AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI...

98
AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI MUNGGAH MULUH DI DESA SIDOMUKTI PEKALONGAN JAWA TENGAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : Muhammad Wahyu NIM: 11140321000010 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2020 M

Transcript of AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI...

Page 1: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM

TRADISI MUNGGAH MULUH DI DESA SIDOMUKTI

PEKALONGAN JAWA TENGAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :

Muhammad Wahyu

NIM: 11140321000010

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2020 M

Page 2: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah
Page 3: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah
Page 4: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah
Page 5: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

iv

ABSTRAK

Muhammad Wahyu

Judul Skripsi: “Akulturasi Islam dan Budaya Jawa Dalam Tradisi Munggah

Muluh di Desa Sidomukti Pekalongan”

Penelitian ini membahas tentang tradisi munggah muluh yang dilakukan

masyarakat desa Sidomukti Pekalongan. Tradisi maupun ritual merupakan

kebudayaan warisan nenek moyang yang keberadaannya tetap eksis dan dipercaya

masyarakat sekitar. Tradisi munggah muluh merupakan suatu prosesi acara dalam

pembangunan rumah. Muluh yang dimaksud adalah sebatang kayu besar yang

menjadi pusat pondasi atap di rumah yang akan dibangun. tradisi ini penulis

angkat karena memiliki banyak sekali hal unik yang layak untuk dibahas dan

dibedah ke khalayak ramai. Adanya perpaduan antara dua unsur budaya juga

menjadi perhatian penting dan salah satu alasan mengapa tradisi ini begitu

menarik. Hadirnya budaya Islam yang berbaur dengan budaya lokal masyarakat

setempat menjadi bukti bahwa harmonisasi antar budaya sesungguhnya ada dan

dapat kita hadirkan ke dalam ruang publik agar stigma negatif tentang budaya

kearifan lokal dapat terkikis perlahan bahkan mungkin hilang.

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah antropologi dan

sosiologis. Metode antropologi digunakan untuk membedah makna yang

terkandung dari tradisi munggah muluh ini serta kaitannya dengan masyarakat.

Hubungan antara makna muluh atau tradisi munggah muluh secara keseluruhan

dengan keyakinan masyarakat bahwa ada sesuatu yang menjadi pegangan teguh

masyarakat dalam tradisi ini. Metode sosiologis digunakan karena dalam praktik

tradisinya melibatkan banyak unsur masyarakat baik mereka yang terlibat secara

langsung dalam tradisi maupun tidak.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa wujud dari akulturasi Islam dan

budaya Jawa begitu terlihat dalam upacara tradisi munggah muluh ini, dengan

indikasi adanya banyak unsur dan elemen dari dua kebudayaan itu yang menyatu

berbaur saling melengkapi utuhnya ritual munggah muluh. Sebagai contok dalam

kasus selametan, ada dua unsur yang berperan dalam prosesi ini yaitu doa yang

dipanjatkan merupakan wujud unsur Islam dan sesajen yang merupakan wujud

budaya lokal Jawa.

Kata kunci: Tradisi, Ritual, Munggah Muluh, Kepercayaan,

Page 6: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Ahamdulilah segala puji dan puji syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT, Dia lah yang telah melimpahkan nikmat iman, nikmat Islam dan

nikmat sehat. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana Agama (S.Ag). Dalam bidang Studi Agama-

agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini,

banyak pihak yang senantiasa membimbing dan membantu serta tulus dengan

sepenuh hati meluangkan waktunya dalam memberikan kritik, saran dan inspirasi

hingga selesai dalam menulis skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut

khususnya kepada:

1. Dr. M. Amin Nurdin, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu dan tenaganya serta kesabaran dalam memberikan

arahan dan bimbingan kepad apenulis sehingga penuis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

2. Syaiful Azmi, S.Ag, MA selaku Ketua Jurusan Studi Agama-Agama dan Lisfa

Sentosa Aisyah, MA selaku Sekretaris Jurusan Studi Agama-Agama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan pelayanan yang terbaik

kepada mahasiswanya.

3. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Amany Lubis, MA atas

kesempatan belajar dan fasilitas yang diberikan kepada Fakultas Ushuluddin.

Page 7: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

vi

4. Dr. Yusuf Rahman, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Kusmana, MA, Ph.D selaku Wadek I bidang Akademik Fakultas Ushuluddin.

Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA selaku Wadek II bidang administrasi umum

Fakultas Ushuuddin. Dan Dr. Media Zainul Bahri, MA selaku Wadek III

bidang Kemahasiswaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin, para Staf Akademik Fakultas

Ushuluddin, para staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan para staf

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kedua orang tua ibu Rondiyah dan bapak Tayibin yang tercinta yang tiada

henti memberikan motivasi yang begitu kuat serta doa yang tidak pernah putus

sepanjang masa untuk keberhasilian penulis, semoga Allah menyayangi kalian

berdua di dunia maupun akhirat.

8. Keluarga penulis yang berada di Pekalongan khususnya kakak tercinta

Darmu’i dan Suroso yang turut membantu penulis dalam melakukan observasi

langsung di Desa Sidomukti Pekalongan.

9. Bapak Hasrito Aji selaku Kepala Desa Sidomukti kecamatan Karanganyar,

Kabupaten Pekalongan beserta seluruh staf dan jajarannya yang telah

membantu penulis terkait dengan data desa dan perizinan untuk observasi

sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

10. Mbah Sejo selaku tetua Dusun Jurangmangu yang bersedia untuk penulis

wawancarai dan telah memberi banyak sekali informasi terkait budaya dan

tradisi adat di desa Sidomukti, sekaligus menjadi guru bagi penulis dalam

Page 8: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

vii

memahami hakikat hidup masyarakat Jawa dengan segudang kisah dan

informasi yang diajarkan kepada penulis.

11. Seluruh Karyawan dan Staf Maarif Institute, terutama Mas Khelmy Pribadi

yang selalu menanyakan perkembangan skripsi dari waktu ke waktu. Kang

Pipit Aidul Fitriyana yang mau berbagi ilmu dan pengalaman semasa kuliah di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan tentunya memotivasi penulis untuk

segera menyelesaikan skripsi ini, dan Mas Pripih Utomo yang dengan

semangat selalu memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman main sekaligus Alumni SMA 29 Jakarta, Danang Permana,

Wahyudin Akbar, Nurman Novian, Nurjatmiko, Syaifullah, Hardiansyah,

Rudiansyah, Ikbal Kemal, Wanda Nur Abdullah, Refianta dan Yendra Abdihi

yang selalu memberi motivasi baik moril maupun materil kepada penulis

untuk segera merampungkan srkipsi ini.

13. Teruntuk teman-teman seperjuangan Studi Agama-Agama angkatan 2014,

kelas A khususnya yang selalu memberikan semangat juga motivasi dalam

menyelesaikan menemani melewati perkuliahan dari awal sampai Akhir.

Semoga kita semua sealu diberi kemudahan dan kelancaran agar dapat

menyelesaikan skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) yang

sama-sama sedang diperjuangkan.

14. Teman KKN 123, Rifqi Akbari, Abdullah Jawab, Neneng Unsara, Husnil

Mardiyah, Lusriadi dan teman-teman yang lain. Terimakasih atas motivasi dan

dukungannya selama ini.

15. Teman-teman yang menemani penulis menyelesaikan skripsi, Munip Akbar,

Ridwan Efendi, Endik Sudikna, Zikri Sulthoni, Samtoni, Wahyu Vebry,

Page 9: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

viii

Rahmat Fajri, Tiara. Meskipun setiap kumpul jarang memberikan semangat

secara langsung lewat lisan, namun dukungan moril yang mungkin tersirat

karena jarang dari kita untuk mengucapkan selalu memotivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini

16. Kepada semua masyarakat dusun Jurangmangu desa Sidomukti yang sudah

membantu penulis dalam melakukan penelitian.

17. Kepada semua orang yang penuis kenal maupun yang mengenal penulis yang

tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas semua kebaikan,

ilmu dan pengalaman yang telah diberikan. Semoga kita semua mendapatkan

balasan atas kebaikan kita dan rahmat dari Allah SWT.

Akhirnya penulis hanya bisa berdoa semoga skripsi ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan pada umumnya untuk perkembangan ilmu

pengetahuan di tanah air. Atas semua sumbangsih dan informasi yang telah

diberikan, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda. Amiin

Jakarta, 23 Desember 2019

Muhammad Wahyu

Page 10: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ...............................................................................................i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................................. iii

ABSTRAK ................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ........................................................................ 1

B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 7

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN........................................................ 7

D. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 7

E. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................. 9

F. SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................................. 11

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIDOMUKTI KECAMATAN KARANGANYAR

PEKALONGAN JAWA TENGAH ................................................................................... 12

A. Sejarah Desa Sidomukti ........................................................................................ 12

B. Kondisi Ekonomi Desa Sidomukti ........................................................................ 15

C. Kondisi Pendidikan desa Sidomukti ..................................................................... 16

D. Kondisi Kebudayaan dan Agama Desa Sidomukti ............................................... 18

BAB III AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA ....................................................... 21

A. Pengertian dan Teori Akulturasi ........................................................................... 21

B. Akulturasi Islam dan Budaya Jawa ....................................................................... 24

BAB IV RITUAL TRADISI MUNGGAH MULUH DAN AKULTURASI ISLAM DI DESA

SIDOMUKTI PEKALONGAN ........................................................................................ 30

A. Prosesi Ritual Munggah Muluh di Desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar

Pekalongan Jawa Tengah .............................................................................................. 31

B. Makna simbolik setiap unsur yang terkandung dalam ritual Munggah Muluh ..... 43

BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 51

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 51

Page 11: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

x

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 53

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................. 57

Page 12: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa baru yang terdiri dari berbagai

suku bangsa, yang semua pada dasarnya adalah pribumi, artinya, semua adalah

suku-suku bangsa yang, meskipun dahulu kala bermigrasi dari tempat lain, secara

turun temurun telah tinggal di wilayah geografis Indonesia sekarang ini, dan

merasa bahwa itu adalah tanah airnya. Bangsa baru ini terbentuk karena suatu

kemauan politk untuk menyatukan diri, dan dengan itu membangun sebuah negara

serta membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan oleh bangsa lain.1

Kebudayaan adalah jati diri suatu bangsa. Suatu bangsa dibedakan dari

yang lain melalui kekhasan kebudayaannya. suatu bangsa yang memiliki satu

kebudayaan, juga didukung oleh ciri-ciri itulah yang pada pandangan pertama

seolah menjadi jati dirinya.2

Indonesia dan Kebudayaannya memiliki konsekuensi yang besar dari

pengaruh luar, mengingat Indonesia yang terletak dalam posisi silang dunia.

Dalam hal ini, sejarah telah menggambarkanya dengan nyata. Selain pengaruh

luar, masalah waktu sebenarnya juga ikut berperan dalam pembentukan suatu

kebudayaan. Misalnya, dalam fase pertama, Indonesia mendapat pengaruh Hindu-

Buddha (abad V-X), dalam fase kedua, Indonesia mendapat pengaruh Islam (abad

XI-XVI), dan dalam fase ketiga mendapat pengaruh dari kebudayaan Barat (abad

XVI-XX).3

Indonesia, karena lokasinya, sejak awal sejarahnya telah bersinggungan

dengan budaya-budaya luar. Orang-orang Cina, India, Persi, Arab, Asia Tenggara,

Eropa, masuk perairan Indonesia, berinteraksi di kota-kota niaga Indonesia, dan

meninggalkan jejak-jejak budayanya, entah terbatas atau luas. Pluralisme budaya

primordial Indonesia, mengakibatkan perkenalan dengan budaya-budaya luar itu,

1 Edy Sedyawati, Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah (Jakarta:

Rajawali Press. 2006) h. 315. 2Edi Sedyawati, Kebudayaan di Nusantara (Depok: Komunitas Bambu. 2014) h. 11.

3Suprapto W, Ilmu Budaya Dasar (Bogor: Ghalia Indonesia.2004) h. 33.

Page 13: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

2

membangun transformasi budayanya masing-masing. Dan budaya-budaya

transformatif di wilayah–wilayah primordial ini juga saling berinteraksi serta

menghasilkan bentuk-bentuk budaya transformasi baru di masing-masing lokasi.4

Bangsa Indonesia terkenal dengan masyarakat yang memiliki kebudayaan

yang beraneka ragam.5 kebudayaan yang satu berbeda dari yang lain yang

disebabkan oleh perjalanan sejarah yang berbeda.6

Salah satu wujud kebudayaan yang ada di Indonesia adalah kebudayaan

Jawa. Orang Jawa adalah satu kelompok etnik yang mempunyai kebudayaan dan

nilai-nilai maupun kebiasaan tentang sesuatu, yaitu kebudayaan Jawa. Masyarakat

atau suku bangsa Jawa adalah suku bangsa terbesar di Indonesia dan jumlahnya

mencapai lebih dari separuh warga negara Indonesia. Masyarakat Jawa berasal

dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah dan

Jawa Timur. Pada masyarakat Jawa terdapat nilai hidup atau nilai kebudayaan

Jawa yang berisi konsep-konsep mengenai apa yang dianggap bernilai, berharga

dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman hidup

bagi masyarakat Jawa.7

Jawa merupakan pulau terbesar nomor lima diantara 13.466 pulau di

Indonesia. Kini merupakan pulau paling maju dan terpadat penduduknya. Sejak

kedatangan Bangsa Eropa, pulau Jawa telah menjadi sentral berbagai aktivitas

masyarakat. Dengan daya tarik tersendiri, pulau Jawa telah mendorong terjadinya

migrasi dari seluruh penjuru Indonesia. Berbagai suku bangsa di Indonesia bisa

dijumpai di pulau ini, meskipun pulau Jawa tetap memiliki suku atau penduduk

asli. Suku Jawa merupakan suku dengan jumlah populasi terbanyak sekitar 100

juta orang (data tahun 2011). Mereka kebanyakan menempati provinsi Jawa

Timur, Jawa Tengah, dan DIY. Sedangkan provinsi Jawa Barat kebanyakan

4Jacob Sumardjo, Arkeologi Budaya Indonesia (Yogyakarta: Qalam. 2002) h. 75.

5Suwardi Endraswara, Etnologi Jawa: Penelitian, Perbandingan, dan Pemaknaan

Budaya(Yogyakarta: CAPS, 2015) h. 42. 6Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 83.

7Ryan L. Rachim, “Nilai Budaya Jawa dan Perilaku Nakal Remaja Jawa,” Jurnal Ilmiah

BerkalaPsikologi, vol. 9, no. 1, h.34.

Page 14: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

3

dihuni suku sunda, provinsi Banten mayoritas penduduknya suku banten dan DKI

Jakarta dihuni suku betawi.8

Jawa adalah kelompok etnik terbesar di Asia Tenggara. Etnik ini

berjumlah kurang lebih empat puluh persen dari dua ratus juta penduduk

Indonesia. Seperti sebagian besar penduduk Indonesia lainnya lebih dari delapan

puluh persen) mereka juga memeluk agama Islam. Tetapi, sudah bisa diduga,

pemeluk agama yang sedemikian masif itu berbeda-beda secara kultural, bukan

hanya sekedar keanekaragaman yang begitu besar di kalangan orang Indonesia.

