AL-FANA’, AL BAQA’, AL-ITTIHAD, AL-HULUL DALAM PERSPEKTIF TASAWUF · 2016. 6. 21. · 1 I....

12
AL-FANA’, AL-BAQA’, AL-ITTIHAD, AL-HULUL DALAM PERSPEKTIF TASAWUF Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Semester Genap Mata Kuliah: Ahlak Tasawuf Dosen Pengampu : Dr.H. Djasadi, M.Pd. Disusun oleh: Hamidah Azzahro (1401026015) Umi Nur Mughitsah (1401026022) Ika Nur Rofikoh (1401026024) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016

Transcript of AL-FANA’, AL BAQA’, AL-ITTIHAD, AL-HULUL DALAM PERSPEKTIF TASAWUF · 2016. 6. 21. · 1 I....

  • 0

    AL-FANA’, AL-BAQA’, AL-ITTIHAD, AL-HULUL

    DALAM PERSPEKTIF TASAWUF

    Makalah

    Disusun Guna Memenuhi Tugas Semester Genap

    Mata Kuliah: Ahlak Tasawuf

    Dosen Pengampu : Dr.H. Djasadi, M.Pd.

    Disusun oleh:

    Hamidah Azzahro (1401026015)

    Umi Nur Mughitsah (1401026022)

    Ika Nur Rofikoh (1401026024)

    FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG

    2016

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    Akhlak Tasawuf merupakan bentuk ilmu murni yang tergolong dalam

    Islam. Akhlak dan Tasawuf mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebelum

    bertasawuf, seseorang harus berakhlak sehingga dapat dikatakan bahwasanya At

    tashawwufu nihayatul akhlaq sedangkan al-akhlaqu bidayatut

    tashawwuf. Dalam tasawuf, digunakan pendekatan suprarasional yaitu dengan

    intuisi / wijdan, dan tasawuf itu biasanya lebih mengarah pada bentuk batini

    dibanding dengan bentuk lahiri, namun tidak dipungkiri pula adanya bentuk

    lahiri di dalamnya.

    Sufisme dalam pencerapan pengalaman tentang fana’ dan baqa’, seorang

    tokoh yang bernama junaid mengemukakan bahwa, “tasawuf adalah membuat

    engkau mati di dalam dirimu, dan hidup di dalam diri-NYA.” Dan tokoh

    tasawuf lainya yang bernama Abu Ali Juzjani juga mengemukakan pendapatnya

    bahwa “seorang sufi (ahli tasawuf) adalah orang yang melupakan dirinya dan

    hidup dlam cahaya pandang ilahi yang tidak begitu peduli akan dirinya atau

    juga sesuatu yang lain”. Seorang calon sufi pertama kali harus mengikuti

    persiapan, ia harus mempuyai iman yang benar, menjauhi perbuatan yang

    mungkar, menjauhi dosa besar dan kecil kemudian menjalankan sunnah rasul

    yang terpuji.

    Apapun bentuk pengertian dari tasawuf, seorang sufi, dan kemudian yang

    berhubungan dengan fana’ dan baqa’adalah seluruhnya ingin memperlihatkan

    bahwa kita takkan ada tanpa_NYA, dan salah satu bentuk dari perlihatan itu

    adalah menyebut diri mereka tidak ada kecuali dzat_NYA. Dan itu adalah

    seluruh bentuk pengagungan kepada sang kholik yang terdapat dalam tingkat

    tertentu, mungkin dapat dikatakan bentuk pengagungan tingkat atas, dan dalam

    makalah ini akan dijelaskan beberapa hal mengenai fana’ danbaqa’ secara lebih

    terstruktur dengan tokohnya, tujuan, dan juga pandangan Al-qur’an mengenai

    hal itu.

  • 2

    II. RUMUSAN MAKALAH

    1. Apa pengertian Al-Fana, Al-Baqa, Al-Ittihad dan Al-Hulul?

    2. Siapa tokoh pengembang Al-Fana’, Al-Baqa’, Al-Ittihad, Al-Hulul?

    3. Bagaimana pandangan Al-qur’an terhadap Al-Fana’, Al-Baqa’, Al-Ittihad,

    Al-Hulul?

