Akuntansi BAB 3

download Akuntansi BAB 3

of 16

Transcript of Akuntansi BAB 3

  • 3737

    AKUNTANSI DI SATUAN KERJA

  • Modul Akuntansi Pemerintah Daerah

    38 38

  • 3939

    TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUMSetelah mempelajari materi Akuntansi di SATUAN KERJA Pemerintah Daerah

    ini, peserta secara garis besar akan memahami konsep akuntansi di satuan kerja dan bagaimana mencatat transaksi-transaksi keuangan yang terjadi di Satuan Kerja.

    TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah mempelajari materi Akuntansi di SATUAN KERJA pemerintah daerah ini,

    peserta secara khusus akan memahami konsep akuntansi di satuan kerja dan bagaimana mencatat transaksi-transaksi keuangan yang terjadi di Satuan Kerja yang meliputi: akuntansi pendapatan, akuntansi belanja, transaksi nonkas, serta transaksi antarkantor dengan PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah).

    A. PENDAHULUANSesuai definisi dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006, yang dimaksud dengan Satker

    adalah perangkat daerah pada Pemerintah Daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang. Dalam uraian berikutnya menyangkut akuntansi di Satker; Satker dapat terdiri dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satker Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).

    Khusus yang menyangkut peran akuntansi di SKPKD, yang termasuk dalam kategori pencatatan di Satker adalah fungsi SKPKD sebagai entitas akuntansi yang mencatat transaksi-transaksi yang terjadi di Satker tersebut oleh sekretariat; bukan sebagai entitas

    BAB IIIAKUNTANSI

    DI SATUAN KERJA

  • Modul Akuntansi Pemerintah Daerah

    40

    pelaporan yang mewakili transaksi Pemda. Untuk fungsi yang mewakili transaksi Pemda dilakukan oleh PPKD sebagai entitas pelaporan yang mewakili transaksi Pemda secara keseluruhan.

    Struktur akuntansi untuk Pemda menggunakan struktur akuntansi Pusat Cabang. Dalam hal ini akuntansi yang berlaku di Satker adalah sebagai akuntansi cabang (Branch Office). Konsekuensi dari akuntansi Pusat Cabang ini adalah adanya akun resiprokal (reciprocal account) yaitu RK-PPKD (yang ada di Satker) di kelompok ekuitas dana, dan RK-Satker (yang ada di PPKD) di kelompok aset.

    B. AKUNTANSI PENDAPATANB.1. Definisi

    Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, pendapatan didefinisikan sebagai berikut:

    Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali.

    Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, mendefinisikan pendapatan sebagai hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

    Dari kedua definisi tersebut jelas terlihat bahwa pendapatan merupakan hak pemerintah yang menambah nilai ekuitas dana pemerintah.

    Kelompok pendapatan yang diterima oleh PPKD adalah sebagai berikut:- Pendapatan Asli Daerah (PAD) - Dana Perimbangan (pendapatan transfer)- Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

    Dari kelompok pendapatan di atas, pada umumnya Pendapatan Asli Daerah ada di Satker, sedangkan dua kelompok pendapatan lainnya ada di PPKD. Rincian dari kelompok PAD menurut kedua peraturan pemerintah tersebut, yaitu:

    - Pajak Daerah- Retribusi Daerah- Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan- Lain-lain PAD yang Sah

    B.2. Akuntansi Pendapatan Satkera. Transaksi pendapatan di Satker dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan

    Satker (PPK-Satker). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas diterima oleh bendahara penerimaan atau pada saat menerima bukti transfer dari pihak ketiga.

  • 41

    BAB III Akuntansi di Satuan Kerja

    b. Koreksi atas pengembalian pendapatan (yang tidak berulang), yang terjadi atas pendapatan tahun berjalan, dicatat sebagai pengurang pendapatan; sedangkan koreksi atas pengembalian pendapatan periode sebelumnya, dicatat sebagai belanja tidak terduga.

    c. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang atas penerimaan pendapatan periode berjalan atau sebelumnya, dicatat sebagai pengurang pendapatan.

    d. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto.

