka berkeyakinan bahwa lingkungan hidup memiliki pengaruh langsung pada individu.”[5]

Atas dasar ini, ilmuwan Biologi pertama yang memberikan nilai kepada teori Evolusi adalah Lamarck. Tetapi pendapat dan teori-teorinya tidak memperoleh tanggapan yang semestinya. Hal ini bukan lantaran ketegaran dan kekokohan teori Fixisme pada masa itu. Tetapi hal itu lantaran mekanisme perubahan (mechanism of transformations) yang diusulkan oleh Lamarck tidak menarik para ilmuwan yang hidup kala itu.[6]

Al Qur'an dan Teori Evolusi - t3nn4n9 - 21 Feb 2008 23:23

b. Neo Lamarckisme

Teori Noe Lamarckisme muncul ke arena ilmu Biologi berkat usaha keras Gope, seorang ahli Biologi berkebangsaan Amerika.

33

Al Qur'an dan Teori Evolusi - Kojek - 22 Feb 2008 09:53

Mantap nang....Terusin dong...

Al Qur'an dan Teori Evolusi - anoemoe - 22 Feb 2008 11:49

coba baca al-baqarah:30-31

Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang

khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang

yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan

memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Rabb berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak

kamu ketahui". (QS. 2:30)

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya

kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang kamu

orang yang benar!", (QS. 2:31)

ayat ini bercerita tentang proses sebelum Allah membuat Adam as, dimana

secara jelas para malaikat itu protes karena khawatir membuat kerusakan

di bumi.

kajian pertama:

mengapa Allah membahasakan rencanaNya dengan hendak

menjadikan seorang khalifah di bumi? bukan akan membuat makhluk

dengan jenis manusia yang kemudian dinamakan Adam?

Kalau pembahasaan tersebut sebagai khalifah (PEMIMPIN),

berarti di bumi udah ada yang bakal DIPIMPIN, dan semestinya

Adam bukan memimpin seluruh makhluk Allah yang non-manusia.

Kajian kedua:

mengapa para malaikat bisa protes dengan alasan bahwa Adam

itu akan membuat kerusakan di bumi? malaikat tidak memiliki pengetahuan

cukup untuk meramalkan masa depan makhluk tersebut, jadi mereka

pasti protes karena mereka SUDAH ata SEDANG melihat kenyataan di bumi

ada makhluk berjenis manusia yang membuat kerusakan dan menumpahkan

darah di bumi.

Kesimpulan sementara:

1. bisa jadi Adam as. bukan manusia pertama karena sudah ada

34

manusia di bumi yang pada saat itu membuat kerusakan dan

saling menumpahkan darah.

2. bisa jadi makhluk yang berjenis manusia tersebut adalah hasil

evolusi berjuta tahun dan makhluk ini merupakan the ultimate

creature (hasil evolusi yang sempurna), ingat bahwa manusia

telah dinobatkan sebagai se-sempurna2nya makhluk dan dibekali

akal.

sekian dan silahken disundul..

Comment 0Offline

Posts: 5

Evolusi « on: May 09, 2008, 12:40:27 PM »

Evolusi

Evolusi pada dasarnya berarti proses perubahan dalam jangka waktu tertentu. Dalam konteks biologi modern, evolusi berarti perubahan frekuensi gen dalam suatu populasi. Akumulasi perubahan gen ini menyebabkan terjadinya perubahan pada makhluk hidup. Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun sebenarnya ide tentang teori evolusi telah berakar sejak jaman Aristoteles. Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini, teori Darwin tentang evolusi yang terjadi karena seleksi alam, adalah teori yang terbaik yang dapat menjelaskan dan kemungkinan besar akan tetap begitu di masa depan.

Carolus Linnaeus, penggagas sistem penggolongan biologi modern, menunjukkan bahwa seluruh dunia kehidupan dapat diatur dalam tingkatan yang, apabila digambarkan dalam bentuk diagram, menyerupai silsilah. Setelah Linnaeus, para naturalis sering menanggap bahwa makhluk hidup saling 'berkerabat' namun mereka belum tahu apa penyebabnya.

Jean Baptiste de Lamarck, seorang naturalis dari Perancis, adalah ilmuwan pertama yang mengajukan ide terjadinya perubahan terhadap makhluk hidup seiring dengan waktu sebagai akibat dari pengaruh lingkungan.

Gregor Mendel adalah seorang pendeta dan ilmuwan dari ceko, yang mempelajari ilmu keturunan. Dengan mengobservasi kacang polong selama bertahun-tahun, Mendel mengambil kesimpulan bahwa ada suatu pol dalam keturunan. Hasil penyelidikan Mendel menjadi dasar ilmu genetika.

Charles Darwin adalah seorang naturalis Inggris yang mengikuti ekplorasi kapal HMS Beagle untuk membuat peta pelabuhan dunia pada tahun 1831. Di sepanjang perjalanan inilah Darwin meneliti berbagai hewan dan tumbuhan yang dijumpainya. Darwin berada di Kepulauan Galapagos selama kurang lebih 2 bulan dan melakukan berbagai pengamatan terhadap bermacam hewan yang ada di kepulauan terpencil itu. Melalui pengamatan ini, dan juga berbagai pengamatan lanjutan yang dilakukannya selama puluhan tahun atas koleksi hewan dan tumbuhan yang diperolehnyalah Darwin membentuk embrio teori evolusi. Pada 1859, Darwin menerbitkan "On the Origin of Species by means of Natural Selection", yang menyajikan

35

bukti-bukti yang menunjukkan bahwa kehidupan telah berevolusi sepanjang sejarahnya dan bahwa mekanisme yang menyebabkan terjadinya evolusi adalah seleksi alam.

Alfred Russel Wallace adalah seoring naturalis Ingris yang hidup semasa dengan Darwin. Wallace secara terpisah juga memikirkan teori evolusi identik dengan Darwin. Darwin dan Wallace cukup lama berkorespondensi secara ilmiah. Wallace malah banyak mengirim spesies-spesie penemuan baru dari Asia ke Darwin untuk diteliti. Wallace teori tentang evolusi, menurut dia sendiri, adalah hasil pemikiran yang datang secara spontan. Di lain pihak, teori evolusi Darwin adalah hasil pemikiran secara metodis selama bertahun-tahun. Ironisnya, Darwin menjadi sangat jauh terkenal daripada Wallace sendiri. Namun demikian, Wallace adalah salah satu pembela Darwin dan teorinya dimasa kontroversial setelah buku "The Origin of Species" diterbitkan.

Walaupun ide evolusi (bahwa makhlup hidup secara berangsur-angsur berubah)telah didiskusikan jauh sebelum abad ke-19, Darwin dan Wallace adalah yang pertama mencetuskan bagaimana proses evolusi itu berlangsung.

Menurut Ernst Mayr (2001), Darwin mengajukan lima teori perihal evolusi:

Bahwa kehidupan tidak tetap sama sejak awal keberadaannya Kesamaan leluhur bagi semua makhluk hidup Evolusi bersifat gradual (berangsur-angsur) Terjadi pertambahan jumlah spesies dan percabangan garis keturunan Seleksi alam merupakan mekanisme evolusi

Evolusi menjelaskan sejarah makhluk hidup, hewan, tumbuhan, fungi, mikroba. Bukti pendukungnya amat banyak dan berasal dari berbagai cabang biologi: hierarki taksonomi sebagaimana ditemukan Linnaeus dan para penerusnya, fosil-fosil yang menunjukkan bahwa kehidupan di masa lalu berbeda bentuknya dengan kehidupan masa sekarang, hingga bukti genetika yang menunjukkan kesamaan antara berbagai makhluk hidup. Kini evolusi bisa dikatakan telah menjadi teori sentral dalam biologi modern -- tak salah bila ahli genetika Theodosius Dobzhansky berkata, "Nothing in biology makes sense except in the light of evolution".

Paruh burung finch (sejenis burung manyar) menjadi topik pemikiran Darwin yang mendasari evolusi teorinya (lihat gambar)[2]. Ketika berada di kepulauan Galapagos, bagin dari ekspedisi HMS Beagle, Darwin melihat bahwa paruh burung finch berbeda-beda, tergantung dari pulau mana asalnya. Ini adalah salah satu contoh bagaimana burung finch menyesuaikan diri dengan kondisi pulau yang berbeda-beda. Contohnya, di pulau yang satu, paruh burung finch kuat dan pendek dan cocok untuk memecahkan kulit kacang yang keras. Di pulau lainnya, paruh burung finch sedikit lebih panjang dan lebih tipis, cocok untuk mengisap jenis makanan yang berada di pulau itu. Hal ini membuat Darwin berpikir akan suatu kemungkinan bahwa burung finch tidak diciptakan begitu saja, melainkan melalui proses adaptasi.

Waktu adalah faktor penting dalam evolusi. Proses evolusi memerlukan waktu yang sangat lama. Menurut Darwin, ada dua mekanisme yang mendasari evolusi. Pertama, proses evolusi membawa spesies yang ada untuk berinteraksi dengan kondisi ekologinya. Contohnya, karena hasi evolusi, beberapa burung mempunyai paruh yang hanya bisa dipakai untuk menghispap madu bunga. Selama bunga itu masih tersedia, burung ini akan hidup. Tetapi, bila bunga ini, karena sesuatu hal, punah, maka burung itu kemungkinan besar akan punah juga. Mekanisme yang kedua adalah kelahiran spesies baru dari hasil variasi di spesies yang ada. Ini terjadi bila suatu group mahluk hidup menjadi terpisah dan pada akhirnya mempunyai gaya hidup yang sangat berbeda. Contoh klasik adalah burung finch di atas. Asal mulanya, nenek moyang burung dari bermacam pulau di Galapagos adalah berasal dari daratan Amerika Selatan. Karena bertebaran di bermacam pulau, burung ini akhirnya mengembangkan gaya hidup yang berbeda-beda. Waktu (melalui banyak generasi burung) dan perjuangan untuk hidup (survival) adalah dua hal yang dibutuhkan untuk melahirkan generasi baru burung finch. Waktu yang lebih panjang lagi dan melalui proses yang sama, menurut Darwin akan dapat menjelaskan evolusi dari semua mahluk hidup di muka bumi yang berasal dari satu "common ancestor".

Semenjak penerbitan buku Darwin "The Origin of Species", evolusi mendapat banyak kritik dan menjadi tema yang kontroversial. Namun demikian, kontroversi ini pada umumnya berkisar dalam implikasi dari teori evolusi di bidang filsafat, sosial, dan agama. Di dalam komunitas ilmuwan, teori evolusi telah diterima secara luas dan tidak mendapat tantangan. Seperti yang sudah diprediksi oleh Darwin, implikasi yang paling

36

kontroversial adalah evolusi manusia. Banyak yang tidak menerima bahwa segala jensi makhluk hidup, termasuk manusia, berasal dari proses alam yang tidak memerlukan campur tangan dewa-dewa atau sebuah tuhan. Aliran yang sering dianggap berlawanan dengan teori evolusi adalah penciptaan (ciptaanisme atau creationism dalam bahasa Inggris) yang mempercayai bahwa makhluk hidup dan segala jenisnya diciptakan oleh Tuhan, secara terpisah (tidak ada kesamaan leluhur, atau bahwa satu jenis makhluk hidup tidak diturunkan dari jenis makhluk hidup lain). Ciptaanisme pertama kali timbul di kalangan Kristen literalis yang tidak dapat menerima evolusi karena dianggap bertentangan dengan narasi kisah penciptaan tujuh hari pada Kitab Kejadian dalam Perjanjian Lama, namun belakangan muncul juga di kalangan Islam misalnya penulis kenamaan dari Turki yaitu Harun Yahya yang melakukan penoakan dari teori evolusi berdasarkan al-Qur'an. Penyebab penolakan sebagian kalangan beragama tesebut mungkin disebabkan anggapan bahwa evolusi menghilangkan 'peran Tuhan' dalam penciptaan, atau bahkan bahwa evolusi menyokong ateisme, kendati evolusi sebagai sains tidak bisa ikut campur persoalan tindakan ilahi, yang berada dalam ranah keimanan dan di luar sains.

Ilmu Allah Oleh: Tim dakwatuna.com

Dalam asmaul husna, Allah swt. disebut sebagai Al ‘Alim (Yang Maha Mengetahui).Bahwasanya ilmu Allah tidak terbatas. Dia mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi, yang dahulu, sekarang, ataupun besok, baik yang ghaib maupun yang nyata.

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi.”(QS. Al-Hajj: 70)

“Dialah Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia. Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hasyr: 22)

Tak ada satupun yang tersembunyi bagi Allah swt. Sebutir biji di dalam gelap gulita bumi yang berlapis tetap diketahui Allah swt. “Di sisi-Nya segala anak kunci yang ghaib, tiadalah yang mengetahui kecuali Dia sendiri. Dia mengetahui apa-apa yang ada di daratan dan di lautan. Tiada gugur sehelai daun kayu pun, melainkan Dia mengetahuinya, dan tiada sebuah biji dalam gelap gulita bumi dan tiada pula benda yang basah dan yang kering, melainkan semuanya dalam Kitab yang terang.” (QS. Al-An’am: 59)

Ilmu Allah swt. maha luas, tak terjangkau, dan tak terbayangkan oleh akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi serta yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluk manapun tak akan bisa menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah saja manusia tidak akan mampu. Tentang tubuhnya sendiri saja, tidak semuanya terjangkau oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai manusia. Semakin didalami semakin jauh pula yang harus dijangkau, semakin banyak misteri yang harus dipecahkan, seperti jaringan kerja otak manusia masih merupakan hal yang teramat rumit untuk dikaji.

Belum lagi tentang astronomi. Berapa banyak bintang, galaksi di langit, berapa jauhnya, bagaimana cara mencapainya, proses terjadinya, apakah ada penghuninya, dan seterusnya. Jika kita menatap ke luar angkasa betapa kecil bumi ini bagaikan debu bahkan lebih kecil dari itu. Andaikan saja ada manusia yang menguasai planet bumi sebagai miliknya pribadi, maka di hadapan alam di ruang angkasa ini dia hanyalah memiliki debu tak berarti. Jika saja ada manusia menguasai bumi, dia hanya menguasai debu. Sementara kekuasaan, kerajaan Allah swt. tak akan tertandingi sedikitpun jua.

Allah swt. menggambarkan betapa kecil dan tak berdayanya manusia bila dibandingkan dengan ilmu Allah swt., dengan perumpamaan air laut bahkan tujuh lautan dijadikan tinta untuk menulis kalimat Allah swt., niscaya tidak akan habis-habisnya kalimat Allah tersebut dituliskan.

37

“Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.” (QS. Al Kahfi: 109)

“Dan seandainya pohon-pohon di muka bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Luqman: 27).

Allah swt. telah menciptakan langit dan bumi dengan segala isi dan peristiwa yang terkandung di dalamnya merupakan fenomena yang sangat mengesankan dan menakjubkan akal serta hati sanubari manusia. Itulah alam semesta atau al-kaun (universum). Simaklah firman Allah swt. berikut ini:

“Dia lah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk rupa, yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 24).

Hendaknya manusia senantiasa men-taddaburi ayat-ayat-Nya, baik yang qauliyah maupun kauniyah. Karena di sana terdapat lautan ilmu-Nya, serta dorongan untuk mengkaji maupun mengimplementasikannya. “Hai jama’ah jin dan manusia jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” (QS. Ar-Rahman: 33). Dengan ayat ini manusia akan mengerti jika ingin menembus langit diperlukan energi yang besar.

Maka dengan segala bahan-bahan yang ada di alam ini manusia harus mampu mengkonversi energi tersebut. Masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan cabang-cabangnya. Allah swt. telah menciptakan alam beserta isi dan sistemnya dan juga telah mengajarkannya kepada manusia. Dengan mencermati Al-Qur’an, akan melahirkan kajian-kajian yang lebih detail tentang keberadaan ciptaan-Nya.

Timbulnya ilmu pengetahuan disebabkan kebutuhan-kebutuhan manusia yang berkemauan hidup bahagia. Dalam mencapai dan memenuhi kebutuhan hidupnya itu, manusia menggunakan akal pikirannya. Mereka menengadah ke langit, memandang alam sekitarnya dan melihat dirinya sendiri. Dalam hal ini memang telah menjadi qudrat dan iradat Nya, bahwa manusia dapat memikirkan sesuatu kebutuhan hidupnya. Telah tercantum dalam Al-Qur’an perintah Allah swt.: “Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Yunus: 101).

