AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an memuat wahyu Allah SWT, pencipta alam semesta, yang ditujukan kepada ummat manusia. 1 Al-Qur’an merupakan petunjuk langsung Allah SWT untuk manusia yang disampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an merupakan pedoman umat Islam yang berisi petunjuk dan tuntunan komprehensif guna mengatur kehidupan di dunia dan akhirat. Al-Qur’an merupakan kitab otentik dan unik, yang mana redaksi, susunan maupun kandungan maknanya berasal dari wahyu, sehingga ia terpelihara dan terjamin sepanjang zaman. Al-Qur’an turun kepada Nabi Muhammad SAW. tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur (bertahap) selama kurang lebih 23 tahun; 13 tahun ketika di Makkah, sebelum hijrah, dan 10 tahun di Madinah, pasca hijrah. 2 Masa yang relatif panjang, yakni dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. diangkat menjadi Rasul dan berakhir pada masa menjelang wafatnya. Justru tidak heran bila Al-Qur’an belum sempat dibukukan seperti adanya sekarang, karena Al- Qur’an sendiri secara keseluruhan ketika itu belum selesai diturunkan. 1 Drs. Hafidz Abdurrahman, MA. Ulumul Quran Praktis (Pengantar untuk Memahami Al-Qur’an), CV IDeA Pustaka Utama. Bogor. 2003. h. 1. 2 Ibid, h. 46 Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Qur’an (Proses Turun dan Pembukuannya) Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012 1

Transcript of AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

Page 1: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an memuat wahyu Allah SWT, pencipta alam semesta,

yang ditujukan kepada ummat manusia.1 Al-Qur’an merupakan

petunjuk langsung Allah SWT untuk manusia yang disampaikan

kepada Rasulullah Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an

merupakan pedoman umat Islam yang berisi petunjuk dan tuntunan

komprehensif guna mengatur kehidupan di dunia dan akhirat. Al-

Qur’an merupakan kitab otentik dan unik, yang mana redaksi,

susunan maupun kandungan maknanya berasal dari wahyu, sehingga

ia terpelihara dan terjamin sepanjang zaman.

Al-Qur’an turun kepada Nabi Muhammad SAW. tidak sekaligus,

melainkan secara berangsur-angsur (bertahap) selama kurang lebih

23 tahun; 13 tahun ketika di Makkah, sebelum hijrah, dan 10 tahun di

Madinah, pasca hijrah.2 Masa yang relatif panjang, yakni dimulai

sejak zaman Nabi Muhammad SAW. diangkat menjadi Rasul dan

berakhir pada masa menjelang wafatnya. Justru tidak heran bila Al-

Qur’an belum sempat dibukukan seperti adanya sekarang, karena Al-

Qur’an sendiri secara keseluruhan ketika itu belum selesai

diturunkan.

Meskipun demikian, upaya pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an

pada masa itu tetap berjalan. Setiap kali Nabi selesai menerima ayat-

ayat Al-Qur’an yang diwahyukan kepadanya, Nabi lalu

memerintahkan kepada para shahabat tertentu untuk menuliskannya

di samping juga menghafalnya. Penulisan ayat-ayat Al-Qur’an

tidaklah seperti yang kita saksikan sekarang. Selain karena mereka

belum mengenal alat-alat tulis, Al-Qur’an hanya ditulis pada

kepingan-kepingan tulang, pelepah korma, atau batu-batu tipis, sesuai

dengan peradaban masyarakat waktu itu.

1 Drs. Hafidz Abdurrahman, MA. Ulumul Quran Praktis (Pengantar untuk Memahami Al-Qur’an), CV IDeA Pustaka Utama. Bogor. 2003. h. 1.

2 Ibid, h. 46Makalah:

Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 20121

Page 2: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

B. Permasalahan

Permasalahan yang akan di kupas dalam makalah ini adalah : “

Bagaimana Konsep Kewahyuan Al-Qur’an (Proses dan

Pembukuannya) sejarah pengumpulan dan penulisan, serta

pemeliharaanya.

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah Memahami Konsep

Kewahyuan Al-Qur’an (Proses dan Pembukuannya) sejarah

pengumpulan dan penulisan Al-Qur’an, dan upaya pemeliharaan Al-

Qur’an sejak masa Nabi SAW., masa shabahat hingga sampai kepada

tahap penyempurnaan dan pengkodifikasiannya

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

2

Page 3: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an

1. Pengertian Al-Qur’an menurut bahasa

Al-Qur’an merupakan nama yang diberikan Allah untuk

kitab suci-Nya. Kata Al-Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u,

qur’anan yang artinya: “bacaan atau yang dibaca”.

2.Pengertian Al-Qur’an menurut istilah

Al-Qur’an menurut istilah mempunyai beberapa makna:

a. Al-Qur’an adalah

ل على رس وله محمد ص.م ز كالم الله الم ن

Artinya:

“Kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW.”

b. Menurut pengertian ilmu tauhid, Al-Qur’an adalah

واتر وا المت ل ه و سل م المت وله محمد الله علي ل على رس ز كالم الله الم ن

Artinya:

“Kalam atau firman Allah yang diturunkan-Nya kepada rasul

Muhammad SAW. (al-Hidaayah: Ilaa shirathil mustaqim: 7)

c. Menurut pengertian ilmu ushul fiqh:

واتر وا المت ل ه و سل م المت وله محمد الله علي ل على رس ز كالم الله الم ن

Artinya:

“Kalam atau firman Allah yang diturunkan-Nya kepada Nabi

Muhammad SAW dibaca dan dikenal orang banyak”.

d. Menurut Ali Ash-Shabuni bahwa Al-Qur’an adalah firman

Allah yang mu’jiz, diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui

malaikat jibril yang tertulis dalam mushaf, 3 diriwayatkan secara

mutawattir, menjadi ibadah bagi yang membacanya4 diawali

dari surah al-Fatihah dan diakhiri surat an-Nas.5 Secara istilah,

3 Taufiq Rahman Siraj, Op. cit., h. 7.4 Manna’ al-Qattan, Op. cit., h 215 Abu Anwar, Ulumul Qur’an, (Pekanbaru: Amzah, 2002), h.29.