    III. PEMBAHASAN

    A. Pengertian Al-Fana, Al-Baqa, Al-Ittihad dan Al-Hulul

    1. Pengertian al fana

    Fana dalam istilah tasawuf, ada kalanya diartikan sebagai keadaan moral

    yang luhur. Hal ini semakin jelas dalam definisi yang di kemukakan oleh

    Al-Thusi, fana adalah “fananya sifat jiwa”. Sementara itu, Al-Qusyairi

    merumuskannya dengan “sirnanya sifat-sifat tercela”. Lebih lanjut ia

    menambahkan dengan hilangnya sifat-sifat tercela tersebut, maka diisi

    dengan sifat-sifat terpuji. Kedua sifat tersebut senantiasa ada pada manusia

    dan tidak mungkin ada alternatif ketiga. Jika seseorang fana dari sifat-sifat

    tercela, maka yang muncul adalah sifat-sifat terpuji, dan barang siapa yang

    cenderung pada sifat tercela, maka sifat terpujinya tertutupi, dan demikian

    pula sebaliknya. Abu Bakar Al-Kalabazi menjelaskan pangertian al-fana,

    sebagaimana dimaksudkan dalam tasawuf , adalah “hialangnya semua

    keingunan hawa nafsu seseorang, tidak ada, pamrih dari segalanya

    perbuatan manusia, sehingga ia kehilangan segala perasaannya dan dapat

    membedakan sesuatu secara sadar, dan ia telah menghilangkan semua

    kepentingan dalam ia berbuat sesuatu”.

    2. Penertian al Baqa

    Al Baqa berarti mendirikan sifat-sifat terpuji kepada Allah. Konsep al

    fana tidak dapat dipisahkan oleh Al-Baqa. Keduanya merupakan konsep

    yang berpasangan. Jika seorang sufi sedang mengalami fana, ketika itu juka

    ia sedang menjalani Baqa. Kedua makam tersebut diungkapkan dalam Al-

    qura’an. Dalam menerangkan kaitan antara al-fana dan al-baqa, al-qusyairi

    menyatakan : “barang siapa meninggalkan perbuatan-perbuatn tercela, maka

    ia sedang fana dari syahwatnya, jika ia fana dari syahwatnya berarti ia baqa

  • 3

    dalam niat dan keikhlasan beribadah: ......Barangsiapa yang zuhud dari

    keduniaannhya dalm hatinya, maka ia sedang fana dari keinginannya berarti

    pula ia sedang baqa dalam ketulusan ibadahnya....; barangsipa yang fana

    dari ahlak yang tercela, yang baqa dalam futuwwah dan kejujuran ..... dan

    seterusnya”.

    3. Al-ittihad

    Jika tahap al baqa telah tercapai, maka dengan sendirinya tercapai pula

    tahap ittihad. Dalam tingkatan ini seorang sufi telah merasa nahwa dirinya

    bersatu dnegan tuhan, antara yang mencintai dean yang dicintai menyatu,

    baik jauhar (substansi) maupun perbuatnnya dalam keadaan demikian, maka

    penunujukan anatara ia dengan yang lain adalah sama. Lebih lanjut

    disebutkan, bahwa segala sesuatu yang ada ini dilihat sebagai wujud yang

    satu itun sendiri. Pada saat itu, maka yang dilihat bahwa wujud hamba

    adalah wujud tuhan itu sendiri, demikian pila sebaliknya.1

    4. Al-Hulul

    Pengertian hulul, Secara harifah hulul berarti Tuhan mengambil tempat

    dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan

    sifat-sifat kemanusiannya melalui fana. Menurut keterangan Abu Nasr al-

    Tusi dalam al-Luma sebagai dikutip Harun Nasution, adalah paham yang

    mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk

    mengambil tempat didalamnya setelah kemanusiaan dalam tubuh itu

    dilenyapkan. Sebelum Tuhan menjadikan makhluk, Ia hanya melihat diri-

    Nya sendiri. Allah melihat pada zatnya sendiri dan Ia pun cinta pada zatnya

    sendiri, dan cinta inilah yang menjadi sebab wujud dan sebab dari

    banyaknya ini.2

    B. Tokoh pengembang Al-Fana’, Al-Baqa’, Al-Ittihad, Al-Hulul

    Sebelum mengetahui dan mengenal siapa tokoh pengembang dari fana’