Tetapi juga karena variasi subkultural di lingkungan orang Jawa sendiri. Sejak

dulu mereka mengenal dua arus besar komitmen keberagamaan: yaitu mereka

yang shalat dan mereka yang tidak. “Shalat” berarti menjalankan shalat wajib

lima waktu sehari. Orang-orang yang melakukannya disebut putihan, yaitu orang-

orang putih atau murni yang menjalankan kewajiban agama secara sungguh-

sungguh. Belakangan, kelompok ini sering disebut santri sebagai lawan dari

abangan, yaitu rakyat kebanyakan yang tidak religius secara keislaman, atau

mereka yang tidak melaksanakan peribadatan Islam.9

Ajaran Kejawen dianut oleh banyak kota dan daerah di pulau Jawa, tidak

terkecuali Kabupaten Pekalongan. Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu

dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, yang berada di daerah pantura

bagian barat sepanjang pantai utara Laut Jawa memanjang ke selatan dengan Kota

Kajen sebagai Ibu Kota pusat pemerintahan. Secara topografis, Kabupaten

Pekalongan merupakan perpaduan antara wilayah datar di wilayah bagian utara

dan sebagian merupakan wilayah dataran tinggi/pegunungan di wilayah bagian

selatan yaitu di antaranya Kecamatan Petungkriyono dengan ketinggian 1.294

meter di atas permukaan laut dan merupakan wilayah perbatasan dengan

Kabupaten Banjarnegara, Kecamatan Lebakbarang, Paninggaran, Kandangserang,

Talun, Doro, dan sebagian di wilayah Kecamatan Karanganyar serta Kajen.10

8Aristo Farela, A Short History Of Java(Surabaya: Ecosystem Publishing, 2017) h. 38.

9Niels Mulder, Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia (Yogyakarta: LKiS. 2001) h.2.

10http://www.pekalongankab.go.id/pemerintahan/deskripsi-wilayah/kondisi-geografis

(diakses pada 20 Agustus 2018, pukul 21.35).

Page 15: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

4

Kabupaten Pekalongan merupakan sebuah daerah yang di pesisir utara

pulau Jawa yang sebagian besar masyarakatnya menganut kebudayaan asli atau

kebudayaan leluhur. Kebudayaan asli atau kebudayaan leluhur yang dimaksud

merupakan suatu kerohanian khas suatu bangsa atau suku bangsa yang

dikembangkan di tengah bangsa dan suku bangsa itu sendiri dan tidak dipengaruhi

oleh kerohanian bangsa lain.11

Kebudayaan asli itu adalah Kejawen.

Keyakinan hasil didikan alam terus dianut oleh orang Jawa secara turun-

temurun. Bahkan ketika zaman kolonial, ketika orang Jawa sudah banyak yang

menganut agama formal, seperti Islam, Hindu, Nasrani, dan pemujaan terhadap

kekuatan alam tidak ditinggalkan. Tampaknya, agama yang mereka anut tidak

mampu menghilangkan keyakinan terhadap adanya kekuatan alam. Kepercayaan

atau ritual yang dilakukan oleh orang Jawa ini disebut “Kejawen.” Ajaran

Kejawen merupakan keyakinan dan ritual campuran dari agama-agama formal

dengan pemujaan terhadap kekuatan alam. Sebagai contoh, orang Jawa banyak

yang menganut agama Islam, tetapi pengetahuan mereka tentang agamanya boleh

dikatakan masih kurang mendalam.12

Kejawen atau kejawaan dalam bahasa Indonesia adalah “kejawaan,” dan

“jawanisme”. Kata yang terakhir ini menjadi sebutan deskriptif bagi elemen-

elemen kebudayaan Jawa yang dianggap Jawa secara hakiki dan hal itu

didefinisikan sebagai suatu kategori unik.13

Kejawen bukanlah suatu kategori

religius. Namun, ia lebih menunjuk pada sebuah etika dan sebuah gaya hidup

yang diilhami oleh pemikiran Jawa. Sehingga, ketika sebagian orang mengungkap

kejawaan mereka dalam praktik beragama, seperti dalam mistisisme, pada

hakikatnya hal itu adalah suatu karakteristik yang secara kultural condong pada

kehidupan yang mengatasi keanekaragaman religius.14

Salah satu tradisi Kejawen yang masih berlaku sampai sekarang dan tetap

eksis dilaksanakan oleh masyarakat Jawa khususnya di Pekalongan adalah tradisi

Munggah Muluh. Tradisi munggah muluh merupakan suatu prosesi acara dalam

11

Sudarto, Religionisasi Indonesia: Sejarah Perjumpaan Agama Lokal dan Pendatang

(Jakarta: Gramedia, 2016) h. 11 12

Capt. R.P. Suyono, Dunia Mistik Orang Jawa (Yogyakarta: LkiS, 2007) h. 2. 13

Niels Mulder, Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia, h.2. 14

Niels Mulder, Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia, h.10.

Page 16: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

5

pembangunan rumah. Muluh yang dimaksud adalah sebatang kayu besar yang

menjadi pusat pondasi atap di rumah yang akan dibangun. Tradisi ini memiliki

prosesi yang unik karena melibatkan poses pembuatan rumah. Ini berarti, bagi

masyarakat Jawa yang akan membangun rumah sudah barang pasti menggunakan

tradisi ini dengan tujuan yang pertama adalah untuk mengikuti tradisi nenek

moyang dari kepercayaan daerah setempat, lalu tradisi ini juga dipercaya sebagai

pnghormatan terhadap para pendahulu desa dengan dipersembahkannya sesajen.

Dengan sistem kepercayaan yang melekat di masyarakat maka masyarakat

setempat yakin dan percaya bahwa dalam membangun rumah, kita tidak bisa

sembarangan utuk membangunnnya melainkan melalui perhitungan Jawa yang

sudah masyarakat percaya secara turun temurun.

Prosesi munggah muluh tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang,

melainkan oleh orang yang sudah faham betul dengan tradis ini. Tukang kayu atau

mandor proyek pembangunan rumah ini biasanya orang-orang yang sudah dipilih

yang tentu juga mengerti dan paham dengan tradisi ini. Masyarakat percaya jika

mandor atau tukang kayu bukan orang yang paham tentang tradisi ini, maka di

kemudian hari pemilik dan penghuni rumah tersebut akan selalu mendapat

musibah dan penuh kesengsaraan baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Bagian awal dari prosesi ini adalah penentuan tanggal berdasarkan weton

dan primbon dari sistem penanggalan Jawa. Masyarakat pecaya bahwa setiap

tanggal, bulan dan tahun lahir memiliki makna yang berbeda-beda bagi masing-

masing orang termasuk dalam perhitungan membangun rumah. Melalui tetua desa

yang dipercaya dapat menghitung waktu dan tanggal baik sesuai perhitungan Jawa

yang mereka yakini, penentuan tanggal dan jam pembangunan rumah pun

ditentukan. Tentunya dengan berbagai macam pertimbangan, semisal weton15

si

pemilik rumah, posisi rumah yang menghadap ke mata angin mana, letak rumah

yang berdekatan dengan apa (sawah, pantai, lahan gambut, dll) dan masih banyak

lagi.

15

Weton merupakan perayaan hari kelahiran seseorang berdasarkan perhitungan hari dalam

kalender Jawa. Weton merupakan gabungan dari tujuh hari dalam kalender Islam dan lima hari

pasaran Jawa.

Page 17: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

6

Bagian kedua adalah mempersiapkan sesajen semalam sebelum prosesi

dimulai. Bentuk sesajen ini sangat beragam dan bermacam-macam, mulai dari

makanan, minuman, buah-buahan, aneka palawija, bahkan hewan. Semuanya

dipersiapkan oleh pemilik rumah melalui bantuan dari si pembuat sajen yang

tentunya juga bukan sembarang orang yang bisa membuatnya. Sesajen ini

kemudian di letakkan di ruang tengah rumah yang akan di bangun dan harus

sebanyak isi ruang yang ada. Artinya jika ruang tengah berukuran tiga kali lima

meter, maka banyaknya sesajen pun harus memenuhi ukuran ruangan tersebut.

Bagian yang ketiga yang juga menjadi bagian inti dari prosesi ini adalah

proses pengangkatan si kayu utama kebagian atas rumah. Prosesi ini dilakukan

oleh si mandor dengan bantuan para asistennya untuk mengangkat kayu tersebut

sampai ke atas. Di sepanjang kayu tersebut diberi berbagai macam sesajen seperti

aneka palawija, kain sarung, pakaian baru, mukenah, dan bendera merah putih

yang sudah diisi oleh koin dan sesajen kecil di dalamnya. Kemudian kain yang

panjang yang dibawa dari bawah ke atas harus tetap berada di dalam tungku berisi

air kembang yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dalam tradisi ini, dapat

dikatakan gagal jika kain yang dibawa keatas keluar dari tungku atau tidak bisa

menyambung antara air di tungku dan kayu yang berada diatas. Lalu kemudian si

mandor akan memaku bendera merah putih dengan macam-macam isian di

dalamnya itu dengan paku emas sebanyak tiga buah sehingga bendera secara

paten melekat pada kayu. Kehadiran bendera ini pun memiliki banyak arti yang

nanti penulis jelaskan lebih mendalam pada pembahasan selanjutnya.

Bagian akhir dari prosesi ini adalah diadakannya selametan langsung

setelah kayu sampai di atas. Selametan ini dipimpin oleh pemuka agama disana

yang juga seorang ustadz di desa tersebut. Selametan ini melibatkan banyak orang

terutama masyarakat desa maupun tetangga satu desa.

Tradisi Jawa adalah tradisi yang amat kaya dan dihimpun dari

kesusasteraan yang merentang selama ribuan tahun mulai dari sumber sanskerta

kuno hingga legenda kerajaan-kerajaan kuno. Salah satu di antara banyak tradisi

dan ritual dalam Kejawen yang menarik perhatian penulis adalah tradisi Munggah

Muluk yang juga mengnspirasi penulis untuk menulis skripsi dengan judul

Page 18: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

7

“Wujud Akulturasi Islam dan Budaya Jawa: Tradisi Munggah Muluh di Desa

Sidomukti Pekalongan Jawa Tengah).”

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan dalam

bentuk pertanyaan “Bagaimana akulturasi Islam dan Budaya Jawa mewujud

dalam tradisi ritual Munggah Muluh di Desa Sidomukti Pekalongan?”

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

Dari rumusan masalah di atas, dapat diketahui bahwa tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui wujud akulturasi yang terkandung dalam setiap unsur

dalam ritual Munggah Muluh di Desa Sidomukti Pekalongan.

Adapun manfaat dan kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari tiga

aspek sebagai berikut :

a. Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam

perkembangan pemikiran dan memperkaya wawasan tentang konsep-

konsep kebudayaan terutama kebudayaan Jawa bagi para peneliti di

kemudian hari

b. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat pembaca

terhadap kebudayaan lokal demi terbentuknya pemahaman yang lebih

obyektif dalam menyikapi sesama yang berbeda budaya dalam

kehidupan bernegara yang baik dan toleran.

c. Akademik

Sebagai salah satu persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana

Agama (S.Ag).

D. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian dan kajian tentang kebudayaan Jawa agaknya sudah

menginspirasi banyak penulis dan peneliti sehingga sudah banyak skripsi yang

membahas tentang kebudayaan Jawa secara umum maupun khusus. Dapat kita

Page 19: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

8

jumpai di toko buku manapun selalu ada studi tentang agama dan kebudayaan,

karena tak dapat dipungkiri bahwa manusia sesungguhnya hidup dalam lingkup

kebudayaan yang menyertai kesehaiannya. Di antara hasil peneitian dan studi

tentang kebudayaan dan agama penulis menemukan beberapa data sebagai

berikut:

Pertama, dari buku Agama Jawa: abangan santri priyai dalam kebudayaan

Jawa karya Clifford Geertz terjemahan Aswab Mahasin dan Bur Rasuanto terbitan

komunitas bambu tahun 2014. Buku ini berasal dari disertasi Clifford Geertz

berdasarkan penelitian di Jawa pada 1952-1954. Geertz mencoba menyimpang

dari tradisi antropologi umumnya yang memberi perhatian utama kepada

komunitas kecil petani atau penggembala, juga suku-suku terasing yang

cenderung menghilang. Suatu kota kecil di Jawa Timur, disebut Mojokuto,

dipilihnya untuk memberikan kontras terhadap kecenderungan tersebut, karena

kota kecil itu mempunyai penduduk yang melek huruf dengan tradisi yang tua,

urban, sama sekali tidak homogen serta sadar dan aktif secara politik. Di

Mojokuto terjadi benturan budaya, dimana Islam, Hinduisme, dan tradisi

animisme berbaur dalam satu sistem sosial.

Kedua, buku Islam Pesisir karya Prof. Dr. Nur Syam terbitan LkiS tahun

2005. Prof. Dr. Nur Syam dalam bukunya ini mengupas tentang tradisi

masyarakat Islam pesisir, tepatnya di daerah Palang Tuban Jawa Timur. Suatu

temuan dari disertasi Prof. Dr. Nur Syam adalah tradisi masyarakat Islam pesisir

yang sangat unik, tidak bercorak Islam murni tetapi juga tidak kejawen, namun

lebih kepada bentuk tradisi Islam yang khas. Yakni tradisi Islam yang berpusat

pada masjid, sumur, makam yang dikenal dengan medan budaya.

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Marzuqi tentang “akulturasi Islam dan

budaya Jawa (studi terhadap praktek “laku spiritual” kadang padepokan gunung

lanag di desa Sidutan kcamatan Temon kabupaten Kulonprogo). Skripsi ini

membahas tentang akulturasi Islam dan budaya Jawa dalam tradisi laku spiritual

yang dilakukan oleh masyarakat desa setempat.16

Skripsi ini lah yang akan

16

Marzuqi merupakan mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2016. Skripsi ini menjadi

perbandingan dari skripsi yang akan penulis tulis. Ia membahas tentang akulturasi dalam tradisi

laku spiritual dan unsur-unsur yang ada didalamnya.

Page 20: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

9

menjadi perbandingan bagi penulis karena objek kajian kita tentang budaya dan

lebih dalam lagi membahas unsur-unsur yang menjadi kategorisasi dari akulturasi

Islam dan budaya Jawa, namun antara Marzuqi dan penulis terdapat perbedaan

dalam tradisi dan daerah yang menjadi objek kajian. Dikarenakan kebudayaan di

negara ini sangalah banyak, penulis berharap tulisan tentang budaya ini dapat

menambah wawasan kebudayaan kita semua.

Berbeda dari ketiga sumber pustaka diatas, tema yang penulis bahas

adalah Akulturasi Islam dan Budaya Jawa dalam Tradisi Munggah Muluh di desa

Sidomukti Pekalongan. Penulis mencoba mengungkap lebih jauh tentang tradisi

munggah muluh dengan memfokuskan pada sejarah asal-usul, prosesi tradisi

munggah muluk, wujud akulturasi islam dan budaya dalam setiap unsur pada

tradisi munggah muluk, dan persepsi atau pandangan masyarakat desa seputar

tradisi ini serta apa dampak signifikan dilaksanakannya tradisi ini bagi mereka.

