akuntansi mata uang asing

26
A. LATAR BELAKANG LAHIRNYA KETENTUAN AKUNTANSI UNTUK KEGIATAN BISNIS INTERNASIONAL Standar Akuntansi untuk bisnis luar negeri serta transaksi pertukaran dalam mata uang asing dimulai pada tahun 1939 dengan dikeluarkannya Accounting Research Bulletin (ARB) No. 4. Ketentuan ini kemudian diperbaharui dengan ARB No. 43 tahun 1953, Bab 12. Prosedur utama akuntansi untuk bisnis luar negeri tidak berubah sampai dibentuknya FASB (Financial Accounting Standard Board) pada tahun 1973. Di Indonesia perkembangan standar akuntansi untuk bisnis internasional berjalan seiring dengan dikeluarkannya PSAK tahum 1994. Dalam PSAK No. 10 dan 11 dijelaskan standar yang digunakan perusahaan dalam mencatat transaksi dalam mata uang asing dan dalam menjabarkan laporan keuangan mata uang asing. Sejumlah pendekatan untuk menjabarkan laporan keuangan dalam mata uang asing ke dalam mata uang domestic (dalam hal ini Rupiah), meliputi : 1. Metode lancar-tak lancar (current-noncurent), yang menjabarkan akun-akun lancar (current account) pada kurs sekarang, serta akun-akun tidak lancar (noncurrent account) pada kurs historis. 2. Metode moneter-nonmoneter, yang mengubah aktiva dan kewajiban moneter pada kurs sekarang (current exchange rate) serta aktiva dan kewajiban nonmoneter pada kurs historis 3. Metode temporal, yang mengubah aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga masa lalu, sekarang dan masa depan sedemikian rupa sehingga mereka bisa dinilai dengan prinsip akuntansi yang sama. Misalnya akun kas, hutang dan piutang, serta aktiva dan kewajiban yang dinilai dengan harga sekarang atau masa depan dijabarkan ke dalam kurs sekarang. Demikian juga aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga masa lalu dijabarkan ke dalam kurs historis yang layak.

description

akuntansi mata uang asing

Transcript of akuntansi mata uang asing

A. LATAR BELAKANG LAHIRNYA KETENTUAN AKUNTANSI UNTUK KEGIATAN BISNIS INTERNASIONAL

Standar Akuntansi untuk bisnis luar negeri serta transaksi pertukaran dalam mata uang asing dimulai pada tahun 1939 dengan dikeluarkannya Accounting Research Bulletin (ARB) No. 4. Ketentuan ini kemudian diperbaharui dengan ARB No. 43 tahun 1953, Bab 12. Prosedur utama akuntansi untuk bisnis luar negeri tidak berubah sampai dibentuknya FASB (Financial Accounting Standard Board) pada tahun 1973.

Di Indonesia perkembangan standar akuntansi untuk bisnis internasional berjalan seiring dengan dikeluarkannya PSAK tahum 1994. Dalam PSAK No. 10 dan 11 dijelaskan standar yang digunakan perusahaan dalam mencatat transaksi dalam mata uang asing dan dalam menjabarkan laporan keuangan mata uang asing.

Sejumlah pendekatan untuk menjabarkan laporan keuangan dalam mata uang asing ke dalam mata uang domestic (dalam hal ini Rupiah), meliputi :

1. Metode lancar-tak lancar (current-noncurent), yang menjabarkan akun-akun lancar (current account) pada kurs sekarang, serta akun-akun tidak lancar (noncurrent account) pada kurs historis.

2. Metode moneter-nonmoneter, yang mengubah aktiva dan kewajiban moneter pada kurs sekarang (current exchange rate) serta aktiva dan kewajiban nonmoneter pada kurs historis

3. Metode temporal, yang mengubah aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga masa lalu, sekarang dan masa depan sedemikian rupa sehingga mereka bisa dinilai dengan prinsip akuntansi yang sama. Misalnya akun kas, hutang dan piutang, serta aktiva dan kewajiban yang dinilai dengan harga sekarang atau masa depan dijabarkan ke dalam kurs sekarang. Demikian juga aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga masa lalu dijabarkan ke dalam kurs historis yang layak.