    B.3. Dokumen Sumber yang DigunakanDokumen sumber yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi pendapatan

    di Satker ini adalah sebagai berikut:

    Transaksi Dokumen sumber

    Penerimaan PAD

    - Surat Ketetapan Pajak Daerah- Surat Ketetapan Retribusi- Surat tanda bukti pembayaran- Bukti penerimaan lainnya

    B.4. Standar Jurnal Transaksi PendapatanBerikut adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi penerimaan pendapatan di

    Satker:

    No. Transaksi Standar Jurnal

    1 Penerimaan pendapatanpajak daerahDr. Kas di Bend. Penerimaan ........... xx Cr. Pendapatan Pajak Daerah .................. xx

    2 Penerimaan pendapatan Retribusi daerahDr. Kas di Bend. Penerimaan ........... xx Cr. Pendapatan Retribusi Daerah ......... xx

    3Penerimaan hasil pengelo- laan kekayaan daerah yang dipisahkan

    Dr. Kas di Bend. Penerimaan ................. xx Cr. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ........................................ xx

    4 Penerimaan Lain-lain PAD yang sahDr. Kas di Bend. Penerimaan .................. xx Cr. Lain-lain PAD yang Sah ...................... xx

    Berikut adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi penyetoran pendapatan ke Kas Daerah:

    Penyetoran Pendapatan Ke Kas Daerah

    Dr. RK-PPKD ........................................... xx

    Cr. Kas di Bend. Penerimaan .................... xx

    Dalam kondisi tertentu, dimungkinkan terjadi pengembalian kelebihan pendapatan yang harus dikembalikan ke pihak ketiga. Jika pengembalian kelebihan pendapatan

  • Modul Akuntansi Pemerintah Daerah

    42

    sifatnya berulang (recurring) baik yang terjadi di periode berjalan atau periode sebe-lumnya, dan juga berlaku bagi pengembalian yang sifatnya tidak berulang tetapi terjadi dalam periode berjalan, maka PPK-Satker berdasarkan informasi transfer kas dari BUD mencatat transaksi pengembalian kelebihan tersebut dengan jurnal sebagai berikut:

    Pengembalian kelebihan

    pendapatan

    Dr. Pendapatan ........................................ xx

    Cr. RK-PPKD ............................................ xx

    Pada saat pengembalian kelebihan pendapatan tersebut dilakukan melalui Rekening Kas Daerah, Akuntansi PPKD akan mencatat transaksi pengembalian kelebihan pendapatan tersebut dengan jurnal sebagai berikut:

    Pengembalian kelebihan

    Pendapatan Satker yang dicatat oleh PPK-PPKD

    Dr. RK-Satker .......................................... xx

    Cr. Kas di Kas Daerah .............................. xx

    Jika pengembalian kelebihan pendapatan tersebut bersifat tidak berulang (non-recurring) dan terkait dengan pendapatan periode sebelumnya, Satker tidak melakukan pencatatan. Pencatatan dilakukan oleh Akuntansi PPKD dengan jurnal sebagai berikut:

    Pengembalian kelebihanPendapatan, bersifat tidakberulang (non recurring)

    Dr. SiLPA ................................................ xx

    Cr. Kas di Kas Daerah ............................. xx

    C. AKUNTANSI BELANJAC.1. Definisi

    Definisi belanja menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai berikut:

    Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

    Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut:

    Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

    Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa transaksi belanja akan menu-runkan ekuitas dana pemerintah daerah.

  • 43

    BAB III Akuntansi di Satuan Kerja

    Kedua peraturan yang mengatur penatusahaan belanja tersebut, mengklasifikasikan belanja dengan klasifikasi yang berbeda. Perbedaan dimaksud semata-mata karena ada hal lain yang ingin dicakup dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006. Sebagaimana diketahui Permendagri No. 13 Tahun 2006 merupakan pedoman pengelolaan keuangan daerah, yang mencakup mengenai perencanaan, penganggaran, penatausahaan, akuntansi dan pertanggungjawaban. Sebagai instrumen penganggaran, beberapa informasi diperlukan, di antaranya informasi pengendalian yang dikaitkan dengan konsep anggaran berbasis kinerja.