Hasil dari pemikiran manusia itu melahirkan ilmu pengetahuan dengan berbagai cabangnya. Maka ilmu pengetahuan bukanlah musuh atau lawan dari iman, melainkan sebagai wasailul hayah (sarana kehidupan) dan juga nantinya yang akan membimbing ke arah iman. Sebagaimana kita ketahui, banyak ahli ilmu pengetahuan yang berpikir dalam, telah dipimpin oleh pengetahuannya kepada suatu pandangan, bahwa di balik alam yang nyata ini ada kekuatan yang lebih tinggi, yang mengatur dan menyusunnya, memelihara segala sesuatu dengan ukuran dan perhitungan.

Herbert Spencer dalam tulisannya tentang pendidikan, menerangkan sebagai berikut: “Pengetahuan itu berlawanan dengan khurafat, tetapi tidak berlawanan dengan agama. Dalam kebanyakan ilmu alam kedapatan paham tidak bertuhan (atheisme), tetapi pengetahuan yang sehat dan mendalami kenyataan, bebas dari paham yang demikian itu. Ilmu alam tidak bertentangan dengan agama. Mempelajari ilmu itu merupakan ibadat secara diam, dan pengakuan yang membisu tentang keindahan sesuatuyang kita selidiki dan kita pelajari, dan selanjutnya pengakuan tentang kekuasaany Penciptanya. Mempelajari ilmu alam itu tasbih (memuji Tuhan) tapi bukan berupa ucapan, melainkan tasbih berupa amal dan menolong bekerja. Pengetahuan ini bukan mengatakan mustahil akan memperoleh sebab yang pertama, yaitu Allah.”

“Seorang ahli pengetahuan yang melihat setitik air, lalu dia mengetahuinya bahwa air itu tersusun dari oksigen dan hidrogen, dengan perbandingan tertentu, dan kalau sekiranya perbandingan itu berubah, niscaya air itu akan berubah pula menjadi sesuatu yang bukan air. Maka dengan itu ia akan meyakini kebesaran Pencipta, kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya. Sebaliknya orang yang bukan ahli dalam ilmu alam, akan melihatnya tidak lebih dari setitik air.”

38

Manusia sejak zaman dahulu telah mengerahkan daya akal untuk menyelidiki rahasia serta mencari hubungannya dengan kebutuhan dan tujuan hidupnya di atas bumi ini. Maka lahirlah para ahli ilmu alam seperti astronom, meteorolog, geolog, fisikawan, dan sebagainya, beserta para ahli filsafatnya di bidang tersebut.

Penemuan di bidang astronomi menyebabkan kosmologi terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini statis, dari permulaan diciptakannya samapai sekarang ini tak berubah dan kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis, bergerak atau berubah.

Kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis ditunjang oleh ilmu pengetahuan modern. Menurut teori evolusi, pengembangan seperti dibuktikan oleh adanya red shift, ditafsirkan bahwa alam semesta ini dimulai dengan satu ledakan dahsyat. Materi yang terdapat dalam alam semesta itu mula-mula berdesakan satu sama lain dalam suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya berupa proton, neutron, dan elektron, tidak mampu membentuk susunan yang lebih berat. Karena mengembang, maka suhu menurun sehingga proton dan neutron berkumpul membentuk inti atom. Kecepatan mengembang ini menentukan macam atom yang terbentuk.

Para ahli ilmu alam telah menghitung bahwa masa mendidih itu tidak lebih dari 30 menit. Bila kurang artinya mengembung lebih cepat, alam semesta ini akan didominasi oleh unsur hidrogen. Apabila lebih dari 30 menit, berarti mengembung lambat, unsur berat akan dominan.

Selama 250 juta tahun sesudah ledakan dahsyat, energi sinar dominan terhadap materi, transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc2. Dalam proses pengembungan ini energi sinar banyak terpakai dan meteri semakin dominan. Setelah 250 juta tahun maka masa dari meteri dan sinar menjadi sama. Sebelum itu, tidak dibayangkan bahwa materi larut dalam panas radiasi, seperti garam larut di air.

Pada masa itu, setelah lewat 250 juta tahun, materi dan gravitasi dominan, terdapat differensiasi yang tadinya homogen. Bola-bola gas masa galaksi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih 40.000 tahun cahaya dan masanya 200 juta kali massa matahari kita. Awan gas gelap itu kemudian berdifferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola gas bintang yang berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan itu maka suhu naik sampai 20.000.000 derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan bintang itupun mulai bercahaya.

Karena sebagian dari materi terhisap ke pusat bintang, maka planet dibentuk dari sisa-sisanya. Yaitu butir-butir debu berbenturan satu sama lain dan membentuk massa yang lebih besar, berseliweran di ruang angkasa dan makin lama makin besar.

Proses kondensasi bintang pembentukan planet membutuhkan waktu beberapa ratus juta tahun. Kita mengetahui bahwa bulan bergerak menjauhi bumi, hal ini berarti bahwa beberapa milyar tahun yang lalu bumi dan bulan itu satu, dan bulan merupakan pecahan dari bumi yang memisahkan diri. Firman Allah swt.:

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman.” (QS. Al Anbiya: 30)

Konsep ini jelas menunjang teori kedinamisan alam semesta. Orang Rusia, berdasarkan umur batu bulan, telah menetapkan bahwa bulan berumur 4,5 milyar tahun.

Dalam mempelajari red shift, jarak diukur dengan tahun cahaya, bukan dengan kilometer. Kecepatan cahaya adalah 300.000 km per detik, sedangkan beberapa galaksi beberapa juta tahun cahaya jauhnya. Pada waktu kita memandang galaksi yang sangat jauh itu, sebetulnya kita sedang meneropong jauh ke masa yang silam. Dalam mempelajari galaksi yang jauhnya satu milyar tahun cahaya , sebetulnya membuktikan bahwa satu milyar tahun yang lalu alam semesta ini mengembung dengan kecepatan yang lebih tinggi dari sekarang. Hal ini berarti pula bahwa kita berada di alam semesta yang dinamis, bukan statis.

Lain dari itu penurunan kecepatan mengembung meramalkan bahwa pada suatu waktu pengembungan itu akan berhenti, kemudian berkontraksi, pada akhirnya kembali kepada situasi kepadatan seperti asalnya lebih kurang lima milyar tahun yang lalu.

39

Dari uraian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa alam semesta ini mengembung dan mengempis. Untuk lebih lanjut perhatikan uraian George Gemov dalam bukunya The Creation of the Universe, hal. 36: “…bahwa tekanan raksasa yang terjadi pada permulaan sejarah alam semesta, adalah akibat dari suatu kehancuran yang terjadi sebelumnya , dan bahwa pengembungan yang sekarang ini sebenarnya hanyalah suatu gerak kembali yang elastis yang terjadi segera setelah tercapai kepadatan maksimun yang diizinkan.”

Kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana besarnya tekanan yang tercapai pada kepadatan yang maksimum itu, tetapi menurut semua petunjuk tekanan itu sungguh-sungguh amat tinggi. Besar kemungkinan seluruh massa alam semesta yang mempunyai kemungkinan bentuk yang bagaimanapun dalam masa pra kehancuran telah dimusnahkan secara sempurna, dan bahwa atom-atom dan intinya telah dipecahkan menjadi proton, neutron, dan elektron serta partikel dasar lainnya, jadi tak ada satupun yang bisa dituturkan tentang masa alam sebelum pemadatan alam semesta itu. Segera setelah kepadatan massa alam semesta itu mencapai titik maksimum, kepadatan yang sangat tinggi itu hanya bertahan dalam waktu sebentar saja.

Segala sesuatu yang berada dalam alam semesta, adalah merupakan ciptaan (makhluk) Allah swt. sebegai refleksi dan manifestasi dari wujud Allah swt. dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Karena itu manusia tidak habis-habisnya mengagumi isi al-kaun ini terus mengambil pelajaran dan ibroh yang bermanfaat dari padanya.

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihtaanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (QS. Al Mulk: 3-4)

Tegaknya langit, keseimbangan benda-benda langit sesuai dengan ciptaan dan pengaturan dari Penciptanya.

“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).” (QS. Ar Rahman: 7)

“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidaka tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah maha Penyantun lagi Maha Pengampun” (QS. Faathir: 41)

Ayat di atas menyatakan adanya semacam penahan yang membawa kepada ketenangan benda-benda langit, meskipun benda-benda langit itu saling bergerak. Hal ini menunjukkan kenyataan kebenarannya terhadap umat manusia.

Para ahli fisika sudah cukup lama mengenal gaya gravitasi antara benda-benda bermassa yang bekerja secara luas dalam alam ini. Setelah Issac Newton pada tahun 1686 merumuskan hukum gravitasi, maka orang dapat dengan mudah memahami dan menerangkan berbagai peristiwa dalam jagat raya ini. Hukum-hukum Kepler yang sudah ada sebelum Newton, ternyata dapat dipahamkan sebagai akibat saja dari hukum gravitasi Newton tersebut.

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa universum itu berjalan dengan eksak, kokoh, teratur, rapi, dan harmonis, yang tidak akan ada habis-habisnya menjadi tantangan yang menakjubkan bagi manusia. Setelah beriman kepada Allah, maka menjadi mudah bagi kita untuk menerima bahwa hukum-hukum itu adalah sunatullah atau aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah bagi makhluk-Nya yang tidak berubah-ubah.

“Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.” (QS. Faathir: 43)

Demikianlah Allah swt. telah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna, seimbang, beraturan, sistemik. Maka Dia jualah yang paling tahu hakikat dan tujuan penciptaa-Nya, dan telah dikabarkannya ciptaan Allah swt. itu kepada manusia. Manusia telah diperintahkan untuk bertafakur atas ciptaan-Nya, sehingga mampu

40

memanfaatkannya. Dan agar manusia mampu mengenal pencipta-Nya serta mengagungkan-Nya; Dia lah Allah swt. tiada Tuhan selain-Nya. Dengan ilmu-Nya Allah mengajarkan kepada hamba-Nya apa-apa yang telah diciptakan dengan proses terjadinya, sehingga manusia akan menjadi tahu dan berilmu. Setelah itu akan lahir cabang-cabang ilmu pengetahuan yang menyebar ke setiap penjuru ufuk kehidupan manusia. Dengan ilmunya manusia diharapkan menemukan kebenaran dan menjadikannya sebagai landasan kehidupan.

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Fushshilat: 53)

Ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah

Allah swt. menuangkan sebagian kecil dari ilmu-Nya kepada umat manusia dengan dua jalan. Pertama, dengan ath-thariqah ar-rasmiyah (jalan resmi) yaitu dalam jalur wahyu melalui perantaraan malaikat Jibril kepada Rasul-Nya, yang disebut juga dengan ayat-ayat qauliyah. Kedua, dengan ath-thariqah ghairu rasmiyah (jalan tidak resmi) yaitu melalui ilham secara kepada makhluk-Nya di alam semesta ini (baik makhluq hidup maupun yang mati), tanpa melalui perantaraan malaikat Jibril. Karena tak melalui perantaraan malaikat Jibril, maka bisa disebut jalan langsung (mubasyaratan). Kemudian jalan ini disebut juga dengan ayat-ayat kauniyah.

Wahyu dalam pengertian ishtilahi adalah: “kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang menjadi hudan (petunjuk) bagi umat manusia”, baik yang diturunkan langsung, dari belakang tabir (min wara’ hijab) maupun yang diturunkan melalui malaikat Jibril, seperti firman Allah swt: “Tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seseorang (malaikat) lalu diwahyukan kepadaNya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi maha Bijaksana” (QS. Asy Syura: 51)

Pengertian wahyu secara ishtilahi perlu dipertegas karena makna wahyu secara lughawi memiliki pengertian yang bermacam-macam, antara lain:1. Ilham Fithri, seperti wahyu yang diberikan kepada ibu Nabi Musa untuk menyusukan Musa yang masih bayi.“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil)…” (QS. Al-Qashash: 7).2. Instink Hayawan, seperti wahyu yang diberikan kepada lebah untuk bersarang di bukit-bukit, pohon-pohon, dan dimana saja dia bersarang.“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia” (QS. An-Nahl: 68).3. Isyarat, seperti yang diwahyukan oleh Nabi Zakaria kepada kaumnya untuk bertasbih pagi dan sore.“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang” (QS. Maryam: 11).4. Perintah Allah kepada malaikat, untuk mengerjakan sesuatu seperti perintah Allah kepada malaikat untuk membantu kaum muslimin dalam Perang Badar.“(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat; Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman…” (QS. Al Anfal: 12).5. Bisikan syaitan“…Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musrik.” (QS. Al-An’am: 121).Dalam ayat tersebut ada kata layuhuna (mewahyukan) yang berarti membisikkan.6. Hadits Qudsi, juga termasuk dalam wahyu (hadits yang maknanya dari Allah swt., sedangkan redaksinya dari Rasulullah saw.)7. Hadits Nabawiy, (makna dan redaksinya dari Rasulullah saw.) karena pada hakekatnya apa saja yang berasal dari Rasulullah saw. mempunyai nilai wahyu.“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah dia; dan bertakwa-lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya.” (QS. Al-Hasyr: 7)

Ayat-ayat qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari ilmu alam semesta (ayat-ayat kauniyah), oleh sebab itu manusia harus berusaha membacanya, mempelajari, menyelidiki dan merenungkannya, untuk

41

kemudian mengambil kesimpulan. Allah swt. berfirman: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan alam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq:1-5)

“Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Ar Ra’du: 3)

“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian tanah yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ra’du: 4)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 190-191)

Dengan mempelajari, mengamati, menyelidiki, dan merenungkan alam semesta (al-kaun) dengan segala isinya, manusia dapat melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti: Kosmologi, Astronomi, Botani, Meterologi, Geografi, Zoologi, Antropologi, Psikologi, dan sebagainya. Sedangkan dari mempelajari wahyu manusia melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti: Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadits, Ilmu Hadits, Fiqih, Ushul Fiqih, dan sebagainya.

Dengan memahami bahwa semua ilmu itu adalah dari Allah swt., maka dalam mendalami dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan pun (al-kaun) harus mengacu firman Allah swt. sebagai referensi, sehingga akan semakin meneguhkan keimanan. Selain itu penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terkendali serta mengenal adab.

Sebagai misal dalam dunia teknologi kedokteran, pengalihan sperma ke sebuah rahim seorang wanita –dalam proses bayi tabung– harus memperhatikan sperma itu diambil dari siapa diletakkan ke rahim siapa. Proses kesepakatan, perizinan juga harus jelas. Jangan sampai bayi lahir menjadi tidak jelas nasabnya.

Di bidang astronomi tidak boleh diselewengkan untuk meramal nasib, padahal antara keduanya tak ada hubungan sama sekali. Dalam hal menikmati keindahan alam, akan menjadi suatu kedurhakaan jika dalam menikmatinya dengan membangun vila-vila untuk berbuat maksiat. Namun seorang mukmin menjadikan alam semesta adalah untuk tafakur agar dekat dengan-Nya.

Konsep Kebenaran Ilmu

Wahyu (Al-Qur’an dan As-Sunnah) memiliki nilai kebenaran yang mutlak (al-haqiqah al-muthlaqah) karena langsung berasal dari Allah swt. dan Rasul-Nya. Tetapi pemahaman terhadap wahyu yang memungkinkan beberapa alternatif pemahaman tidaklah bersifat mutlak. Sedangkan ilmu yang didapat dari alam semesta memiliki nilai kebenaran yang nisbi (realtif) dan tajribi (eksprimentatif) atau dengan istilah al-haqiqah at-tajribiyah.

Kebenaran yang mutlak harus dijadikan burhan atau alat untuk mengukur kebenaran yang nisbi. Jangan sampai terbalik, justru kebenaran yang mutlak diragukan karena bertentangan dengan kebenaran yang nisbi (relatif dan eksprimentatif). Sejarah ilmu pengetahuan sudah membuktikan bahwa suatu penemuan atau teori yang dianggap benar pada satu masa digugurkan kebenarannya pada masa yang akan datang. Hal itu disebabkan keterbatasan manusia dalam mengamati, menyelidiki, dan menyimpulkan segala fenomena yang ada dalam alam semesta. Oleh sebab itu jika terjadi pertentangan antara kesimpulan yang didapat oleh manusia dari al kaun dengan wahyu, maka yang harus dilakukan adalah menguji kembali kesimpulan tersebut, atau menguji kembali pemahaman manusia terhadap wahyu. Logikanya, wahyu dan alam semesta semuanya berasal dari Allah set. yang Mahabenar, mustahil terjadi pertentangan satu sama lain.

Hikmah mengimani ilmu Allah swt.

42

Pertama, membuat manusia sadar bahwa betapa tidak berarti dirinya dihadapan Allah swt., sebab seluruh ilmu yang dimiliki manusia adalah ibarat setitik air laut dibandingkan dengan air laut secara keseluruhan. Oleh karena itu manusia tidak ada alasan untuk sombong dan menjadikan ilmu menjadi penyebab kekufuran dan kedurhakaan kepada Yang Maha Mengetahui segalanya. Seharusnya manusia menjadikan ilmu untuk alat ber-taqarub kepada-Nya, sebagaimana perilaku para ulil albab.