4. Metode kurs sekarang, yang menjabarkan seluruh aktiva dan kewajiban pada kurs sekarang.

B. TUJUAN PENJABARAN DAN KONSEP MATA UANG FUNGSIONAL

Tujuan penjabaran laporan keuangan adalah :

a) Menyajikan informasi yang secara umum sejalan dengan efek ekonomis yang diharapkan dari perubahan kurs pada ekuitas dan arus kas perusahaan

b) Menggambarkan dalam laporan konsolidasi dari aktivitas finansial serta hubungan dari masing-masing entitas terkonsolidasi sebagaimana dinilai dalam mata uang- mata uang fungsional agar bisa sejalan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

Konsep Mata Uang Fungsional

Mata uang fungsional dari suatu entitas adalah mata uang yang berlaku di wilayah operasional utama perusahaan. Jadi, mata uang fungsional dari sebuah entitas luar negeri adalah mata uang dengan mana perusahaan tersebut menghasilkan serta membelanjakan uang kas mereka. Jika mata uang fungsional tidak dapat diidentifikasikan dari arus kas, maka-maka faktor-faktor lain dapat dipertimbangkan. Indikator ekonomi sebagai pelengkap arus kas yang digunakan untuk menentukan mata uang fungsional adalah :

1. Jika harga jual produk dari suatu entitas luar negeri lebih banyak ditentukan oleh persaingan di tingkat lokal atau regulasi pemerintah lokal.

2. Suatu pasar penjualan yang seluruhnya berada di negara perusahaan induk, atau kontrak penjualan yang didasarkan pada mata uang perusahaan induk.

3. Pengeluaran seperti upah pekerja serta biaya material yang merupakan biaya lokal.

4. Jika pendanaan ditentukan oleh mata uang lokal dari entitas luar negeri, serta jika dana yang dihasilkan dalam operasi perusahaan cukup untuk melunasi hutang, baik hutang saat ini maupun akan dating.

5. Perjanjian serta transaksi antar perusahaan dalam volume yang besar.

Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh IAI pada bulan Mei 1998 yang pada dasarnya mengacu pada FASB Statement No. 52 mengubah beberapa definisi tradisional dengan melakukan redefinisi atas mata uang asing. Sebelum standar ini dikeluarkan, mata uang asing berarti semua mata uang selain mata uang negara yang bersangkutan. Mata uang lokal adalah mata uang dari negara tertentu atau mata uang yang dinyatakan dalam kegiatan domestik maupun luar negeri dari negara yang bersangkutan. Berdasarkan standar ini, mata uang asing adalah semua mata uang selain mata uang fungsional dari suatu entitas.

Standar ini mengijinkan penggunaan dua metode yang berbeda untuk mengkonversikan laporan keuangan dari perusahaan anak di luar negeri ke dalam mata uang domestik (dalam hal ini Rupiah) berdasarkan mata uang fungsional dari entitas luar negeri. Jika mata uang fungsional adalah Rupiah, maka laporan keuangan dari perusahaan anak di luar negeri dikonversikan ke dalam Rupiah dengan menggunakan prosedur yang sama dengan metode temporal. Jika mata uang fungsional adalah mata uang lokal di wilayah perusahaan anak dikonversikan ke Rupiah dengan metode kurs sekarang. Perusahaan harus memilih netode yang paling tepat untuk menggambarkan kegiatan bisnis di luar negeri mereka.

C. DEFINISI DAN KONSEP PERTUKARAN DALAM MATA UANG ASING

Tujuan dari suatu mata uang adalah menyediakan suatu standar nilai, alat pertukaran, serta unit pengukuran. Mata uang dari negara-negara yang berbeda memenuhi kedua fungsi pertama dengan derajat efisiensi yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya semua mata uang berperan sebagai unit pengukuran bagi kegiatan ekonomi di negara-negara bersangkutan. Jadi, sumber maupun kegiatan finansial dari suatu negara dinilai dengan mata uang negara tersebut. Suatu transaksi dikatakan dinilai dengan mata uang tertentu jika besarnya dinyatakan dalam mata uang tersebut.

Perhitungan Langsung dan Tak Langsung atas Kurs

Kurs adalah nisbah antara satu unit mata uang dengan jumlah mata uang lain yang setara dengan mata uang tersebut pada suatu waktu. Kurs dapat dihitung langsung maupun tidak langsung. Jika diasumsikan bahwa Rp 1.600 dapat ditukar dengan 1 Dollar Singapura, maka :

Perhitungan langsung (setara Rupiah) :

= Rp 1.600

Perhitungan tak langsung (mata uang asing per Rupiah) :

= 0,000625 Dollar Singapura

Pendekatan pertama disebut perhitungan langsung (dari sudut pandang Indonesia) sebab kursnya dinyatakan dalam Rupiah. Artinya Rp 1.600 sama nilainya dengan 1 Dollar Singapura. Pendekatan kedua disebut perhitungan tak langsung (dari sudut pandang Indonesia) sebab kursnya dinyatakan dalam Dollar Singapura (mata uang asing). Artinya 0,000625 Dollar Singapura sama nilainya dengan 1 Rupiah.

Kurs Mengambang, Tetap, serta Berganda

Kurs dapat ditentukan besarnya oleh pemerintah, dan dapat juga dibiarkan berfluktuasi sesuai dengan perubahan di pasar uang. Kurs tetap atau kurs resmi ditetapkan oleh pemerintah. Sebaliknya kurs bebas mencerminkan harga pasar yang berfluktuasi berdasarkan permintaan dan penawaran serta faktor-faktor lain dari pasar uang dunia.