E. METODOLOGI PENELITIAN

Agar data yang penulis paparkan dapat dipertanggungjawabkan secara

akademis, maka diperlukan metode tertentu dalam melakukan penelitian. Dengan

adanya metode, diharapkan suatu penelitian dapat lebih terarah dan masalah-

masalah dapat terjawab secara tepat dan dapat dibuktikan kesahihannya.17

Adapun

metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Jenis atau Model Penelitian

Jenis peelitian yang penulis gunakan sebagai acuan dalam

melakukan penelitian adalah penelitian kualitatif, yang bersifat studi

lapangan dan diharapkan dapat menghasilkan data deskriptif mengenai

kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari

orang-orang yang diteliti.18

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

dengan dua model pendekatan yakni pendekatan sosiologis yang

bermaksud mencari relevansi dan pengaruh agama terhadap fenomena

17

Syamsir Alam, Meodologi Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h. 134. 18

Bagong Suyanto dkk., Metodologi Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif

Pendekatan(Jakarta: Kencana, 2007) h. 166.

Page 21: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

10

sosial. Pendekatan ini berfokus kepada masyarakat yang memahami dan

mempraktikan agama; bagaimana pengaruh masyarakat terhadap agama

dan pengaruh agama terhadap masyarakat.19

Pendekatan yang kedua

adalah Antropologis yang berupaya memahami kebudayaan-kebudayaan

produk manusia yang berhubungan dengan agama. Sejauh mana agama

memberi pengaruh terhadap budaya dan sebaliknya; sejauh mana budaya

suatu kelompok masyarakat memberi pengaruh terhadap agama.20

c. Sumber Penelitian

sumber data penelitian yang akan penulis gunakan dalam penelitian

ini adalah sumber data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data

yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti.21

Atau sumber

tulisan yang berkaitan langsung dengan objek yang akan diteliti baik

berupa buku, jurnal, majalah, surat kabar, thesis maupun dokumen arsip.

Sumber primer yang berkaitan dengan judul skripsi ini diantaranya sebagai

berikut:

a. Niels Mulder, Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia

(Yogyakarta: LKiS, 2001).

b. Mark R Woodward, Islam Jawa: Kesalehan Normatif verus

Kebatinan (Yogyakarta: LKiS, 1999).

c. Andrew Beatty, Variasi Agama di Jawa (Bandung: Raja

Grafindo Perkasa, 2001).

d. Abdul Djamil, Islam dan Kebudayaan Jawa

(Yogyakarta:Gama Media, 2002).

e. Suwardi Endraswara, Etnologi Jawa: Penelitian,

Perbandingan, dan Pemaknaan Budaya (Yogyakarta: CAPS,

2015).

f. Aristo Farela, a short history of java (Surabaya: Ecosystem,

2017).

19

Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) h.

43 20

Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama, h. 47 21

Bagong Suyanto kk., Metodologi Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, h.

56.

Page 22: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

11

g. Bambang Pranowo, Memahami Islam Jawa (Tangerang

Selatan: Alvabet, 2009).

h. Capt. R.P Suyono, Dunia Mistik Orang Jawa, (Yogyakarta:

LKiS, 2007).

i. Darmanto Jatman, Psikologi Jawa, (Yogyakarta: Bentang

Budaya, 2000).

Selain sumber primer yang telah disebutkan, penulis juga berupaya

mendapatkan sumber primer lain melalui wawancara dengan bertatap

muka langsung dengan pelaku budaya di desa setempat. Sumber lainnya

juga penulis dapat dengan melakukan observasi tentang tradisi yang ingin

diteliti langsung di desa tersebut.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Demi mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai isi dan

pembahasan skripsi ini, maka penulis akan kemukakan sistematika penulisan yang

terdiri dari 5 (lima) bab beserta sub bab dari masing-masing bab dalam penulisan

skripsi ini.

BAB I : Bab yang pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Bab yang kedua memaparkan tentang gambaran umum desa sidomukti

yang didalamnya juga dibahas tentang profil desa dan kondisi sosial budaya dan

keagamaan masyarakat di desa sidomukti

BAB III : Bab yang ketiga membahas tentang teori akulturasi mulai dari teori-

teorinya hingga pembahasan mengenai akulturasi Islam dan budaya Jawa itu

sendiri.

BAB IV : Bab yang keempat membahas tentang ritual dan wujud akulturasi islam

dan budaya jawa dalam tradisi munggah muluk yang didalamnya juga terdapat

sub bab yang membahas tentang prosesi ritual munggah muluk dan wujud

akuturasi islam dan budaya jawa dalam tradisi tersebut.

Page 23: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

12

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA SIDOMUKTI KECAMATAN

KARANGANYAR PEKALONGAN JAWA TENGAH

A. Sejarah Desa Sidomukti

Desa Sidomukti secara administrasi terletak di kecamatan Karanganyar

kabupaten Pekalongan Jawa Tengah. Desa Sidomukti terbentuk sekitar tahun

1928 yang memiliki dua dukuh yaitu dukuh Sentul dan dukuh Juragmangu. Nama

Sidomukti berarti “sido atau jadi, dan mukti atau makmur” yang dimaksudkan

kepada siapapun orangnya yang setia dan taat menjadi warga desa Sidomukti

diharapkan bisa berjaya hidupnya dan makmur secara ekonominya.22

Dukuh Jurangmangu merupakan sebuah dukuh yang letaknya berada di

paling belakang dan paling dalam jika dihitung dari jarak jalan utama provinsi

ataupun dari kantor kepala desa. Nama Jurangmangu diambil dari nama seorang

tokoh agama atau ulama yang diyakini masyarakat sebagai tokoh yang

membangun desa hingga maju dan berkembang secara kultur kebudayaan dan

agamanya sampai saat ini. Mbah Jurangmangu, begitu panggilan masarakat

terhadap tokoh yang diagungkan di dukuh tersebut hingga makamnya dibangun

tugu sebagai bentuk penghormatan terhadap beliau dan sebagai pengingat kepada

generasi selanjunya tentangnya.23

Sebagian pemuda desa meyakini bahwa makam mbah Jurangmangu

memiiki kekuatan magis hingga tidak sedikit dari mereka yang mencari ilmu di

sana. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu kejiawaan Jawa yang biasa kita sebut ilmu

tarekat Kejawen. Orang-orang yang ingin belajar demi bisa menguasai ilmu ini

memiliki beberapa syarat. Syarat-syarat itu harus terpenuhi demi terwujudnya

keinginan mereka yang ingin menguasai ilmu itu. Salah satu kegunaan dari ilmu

itu adalah diantaranya kebal dari serangan-serangan gaib, sebagai penenang jiwa

dan masih banyak lagi. Para penganut ilmu ini meyakini bahwa dengan memiliki

ilmu Kejawen dapat membut fikiran dan pola hidup menjadi tenang. Tenang

22

Wawancara pribadi dengan bapak hasrito aji selaku kepala desa sidomukti kecamatan

karanganyar kabupaten pekalongan, 2 Februari 2019. 23

Wawancara pribadi dengan bapak hasrito aji selaku kepala desa sidomukti kecamatan

karanganyar kabupaten pekalongan, 2 Februari 2019.

Page 24: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

13

dalam menjalani hidup karena para penganut ilmu ini cenderung paham hakikat

dari kehidupan yang sebenarnya. Banyak diantara mereka yag memiliki ilmu ini

justru hidup sederhana. aneh rasanya, bisa saja mereka mengguunakan ilmu itu

untuk mencari uang baik secara gaib maupun secara nyata, namun ternyata tidak

dengan mereka. Mereka paham bahwasanya hakikat kehidupan bukanlah mencari

uang sebanyak-banyaknya, namun bagaimana mereka bisa berguna bagi sesama

serta ibadah kepada Tuhan demi kebaikan di kehidupan nanti.24

Kebudayaan Jawa di desa Sidomukti sangatlah kental. Kita biasa

menyebutnya sebagai Kejawen. Sebenarnya, Kejawen tidak serta merta dimaknai

sebagai agama orang Jawa. Lebih luas dari itu Kejawen adalah keseluruhan tata

hidup orang Jawa yang diyakini, dijalani, dan dikembangkan sebagai sikap dan

pandangan hidup orang Jawa. Mereka umumnya luruh dan total menghayati

perjalanan hidup Kejawen.25

Budaya-budaya Jawa yang masih tetap terjaga dan

masih dilaksanakan di desa Sidomukti seperti prosesi sunatan atau khitan,

pernikahan, sedekah bumi, wayang, Munggah Muluh, dan masih banyak lagi yang

lainnya. Ini mengindikasikan bahwa sebenarnya perilaku budaya Jawa masih

teramat kental dilaksanakan.

Salah satu tempat yang di keramatkan oleh masyarakat disana adalah

makam Mbah Jurangmangu yang diyakini memiliki kekuatan magis dan tidak

semua orang bisa merasakannya melainkan hanya orang-orang tertentu saja yang

memiliki kemampuan khusus yang dapat merasakannya. Selain namanya

dijadikan nama dukuh, nama Jurangmangu juga dijadikan nama tempat kolam air

mengalir di dukuh tersebut yang sehari-hari digunakan sebagai tempat mencuci

bagi ibu-ibu maupun sebagai tempat mandi bagi warga yang lain. Kolam mengalir

itu bernama kali Jurang, sebuah tempat yang pada hari-hari tertentu atau pada

waktu tertentu sesuai penanggalan jawa diberi sesajen oleh warga seperti malam

jumat kliwon ataupun malam satu suro26

. Menurut keyakinan warga desa, kali

Jurang tidak akan pernah surut sekalipun sedang musim kemarau. Ini karena

mereka yakin bahwa kali Jurang adalah tempat yang di berikan Mbah

24

Wawancara dengan suroso selaku pemuda dukuh Jurangmangu desa Sidomukti

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan, 2 Februari 2019. 25

Aristo Farela, A Short History Of Java, (Surabaya: Ecosystem. 2017) h. 74. 26

Dalam penanggalan Islam, satu suro berarti satu Muharam

Page 25: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

14

Jurangmangu kepada warga desa untuk memenuhi kebutuhan airnya sehingga

masyarakat desa menganggap keramat tempat tersebut.27

Desa Sidomukti merupakan salah satu dari 15 desa di Kecamatan

Karanganyar dan salah satu dari 284 desa atau kelurahan di Kabupaten

Pekalongan yang terletak paling barat di wilayah Kecamatan Karanganyar yang

berbatasan dengan wilayah Kecamatan Kajen Ibukota Kabupaten Pekalongan.

Luas wilayah desa Sidomukti adalah 253.155 ha yang merupakan daerah dataran

rendah dngan ketinggian 25 meter diatas permukaan laut dengan batas wilayahnya

masing-masing adalah sebelah utara berbatasan dengan desa Jetak Kidul

Wonopringgo, sebelah timur berbatasan dengan desa Kayugeritan Karanganyar,

sebelah selatan berbatasan dengan desa Karangsari Karanganyar dan sebelah barat

berbatasan dengan desa Banjarejo Karanganyar.28

Desa sidomukti tergolong dalam tipe desa pesawahan karena sebagian

besar luas daerahnya merupakan lahan pesawahan. Terdapat 74% dari total 243,51

ha/m2 luas desa merupakan lahan pesawahan. Ini yang menjadikan sektor

pertanian menjadi potensi sumber daya alam di desa tersebut.29

Desa sidomuki ini tidak secara langsung dilewati oleh angkutan umum

ataupun bus kota karena letaknya yang berada lebih kedalam dari akses jalan

utama atau jalan provinsi. Sebagian warga yang memiliki kendaraan pribadi lebih

suka menggunakan kendarannya untuk mengakses tempat-tempat seperti pusat

ekonomi baik pasar, swalayan maupun pusat perbankan seperti bank. Bagi

sebagian yang lain memilih menggunakan angkutan umum atau bus kota untuk

menuju tempat-tempat perniagaan, namun mereka harus menggunakan

transportasi lain seperti ojek motor demi sampai ke tempat angkutan umum dan

bus kota mengambil penumpang.

27

Wawancara dengan Mbah Sejo selaku tetua desa sidomukti kecamatan Karanganyar

kabupaten Pekalongan, 2 Februari 2019. 28

Observasi, lihat dari Arsip desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Pekalongan, 2 Februari 2019. 29

Observasi, lihat dari Arsip desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Pekalongan, 2 Februari 2019.

Page 26: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

15

B. Kondisi Ekonomi Desa Sidomukti

Sebagian besar masyarakat Desa Sidomukti memiliki mata pencaharian

sebagai petani dan buruh tani. Ada sekitar 683 orang yang terdiri dari laki-laki dan

perempuan bermata pencaharian sebagai petani dan sekitar 636 orang yg lain

bermata pencaharian sebagai buruh tani. Kondisi geografis desa Sidomukti yang

sebagian besar adalah pesawahan sangat memungkinkan masyarakatnya untuk

bekerja di bidang pertanian. Selain pertanian, banyak bidang lain yang juga

menjadi mata pencaharian warga desa Sidomukti, seperti peternakan, industri

rumah tangga, pedagang, nelayan, pengusaha maupun karyawan swasta. Di

bidang peternakan, warga desa memanfaatkan lahan kosong milik pribadi untuk

dijadikan sebagai tempat ternak hewan seperti ayam, bebek, sapi, kambing

maupun kerbau. Warga memanfaatkan hari-hari besar keagamaan maupun

perayaan adat di kabupaten Pekalongan untuk menjajahkan hewan ternaknya. Hari

raya Idul Adha dan Idul Fitri misalnya, saat-saat hewan ternak warga laku keras

dijajakan di pasar maupun rumahan. Di perayaan lain, nikahan dan munggah

muluh misalnya, para peternak ayam kampung diuntungkan karena dalam prosesi

adatnya menggunakan ayam kampung.30

Kondisi ekomoni secara garis besar belum bisa dikatakan baik, ini

dikarenakan rata-rata pendapatan masyarakat yang masih kecil. Ada sedikit

ketimpangan ekonomi di lingkugan masyarakat, dengan adanya beberapa keluarga

yang secara ekonomi dianggap mapan seperti pengusaha Vermak, pengusaha

kelontong di kota dan masyarakat yang bekerja di kota besar seperti Jakarta,

Bandung dan Surabaya dianggap sebagai keluarga yang mapan. Sementara

masyarakat di desa mayorits sebagai petani dan pekerja harian lepas, sehingga

dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi masyarakat desa belum merata.

Tingkat ekonomi yang cenderung rendah juga disebabkan oleh daya beli

masyarakat yang kurang. Mayoritas penduduk di desa itu ialah para orang tua dan

anak-anak usia sekolah, sementara usia muda produktif lebih banyak merantau ke

kota besar seperti jakarta. Banyak diantara mereka yang muda merantau ke kota-

kota besar untuk bekerja dan memulai usaha baru. Mereka yang sukses merantau

30

Observasi, lihat dari Arsip desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Pekalongan, 2 Februari 2019.