    baqa’ ittihad dan hulul, tidak ada salahnya kita menengok terlebih dahulu

    1

    Ris’an Rusli, Tasawuf Dan Tarekat, (Jakarta:Rajawali Press,2013;), Hlm;90-96 2

    Abu Bakar, Pengantar Sejarah Sufi Dan Tasawuf, (Solo: Ramdhani, 1993, Cet 7) Hlm 138-143

  • 4

    tasawuf iti sendiri yang disalamanya terdapat fana’ baqa’ ittihad dan hulul,

    Sejarah Perkembangan Tasawuf Secara garis besar terbagi menjadi dua, yakni

    tasawuf dan zuhud. Keduanya merupakan istilah baru dalam Islam, sebab belum

    ada pada masa Nabi. Pada masa beliau, istilah yang populer adalah sahabat.

    Ketika Islam berkembang dan banyak orang yang memeluk Islam, dan terjadi

    perkembangan strata sosial, maka muncul istilah baru dikalangan sahabat, yakni

    diantaranyaQurra’, Ahl al Shuffah, Fuqara’, Tawwabin.Sebagaimana telah

    diketahui, bahwa sejarah Islam ditandai dengan peristiwa tragis, yakni

    terbunuhnya kholifah Usman. Dari peristiwa ini, menyebabkan sahabat yang

    masih ada kembali kejalan yang benar. Inilah benih tasawuf yang paling awal.

    Masa Pembentukan tasawuf itu sendiri berawal pada abad 1 H bagian kedua,

    muncul Hasan Basri dengan ajaran khauf. Kemudian pada akhir abad 1H diikuti

    Rabi’ah Adawiyah dengan ajarannya hub al ilah. Selanjutnya pada abad 2 H,

    Tasawuf tidak banyak berbeda dengan abad sebelumnya,yakni sama dalam

    corak zuhudnya,meskipun penyebabnya berbeda (lebih bercorak Fiqh).

    a. Masa Pengembangan

    Tasawuf pada abad 3 H dan 4H sudah mempunyai corak yang berbeda

    sekali dengan abad sebelumnya.Pada abad ini bercorak ke fana’an (ekstase)

    yang menjurus ke persatuan hamba dan khalik. Pada abad 3H dan 4H

    terdapat dua aliran.aliran tasawuf sunnah yaitu bentuk tasawuf yanng

    membantengi dirinya dengan Alqur’an dan al Hadist.tasawuf semi

    falsafi cenderung menuju pada pernyataan tentang terjadinya penyatuan

    (ittihad atau hulul).

    b. Masa konsolidasi

    Tasawuf pada abad 5 H mengadakan konsolidasi.Ditandai dengan

    Kompetisii antara tasawuf sunni dan tasawuf semi falsafi.kemenangan

    tasawuf sunnii karena menangnya teologi ahl sunnah wa al jama’ah yang

    dipelopori Abu al Hasan Al Asy’ari.

    c. Masa Falsafi

    Abad VI H muncul tasawuf falsafi,yaitu tasawuf yang bercampur

    dengan ajaran filsafat.Pada abad VI dan VII H ,muncul orde

  • 5

    orde(tarekat)sufi.Pondok pondok tersebut merupakan oase oase di tengah

    tengah gurun pasir kehidupan duniawi.

    d. Masa pemurnian

    A.J.Arberry menyatakan bahwa pada masa Ibn Araby,Ibn Faridl,dan Al

    Rumy adalah masa keemasan gerakan tasawuf ,secara teoritis dan

    praktis.Ibnu Taimiyah lebih cenderung bertasawuf sebagai mana yang

    pernah diajarkan oleh Rasullah,yakni menjelaskan dan menghayati ajaran

    Islam,tanpa embel embel lain,tanpa mengikuti aliran tarekat tertentu ,dan

    tetap melibatkan diri dalam kegiatan sosial,sebagaimana manusia pada

    umumnya.Tasawuf ini yang cocok untuk dikembangkan di masa modern

    seperti sekarang.