    Konsep anggaran berbasis kinerja menghendaki adanya keterkaitan antara output/hasil dari suatu program/kegiatan dikaitkan dengan input yang digunakan. Dalam bahasa keuangan, input tersebut tercermin dari belanja yang dikeluarkan untuk membiayai suatu program ataupun kegiatan. Oleh karena itu untuk tujuan dimaksud dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 terdapat pengelompokan Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan; sedangkan Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program/kegiatan.

    Selanjutnya, untuk keperluan penyajian Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, Permendagri No. 13 Tahun 2006 telah mengamanatkan bahwa penyajian laporan keuangan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005.

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

    No. PP No. 24 tahun 2005 Permendagri No. 13 tahun 20061 Belanja Operasi Belanja Tidak Langsung

    - Belanja pegawai - Belanja pegawai- Belanja barang - Belanja bunga- Bunga - Belanja subsidi- Subsidi - Belanja hibah- Hibah - Belanja bantuan sosial

    - Bantuan sosial - Belanja bagi hasil kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa- Belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa- Belanja tidak terduga

    Belanja modal Belanja Langsung- Belanja tanah - Belanja pegawai- Belanja peralatan dan mesin - Belanja barang dan jasa- Belanja gedung dan bangunan - Belanja modal- Belanja jalan, irigasi, dan jaringan- Belanja aset tetap lainnya- Belanja aset lainnya

  • Modul Akuntansi Pemerintah Daerah

    44

    Kewenangan Satker dalam transaksi belanja meliputi: a. Belanja Tidak Langsung, yaitu: belanja pegawai.b. Belanja Langsung, yaitu: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja

    modal.

    C.2. Akuntansi Transaksi Belanja Satker a. Transaksi belanja di Satker dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan Satker

    (PPK-Satker). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas dibayarkan oleh bendahara pengeluaran atau pada saat menerima tembusan bukti transfer ke pihak ketiga.

    b. Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja, dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi belanja dicatat sebagai pendapatan lain-lain (PP No. 24 Tahun 2005).

    c. Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan asas bruto.d. Untuk transaksi belanja modal, pencatatan dilakukan secara corollary, yaitu dicatat

    dengan 2 (dua) jurnal. Satu jurnal untuk mencatat belanja, dan yang lainnya untuk mencatat aset yang diperoleh dari transaksi belanja modal tersebut.

    e. Transaksi belanja di Satker dilakukan dengan dua (2) cara, yaitu:- pembayarannya dengan SP2D UP/GU/TU- pembayarannya dengan SP2D LS

    f. Transaksi Penerimaan Fihak Ketiga (PFK) merupakan transaksi transitoris berupa penerimaan kas dari pihak ketiga yang sifatnya titipan dan harus diakui sebagai utang.

    C.3. Dokumen Sumber yang Digunakan Dokumen sumber yang dijadikan dasar dalam pencatatan transaksi belanja ini adalah

    sebagai berikut:

    No. Transaksi Belanja Dokumen Sumber Lampiran Dokumen Sumber

    1 Belanja denganmekanisme LS

    - SP2D- nota debit bank- bukti pengeluaran lainnya

    - SPM- SPD- berita acara serah terima

    barang/jasa

    2Belanja denganmekanisme UP/GU/TU

    - Bukti Pengesahan SPJ

    - SPM- SPD- bukti transaksi lainnya

    3 Penerimaan PFK - SP2D- Bukti potongan- SPM

  • 45

    BAB III Akuntansi di Satuan Kerja

    4 Pelunasan PFK

    - Surat Setoran- Nota Kredit- Bukti potongan- Bukti pengeluaran

    lainnya

    - SPM

    C.4. Standar Jurnal Transaksi BelanjaDi bawah ini adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi belanja di Satker:

    No. Transaksi Standar Jurnal

    1Penerimaan SP2D UP/GU/TU oleh bendahara pengeluaran di Satker

    Dr. Kas di Bend. Pengeluaran ......... xx Cr. RK-PPKD .... xx

    2

    Pelaksanaan Belanja denganmenggunakan uang persediaan yang sebelumnya dicairkan melalui SP2D UP/GU/TU