Page 27: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

16

di kota biasanya memiliki rumah yang bagus dengan bangunan yang apik dan

luas, sedangkan yang kurang beruntung merantau ke kota biasanya kehidupan di

kampung pun biasa-biasa saja. Indikasi masyarakat desa termasuk kelompok

ekonomi rendah atau tinggi biasanya dari rumah dan gaya hidupnya. Masyarakat

dengan ekonomi yang mapan biasanya lebih suka menggunakan perhiasan di

tangan, telinga dan leher yang lebih mencolok dari biasanya sedangkan yang

ekonominya biasa-biasa saja pun menggunakan perhiasannya biasa saja atau

sekedarnya. Namun ada hal yang menarik bahwa di desa ini ada segelintir orang

yang secra ekonomi biasa-biasa saja namun berpenampilan layaknya orang yang

memiliki tingkat ekomoni yang bagus, dengan mengenakan perhiasan yang sangat

mencolok meski haya dengan berpakaian layaknya ibu rumah tangga pada

umumnya. Ini menjadi fenomena ekonomi yang menarik yang ada di desa ini.

C. Kondisi Pendidikan desa Sidomukti

Desa Sidomukti jika ditinjau dari segi pendidikannya maka dapat

dikatakan sebagai desa yang sedang berkembang dalam hal dunia pendidikan. Hal

ini dapat kita lihat dengan masih banyaknya penduduk yang buta aksara dan huruf

latin yaitu sebanyak 204 orang yang masih terus diupayakan oleh pemerintah desa

agar sebisa mungkin masyarakat yang buta aksara dan huruf latin terus berkurang

bahkan hilang. Sebagian besar masyarakat desa Sidomukti adalah lulusan tingkat

sekolah dasar dengan jumlah 314 orang dan ada 305 orang lagi yang berstatus

sebagai pelajar sekolah dasar. Jumlah ini terbanyak jika dibandingkan dengan

masyarakat lulusan SMP, SMA atau bahkan lulusan S1. Jumlah penduduk yang

sedang mengikuti jenjang pendidikan tingkat SMP dan yang sudah lulus SMP

total sebanyak 316 orang dengan jumlah masing-masing ialah 160 dan 156,

sedangkan yang tidak tamat SMP sebanyak 168 orang. Untuk jenjang

SLTA/sederajat adalah sebanyak 321 orang dengan jumlah yang sedang

mengikuti jenjang pendidikan SLTA sebanyak 64 orang dan yang tamat SLTA

sebanyak 257 orang.31

31

Observasi, lihat dari Arsip desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Pekalongan, 2 Februari 2019.

Page 28: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

17

Meski begitu, tingkat kesadaran akan pendidikan bagi masyarakat desa

sangatlah tinggi, ini ditandai dengan begitu antusiasnya anak-anak usia sekolah

yang setiap pagi bergerombol dengan riang gembira menuju ke sekolah tempat

mereka belajar. Seperti tak ada beban rasanya jika dibandingkan dengan anak-

anak di kota besar yang hampir keseluruhan secara hidup lebih modern namun

kurang pasrisipatif dengan pendidikan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi

anak-anak giat ke sekolah diantaranya adalah kebutuhan mereka akan kegiatan

sosial bersama teman-teman sebaya yang dilakukan di sekolah, atau bahkan

mungkin karena mereka dan tentunya para orang tua sadar bahwa pendidikan

adalah hal yang sangat penting bagi anak-anak mereka demi terbinanya moral dan

akhlak yang baik bagi kehidupan kelak.

Terdapat setidaknya 3 sekolah dasar di desa sidomukti dengan 2

diantaranya terletak di dusun sentul dan yang lainnya di dusun jurangmangu.

Meski bangunannya satu lantai dan tak bertingkat, namun fasilitas yang

disediakan di sekolah sudah jauh lebih baik dan lebih lengkap jika diandingkn

dengan 15 tahun silam. Kini bangunan sekolah dasar di dusun Jurangmangu sudah

memiliki toilet yang bersih dan layak untuk digunakan, sangat berbeda jauh

dengan kondisi gedung 15 tahun silam dimana siswa yang ingin buang air besar

harus jalan kaki sejauh kurang lebih 200 meter menuju sungai terdekat dan

melakukan aktivitas buang air besarnya disana. Ini merupakan bukti bahwa

pemerintah desa serius dalam meningkatkan kualitas pendidikan di desa

Sidomukti.32

Peningkatan kualitas pendidikan ditunjang oleh bangunan sekolah yang

semakin membaik tiap tahunnya. Selain itu faktor penunjang lain juga ada pada

guru-guru pengajar yang tercatat lumayan banyak, setidaknya dari data desa tahun

2017 ada 19 guru TK dan SD di desa Sidomukti dengan masing-masing adalah 6

orang guru TK dan 13 orang guru SD, yang tentunya akan terus ditingkatkan lagi

oleh pemerintah desa demi terciptanya pendidikan yang baik bagi seluruh warga

desa.

32

Observasi, pengamatan langsung di desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Pkalongan, 2 Februari 2019.

Page 29: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

18

Selain pendidikan formal, di desa sidomukti juga aktif kegiatan pengajian

rutin harian bagi anak-anak dan remaja yang biasa dilakukan pada sore hari dan

untuk yang remaja di malam hari. Terdapat dua musholla di dusun Jurangmangu

yang masing-masing memiliki Madrasah atau tempat ngaji anak-anak dan belajar

agama. Pendidikan agama bertujuan agar anak-anak dan kita pada umumnya dapat

memahami apa yang terkandung didalam Islam secara keseluruhan , menghayati

makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkan dan

menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai

pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat

kelak.33

Kesadaran masyarakat akan ilmu agama pada dasarnya tinggi, sebagian

besar masyarakat desa menyekolahkan anaknya di madrasah-madrasah yang ada

di desa guna mengikuti kegiatan belajar keagamaan setelah anak-anak belajar

formal di sekolah.

Meski kesadaran masyarakat akan pendidikan sudah tinggi, namun

fasilitas penunjang yang diberikan oleh pemerintah desa diluar fasilitas sekolah

dasar dirasa masih kurang. Ini ditandai degan kurangnya lembaga-lembaga

masyarakat yang bergerak dibidang pendidikan diluar sekolah sepeti halnya

rumah belajar, taman bacaan, perpustakaan desa, sanggar belajar, lembaga kursus

keterampilan dan lain-lain. Lembaga pendidikan masyarakat diluar sekolah dasar

dirasa perlu demi memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak usia sekolah di

desa. Sanggar belajar, keompok belajar maupun lembaga kursus keterampilan

dapat menunjang kegiatan anak-anak usia sekolah diluar jam sekolah formalnya.

Ini baik karena dapat membentuk karakter dan mendidik kebiasaan baik bagi

mereka dalam bermasyarakat nantinya.

D. Kondisi Kebudayaan dan Agama Desa Sidomukti

Agama merupakan bagian dari sistem kebudayaan. Agama merupakan

pedoman yang dijadikan sebagai kerangka interpretasi tindakan manusia. Selain

itu, agama juga merupakan pola dari tindakan, yaitu sesuatu yang hidup dalam diri

manusia yang tampak dalam kehidupan kesehariannya.34

33

Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 88. 34

Nur Syam, Islam Pesisir, (Yogyakarta: LKiS. 2011) h. 2.

Page 30: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

19

Di desa Sidomukti kecamatan Karanganyar kabupaten Pekalongan

berdasarkan agama yang dianut mayoritasnya adalah Islam. Hampir 98 persen dari

total jumlah penduduknya adalah seorang Muslim, sedangkan sisanya adalah non

muslim. Terdapat satu masjid di desa Sidomukti dan tiga langgar atau mushola

masing-masing satu di dukuh Sentul dan dua lainnya di dukuh Jurangmangu. Di

dukuh Jurangmangu sendiri hanya ada dua bangunan langgar yang masing-masing

bangunannya sudah tua karena langgar-langgar tersebut sudah sejak lama di

bangun. Sedangkan untuk masjidnya berada di dukuh Sentul.35

Fasilitas penunjang kegiatan keagamaan di desa Sidomukti sudah cukup

memadahi dengan hadirnya satu masjid dan tiga mushola yang selain untuk

beibadah juga digunakan sebagai pusat pendidikan keagamaan maupun kegiatan

lain yang memiliki unsur keagamaan seperti pengajian ibu-ibu, kegiatan latihan

marawis dan gambus, dan perkumpulan remaja masjid. Kegiatan-kegiatan ini

rutin dilaksanakan oleh warga selain untuk menumbuhkan jiwa keislaman pada

diri mereka juga sebagai ajang silaturahmi antar warga bahkan antar dukuh dalam

satu komunitas keagamaan yang sama.36

Nilai-nilai keislaman sejatinya sudah tertanam dalam diri warga desa

Sidomukti. Kesadaran akan bergama ditunjukan dengan banyaknya masyarakat

yang tidak hanya menyekolahkan anaknya pada lembaga pendidikan formal

melainkan juga lembaga pendidikan keagamaan seperti madrasah yang ada di

masjid dan langgar maupun pada kegiatan pendidikan oleh komunitas pendidikan

tertentu seperti rumah tahsin yang diadakan oleh kelompok pemuda desa. Pada

dasarnya masyarakat desa menjalankan ritual keagamaan dalam Islam semenjak

dini sepeti sholat, mengaji, puasa dan lain sebagainya dan ritual kebudayaan

secara berdampingan.

Ritual keislaman biasanya dilakukan oleh semua masyarat terutama anak-

anak dan kalangan muda sedangkan ritual kebudayaan Jawa biasa dilakukan oleh

para orang tua meski tidak menutup kemunginan kalangan muda bahkan anak-

anak juga sudah mulai melakuan ritual kebudayaan Jawa tersebut. Inilah yang

35

Observasi, lihat dari Arsip desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Pekalongan, 2 Februari 2019. 36

Observasi, pengamatan langsung di desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Pkalongan, 2 Februari 2019.

Page 31: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

20

membedakan sebetulnya bagaimana Islam dan budaya Jawa berlaku di masyarakat

jika ditinjau dari rentang usia para pelakunya. Para orang tua cenderung lebih

meyakini dan lebih paham mengapa mereka harus melakukan ritual ini. Alasan

utamanya ialah ritual kebudayaan yang sudah mereka anut ini diperoleh atau

diajarkan secara turun temurun dari generasi sebelumnya kepada mereka dan tidak

menuutp kemungkinan anak-anak mereka sekarang akan mewarisi kebudayaan

Jawa tersebut.

Terlepas dari berapa banyaknya para penganut kepercayaan Jawa atau

kebudayaan Jawa di desa Sidomukti, pada dasarnya mereka adalah seorang

muslim yang taat menjalankan ibadah dan kegiatan keagamaan tanpa ragu.

Mereka menghormati ustadz yang memiiki ilmu agama lebih tinggi untuk

menuntun mereka dengan mengajarkan ilmu agama pada masyarakat desa tanpa

ada rasa ragu sedikitpun. Jika dikategorikan kedalam masyarakat yang islami,

maka desa sidomukti bukanlah desa atau kampung yang islami namun

masyarakatnya menjalankan kegiatan keagamaannya dengan baik. Kategori desa

islami yang tidak bisa diandang oleh desa sidomukti ini juga didukung dengan

tidak adanya pesantren disana dan banyaknya masyarakat yang masih

melaksanakan ritual kebudayaan jawa peninggalan leluhur mereka.37

37

Observasi, pengamatan langsung di desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Pkalongan, 2 Februari 2019.

Page 32: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

21

BAB III

AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA

A. Pengertian dan Teori Akulturasi

Akulturasi merupakan perubahan kultural yang terjadi melalui pertemuan

yang terus menerus dan intensif atau saling mempengaruhi antara dua kelompok

kebudayaan yang berbeda. Dalam pertemuan ini, dapat terjadi tukar-menukar ciri

kebudayaan, yang merupakan pembaruan dari kedua kebudayaan tersebut atau

dapat juga ciri kebudayaan dari kelompok yang satu demikian dominannya,

sehingga menghapus ciri kebudayaan dari kelompok yang lain. Meskipun deikian

dalam penggunaannya akhir-akhir ini cenderung diartikan terbatas hanya pada

pengaruh satu kebudayaan atas kebudayaan yang lain (unilateral).38

Akulturasi atau acculturation atau culture contact diartikan oleh para

sarjana antropologi mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok

manusia dengan suau kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari

suatu kebudayaan asing dengan demikian, unsur-unsur kebudayaan asing itu

lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa hilangnya

kepribadian kebudayaan itu sendiri.39

Akulturasi digunakan untuk menggambarkan proses kontak antara budaya

yang berbeda dan juga hasil dari kontak tersebut. Sebagai proses kontak antar

budaya, akulturasi dapat melibatkan baik interaksi sosial langsung atau paparan

budaya lain melalui media komunikasi massa. Sebagai hasil dari kontak itu,

akulturasi mengacu pada asimilasi oleh satu kelompok budaya yang lain yang

memodifikasi yang telah ada sehingga terjadi perubahan identitas kelompok.

Mungkin ada ketegangan antara budaya lama dan baru yang mengarah kepada

adaptasi bagi kedua budaya tersebut.40

Akulturasi apabila kita lihat di kamus antropologi adalah pengembalian

atau penerimaan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang saling berhubungan

38

Hassan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, 2000) h. 37 39

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1980) h. 247 40

Nicholas Ambercrombie, dkk, “Acculturation” dalam The Penguin Dictionary of

Sociology (England:1994), h. 9

Page 33: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

22

atau saling bertemu. Hal ini terjadi sebagai akibat dari muncunya kebudayaan

asing yang dihadapkan pada satu kelompok mausia dengan kebudayaan tertentu

sehingga secara perlahan kebudayaan asing tersebut diterima oleh suatu

kebudayaan satu kelompok tersebut.41

Berdasarkan apa yang disampaikan di atas, maka Islam diletakkan sebagai

kebudayaan asing dan masyarakat lokal sebagai penerima kebudayaan asing

tersebut. Misalnya dalam hal ini masyarakat Jawa yang memiliki tradisi munggah

muluh yang cukup kuat, ketika Islam datang maka tradisi tersebut tetap berjalan

dengan mengambil unsur-unsur Islam khususnya dalam doa-doa yang dibaca

ketika selametan. Wadah tradisi munggah muluh tetap ada namun isinya

mengambil ajaran Islam.

Kata akulturasi pertama kali muncul pada abad ke 19 oleh antropolog

Amerika Serikat yang tertarik pada budaya yang berubah dari Indian Amerika

Utara, kemudian antropolog Jerman juga menggunakan istilah itu. Seorang

antropolog mengatakan, seluruh cara kehidupan orang-orang, kebiasaan dan

transmisi ide telah dilakukan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi

selanjutnya yang kemudian menjadi sebuah budaya42

. Akulturasi dibedakan

menjadi dua tipe utama yaitu incorporation (penggabungan) dan direct change

(perubahan terarah).