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

3

Page 4: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang merupakan mu’jizat

dan merupakan petunjuk dari sang Khaliq kepada makhluq-

Nya.6

Dari dua ayat dan pengertian tentang Al-Qur’an tersebut

diatas dapat memberikan inspirasi kepada kita bahwa Al-Qur’an

al-Karim yang merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW ternyata tidak hanya memiliki

fungsi sebagai bahan bacaan wajib saja bagi orang muslim akan

tetapi juga menjadi barometer dan petunjuk tekhnis dalam

melakukan tindakan dan aktivitasnya seharí-hari.

Konsep ideal ini juga dipertegas oleh Allah SWT dalam Al-

Qur’an surat Al Baqarah ayat 1-2 dan ayat 9:

1. Alif laam miin 7.

2. Kitab 8 (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk

bagi mereka yang bertaqwa9

6 Muhammad Muhammad Abu Shahbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sahhah al-Sittah (Kairo: Majma’ al-Buhuth al-Islamiyyah, 1969), h. 7.

7 Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.

8 Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.

9 Takwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

4

Page 5: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

9. mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,

Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka

tidak sadar.10

B. Nama Dan Sifat Al-Qur’an

Allah menamakan al-Qur'an dengan beberapa nama, di

antaranya :

1. Qur’an:

“Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus”.

(al-Isra’ [17] : 9).

2. Kitab:

“Telah Kami turunkan kepadamu al-Kitab yang di dalamnya

terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu”. (al-Anbiya’ [21] : 10)

3. Furqan:

“Mahasuci Allah Yang telah menurunkan al-Furqan kepada

hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada

semesta alam”. (al-Furqan [25] : 1)

4. Zikr:

“Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan az-Zikr

(Qur’an), dan sesungguhnya Kamilah yang benar-benar akan

menjaganya”. (al-Hijr [15] : 9).

5. Tanzil:

“Dan Qur’an ini Tanzil (diturunkan) dari Tuhan semesta alam”.

(asy-Syu’ara [26] : 192).

Qur’an dan al-Kitab lebih populer dari nama-nama yang lain.

Dalam hal ini Dr. Muhammad Abdullah Daraz berkata : “Ia

dinamakan Qur’an karena ia “dibaca” dengan lisan, dan dinamakan

10 Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 9Makalah:

Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 20125

Page 6: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

al-Kitab karena ia “ditulis” dengan pena. Kedua nama ini

menunjukkan makna yang sesuai dengan kenyataannya.”

C. Cara Cara Al-Qur'an di Wahyukan

Nabi Muhammad SAW dalam hal menerima wahyu mengalami

bermacam-macam cara dan keadaan, diantaranya:11

1. Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal

ini Nabi SAW tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau

merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai

hal ini Nabi mengatakan: "Ruhul qudus mewahyukan ke dalam

kalbuku", (lihat surat (42) Asy Syuura ayat 51)

51. dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah

berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu

atau dibelakang tabir12atau dengan mengutus seorang utusan

(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa

yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi

Maha Bijaksana.

2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang

laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga

beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.

3. Wahyu datang kepada beliau seperti gemercingnya lonceng.

Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-

kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun

turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-

kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa

amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang

mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: "Aku

11 Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 15 12 Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi

akan tetapi Dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa a.s.

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

6

Page 7: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rosulullah. Aku

lihat Rosulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan

diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran

seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu,

barulah beliau kembali seperti biasa".

4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa

seorang laki-laki seperti keadaan no. 2, tetapi benar-benar

seperti rupa yang asli. Hal ini tersebut dalam Al- Qur'an surat

(53) An Najm ayat 13 dan 14:

13. dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu

(dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,

14. (yaitu) di Sidratil Muntaha13

D. Hikmah Wahyu Al-Qur’an Turun Secara Berangsur Angsur

Al-Qur’an tidaklah diturunkan kepada Nabi Muhammad berupa

satu kitab sekaligus, tetapi dengan cara berangsur-angsur, ayat

per-ayat, dan surat per-surat. Ada beberapa pendapat mengenai

proses turunya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.

Pertama, Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke al-lawh al-mahfuzh,

sebagaimana firman Allah (QS al-Buruj, 85: 21-22) :

21. bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia,

22. yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.

Kedua, Al-Qur’an diturunkan ke al-lawh al-Mahfuzh ke langit bumi

(as-samaud-dunya) secara sekaligus, lalu diturunkan secara

berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun.

Pendapat lain mengatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam

waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai pada malam 17

Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H.

13 Sidratul Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang telah dikunjungi Nabi ketika mi'raj.

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

7

Page 8: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

Menurut az-Zarqani, proses turunnya Al-Qur’an terdiri dari tiga

proses. Pertama turunya Al-Qur’an ke al-lawhul mahfuzh. Kedua,

dari al lawhul mahfuzh ke bayt al izzah. Ketiga, dari bait al izzah

kepada Nabi Muhammad.

Diturunkanya Al-Qur’an secara berangsur-angsur mengandung

hikmah dan faedah yang besar, sebagaimana dijelaskan dalam

surat al-Furqan ayat 32:

32.” berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al-Quran itu

tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? "; demikianlah 14

supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya

secara tartil (teratur dan benar)”.

Disamping hikmah diatas, ada pula hikmah lainya dalam hal

diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur antara lain

adalah:

1. Memantapkan hati Nabi.

Ketika berdakwah, Nabi kerapkali berhadapan dengan para

penentang. Karena itu wahyu yang turun berangsur-angsur

merupakan dorongan tersendiri bagi Nabi untuk terus

menyampaikan dakwah.