Kurs Mengambang secara teoritis, nilai suatu mata uang harus mencerminkan daya belinya di pasar dunia. Misalnya, peningkatan dalam laju inflasi suatu negara menunjukkan melemahnya daya beli mata uang negara tersebut. Maka nilai mata uang tersebut melemah relatif terhadap nilai mata uang lain. Surplus perdagangan yang besar menunjukkan peningkatan permintaan atas mata uang negara yang bersangkutan dan menyebabkan menguatnya mata uang tersebut relatif terhadap mata uang lain. Sebaliknya, deficit perdagangan yang besar mengakibatkan melemahnya nilai mata uang negara bersangkutan. Meskipun inflasi serta neraca perdagangan merupakan basis bagi kurs mengambang, beberapa faktor lain seringkali menjadi lebih berpengaruh. Para investor membeli surat-surat berharga di pasar dunia, tingkat bunga menjadi lebih menentukan dalam permintaan dan penwaran mata uang ketimbang defisit perdagangan. Transaksi perdagangan mata uang yang bersifat spekulatif juga mempengaruhi penentuan nilai kurs.

Kurs Tetap dan Kurs Berganda jika kurs yang dipakai adalah kurs tetap, pemerintah dapat menetapkan kurs yang berbeda untuk transaksi yang berbeda. Misalnya pemerintah menetapkan kurs preferensi untuk impor, serta kurs penalti untuk ekspor, dalam rangka mencapai tujuan perekonomian negara bersangkutan. Kurs seperti ini dikenal sebagai kurs berganda.

Kurs Spot, Kurs Sekarang, dan Kurs Historis

Kurs spot (spot rate) adalah kurs untuk pertukaran yang terjadi langsung pada saat transaksi

Kurs sekarang (current rate) adalah kurs dimana satu unit mata uang dapat dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal neraca atau tanggal transaksi.

Kurs Historis (historical rate) adalah kurs yang berlaku pada tangga tertentu terjadinya transaksi

Perhitungan Kurs

Ekuivalen Rupiah

Mata uang asing per Rp 1

Inggris (Pound)

Rp 3.755

0,000266 Pound

Kanada (Dollar)

Rp 1.653

0,000604 Kanada

Jepang (Yen)

Rp 19

0,053 Yen

Perancis (Franc)

Rp 423,46

0,00236 Franc

Jerman (Mark)

Rp 1.427

0,00070 Mark

D. TRANSAKSI MATA UANG ASING SELAIN KONTRAK BERJANGKA

Diskusi tentang transaksi mata uang asing ini mengasumsikan bahwa sudut pandang diambil dari sebuah perusahaan di Indonesia yang memiliki mata uang fungsional Rupiah (yang juga menjadi mata uang lokalnya). Transaksi luar negeri adalah transaksi yang terjadi antar Negara atau antar perusahaan dari Negara yang berbeda. Transaksi mata uang asing adalah transaksi dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang selain dari mata uang fungsional dari suatu entitas.

Penjabaran Kurs Spot

Asumsikan bahwa sebuah perusahaan Indonesia mengimpor persediaan dari perusahaan Malaysia ketika kurs spot yang terjadi adalah Rp 730 per Ringgit Malaysia. Dalam transaksi ditentukan pembayaran 10.000 Ringgit dalam 30 hari.

Importer Indonesia mencatat transaksi tersebut sebagai :

Jika hutang dagang dibayar pada saat kurs spot adalah Rp 720 pembayaran transaksi tersebut dicatat sebagai :

Membandingkan perbedaan akuntansi yang timbul jika transaksi luar negeri dinyatakan dalam mata uang fungsional entitas (Rupiah) dan bukan dalam mata uang asing.

Pembelian yang Dinyatakan dalam Mata Uang Asing

Sebuah perusahaan Indonesia, PT. Abuba membeli barang dagang dari perusahaan Kebangsaan Malaysia, pada tanggal 1 Desember 19X8 sebesar 10.000 ringgit, pada saat kurs spot untuk ringgit Malaysia adalah Rp. 770. PT Abuba melakukan tutup buku pada 31 Desember 19X8 pada saat kurs spot untuk ringgit mencapai Rp 765, dan melunasi hutang tersebut pada taggal 30 Januari 19X9 pada saat kurs spot adalah Rp 775. Kejadian dan transaksi ini dicatat PT Abuba sebagai :

1 Desember 19X8

PersediaanRp 7.700.000

Hutang Dagang (ma)Rp 7.700.000

(untuk mencatat pembelian barang dagang dari kebangsaan Malaysia

(10.000 ringgit x kurs Rp 770)

31 Desember 19X8

Hutang dagang (ma)Rp 50.000

Keuntungan pertukaran mata uangRp 50.000

Untuk menyesuaikan hutang dagang dengan kurs pada akhir tahun

(10.000 ringgit x (Rp 770 Rp 765))