Incorporation (penggabungan), tipe akulturasi ini terjadi akibat seseorang

yang berasal dari budaya yang berbeda berusaha mempertahankan dan kemudian

terjadi pertukaran budaya tanpa melibatkan militer atau dominasi politik oleh satu

kelompok. Contoh yang telah terjadi pada abad ke-18 antara kolonial Spanyol

dengan orang-orang Navaho yang sekarang disebut dengan New Mexico. Akan

tetapi Navaho tidak dapat di taklukkan oleh orang-orang Spanyol. Navaho tetap

menjadi suku yang bebas di perbatasan kolonial Spanyol. Kontak antara Navaho

dan orang-orang Spanyol sering terjadi mulai dari perdagangan di pasar yang

didirikan secara musiman sampai pertukaran di mana domba dan kuda yang di

ambil Navaho berasal dari pemukiman Spanyol dan orang-orang Spanyol

41

Nuryah, Jurnal Fikri, Vol. 1, No. 2, Desember 2016. Tedhak Siten: Akulturasi Budaya

Islam-Jawa (Studi Kasus desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen) h. 321 42

Edward Holland Spicer, “Acculturation” dalam Encyclopaedia Britannica (Chicago:

2002), volume 1, h.83

Page 34: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

23

membawa pergi Navaho sebagai budak. Akibat dari kondisi ini Navaho

mengintegrasikan pakaian, ternak dan teknik pengerjaan logam ke dalam budaya

mereka dengan cara mereka sendiri, sehingga menghasilkan budaya baru. 43

Directed change (perubahan terarah), sama seperti incorporation

(penggabungan), tipe ini melibatkan seleksi dan modifikasi, akan tetapi prosesnya

lebih bervariasi dan hasilnya lebih kompleks karena akulturasi budaya terjadi

akibat dari hasil campur tangan dari satu sistem budaya dengan budaya lainnya44

.

Menurut Koentjaraningrat, terdapat beberapa hal dalam proses akulturasi:

(1) Keadaan masyarakat penerima, sebelum proses akulturas mulai berjalan; (2)

Individu-individu yang membawa unsur kebudayaan asing itu; (3) Saluran-saluran

yang dipakai oleh unsur kebudayaan asing untuk masuk ke kebudayaan asing tadi;

dan (4) reaksi dari individu yng terkena kebudayaan asing.45

Dalam proses akulturasi budaya kita temukan dua pendekatan mengenai

bagaimana cara yang ditempuh supaya nilai-nilai Islam dapat diserap menjadi

bagian dari kebudayaan jawa yaitu: pertama, Islamisasi Kultur. Melalui

pendekatan ini budaya Jawa diarahkan supaya tampak bercorak Islam baik secara

formal maupun secara substansial yang ditandai dengan penggunaan istilah-istilah

Islam, nama-nama Islam, pengambilan peran tokoh Islam pada berbagai cerita

lama, sampai kepada penerapan hukum-hukum, norma-norma Islam dalam

berbagai aspek kehidupan. Kedua, Jawanisasi Islam. Sebagai upaya

penginternalisasian nilai-nilai Islam melalui cara penyusupan terhadap budaya-

budaya Jawa. Maksudnya disini ialah meskipun istilah dan nama Jawa tetap

dipakai, tetapi nilai yang dikandungnya ialah nilai Islam sehingga Islam menjadi

Njawani.46

43

spicer, “Acculturation” dalam Encyclopaedia Britannica ,h.83 44

Jacob E. Safra, dkk, “Acculturation” dalam Encyclopaedia Britannica Micropaedia

Ready Reference, h.57 45

Mundzirin Yusuf, dkk, Islam dan Budaya Lokal, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN

Suka, 2005) h. 16 46

Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, (Yogyakarta: Gama Media, 2000) h. 119

Page 35: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

24

B. Akulturasi Islam dan Budaya Jawa

Jauh sebelum Islam datang ke Indonesia, di Indonesia telah berkembang

agama Hindu, Budha dan agama-agama primitif animistis lainnya, serta tradisi

sosial kemasyarakatan. Manusia yang hidup dalam masyarakat tersebut sudah

jelas dipengaruhi oeh berbagai paham dan tradisi yang ada di masyarakatnya.47

Masuknya Islam ke pulau Nusantara, tidak serta merta merubah tradisi dan

budaya yang sudah ada. Dakwah Islam hingga sampai sekarang ini membutuhkan

waktu yang panjang dan berliku. Hal ini disebabkan sudah adanya budaya yang

mengakar kuat didalam masyarakat. Budaya itu adalah budaya Hindu yang

dikembangkan menjadi sendi-sendi kehidupan politik kebudayaan, kerajaan-

kerajaan Kejawen sejak sebelum Islam hingga Kerajaan Mataram. Selain

mengakar kuat dilingkungan istana, budaya Hindu juga telah terserap kedalam

budaya pedesaan yang masih dalam bayang-bayang animisme dan dinamisme.48

Dalam proses Islamisasi Jawa, sebagian orang meyakini adanya pengaruh

sinkertik dengan agama lain, diantaranya agama Hindu, Buddha dan Islam.

Sebagian ada yang meyakini secara puritan bahwa mistik Kejawen adalah milik

masyarakat Jawa yang ada jauh sebelum budaya keagamaan muncul. Masing-

masing asumsi memiliki alasan yang amsuk akal. Esensi agama Jawa adalah

pemujaan pada nenek moyang dan leluhur. Pemujaan tersebut diwujudkan melalui

sikap mistik yang diantaranya adalah selametan. Meskipun secara lahiriyah

mereka memuja para roh, namun esensinya tetap terpusat pada Tuhan. Jadi,

agama Jawa yang dilandasi sikap dan perilaku mistik tetap tersentral kepada

Tuhan.49

Ajaran Islam, di negara-negara yang beragama Syiwa telah menyesuaikan

diri dengan kebiasaan penduduknya. Di negara-negara beragama Syiwa, seperti

India, kebiasaan dan cara orang Arab yang lebih menekankan pada mengambil

suatu tindakan, diubah secara adaptif menjadi lebih menekankan pada tindakan

47

Limyah al-Amri, Jurnal Kuriositas, vol. 11, no. 2, Desember 2017. Akulturasi Islam dan

Budaya Lokal, hal. 192 48

Agus Sriyanto, Jurnal Komunika, vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2007. Akulturasi Islam

dengan Budaya Lokal, hal. 157 49

Nuryah, Jurnal Fikri, Vol. 1, No. 2, Desember 2016. Tedhak Siten: Akulturasi Budaya

Islam-Jawa (Studi Kasus desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen) h. 324

Page 36: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

25

berfikir. Hal ini sesuai cara berfikir dan falsafah umum penduduk pulau Jawa.

Hubungan antara manusia dengan Tuhannya lebih dipentingkan dibandingkan

menjalankan seremoni keagamaan yang rumit.

Ajaran falsafahnya hampir mirip dengan ajaran Budha dan Syiwa di pulau

Jawa ini tidak dipandang sebagai sesuatu yang sama sekali asing. Mereka merasa

ajaran Islam sepertinya telah dikenal. Para ahli dengan mudah dapat menunjukkan

kesesuaian antara ajaran yang baru dan lama. Mistik dalam ajaran Islam,

menyerupai ajaran Tantri, ajaran rahasia dan mistik agama Syiwa. Aspek mistik

dalam Islam menjadi daya Tarik tersendiri bagi orang Jawa hingga sekarang.

Ada cerita mengenai kuatnya persamaan antara agama yang lama dengan

yang baru. Hal ini terjadi pada Kertawijaya, Raja Majapahit. Sewaktu Raden

Rahmat, keponakan permaisurinya tiba di Majapahit dengan seorang saudaranya

dari Campa, dua pemuda ini diterima dengan ramah tamah oleh raja. Raja

menanyakan kepada mereka mengenai peraturan-peraturan dalam agama Islam.

Ketika semuanya sudah menceritakan kepada raja, raja meyatakan sangat setuju

dengan isi ajaran yang baru ini. Akan tetapi, sang raja mengaku takut untuk

meinggalkan agama yang lama. Kemudian sang raja menyatakan dengan ramah

kepada para pemuda ini bahwa sebetulnya agama Islam dan Budha adalah sama,

hanya aturan seremoninya yang beda. Akan tetapi, hal ini tidaklah penting.

Sebagai hasil dari diskusi tersebut selanjutnya raja bertitah, “bagi penduduk

Majapahit yang ingin memeluk agama Islam akan saya beri kebebasan, asal

dilakukan tanpa paksaan. Mengenai saya sendiri, mungkin pada suatu saat saya

akan beralih agama, karena ternyata tujuan dari kedua agama ini adalah sama.50

Agama Islam di Jawa juga mengenal ajaran kekuatan magis. Inilah kisah

betapa kuatnya ajaran magis pada Islam di pulau Jawa. Pengikut Sunan Ampel

berusaha memayungi makam Sunan Ampel dengan kain teda. Aka tetapi, upaya

pertamaya gagal karena tenda penutupnya terbakar. Upaya tersebut terus

dilakukan hingga tiga kali, tetapi selalu berakhir dengan terbakarnya tenda

penutup. Pernah terjadi, salah satu kain penutup tertiup angin kencang

diseberangkan hingga ke pulau Madura. Oleh karena itu, sampai saat ini makam

50

Capt. R.P. Suyono, Dunia Mistik Orang Jawa, (Yogyakarta: LKiS, 2007) h. 69

Page 37: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

26

Sunan Ampel masih tetap terbuka, dipayungi oleh langit yang bebas. Hal ini

berbeda dengan makam wali-wali lainnya, yang atasnya selalu tetutup.51

Sunan Kalijaga memperkenalkan pertunjukan wayang kuno atau wayang

purwa sebagai upaya menarik penduduk Jawa yang berkumpul. Setelah

berkumpul, secara tidak langsung mereka diajak memeluk agama Islam.

Wayang berasal dari kata Jawa, dalam Bahasa Indonesia artinya bayang-

bayang. Mengapa demikian, karena dalam pertunjukan wayang yang dilihat hanya

bayang-bayangnya. Pertunjukan wayang sebagai simbol atau lambang kehidupan

manusia di dunia karena dalam pertunjukan wayang yang penting adalah yang

tersirat bukan tersurat. Simbolisme wayang tidak hanya terdapat didalam lakon

wayang tetapi terdapat juga dalam sarana atau piranti pertunjukan wayang.

Kelir52

, Blencong53

, Dalang54

, dan Cerita atau Lakon55

. Dalam sejarah

Sastrajenda Hayuningrat Dasamuka, Kumbakarna, Sarpakenaka dan Gunawan

Wibisono, bahwa lakon tersebut digambarkan sebagai ajaran untuk bersatu

dengan Tuhan harus melalui tingkat-tingkat.56

a. Syariat

b. Tarekat

c. Hakekat

d. Makrifat

Dalam penyebaran Islam di wilyah Jawa, walisongo menggunakan penekatan

tasawuf (mistik Islam).57

Dengan cara perlahan dan bertahap, dengan tanpa

menolak dengan keras terhadap budaya masyarakat Jawa, Islam memperkenalkan

51

Capt. R.P. Suyono, Dunia Mistik Orang Jawa,h. 70 52

Adalah tabir sesuatu yang dibentangkan memanjang. Sebelum diisi wayang tabir itu

kosong, demikian pula dunia ini sebelum ada tumbuhan , hewan, dan manusia jagad ini kosong,

yang ada hanya awing-awang yang suwung. 53

Blencong atau petromak/senter yaitu lampu yang dipasangditengah kelir guna

menerangi pertunjukan wayang. Demikian juga jagad raya ini, tanpa matahari dunia gelap gulita. 54

Yaitu yang menjalankan lakon wayang. Hidup dan mati, kalah dan menang dalam cerita

wayang ditentukan ki Dalang, demikian juga hidup manusia ada yang menjalankan. Mengatur.

Mengatur menentukan yaitu Tuhan. 55

Adalah lambing kehidupan manusia. Misalnya lakon Dewa Ruci melambangkan

manusia dengan Tuhan yaitu manunggaling Kawulo Gusti. Lakon Wahyu Makutoromo

melambangkan ajaran “Sangkan Paraning Dumadi” 56

Soesilo, Ajaran Kejawen Sebagai Pedoman Hidup, (Surabaya: Medayu Agung, 2000) h.

187-188 57

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Amzah, 2013), hal. 316

Page 38: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

27

toleransi dan persamaan derajat. Dalam masyarakat Hidu-Jawa yang menekankan

perbedaan derajat, ajaran Islam tentang persamaan derajat menarik bagi

masyarakat Jawa. Ditambah lagi kalangan pedagang yang mempunyai orientasi

cosmopolitan, panggilan Islam kemudian menjadi dorongan untuk mengambil alih

kekuasaan politik dari tangan penguasa Hindu-Jawa (Majapahit).58

Perkawinan juga menjadi salah satu metode dakwah para Walisongo.

Misalnya perkawinan putri Campa yang beragama Islam dengan putra mahkota

Raja Majapahit melahirkan putra yang kemudian hari menjadi pendiri kerajaan

Islam Demak, yaitu raden Fatah (berkuasa 1478-1518 M). Maulana Ishak

mengawini putri Blambangan dan melahirkan Sunan Giri (Gresik).

Pembentukan budaya menjadi pola penguatan Islam agar mengakar di

kalangan penduduk lokal Nusantara, terasuk juga di Jawa. Islam yang telah

menampakkan diri di pusat kerajaan Majapahit di Jawa, para pedagang muslim

telah memapankan diri di pusat-pusat politik semenjak abad ke-11 M. Namun

komunitas muslim baru mulai membesar pada abad ke-14 M. ketika posisi raja

melemah, para saudagar kaya di wilayah pesisir Jawa mulai mendapatkan peluang

untuk menjauhkan diri dari kekuasaan Majapahit. Mereka tidak hanya masuk

Islam tetapi juga mulai membangun pusat-pusat politik yang independen (keraton-

keraton kecil). Setelah keraton pusat Majapahit goyah dan semakin melemah,

keraton-keraton kecil ini mulai bersaing untuk menggantikan kedudukan

Majapahit. Demak akhirnya berhasil meggantikan kedudukan Majapahit sebagai

penguasa politik di Jawa. Dengan posisi baru ini, Demak tidak hanya menjadi

pemegang hegemoni politik di Jawa, tetapi juga menjadi “jembatan

penyeberangan Islam” yang paling penting di Jawa.59

Walaupun mencapai keberhasilan politik dengan cepat, Demak tidak

hanya dihadapkan pada persoalan legitimasi politik, tetapi panggilan kultural

untuk kontinuitas. Di Jawa, Islam tampil sebagai penantang, untuk kemudian

mengambil alih kekuasaan yang ada. Sehingga, yang muncul adalah dilema

kultural dari orang baru didalam bangunan politik yang lama. Wajar saja jika Reid

58

Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Depok: Raja Grafindo

Perkasa, 2005), hal. 22 59

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 227

Page 39: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

28

berpendapat bahwa revolusi gama di Jawa belum selesai. Salah satu faktornya

adalah bahwa Jawa mempunyai kebudayaan istana Keindia-Indiaan (Hindu) yang

paling mapan di banding dengan negara-negara lain Nusantara yang menerima

Islam. Di sinilah para Walisongo memainkan peran penting dalam melakukan

dakwah dengan pedekatan budaya. Islam yang bercorak sufi yang dibawa oleh

para Walisongo, menjadi Islam yang mampu “tampil dengan wajah yang ramah”.