2. Menentang dan melemahkan para penentang Al-Qur’an

Orang-orang kafir yang mengingkari Qur'an menganggap aneh

jika Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur. Dengan

begitu Allah menantang mereka untuk membuat satu surat saja

yang sebanding dengannya. Dan ternyata mereka tidak sanggup

melaksanakannya.

3. Memudahkan untuk dihafal dan dipahami.

Al-Qur’an pertama kali turun ditengah-tengah masyarakat yang

ummy yakni tidak memilki pengetahuan tentang bacaan dan

14 Maksudnya: Al Quran itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hati Nabi Muhammad s.a.w menjadi kuat dan tetap.

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

8

Page 9: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

tulisan. Maka turunya wahyu secara berangsur-angsur

memudahkan mereka untuk memahami dan menghafalkanya.

4. Mengikuti setiap kejadian (yang menyebabkan turunnya ayat-

ayat Al-Qur’an) dan melakukan penahapan dalam penetapan

syari’at (penerapan hukum secara bertahap).

5. Membuktikan dengan pasti bahwa Al-Qur’an turun dari Allah

yang maha bijaksana.

Walaupun Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur, secara

keseluruhan terdapat keserasian antara satu bagian dan bagian

yang lain. Hal ini tentunya hanya dapat dilakukan oleh Allah yang

maha bijaksana.

E. Pembukuan dan Pembakuannya

1. Pereodisasi Pembukuan Al-Qur’an

a. Masa Rasuullah Muhammad SAW

Menurut Ali pengumpulan Al-Qur’an memiliki dua pengertian,

diantaranya yaitu :

1). Menghafal Al-Qur’an15, sebagaimana firman Allah SWT yang

menerangkan bahwa Nabi Muhammad senantiasa

menggerakkan bibir dan lisannya untuk menghafal Al-Qur’an

sebelum Jibril selesai menyampaikan wahyu sehingga beliau

ditegor oleh Allah SWT dengan firman-Nya dalam Al-Qur’an

surat Al Qiyamah (16-19):16

16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-

Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya17

15 Muhammad ‘Ali al-Sabuni, Al-Tibyan fi, h . 4916 Al-Qur’an Surat al-Qiyamah ayat 16 – 19.17 Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan

bacaan Jibril a.s. kalimat demi kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar dapat Nabi Muhammad s.a.w. menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

9

Page 10: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

17.Sesungguhnya atas tanggungan kamilah

mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)

membacanya.

18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah

bacaannya itu.

19. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah

penjelasannya.

2). Al-Jam’u fi al-Sutur18 (Menulis Al-Qur’an) dengan

membedakan ayat dan surat tertentu. Pada masa Rasul dua

definisi Jam’u Al-Qur’an tersebut sama-sama terjadi,

mengingat alat tulis menulis yang memang sangat terbatas

maka pola menghafal menjadi alternatif pembelajaran Al-

Qur’an yang sangat effisien bagi pada sahabat. ‘Abdullah bin

Sa’d bin ‘Abi al-Sarh, seorang yang terlibat dalam penulisan

Al-Qur’an dalam periode Makkah, dan penulis resmi lainnya

adalah Khalid bin Sa’id bin al-‘As di mana ia menjelaskan,

“Saya orang pertama yang menulis ‘Bismillah ar-Rahman ar-

Rahim’ (Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang).19

M.M al-A’zami menyatakan bahwa Al-Kattani mencatat

peristiwa ini: Sewaktu Rafi` bin Malik al-Ansari menghadiri

baiah al-’Aqaba, Nabi Muhammad menyerahkan semua ayat-

ayat yang diturunkan pada dasawarsa sebelumnya. Ketika

kembali ke Madinah, Rafi` mengumpulkan semua anggota

sukunya dan membacakan di depan mereka.20

Pada periode Madinah cukup banyak informasi termasuk

sejumlah nama, lebih kurang enam puluh lima sahabat yang

ditugaskan oleh Nabi Muhammad bertindak sebagai penulis

wahyu.

1) Nabi Muhammad Mendiktekan Al-Qur’an

18 Muhammad ‘Ali al-Sabuni, Al-Tibyan fi h. 49.19 M.M al A’zami, The History…h. 72.20 Ibid h. 72.

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

10

Page 11: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

Saat wahyu turun, Nabi Muhammad secara rutin memanggil

para penulis yang ditugaskan agar mencatat ayat itu.21 Zaid

bin Thabit menceritakan sebagai ganti atau mewakili peranan

dalam Nabi Muhammad, la sering kali dipanggil diberi tugas

penulisan saat wahyu turun.22 Sewaktu ayat al-jihad turun,

Nabi Muhammad memanggil Zaid bin Thabit membawa tinta

dan alat tulis dan kemudian mendiktekannya; ‘Amr bin Um-

Maktum al-A’ma duduk menanyakan kepada Nabi Muhammad,

“Bagaimana tentang saya ? Karena saya sebagai orang yang

buta.” Dan kemudian turun ayat, “ghair uli al-darar” 23 (bagi

orang-orang yang bukan cacat).24 Tampaknya tak ada bukti

pengecekan ulang setelah mendiktekan. Saat tugas penulisan

selesai, Zaid membaca ulang di depan Nabi Muhammad agar

yakin tak ada sisipan kata lain yang masuk ke dalam teks.25

2) Praktik Penulisan Al-Qur’an di Kalangan Sahabat

Praktik yang biasa berlaku di kalangan para sahabat tentang

penulisan Al-Qur’an, menyebabkan Nabi Muhammad melarang

orang-orang menulis sesuatu darinya kecuali Al-Qur’an, “dan

siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain Al-Qur’an,

maka la harus menghapusnya.” 26 Beliau ingin agar Al-Qur’an

dan hadith tidak ditulis pada halaman kertas yang sama agar

tidak terjadi campur aduk serta kekeliruan. Sebenarnya bagi

mereka yang tak dapat menulis selalu hadir juga di masjid

memegang kertas kulit dan minta orang lain secara suka rela

mau menuliskan ayat Al-Qur’an. Berdasarkan kebiasaan Nabi

Muhammad memanggil juru tulis ayat-ayat yang baru turun,

kita dapat menarik anggapan bahwa pada masa kehidupan

21 Abu ‘Ubaid, Fada’il al-Qur’an, h. 28022 Ibn AM Dawud, al-Masahif, h.3.23 Al-Qur’an Surat al-Nisa’ ayat 9524 Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath al Bari, ix: h. 22; as-Sa’ati, Minhat al-Ma’bud, ii: h. 1725 As-Suli, Adab ul-Kuttab, h. 165; dan al-Haithami, Majma` az-Zawaid, i: h. 52.26 Muslim, Sahih al-Muslim, az-Zuhd: h. 72