Kedua, dengan menyadari bahwa ilmu Allah swt. sangat luas, tidak ada satupun –betapa pun kecil dan halusnya– yang luput dari ilmu-Nya, maka manusia akan dapat mengontrol tingkah laku, ucapan amalan batinnya sehingga selalu sesuai dengan yang diridhai Allah swt.

Ketiga, keyakinan terhadap ilmu Allah swt. akan menjadi terapi yang ampuh untuk segala penyelewengan, penipuan dan kemaksiatan lainnya. Maka dalam pemahamannya adalah dengan mengaplikasikan sifat Allah swt. tersebut dalam kehidupan nyata sehari-hari, berusaha melaksanakan perintah dan larangan-Nya baik di tempat ramai maupun sunyi. Kita tidak lagi terpengaruh dengan “diketahui” atau “tidak diketahui” oleh orang lain untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. Karena kita menyadari betapa Allah swt. Maha Mengetahui yang pasti selalu melihat, mendengar, memperhatikan apa yang kita lakukan di mana dan kapan saja.

Di zaman salafus saleh, kita masih ingat kisah seorang gadis shalihah dengan ibunya menjual susu. Suatu saat ibunya menyuruh dagangannya untuk dicampur dengan air, agar mendapatkan untung yang lebih. Namun putrinya menolak. “Bukankah Khalifah Umar tidak melihat?” kata sang ibu. “Tapi Tuhannya Umar mengetahui, Bu!” kata putrinya. Tak disangka percakapan itu didengar Umar bin Khaththab. Maka gadis shalihah tersebut dipinang untuk putra Umar sang Khalifah. Dan kita pun tahu persis bahwa dari seorang wanita shalihah ini, akhirnya menurunkan seorang cucu yang menjadi tokoh besar dalam sejarah: Umar Bin Abdul ‘Aziz yang legendaris.

Juga kisah seorang anak gembala dengan sekian banyak gembalaan milik tuannya. Suatu saat Umar bin Khaththab menguji kekuatan muraqabatullah-nya. Dikatakan kepada anak itu bahwa kambingnya akan dibeli dengan harga yang lebih. Namun anak itu menolak. “Kamu bisa mengatakan kepada tuanmu kambingnya dimakan binatang buas,” kata Umar r.a. “Lantas di mana Allah?” tanya anak tersebut. Subhanallah..!.

Sebenarnya bagi seorang muslim yang sudah ber-iltizam akan selalu merasa tenang, bahagia karena segala amal kebaikannya, tidak akan dirugikan sedikitpun, baik diketahui ataupun tidak oleh orang lain, kerena dia yakin bahwa Allah swt. telah mengawasinya. Sehingga seorang mukmin sejati akan senantiasa beramal dengan ikhlas karena Allah swt. semata, bukan karena guru ngajinya, apalagi karena calon istri ataupun mertuanya.Tidak bangga karena pujian, tidak merasa lemah karena celaan. Tetap semangat walau tak diketahui orang, tak takabur ketika dilihat banyak orang. Juga tak takut dengan kegagalannya, atau tak bangga diri dengan keberhasilannya. Apapun yang terjadi tak akan mengoncangkan jiwanya, atau merusak muamalah dengan saudaranya, atau bahkan membahayakan akidahnya.

“Dan katakanlah; bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105)

AL GHUROBA'

Al Qur'an dan As Sunnah dengan Pemahaman Salaf

43

Blog About Salaf Archives Majelis Links Admin

Teori Evolusi

Pertanyaan:

Ada yang mengatakan: Manusia pada masa lalu dalam bentuk kera (monyet). Kemudian terjadilah evolusi. Apakah ini benar? Dan apa dalilnya? 

Jawab:

Pendapat ini tidaklah benar. Dalilnya bahwa Allah menerangkan dalam Al Qur’an tentang evolusi penciptaan Adam (yang artinya): 

"Sesungguhnya permisalan Isa di sisi Allah adalah seperti permisalan Ada. Allah menciptakannya dari tanah" (Ali Imron:59)

Kemudian tanah itu dibasahkan hingga menjadi lumpur yang lengket. Allah berfirman (yang artinya):

"Dan sesungguhnya Kami ciptakan manusia dari tanah yang basah" (Al Mukminun:12)

"Kami telah ciptakan manusia dari tanah yang liat"(As Shofat:11)

Kemudian dari menjadi tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang dibentuk. Allah berfirman (yang artinya):

"Dan sungguh telah kami ciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang dibentuk"(Al Hijr:26)

Kemudian setelah kering jadilah ia tanah kering seperti tembikar, sebagaimana firman Allah (yang artinya):

"Allah telah ciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar"(Ar Rahman:14) 

Dan Allah membentuknya menurut bentuk yang Allah inginkan dan meniup ruh padanya sebagaimana firman Allah (yang artinya): 

"Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada malaikat, sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal dari) lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka Aku bentuk dia dan aku tiupkan ruhKu padanya, maka tersungkurlah kalian bersujud padanya"(Al Hijr: 28-29) 

Inilah tahapan penciptaan keturunan Adam. Allah berfirman (yang artinya):

"Dan sungguh Kami ciptakan manusia dari tanah yang basah, kemudian Kami jadikan ia setetes mani, kemudian dari setetes mani menjadi darah. Maka dari segumpal darah Kami jadikan segumpal daging. Maka dari segumpal daging, Kami ciptakan tulang. Maka tulang itu Kami balut dengan daging. Kamudian Kami buat menjadi ciptaan yang lain. Maka maha suci Allah sebaik-baik pembentuk"(Al Mukminun :12-14)

44

Adapun istri Adam (Hawa), telah Allah terangkan bahwa Allah menciptakannya dari Adam, sebagaimana dalam firman-Nya (yang artinya)

"Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dari sebuah jiwa dan Dia ciptakan darinya istrinya dan menyebarkan dari keduanya banyak keturunan laki-laki dan wanita"(An Nisa’:1)

Semoga sholawat dan salam tercurah atas nabi kita Muhammad, keluarganya, dan para shahabatnya.

Lajnah Da’imah lil Buhutsil ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Dewan Fatwa Arab Saudi)Ketua: Syaikh Abdul Aziz Bin BazWakil: Syaikh Abdurrozaq ‘AfifiAnggota: Syaikh Abdullah Bin Ghudayyan, Syaikh Abdullah Bin Qu’ud 

Fatwa no 1542, Fatawa Lajnah Da’imah 1/31-32Sumber: Bulletin Dakwah Al Minhaj Edisi 4 Tahun 1

.: SEJARAH PERKEMBANGAN MANUSIA; MENURUT AL-QUR'AN DAN ALKITAB :.

Catatan sejarah yang menyatakan perkembangan penyebaran manusia dan peradaban melalui anak keturunan

nabi Nuh jelas merupakan hal berbau alkitabiah. Alkitab memang menyatakan ‘keberpihakannya’ terhadap

banjir besar di jaman nabi Nuh yang menghancurkan seluruh kehidupan di dunia (kecuali orang-orang yang

ada diatas kapal) , setelah banjir selesai anak keturunan nabi Nuh menyebar keseluruh penjuru dunia

berkembang menjadi manusia dan peradaban yang ada saat ini (Kejadian 10). Bahkan alkitab juga

menyampaikan banjir tersebut bukan hanya melenyapkan seluruh umat manusia namun juga binatang,

makanya bahtera nabi Nuh diisi oleh segala macam binatang, mulai dari gajah sampai cacing. Ketika banjir

selesai, segala binatang yang ikut jadi penumpang tersebut menyebar ke seluruh dunia dan berkembang biak

(Kejadian 8:17). Sejarah perkembangan manusia dari terciptanya manusia pertama, Adam dan Hawa

berkembang secara linier dan tidak menyebar, hanya berkembang kepada kaum nabi Nuh. Ketika alkitab

menceritakan Adam dan hawa diusir dari taman Eden yang berlokasi di sekitar Babilonia, Tuhan mengusir

mereka kearah timur (Kejadian 3:24) lalu Adam dan Hawa beranak-pinak, disebut juga waktu itu anak-anak

mereka sudah punyai profesi; Habel menjadi pengembala dan Kain jadi petani (Kejadian 4:2). Setelah Kain

membunuh Habel (Kejadian 4:8) umat manusia berkembang melalui keturunan Kain (Kejadian 4:17-24)

sampai kepada Tubal-kain dan Laama, namun alkitab tidak mencantumkan berapa lama rentang waktu

antara Kain kepada Tubal-Kain dan Lamaa. Sampai disini perkembangan manusia lewat jalur Kain tidak

diteruskan. Disisi lain, lewat jalur Adam dan Hawa manusia berkembang secara linier sampai kepada nabi

Nuh dalam rentang waktu 1271 tahun (Kejadian 5). Dari kedua jalur tersebut ada 1 nama yang sama yaitu

Enokh, tidak dijelaskan apakah itu merupakan orang yang sama atau tidak, kalaupun orangnya sama, maka

jalur keturunan Adam dan Kain ‘bertemu untuk kembali berpisah’ lewat Enokh..

Ketika Tuhan akan menimpakan banjir besar terhadap manusia, alasan yang dikemukakan adalah karena

Tuhan menyesal telah menciptakan manusia mengingat kejahatan yang dilakukan manusia ketika itu, dan

akan menghapus mereka semua (Kejadian 6:5-7) , kecuali nabi Nuh (Kejadian 6:8). Setelah semuanya

45

musnah, Tuhan lalu ‘berfirman dalam hati’ untuk tidak lagi mengutuk manusia dan akan menjaga bumi

(Kejadian 8:21-22). Alkitab secara jelas menyatakan penyebaran umat manusia dimulai dari anak keturunan

nabi Nuh (Kejadian 9:19, 10:32). Disini muncul pertanyaan : bagaimana nasibnya dengan anak keturunan

Kain..?? apakah mereka menyebar juga ke seluruh dunia..?? apakah mereka ikut musnah dalam banjir

besar..??. Pernyataan alkitab soal banjir besar yang meluluh-lantakkan semua makhluk di bumi dalam

pernyataan yang jelas tentang manusia yang berkembang melalui anak-anak nabi Nuh memberikan kesan

bahwa semua anak keturunan dari Kain ikut musnah dalam banjir besar.

Namun kita tidak bisa mengabaikan fakta tentang adanya temuan arkeologis, bahwa ternyata diluar kisah

banjir nabi Nuh tersebut pada kurun waktu yang sama, ditemukan adanya peradaban lain yang masih

berjalan. Peradaban Mesir dan Mesopotamia sudah dimulai sejak jaman Neolotikum (8000 – 7000 SM) dan

masih terus berlanjut sampai pada masa setelah banjir besar (thn 4000 SM). Orientalis Morris Buckey

berdasarkan data dan temuan arkeologis modern juga menyatakan ada peradaban-peradaban di berbagai

belahan dunia yang nyatanya tetap eksis hingga generasi-generasi berikutnya. Sezaman dengan banjir nabi

Nuh, sejarah Mesir kuno tengah menapak fase pertengahan pertama sebelum dinasti kesebelas, sementara

Babilonia dikuasai oleh dinasti Ur II. Peradaban kuno tetap lestari dan tidak mengalami keterputusan sejarah

ataupun binasa total seperti yang dikatakan kitab Kejadian tersebut.

http://id.wikipedia.org/wiki/Timur_Tengah_Kuno

Di Indonesia sendiri juga ditemukan artefak peralatan pertanian dan berburu pada jaman yang sama, jauh

sebelum anak keturunan nabi Nuh melalui rumpun bangsa Mongol beremigrasi ke wilayah Nusantara.

Sekalipun saya tidak setuju dengan perkembangan manusia menurut teori evolusi Darwin, namun fakta-fakta

tersebut tidak bisa kita abaikan hanya karena ingin menegakkan teori yang sangat dipengaruhi alkitab

tersebut.

BAB 29 - Evolusi dan Perubahan dalam Sejarah

Pembahasan kita sejauh ini berkenaan dengan satu dari dua problem periling sejarah. Masalah yang sejauh ini dibahas adalah apakah karakter esensial sejarah materialistik atau bukan. Masalah penting lainnya adalah masalah evolusi sejarah. Kita tahu bahwa kehidupan sosial bukan saja terjadi pada manusia. Ada beberapa makhluk hidup lain yang lebih kurang menjalani kehidupan sosial yang didasarkan pada kerja sama dan pembagian kerja serta tanggung jawab di bawah naungan hukum dan aturan yang sistematis.

Kita semua tahu bahwa lebah madu termasuk makhluk hidup seperti itu. Namun ada satu perbedaan asasi antara eksistensi sosial makhluk hidup lain dan eksistensi sosial manusia. Eksistensi sosial makhluk hidup lain selalu statis. Sistem kehidupannya tak mengalami perubahan atau perkembangan, atau dalam kata-kata Morris Metterlink, budayanya—jika ungkapan ini benar—tak mengalami perubahan atau perkembangan.

Sebaliknya, kehidupan sosial manusia bukan saja mengalami perkembangan dan perubahan, namun juga berangsur-angsur semakin cepat dan kuat. Itulah sebabnya sejarah kehidupan sosial manusia, dari sudut-sudut yang berbeda, terbagi menjadi periode-periode, dan antara periode yang satu dan yang lain ada perbedaannya. Misal, dari sudut pandang sarana penghidupan, dibagi menjadi periode berburu, periode

46

bertani, periode industri. Dari sudut pandang sistem ekonomi, dibagi menjadi periode komunisme primitif, periode perbudakan, periode feodalisme, periode kapitalisme dan periode sosialisme. Dari sudut pandang politik, dibagi mehjadi periode kekliasaan suku, periode despotisme, periode aristokrasi, dan periode demokrasi. Dari sudut pandang jenis kelamin, dibagi mcnjadi periode matriarki dan periode patriarki. Dan seterusnya.

Kenapa pcrkembangan seperti ini tak terjadi pada kehidupan sosial binatang? Faktor asasi mana yang menyebabkan manusia beralih dari satu periode sosial ke periode sosial yang lain? Dengan kata lain, apa yang menyebabkan kehidupan manusia mengalami kemajuan sedangkan kehidupan binatang tidak? Bagaimana mekanisme kemajuan ini? Dalam hubungan ini para filosof sejarah biasanya melontarkan pertanyaan. Mereka bertanya apakah kehidupan sosial manusia memang mengalami kemajuan dalam sejarah, dan jika ya, bagaimana kriterianya supaya kita dapat mengukurnya dan meyakininya.

Sebagian sosiolog ragu kalau perubahan yang terjadi bisa disebut kemajuan atau evolusi. Sebagian sosiolog lainnya berpendapat bahwa sejarah bergerak melingkar. Menurut mereka, sejarah bergerak dari satu titik, dan setelah melewati beberapa tahap, sampai lagi pada titik yang sama, dan kemudian sekali lagi mulai bergerak dengan cara seperti sebelumnya. Misal, sistem suku dibentuk oleh suku pengembara yang memiliki kemauan dan keberanian. Pemerintahan suku melahirkan aristokrasi. Perbuatan diktatorial pemerintah aristokrasi berpuncak pada revolusi umum dan berdirinya demokrasi. Kemudian kekacauan yang terjadi akibat terlalu banyak kebebasan yang diberikan oleh pemerintah demokratis sekali lagi melahirkan despotisme bersemangatkan suku.

Sekarang kami tidak akan membahas masalah ini, karena masalah ini akan dibahas pada kesempatan lain. Sebagai basis untuk telaah lebih lanjut, kami beranggapan bahwa pada umumnya sejarah bergerak maju dan membuat kemajuan. Dapat dikemukakan bahwa mereka yang berpendapat bahwa sejarah itu berjalan ke depan mengakui bahwa gerakan sejarah yang ke depan itu tidak berarti bahwa masa depan semua masyarakat dalam semua keadaan lebih baik dibanding masa lalunya, bahwa masyarakat selalu dan tanpa hcnti bergerak ke depan, dan bahwa tak ada peluang untuk bergerak ke belakang.