30 Januari 19X9

Hutang dagang (ma)Rp 7.650.000

Kerugian pertukaran mata uangRp 100.000

KasRp 7.750.000

Untuk mencatat pembayaran total kepada Kebangsaan Malaysia

(10.000 ringgit x kurs Rp 775)

Penjualan yang Dinyatakan Dalam Mata Uang Asing

Pada tanggal 16 Desember 19X8, PT Abuba menjual barang dagang ke kebangsaan Malaysia seharga 20.000 ringgit, saat kurs spot untuk ringgit adalah Rp 760. Pt Abuba melakukan tutup buku pada 31 Desember 19X8 ketika kurs spot Rp 765. Kebangsaan Malaysia melunasi hutangya pada tanggal 15 Januari 19X9 pada kurs spot Rp 770, dan PT Abuba mengkonversi ringgit tersebut ke rupiah pada 20 Januari 19X9 pada kurs spot Rp 72,5. Pencatatan yang dilakukan PT Abuba adalah sebagai berikut:

16 Desember 19X8

Piutang dagang (ma)Rp 15.200.000

PenjualanRp 15.200.000

Untuk mencatat penjualan ke Kebangsaan Malaysia (20.000 ringgit x kurs Rp 760)

31 Desember 19X8

Piutang dagang (ma)Rp 100.000

Keuntungan Pertukaran mata uangRp 100.000

Untuk menyesuaikan piutang dagang pada akhir tahun (20.000 ringgit x (Rp 765 Rp 760))

15 januari 19X9

Kas (ma)Rp 15.400.000

Piutang Dagang Rp 15.300.000

Keuntungan pertukaran mata uangRp 100.000

Untuk mencatat pelunasan hutang oleh kebangsaan Malaysia (20.000 ringgit x Rp 770)

Dan mengakui keuntungan pertukaran mata uang untuk tahun 19X9 (20.000 ringgit x (Rp 770 Rp 765)

20 Januari 19X9

KasRp.15.450.000

Keuntungan pertukaran mata uangRp 50.000

Kas (ma)Rp 15.400.000

Untuk mengkonversikan 20.000 ringgit menjadi rupiah (20.000 x Rp 772,5)

E. KONTRAK FORWARD MATA UANG DAN PERJANJIAN-PERJANJIAN LAINNYA

Perusahaan-perusahaan seringkali dapat menghindari keuntungan maupun kerugian dari perubahan nilai kurs dengan cara melunasi atau meminta pelunasan langsung (transaksi tunai) atau dengan melakukan operasi hedging. Operasi hedging adalah kontrak penjualan atau pembelian mata uang asing untuk menghindari risiko memegang hutang atau piutang dalam mata uang asing. Terdapat empat situasi dimana kontrak berjangka ini digunakan, yaitu:

1. Untuk berspekulasi dalam pergerakan harga nilai tukar.

2. Untuk melakukan hedging atas posisi hutang bersih atau aktiva bersih mata uang asing yang dieksposur

3. Untuk melakukan hedging komitmen mata uang asing

4. Untuk melkukan hedging investasi bersih di entitas luar negeri.

Spekulasi

Keuntungan maupun kerugian selisih kurs dari kontrak berjangka untuk tujuan spekulasi terhadap pergerakan harga mata uang asing dimasukkan kedalam pendapatan dimana kurs forward mengalami perubahan. Akuntansi dasar bagi kontrak berjangka untuk tujuan spekulasi diilustrasikan pada contoh berikut.

Pada tanggal 2 Nopember 19X7, Astra Internasional menyetujui kontrak berjangka 90 hari untuk membeli 10.000 ringgit Malaysia pada saat kurs forward 90 hari untuk ringgit adalah Rp 615. Kurs spot untuk ringgit pada tanggal 2 Nopember 19X7 tersebut adalah Rp 619. Kurs pada 31 Desember 19X7 dan 30 januari 19X8 adalah sebagai berikut:

31 Desember 19X730 Januari 19X8

Forward 30 hariRp 620Rp 623

Kurs spotRp 625Rp 628

Jurnal pembukuan Astra Internasional untuk mencatat transaksi spekulasi tersebut adalah sebagai berikut :

2 Nopember 19X7

Piutang kontrak (ma)Rp 6.150.000

Hutang KontrakRp 6.150.000

Untuk mencatat kontrak 10.000 ringgit x kurs forward 90 hari Rp 6.150.000

31 desember 19X7

Piutang kontrak (ma)Rp 50.000

Keuntungan pertukaran mata uang Rp 50.000

Untuk menyesuaikan piutang dari pialang valuta asing dan untuk mengakui

Keuntungan dari perubahan kurs (10.000 ringgit x kurs forward 30 hari Rp 620 Rp 615 per buku)

30 Januari 19X8

Kas (ma)Rp 6.280.000

Keuntungan pertukaran mata uangRp 80.000

Piutang kontrak (ma)Rp 6.200.000

Untuk mencatat penerimaan 10.000 ringgit. Kurs spot yang berlaku untuk ringgit adalah Rp 628

Hutang kntrakRp 6.150.000

KasRp 6.150.000

Untuk mencatat pembayaran kewajiban kepada pialang valuta asing, dinyatakan dalam Rupiah.