    Faktor Lahirnya Tasawuf juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    diantaranya adalah: Pertama, ajaran Islam sebagaimana terkandung dalam

    kedua sumbernya,al Qur’an dan As Sunnah.Kedua sumber ini mendorong untuk

    hidup wara’ dan taqwa.Banyak ayat Al Qur’an yang mendorong umatnya untuk

    mempunyai sifat terpuji.Dan berbagai ayat banyak sifat surga dan neraka,agar

    umat termotivasi dan menjauhkan diri dari neraka. Kedua,Reaksi rohaniah kaum

    muslimin terhadap sistem sosial politik dan ekonomi di kalangan umat Islam

    sendiri.Seperti perang saudara antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah.

    Dengan adanya fenomena fenomena sosial politik seperti itu ada sebagaian

    masyarakat atau ulama yand tidak ingin terlibat dalam kemewahan dunia dan

    mempunyai sikap tidak mau tahu terhadap pergolakan yang ada ,mereka

    mengasingkan diri agar tidak terlibat dalam pertikaian

    tersebut. Ketiga,Kependetaan (rabbaniyah) agama Nasrani ,sebagai konsekuensi

    agama yang lahir sebelum Islam ,pemeluknya tersebar di seluruh negara,dan

    sikap sikapnya mempengaruhi masyarakat agama lain,termasuk Islam.

    Setelah kita mengetahui asal mula tasawuf itu bagaimana, kemudian kita

    menuju pada fana’ baqa, dan ittihad, siapakah tokoh dibaliknya?, Al-Bustami

    atau dalam beberapa tulisan disebut juga Bistomi, Bustomi dan Bastomi sering

    juga disebut Bayazid. Nama lengkapnya adalah Abu Yazid Taifur ibn

    Surusyam. Ia lahir diwilayah Qum di Persia Barat Laut tahun 188-261 H/804-

  • 6

    875 M. Ia adalah putra seorang ayah yang menganut keyakinanZoroastria.

    Ayahnya Isa ibn Surusyam adalah pemuka masyarakat di Biston dan ibunya

    dikenal sebgai zahidah (orang yang meninggalkan keduniaan) dan kakaknya

    Surusyam sebelum memeluk Islam adalah penganut agama Majusi.

    Al Bustami mempelajari ilmu fiqh terutama mazhab Hanafi lalu kemudian

    mendalami tasawuf. Sebagian besar kehidupan “sufi” dan “abid”nya dilaluinya

    di Biston. Ia selalu mendapat tekanan dari para ulama Mutakallimin (Teolog)

    serta Penduduk di kota kelahirannya yang tidak mengizinkan ia tinggal

    menyebabkan ia terusir dari negerinya sampai akhirnya wafat pada tahun 261 H

    bertepatan dengan tahun 875 M. Al-Bustami tidak meninggalkan karangan atau

    tulisan tetapi ia terkenal lantaran ucapan-ucapannya. Terkadang ungkapannya

    dipandang sebagai al-syathahat atau ungkapan ketuhanan misalnya

    ungkapannya : “Maha suci Aku, Maha suci Aku, betapa besar keagungan-

    Ku” yang belakangan dikumpulkan dalam kitab al-Luma (buku pancaran sinar)