Tak syak lagi bahwa masyarakat bisa berhenti, mundur, belok ke kiri atau ke kanan, dan akhirnya lenyap. Namun, pada umumnya masyarakat bergerak ke depan. Masalah mengenai bagaimana kekuatan pendorong sejarah dan faktor perkembangan sosial, biasanya pembahasannya dalam buku-buku filsafat sedemikian rupa sehingga kesalahan deskripsinya jadi jelas kalau kita sedikit me-nelaahnya. Mengenai masalah ini biasanya dikemukakan pandangan-pandangan berikut ini:

1.      Teori Rasial

Menurut teori ini, ras-ras tertentu terutama bertanggung jawab atas kemajuan sejarah. Beberapa ras dianggap mampu membentuk budaya dan peradaban, sedangkan beberapa ras lain tidak. Sebagian ras dapa't melahirkan ilmu pengetahuan, filsafat, etika, seni dan teknologi. Sedangkan sebagian ras lain hanya menjadi konsumen komoditas-komoditas ini, bukan menjadi produsennya.

Karena itu kesimpulannya adalah harus ada pembagian kerja di antara berbagai ras. Ras-ras yang memiliki kemampuan politik, kemampuan untuk melakukan pendidikan dan memproduksi budaya, seni dan teknologi inilah yang harus bertanggung jawab atas aktivitas manusia yang tinggi. Di pihak lain, ras-ras yang tidak memiliki kemampuan seperti itu supaya dibolehkan untuk tidak memasuki aktivitas-aktivitas ini dan sebagai gantinya supaya dipasrahi pekerjaan manual dan semi-binatang yang tidak butuh pemikiran yang tinggi dan ketinggian cita rasa. Inilah pertimbangannya kenapa Aristoteles yang berpandangan seperti itu memandang sebagian ras mampu untuk memiliki sahaya dan ras-ras lain tidak.

Sebagian pemikir percaya bahwa hanya ras-ras tertentu sajalah yang mampu menciptakan progresi sejarah. Misal, mereka mengatakan bahwa ras-ras utara dalam hal ini lebih unggul dibanding ras-ras selatan. Ras-ras utaralah yang mendorong ke depan budaya manusia. Count Gobino, filosof Francis kenamaan, yang tiga tahun menjadi duta besar Francis untuk Iran sckitar seratus tahun silam, mendukung teori ini.

2. Teori Geografis

47

Menurut teori ini, lingkungan alam tertentu melahirkan budaya, pendidikan dan industri. Misal, daerah-daerah beriklim sedang melahirkan temperamen sedang dan otak yang tangguh. Fada bagian pertama Qanun, Ibnu Sina membahas panjang lebar efek lingkungan alam pada mental dan temperamen manusia.

Menurut teori ini, yang mendorong sejarah bergerak ke depan bukanlall faktor ras dan darah. Bukan ras tertentu yang mendorong sejarah bergerak ke depan di setiap iklim dan daerah, sedangkan ras lain, di mana pun tinggalnya, tak memiliki kemampuan seperti itu. Perbedaan kemampuan pada berbagai ras terjadi akibat perbedaan lingkungan mereka. Karena terjadi penyebaran ras, maka kemampuan mereka pun menyebar. Karena itu daerah tertentulah yang menciptakan progresi sejarah dan perkembangan baru. Sosiolog Prancis abad ke-17, Montesquieu, dalam bukunya yang terkenaj, "De Lesprit des lois" (Semangat Hukum), mendukung teori ini.

3. Teori Raksasa Intelektual

Menurut teori ini, semua perkembangan sejarah, baik itu ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, teknik atau moral, terjadi berkat orang-orang yang luar biasa cerdas. Dalam hal ini manusia beda dengan makhluk lainnya. Spesies lain secara biologis hampir sama kemampuannya. Setidak-tidaknya tak ada perbedaan yang berarti.

Sebaliknya, kemampuan di antara manusia sering terlihat sangat berbeda. Orang-orang jenius ada di setiap masyarakat. Karena orang-orang jenius ini memiliki akal, cita rasa, kemauan atau prakarsa yang luar biasa, maka mereka inilah yang melahirkan kemajuan ilmu pengetahuan, teknik, moral, politik atau militer. Menurut teori ini, kebanyakan manusia tak punya prakarsa dan kreativitas. Mereka hanya ikut dan menjadi konsumen gagasan dan produk industri.

Sesungguhnya, kurang lebih selalu, dalam setiap masyarakat ada minoritas yang kreatif pikirannya. Minoritas ini memiliki prakarsa, pikiran-pikirannya orisinal, dan berada di depan yang lain. Minoritas inilah yang membawa kemajuan sejarah dan membawa sejarah ke tahap baru. Filosof Inggris ternama, Thomas Carlyle, percaya bahwa sejarah dibentuk oleh individu-individu cemerlang. Dalam bukunya, "On Heroes, Hero-Worship, and the Heroic in History ", dia menyebutkan seperti berikut ini mengenai Nabi Muhammad saw: "Sejarah setiap bangsa merupakan perwujudan satu atau lebih dari satu pribadi cemerlang. Lebih tepatnya, sejarah setiap bangsa menipakan penvujudan personalitas dan kejeniusan satu atau lebih dari satu pahlawan. Misal, sejarah Islam merupakan perwujudan personalitas Nabi Muhammad; sejarah Perancis modern menipakan perwujudan personaliias Napoleon; dan sejarah Soviet enam piiluh tahun silam merupakan penvujudan personalitas Lenin."

4.      Teori Ekonomi

Menurut teori ini, ekonomi adalah kekuatan pendorong sejarah. Segenap urusan sosial dan historis bangsa, entah itu unisan budaya, politik, militer ataU masyarakat, mencerminkan metode produksi dan hubungan produksi masyarakat itu. Yang mengubah struktur masyarakat adalah perubahan basis ekonomi. Perubahan basis ekonomi ini mendorong kemajuan masyarakat. Orang-orang yang cemerlang pikirannya yang disebutkan di atas hanyalah perwujudan kebutuhan ekonomi, politik dan sosial masyarakat, dan kebutuhan ini disebabkan oleh perubahan alat produksi. Karl Marx, kaum Marxis pada umumnya dan terkadang bahkan sebagian non-Marxis, mendukung teori ini. Barangkali teori ini yang paling populer di zaman kita.

5.      Teori Tuhan

Menurut teori ini, apa saja yang terjadi di bumi, merupakan urusan langit yang turun ke bumi sesuai dengan kearifan tinggi Allah. Semua perubahan sejarah dan perkembangan sejarah merupakan perwujudan kehendak dan kearifan-Nya. Karena itu, kehendak Tuhanlah yang mendorong kemajuan sejarah dan yang mewujudkan perubahan sejarah. Sejarah merupakan skenario kehendak Tuhan. Bishop Bossuet, seorang sejarahwan terkenal dan tutor Louis XV, mendukung teori ini. Teori-teori ini biasanya dibahas dalam buku-buku filsafat sejarah dalam kaitannya dengan sebab-sebab yang menggerakkan sejarah.

Dan sudut pandang kami, semua teori ini menunjukkan posisi yang faktual, dan semuanya merupakan hasil dari kekacauan. Kami akan pelajari sebab-sebab yang menggerakkan sejarah, meskipun teori-teori ini pada umumnya tidak relevan dengan keinginan kami. Misal, teori ras tak lebih dari teori sosiologi. Teori ini baru relevan kalau pertanyaannya adalah apakah beragam ras manusia yang berbeda memiliki atau tidak memiliki

48

beberapa kemampuan turunan, dan apakah semua ras itu sama tingkat intelektualnya atau tidak. Jika sama, itu artinya bahwa semua ras sama-sama berperan dalam gerakan sejarah atau setidak-tidaknya secara teoretis dapat. Jika tidak sama, itu artinya bahwa sebagian ras saja yang dapat berperan dalam proses kemajuan sejarah. Sejauh ini teori ini sudah pas rumusannya, meski tidak memecahkan misteri filsalat sejarah. Misal saja kita akui bahwa semua perkembangan sejarah terjadi karena ras tertentu. Namun masih saja ada problem yang tak terpecahkan, karena kita masih belum tahu kenapa kehidupan manusia atau kehidupan ras manusia tertentu berkembang sedangkan kehidupan binatang tetap statis. Masalah apakah faktor kemajuan adalah satu ras atau semua ras, tidak memecahkan misteri gerakan sejarah.

Begitu pula dengan teori geografi. Teori ini ada manfaatnya, dan berhubungan dengan masalah penting sosiologi. Teori menunjukkan bahwa lingkungan berperan efektif dalani pertumbuhan mental, intelektual, temperamental dan fisik manusia. Sebagian lingkungan membuat manusia tetap berada di dalam atau mendekati batas-batas binatang, dari sebagian lagi membuat manusia jauh dan beda dari binatang. Menurut teori ini, sejarah hanya bergerak di kalangan penduduk daerah-daerah tertentu saja. Di daerah-daerah lain sejarah statis dan monoton. Namun masalah utamanya masih tetap di mana itu. Misal, lebah madu dan binatang lain yang suka hidup berkelompok tak ada gerakan sejarahnya, sekalipun di daerah-daerah yang kondusif untuk pertumbuhan mental. Lantas apa sebenarnya penyebab perbedaan antara dua jenis makhluk hidup ini yang satu jenis tetap statis, sedangkan jenis yang lain bergerak dari satu tahap ke tahap lain?

Teori Tuhan lebih tidak konsisten dibanding teori lain. Apakah sejarah saja yang merupakan perwujudan Kehendak Tuhan? Sesungguhnya dunia, sejak awal hingga akhir, termasuk segenap sebab dan gangguan, merupakan perwujudan Kehendak Allah. Kehendak Tuhan sama hubungannya dengan semua sebab di dunia ini. Kalau kehidupan manusia yang berkembang dan berubah merupakan perwujudan Kehendak Tuhan, maka kehidupan lebah yang statis dan monoton pun merupakan perwujudan Kehendak-Nya juga. Pertanyaannya adalah sistem apa itu, yang dengan sistem ini Kehendak Tuhan menjadikan kehidupan manusia berkembang, sementara kehidupan binatang statis karena tak adanya sistem itu.

Teori ekonomi tak ada aspek teknisnya, dan tidak diajukan sebagai prinsip. Teori ekonomi sejarah menjelaskan karakter asasi sejarah saja dan menunjukkan bahwa karakter asasinya material dan ekonomi, dan bahwa segala urusan lainnya sama saja dengan bentuk-bentuk atau kekhasan yang tak asasi. Konsekuensinya, semua urusan masyarakat pun mengalami perubahan. Namun semua itu adalah masalah "jika". Masalah yang sebenarnya masih saja belum terjawab. Meskipun kita mengakui bahwa ekonomi adalah infrastruktur masyarakat dan kalau ekonomi berubah maka segenap masyarakat pun berubah, masalahnya adalah kenapa begitu. Apa faktor yang mcngubah selnruh suprastruktur bila infrastruktur berubah? Mungkin saja ekonomi menjadi infrastruktur masyarakat, namun itu tidak berarti bahwa ekonomi merupakan kekuatan pendorong sejarah juga. Jika saja pendukung teori ini, bukannya menggambarkan ekonomi sebagai infrastruktur masyarakat, namun menggambarkannya sebagai kekuatan pendorong sejarah, menganggap materialitas sejarah cukup untuk membuat sejarah dinamis, menekankan masalah kontradiksi dalam masyarakat, dan mengatakan bahwa sesungguhnya kekuatan pendorongnya adalah kontradiksi antara infrastruktur dan suprastruktur masyarakat atau kontradiksi antara dua aspek infrastruktur (alat produksi dan hubungan produksi), tentu teori itu akurat penyampaiannya.

Tak dapat dipungkiri bahwa tujuan pendukung teori di atas dalam bentuknya yang seperti itu adalah mengatakan bahwa sebenarnya penyebab semua gerakan sejarah adalah kontradiksi dalam antara alat produksi dan hubungan produksi. Namun perhatian kita adalah keakuratan penyampaian teori itu, bukan bagaimana isi benak para pendukung teori itu.

Teori raksasa intelektual, terlepas dari fakta benar atau tidak, berhubungan langsung dengan filsafat sejarah atau faktor pendorong sejarah. Sejauh ini kita hanya memahami dua teori tentang kekuatan yang menggerakkan sejarah. Salah satunya adalah teori raksasa, yang menurut teori ini sejarah dibentuk oleh orang-orang cemerlang. Sesungguhnya, teori ini mengklaim bahwa sebagian besar anggota masyarakat atau hampir semua anggota masyarakat tak memiliki inisiatif, orisinalitas dan kemampuan memimpin. Mereka tak bisa membawa perubahan dalam masyarakat. Namun dari waktu ke waktu muncul minoritas sangat kecil yang luar biasa imajinatif dan kreatif. Mereka mengambil inisiatif, membuat rencana, mengambil keputusan dan menarik dukungan orang. Dengan begitu mereka menciptakan perubahan. Orang-orang heroik ini merupakan produk dari fenomena yang luar biasa, baik fenomena alamiah maupun turun-temurun, namun bukan produk kondisi sosial atau kebutuhan material masyarakat.

49

Teori keduanya adalah teori kontradiksi antara infrastruktur dan suprastruktur masyarakat. Teori ini tepatnya dapat disebut teori motivitas ekonomi. Ini sudah dibahas, jadi tak perlu dibahas lagi.

Ada teori ketiga, yaitu teori kekhasan bawaan. Fitrah manusia adalah sedemikian sehingga dia memiliki kekhasan bawaan termini yang membuat kehidupannya evolusioner. Salah satu kekhasan ini adalah kemampuannya menghimpun dan melestarikan pengalaman. Apa pun pengetahuan dan informasi yang didapat manusia melalui pcngalamannya, dia simpan dalam pikirannya, dan dia gunakan sebagai basis bagi pengalamarinya lebih lanjut.

Kekhasan lain manusia adalah manusia mampu belajar melalui lisan dan tulisan. Melalui lisan dan tulisan, manusia dapat menyampaikan pengalamannya. Pengalaman satu generasi disimpan demi kependngan generasi selanjutnya melalui lisan dan tulisan, dan dengan demikian pengalaman manusia terus terakumulasi. Itulah sebabnya Al-Qur'an memandang sangat penting lisan dan tulisan. Al-Qur'an mengatakan:

Yang Maha Pemurah telah mengajarkan Al-Qur'an. Dia mencipta-kan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (QS. ar-Rahmân: 1-4)

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dan segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paUng pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan pena. (QS. al-'Alaq: 1-4)

Kekhasan ketiga pada diri manusia adalah manusia diberi kekuatan akal dan inisiatif. Melalui kekuatan misterius ini manusia dapat menciptakan sesuatu, karena manusia adalah perwujudan kekuatan kreatif Allah. Kekhasan keempat pada diri manusia adalah manusia memiliki hasrat bawaan untuk melakukan sesuatu yang orisinal. Dengan kata lain manusia bukan saja memiliki kemampuan kreatif, namun juga dapat menciptakan sesuatu bila diperlukan. Bukan saja itu, kecenderungan untuk mencipta ini sudah tertanam dalam karakter esensialnya.

Kemampuan manusia untuk mengingat dan menyimpan pengalaman, kemampuannya untuk menyampaikan pengalaman, dan kecenderungan bawaannya untuk mencipta, semuanya itu merupakan kekuatan yang selalu mendorong kemajuan manusia. Pada diri binatang tak ada kemampuan untuk mengingat pengalamannya dan menyampaikan pengalamannya kepada binatang lain,[1] tak ada orisinalitas dan inisiatif, juga tak keinginan kuat untuk mencipta. Itulah sebabnya kenapa binatang statis sedangkan manusia bergerak main. Kini akan kita telaah teori-teori ini.

Peran Personalitas dalam Sejarah

Sebagian orang menyatakan bahwa sejarah merupakan pergulatan antara kemampuan mencipta dan batas-batas wajar. Orang kebanyakan mendukung situasi yang sudah biasa bagi mereka, sedangkan orang jenius ingin mengganti situasi yang ada dengan situasi yang lebih baik. Carlyle mengklaim bahwa sejarah diawali oleh orang jenius dan pahlawan. Sesungguhnya teori ini didasarkan pada dua anggapan:

Pertama, masyarakat tidak memiliki karakter esensial dan personalitas. Individu-individu yang membentuk masyarakat tidak melahirkan satu senyawa yang nyata. Antara individu yang satu dan individu yang lainnya tak ada ketergantungan. Mereka berbuat dan bereaksi, namun mereka tidak membentuk satu senyawa yang ada jiwa kolektifnya sendiri, personalitas, karakter esensial dan hukum-hukum khasnya sendiri. Mereka semua memiliki mentalitas dan pola berpikirnya sendiri-sendiri. Semua individu ini sama hubungannya dengan masyarakat, seperti pepohonan dengan hutan. Peristiwa sosial tak lain adalah total dari peristiwa individual. Karena itu masyarakat terutama diatur oleh sebab-sebab universal dan umum.