    Dr. Belanja ........................ xx Cr. Kas di Bend. Pengeluaran .............. xx

    3 Pelaksanaan belanja dengan menggunakan SP2D LSDr. Belanja ........................ xx Cr. RK-PPKD ....................................... xx

    Dalam hal terjadi pengembalian sisa uang persediaan dari SP2D UP/TU dari Satker ke BUD, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

    4 Pengembalian kas SP2D UP/TU di SatkerDr. RK-PPKD ........................................ xx

    Cr. Kas di Bend. Pengeluaran ................ xx

    Khusus untuk transaksi belanja yang menghasilkan aset tetap, PPK-Satker juga

    mengakui penambahan aset (sesuai dengan jenis asetnya) dengan menjurnal:

    5Belanja modal yang menggunakan uang persediaan

    Dr. Belanja modal ................. xx Cr. Kas di Bend.. Pengeluaran ............. xx

    6 Belanja modal denganmenggunakan SP2D LSDr. Belanja modal .... xx Cr. RK-PPKD ...................................... xx

    7 Pengakuan aset tetap dari belanja modal Satker

    Dr. Aset tetap ........................ xx Cr. Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dalam Aset tetap ... xx

    Keterangan: Pengakuan aset pada butir No. 7 disesuaikan dengan kebijakan akuntansi tentang kapitalisasi aset yang merupakan pengakuan terhadap jumlah kas/setara kas dan nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai penambah nilai aset tetap.

  • Modul Akuntansi Pemerintah Daerah

    46

    Dalam kasus LS Gaji dan Tunjangan, meskipun dana yang diterima oleh pegawai adalah jumlah neto (setelah dikurangi potongan), namun PPK-Satker tetap mencatat belanja gaji dan tunjangan dalam jumlah bruto. PPK-Satker tidak perlu mencatat potongan tersebut karena pencatatannya sudah dilakukan oleh BUD dalam subsistem Akuntansi PPKD.

    Standar jurnalnya adalah sebagai berikut:

    8 Belanja LS Gaji diSatker

    Dr. Belanja Gaji dan Tunjangan ..................... xxDr. Tunjangan Keluarga ................................. xxDr. Tunjangan Fungsional Umum .................. xx Cr. RK-PPKD .................................................... xx

    Dalam kasus Belanja Barang dan Jasa, seringkali terdapat potongan pajak sehingga dana yang diterima oleh pihak ketiga adalah jumlah neto (setelah dikurangi potongan pajak), namun PPK-Satker tetap mencatat belanja tersebut dalam jumlah bruto. PPK-Satker kemudian mencatat potongan tersebut sebagai Utang, dengan jurnal sebagai berikut:

    9 Penerimaan Potongan Pajak di SatkerDr. Kas di Bend. Pengeluaran ......................... xx Cr. Utang Pajak ................................................. xx

    10 Pelunasan Pajak Dr. Utang Pajak .............................................. xx Cr. Kas di Bend. Pengeluaran ........................... xx

    Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dicatat sebagai pengurang belanja. PPK-Satker mencatat transaksi pengembalian belanja tersebut dengan jurnal sebagai berikut:

    11 Pengembaliankelebihan BelanjaDr. Kas di Bend. Pengeluaran ........................ xx Cr. Belanja ........................................................ xx

    Jika terjadi pengembalian belanja atas transaksi belanja yang terjadi pada tahun sebelumnya, maka Satker mencatat jurnal sebagai berikut:

    12

    Pengembaliankelebihan Belanja,diterima pada periode berikutnya

    Dr. Kas di Bend. Pengeluaran ........................ xx Cr. Pendapatan lain-lain .................................. xx

  • 47

    BAB III Akuntansi di Satuan Kerja

    D. AKUNTANSI ASET SATKERD.1. Definisi

    Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah mendefinisikan Aset sebagai sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

    Aset terbagi ke dalam dua kelompok, yakni:1. Aset Lancar (Current Asset); dan2. Aset Tidak Lancar (Non-Current Asset)

    Aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu dua belas (12) bulan sejak tanggal pelaporan.