    yang ditulis oleh al-Sarraj. Setelah ia wafat para ahli sufi masih banyak

    mengunjungi makam al-Bustami, misalnya al-Hujwiri, bahkan sejumlah ahli

    sufi lainnya menaruh hormat terhadap al-Bustami meski bukan berarti mereka

    menerima kalimat-kalimatnya tanpa koreksi. Pengikut al-Bustami kemuidian

    mengembangkan ajaran tasawuf dengan membentuk suatu aliran tarikat

    bernama Taifuriyah yang diambil dari nisbah al-Bustami yakni Taifur. Pengaruh

    terikat ini masih dapat dilihat dibeberapa dunia Islam

    seperti Zaousfana’, Maghrib (meliputi Maroko, al-Jazair, Tunisia), Chittagong

    dan Bangladesh. Makam al-Bustami terletak ditengah kota Biston dan dijadikan

    objek ziarah oleh masyarakat. Sebagian masyarakat mempercayai sebagai wali

    atau orang yang memiliki kekaramatan. Sultan Moghul, Muhammad

    Khudabanda memberi kubah pada makamnya pada tahun 713 H / 1313 M, atas

    saran penasehat agama sultan bernama Syaikh Syafaruddin. Ahli sufi

    berpendapat bahwa terdapat dua aliran tasawuf pada abad ketiga hijriah.

    Pertama, aliran sufi yang pendapat-pendapatnya moderat, tasawufnya selalu

    merujuk kepada Al-Qur’an dan al-Sunnah atau dengan kata lain tasawuf yang

    mengacu kepada syari’at dan para sufinya adalah para ulama terkenal serta

    tasawufnya didominasi oleh ciri-ciri normal. Kedua, adalah aliran sufi yang

  • 7

    terpesona dengan keadaan-keadaan fana’ sering mengucapkan kata-kata yang

    ganjil yang terkenal dengan nama syathahat, yaitu ucapan-ucapan ganjil yang

    dikeluarkan seorang sufi ketika ia berada digerbang ittihad, Mereka

    menumbuhkan konsep-konsep manusia melebur dengan Allah yang disebut

    ittihad ataupun hulul dan ciri-ciri aliran ini cenderung metafisis. Diantara sufi

    yang berpendapat bahwa manusia dapat bersatu dengan Tuhan adalah Abu

    Yazid al-Bustami yang sekaligus dipandang sebagai pembawa faham al-Fana’,

    al-Baqa’, dan al-ittihad.

    Dalam sejarah tasawuf, Abu Yazid Al-Bustami disebut sebagai sufi yang

    pertama kali memperkenalkan faham fana dan baqa. Nama kecilnya adalah

    Thaifur. Nama beliau sangat istimewa dalam hati kaum sufi seluruhnya.Ketika

    Abu Yazid telah fana dan mencapai baqa maka dari mulutnya keluarlah kata-

    kata yang ganjil, yang jika tidak hati-hati memahami akan menimbulkan kesan

    seolah-olah Abu Yazid mengaku dirinya sebagai tuhan padahal sesungguhnya ia

    tetap manuisia biasa, yaitu manusia yang mengalami pengalaman bathin

    bersatu dengan tuhan. Diantara ucapan ganjilnya ialah: “tidak ada tuhan

    melainkan saya”. Sembahlah saya, amat sucilah saya, alngkah besarnya

    kuasaku”. Selanjutnya Abu Yazid Mengatakan “Tidak ada tuhan selain aku,

    maka sembahlah aku, Maha Suci Aku, Maha Besar Aku.”

    Selanjutnya diceritakan bahwa: seseorang lewat dirumah Abu yazid dan

    mengetuk pintu. Abu Yazid bertanya:” siapa yang engkau cari?”

    Jawabnya:”Abu Yazid.” Lalu Abu Yazid mengatakan: “pergilah”. Dirumah i ni

    tidak ada kecuali Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi.”Ucapan yang

    keluar dari mulut abu yazid itu, bukanlah kata-katanya sendiri tetapi kata-kata

    itu diucapkannya melalui diri tuhan dalamIttihad yang dicapainya dengan tuhan.

    Dengan demikian sebenarnya Abu Yazid tidak mengaku dirinya sebagai tuhan,

    namun meleburkan dirinya dalam dzat-NYA.