Kedua, manusia diciptakan sedemikian rupa sehingga manusia yang satu dengan manusia lainnya ada perbedaan. Meskipun pada umumnya manusia, menurut terminologi filosof, adalah binatang yang berpikir, namun hampir semua manusia tak memiliki daya cipta dan kreativitas. Kebanyakan manusia adalah konsumen budaya dan peradaban, bukan produsennya. Dalam hal ini manusia beda dengan binatang hanya karena binatang tak dapat menjadi konsumen budaya. Semangat mayoritas adalah semangat meniru, mengadopsi begitu saja dan memuja pahlawan.

Namun minoritas sangat kecil manusia adalah pahlawan, orang jenius, pemikir hebat, yang bersemangat mencipta dan kreatif, dan yang kuat kemauannya. Mereka beda dengan mayoritas. Kalau saja tak ada

50

pahlawan dan orang yang jenius di bidang ilmu pcngctahuan, filsafat, seni, politik, sosial, etika dan teknik, tentu umat manusia tak akan melangkah maju dan tentu akan statis dan kondisinya akan seperti pada awal eksistensinya. Dari sudut pandang kami. anggapan-anggapan ini lemah. Mengonai anggapan pertama, ketika membahas masyarakat sudah dibuktikan bahwa masyarakat ada personalitas, karakter esensial, hukum dan normanya sendiri, dan semua kcjadian berlangsung menurut tradisi umumnva. Tradisi ini sendiri progresif dan evolusioner. Karena itu harus dikesampingkan anggapan ini dan kemudian dilihat apakah—meskipun fakta menunjukkan bahwa masyarakat ada personalitas, karakter esensial dan tradisinya sendiri—personalitas individu dapat berperan dalam peristiwa demi peristiwa. Masalah ini akan dibahas nanti. Mengenai anggapan kedua, kendatipun tak dapat dinafikan bahwa manusia diciptakan sedemikian rupaya sehingga manusia yang satu dengan manusia yang lain ada perbedaannya, namun salah kalau mengatakan bahwa hanya pahlawan dan orang jenius saja yang memiliki daya kreatif sedangkan yang lainnya konsumen budaya dan peradaban. Sesungguhnya semua manusia kurang lebih memiliki kemampuan kreatif, sehingga semua orang atau setidak-tidaknya kebanyakan dapat ikut dalam aktivitas produktif dan kreatif, meskipun andil mereka tidak seberarti andil orang jenius.

Berbeda sekali dengan teori bahwa tokoh menciptakan sejarah, ada teori lain yang menyatakan bahwa sejarahlah yang menciptakan tokoh. Dengan kata lain, sesungguhnya kebutuhan sosial yang ada itulah yang menciptakan tokoh. Montesquieu mengatakan, "Orang besar dan peristiwa penting merupakan tanda dan akibat dari peristiwa yang lebih penting dan lebih besar." Hegel berkata, "Orang besar tidak menciptakan sejarah, melainkan membidaninya." Orang besar merupakan simbol, bukan penyebabnya. Menurut pemikiran orang-orang yang, seperti Durkheim, percaya bahwa semangat kolektif merupakan hal pokoknya, dan bahwa individu-individu seperti itu sama sekali tak memiliki personalitas dan mereka meminjam personalitas mereka dari masyarakat, maka individu-individu seperti tokoh-tokoh besar tak lain adalah perwujudan semangat kolektif masyarakat. Dalam kata-kata Mahmud Syabistari, mereka adalah kasa jendela semangat kolektif.

Dari sudut pandang orang-orang yang seperti Marx menganggap persepsi individu sebagai perwujudan kebutuhan material kolektif, tokoh tak lain hanyalah perwujudan kebutuhan material dan ekonomi masyarakat.

[1] Sebagian binatang dapat berbagi pengetahuan, namun hanya pada tataran kejadian sehari-hari, bukan pada tataran pengalaman ilmiah. Al-Qur'an juga mengisyaratkan fakta ini ketika mengatakan: Hingga apabila mereka (tentara Sulaiman) sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarangmu, agar kamu lidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari. " (QS. an-Naml: 18)

SEJARAH PERKEMBANGAN MANUSIA; MENURUT AL-QUR’AN DAN ALKITAB

Oleh kurang sehat | August 12, 2008

Catatan sejarah yang menyatakan perkembangan penyebaran manusia dan peradaban melalui anak keturunan nabi Nuh jelas merupakan hal berbau alkitabiah. Alkitab memang menyatakan ‘keberpihakannya’ terhadap banjir besar di jaman nabi Nuh yang menghancurkan seluruh kehidupan di dunia (kecuali orang-orang yang ada diatas kapal) , setelah banjir selesai anak keturunan nabi Nuh menyebar keseluruh penjuru dunia berkembang menjadi manusia dan peradaban yang ada saat ini (Kejadian 10). Bahkan alkitab juga menyampaikan banjir tersebut bukan hanya melenyapkan seluruh umat manusia namun juga binatang, makanya bahtera nabi Nuh diisi oleh segala macam binatang, mulai dari gajah sampai cacing. Ketika banjir selesai, segala binatang yang ikut jadi penumpang tersebut menyebar ke seluruh dunia dan berkembang biak (Kejadian 8:17). Sejarah perkembangan manusia dari terciptanya manusia pertama, Adam dan Hawa berkembang secara linier dan tidak menyebar, hanya berkembang kepada kaum nabi Nuh. Ketika alkitab menceritakan Adam dan hawa diusir dari taman Eden yang berlokasi di sekitar Babilonia, Tuhan mengusir mereka kearah timur (Kejadian 3:24) lalu Adam dan Hawa beranak-pinak, disebut juga waktu itu anak-anak mereka sudah punyai profesi; Habel menjadi pengembala dan Kain jadi petani (Kejadian 4:2). Setelah Kain

51

membunuh Habel (Kejadian 4:8) umat manusia berkembang melalui keturunan Kain (Kejadian 4:17-24) sampai kepada Tubal-kain dan Laama, namun alkitab tidak mencantumkan berapa lama rentang waktu antara Kain kepada Tubal-Kain dan Lamaa. Sampai disini perkembangan manusia lewat jalur Kain tidak diteruskan. Disisi lain, lewat jalur Adam dan Hawa manusia berkembang secara linier sampai kepada nabi Nuh dalam rentang waktu 1271 tahun (Kejadian 5). Dari kedua jalur tersebut ada 1 nama yang sama yaitu Enokh, tidak dijelaskan apakah itu merupakan orang yang sama atau tidak, kalaupun orangnya sama, maka jalur keturunan Adam dan Kain ‘bertemu untuk kembali berpisah’ lewat Enokh..

Ketika Tuhan akan menimpakan banjir besar terhadap manusia, alasan yang dikemukakan adalah karena Tuhan menyesal telah menciptakan manusia mengingat kejahatan yang dilakukan manusia ketika itu, dan akan menghapus mereka semua (Kejadian 6:5-7) , kecuali nabi Nuh (Kejadian 6:8). Setelah semuanya musnah, Tuhan lalu ‘berfirman dalam hati’ untuk tidak lagi mengutuk manusia dan akan menjaga bumi (Kejadian 8:21-22). Alkitab secara jelas menyatakan penyebaran umat manusia dimulai dari anak keturunan nabi Nuh (Kejadian 9:19, 10:32). Disini muncul pertanyaan : bagaimana nasibnya dengan anak keturunan Kain..?? apakah mereka menyebar juga ke seluruh dunia..?? apakah mereka ikut musnah dalam banjir besar..??. Pernyataan alkitab soal banjir besar yang meluluh-lantakkan semua makhluk di bumi dalam pernyataan yang jelas tentang manusia yang berkembang melalui anak-anak nabi Nuh memberikan kesan bahwa semua anak keturunan dari Kain ikut musnah dalam banjir besar.

Namun kita tidak bisa mengabaikan fakta tentang adanya temuan arkeologis, bahwa ternyata diluar kisah banjir nabi Nuh tersebut pada kurun waktu yang sama, ditemukan adanya peradaban lain yang masih berjalan. Peradaban Mesir dan Mesopotamia sudah dimulai sejak jaman Neolotikum (8000 – 7000 SM) dan masih terus berlanjut sampai pada masa setelah banjir besar (thn 4000 SM).

http://id.wikipedia.org/wiki/Timur_Tengah_Kuno

Di Indonesia sendiri juga ditemukan artefak peralatan pertanian dan berburu pada jaman yang sama, jauh sebelum anak keturunan nabi Nuh melalui rumpun bangsa Mongol beremigrasi ke wilayah Nusantara. Sekalipun saya tidak setuju dengan perkembangan manusia menurut teori evolusi Darwin, namun fakta-fakta tersebut tidak bisa kita abaikan hanya karena ingin menegakkan teori yang sangat dipengaruhi alkitab tersebut.

Sekarang kita bertanya, bagaimana Al-Qur’an memberikan ‘sinyal-sinyal’ berupa informasi tentang perkembangan peradaban umat manusia ini..?? Al-Qur’an juga memuat cerita tentang banjir besar nabi Nuh, namun tidak menyatakan keberpihakannya kepada banjir yang memusnahkan seluruh peradaban, bahkan memusnahkan seluruh binatang-binatang. Sudah disampaikan pada postingan sebelumnya kisah nabi Nuh terdapat pada 11 kelompok ayat Al-Qur’an, dan soal binatang yang naik ke bahtera, terdapat pada 2 kelompok ayat :

hattaa idzaa jaa-a amrunaa wafaara alttannuuru qulnaa ihmil fiihaa min kullin zawjayni itsnayni wa-ahlaka illaa man sabaqa ‘alayhi alqawlu waman aamana wamaa aamana ma’ahu illaa qaliilun[11:40] Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: “Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman.” Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.

fa-awhaynaa ilayhi ani ishna’i alfulka bi-a’yuninaa wawahyinaa fa-idzaa jaa-a amrunaa wafaara alttannuuru fausluk fiihaa min kullin zawjayni itsnayni wa-ahlaka[23:27] Lalu Kami wahyukan kepadanya: “Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu,

‘min kullin zawjayni’ artinya ‘dari masing-masingnya sepasang’, namun terjemahan Al-Qur’an 11:40 kembali melakukan interpolasi ayat menjadi ‘masing-masing binatang sepasang’. Quraish Shihab terlihat membenarkan soal binatang ini, sebaliknya Sayyid Qutb, mengatakan bahwa menafsirkan kata ‘sepasang’ sebagai binatang adalah berbau Israilliyat, namun beliau tidak memberikan alternatifnya dan menganggap sebagai hal yang ghaib (Tafsir Fizhilalil Qur’an jilid 6). Temuan arkeologis menyatakan tidak ada pergerakan penyebaran binatang mulai dari gajah sampai tikus berasal dari satu tempat, maka hal ini juga tidak bisa kita abaikan untuk membenarkan penafsiran yang dipengaruhi alkitab (Kejadian 8:17) tersebut.

52

Al-Qur’an juga tidak menjelaskan soal adanya penyebaran manusia dan peradaban setelah banjir besar tersebut, ayat yang ‘dekat’ dengan hal tersebut berbunyi :

waja’alnaa dzurriyyatahu humu albaaqiina[37:77] Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan.

Ketika pikiran kita sudah dimasuki cerita alkitab soal nabi Nuh (Kejadian 10), maka ayat tersebut akan mengarahkan pikiran kita bahwa umat manusia memang tersebar bermula dari anak keturunan nabi Nuh, Sebenarnya ayat tersebut adalah ayat yang bersifat netral, karena kalau kita merujuk kepada ayat Al-Qur’an yang lain :

laqad arsalnaa nuuhan ilaa qawmihi[7:59] Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya..

alam ya/tihim nabau alladziina min qablihim qawmi nuuhin wa’aadin watsamuuda waqawmi ibraahiima wa-ash-haabi madyana waalmu/tafikaati[9:70] Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, ‘Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah?

Ayat ini menjelaskan kesejajaran kaum nabi Nuh dengan kaum lainnya, sehingga QS [37:77] bisa juga diartikan maksud ‘melanjutkan keturunan’ adalah dalam lingkup kaum nabi Nuh sendiri, bukan menyatakan penyebarannya keseluruh penjuru dunia. Namun sekali lagi Al-Qur’an ‘bersikap netral’ dalam hal ini.

Kunci untuk mengetahui penyebaran peradaban ini sebenarnya ada pada sumber-sumber yang menjelaskan sejarah pada kurun waktu dari nabi Adam sebagai manusia pertama kepada nabi Nuh. Beberapa pendapat menyatakan bahwa jangka waktu antara nabi Adam dengan nabi Nuh sangatlah panjang melingkupi rentang ratusan ribu bahkan jutaan tahun, sehingga ketika jaman banjir besar nabi Nuh, umat manusia sudah tersebar keseluruh penjuru dunia, menjadi kelompok-kelompok primitif, lalu beradaptasi dengan alam lingkungannya. Ketika banjir besar nabi Nuh selesai dan anak keturunannya menyebar ke seluruh dunia. namun sekali lagi, ini bukanlah kesimpulan yang diambil dari Al-Qur’an, kebenaran teori ini mungkin akan bisa diungkapkan kemudian setelah makin banyaknya ditemukan artefak dan peninggal kuno yang akan membenarkan, ataupun mementahkannya.

Al-Qur’an sendiri tidak menjelaskan soal kurun waktu ini. Kisah nabi Nuh dan beberapa ‘sinyal’ sejarahnya merupakan kisah yang pertama dari umat manusia yang diceritakan Al-Qur’an secara lengkap. Memang terdapat 7 kelompok ayat yang menceritakan tentang kisah nabi Adam, QS [2:30-38, QS [7:11-30], QS[15:28-43], QS[17:61- 65], QS [18:50], QS[20:115-123], QS[38:71-85], namun sangat sedikit informasi tentang bagaimana kehidupan nabi Adam setelah diturunkan kedunia. Pengisahan tentang Adam dalam Al-Qur’an terfokus kepada : (1) pembangkangan Iblis dan ikrarnya untuk menjerumuskan manusia serta (2) informasi tentang penciptaan nabi Adam. Terdapat juga ayat lain tentang kehidupan manusia sebelum nabi Nuh, yaitu kisah tentang anak-anak nabi Adam QS[5:27-31] namun itupun tidak menginformasikan tentang lokasi ataupun penggambaran lingkungan, tidak seperti pengisahan nabi Nuh dan nabi-nabi lainnya. Al-Qur’an kelihatannya ‘membuka diri’ agar manusia melakukan penelitian sendiri tentang sejarah peradaban sebelum jaman nabi Nuh.

Terdapat satu ‘sinyal’ lagi yang diberikan Al-Qur’an tentang masa antara nabi Adam dam nabi Nuh ini, yaitu penyebutan adanya seorang nabi bernama Idris :

waudzkur fii alkitaabi idriisa innahu kaana shiddiiqan nabiyyaan warafa’naahu makaanan ‘aliyyaan ulaa-ika alladziina an’ama allaahu ‘alayhim mina alnnabiyyiina min dzurriyyati aadama wamimman hamalnaa ma’a nuuhin wamin dzurriyyati ibraahiima wa-israa-iila[19:56] Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quraan. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. [19:57] Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. [19:58] Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi ni’mat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil,

wa-ismaa’iila wa-idriisa wadzaa alkifli kullun mina alshshaabiriina wa-adkhalnaahum fii rahmatinaa innahum mina alshshaalihiina

53

[21:85] Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. [21:86] Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh.

Nabi Idris adalah nabi yang hidup sebelum jaman nabi Nuh, cerita alkitab mempengaruhi penafsiran bahwa Idris adalah Enokh (Kejadian 5). Sayyid Qutb menafsirkannya dengan nama salah satu tokoh Mesir kuno, yaitu Uzuris. Satu tokoh yang sama penggambarannya dengan Enokh, yang naik kelangit dan hidup disana, namun Sayyid Qutb tidak memastikan hal ini. Cerita Israilliyat ini kelihatannya mempengaruhi sementara ahli tafsir yang mengatakan bunyi QS 19:57 diartikan secara harfiah. Sumber-sumber Islam sendiri tidak banyak memberikan penjelasan tentang nabi Idris ini, ada satu hadist riwayat ath-Thabarani melalui Ummu Salamah yang menyatakan nabi Idris berteman dengan malaikat maut dan memasuki neraka dan surga ketika masih hidup. Namun perawi hadist ini terdapat nama Ibrahim Ibn Abdullah al-Mashishi, yang dikategorikan oleh para peneliti hadist sebagai pembohong dan pendusta.