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

11

Page 12: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

beliau seluruh Al-Qur’an sudah tersedia dalam bentuk

tulisan.27

b. Masa Khalifah Abu Bakar al-Siddiq R.A.

Setelah Rasulullah wafat pada tahun ke-11 H, para sahabat

secara aklamasi memilih Abu Bakar al-Siddiq untuk memegang

tampuk pemerintahan sekaligus menjadi khalifah pertama28 dan

pada awal pemerintahannya banyak menghadapi berabagai

persoalan diantaranya banyaknya orang Islam yang murtad,

munculnya gerakan anti zakat dan orang-orang yang mengaku

sebagai Nabi yang dipelopori oleh Musailamah al-Kadhdhab.29

Pada masa khalifah Abu Bakar al-Siddiq r.a. dengan terpaksa

dibentuklah sebuah tim yang diketuai oleh Zaid bin Thabit yang

dibantu oleh beberapa orang sahabat yaitu ‘Umar bin al-Khattab,

Ubay bin al-Ka’ab, ‘Uthman bin ‘Affan, ‘Ali bin abi Talib dan

Salim bin Ma’qil30 untuk mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu

mushaf sebagai jawaban dari usulan ‘Umar bin al-Khattab agar

segera membukukan Al-Qur’an 31 dalam satu mushaf agar tetap

terjaga eksistensinya di tengah-tengah umat yang pada saat itu

sebanyak 70 orang huffad 32 yang gugur sebagai syuhada’ di

medan perang.33

Setelah Al-Qur’an selesai dikodifikasi kemudian Abu Bakar

meminta para sahabat untuk mencarikan nama yang tepat, ada

yang mengusulkan dengan nama Al-Shifr dan Al-Mushhaf

27 M.M al A’zami, The History …28 Abd al-Wahhab al-Najjar, Al-Khulafa’ al-Rasyidun (Beirut: Dar al-Fikr, tt), h. 33.29 Hasan al-Banna, Muqaddimah fi al-Tafsir (Kuwait: Dar al-Qur’an al-Karim, 1971), h. 10130 Jalal al-Din Abd al-Rahman al-Suyuti, Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an Vol. 1

(Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1951), h. 58.31 Ibnu Hajar al-Athqalani, Fath al-Bari, Vol. IX (Mesir: Maktabah al-

Bahiyah al-Misriyyah, tt.), h. 8.32 Muhammad Abdullah Darraz, Al-Naba’ al-‘Azi>m (Kuwait: Dar al-Qalam, 1974), h. 36.33 Taufiq Rahman Siraj, Mudhakkirat …, h. 22.

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

12

Page 13: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

sehingga yang disetujui adalah dengan nama Al-Mushhaf Al-

Qur’an 34

Ada 2 rambu-rambu penting yang dipegang oleh Zaid bin

Thabit dalam menjalankan tugasnya sebagai ketua kodifikasi Al-

Qur’an yaitu : (1) ayat-ayat Al-Qur’an tersebut dahulu ditulis

dihadapan Rasulullah, dan (2) ayat-ayat yang ditulis tersebut

harus juga dihafal oleh para sahabat pada masa itu,35 dan Umar

pun tidak menerima ayat dari seseorang tanpa terlebih dahulu

dibuktikan kebenarannya oleh dua orang saksi. 36

c. Masa ‘Uthman bin ‘Affan R.A.

Selama pemerintahan `Uthman, yang dipilih oleh masyarakat

melalui bai’ah yang amat terkenal sebagai khalifah ketiga, umat

Islam sibuk melibatkan diri di medan jihad yang membawa Islam

ke utara sampai ke Azerbaijan dan Armenia. Berangkat dari suku

kabilah dan provinsi yang beragam, sejak awal para pasukan

tempur memiliki dialek yang berlainan dan Nabi Muhammad, di

luar kemestian, telah mengajar mereka membaca Al-Qur’an

dalam dialek masing-masing, karena dirasa sulit untuk

meninggalkan dialeknya secara spontan. Akan tetapi sebagai

akibat adanya perbedaan dalam menyebutkan huruf Al-Qur’an

mulai menampakkan kerancuan dan perselisihan dalam

masyarakat.37

1) Sikap ‘Uthman terhadap Perselisihan Bacaan

Adanya perbedaan dalam bacaan Al-Qur’an sebenarnya

bukan barang baru sebab Umar sudah mengantisipasi

bahaya perbedaan ini sejak zaman pemerintahannya. Dengan

mengutus Ibn Mas’ud ke Irak, setelah ‘umar diberitahukan 34 Subhi al-Shaleh, Mabahith fi ‘Ulum Al-Qur’an (Beirut: Dar al-‘Ilmi li al-

Malayin, 1974), h. 76.35 Rifaat Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir

(Yakarta : PT. Bulan Bintang, 1988) h. 123.36 Muhammad Bakr Isma’il, Dirasat fi ‘Ulum al-Qur’an (Kairo: Dar al-Manar, 1991), h. 76. 37 Ibid., h. 76