Islam sufi mampu mentoleransi dengan baik dan menjaga kontinuitas budaya

yang telah ada dan mengakar di masyarakat Jawa.60

Dakwah para wali dengan memasukkan unsur-unsur pendidikan dan

pengajaran Islam dalam segala cabang kebudayaan hasilnya sangat memuaskan,

sehingga agama Islam tersebar ke seluruh pelosok pulau Jawa. Pada era Mataram

Islam, Sultan Agung juga mengeluarkan kebijakan dakwah Islam dengan basis

kebudayaan, yaitu dengan mengakulturasikan berbagai kebudayan lama Jawa (era

Hindu-Budha) dengan ajaran-ajaran Islam. Bentuk dakwah yang dilakukan oleh

para wali (pada era Demak), dan era Mataram Islam dengan pendekatan budaya

pada akhirnya mampu menanamkan nilai-nilai Islam ke dalam masyarakat Jawa

tanpa mereka harus tercerabut dari basis kebudayaannnya.61

Sasaran dakwah Walisongo sendiri sangat luas, dari golongan tinggi

sampai golongan rendah. Siasat yang dipakai pun sangat rapih. Cara

pendekatannya bukan dengan memaksaan orang untuk masuk Islam, melainkan

mengisi segala cabang hidup dan kehidupan lahir batin orang dengan serba Islam.

Disinilah terjadi akulturasi dan sinkretisasi antara tradisi Jawa dan kepercayaan

lokal di satu pihak, dengan ajaran kebudayaan Islam dilain pihak. Oleh karena itu,

muncul ritual-ritual asli Jawa yang diIslamkan, seperti upacara surtanah, nelung

ndina, mitung ndina, matangpuluh ndina, mendak, nyewu dan lain sebagainya.

Bentuk-bentuk sinkretis juga terjadi dalam peringatan hari-hari besar Islam,

seperti grebeg mulud, grebeg pasa (hari raya fitrah), grebeg besar dan tanggap

warsa (menyambut tahun baru Jawa). Sinkretisme Islam di Jawa bisa dilihat

60

Donny Khoirul Aziz, Jurnal Fikrah Vol 1 No. 2, Juli-Desember 2013. Akulturasi Islam

dan budaya Jawa. Hal. 265 61

Donny Khoirul Aziz, Jurnal Fikrah Vol 1 No. 2, Juli-Desember 2013. Akulturasi Islam

dan budaya Jawa. Hal. 266

Page 40: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

29

secara umum kemasan ritualnya tetap ritual budaya Jawa, tetapi isinya telah

diganti dengan ajaran Islam.62

62

Agus Sriyanto, Jurnal Komunika, vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2007. Akulturasi Islam

dengan Budaya Lokal, hal. 160

Page 41: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

30

BAB IV

RITUAL TRADISI MUNGGAH MULUH DAN AKULTURASI ISLAM DI

DESA SIDOMUKTI PEKALONGAN

Bab ini akan membahas tentang ritual tradisi munggah muluh dan

akulturasi Islam di desa Sidomukti Pekalongan Jawa Tengah. Tradisi munggah

muluh merupakan suatu prosesi acara dalam pembangunan rumah. Muluh yang

dimaksud adalah sebatang kayu besar yang menjadi pusat pondasi atap di rumah

yang akan dibangun.

Tradisi merupakan adat kebiasaan turun-temurun yang masih dijalankan

dalam masyarakat, penilaian, atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada

merupakan yang paling baik dan benar.63

Masuknya berbagai agama sebelum kedatangan Islam di Pulau Jawa,

berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara hidup maupun praktik keagamaan

sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya Tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat,

setan, demit, roh-roh alam, roh-roh manusia, berbagai jenis hantu, dan kepercyaan

atas kekuatan alam mempengaruhi kehidupan orang-orang di pulau Jawa.64

Islam adalah sebuah tradisi yng berhubungan dengan tradisi lain.

Kadangkala hubungan tersebut memunculkan tradisi baru. Sebuah tradisi hasil

hibridasi atau perkawinan antara Islam di satu sisi dan tradisi lokal pada sisi yang

lain. Pada masyarakat Jawa hasil hibridasi ini kemudian dikenal dengan Islam-

Jawa yang merupakan wujud dari akulturasi dengan budaya lokal. Kenyataan ini

semakin memperkuat pandangan bahwa Islam tidaklah hanya berupa sekumpulan

doktrin. Akan tetapi juga, Islam dihayati dan diamalkan oleh para pemeluknya

menjadi sebuah realitas kebudayaan. maka, akulturasi budaya antara Islam dengan

kebudayaan lokal adalah bagian dari sekian banyak ekspresi Islam sebagai

pandangan hidup dan sumber inspirasi bagi tindakan para pemeluknya.65

63

Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Pusat Belajar, 2012) hal. 686 64

Capt. R. P. Suyono, Dunia Mistik Orang Jawa, (Yogyakarta: LKiS, 2007) hal. 131 65

Nuryah, “Tedhak Siten: Akulturasi Budaya Islam-Jawa”, Jurnal Fikri Volume 1 Nomor

2 Desember 2016 hal. 316

Page 42: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

31

A. Prosesi Ritual Munggah Muluh di Desa Sidomukti Kecamatan

Karanganyar Pekalongan Jawa Tengah

Sinkretisme dalam masyarakat Jawa cenderung tidak hanya percaya

terhadap hal-hal ghaib dengan serangkaian ritual-ritualnya, akan tetapi juga

pandangannya bahwa alam diatur sesuai dengan hukum –hukumnya dengan

manusia selalu terlibat di dalamnya. Hukum-hukum itu disebut sebagai

numerologi. Melalui numerologi inilah manusia melakukan serangkaian tindakan

yang tidak boleh bertentangan dengannya. Hampir seluruh kehidupan orang Jawa

diatur berdasarkan hitungan-hitungan yang sudah mereka yakini secara turun-

temurun. Bahagia atau tidaknya manusia hidup di dunia ditentukan oleh besar atau

tidaknya pedoman tersebut dijalankan dalam kehidupan.66

Berdasarkan kepercayaan numerologi itulah, masih banyak orang Jawa

yang sebelum melakukan berbagai aktivitas selalu mencari hari baik berdasarkan

perhitungan weton dan lain-lain yang seringkali tidak masuk di akal tapi sangat

dipercaya. Berbagai kegiatan yang di hitung oleh sebagian kalangan Jawa ini

meliputi tanggal akad nikah, mendirikan rumah, melakukan pindah rumah,

sunatan, berdagang, mencari pekerjaan, dan lain sebagainya. Banyak orang Jawa

yang merasa perlunya mencari hari baik, yang tentu saja tujuannya agar kelak

semua urusan bisa lancar tanpa gangguan dan kendala.67

Untuk melaksanakan suatu hajat besar seperti pembangunan rumah,

tanggal pembelian barang sangat berharga misal mobil, rumah, memulai usaha,

menempati rumah baru, mencari pekerjaan. banyak orang Jawa yang merasa perlu

mencari hari baik. Tentu saja tujuannya agar kelak semua urusan bisa lancar tanpa

gangguan.68

Begitupun halnya dengan tradisi membangun rumah atau yang oleh

masyarakat desa Sidomukti lebih di kenal dengan nama Munggah Muluh.

Sebelum mulai membangun rumah, prosesi pertama yang wajib masyarakat

lakukan menghitung hari baik dilaksanakannya prosesi bangun rumah tersebut.

Perhitungan ini meliputi tanggal hari, dan bulan yang baik yang dihitung

66

Nur Syam, Islam Pesisir, (Yogyakarta: LKiS. 2011) h. 15. 67

Aristo Farela, A Short History Of Java, (Surabaya: Ecosystem. 2017), h. 15. 68

Aristo Farela, A Short History Of Java, h. 16.

Page 43: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

32

berdasarkan weton sang empunya hajat. Dalam perhitungannya, tidak hanya

tentang hari baik dimulainya pembangunan rumah, namun juga tentang

menghadap kemana posisi rumahnya, tanaman apa yang baik ditanam di

pekarangan rumah dan terletak dilokasi dekat dengan apa demi bisa meramal akan

seperti apa keluarga yang mendiami rumah itu kelak.

Perhitungan hari baik dilakukan berdasarkan nilai hari lahir dan weton.

Masing-masing punya nilainya sendiri, artinya baik hari maupun weton punya

nilai di tiap-tiap jenisnya. Hari ada 7 sama sepert perhitungan masehi, sedangkan

untuk weton ada lima yaitu Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing. Berikut adalah

tabel nilai dari hari dan weton tersebut:

a. Hari dan Weton

Hari/Weton Pon (7) Wage (4) Kliwon (8) Legi (5) Pahing (9)

Senin (4) 11 8 12 9 13

Selasa (3) 10 7 11 8 12

Rabu (7) 14 11 15 12 16

Kamis (8) 15 12 16 13 17

Jumat (6) 13 10 14 11 15

Sabtu (9) 16 13 17 14 18

Minggu (5) 12 9 13 10 14

Tabel weton ini menjadi rujukan dalam memilih metode perhitungn yang

mana yang akan digunakan, artinya jumlah dari weton kita ini menjadi acuan

dalam perhitungannya. Banyak sekali model perhitungan dalam tradisi Jawa,

namun yang akan kita bahas lebih dalam adalah perhitungan tentang hari baik

membangun rumah.

b. Hitungan munggah muluh

Angka analogi Nama analogi Arti dari analogy

1 Kerto Keselamatan (positif)

2 Yoso Rejeki ada di pribadi sendiri

(positif)

3 Rogoh Bakal dicuri orang (negatif)

Page 44: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

33

4 Sempoyong Teler, membuat pusing (negatif)

Contoh perhitungan dalam pencarian hari baik untk membangun rumah,

misal kita akan melakukan kegiatan membangun rumah pada tanggal 25 Juni

2019. Apakah tanggal ini baik atau buruk untuk dimulainya suatu kegiatan?

Tanggal tersebut jatuh pada hari Selasa Legi, maka perhitungannya seperti dalam

tabel dibawah ini:

a B a+b (a+b)-kelipatan 4 Hasil hitung akhir

selasa Legi Selasa+legi 8-4 = 4 4

3 5 3+5 = 8 8-4 = 4 4

Angka hasil akhir yakni 4 dicocokkan dengan tabel hitungan munggah

muluh yang berfungsi untuk memperkirakan baik buruknya suatu hari/tanggal

yang di maksud. Perhitungannya ialah jumlah weton yang sudah disesuaikan

dengan tabel weton dikurangi kelipatan 4 karena jumlah analogi baik-buruk dalam

perhitungan munggah muluh ada 4. Kemudian hasilnya harus jumlah palig kecil

setelah dikurangi kelipatan 4 yaitu kemungkinannya hanya 1 sampai 4 dan tidak

boleh nol, lalu dicocokkan dengan analogi baik-buruk pada tabel hitungan

munggah muluh untuk mengetahui kira-kira pada tanggal yang sudah

direncanakan baik atau tidak untuk melakukan kegiatan membangun rumah.

Perhitungan ini tidak selalu mutlak kebenaranya karena ini hanya keyakinan

masyarakat yang berdasar pada ajaran turun temurun dari nenek moyang. Varian

dan model perhitungannya pun banyak, masing-masing daerah punya model

perhitungan sendiri dan analoginya sendiri, namun untuk weton rata-rata setiap

daerah di Jawa sama perhitungannya baik Jawa tengah maupun Jawa Timur, yang

membedakannya adalah cara perhitungan dari setiap kegiatan atau prosesi

adatnya.

Dalam penjelasannya, menurut Mbah Sejo sebagai tetua desa atau orang

yang dituakan di desa, arti kerto atau karta dalam bahasa Jawa biasa dikaitkan

dengan karyo atau karya yang merupakan kerja/pekerjaan, dalam konteks

perhitungan ini menurut tetua desa artinya pekerjaan yang telah usai sehingga

Page 45: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

34

makmur, maju, selamat, sejahtera, dan lain sebagainya. Yoso atau yasa dalam

Bahasa Jawa memilik makna bangun, membangun yang artinya dalam setiap

kehidupan orang yang berada pada perhitungan ini akan senantiasa membangun.

Membangun disini terkait dengan pertumbuhan secara ekonomi yang cenderung

bagus sehingga akan terus membangun, rezeki yang terus mengalir hingga

mencapai sejahtera secara finansial. Rogoh dalam perhitungan ini memiliki arti

yaitu siapapun yang termasuk dalam perhitungan ini ketika membangun rumah

niscaya kedepannya akan sering kehilangan baik harta benda bahkan nyawa. Dari

kata Rogoh yang bermakna mengutil, mencuri, memasukan tangan kedalam saku

sehingga diyakini dalam kehidupannya di rumah yang sedang dibangun ini

pemilik rumah akan lebih banyak kehilangannya dibanding pemasukannya. Yang

terakhir adalah sempoyong, jika diterjemahkan maka menjadi doyong, teler,

sempoyongan, tidak beraturan. Masyarakat meyakini jika pemilik rumah

mendapat perhitungan tepat pada perhitungan ini maka kehidupan kedepannya

akan penuh dengan kesialan, baik dari makna sempoyong itu sendiri kesialan akan

menimpa diri pribadi maupun menimpa seluruh penghuni rumah. Dalam

perhitungan ini disarankan bagi siapapun yang akan membangun rumah untuk

meninjau kembali waktu pembangunannya mengikuti perhitungan yang beraku di

masyarakat.

c. Persiapan dan Proses Ritual Munggah Muluh

Persiapan prosesi ritual munggah muluh dimulai dengan yang punya hajat

atau orang yang akan membngun rumah untuk mempersiapkan berbagai macam

sesajen dan juga peralatan ritual yang dibutuhkan. Aneka sesajen itu ialah antara

lain kembang, kendi, sarung, baju baru, palawija, kain panjang yang membentang

dari tanah sampai ke atas kayu utama yang mejadi objek ritual, pisang, kopi, roti,

nasi, ketan, nasi tumpeng, air the, air putih, gula, perasan kunyit, ketupat, rokok,

aneka jajanan pasar, kain sarung, kain batik, bendera merah putih, koin, payung,

kemenyan, tebu dua batang yang masih panjang daunnya, janur kuning, dan paku

emas sebanyak 4 buah.

Ritual dimulai dengan selametan dari pemilik rumah bersama warga

sekitar. Selametan menurut keterangan dari Mbah Sejo boleh dilakukan malam

sebelumnya atau tepat sebelum ritual dimulai. ritual dimulai mengikuti jam yang

Page 46: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

35

sudah ditentukan tidak bisa mundur ataupun dimajukan karena menurut

kepercayaan warga jam dimulainya ritual menjadi penentu kebahagiaan pemilik

rumah dimasa yang akan datang. Untuk waktu selametannya ada perbedaan antara

satu daerah dengan daerah lain, antar kota seperti Pekalongan dan Brebes ataupun

antar kecamatan dalam satu kabupaten karena masing-masing daerah punya ciri

dan aturan masing-masing. Selametan diikuti oleh pemilik rumah dengan

mengundang warga sekitar atau bisanya yang diundang adalah warga satu dusun

atau satu desa. Selametan ini ditujukan selain untuk perayaan seremonial juga

untuk menginformasikan bahwa sang pemilik rumah akan membangun rumah

disana sembari memohon doa kepada masyarakat.

Selametan merupakan upacara kecil di dalam sistem religiusitas Jawa.