Hedging Atas Posisi Aktiva Bersih dan Kewajiban Bersih

Posisi aktiva bersih yang diekspos dalam mata uang asing merupakan kelebihan aktiva yang dinyatakan dalam mata uang asing atas kewajiban yang juga dinyatakan dalam mata uang asing tersebut dan ditranslasikan ke dalam kurs yang berlaku.

Ilustrasi : Hedging atas aktiva berih yang diekspos

Pertamina menjual minyak kepada Monato Company Selandia Baru seharga 150.000 Nf pada tanggal 1 Desember 19x7. Tanggal transaksi adalah 1 Desember 19x7, dan pembayaran jatuh tempo dalam 60 hari, yaitu 30 Januari 19X8. Bersamaan dengan penjualan itu, Pertamina melakukan kontrak berjangka atas nilai 150.000 Nf tersebut dengan pialang valuta asing dalam waktu 60 hari juga. Kurs untuk Nf adalah sebagai berikut :

1 Desember 19X731 Desember 19X730 Januari 19X7

Kurs spotRp 1.015Rp 1.014,8Rp 1.014,7

Kurs Forward 30-hariRp 1.014Rp 1.013,9Rp 1.013,8

Kurs Forward 60-hariRp 1.014Rp 1.013,8Rp 1.013,6

Jurnal :

1 Desember 19X7

Piutang dagang (ma)Rp 152.250.000

Penjualan Rp 152.250.000

Untuk mencatat penjualan ke Monato Co. (150.000 Nf x Rp 1.015)

Piutang KontrakRp 152.100.000

Diskon atas kontrak berjangkaRp 150.000

Hutang kontrak (ma)Rp 152.250.000

Untuk mencatat kontrak berjangka 150.000 Nf dalam 60 hari

Piutang : 150.000 Nf x Rp 1.014

Hutang : 150.000 Nf x Rp 1.015

Amortisasi dari sisa diskon kontrak berjangka yang belum disusutkan pada tahun 19X8 mengurangi pendapatan Pertamina pada tahun 19X8 sebesar Rp 75.000

31 Desember 19X7

Kerugian pertukaran mata uangRp 30.000

Piutang dagangRp 30.000

Untuk menyesuaikan piutang dagang dengan kurs sekarang

(150.000 Nf (Rp 1.015 Rp 1.014,8) = Rp 30.000)

Hutang kontrak (ma)Rp 30.000

Keuntungan pertukaran mata uangRp 30.000

Untuk menyesuaikan hutang kontrak kepada pialang valuta asing dengan

Kurs sekarang. Hutang 150.000 x Rp 1048,8 = Rp 152.200.000)

Amortisasi diskon kontrak berjangkaRp 75.000

Diskon atas kontrak berjangkaRp 75.000

Untuk mencatat amortisasi diskon Rp 150.000 x (30x60)

Dalam analisis terakhir, Pertamina melakaukan penjualan sebesar Rp 152.250.000, diskon dari transaksi untuk menghindari risiko fluktuasi harga luar negeri sebesar Rp 150.000, serta penerimaan Rp 152.100.000 dari penyelesaian transaksi penjualan. Diskon sebesar Rp 150.000 dikenakan pada pendapatan selama masa kontrak berjangka.

30 januari 19X8

Kas (ma)Rp 152.205.000

Kerugian pertukaran mata uangRp 15.000

Piutang dagang(ma)Rp 152.220.000

Untuk mencatat peneriman pembayaran piutang dari monato company

Kas: 150.000 Nf x Rp 1.014,7

Hutang Kontrak (ma)Rp 152.220.000

Keuntungan pertukaran mata uangRp 15.000

Kas (ma)Rp 152.205.000

Untuk mencatat delivery 150.000 dari monato kepada pialang

Valuta asing dalam pengakuan atas kewajiban.

KasRp 152.100.000

Piutang KontrakRp 152.100.000

Untuk mencatat penerimaan kas dari pialang valuta asing

Amortisasi dari diskon atas kontrak berjangkaRp 75.000

Diskon atas kontrak berjangkaRp 75.000

Untuk mencatat aortisasi dari diskon atas kontrak berjangk

Rp 150.000 x (30/60 hari)

Hedging atas Posisi Kewajiban Bersih yang Diekspos

Prosedur akuntansi serupa dengan ilustrasi sebelumnya, kecuali bahwa tujuannya adalah melakukan hedging kewajiban dalam denominasi mata uang asing.