Sebenarnya kita bisa bertanya-tanya : Apa maksud Al-Qur’an yang menyatakan bahwa nabi Idris adalah ‘seorang yang sangat membenarkan’..?? Ketika sahabat Rasulullah, Abu Bakar dijuluki ’siddiq’ - orang yang membenarkan, objeknya jelas yaitu Rasulullah sendiri, yaitu Abu bakar adalah sahabat yang selalu membenarkan apapun pernyataan yang dikeluarkan Rasulullah, termasuk cerita nabi tentang perjalanan Isra’Mi’raj-nya, ketika banyak orang, bahkan umat Islam lain yang meragukannya, Abu Bakar tanpa ‘pikir panjang’ membenarkannya. Mengapa Al-Qur’an memberikan penekanan sifat ini kepada nabi Idris..?? apa atau siapa yang telah dibenarkan olehnya..?? Ini mungkin sinyal yang diberikan Al-Qur’an untuk mencari hubungan adanya cerita nabi Nuh dengan fakta arkeologis tentang kelompok manusia yang sudah menyebar ketika itu…wallahualam…

By : Ridwan

pemilihpilihlah

Dua Metode Pembantahan Mengenai Teori Evolusi Dan Asal Usul Makhluk Hidup

BERITA - hikmahsepanjangmasa.blogspot.com - Akhir-akhir ini banyak sekali yang memperdebatkan

masalah teori evolusi yang semakin santer berkembang dikalangan masyarakat dengan kesimpangsiuran dan

kebenarannya. Apa yang membuat hal ini terjadi ? benar atau tidak adanya teori evolusi itu menurut

pandangan Agama maupun IPTEK ? 1. Kitab Suci Al-Qur’an Dengan kitab suci Al-Qur’an jelas tumbang

karena manusia diciptakan oleh Allah dari anak cucu Nabi Adam karena Nabi Adam diciptakan oleh Allah

dari tanah sesuai dengan Surat Shaad ayat 71: (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:

"Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.". Dan Nabi Adam hidup disurga bertahun-tahun

lamanya, pada akhirnya Nabi Adam dan Ibu Hawa diturunkan kebumi karena melanggar hukum Allah dan

itupun jelas didalam Al-Quran Surat Thaahaa ayat120-121: “ Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat

kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan

yang tidak akan binasa?". Lihat Sumbernya

54

Akhir-akhir ini banyak sekali yang memperdebatkan masalah teori evolusi yang semakin santer berkembang

dikalangan masyarakat dengan kesimpangsiuran dan keabsahaannya. Apa yang membuat hal ini terjadi ?

benar atau tidak adanya teori evolusi itu menurut pandangan Agama maupun IPTEK ? mari kita simak

bersama-sama dengan 2 pandangan tersebut.

 

1. Kitab Suci Al-Qur’an

Dengan kitab suci Al-Qur’an jelas tumbang karena manusia diciptakan oleh Allah dari anak cucu Nabi

Adam karena Nabi Adam diciptakan oleh Allah dari tanah sesuai dengan Surat Shaad ayat 71:

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia

dari tanah.".

Dan Nabi Adam hidup disurga bertahun-tahun lamanya, pada akhirnya Nabi Adam dan Ibu Hawa

diturunkan kebumi karena melanggar hukum Allah dan itupun jelas didalam Al-Quran Surat Thaahaa

ayat120-121:

“ Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya

tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?". 121. Maka keduanya

memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya

menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah

ia.”

Setelah itu Nabi Adam dan Ibu Hawa diturunkan dimuka bumi kemudian keduanya mempunyai

keturunan dari hasil perkawinan antara Nabi Adam dan Ibu Hawa dengan nama Qobil, Habil, Iqlima dan

Labudha. Dan dari keturunan itulah terus-menerus  mempunyai keturunan sehingga jumlah manusia

menjadi milyaran sampai sekarang.

 

2. Pembuktian Ilmiah

 

Orang awam dengan metode pembuktian kitab suci Al-Quran sudah cukup. Tapi bagi orang-orang yang

ahli ilmu tidak cukup kalau tidak dibuktikan dengan nalar dan pikiran , akhirnya banyak ilmuwan

55

menemukan metode-metode dan penemuan-penemuan menyatakan teori evolusi adalah salah, itupun

sendiri dibantah oleh ilmuwan-ilmuwan yang ahli dibidangnya. Jadi Charles Darwin yang unggul pada

waktu itu dengan teorinya seakan-akan benar, selang Charles Darwin menemukan teori evolusi ada teori

yang mementalkan teori tersebut yaitu Teori Penciptaan.

 

3. Hubungan Teori Evolusi dengan Teori Penciptaan.

Kalau sudah memasuki Teori Penciptaan itu akan ada teori big-bang (teori ledakan besar) bahwa dunia

seisinya itu diciptakan dari ledakan besar dan Teori Nebula (teori kabut besar), ini ada 2 pendapat:

1)      Ledakan besar itu adalah ledakan makhluk ciptaan Allah yang sangat besar sehingga menjadi planet,

matahari, bintang, dll.

2)      Ledakan besar itu adalah ledakan dari Kun fayakunnya Allah karena Allah yang Maha Besar dan

Maha Agung meledakkan kehendak-Nya.. Jadi ledakan yang Maha Agung dengan kekuatan-Nya

terciptalah seluruh makhluk dan seisinya. Sebab teori big-bang itu sendiri belum bisa dibuktikan dan

hanya mengatakan teorinya.

Lain teori dengan pembuktian, kalau teori dibuktikan baru sah tapi teori big-bang tidak bisa dibuktikan

hanya teori untuk pendekatan kebenaran, tapi big-bang ledakan besar menurut ahli arifin (orang yang

pandangannya hanya kepada sang pencipta), Big-Bang itu tidak ada yang paling besar kecuali Allahu

Akbar.., ledakan itu adalah kekuasaan Allah dan kekuasaan Allah yang Maha Agung itulah terciptanya

planet, sesuai dengan surat yasin kun fayakun “jadi maka jadilah!”.

Begitu juga dengan Teori Nebula ( teori kabut besar), sekarang kita harus tahu sebelum Allah

menciptakan kabut, kabut tersebut diciptakan dari apa? Jadi teori nebula masih tidak bisa diterima,

karena pada waktu itu teorinya yang dipakai adalah kasat mata. Disini ada teori yang sangat halus yang

tidak bisa ditangkap oleh akal, terus kabut yang diciptakan dari sumbernya planet, itu diciptakan dari apa

kabut itu? Nanti itu ada lagi teori yang ditemukan dan tidak habis-habis sampai hari kiamat. Padahal

teori tersebut tidak bisa, tidak bisanya nanti akan ada teori yang tidak bisa dinilai dengan akal dan

pikiran juga tidak bisa dinilai dengan nama, sedangkan nama kabut ya tidak ada, sebab teori nebula

tersebut menyatakan asal usul makhluk hidup dari kabut besar, lah  terus kabut tersebut dari mana Allah

menciptakan ?, masa Allah menciptakan alam jagad raya dengan bahan kabut yang sudah ada lalu baru

dibuat. Iya kalau manusia membuat roti yang berasal dari gandum sehingga diolah menjadi tepung dan

akhirnya tepung tersebut diolah menjadi roti. Kalau diteruskan gandum berasal dari mana ? karena kita

bukan pencipta kita tidak mampu menjawabnya, Karena sudah disiapkan oleh pencipta supaya dinalar

oleh pikiran yang awalnya dari satu sehingga menjadi bermacam-macam. Kembali kepada teori

penciptaan, tidak ada sesuatu pun yang dapat menciptakan kecuali sang maha pencipta yaitu Allah.

Berarti sesuatu selain sang pencipta ada lagi dan ini tidak mungkin berarti ada 2 sang pencipta. Jadi

sebelum Allah menciptakan yang mana kalau dihubungkan dengan teori nebula ada kabut sebaga asal-

56

muasalnya berarti kabut sendiri itu dari mana?. Apa muncul dengan sendirinya ???. dari sisi lain kabut

itu baru terkuak rahasianya bukan nama melainkan asma Allah yang disebut Qudrot (kekuasaan) dan

Irodah (kehendak).

Jadi kalau Allah menciptakan alam seisinya tidak sulit-sulit ia hanya berucap kun fayakun, kun fayakun

disini adalah keluar dari kekuatan yang Maha Agung sehingga apapun yang diucapkan apapun maka

terjadi. Ini tidak bisa dinalar oleh akal tapi diterima oleh hati karena hati akan bercahaya apabila sinyal

tuhan bersih, dan manusia mempunyai sinyal untuk menuju kepada Allah yaitu fitrah. Dan semua

manusia diberi fitrah sejak lahir dengan ditandai setiap bayi yang lahir pasti menangis.

Bersih apa tidak fitrah tersebut kalau bersih melihat itu semua langsung nampak sang pencipta.

 

4. Teori Penciptaan ” Segala sesuatu ada yang menciptakan”

 

Akhirnya dari teori yang ada seperti Charles Darwin, Lamarck, ataupun yang lain mengenai asal-usul

makhluk hidup baik teori yang dapat dibuktikan dengan ilmiah ataupun tidak dapat dibuktikan dengan

ilmiah itu tergantung, dan akhirnya teori-teori tersebut mengerucut dan mengecil bahwa semua teori dan

penciptaan makhluk ini tetap ada yang menciptakan. Jadi teori tersebut menemukan adanya yang

menciptakan dan akhrinya teori tersebut mengerucut menjadi 1 titik yaitu ba’(billah) semua yang ada

tidak bisa kecuali ada yang menciptakan. Akhirnya teori evolusi dan teori asal usul makhuk hidup

menurut pandangan orang-orang arifin, Charles Darwin mengatakan bahwa “Manusia berasal dari nenek

moyang kera” dan para professor lainnya dengan metode dan penemuan teori tersebut, orang-orang arifin

tidak menolak, Charles Darwin berpendapat begitu itupun ada yang menghendaki yaitu sang pencipta

dan supaya manusia mau berfikir satu sisi menerima teori tersebut dan satu sisi menolak teori tersebut,

dan itupun bukan berarti salah. Karena dibalik itu Allah mendidik manusia untuk mencari yang benar,

maka dari itu “Perbedaan jangan dijadikan suatu masalah tetapi perbedaan itu jadikan alat untuk

mendewasakan pikiran dan pengetahuan kita”. Karena kita sudah mengenal teori penciptaan “Semua

apapun benar ataupun salah itu tetap tidak ada, yang ada hanya yang menciptakan”. Teorinya

benar ataupun tidak benar, tetap tidak bisa. Teori benar itu sumbernya karena ada teori penciptaan. tanpa

adanya teori penciptaan professor pun tidak akan bisa berfikir seperti itu, jadi kembalinya kepada teori

penciptaan ”Segala sesuatu ada yang menciptakan” yaitu sang maha pencipta Allah SWT.

 

5. Asal usul terciptanya makhluk

 

Jagad alam yang luas sekian ini menjadi kecil akhirnya ada 2 kekuatan:

57

1)      Ini semua ada yang menciptakan.

2)      Dibuktikan kalau begitu asal usulnya apa ???

Semua ciptaan ada bahannya, sekarang makhluk tercipta bahan bakunya apa? Itu belum ada yang bisa

menjawab, jadi Allah menciptakan bumi bahan bakunya apa? Sebab didalam teori kalau ada suatu

ciptaan berarti harus ada bahan bakunya tidak mungkin kita minum tanpa air, sekarang saya minum air

Aqua bahan baku aslinya air aqua itu apa? Kan aslinya air kalau begitu bahan baku air itu apa? Dari

bumi sumbernya, sedangkan bumi bahan bakunya apa? Dari situlah teori penciptaan tidak akan ada

habis-habisnya, tapi apabila orang itu pikirannya belum terkontaminasi dan fitrahnya masih suci dia akan

menemukan bahan baku makhuk itu sendiri. Yang pada akhirnya yaitu ketemu bahan baku makhluk

hanya satu. Apa? yaitu NUR MUHAMMAD. Itu adalah bahan bakunya ciptaan. ”Aku ciptakan

engkau Muhammad dari nur-KU dan asal-usul semua makhluk itu kamu bahan bakunya

(asalnya)” ini tidak bisa dinalar oleh pikiran tapi diterima oleh hati yang bersih. Maka kalau sudah

mengenal teori penciptaan disitulah dia mengenal & menemukan NUR MUHAMMAD . Dan kalau saja

dia berpendapat dengan teorinya dan akan tetapi dia tidak menemukan NUR MUHAMMAD berarti

sesungguhnya dia masih mencari dan belum menemukan secara hakikat penciptaan itu sendiri. Jadi

apabila orang itu menemukan teori penciptaan, dia akan menemukan asal-usul terciptanya makhluk.

Maka orang yang senantiasa ingat kepada Rosul dan orang yang senantiasa mengikuti jejaknya, dia akan

tahu asal-usul terciptanya alam jagat raya dan seisinya ini. Maka tidak ada orang bodoh yang lupa

kepada sholawat, walaupun pintarnya luar biasa, sampai bukan hanya bodoh tapi kikir kalau disebut

asma rosul dia tidak mau membaca sholawat. Maka dari itu upayakan setiap hari dan setiap saat

bermujahadah & membaca sholawat yang disukai atau setidak-tidaknya membaca hatinya sholawat yaitu

membaca kalimat “YAA SAYYIDI YAA ROSULULLOH”. Kurang lebih 30 menit setiap hari, insya

Allah akan menemukan NUR MUHAMMAD didalam suatu kehidupan.  Tapi 1 syarat wajib dan tidak

boleh ditawar-tawar yang harus dipenuhi ketika kita akan masuk kedalam wilayah NUR MUHAMMAD

yaitu kita harus mensinkronkan/menyamakan gelombang rohani kita agar kita masuk kedalam

wilayahnya.

MENGAPA SEBAGIAN KAUM MUSLIMIN MENDUKUNG TEORI EVOLUSI?

Sepanjang sejarah, manusia sudah memikirkan alam semesta dan asal-muasal kehidupan ini, dan sudah mengajukan berbagai gagasan tentang hal ini. Kita dapat membagi gagasan-gagasan itu menjadi dua kelompok: yang menjelaskan alam semesta ini dari sudut pandang materialis, dan yang melihat bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dari ketiadaan, yakni, kebenaran penciptaan.

Dalam pengantar buku ini, telah kita lihat bahwa teori evolusi didirikan pada filsafat materialis. Pandangan materialis menyatakan bahwa alam semesta terdiri atas materi, dan materi adalah satu-satunya hal yang ada. Karena itu, materi ada selama-lamanya, dan tidak ada kuasa lain yang mengaturnya. Kaum materialis percaya bahwa faktor ketidaksengajaan (kebetulan) yang buta menyebabkan alam semesta membentuk diri, dan makhluk hidup

Charles Darwin

58

muncul secara bertahap, berevolusi dari zat-zat tak-hidup. Dengan kata lain, semua makhluk hidup di dunia ini muncul sebagai akibat berbagai pengaruh alam dan ketidaksengajaan.

Filsafat materialis menggunakan teori evolusi, yang keduanya saling melengkapi, untuk menjelaskan timbulnya makhluk hidup. Kesatuan ini, yang lahir di zaman Yunani kuno, kembali disebarluaskan saat ilmu pengetahuan masih terbelakang di abad ke-19, dan, karena teori itu dianggap mendukung paham materialisme, tak perduli secara ilmiah absah atau tidak, teori ini segera dirangkul oleh kaum materialis.

Fakta penciptaan bertentangan dengan teori evolusi. Menurut pandangan kreasionis (penciptaan), materi tidaklah ada sejak dan untuk masa yang tak terhingga, dan karena itu, dikendalikan. Allah menciptakan materi dari ketiadaan dan memberinya keteraturan. Semua makhluk, hidup maupun tak-hidup, ada karena diciptakan Allah. Rancangan, perhitungan, keseimbangan, dan keteraturan yang tampak di alam semesta dan dalam makhluk hidup merupakan bukti nyata akan hal ini.

Semenjak awal, agama telah mengajarkan kebenaran penciptaan, yang dapat dipahami semua orang melalui penggunaan akal dan pengamatan pribadi. Semua agama samawi telah mengajarkan bahwa Allah menciptakan alam semesta dengan berfirman "Jadilah!", dan bahwa bekerjanya alam semesta secara sempurna tanpa cela merupakan bukti daya ciptaNya yang agung. Banyak ayat Al Qur'an juga mengungkapkan kebenaran ini. Misalnya, Allah mengungkapkan bagaimana Dia secara ajaib menciptakan alam semesta dari ketiadaan:

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia. (QS. Al Baqarah, 2: 117)

Allah juga mengungkapkan yang berikut:

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An'aam, 6: 73)

Ilmu pengetahuan mutakhir membuktikan ketidak-absahan pernyataan materialis-evolusionis, dan menegaskan kebenaran penciptaan. Berlawanan dengan teori evolusi, semua bukti penciptaan yang mengelilingi kita menunjukkan bahwa faktor kebetulan tidak berperan dalam terwujudnya alam semesta. Setiap rincian yang tampak saat kita mengamati langit, bumi, dan semua makhluk hidup dimaksudkan sebagai bukti kebijaksanaan dan kekuasaan Allah yang agung.