Acara ini biasanya dihadiri para tetua desa, tetangga dekat, sanak saudara dan

keluarga inti.69

Setelah selamatan selesai, para tamu biasanya akan dibawakan

aneka panganan basah (nasi, lauk pauk, dan tambahan kudapan atau kue-kue) atau

makanan kering (mi, kecap, minyak goreng, saus tomat, saus sambal). Bingkisan

itu disebut besekan atau berkat, Karena dahulu makanan dibungkus dalam besek

(anyaman bambu berbentuk kubus sebagai tempat makanan).

Selametan pada umumnya isinya sama, baik dalam upacara keagamaan

maupun dalam upacara yang lain seperi kematian, kelahiran, khitanan, nikahan

maupun munggah muluh. Dalam tradisi munggah muluh ini, selametan yang

dilakukan yaitu doa bersama mendoakan kelancaran proses pembangunan rumah

maupun mendoakan keselamatan pemilik rumah juga mendoakan para leluhur

yang dipimpin oleh pemuka agama desa terkait yaitu ustadz yang sudah biasa

memimpin acara keagamaan disana. Doa yang dipanjatkan pada umumnya sama

dengan doa yang biasa kita dengar di masjid-masjid maupun majelis-majelis

disekitar kita. Doa yang dipanjatkan biasanya terkait acara apa yang sedang di

selameti namun dalam Bahasa Jawa yang halus guna melestarikan budaya leluhur

dan supaya semua warga atau warga yang hanya bisa Bahasa Jawa dapat mengerti

apa yang didoakan dan dirayakan dalam acara tersebut.

Selametan dimulai dengan berkumpulnya para tamu undangan yang pada

umumnya adalah laki-laki. Selametan dilaksanakan sekitar selepas maghrib atau

69

Clifford Geertz,Agama Jawa: Abangan Santri Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa

(Depok: Komunitas Bambu, 2013) h. 60

Page 47: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

36

isya, jika acara selametannya hanya sebentar biasanya selepas maghrib sudah bisa

dimulai namun jika acara selametannya lama biasanya dimulai selepas isya.

Selametan yang sebentar ialah biasanya selametan untuk mengenang orang

meninggal baik tujuh harian, 40 harian dan seterusnya. Selametan yang lama

biasanya didalamnya dilakukan makan bersama selepas doa dan bincang-bincang

antar keluarga dan tetangga. Tuan rumah biasanya yang membuka acara atau bisa

juga diwakili oleh ustadz pemimpin doa, tuan rumah mengucapkan terimakasih

kepada para hadirin dan mengungkapkan tujuan atau maksud diselenggaraannya

selametan ini serta memohon keikhlasan dari hadirin untuk mendoakan demi

kebaikan tuan rumah kedepannya. Dihadapan para hadirin sudah tersedia berbagai

macam makanan kecil atau jajanan beserta teh atau kopi dan juga rokok tentunya.

Di belakang rumah atau di dapur rumah sudah bersiap ibu-ibu yang terdiri dari ibu

pemilik rumah beserta keluarga dan juga para tetangga yang membantu

menyedikan makanan dan besek atau bingkisan untuk dibawa pulang bagi para

hadirin yang mengikuti selametan ini ataupun tetangga dekat yang belum bisa

hadir. Pemimpin acara melanjutkan acara dengan mulai membaca yasin dan tahlil

bersama dengan para hadirin. Setelah selesai tahlil dilanjutkan dengan doa yang

dipimpin langsung oleh ustadz dengan para Jemaah atau hadirin mengamini doa

yang dipanjatkan.

Doa telah selesai dipanjatkan dan prosesi selametan berlanjut ke acara

makan-makan. Para ibu yang berada di dapur mulai membawakan makanan

berupa nasi, lauk pauk dan ayam bekakak yang masih utuh dimasak satu ekor

tanpa dipotong. Seluruh makanan mulai di letakkan di tengah-tengah para hadirin

yang hadir dengan beralaskan daun pisang, kertas nasi ataupun nampan. Ustadz

pemimpin doa sekaligus acara ataupun tuan rumah mulai memotong ayam

bekakak ke dalam potongan-potongan kecil menggunakan tangan kosong yang

kemudian dibagikan kepada masing-masing hadirin ataupun diletakkan di bagian

sudut dimana bisa dijangkau oleh para hadirin. Pemotongan ini tidak boleh

meggunakan pisau ataupun alat pemotong yang lain, harus menggunakan tangan

kosong. Pemotongan serta pembagian ayam bekakak ini dimaknai sebagai bagi-

bagi kebahagiaan dari pemilik hajat atau tuan rumah, bisa saja yang memotog

adalah ustadz yang memimpin doa jika saja sudah diberi kuasa oleh tuan rumah

Page 48: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

37

untuk diwakilkan. Dari proses pemotongan ayam bekakak yang kemudian di

makan oleh semua tamu ini selain membagikan kebahagiaan kepada semua yang

hadir juga diharapkan dapat menularkan rezekinya seperti tuan rumah yang

sedang melaksanakan hajat besar.

Ibu-ibu yang berada di bagian dapur mulai menyiapkan besek atau

bingkisan untuk dibawa pulang oleh para tamu yang dating sambil menunggu

makan-makan selesai. Setelah selesai makan bersama kemudian para tamu mulai

bincang-bincang satu sama lain sambil menikmati hidangan jajanan, kopi dan

rokok yang disediakan tuan rumah. Para tamu tidak serta merta meninggalkan

tempat acara begitu saja setelah makan, akan tetapi menunggu ustadz pemimpin

acara pamit kepada tuan rumah yang kemudian diikuti oleh para tamu yang lain.

Sebelum pamit, tuan rumah akan memberikan amplop kepada ustadz yang

diletakkan di dalam mangkok berisi beras. Ustadz kemudian mengambil amplop

yang terkubur dalam bers tersebut dan kemudian para ibu yang telah menyiapkan

besek atau bingkisan tadi mulai membagikan bingkisan tersebut secara estafet

kepada para tamu yang hadir. Isi dari besek tersebut biasanya nasi dan lauk-pauk

berupa telor rebus atau ayam, sayur kacang atau bisa dengan tumisan sayur yang

lain, dan juga gorengan atau bisa juga peyek teri. Untuk sebagian acara selametan,

tuan rumah menyisipkan amplop ke dalam besek para tamu, meski untuk sebagian

acara selametan yang lain tidak ada amplop didalamnya. Bingkisan atau besek

untuk tetangga yang belum bisa hadir biasanya dititipkan kepada tamu yang hadir

ataupun diantar sendiri oleh pihak keluarga kerumah-rumah. Pembagian besek

atau bingkisan ini dimaksudkan agar apa yang dinikmati oleh tuan rumah dapat

dinikmati pula oleh tetangga sekitar, berbagi kebahagiaan serta mempererat tali

silaturahmi antar masyarakat desa.

Selametan pada umumya dilakukan di rumah orang yang punya hajat,

namun bisa juga di tempat lain. Dalam prosesi munggah muluh, selametan bisa

dilakukan di rumah maupun di tempat prosesi munggah muluh itu sendiri dan

waktunya bisa malam ataupun pagi sebelum proesi munggah muluh itu dimulai.

Jika dilakukan malam, maka tamu yang hadir biasanya tetangga dekat ataupun

masyarakat desa, dan jika dilakukan pagi hari tepat sebelum prosesi munggah

muluh dimulai maka yang hadir biasanya tetangga yang sangat dekat beserta para

Page 49: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

38

pekerja bangunan. Pengisi acara atau pemimpin doanya pun berbeda, biasanya

jika malam hari adalah ustadz atau pemuka agama, maka pada pagi harinya

pengisi acara dan pemimpin doa adalah dia yang dituakan di desa serta yang

menentukan hari baik dan jam baik dilaksanakannya prosesi munggah muluh itu.

Untuk selametan pada pagi hari waktunya relatif singkat yaitu kurang dari satu

jam, itupun sudah di hitung waktu makan bersamanya dan doa pun relatif singkat

hanya mohon keselamatan dan kelancaran untuk prosesi munggah muluh yang

akan dijalankan.

Rentetan selametan pun sudah selesai dan kini masuk dalam prosesi

munggah muluh. Prosesi ini dilakukan di hari dan di jam yang telah ditentukan

tidak boleh kurang ataupun lebih harus tepat pada hari dan jamnya. Beberapa

komponen pelaksana prosesi munggah muluh ini ialah antara lain tuan rumah dan

sebisa mungkin anggota keluarga yang paling dituakan seperti kakek atau nenek

yang masih hidup dari keluarga penyelenggara, bilapun tidak ada maka kepala

keluarga sebagai komponen penyelenggara yang mewakili pihak keluarga.

Komponen lain ialah tukang bangunan, tukang bangunan yang dimaksud ialah

bukan tukang bangunan sembarangan melainkan mereka yang paham betul

dengan posesi munggah muluh karena nantinya peran mereka adalah yang paling

sentral dalam prosesi ini. Komponen selanjutnya ialah tetua desa yang oleh

masyarakat desa juga keluarga penyelenggara dimintai nasihat berupa tanggal

baik dan jam baiknya suatu prosesi adat dilaksanakan. Komponen terakhir

tentunya ialah masyarakat yang ikut serta dalam prosesi ini. Awal prosesi ini, para

tukang bangunan membawa kayu besar atau kayu utama yang dalam prosesi ini

disebut muluh ke dalam area bangunan untuk kemudian dilakukan prosesi

pengangkatannya.

Pihak keluarga besar yang diwakili kepala keluarganya mulai

mengumandangkan adzan kepada si kayu ini dengan lafadz adzan seperti biasa

yang sering terdengar di masjid-masjid dan mushola sekitar. Kemudian pihak

keluarga mulai menyiapkan parutan kunyit yang sudah diberi air secukupnya

beserta lap. Parutan kunyit diletakkan di mangkok dan lap yang digunakan boleh

lap apa saja, alangkah lebih baik lap yang baru yang belum pernah digunakan

sebelumnya. Kemudian kepala keluarga beserta salah satu keluarga yang dituakan

Page 50: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

39

mulai menggosok-gosokkan kayu dengan lap yang dilumuri perasan kunyit

tersebut secara merata dari ujung kayu hingga ujung kayu yang lainnya. Selama

prosesi ini, pihak tukang bangunan maupun mandornya sudah memasang bendera

merah putih pada satu batang pohon yang ditancapkan di sekitar prosesi ini

berlangsung, juga membakar kemenyan disamping kayu. Setelah di lumuri

dengan parutan kunyit, kayu ini kemudian dipasangi bendera merah putih tepat

ditengah-tengah batang pohonnya. Bendera merah putih yang dipasang di pusat

kayu kemudian di patenkan dengan paku emas sebanyak empat buah pada

masing-masing bagian sisi bendera tersebut. Bendera yang dipasang bukan untuk

dikibarkan namun untuk dililit sesuai bentuk kayu, jadi bendera tidak akan

terbuka dan berkibar jika tertiup angin tetapi membentuk kantung sebanyak dua

buah di dua sisi kayu yang berbeda. Dua kantung ini nantinya akan diisi dengan

uang logam ataupun perhiasan dan bunga-bunga kemenyan seperti melati pada

tiap-tiap sisinya. Ungkap Mbah Sejo mengenai Prosesi muluh sebelum di angkat

ke atas.

Tahapan selanjutnya setelah pemasangan bendera pada kayu ialah

pemasangan kain panjang yang sebelumnya sudah di persiapkan yang panjangnya

mampu menjangkau tinggi tempat kayu akan dipasang dan tanah. Kain ini

dililitkan pada batang kayu di satu sisinya dan disisi yang lain dimasukkan

kedalam kendi yang sebelumnya sudah diisi macam-macam bunga dan koin. Jika

kendi tidak tersedia, dapat menggunakan media lain seperti ember maupun bak

kecil dengan isian yang sama yaitu bunga-bungaan dan koin. Kain yang dimaksud

ialah kain yang biasa disebut oleh warga sebagai bengkung, atau dengan

pengertian lain warga menyebutnya sebagai kain angkin atau stagen yang

digunakan oleh ibu-ibu setelah melahirkan, namun bukan yang berbahan karet

tetapi kain. Para tukang bangunan beserta mandor mulai mengangkat si kayu

besar keatas secara hati-hati sesuai aba-aba dari sang mandor. Kain yang terikat di

kayu dan terhubung dengan bak kecil atau kendi dibawah tidak boleh lepas dari

kayu maupun air yang dibawah, sampai kayu terpasang dengan sempurna kain

harus tetap terhubung.

Pak Suroso sebagai salah satu warga desa dan juga orang yang menggelar

hajat munggah muluh mengungkapkan macam barang pendukung ritual munggah

Page 51: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

40

muluh. Macam-macam barang yang sudah dipersiapkan berupa palawija, pisang,

kain, aneka pakaian dan lain sebaginya mulai diangkat keatas untuk kemudian

dipasang masing-masing pada kayu utama yang telah dinaikkan. Barang-barang

tersebut antara lain adalah palawija yang terdiri dari kelapa, jagung dan singkong,

serta tanaman lain seperti padi yang sudah kecokelatan juga pisang beberapa

tandan. Bahan-bahan tanaman ini kemudian diletakkan diatas kayu bersandingan

dengan pakaian baru, sarung dan kain. Kemudian disekitar kayu penyanggah

dipasangi janur baik yang masih berwarna hijau maupun janur yang berwarna

kuning. Janur ini diikat dibawah dari kayu utama, tidak boleh diikat tepat di kayu

utama karena bukan peruntukannya. Pisang yang sudah dipersiapkan di awal

prosesi kemudian diikat dengan tali maupun kawat atau apapun pada kayu utama

dan posisinya menggantung bukan menempel. Kemudian payung dikembangkan

diikat dan diletakkan tepat diatas deretan kain dan pakaian. Payung ini wajib

keberadaannya karea punya makna dan filosofi sendiri, pun dengan barang-barang

lain yang juga wajib keberadaannya.

Mandor bangunan beserta rekan tukang bangunan yang lain setelah

membawa kayu keatas kemudian akan ditanya beberapa pertanyaan oleh pemilik

rumah atau si tuan rumah yang punya hajat sebagai satu syarat atau satu

kewajiban dalam prosesi ini. Pertanyaan yang dilontarkan ialah “di atas ada apa?”

dalam bahasa Jawa, kemudian mandor maupun tukang bangunannya akan

menjawab “di atas sudah penuh, pepek, gemah ripah loh jinawi” juga dalam

Bahasa Jawa. Pertanyaan-pertanyaan ini wajib diucapkan kepada mandor

bangunan yang berada diatas kayu oleh pemilik rumah. Ada hal menarik

mengenai proses penanyaan ini, yaitu bagi siapapun yang ingin membangun

rumah yang tahu dan paham jika harus melakukan prosesi ini tapi tidak mengerti

jika ada proses tanya jawab ini, maka masyarakat meyakini bahwa di masa yang

akan datang si pemilik rumah akan mendapat banyak musibah atau kerugian

dalam bentuk apapun. Ada dua tipe masyarakat di desa Sidomukti ini, yaitu

mereka yang paham betul akan prosesi munggah muluh dalam pembangunan

rumah dan mereka yang sama sekali tidak paham sehingga membangun rumah

hanya sekedar membangun tanpa mengikuti prosesi dan adat yang berlaku di

masyarakat. Oleh sebab itu, biasanya mandor bangunan terlebih dahulu

Page 52: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

41

menanyakan kepada pemilik rumah terkait prosesi ini untuk kemudian jika

memang pemilik rumah adalah orang yang mengerti maka prosesi ini akan

dilanjutkan, namun apabila ternyata pemilik rumah sama sekali tidak tahu atau

belum begitu paham secara detail maka sang mandor wajib hukumnya untuk

menjelaskan bagaimana dan seperti apa prosesi ini akan berlangsung. Bagi

pemilik rumah dan masyarakat desa yang paham betul dengan tradisi ini dan

menjalaninya sesuai aturan adat yang berlaku, diyakini akan diberi kemudahan

oleh Tuhan dalam menjalani kehidupan kedepannya.