Misalnya, sebuah kontrak berjangka untuk menerima 10.000 dollar Australia pada 60 hari setelahnya memiliki kurs forward Rp 1.575 pada saat kurs spot Rp 1.560. Maka kontrak berjangka dicatat sebagai berikut:

Piutang Kontrak (ma)Rp 15.600.000

Premium atas kontrak berjangkaRp 150.000

Hutang KontrakRp 15.750.000

Hedging Atas Komitmen Mata Uang Asing yang Dapat Diidentifikasi

Komitmen mata uang asing adalah sebuah kontrak atau perjanjian yang dinyatakan dalam mata uang asing yang menimbulkan transaksi mata uang asing pada waktu kemudian. Misalnya, sebuah perusahaan Indonesia melakukan kontrak untuk membeli peralatan dari perusahaan kanada pada satu waktu masa dating, dimana harga faktur dinyatakan dalam dollar Kanada. Perusahaan Indonesia tersebut harus melaporkan penyesuaian terhadap perubahan nilai tukar sebab harga Rupiah pada masa yang akan datang bisa saja naik atau turun sebelum transaksi sesungguhnya dilaksanakan.

Komitmen mata uang asing yang dapat diidentifikasi berbeda dengan posisi aktiva dan kewajiban bersih terekspos sebab komitmen tidak perlu mengikuti peraturan akuntansi untuk mencatat aktiva serta kewajiban yang terkait dalam pos tertentu.

Ilustrasi: Hedging atas Komitmen Pembelian Mata Uang Asing yang dapat Diidentifikasi

Pada tanggal 2 Oktober 19X7, PT Elang Perkasa melakukan kontrak dengan Emerald Corporation, Qatar untuk pembayaran 1.000 peti minuman bourbon pada harga 60.000 Riyal pada saat Kurs spot untuk riyal adalah Rp 750. Bourbon tersebut akan dibayar pada tanggal 31 Maret 19X8. Untuk melakukan hedging terhadap komitmen ini, PT Elang Perkasa membeli 60.000 Riyal Qatar yang akan diterimanya dalam waktu 180 hari dengan kurs forward sebesar Rp 775. Kurs spot yang berlaku pada tanggal 31 desember 19X7 dan 31 Maret 19X8 adalah berturut-turut Rp 740 dan Rp 730.

2 Oktober 19X7

Piutang kontrak (ma)Rp 45.000.000

Premium atas kontrak berjangkaRp 1.500.000

Hutang KontrakRp 46.500.000

Untuk mencatat pembelian 60.000 riyal untuk diterima dalam 180 hari

Pada kurs forward Rp 775.

Pada tanggal 31 Desember 19X7 kurs untuk riyal turun menjadi Rp 740, dan PT elang Perkasa menyesuaikan nilai piutangnya untuk mencerminkan jumlah 60.000 riyal tersebut dalam kurs yang berlaku. Penyesuaian ini menimbulkan kerugian pertukaran sebesar Rp 600.000, namun kerugian ini ditangguhkan dengan cara sebagai berikut

31 Desember 19X7

Kerugian pertukaran ditangguhkanRp 600.000

Piutang Kontrak (ma)Rp 600.000

Untuk mencatat penanguhan kerugian pertukaran mata uang

6.000 riyal x (Rp 750 Rp 740)

Ayat jurnal pada 31 Maret 19X8 untuk mencatat transaksi mata uang asing dan kontrak berjangka yang berkaitan adalah sebagai berikut:

31 Maret 19X8

1. PembelianRp 43.800.000

Hutang dagang (ma)Rp 43.800.000

Untuk mencatat penerimaan 1000 peti minuman bourbon pada harga

60.000 riyal x kurs Rp 730

2. Hutang KontrakRp 46.500.000

KasRp 46.500.000

Untuk mencatat kontrak berjangka dengan pialang valuta asing

(dinyatakan dalam Rupiah)

3. Kas (ma)Rp 43.800.000

Kerugian pertukaran ditahanRp 600.000

Piutang kontrak (ma)Rp 44.400.000

Untuk mencatat penerimaan 60.000 riyal dari pialang valuta asing

Pada saat kurs berada pada Rp 730.

4. Hutang dagang(ma)Rp 43.800.000

Kas (ma)Rp 43.800.000

Untuk mencatat pembayaran 60.000 riyal kepada Emerald Corp.

5. PembelianRp 2.700.000

Premium atas kontrak berjangkaRp 1.500.000

Kerugian pertukaran ditangguhkanRp 1.200.000

Untuk mengoreksi premium dan kerugian pertukaran ditangguhkan

Sebagai penyesuaian terhadap biaya pembelian barang dagang.