    D.2. Prosedur Pencatatan Aset di SatkerProsedur pencatatan aset pada Satker meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi

    atas pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai/digunakan Satker. Berdasarkan bukti transaksi yang ada, fungsi akuntansi Satker membuat bukti memorial yang sedikitnya memuat informasi sebagai berikut:

    (1) Tanggal Transaksi(2) Jenis/nama aset(3) Kode rekening terkait(4) Klasifikasi aset tetap(5) Nilai aset tetap

    D.3. Standar Jurnal Akuntansi Aseta. Standar Jurnal untuk Aset Tetap

    Pengakuan aset tetapDr. Aset Tetap ................................................ xx

    Cr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Tetap ..... xx

    Pelepasan aset tetapDr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Tetap ... xx

    Cr. Aset Tetap .................................................. xx

  • Modul Akuntansi Pemerintah Daerah

    48

    b. Standar jurnal untuk Konstruksi dalam Pengerjaan

    Pengakuan Konstruksi dalam Pengerjaan

    Dr. Konstruksi dalam Pengerjaan ................... xx Cr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Tetap ..... xx

    Jika Konstruksi sudah selesai dilakukan

    Dr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Tetap ... xx Cr. Konstruksi dalam Pengerjaan .................... xx

    Pengakuan Aset Tetap yang sudah jadi (contoh: gedung)

    Dr. Gedung ................. xx Cr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Tetap ..... xx

    c. Standar jurnal untuk Penyusutan (depresiasi)

    Pengakuan depresiasi atas aset tetap

    Dr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Tetap ....... xx Cr. Akumulasi Depresiasi ........ xx

    d. Standar jurnal untuk Pemberian Hibah/Donasi dalam bentuk Aset Tetap

    Pengakuan aset tetap(sesuai jenisnya)

    Dr. Aset Tetap ..................................................... xx Cr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Tetap ......... xx

    e. Standar jurnal untuk aset lainnya

    Pengakuan aset lainnya

    Dr. Aset Lainnya ........................................................ xx Cr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Lainnya ......... xx

    Pelepasan aset lainnya

    Dr. EDI Diinvestasikan dalam Aset Lainnya ....... xx Cr. Aset Lainnya .......................................................... xx

    E. AKUNTANSI TRANSAKSI SELAIN KASAkuntansi Transaksi Selain Kas meliputi serangkaian proses, mulai dari pencatatan,

    pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan semua transaksi atau kejadian selain kas yang meliputi transaksi: koreksi kesalahan dan penyesuaian; pengakuan aset tetap, utang jangka panjang dan ekuitas; depresiasi; transaksi yang bersifat accrual dan prepayment; hibah selain kas.

    E.1. Koreksi Kesalahan dan Penyesuaian, Pengakuan Aset Tetap, Utang Jangka Panjang dan Ekuitas; Depresiasi; Transaksi yang bersifat accrual dan prepay-ment; serta Hibah selain KasKoreksi kesalahan dan penyesuaian merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam

    membuat jurnal yang telah diposting ke buku besar.

    Pengakuan Aset Tetap merupakan pengakuan terhadap perolehan aset yang dilakukan oleh Satker. Pengakuan aset tetap dan ekuitas sangat terkait dengan belanja modal yang dilakukan oleh Satker (lihat pada Akuntansi Belanja).

  • 49

    BAB III Akuntansi di Satuan Kerja

    Pengakuan Utang, dalam hal ini, pengakuan utang perhitungan pihak ketiga di Satker sangat terkait dengan transaksi belanja yang mengharuskan pemotongan pajak atau potongan-potongan belanja lainnya (lihat pada Akuntansi Belanja). Namun jika utang yang dimaksud adalah utang jangka panjang, maka hal ini timbul dari transaksi pembiayaan penerimaan yang dilakukan oleh PPKD.