    Hulul, tokoh yang mengembangkan paham al-hulul adalah al-hallaj. Nama

    lengkapnya adalah Husein Bin Mansur al-Hallaj. Ia lahir tahun 244 H. (858 M),

    dinegri Baqdhad, salah satu kota kecil yang terletak di Persia. Dia tinggal

    sampai dewasa di Wasith, dekat Baghdad, dan dalam usia 16 tahun ia sudah

  • 8

    belajar pada seorang sufi yang terbesar dan terkenal bernama Sahl bin Ab-

    bashrah di Negri Ahwaz. Dalam perjalanan hidup selanjutnya ia pernah keluar

    masuk penjara, akibat onflik dengan ulma’ fiqh, pandangan-pandangan tasawuf

    yang agak ganjil, namun setelah satu tahun dalam penjara, ia kemudian dapat

    melarikan diri berkat bantuan seorang sifir penjara, ia bersembunyi di daerah

    ahwaz selama empat tahun,namun karna kekokohanya dalam pandangan

    hululnya, ia ditahan lagi selama delapan tahun, kemudian hakim memutuskan

    untuk menghukum gantung, dan menyalibnya, sebelum ia dihukum mati.

    Namun ini merupakan satu dari sekian banyak endapat tentang matinya hallaj,

    karna jika memang ia benar dibunuh karna pandanganya menegnai hak tasawuf,

    megapa para tokoh sufi lainya tidak ikut dibunuh juga?..hal ini masih menjadi

    kontroversional. Siapakah yang salah dan yang benra dalam hal ini hanya Allah

    lah yang tahu, hukum akhratlah yang nantinya akan mengadili. Dalam paham

    hulul yang dikemukakan oleh hallaj, dapat di petik dua kesimpulan bahwa,

    aham al hulul merupakan pengembangan atau bentuk lain dari paham

    mahabbah, hal ini terlihat adanya kata-kata cinta yang dikemukakan oleh hallaj.

    Kemudian yang kedua, adanya ittihad atau kesatuan rohaniah. Perbedaan antara

    ittihad al-bustami dan al hulul hallaj adalah,dalam ittihad yang dilihat adalah

    satu wujud, sedang dalam al hulul ada dua wujud, tetapi bersatu dalam tubuh.

    Ketika al hallaj mengatakan ana al haqq (aku hanya satu dari yang benar),

    sebenarnya bukan rih al hallaj yang mengatakan, tetapi roh tuhan yang

    mengambil tempat (hulul) dalam diri al hallaj.3

    C. Pandangan Al-qur’an terhadap Al-Fana’, Al-Baqa’, Al-Ittihad, Al-Hulul

    Fana dan Baqa merupakan jalan menuju Tuhan, hal ini sejalan dengan

    firman Allah surat Al-kahfi ayat 110 yang berbunyi:

    ٓ ِحٞدۖٞ فََوي َماَى يَۡرُجىاْ ِلقَا ٞه َوَُٰهُنۡن إِلََٰ

    ٓ إِلَيَّ أًَََّوآ إِلََٰ ۡثلُُنۡن يُىَحىَٰ َء َربِّهِۦ قُۡل إًََِّوآ أًََ۠ا بََشٞر ّهِ

    ا ا َوََل يُۡشِرۡك ِبِعبَادَةِ َربِِّهۦٓ أََحدَۢ ِلحا ٓٔٔفَۡليَۡعَوۡل َعَوٗلا َصَٰ

    Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang

    diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan

    3Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, jakarta; PT raja grafindo persada, 2000,cet 3, hlm 242

  • 9

    yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka

    hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan

    seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".”( Q. S. Al-Kahfi,: 110).

    Paham ittihad dan hulul ini juga dapat dipahami dari keadaan ketika

    Nabi Musa ingin melihat Allah. Musa berkata: “Ya Tuhan, bagai mana supaya

    aku sampai kepada-Mu?” Tuhan berfirman: Tinggalah dirimu (lenyapkanlah

    dirimu) baru kamu kemari (bersatu). Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa

    Allah swt. telah memberi peluang kepada manusia untuk bersatu dengan Tuhan

    secara rohaniyah ataubathiniyah, yang caranya antara lain dengan beramal

    shaleh, dan beribadat semata-mata karena Allah, menghilangkan sifat-sifat dan

    akhlak buruk (Fana),meninggalkan dosa dan maksiat, dan kemudian menghiasi

    diri dengan sifat-sifat Allah, yang kemudian ini tercakup dalam konsep Fana

    dan Baqa, hal ini juga dapat dipahami dari isyarat ayat di bawah ini.4

    ۡمَرامِ ٢ُٕملُّ َهۡي َعلَۡيَها فَاٖى ِل َوٱۡۡلِ ٢ٕ َوَيۡبقَىَٰ َوۡجهُ َربَِّل ذُو ٱۡلَجلََٰ

    “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang

    mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Q.S. Al-Rahman: 26-27).