Perbedaan mendasar antara agama dan paham ateisme adalah, yang pertama mempercayai Allah, sedangkan yang terakhir mempercayai materialisme. Ketika Allah bertanya kepada mereka yang ingkar, Dia menarik perhatian terhadap pernyataan yang mereka ajukan untuk menolak penciptaan: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? (QS. Ath Thuur, 52: 35) Sejak zaman bermula, mereka yang mengingkari penciptaan senantiasa menyatakan bahwa manusia dan alam semesta tidaklah diciptakan, dan selalu berusaha membenarkan pernyataan tak masuk akal itu. Dukungan yang terbesar bagi mereka tiba di abad ke-19, berkat teori Darwin.

Kaum muslimin tidak boleh mengadakan jalan tengah dalam masalah ini. Memang, orang boleh berpikir sesukanya, dan boleh percaya apa pun yang ingin dipercayainya. Akan tetapi, tidak ada jalan tengah bagi teori yang mengingkari Allah dan ciptaanNya, sebab

59

hal itu berarti tawar-menawar dalam unsur dasar agama. Tentu, berbuat demikian sama sekali tak bisa diterima.

Para evolusionis, karena sadar betapa jalan tengah seperti itu akan merusak agama, mendorong orang-orang beriman agar berusaha memperolehnya.

Kaum Darwinis Menganjurkan Pandangan Penciptaan-melalui-Evolusi

Para ilmuwan yang mendukung teori evolusi secara buta, kini semakin tersudut oleh berbagai kemajuan ilmiah baru, yang kian lama kian banyak dan kian terbuka bagi orang awam. Menyadari bahwa setiap penemuan baru adalah bertentangan dengan teori ini, serta menegaskan kebenaran penciptaan, maka demagogi (tindakan menghasut masyarakat) pun berperan lebih penting daripada bukti ilmiah dalam berbagai naskah evolusionis. Di sisi lain, majalah-majalah ilmiah pendukung teori evolusi yang paling terkemuka sekalipun, seperti Science, Nature, Scientific American atau New Scientist, terpaksa mengakui bahwa beberapa segi dalam teori Darwin sudah menghadapi jalan buntu. Para ilmuwan yang mendukung paham penciptaan memenangkan berbagai debat ilmiah ini, dan dengan demikian, menyingkapkan berbagai pernyataan tak berdasar yang diajukan kaum evolusionis.

Di sinilah, pandangan penciptaan lewat evolusi menjadi penolong bagi kaum materialis. Ini merupakan salah satu taktik yang digunakan kaum evolusionis untuk melunakkan sikap para pendukung paham penciptaan (atau "Rancangan Cerdas"), dan melemahkan posisi intelektual mereka dalam melawan dogma Darwinisme. Walaupun tidak mempercayai Tuhan karena telah mendewakan faktor kebetulan atau ketidaksengajaan, dan menentang habis fakta penciptaan, kaum evolusionis menganggap bahwa teori mereka akan lebih dapat diterima jika mereka berdiam diri tentang gagasan kaum beragama yang sekaligus mendukung teori evolusi, bahwa Allah menciptakan makhluk hidup lewat evolusi. Malah, mereka menganjurkan jalan tengah antara teori ini dan agama, sehingga evolusi lebih dapat diterima dan kepercayaan akan penciptaan melemah.

Melihat ini, kaum Muslimin harus mengerti bahwa adalah salah sepenuhnya apabila kita percaya bahwa Allah menciptakan alam semesta, namun sekaligus mendukung teori evolusi sekalipun tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan. Lebih jauh lagi, adalah sama salahnya apabila kita menyatakan bahwa evolusi selaras dengan Al Qur'an, dengan cara mengabaikan semua peringatan dalam kitab suci itu sendiri. Kaum Muslimin yang bersikap seperti itu perlu menyadari bahwa mereka sedang mendukung sebuah gagasan yang dirancang untuk membantu filsafat materialis dan, setelah tahu hal ini, harus segera menarik kembali dukungan mereka.

Menolak Evolusi Tidak Berarti Menolak Ilmu Pengetahuan

Jumlah Muslim yang percaya bahwa semua makhluk hidup muncul melalui evolusi tidaklah boleh diremehkan. Kesalahan mereka berdasarkan pada kurangnya pengetahuan serta berbagai sudut pandang yang keliru, khususnya yang terkait dengan berbagai masalah ilmu pengetahuan. Kesalahan yang utama adalah gagasan bahwa evolusi adalah fakta ilmiah dan sudah terbukti kebenarannya.

Orang seperti mereka tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan telah mengikis habis tingkat kebenaran teori evolusi. Baik di tingkat molekuler, atau pun dalam biologi dan paleontologi, penelitian telah membuktikan ketidak-absahan pernyataan makhluk hidup muncul sebagai hasil proses evolusi. Teori Darwin mampu bertahan, sekalipun bertentangan dengan kenyataan ilmiah, hanya karena para evolusionis melakukan segala hal yang mereka bisa, termasuk sengaja menyesatkan orang, agar teori itu tetap hidup. Tulisan dan ceramah mereka dipenuhi istilah ilmiah yang tidak dimengerti orang awam. Tetapi bila kata-kata mereka ditelaah, orang tidak dapat menemukan bukti untuk mendukung teori mereka.

Pemeriksaan yang seksama atas karya tulis terbitan kaum Darwinis telah jelas mengungkapkan kenyataan ini. Uraian mereka hampir tidak pernah berdasarkan bukti ilmiah yang kukuh. Berbagai bidang mendasar, tempat teori ini runtuh, dipulas dengan beberapa patah kata, dan banyak uraian aneh ditulis tentang sejarah alam. Mereka tidak pernah memusatkan perhatian pada pertanyaan-pertanyaan utama, misalnya bagaimana pertama kali kehidupan timbul dari zat-zat yang tak-hidup, celah-celah lebar pada catatan fosil, dan sistem pada makhluk hidup yang rumit. Mereka tidak melakukannya, karena apa pun yang dapat mereka katakan atau tulis akan berlawanan dengan tujuan mereka serta mengungkapkan kekosongan teori mereka.

60

Ketika Charles Darwin (1809-1882), pendiri teori ini, menelaah salah satu sistem rumit yang terdapat pada makhluk hidup, yakni mata, ia menyadari bahaya yang mengancam teorinya, dan ia bahkan mengakui bahwa memikirkan mata membuat sekujur tubuhnya menggigil. Seperti Darwin, para ilmuwan evolusionis masa kini tahu bahwa teori mereka tidak memiliki penjelasan tentang sistem rumit serupa itu. Namun, bukannya mengakui hal ini, mereka justru mencoba menutupi tiadanya bukti ilmiah, dengan cara menulis berbagai uraian khayal serta mencekokkan teori ini kepada masyarakat dengan memberinya sebuah topeng ilmiah.

Cara-cara ini tampak jelas dalam debat tatap muka antara kaum evolusionis dengan mereka yang meyakini penciptaan, maupun dalam tulisan dan film dokumenter evolusionis. Sebenarnya, kaum evolusionis tidak peduli pada hal-hal seperti kebenaran ilmiah atau akal sehat, karena sasaran tunggalnya adalah membuat orang yakin bahwa evolusi adalah kenyataan ilmiah.

Dengan cara demikian, kaum Muslimin pendukung evolusi termakan oleh citra teori ini yang katanya "ilmiah". Khususnya, mereka tertusuk oleh semboyan Darwinis, seperti: "Siapa pun yang tidak mempercayai teori evolusi artinya bersikap taklid (meyakini sesuatu secara buta) atau tidak ilmiah," dan karena itu memberikan ruang dalam keyakinan mereka yang sebenarnya. Karena terpengaruh keterangan usang atau tulisan dan pendapat evolusionis, mereka percaya bahwa hanya evolusi yang dapat menerangkan peristiwa munculnya kehidupan. Lalu mereka mencoba menyelaraskan agama dan evolusi, karena tidak mengetahui perkembangan ilmiah mutakhir maupun pertentangan dalam teori itu sendiri, serta tingkat keyakinan terhadap kebenaran teori tersebut yang telah lenyap.

Akan tetapi, menimbang bahwa evolusi bertentangan 180 derajat dengan penciptaan, membuktikan kebenaran yang satu akan berarti menggugurkan yang lainnya. Dengan kata lain, menggugurkan evolusi berarti membuktikan penciptaan.

Karena alasan-alasan ini, kaum materialis memandang debat tentang evolusi sebagai sejenis medan perang, semacam perang terbuka antar paham pemikiran, dan bukan sebagai masalah ilmiah. Jadi, kaum materialis melakukan semua cara yang mungkin untuk menghalangi mereka yang meyakini paham penciptaan.

Misalnya, evolusionis Lerry Flank menyarankan agar kebenaran penciptaan dilawan dengan cara-cara berikut:

Para pengawas terhadap kaum kreasionis harus ketat mengawasi susunan anggota dewan pendidikan negara bagian. Sebaiknya, mereka yang berminat kepada pendidikan yang bermutu serta kepada pencegahan langkah kaum fundamentalis yang hendak memakai sekolah negeri untuk berkhotbah, menjadi mayoritas anggota dewan-dewan ini ... Jika ini gagal, dan buku-buku pelajaran berpaham kreasionis benar-benar dipakai dan disetujui, maka tindakan hukum menjadi perlu diambil. (Lester J. McCann, Blowing the Whistle on Darwinism (1986), h. 99 (kutipan diambil dari Randy Wysong, The Creation-Evolution Controversy (1976), h. 28-29))

Jelaslah dari kata-kata ini bahwa kita bukan sedang bicara tentang suatu debat ilmiah, melainkan tentang sebuah perang pemikiran, yang dicanangkan oleh kaum evolusionis dalam kerangka kerja siasat tertentu.

Kaum Muslimin yang mempertahankan evolusi harus menyadari hal ini. Darwinisme bukan sebuah pandangan ilmiah; melainkan sebuah sistem berpikir yang dirancang untuk menggiring orang mengingkari Allah. Karena teori ini tidak berlandasan ilmiah, seorang Muslim tidak boleh membiarkan diri disesatkan oleh berbagai pendapat dalam teori ini, dan lalu memberikan dukungan, setulus apa pun niatnya.

From: Nadri Saadudin To: 'Hikmah'; Multiple recipients of list Subject: 1/2 )..Re: Penafsiran (Re: Roh dan sperma)..... Date: Wednesday, February 11, 1998 9:07AM

     Assalamualaikum wr.wb.

61

     Nampaknya pembicaraan mengenai roh ini berbuntut panjang dengan      datangnya gugatan dari Bung Faruk dan Bung Chalid terhadap      posting saya yang mengetengahkan sebuah asumsi tentang asal usul      roh... dan hubungannya dengan badan... Dalam posting-posting saya      sebelumnya dengan membaca buku Filsafat Ajaran Islam, kemudian      memahami ayat-ayat Al-Qur'an lewat tafsir Malik Ghulam Farid saya      mengetengahkan asumsi bahwa Roh adalah suatu makhluk (yang      diciptakan.....) dan telah ada sebelum terjadinya manusia dan itu      tersembunyi dalam nutfah yang merupakan cikal bakalnya manusia      itu....

     Dengan mengutip tafsiran Abdulah Yusuf Ali ( sebagai perbandingan      buat saya......yang terpaku dengan Tafsir Malik Ghulam Farid dan      bermuara dari Pakistan itu.....), Bung Faruk menjelaskan kepada      saya bahwa phase keenam ini adalah phase "pembulatan" dari phase-      phase sebelumnya kejadian "manusia" yang semula berwujud dari      "mere animal".........Saya tidak tahu pendapat dan komentar Bung      Faruk tentang Tafsir Abdullah Yusuf Ali ini.

     Bung Faruk malah tambah cemas lagi... dengan mengatakan kalau      seandainya roh tersembunyi dalam nutfah...(phase 1) maka beliau      menganggap bahwa pemikiran demikian bisa saja dipengaruhi oleh      Teori Darwin yang menyatakan manusia adalah proses evolusi dari      Hewan.....

     Menanggapi apa yang dicemaskan oleh Bung Faruk ini izinkanlah      saya mengemukan pandangan dari Hz. Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad      Imam II Jemaat Ahmadiyah (1889-1965)..... tentang kejadian      manusia berdasarkan pemahaman beliau terhadap Al-Qur'an.

     Sebenarnya Al-Qur'an telah membuka tabir rahasia kejadian alam      ini mengungguli penemuan-penemuan para Scientis. Teori evolusi      memang ada , baik evolusi jasmani maupun evolusi ruhani. Evolusi      jasmani telah mengalami bermacam-macam periode yang panjang      sampai kepada kesempurnaannya dan demikian pula evolusi ruhani...      Al-Qur'an menolak bahwa manusia mengalami evolusi dari bermacam-      macam binatang. Menurut Al-Qur'an evolusi manusia berbeda dan      tersendiri dari yang lainnya dan bukan pula secara kebetulan.

     " Mengapa kamu tidak percaya kepada kebesaran Tuhan? Padahal dia      telah menciptakan kamu dalam berbagai tingkatan kejadian? Apakah      kamu tidak perhatikan bagaimana Allah menciptakan langit      bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai      cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita. Dan Allah      menumbuhkan kamu dari tanah yang sebaik-baiknya kemudian      mengembalikan kamu kedalam tanah dan mengeluarkan kamu      (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya"...(QS. 13-      18).

     Periode-periode..........      Dalam ayat ini ada beberapa perkara yang perlu kita renungkan.

     Bahwa kejadian manusia telah melalui bermacam-macam periode,      karena Dia berfirman: "Kalaqakum athwara"....."Thaurun" artinya      ukuran , bentuk dan keadaan (Aqrab). Maka arti "khalaqakum      athwara" ...Dia menciptakan kamu setelah mengalami bermacam-macam      periode , bermacam-macam bentuk dan bermacam-macam keadaan. Dalam      satu periode kepada periode yang lain kamu mempunyai kelebihan      dan kemampuan yang berbeda dengan periode sebelumnya. Dalam

62

     bermacam-macam periode kamu mempunyai bentuk yang lain dan dalam      bermacam-macam keadaan kamu mengalami kemajuan.

     Dari ayat-ayat ini kita mengetahui bahwa kejadian manusia itu      tidak sekali gus dalam satu periode akan tetapi sejak Allah SWT      menciptakan langit dan bumi, Allah SWT telah meletakkan dasar      kejadiaannya dan kemudian dalam wktu yang berbeda-beda dia      mengalami kemajuan dan kemudian dia dikeluarkan dari bumi dan      dikembangkan sampai dia mencapai bentuk manusia dan diangerahi      akal dan perasan.

     Sebelum kejadian diatas ada lagi satu periode dimana wujud      molekul-molekulpun belum ada . Sebagaimana firmanNya:

     "Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami      telah menciptakannya dahulu , sedang dahulunya dia tidak ada sama      sekali".....(QS. 19:67)

     "Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa , sedang      dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang disebut?".....(QS.      76:1).

     Yakni sejak molekul-molekul kehidupan belum ada dan setelah      mengalami berbagai evolusi dan kemajuan akhirnya ia mengambil      bentuk manusia. berdasarkan dua buah ayat ini jelaslah bahwa      Allah disamping menciptakan material juga menyambung dan      mengembangkannya.

     Wassalam yang lemah,      Nadri Saaduddin      Jalan Rambutan 23      Telp. (+62-0765)-93072      Duri 28884,      INDONESIA.....

Evolusi masih sulit diabaikan!Posted in January 11th, 2008 by admin in Sciences

Pada suatu sore, di Friedrichfeld Süd Mannheim, Al Makin (AM) dan Tegas Prasojo (TP) merenung. Kali ini AM bertanya ke TP tentang Teori Evolusi.

AM: Kalau boleh tahu mohon diterangkan, Anda sebagai peneliti di bidang ini di Universitas Jerman, apakah Teori Evolusi itu masih dipegang di bidang Biologi?

TP: Secara garis besar, teori itu masih dipegang. Tapi sudah tidak seperti yang diungkapkan oleh Charles Darwin waktu itu. Karena sudah banyak mengalami perkembangan dengan teori itu. Terutama sekali, berkait dengan penemuan DNA (Deoxyribonucleic acid/b. Indonesia Asam deoksirebosa), teori Evolusi bisa lebih mudah difahami terkait dengan prosesnya melalui substansi yang disebut DNA ini.