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

13

Page 14: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

bahwa dia mengajarkan Al-Qur’an dalam dialek Hudhail 38

(sebagaimana Ibn Mas’ud mempelajarinya), dan ‘umar

tampak naik pitam: Al-Qur’an telah diturunkan dalam dialek

Quraish maka ajarkanlah menggunakan dialek Quraish,

bukan menggunakan dialek Hudhail.39

2) ‘Uthman Menyiapkan Mushaf Langsung dari Suhuf

Berdasarkan pada riwayat pertama `Uthman memutuskan

berupaya dengan sungguh-sungguh untuk melacak Suhuf

dari Hafsa, mempercepat menyusun penulisan, dan

memperbanyak naskah.40 Untuk mengurusi tugas

mengumpulkan dan menabulasikan Al-Qur’an yang ditulis di

atas kertas kulit pada zaman Nabi Muhammad, ’Uthman

memercayakan pada dua belas orang.41

3). ‘Uthman Mengambil Suhuf dari ‘A’ishah Sebagai

Perbandingan

Ketika ‘Uthman hendak membuat salinan (naskah) resmi, dia

meminta ‘A’ishah agar mengirimkan kepadanya kertas kulit

(Suhuf) yang dibacakan oleh Nabi Muhammad SAW. yang

disimpan di rumahnya. Kemudian dia menyuruh Zaid bin

Thabit membetulkan sebagaimana mestinya, pada waktu itu

beliau merasa sibuk dan ingin mencurahkan waktunya

mengurus masyarakat dan membuat ketentuan hukum

sesama mereka.42

38 Salah satu suku mayoritas di daratan Arabia pada zaman itu.39 Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: h. 940 Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: ii, hadith no. 498741 M. M. A’zami juga menyebutkan bahwa 12 orang tim yang dibentuk

‘Uthman antara lain : (1) Sa’id bin al-’As bin Sa’id bin al-’As untuk dibaca ulang;” dia menambahkan (2) Nafi’ bin Zubair bin `Amr bin Naufal. Yang lain termasuk (3) Zaid bin Thabit, (4) Ubayy bin Ka’b, (5) ‘Abdullah bin az-Zubair, (6) ‘Abrur-Rahman bin Hisham, dan (7) Kathir bin Aflah. Ibn Hajar menyebutkan beberapa nama lain: (8) Anas bin Malik, (9) ‘ Abdullah bin ‘Abbas, dan (10) Malik bin Abi ‘Amir. Dan al-Baqillani menyebutkan selebihnya (11) ‘Abdullah bin `Umar, dan (12) `Abdullah bin ‘Amr bin al-’As.

42 Ibn Shabba, Tarikh al-Madinah, h. 990-991,Makalah:

Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 201214

Page 15: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

4). ‘Uthman Mengambil Suhuf dari Hafsa Guna Melakukan

Verifikasi

Pada waktu itu naskah yang dibuat sendiri (independen)

telah dibandingkan dengan Suhuf resmi yang sejak semula

ada pada Hafsah. Seseorang bisa jadi keheran-heranan

mengapa khalifah ‘Uthman bersusah payah mengumpulkan

naskah tersendiri (otonom) sedang akhirnya juga

dibandingkan dengan Suhuf juga. Alasannya yang paling

mendekati kemungkinan barangkali sekadar upaya simbolik.

Satu dasawarsa sebelumnya ribuan sahabat, yang sibuk

berperang melawan orang-orang murtad di Yamamah dan di

tempat lainnya, tidak bisa berpartisipasi dalam kompilasi

Suhuf Untuk menarik lebih banyak kompilasi bahan-bahan

tulisan, naskah ‘Uthman tersendiri (independen) memberi

kesempatan kepada sahabat yang masih hidup untuk

melakukan usaha yang penting ini.43

2. Penyusunan Ayat dan Surat Al-Qur’an

Pendapat para ulama mengatakan bahwa susunan surah yang

ada sekarang identik dengan Mushaf ‘Uthmani. Setiap orang

yang berkeinginan mengopi Al-Qur’an secara keseluruhan

diharuskan mengikuti urutan yang ada. Di masa lampu mushaf

ditulis di atas kertas kulit, dan biasanya lebih berat timbangannya

dari kertas biasa. Maka mushaf seluruhnya mencapai beberapa

kilogram beratnya.

Bergstasser dalam Usul Naqd al-Nusus wa Nashr al-Kutub ia

memberikan ketentuan penting terhadap tingkatan naskah yang

paling dapat di pertanggungjawabkan dengan yang tak memiliki

harga nilai, sebagai berikut :

1. Naskah yang lebih awal biasanya lebih dapat terjamin dan

tepercaya dari naskah yang muncul kemudian.

43 M.M al A’zami, The History …Makalah:

Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 201215

Page 16: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

2. Naskah yang sudah diubah dan dibetulkan oleh penulis melalui

proses perbandingan dengan naskah induk, lebih tinggi

tingkatannya dari manuskrip-manuskrip yang tidak ada

perubahan.

3. Jika naskah asli masih ada, naskah lain yang ditulis dari

naskah itu akan hilang nilainya.44

a) Penyusunan Ayat ke dalam Surat

Diakui secara umum bahwa susunan ayat dan surah dalam Al-

Qur’an memiliki keunikan yang luar biasa. Susunannya tidak

secara urutan saat wahyu diturunkan dan subjek bahasan.

Rahasianya hanya Allah Yang Mahatahu, karena Dia sebagai

pemilik kitab tersebut.45

Demikian halnya Kitab Allah, karena Dia sebagai pencipta

tunggal dan Dia sendiri yang memiliki wewenang mutlak

menyusun seluruh materi. AlQur’an sangat tegas dalam masalah

ini dengan firmanNya dalam Al-Qur’an sural Al Qiyamah (17-19)

:

17.Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya

(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah

bacaannya itu.

19. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah

penjelasannya. 46

Maka guna menjelaskan isi kandungan ayat-ayat itu, Allah

menugaskan Nabi Muhammad sebagai penerima mandat. Dalam

hal ini Al-Qur’an surat An Nahl ayat 44 memberi penjelasan,

44 Bergstasser, Usul Naqd al-Nusus wa Nashr al-Kutub (in Arabic) (Kairo: 1969), h. 14.45 Ibid, h. 1446 Al-Qur’an Surat al-Qiyamah ayat 17 – 19.

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

16

Page 17: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

44. Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan

Kami turunkan kepadamu Al- Quran, agar kamu

menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan

kepada mereka 47 dan supaya mereka memikirkan.

Hak istimewa ini diberikan oleh Allah kepada Nabi

Muhammad agar memberi penjelasan pada umatnya. Hanya

Nabi Muhammad, melalui keistimewaan dan wahyu ketuhanan,

yang dianggap mampu menyusun ayat-ayat ke dalam bentuk

keunikan Al-Qur’an sesuai kehendak dan rahasia Allah. Bukan

komunitas Muslim secara kolektif dan bukan pula perorangan

memiliki legitimasi kata akhir dalam menyusun Kitab Allah.

Kitab Al-Qur’an mencakup surah-surah panjang dan yang

terpendek terdiri atas 3 ayat, sedangkan paling panjang 286

ayat. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Nabi Muhammad

memberi instruksi kepada para penulis tentang letak ayat pada

setiap surah. `Uthman menjelaskan baik wahyu itu mencakup

ayat panjang maupun satu ayat terpisah, Nabi Muhammad

selalu memanggil penulisnya dan berkata, “Letakkan ayat-ayat

tersebut ke dalam surah seperti yang beliau sebut.48 Zaid bin

Thabit menegaskan, “Kami akan kumpulkan Al-Qur’an di depan

Nabi Muhammad.” Menurut `Uthman bin Abi al-’As, Malaikat

Jibril menemui Nabi Muhammad memberi perintah akan

penempatan ayat tertentu.49 Sebagai contoh berikut sejarah

peletakan ayat demi ayat dalam surat tertentu sesuai perintah

Nabi :50

’Uthman bin AM al-‘As melaporkan bahwa saat sedang duduk

bersama Nabi Muhammad ketika beliau memalingkan padangan

47 Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran.

48 Lihat at-Tirmidhi, Sunan al-Tirmidhi, no.3086; al-Baihaqii ii: 42, Ibn Hanbal, Musnad, i: 69, Abu Dawud, Sunan, i: 290; al-Hakim, al-Mustadrak, i:221, Ibn Hajar, Fath al-Bari, ix: 22; Lihat juga Abu ‘Ubaid, Fada’il al-Qur’an, h. 280.

49 As-Suyuti, al-ltqan fi ‘Ulum al-Qur’an, i: 173.50 M.M al A’zami, The History …

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

17

Page 18: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

pada satu titik dan kemudian berkata, “Malaikat Jibril

menemuiku dan meminta agar menempatkan ayat 90 pada surat

al-Nahl berikut ini pada bagian surat tertentu.

90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah

melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan

permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu

dapat mengambil pelajaran. 51

AI-Kalbi melaporkan dari Abu Sufyan tentang Ibn ‘Abbas

tentang ayat 281 surat Al Baqarah,

281. dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari

yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah.

kemudian masing-masing diri diberi Balasan yang sempurna

terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka

sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).52

Ia menjelaskan, “Ini adalah ayat terakhir yang diwahyukan

kepada Nabi Muhammad. Malaikat Jibril turun dan minta

meletakannya setelah ayat ke dua ratus delapan puluh dalam

Surah al-Baqarah.” 53 Bukti lain dapat dilacak dari beberapa

hadith yang mengatakan kepada sahabat telah mengenal

permulaan dan akhiran surah-surah yang ada.

b) Penyusunan Surat

Para ulama sepakat bahwa mengikuti susunan surah dalam

Al-Qur’an bukan suatu kemestian, baik dalam shalat, bacaan,

belajar, pengajaran maupun hafalan. Setiap surah berdiri

sendiri dan tidak ada satu pun yang turun kemudian dapat

mengklaim memiliki legalitas lebih besar dari yang sebelumnya; 51 Al-Qur’an Surat al-Nahl ayat 90.52 Al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 281.53 Al-Baqilani, al-lntisar, h.. 176.

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

18

Page 19: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

kadang-kadang ayat yang telah dimansukh terdapat dalam

sebuah surah di mana yang berikutnya tercatat sebagai nasikh

atau pengganti. Sebagian umat Islam mulai menghafal Al-

Qur’an dari surah pendek (no. 114, 113, …) dan begitu

seterunya ke belakang. Nabi Muhammad pernah membaca

Surah alBaqarah, an-Nisa’, dan kemudian ‘Ali-`Imran (surah

No.2, 4, 3), secara beruntun dalam satu raka’at, tidak seperti

yang kita lihat dalam susuan Al-Qur’an.

Sejauh ini, tidak ada hadith yang menyebutkan bahwa Nabi

Muhammad membuat ketetapan melarang umatnya mengambil

surah tertentu secara tidak berurutan. Pendapat yang berbeda

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Susunan semua surat seperti yang ada, selalu merujuk pada

Nabi Muhatnmad sendiri.54 Pendapat lain mengatakan

terdapat perbedaan susunan dalam mushaf yang dimiliki

beberapa sahabat seperti Ibn Mas’ud dan Ubayy bin Ka’b)

yang lain dari mushaf yang ada di tangan umat Islam.55

2. Sementara ada kalangan yang berpendapat bahwa seluruh

Qur’an (susunannya) diatur oleh Nabi Muhammad kecuali

surah no.9, yang dilakukan oleh `Uthman.56

3. Pendapat lain menganggap susunan semua surah dibuat oleh

Zaid bin Thabit, `Uthman, dan sahabat lainnya. Al-Baqillani

cenderung menerima pendapat ini.57

4. Ibn ‘Atiyya mendukung pendapat bahwa Nabi Muhammad

menyusun beberapa surah dan lainnya diserahkan pada para

sahabat beliau.58

F. Outentisitas Al-Qur’an

54 Al-Suyuti, al-Itqan fi …, 176-17755 M.M al A’zami, The History …56 Al-Suyuti, al-Itqan fi …, 17757 Al-Baqiani, al-Intisar, h.16658 lbn ‘Atiyya, al-Muharrar, al-Wajiz, i:34-35

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

19

Page 20: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

Al-Qur’an al-Karim merupakan kitab yang keotentikannya

dijamin oleh Allah dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara,59 dan

jaminan terhadap pemeliharaan Al-Qur’an tersebut dilakukan

langsung oleh Allah Dzat yang telah menurunkannya yang sudah

pasti pemeliharaan tersebut bersifat abadi.