    Depresiasi dilakukan untuk menyusutkan nilai aset yang dimiliki oleh Satker (apabila diperlukan).

    Transaksi yang bersifat accrual dan prepayment muncul karena adanya transaksi yang sudah dilakukan Satker namun pengeluaran kas belum dilakukan (accrual) atau terjadi pengeluaran kas untuk belanja di masa yang akan datang (prepayment). Pada umumnya transaksi seperti ini jarang terjadi di Pemerintah Daerah.

    E.2. Dokumen Sumber yang DigunakanDokumen sumber yang dijadikan dasar dalam pencatatan transaksi nonkas adalah

    sebagai berikut:

    No. Transaksi Dokumen sumber Lampiran dokumen sumber

    1 Koreksi kesalahan pencatatan Bukti memorialBukti transaksipendukung

    2 Pengakuan aset dan ekuitas

    - Berita acara penerimaan barang- Berita acara serah terima barang- Berita acara penyelesaian pekerjaan

    Bukti transaksipendukung

    3 Pengakuan Utang Titipan Fihak Ketiga

    - Surat Setoran Pajak (SSP)- Surat Setoran Pemotongan Taperum/IWP- Bukti lainnya

    - SP2D

    4 Transaksi yang bersifat accrual dan prepayment Bukti memorialBukti transaksi pendukung

    E.3. Standar Jurnal Transaksi Selain KasDi bawah ini adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi selain kas di Satker:

    No. Transaksi Standar Jurnal

    1

    Koreksi kesalahan pencatatan(contoh: seharusnya belanja ATK, salah dicatat ke belanja dokumen)

    Dr. Belanja ATK xx Cr. Belanja Dokumen ........ xx

  • Modul Akuntansi Pemerintah Daerah

    50

    2 Pengakuan aset dan ekuitasDr. Aset Tetap .... xx Cr. EDI - Diinvestasikan dalam Aset Tetap ....................xx

    3 Pengakuan Utang Titipan Fihak KetigaDr. Kas di Bend. Pengeluaran ......... xx Cr. Utang PFK .... xx

    F. AKUNTANSI TRANSAKSI PPKD-SATKERF.1. Akuntansi Rekening Koran-PPKD (RK-PPKD)

    Akuntansi Rekening Koran-PPKD merupakan akuntansi ekuitas dana di tingkat Satker. Akun RK-PPKD setara dengan akun Ekuitas Dana, tetapi penggunanya khusus Satker. Hal ini dikarenakan SATKER dianggap merupakan cabang dari Pemda, sehingga sebenarnya SATKER tidak memiliki ekuitas dana sendiri, melainkan hanya menerima ekuitas dana dari Pemda, melalui mekanisme transfer. Akun Rekening Koran-PPKD akan bertambah bila Satker menerima transfer aset (seperti menerima SP2D UP/GU dan menerima aset tetap dari Pemda), pelaksanaan belanja LS (menerima SP2D LS), dan akan berkurang bila Satker mentransfer aset ke Pemda (seperti penyetoran uang ke Pemda).

    Akun Rekening Koran-PPKD dapat dibagi menjadi:- Rekening Koran-PPKD Kas- Rekening Koran-PPKD Piutang- Rekening Koran-PPKD Persediaan- Rekening Koran-PPKD Aset Tetap- Rekening Koran-PPKD Aset Lainnya- Rekening Koran-PPKD Belanja- Rekening Koran-PPKD Utang

    Akun Rekening Koran-PPKD Utang merupakan contra account dari Rekening Koran-PPKD, sehingga saldonya adalah debit (Dr). Akun-akun Rekening Koran-PPKD ini rekening resiprokal-nya yaitu akun Rekening Koran-SKPD yang ada di PPKD sebagai akun aset.

    Akun Rekening Koran-PPKD yang ada di Satker ini mempunyai rekening resiprokal berupa akun Rekening Koran-Satker yang ada di PPKD sebagai akun aset. Saldo normal akun Rekening Koran-Satker adalah Debit (Dr) sedangkan saldo normal akun Rekening Koran-PPKD adalah kredit (Cr). Akun-akun Rekening Koran-PPKD dan Rekening Koran-Satker ini akan dieliminasi pada saat akan dibuat laporan gabungan Pemda. Pengeliminasian dilakukan oleh PPKD/BUD.