Melakukan Hedging atas Investasi Bersih dalam Suatu Entitas Luar Negeri

Ilustrasi : asumsikan bahwa PT Mitra Saudara, sebuah perusahaan Indonesia memiliki 40 persen investasi ekuitas pada perusahaan Swiss, Bennett Ltd., yang dibelinya ketika nilai buku sama dengan nilai pasar. Mata uang fungssional Bennet adalah Franc Swiss. Oleh karena aktiva maupun kewajiban dari investi saling dilindungi (hedge) satu sama lain, hanya aktiva bersih yang dilaporkn terpengaruh oleh risiko fluktuasi kurs. Untuk melakukan hedging pelaporan mata uang asing ini, penyesuaian penjabaran dari transaksi hedging ini harus berlawanan arah dengan penyesuaian penjabaran dari aktiva bersih investi. Maka, PT Mitra Saudara meminjam Franc Swiss untuk melakukan hedging investasi ekuitas. Suatu kerugian penjabaran pada investasi ekuitaas akan saling meniadakan sepenuhnya atau sebagian dengan keuntungan penjabaran dari pinjaman, dan sebaliknya

Saldo dari investasi PT Mitra Saudara dalam pembukuan Bennett pada 3 Desember 19X2 adalah Rp 1.280.000.000 atau setara dengan 40 persen aktiva bersih Bennett yang berjumlah 2.000.000 Franc dikalikan kurs akhir tahun Rp 1.600. Pada tanggal ini PT Mitra Saudara tidak memiliki saldo penyesuaian penjabaran relatif terhadap investasinya di Bennett. Untuk bisa melindungi investasi barunya di Bennett, PT Mitra Saudara meminjam 800.000 Franc untuk setahun dengan bunga 12 persen pada 1 Januari 19X3 pada kurs spot Rp 1.600. Pinjaman ini dinyatakan dalam Franc dengan bunga dan cicilan akan dibayarkan pada tanggal 1 Januari 19X4. PT Mitra Saudara mencatat pinjamannya sebagai berikut :

1 Januari 19X3

KasRp 1.280.000.000

Hutang Pinjaman (ma)Rp 1.280.000.000

Untuk mencatat pinjaman yang dinyatakan dalam Franc Swiss

(800.000 Franc x kurs spot Rp 1.600)

Pada tanggal 1 Nopember 19X3 Bennett mengumumkan dan membayarkan dividen sejumlah 100.000 Franc. PT Mitra Saudara mencatat penerimaan dividennya pada kurs spot Rp 1.750 yang berlaku hari itu.

1 Nopember 19X3

KasRp 70.000.000

Investasi pada BennettRp 70.000.000

Untuk mencatat penerimaan dividen dari Bennett

(100.000 Franc x 40% x kurs spot Rp 1.750)

Untuk tahun 19X3 Bennett melaporkan keuntungan bersih 400.000 Franc. Kurs rata-rata tertimbang untuk translasi penerimaan dan pengeluaran Bennett pada tahun ini adalah Rp 1.700, sementara kurs sekarang pada tanggal 31 Desember 19X3 adalah Rp 1.800. perubahan-perubahan dalam aktiva bersih Bennett ini dimasukkan dalam ikhtisar sebagai berikut

Franc SwissRupiah

Aktiva bersih, 1 Januari 19X32.000.000 x Rp 1.600Rp 3.200.000.000

Tambah: Pendapatan bersih 19X3400.000xRp 1.700 680.000.000

Kurang: Dividen(100.000)xRp 1.750 (175.000.000)

Penyesuaian ekuitas-perubahan - 435.000.000

Aktiva bersih, 31 Desember 19X32.300.000x Rp 1.800Rp 4.140.000.000

PT Mitra Saudara membuat jurnal di bawah ini pada tanggal 31 Desember 19X3 untuk mencatat bagiannya dala pendapatan Bennett

31 Desember 19X3

Investasi pada BennettRp 446.000.000

Pendapatan dari BennettRp 272.000.000

Penyesuaian ekuitas dari penjabaranRp 174.000.000

Untuk mencatat kepemilikan 40% dari pendapatan Bennett

(400.000 Franc x kurs rata-rata tertimbang Rp 1.700) dan untuk mencatat

Kepemilikan 40% dari penyesuaian translasi (Rp 435.000.000 x 40%)

PT Mitra Saudara juga menyesuaikan hutang pinjaman dan investasi ekuitas dengan kurs sekarang pada tanggal 31 Desember 19X3 dan mengakui bunga atas pinjaman tersebut sebagai berikut :

Penyesuaian ekuitas dari penjabaranRp 160.000.000

Hutang pinjamanRp 160.000.000

Untuk menyesuaikan hutang pinjaman yang

dinyatakan dalam Franc Swiss terhadap kurs berlaku

pada akhir tahun (800.000 Franc x (Rp 1.800 Rp 1.600))