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al Hijr ayat 9 :

9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan

Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.60

Jaminan Allah SWT terhadap kemurnian dan keotentitasan Al-

Qur’an sebagaimana dalam ayat di atas merupakan jaminan yang

bersifat abstrak dan harus diyakini oleh umat muslim akan tetapi

asumsi demikian tidaklah relevan jika yang dihadapi adalah orang

non muslim terlebih lagi para orientalis.

M. Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Qur’an

memberikan bukti-bukti fisik tentang otentitas tersebut antara

lain61:

1. Bukti-bukti dari Al-Qur’an Sendiri

Huruf-huruf hija’iyah yang terdapat pada awal beberapa surah

dalam Al-Qur’an adalah jaminan keutuhan Al-Qur’an sebagaimana

diterima oleh Rasulullah SAW. Tidak lebih dan atau kurang satu

huruf pun dari kata-kata yang digunakan oleh Al-Qur’an .

Kesemuanya habis terbagi 19, sesuai dengan jumlah huruf-huruf

B(i)sm All(a)h Al-R(a)hm(a)n Al-R(a)him. (Huruf a dan i dalam

kurung tidak tertulis dalam aksara bahasa Arab).

a. Huruf (qaf) yang merupakan awal dari surah ke-50, ditemukan

terulang sebanyak 57 kali atau 3 X 19.

b. Huruf-huruf kaf, ha’, ya’, ‘ayn, shad, dalam surah Maryam,

ditemukan sebanyak 798 kali atau 42 X 19.

59 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1998), h. 21.60 Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.

61 M. Quraish Shihab, Membumikan …Makalah:

Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 201220

Page 21: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

c. Huruf (nun) yang memulai surah Al-Qalam, ditemukan sebanyak

133 atau 7 X 19. Kedua, huruf (ya’) dan (sin) pada surah Yasin

masing-masing ditemukan sebanyak 285 atau 15 X 19. Kedua

huruf (tha’) dan (ha’) pada surah Thaha masing-masing berulang

sebanyak 342 kali, sama dengan 19 X 18.

d. Huruf-huruf (ha’) dan (mim) yang terdapat pada keseluruhan

surah yang dimulai dengan kedua huruf ini, ha’ mim,

kesemuanya merupakan perkalian dari 114 X 19, yakni masing-

masing berjumlah 2.166.

Bilangan-bilangan ini, yang dapat ditemukan langsung dari

celah ayat Al-Qur’an , oleh Rasyad Khalifah, dijadikan sebagai

bukti keotentikan Al-Qur’an. Karena, seandainya ada ayat yang

berkurang atau berlebih atau ditukar kata dan kalimatnya dengan

kata atau kalimat yang lain, maka tentu perkalian-perkalian

tersebut akan menjadi kacau.

Angka 19 di atas, yang merupakan perkalian dari jumlah-jumlah

yang disebut itu, diambil dari pernyataan Al-Qur’an sendiri, yakni

yang termuat dalam surah Al-Muddatstsir ayat 30 yang turun

dalam konteks ancaman terhadap seorang yang meragukan

kebenaran Al-Qur’an .

29. (neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia.

30. dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga).

31. dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari

Malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu

melainkan untuk Jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya

orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

21

Page 22: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-

orang yang diberi Al kitab dan orng-orang mukmin itu tidak

ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada

penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): “Apakah yang

dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu

perumpamaan ?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-

orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada

siapa yang dikehendaki-Nya. dan tidak ada yang mengetahui

tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. dan Saqar itu tiada lain

hanyalah peringatan bagi manusia.

2. Bukti-bukti Sejarah

Faktor-faktor pendukung bagi pembuktian otentisitas Al-

Qur’an , jika dilihat dari sejarah masyarakat Arab ketika Al-Qur’an

diturunkan antara lain:62

a) Mereka adalah masyarakat yang tidak mengenal baca tulis dan

satu-satunya andalan mereka adalah hafalan.

b) Sangat membanggakan kesusastraan; mereka bahkan

melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang ini pada

waktu-waktu tertentu.

c) Al-Qur’an dari segi keindahan bahasanya sangat mengagumkan

bukan saja bagi orang-orang mukmin, tetapi juga orang kafir.

d) Ayat-ayat Al-Qur’an turun berdialog dengan mereka,

mengomentari keadaan dan peristiwa-peristiwa yang mereka

alami, bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

Disamping itu, ayat-ayat Al-Qur’an turun sedikit demi sedikit.

Hal itu lebih mempermudah pencernaan maknanya dan proses

penghafalannya.

Faktor-faktor di atas menjadi penunjang terpelihara dan

dihafalkannya ayat-ayat Al-Qur’an . Itulah sebabnya, banyak

riwayat sejarah yang menginformasikan bahwa terdapat ratusan

sahabat Nabi SAW. yang menghafalkan Al-Qur’an. Bahkan dalam

62 M. Quraish Shihab, Membumikan …Makalah:

Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 201222

Page 23: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

peperangan Yamamah, telah gugur tidak kurang dari 70 orang

penghafal Al-Qur’an .63

63 ‘Abdul Azhim Al-Zarqaniy, Manahil Al-’Irfan i ‘Ulum Al-Qur’an (Kairo: Al-Halabiy, 1980, jilid 1), h. 250.