    Ilustrasi atas hubungan antar RK-PPKD dengan RK-Satker dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

  • 51

    BAB III Akuntansi di Satuan Kerja

    Neraca PPKD Neraca SATKERAset Kewajiban Aset Kewajiban RK-Satker Ekuitas Dana Ekuitas Dana RK-PPKD

    F.2. Dokumen Sumber yang DigunakanDokumen sumber yang digunakan untuk mencatat mutasi akun RK-PPKD ini adalah

    dokumen yang terkait dengan transaksi antarkantor, antara Satker dengan PPKD sebagai kantor pusat, yaitu dokumen transfer antara kedua kantor tersebut, yaitu sebagai berikut:

    No Jenis Transaksi Dokumen Sumber

    1 Satker menerima SP2D dari PPKD (Transfer uang dari PPKD)

    - SP2D UP- SP2D GU- SP2D TU

    2 Satker menerima tembusan pelunasan belanja LS dari PPKD (transfer belanja dari Satker) Tembusan SP2D LS

    3Satker menerima atau menyerahkan barang (aset tetap) dari atau ke PPKD (transfer aset tetap)

    Berita acara serah terimabarang

    4 Satker menyetorkan pendapatan ke PPKD (transfer uang ke PPKD) STS

    5 Satker mengembalikan kas dari SP2D UP/TU STS

    F.3. Standar Jurnal Transaksi RK-PPKDa. Standar jurnal untuk transaksi penerimaan SP2D dari BUD

    Satker menerima SP2D UP/GU/TU Dr. Kas di Bend. Pengeluaran ...... xx Cr. RK-PPKD ..... xx

    b. Standar jurnal untuk transaksi penerimaan tembusan SP2D LS dari BUD

    Satker menerima tembusan SP2D LS (transfer belanja)

    Dr. Belanja . xx Cr. RK-PPKD .. .. xx

    c. Standar jurnal untuk transaksi transfer aset tetap dari/kepada SatkerSatker menerima aset tetap dari Pemda

    Dr. Aset Tetap .. xx Cr. RK-PPKD ..... xx

  • Modul Akuntansi Pemerintah Daerah

    52

    Satker menyerahkan aset tetap ke Pemda

    Dr. RK-PPKD ... xx Cr. Aset Tetap .. xx

    d. Standar jurnal untuk transaksi transfer aset lainnya dari/kepada SatkerSatker menerima aset lainnya dari Pemda

    Dr. Aset Lainnya .. xx Cr. RK-PPKD ... xx

    Satker menyerahkan aset lainnya ke Pemda

    Dr. RK-PPKD .... xx Cr. Aset Lainnya . xx

    e. Standar jurnal untuk transaksi penyetoran uang ke rekening Kas DaerahPenyetoran hasil pendapatan oleh Satker

    Dr. RK-PPKD ... xx Cr. Kas di Bend. Penerimaan ......... xx

    f. Standar jurnal untuk transaksi pengembalian sisa uang persediaan dari SP2D UP/TU

    Penyetoran sisa uang persediaan oleh Satker

    Dr. RK-PPKD ... xx Cr. Kas di Bend. Pengeluaran ........ xx

    PENUTUPTransaksi akuntansi di Satker secara umum terbagi atas akuntansi pendapatan,

    akuntansi belanja, akuntansi aset, akuntansi transaksi selain kas dan transaksi PPKD-Satker. Terdapat standar jurnal untuk setiap transaksi yang terjadi di Satker. Di sini yang terpenting adalah pengidentifikasian dari tiap transaksi tersebut (yang didukung oleh dokumen relevan) untuk kemudian dapat dibuat pencatatan ke dalam jurnal yang benar. Jika dasar pemahaman atas pembuatan jurnal ini sudah baik, maka untuk proses selanjutnya yakni pelaporan keuangan tidak akan ditemui masalah yang berarti.