    Surat-surat ini merupakan bukti secara tidak langsung dari kepedulian

    Allah dengan bentuk kesufian umatnya.

    IV. KESIMPULAN

    Filosofi pembaharuan islam dimulai ketika mereka sadar semakin

    tertinggalnya islam dengan peradaban yang tak bisa ternafikan. Jadi dapat

    disimpulkan bahwa,Fana’ dalam pengertian harfiah adalah keadaan

    dari syai (sesuatu) yang tidak berahir, artinya apabila tetapnya suatu keadaan

    telah berahir, dikatakan ia telah mencapai fana’. Dengan demikian, dapatlah

    dipahami bahwa yang dimaksud denganfana adalah lenyapnya sifat-sifat

    basyariah, akhlak yang tercela, kebodohan dan perbuatan maksiat dari diri

    manusia. Sedangkan adalah baqa adalah kekalnya sifat-sifat ketuhanan, akhlak

    4 http://mohammadsyahidramdhani24.blogspot.com/2012/11/al-fana-al-baqa-ittihad-al-

    hulul-dan.html, di akses pada tanggal 9 mei 2016 pada pukul 08.35

    http://mohammadsyahidramdhani24.blogspot.com/2012/11/al-fana-al-baqa-ittihad-al-hulul-dan.htmlhttp://mohammadsyahidramdhani24.blogspot.com/2012/11/al-fana-al-baqa-ittihad-al-hulul-dan.html

  • 10

    yang terpuji, ilmu pengetahuan dan kebersihan diri dari dosa dan

    maksiat. Dengan demikian maka doktrin sufi yang kita kenal sebagai “ittihad”

    (kesatuan mistuk), di mana seorang manusia telah berhasil melalui perjalanan

    yang panjang untuk bersatu dengan Tuhannya,atau doktrin. Kemudianal-

    hulul dapat dikatakan sebagai suatu tahap dimana manusia dan Tuhan menyatu

    secara Rohaniah.

    Abu Yazid al-Bustami adalah seorang yang dipandang sebagai pembawa

    faham al-Fana’, al-Baqa’, dan al-ittihad, sedangkan Hulul, tokoh yang

    mengembangkannya adalah al-hallaj. Nama lengkapnya adalah Husein Bin

    Mansur al-Hallaj. Ia lahir tahun 244 H. (858 M). Al-qur’an juga memberikan

    penjelasan tentang hal sufisme, dengan bukti diantaraya penjelasan ayat diatas,

    berarti dapat kita simpulkan bahwa hal sufisme juga sangat diperhatikan oleh

    Allah yang dapat kita lihat dalam firman-NYA.

  • 11

    DAFTAR PUSTAKA

    Rusli Ris’an, 2013, Tasawuf dan Tarekat, Jakarta, Rajawali Pers

    Bakar Abu, 1993, pengantar sejarah sufi dan tasawuf, Solo, Ramdhani

    Nata Abudin, 2000, Akhlak Tasawuf, jakarta, PT .Raja Grafindo Persada

    http://mohammadsyahidramdhani24.blogspot.com/2012/11/al-fana-al-baqa-ittihad-al-

    hulul-dan.html, di akses pada tanggal 11 mei 2016 pada pukul 08.35

    http://mohammadsyahidramdhani24.blogspot.com/2012/11/al-fana-al-baqa-ittihad-al-hulul-dan.htmlhttp://mohammadsyahidramdhani24.blogspot.com/2012/11/al-fana-al-baqa-ittihad-al-hulul-dan.html