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

23

Page 24: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Al-Qur’an adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi

Muhammad melalui Malaikat Jibril yang disesuaikan dengan

kompilasi Al-Qur’an yang ada di lauh al-mahfuz. Al-Qur’an adalah

“kalamullah yang bersifat mu’jiz yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad dengan perantara malaikat Jibril, lafaldz-lafadznya

berasal dari Allah dan termaktub dalam mushaf-mushaf,

diriwayatkan kepada kita secara mutawattir kemudian

membacanya dihitung sebagai ibadah.

Al-Qur’an tidaklah diturunkan kepada Nabi Muhammad berupa

satu kitab sekaligus, tetapi dengan cara berangsur-angsur, ayat

per-ayat, dan surat per-surat. Menurut az-Zarqani, proses turunnya

Al-Qur’an terdiri dari tiga proses. Pertama turunya Al-Qur’an ke

al-lawhul mahfuzh. Kedua, dari al lawhul mahfuzh ke bayt al izzah.

Ketiga, dari bait al izzah kepada Nabi Muhammad. Hikmah wahyu

Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur antara lain:

memantapkan hati Nabi, menentang dan melemahkan para

penentang al-Qur’an, memudahkan untuk dihafal dan dipahami,

untuk menerapkan hukum secara bertahap, dan sebagai bukti

bahwa Al-Qur’an bukan rekayasa Nabi Muhammad.

Al-Qur’an dibukukan pada masa Rasulullah melalui 2 hal yaitu

dihafal dan ditulis dalam media tulis seadanya, dan pada masa Abu

Bakar al-Siddiq Al-Qur’an dibukukan atas saran Umar bin al-

Khattab karena banyaknya huffadh yang wafat dimedan perang,

sedangkan pada masa ‘Uthman bin ‘Affan Al-Qur’an dibukukan

sebanyak tujuh mushhaf dan disebar ke berbagai kota untuk

menjembatani munculnya banyak perbedaan bacaan di kalangan

sahabat saat itu.

Al-Qur’an al-Karim merupakan kitab yang keotentikannya

dijamin oleh Allah dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara, dan

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

24

Page 25: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

jaminan terhadap pemeliharaan Al-Qur’an tersebut dilakukan

langsung oleh Allah Dzat yang telah menurunkannya yang sudah

pasti pemeliharaan tersebut bersifat abadi.

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

25

Page 26: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

DAFTAR PUSTAKA

————-, al-Qawa’id al-Asasiyyah fi ‘Ulum Al-Qur’an (Jeddah: Farraza

Maktabah al-Malik Fahd al-Wataniyyah, 1419 H)

————-, Studies in Early Hadith Literature (Indiana: American Trust

Publications, 1987)

Al-Athqalani, Ibnu Hajar, Fath al-Bari, Vol. IX (Mesir: Maktabah al-

Bahiyah al-Misriyyah, tt.)

Abdurrahman, Hafidz. Ulumul Quran Praktis (Pengantar untuk

Memahami Al-Qur’an), CV IDeA Pustaka Utama. Bogor. 2003.

‘Abdul Azhim Al-Zarqaniy, Manahil Al-’Irfan i ‘Ulum Al-Qur’an, (Kairo:

Al-Halabiy, 1980, jilid 1)

Al-Qattan, Manna’, Mabahith fi ‘Ulum Al-Qur’an (Riyad: Mansyurat

al-‘Asr al-Hadith, tt)

Al-Sabuni, Muhammad ‘Ali, Al-Tibyan fi ‘Ulum Al-Qur’an (Beirut:

‘Alam al-Kutub, 1985)

‘Alawi, Muhammad bin ‘Abbas al-Maliki, Zabdat al-Itqan fi ‘Ulum Al-

Qur’an (Cairo: Dar al-Insan, 1981)

Al-A’zami, M.M, The History of The Qur’anic Text-From Revelation to

Compilation (Kuala Lumpur, 1985)

Al-Najjar, Abd al-Wahhab, Al-Khulafa’ al-Rasyidun (Beirut: Dar al-Fikr,

tt)

Al-Banna, Hasan, Muqaddimah fi al-Tafsir (Kuwait: Dar Al-Qur’an al-

Karim, 1971)

Al-Suyuti, Jalal al-Din Abd al-Rahman, Al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an Vol.

1 (Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1951)

Al-Shaleh, Subhi, Mabahith fi ‘Ulum Al-Qur’an (Beirut: Dar al-‘Ilmi li

al-Malayin, 1974)

Bergstasser, Usul Naqd al-Nusus wa Nashr al-Kutub (in Arabic)

(Kairo: 1969)

Hadith Program, Kutub al-Tis’ah, (Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari,

Muslim, Sahih al-Muslim, At-Tirmidhi, Sunan al-Tirmidhi, Abu

Dawud, Sunan Abi Daud)

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

26

Page 27: AL-QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

Darraz, Muhammad Abdullah, Al-Naba’ al-‘Azim (Kuwait: Dar al-

Qalam, 1974)

Isma’il, Muhammad Bakr, Dirasat fi ‘Ulum Al-Qur’an (Kairo: Dar al-

Manar, 1991)

Muhammad Muhammad Abu Shahbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub

al-Sahhah al-Sittah (Kairo: Majma’ al-Buhuth al-Islamiyyah,

1969)

Nawawi, Rifaat Syauqi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir

(Yakarta: PT. Bulan Bintang, 1988)

Program Al-Qur’an in Word, Al-Qur’an al-Karim

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1998)

Siraj, Taufiq Rahman, Mudhakkirat ‘Ulum Al-Qur’an (Surabaya:

Muassasat Ma’had Nur al-Huda, 2007)

Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012

27