63

AM: Apakah masyarakat Indonesia sudah memahami ini?TP: Saya rasa kalau yang sudah pernah belajar Biologi di selevel SMA/SMU, setidaknya mereka itu faham apa itu Evolusi. Namun, sejak publikasi tulisan-tulsian popular, seperti yang dilakukan oleh Harun Yahya (penulis popular dari Turki), banyak orang yang kemudian menganggap teori ini, salah, atau lebih tepatnya seratus persen salah. Sehingga, kebanyakan orang kembali memandang proses kehidupan ini, jadi ya, seperti ini-ini sejak diciptakan. Tetap begini saja dari dulu hingga sekarang. Statik! Padahal, proses yang berlangsung dalam hidup dan kehidupan di bumi ini tidak sesederhana yang kita dibayangkan.

AM: Bagaimana cara Anda, sebagai peneliti dalam bidang ini, memahamkan orang tentang hal ini?TP: Mungkin orang harus dibuat terbuka mata hatinya bahwa proses yang terjadi di alam sekitar ini, walaupun tidak bisa kita lihat dan rasakan secara kasat mata, tidak lah sederhana. Prinsipnya: tidak kelihatan dan tidak terfahami bukan berarti tidak ada. Demikian juga halnya dengan proses rumit Evolusi. Satu hal yang jelas, proses Evolusi itu sangat lambat. Berjuta-juta tahun.

Kita cukup beruntung, saat ini, proses itu bisa diketahui dengan analisa atau perbandingan struktur gen atau gene dari makhluk hidup yang ada sekarang. Perubahan dan perbedaan antar generasi atau antar kelompok itu sangatlah kecil. Paling tidak jika dihitung dalam sekala waktu menurut kita. Misalnya dalam ukuran umur manusia (60 tahun), maka Evolusi dalam gen itu masih belum kelihatan. Singkat kata, ini tidak kasat mata (perkara ghaib). Tapi satu hal yang harus disadari bahwa hal yang sangat lambat itu tetap mengalami perubahan. Coba bayangkan, dulu (dulu sekali, misalnya satu juta tahun yang lalu), alam dan kehidupan ini tidak sama jika dibandingkan dengan kondisi sekarang ini.

Cuma permasalahan yang timbul adalah orang menganggap teori Evolusi itu bermasalah atau malah sumber masalah. Misalnya, kadang orang bertanya, Adam itu berasal darimana? Hasil Evolusi dari makhluk apa? Dari kera, monyet, atau makhluk lain?

Itu masalah yang sering dijadikan pemukul telak bagi teori Evolusi. Evolusi, dengan begini, ditolak. Evolusi tidak benar.

AM: Menurut Anda bagaimana kisah Adam ini, sebagai seorang Biolog?TP: Wah ini sekedar kira-kira lo Mas. Bisa dikatakan seperti ini: Adam itu mungkin merupakan suatu titik dimana kesadaran sebagai manusia itu mulai dikenal. Bisa jadi, tahap itu adalah tahap perbedaan antara sebagai manusiaan dan kebinatangan.

AM: Jadi proses Evolusi itu jauh lebih rumit dan jauh lebih lama dari ceirta Adam yang kita kenal?TP: Kalau menurut saya seperti itu lah adanya. Evolusi itu proses rumit, lama, dan dengan ukuran generasi manusia, itu sangat sulit diamati. Beyond manusia lah.

AM: Kira-kira Anda bisa mengatakan angka, berapa lama proses Evolusi?TP: Kalau angka sulit dijelaskan. Gak mampu kita. Misalnya, kapan Adam ada dan lahir dan pula dia ke dunia. Itu semua, sayangnya, belum bisa dibuktikan secara ilmiyah. Secara sejarah ataupun ilmu lainnya tidak spesifik menyebutkan peristiwa itu.

AM: Gini Mas, kalau, taruhlah Adam dianggap sebagai bagian dari Evolusi, itu kira-kira pada level berapa?TP: Tentu saja, Adam sebagai manusia, sudah sangat sophisticated. Bayangkan saja begini: Jumlah organisme-organisme kehidupan pada saat Adam ada (tolong bayangkan ini) itu sudah sangat kaya. Jadi kalau saya pribadi dibolehkan beranggapan, taruhlah misalnya, Adam merupakan mata rantai panjang generasi sebelum primata. Dengan begini, bisa jadi kita akan menempatkan kera itu adalah sejenis saudaranya manusia Adam. Dan itu sudah jauh berevolusi, sebagain jadi Adam, sebagain jadi monyet, sebagain mati tak bertahan hidup, dan sebagaian lagi kita tidak tahu nasibnya (missing link).

AM: Gampangnya begini, kira-kira proses Evolusi dari primata awal ke kera atau ke Adam itu membutuhkan berapa juta tahun?TP: Karena memperkirakan berapa juta tahun itu terkait dengan jumlah data pendukung yang terkumpul, maka semakin kompleks data untuk analisa, akan semakin mendekati akurasi perkiraan tersebut. Tetapi proses itu bisa diperkirakan lima juta tahun yang lalu. Bayangkan juga, berjuta-juta tahun proses permisahan antar spesies juga. Dengan begini, kita bisa membayangkan kira-kira kapan Adam hidup atau mulai ada di dunia ini. Perlu juga diingat, kita harus melakukan analisa ke semua ras yang hidup di dunia saat ini. Dengan

64

begitu, kita bisa tahu ujungnya ketemu di mana. Tentu ini tidak mudah. Analisia seperti ini butuh biaya dan penelitian yang sangat besar.

AM: Bagaimana Anda membayangkan konsep Evolusi Biologi Modern saat ini?TP: Begini saja, mudahnya. Secara kode DNA manusia dan kera itu hampir bisa dikatakan 80 persen sama. Demikian pula mansuia dengan babi dan anjing, itu lebih dari 50 persen persamaan kode DNA-nya. Ingat, secara DNA lho ya. Perbedaan-perbedaan yang ada sangatlah kecil. Namun perbedaan ini lah yang membentuk struktur tubuh yang kelihatan sangat berbeda.

Dari kenyataan seperti itu, teori Evolusi masih bisa diterima sebagai reasoning (Vernünft/nalar). Dan sekaligus menjelaskan persamaan dan perbedaan antara manusia dan makhluk lain. Antara manusia dan hewan. Perbedaan dan persamaan.

Lebih jelasnya begini:Semua makhluk hidup di dunia ini struktur pembentuknya sama, yaitu materi organik: protein, lemak, serta DNA. Hingga sampai saat ini belum pernah ditemukan organisme yang memiliki materi penyusun yang berbeda dengan organisme yang lainnya. Contoh seperti makhluk aliens di film-film di Hollywood, itu sulit dibuktikan secara biologis. Intinya: semua mahkluk berasal dari nenek moyang yang sama.

AM: Jadi kita, sebagai manusia, senenek moyang dengan penyu?TP: Tidak hanya penyu. Semua makhluk hidup dari cacing, kerang, manusia, atau kelelawar. Kita menggunakan dan mengikuti design yang sama.

AM: Jadi sangat sulit menolak teori Evolusi dalam biologi modern dari sudut DNA?TP: Betul.

Yang perlu ditekankan lagi bahwa selagi belum ada teori yang lebih rasional dari teori Evolusi. Kita masih tetap menggunakan teori itu. Dan teori itu sebagai satu-satunya penjelasan yang paling masuk akal sampai saat ini. Yaitu, tentang proses terjadinya makhluk hidup di sekitar kita. Kecuali: nantinya ada penemuan-penemua baru, yang lebih bisa menjelaskan proses itu. Mungkin teori Evolusi akan ditinggalkan.

Jadi, kalau pandangan yang mengangap bahwa jumlah hewan dan spesies itu tetap dan tidak berubah itu sulit diterima secara ilmiyah. Dan anggapan statik semacam itu tidak rasional. Lihat dan pelajarilah bahwa bumi itu terus berubah. Lihat juga sejarah kehidupan, ada yang bisa bertahan hidup hingga saat ini dan ada juga yang punah (seperti Dinosaurus). Ada yang mampu bertahan hidup (survival, seperti burung yang merupakan turunan dari Dinosaurus). Perlu diingat pula bahwa yang mampu bertahan itu ternyata bukan yang terkuat, seperti apa kata Darwin.

AM: Kalau boleh tahu, kehidupan ini kausalitas atau aksiden?TP: Kehidpan ini diciptakan (atau ada) dengan sangat sempurna. Sehingga yang bertahan ya yang mampu beradaptasi. Kemampuan itu sudah dirancang sesuai dengan perkembangan lingkungan.Intinya begini: jika kita lihat DNA itu sendiri sebagai cetak biru perkembangan makhluk hidup, itulah bukti penciptaan Tuhan. Dan cetak biru yang sangat luar biasa ini mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan disekitarnya. Ini menciptakan perkembangan dari masa ke masa.

AM: Apa ada teori dalam Biologi selain dari Evolusi?TP: Usaha tentu sudah banyak. Pro dan kontra juga sudah banyak. Tetapi teori Evolusi tetap berkembang terus. Dan sebagaimana yang saya ketahui mainstream Evolusi ini tetap dipegang oleh sebagain besar para Biolog.

AM: Bagaimana dengan Biologi di Indonesia, apa ada yang menolak atau menerima teori ini, atau sudah sangat ketinggalan zaman?TP: Kembali ke masalah teori Darwin tadi. Saya pernah menaruh rasa kasihan kepada para guru Biologi Indonesia. Terutama ketika Harun Yahya mulai populer. Mereka dihujani pertanyaan Evolusi dan dibenturkan dengan keyakinan agama. Maka guru-guru tersebut kesulitan untuk menjawabnya. Sehingga sebagain guru ada yang menyimpulkan bahwa teori Evolusi itu tidak benar. Mereka khawatir jika menerima berarti melawan doktrin agama dan dianggap kafir. Padahal tidak harus dipertentangkan seperti itu. Keyakinan agama itu jangan sampai membuat orang tidak bisa berfikir Ilmiyah. Berkeyakinan dan beriman juga tidak perlu menghindari, mengungkung, dan menghambat Ilmu Pengetahuan dan berfikir Ilmiyah.

65

Lucunya lagi: itu hanya karena kita tidak bisa memahami suatu proses yang rumit, semacam Evolusi tadi. Saya anggap ini wajar, karena laboratorium-laboratorium di Indoensia dan di negara-negara Muslim masih belum mewadahi untuk menjelaskan proses seperti DNA ini.

Kami mengundang Anda untuk berkomentar!

Tegas Prasojo: Dosen Biologi Universitas Brawijaya Malang, sedang menulis disertasi tentang “Hubungan Kekerabatan di antara Kelompok Burung Enggang” di Universitas Frankfurt, Jerman.

Di Kanada, Perseteruan Seputar Teori Evolusi Dikuliahkan Pada Senin, Januari 14, 2008

Meski “perang” teori evolusi melawan penciptaan belum sehebat di AS, tapi Kanada pun kena imbasnya. Asal usul kehidupan menjadi mata kuliah yang diajarkan di tahun 2007

Meski perang teori evolusi melawan penciptaan dan perancangan cerdas belum sehebat di Amerika Serikat (AS), ternyata Kanada pun kena imbasnya. Di University of St. Michael’s College, yang berada di University of Toronto, Kanada, perseteruan masa kini seputar penjelasan mengenai asal usul kehidupan menjadi mata kuliah yang diajarkan di penghujung tahun 2007 ini.

By Design or By Chance? An Introduction to the Intelligent Design Controversy demikian, demikian judul kuliah yang dibawakan oleh Denyse O’Leary. Dalam bahasa Indonesia berarti, “Melalui Perancangan atau Melalui Ketidaksengajaan? Pengantar untuk Perdebatan Seputar Perancangan Cerdas.”

Sebagaimana tertera di situs University of Toronto www.utoronto.ca dalam kuliah ini para peserta diajak memahami permasalahan ini sebagai sengketa antara pandangan materialis dan non-materialis tentang asal usul dan hakikat alam semesta. Kedua belah pihak didukung oleh para ilmuwan terkemuka. Perselisihan ini semakin membesar lantaran secara luas paham materialisme mulai ditinggalkan masyarakat, termasuk para ahli, meskipun masih berpengaruh di dunia ilmu pengetahuan.

Denyse O’Leary, sang dosen, adalah penulis dan wartawati yang bermukim di Toronto. Selain By Design or By Chance? (Melalui Perancangan atau Melalui Kebetulan?) ia juga telah menghasilkan karya The Spiritual Brain (Otak Spiritual) bersama pakar ilmu saraf Mario Beauregard, profesor di jurusan Radiologi dan Psikologi, Université de Montréal, Kanada.

Di media massa, pengalaman relijius tak jarang dijelaskan secara ilmiah sebagai karya akal, penyakit atau penyimpangan evolusi. Berlawanan dengan pernyataan materialistik ini, kelompok penelitian profesor Beauregard di University of Montreal menemukan bagian tertentu pada kerja otak yang berhubungan dengan kegiatan sembahyang khusyuk, demikian papar bukunya. Singkat kata, pengalaman agamis ini diolah otak sebagai pengalaman-pengalaman nyata, dan bukan khayalan saja.

Profesor evolusionis menggerutu

66

Tahun lalu, baku-hantam intelektual mengenai teori Darwin tersulut di Kanada menyusul ketegangan antara McGill University dan the Social Sciences and Humanities Research Council (SSHRC). SSHRC, lembaga federal Kanada yang mendanai penelitian ilmu sosial, menolak mengucurkan dana $40.000 kepada profesor Brian Alters, Direktur McGill's Evolution Education Research Centre (Pusat Penelitian Pendidikan Evolusi di McGill), demikian diberitakan koran Kanada, The Gazette, 5 April 2006.Menurut pihak McGill University, SSHRC memutuskan tidak mendanai sang Profesor sebab ia dianggap gagal meyakinkan dewan penilai dengan berbagai bukti bahwa teori evolusi Charles Darwin adalah benar. Bantuan uang yang diminta ini rencananya akan digunakan untuk mendanai penelitian tentang pengaruh besar "perancangan cerdas" di Amerika Serikat yang menggerogoti penerimaan ilmu pengetahuan evolusi di Kanada.

Menurut penuturan profesor Alters, ia terkejut dengan penolakan SSHRC. Ini merupakan bukti bagi kebenaran dugaannya bahwa perancangan cerdas semakin memperoleh dukungan kuat di Kanada, gerutu sang profesor.

Di lain pihak, Janet Halliwell, wakil presiden eksekutif SSHRC, berujar bahwa ada sejumlah fenomena yang tidak mudah dijelaskan oleh teori evolusi saat ini. Pemahaman dunia ilmiah mengenai kehidupan tidaklah tetap. Ada evolusi di dalam teori evolusi, imbuhnya.

Teori evolusi semakin tersudut

Menjelang tahun baru 2008, para ilmuwan Barat semakin rajin dan gencar menelorkan karya ilmiah berbobot seputar keberadaan Kecerdasan di balik fenomena kehidupan dan alam semesta mahasempurna ini. Sebut saja buku the Design of Life (Perancangan Kehidupan), yang ditulis oleh William A. Dembski dan Jonathan Wells. Di pentas dunia, kedua pakar ini termasuk ilmuwan terkemuka yang giat menelanjangi ketidakabsahan ilmiah teori evolusi, penjelasan materialis yang mengingkari segala sesuatu di luar materi, termasuk penciptaan dan Pencipta.

Bersitus di www.thedesignoflife.net buku ini memaparkan bantahan ilmiah yang gamblang dan nyata melawan pandangan evolusionis dogmatis terdepan abad ini, Richard Dawkins. Menurut Dawkins, kesan tentang perancangan sengaja pada makhluk hidup hanyalah khayalan belaka. Bahkan termasuk Tuhan, sang Pencipta, adalah khayalan saja kata Dawkins, evolusionis nomor wahid sejagat masa kini. Pernyataan darwinis dogmatis ini dimentahkan secara ilmiah dalam buku ini.

Di sejumlah tempat di negara maju, para pakar yang mendukung keberadaan perancangan cerdas pada makhluk hidup seringkali dicemooh, dicemarkan nama baiknya, tidak diperpanjang masa kerjanya bahkan dipecat dari jabatannya. Alasannya sederhana, mereka tidak percaya bahwa alam semesta, kehidupan dan akal manusia hanyalah murni hasil dari kekuatan alamiah belaka.

Di antara korban penindasan ini adalah Guillermo Gonzalez, pakar astronomi cemerlang yang diberhentikan dari jabatan akademisnya lantaran mendukung perancangan cerdas. Gonzalez adalah salah satu penulis buku The Privileged Planet (Planet yang Diistimewakan), yang bersitus di www.privilegedplanet.com dilengkapi penjelasan ilmiah, buku ini menggugurkan anggapan evolusionis yang bersikukuh bahwa kehidupan muncul di planet bumi sebagai buah peristiwa kebetulan mujur belaka, tanpa kesengajaan, tanpa Pencipta. [cr/www.hidayatullah.com]

67