Beban BungaRp 163.200.000

Kerugian pertukaran mata uangRp 9.600.000

Hutang bungaRp 172.800.000

Untuk mencatat biaya bunga (pada kurs rata-rata tertimbang)

dan mengakui hutang bunga yang dinyatakan dalam Franc

pada kurs akhir tahun sebagai berikut :

Hutang bunga (800.000 Franc x bunga 12% x 1 tahun x kurs Rp 1.800)Rp 172.800.000

Dikurangi: Biaya bunga (800.000 Franc x bunga 12% x 1 tahun x kurs

Rata-rata tertimbang Rp 1.700)Rp 162.200.000

Kerugian pertukaran mata uangRp 9.600.000

Pada tanggal 1 Januari 19X4 PT Mitra Saudara membayar pinjaman beserta bunga pada kurs spot Rp 1.800 sebagai berikut :

1 Januari 19X4

Hutang bunga (ma)Rp 172.800.000

Hutang pinjaman (ma) 1.440.000.000

KasRp 1.612.800.000

Untuk mencatat pembayaran pinjaman beserta bunga yang dinyatakan dalam Franc Swiss pada saat kurs spot Rp 1.800

Sebagai hasil dari operasi hedging ini, perubahan dalam investasi PT Mitra Saudara pada Bennet yang disebabkan oleh perubahan kurs sebagian diimbangi oleh pinjamnnya dalam Franc Swiss. Penyesuaian ekuitas dari saldo translasi yang muncul dalam bagian ekuitas pemegang saham milik PT Mitra Saudara dalam neraca pada tanggal 31 Desember 19X3 adalah kredit sebesar Rp 14.000.000 (Kredit Rp 174.000.000 dari investasi ekuitas dari translasi dikurangi debit Rp 160.000.000 dari penyesuaian pinjaman yang dinyatakan dalam Franc Swiss).

. Konsep dan Transaksi Mata Uang Asing

Oleh : Kelompok 6

I Gede Suyadnya (1306305215)

Winayaka Lingga (1306305115)

Putu Krishna Aryastha M. (1306305143)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

PersediaanRp 7.300.000

Hutang dagang (Ma)Rp 7.300.000

(Translasi 10.000 Ringgit x Kurs Spot 730)

Hutang Dagang (Ma)Rp 7.300.000

Keuntungan pertukaran mata uang Rp 100.000

KasRp 7.200.000

(Kas yang dibutuhkan sama dengan 10.000 Ringgit sama dengan kurs spot 720)

Transaksi Penjualan

Asumsi PT Indofood menjual barang dagang kepada Schweber Industries Ltd. Seharga Rp 15.000.000 atau 10.000 Mark pada saat kurs Rp 1.500, dan menerima pembayaran pada saat kurs Rp 1.490.

Jika tagihan dalam Rupiah

(Tanggal Penjualan)

Piutang DagangRp 15.000.000

PenjualanRp 15.000.000

Untuk mencatat penjualan kepada Schweber Industries: invoice sebesar Rp 15.000.000

(Tanggal Pembayaran)

KasRp 15.000.000

Piutang DagangRp 15.000.000

Untuk mencatat penerimaan pembayaran penuh dari Schweber Industries

(Jika tagihan dalam Mark Jerman)

Piutang Dagang (ma)Rp 15.000.000

PenjualanRp 15.000.000

Untuk mencatat penjualan kepada Schweber; tagihan untuk 10.000 Mark Jerman (10.000 Mark x Rp 1.500 = Rp 15.000.000)

Kas (ma)Rp 14.900.000

Kerugian Pertukaran Mata Uang 100.000

Piutang DagangRp 15.000.000

Untuk Mencatat penerimaan pembayaran penuh dari Schweber Industries (10.000 Mark x Rp 1.490 = Rp 14.900.000

Transaksi Pembelian

Asumsi Indofood membei barang dagang dari Schweber seharga Rp 7.500.000 atau 5.000 Mark pada sat kurs Rp 1.500, dan membayar hutang tersebut ketika kurs Rp 1.520

Jika tagihan dalam Rupiah

(Tanggal Pembelian)

PersediaanRp 7.500.000

Hutang DagangRp 7.500.000

Untuk mencatat pembelian dari Schweber; tagihan Rp 7.500.000

(Tanggal Pembayaran)

Hutang DagangRp 7.500.000

KasRp 7.500.000

Untuk mencatat pembayaran penuh pada Schweber

Jika tagihan dalam Mark Jerman

PersediaanRp 7.500.000

Hutang Dagang (ma)Rp 7.500.000

Untuk mencatat pembelian dari Schweber : tagihan untuk

5000 Mark ( 5000 Mark x Rp 1.500 = Rp 7.500.000)

Hutang Dagang (ma)Rp 7.500.000

Kerugian pertukaran mata uang 100.000

KasRp 7.600.000

Untuk mencatat pembayaran penuh pada Schweber

(5000 Mark x Rp 1.520 = Rp 7.600.000)