Berbagai macam sesajen dan jajanan yang dipersiapkan sebelum dan saat

prosesi munggah muluh ini kemudian dibiarkan saja berada disekitar prosesi

munggah muluh oleh mador bangunan dan pemilik rumah. Sesajen itu berupa

nampan yang berisi kopi, jajanan, rokok, buah, minuman dan juga bermacam

bunga juga kemenyan yang dibakar tepat dibawah kayu yang terpasang diatas.

Kain bengkung yang memanjang dari kayu ke bak kecil pun di biarkan hinggga

beberapa hari kedepan, pun dengan pakaian dan kain yang ada di kayu dibiarkan

begtu saja. Untuk palawija dan berbagai macam tanaman yang lain sebagian

dibawa ke bawah dan sebagian lain tetap di atas. Diantara tanaman yang dibawa

ke bawah adalah pisang sebagian, dan pisang yang sebagian lagi tetap berada di

atas untuk kemudian menjadi santapan para tukang bangunan yang setelah prosesi

ini masih terus melanjutkan pekerjaan membangun rumah.

d. Prosesi Pasca Ritual Munggah Muluh

Menurut mbah Sejo, selama prosesi munggah muluh, tuan rumah

menyiapkan aneka makanan dan jajanan juga sesajen yang dikumpulkan dalam

satu ruangan khusus seperi ruang tamu atau ruang tengah rumah yang ingin

dibangun ataupun rumah yang sudah ada. Jumlah makanan, jajanan dan sesajen

ini sebanyak ukuran ruangan yang ditempati, apabila menggunakan ruang tengah

maka jumlah makanannya harus memenuhi ruang tengah tersebut. Macam-macam

makanannya bervariasi sesuai kebutuhan dan kemampuan, biasanya berupa nasi

tumpeng, jajanan pasar, buah-buahan, telur bebek atau telur ayam sebanyak satu

bakul ukuran besar. Makanan yang dikumpulkan dalam satu tempat ini disiapkan

oleh tuan rumah sebelum prosesi munggah muluh dimulai dimana yang

menyiapkan biasanya para ibu dari pihak keluarga maupun dibantu oleh tetangga

Page 53: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

42

sekitar rumah karena para suami atau yang laki-laki ikut membantu prosesi

munggal muluh diluar. Selain makanan juga ada peralatan rumah tangga ataupun

peralatan pribadi yang disiapkan bersamaan dengan makanan dan sesajen di

ruangan, diantara peralata pribadi itu ialah lipstik, bedak, pakaian pribadi bahkan

perhiasan yang jumlahnya tidak begitu banyak. Setelah prosesi munggah muluh

selesai kemudian makanan ini dibagikan kepada sanak saudara, tetangga rumah

juga kepada mereka yang ikut membantu jalannya prosesi ini seperti para tukang

bangunan dan juga mandornya.

Prosesi selanjutnya ialah penaburan uang receh atau koin yang telah

disediakan pemilik rumah kepada warga sekitar yang ikut menyaksikan jalannya

prosesi munggah muluh ini. Uang yang disebarkan bisa berasal dari uang pribadi

maupun dari bak kecil tempat kain bengkung berada. Yang melakukan sebaran

uang ini adalah anggota keluarga tertua yang biasanya diwakili oleh nenek dari

keluarga pemilik rumah. Kegiatan sebar-menebar uang koin ini mendapat antusias

yang sangat baik dari masyarakat sekitar, meski jumlahnya tidak banyak karena

yang disebar biasanya koin pecahan 200, 500 dan 1000 rupiah. Masyarakat

percaya dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini, mereka akan ikut mendapat

berkah dari Tuhan karena turut serta mensukseskan kegiatan munggah muluh

yang diselenggarakan salah satu tetangga di desanya.

Prosesi sebar uang receh dalam tradisi Jawa sesungguhnya sudah umum

dilakukan, dalam banyak tradisi misalnya ada saja bagian dari prosesisnya

melakukan tebar uang koin baik sebelum acara maupun ditengah acara bahkan

diakhr acara. Satu dari banyak tradisi Jawa yang juga melakukan prosesi tebar

uang ini adalah khitan, dimana prosesi ini dilakukan tepat setelah si anak selesai

melakukan khitan dirumah atau jika khitan di rumah sakit atau klinik maka

prosesi ini dilakukan setelah si anak pulang kerumah. Dalam tradisi lain juga ada

seperti nikahan, dimana kedua mempelai akan menebarkan koin kepada para

hadirin yang hadir baik setelah akad ataupun sesaat sebelum naik keatas

pelaminan. Prosesi tebar uang ini dapat dilakukan oleh kedua memelai ataupun

orang tua mempelai tempat dimana acara resepsi dan akad dilaksanakan. Jumlah

nominal yang dikeluarkan untuk prosesi tebar koin ini tidak menentu karena

memang tidak ada ketentuan yang mengikat yang mengharuskan pelaksana acara

Page 54: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

43

untuk mengeluarkan koin dalam jumlah berapa untuk prosesi ini tergatung dari

kemampuan dan kondisi saat acara berlansung saja, artinya sebagai syarat dalam

tradisi tetap harus terpenuhi meskipun tidak menentu nominalnya. Masyarakat

Jawa khususnya di Pekalongan sangat menjunjung tinggi nili-nilai adat yang

berlaku di masyarakat sehingga dalam setiap ritual dan tradisi yang akan

dilakukan selalu berusaha semaksimal mungkin agar terpenuhi seluruh syaratnya.

Setelah selesai prosesi sebar koin, selanjutnya para pekerja bangunan pun kembali

melanjutkan proses pembangunannya dan ritual munggah muluh pun berakhir

disini.

B. Makna simbolik setiap unsur yang terkandung dalam ritual Munggah

Muluh

Tradisi ritual munggah muluh di desa Sidomukti menggunakan komonen

pendukung yang sangat kompleks dalam setiap prosesinya mulai dari perhitungan

tanggal, selametan, persiapan ritual, saat ritual maupun pasca ritual.

a. Perhitungan :

Truko artinya pasek yang bermakna agar ayem tenterem bagi pemilik

rumah ketika menjalani hidup, begitupun dengan yoso yang artinya damai dan

banyar rezeki. Baik truko maupun yoso menurut mbah Sejo sama-sama positif,

artinya dalam perhitungan yang diasarkan pada weton pemilik rumah haruslah

sampai pada truko ataupun yoso yang positif bagi kehidupannya kelak. Rogo atau

rogoh yang secara bahasa diartikan sebagai memasukkan tangan kedalam saku

yang maknanya negatif ini dimaksudkan bahwa kelak penghuni rumah akan

mendapat musibah yang berhubungan dengan kehilangan, baik harta maupun

yang lainnya. Sempoyong yang dalam nahasa lain disebut doyong atau reot atau

goyang-goyang posisinya karena ringkih ini dimaksudkan nanti ketika disinggahi,

pemilik rumah maupun keluarga yang mendiami rumah tersebut akan selalu

sempoyong baik rumahnya yang sempoyongan atau doyong menuju kearah

ambruk, maupun fikirannya yang sempoyong yang juga berarti akan selalu

dihantui dengan pikiran pikiran yang aneh dan membuat hidupnya sengsara. Baik

rogoh maupun sempoyong merupakan dua analogi yang negatif dalam

perhitungan Jawa sehingga tidak disarankan bagi masyarakat yang akan

Page 55: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

44

membangun rumah untuk mulai proses membangun pada perhitungan tersebut.

Perhitungan semacam ini bagi masyarakat desa sangatlah penting dan masyarakat

sangat mengikuti betul prosesi perhitungan ini, meskipun jika dilihat secara kasat

mata banyak juga orang diluar desa ini yang melakukan pembangunan rumah dan

ternyata hidupnya baik-baik saja bahkan cenderung sejahtera meski ada juga yang

sebaliknya bahkan lebih buruk dari itu hingga memakan korban nyawa.

Masyarakat desa menggunakan perhitungan ini sebagai antisipasi jika

perhitungannya salah, bagi mereka jikapun ada masyarakat yang membangun

rumah tanpa mealui proses perhitungan terlebih dahulu maka itu semata-mata

karena hari yang dipilihya pas menurut perhitungan Jawa meskipun si pemilik

rumah membangun tanpa perhitungan sebelumnya. Sebaliknya pun begitu bagi

masyarakat yang membangun rumah tanpa perhitungan sebelumnya dan ternyata

kehidupannya memburuk atau banyak ditimpa musibah maka masyarakat desa

meyakini jika hari dimana mereka membangun rumah tepat dalam hari yang salah

menurut perhitungan Jawa. Tidak begitu dipermasalahkan sebetulnya siapapun

yang mau menggunakan perhitungan ini atau tidak karena masayarakat percaya

bahwa membangun rumah harus pada hari yang tepat terlepas melalui proses

perhitungan seperti yang sudah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya

maupun tidak.

b. Sesajen

Dalam sesajen pada umumnya terdapat aneka minuman baik kopi yang

pahit maupun yang manis, teh yang manis maupun tawar juga ada air mineral

yang masing-masing diwadahi dalam gelas. Aneka minuman ini dimaknai sebagai

hidangan bagi para pendahulu yang sudah meninggal yang mereka memilki

hubungan kekeluargaan maupun mereka yang berjasa bagi keluarga, warga

maupun desa. Terdapat banyak varian minuman yang dihidangkan yang

dimaksudkan bahwa pada zaman dahulu para pendahulu mereka ada yang

menyukai kopi pahit maupun manis, ada juga yang suka teh manis maupun tawar

dan ada juga yang sukanya minum air putih saja. Masyarakat sendiri menurut

mbah Sejo kurang begitu mengerti yang disukai orang-orang yang sudah

meninggal semasa mereka hidup, jadi masyarakat desa menyediakan semua varian

minuman berharap dari kesemua varian itu semuanya disukai oleh mereka yang

Page 56: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

45

sudah meninggal. Bukan hanya bagi arwah keluarga tetapi juga bagi arwah-arwah

penunggu tempat-tempat tertentu yang disajeni supaya dalam pelaksanaannya

tidak mendapat musibah karena ulah arwah atau jin yang mengganggu. Selain

aneka minuman, dalam sesajen juga terdapat aneka jajanan pasar juga rokok.

Jajanan pasar seperti biskuit, kue-kue, gorengan juga aneka roti yang juga

macamnya bervariasi. Jumlah banyaknya minuman maupun jajanan pasar tidak

ditentukan secara pasrti dalam aturan sesembahan sajen ini, melainkan sesuai

kemampuan asalkan syarat-syaratnya terpenuhi. Fungsi jajanan pasar ini sama

dengan minuman yang disajikan yaitu agar disukai dan dimakan oleh arwah-

arwah yang sudah tiada dan mendiami tempat tersebut, banyaknya jajanan pasar

juga dimaksudkan supaya arwah penunggu dapat memilih mana yang disukai.

Yang ketiga yang terdapat dalam sesajen adalah rokok. Masyarakat penganut

kepercayaan ini percaya bahwa orang-orang dahulu baik keluarga dekat maupun

mereka yang berjasa untuk desa gemar merokok layaknya orang-orang pada

umumnya pada zaman ini. Sehingga penempatan rokok ini diharapkan dapat

disukai oleh para arwah pendahulu agar tidak mengganggu selama proses ritual

berlangsung.

Penggunaan sesajen dalam tiap kegiatan maupun ritual di Jawa ada bukan

tanpa sebab, melainkan karena kepercayaan masyarakat akan ajaran nenek

moyang terdahulu yang melekat begitu kuat sehingga sudah seperti keharusan

bagi masyarakat untuk menjalankannya. Masyarakat percaya jika dalam sebuah

tradisi atau waktu-waktu tertentu yang mengharuskan dibuatkan sesajen namun

tidak dibuatkan maka si pemilik hajat akan tertimpa kesialan atau musibah di

kemudian hari. Sulit memang untuk dibuktikan, bahkan secara nalarpun

sepertinya hal-hal semacam ini sulit untuk diterima oleh akal fikiran. Dalam

perjalanan kehidupan masyarakat desa sidomukti banyak kejadian-kejadian yang

terjadi karena sebab banyak hal diantaranya karena sesajen, seperti kejadian salah

seorang warga yang dalam membuat rumah tidak menyertakan sesajen dalam

prosesi ritualnya maupun sesajennya yang kurang lengkap. Kejadiannya ialah

ketika salah seorang masyarakat desa yang kurang lengkap sesajennya kemudian

mendapat gangguan dari makhluk halus penunggu daerah setempat (baca: pohon,

kali, kuburan, sawah) yang mengakibatkan meninggal dunia. Masyarakat

Page 57: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

46

meyakini kematian salah seorang warga itu adalah karena sesajen yang kurang

lengkap sehingga diganggu oleh penunggu disana, meskipun tidak secara mutlak

penyebabnya itu karena ada juga masyarakat yang percaya bahwa kematiannya

karena kehendak Tuhan. Kejadian-kejadian semacam ini agaknya membuat

masyarakat semakin yakin tentang pentingnya sesajen disediakan dalam setiap

upacara keagamaan maupun pada tanggal-tanggal tertentu.

Sesajen yang dibeli di pasar tradisional tidak boleh ditawar ketika ingin

membelinya. Proses tawar-menawar untuk sesajen tidak diperbolehkan dalam

tradisi masyarakat desa sidomukti karena pantang bagi mereka untuk mencari

keuntungan dari hal-hal atau barang-barang yang digunakan untuk prosesi adat

daerah setempat. Masyarakat meyakini bahwa dengan tidak menawar pada saat

membeli sesajen akan membuat pembeli dan pedagang sama-sama ikhlas dalam

bertransaksi dan ikhlas itulah yang dicari dalam tradisi ini. Masyarakat percaya

jika mereka menawar dagangan yang diperuntukan bagi sesajen maka akan timbul

rasa ketidak ikhlasan dari penjual dan dapat meruntuhkan makna dari prosesi yang

akan dilakukan, dalam hal ini adalah ritual munggah muluh.

c. Bendera di Muluh

Bendera yang dipasang pada muluh di atas membentuk dua kantung yang

masing-masing berisikan jamu kuat-kuat dan uang.

Jamu kuat-kuat yang dikatakan mbah Sejo dengan pengucapan khas Jawa

yang begitu unik merupakan ramuan jamu maupun ramuan sesajen yang disiapkan

tanpa di tumbuk terlebih dahulu, artinya bentuk dan macamnya masih utuh. Jamu

ini bermakna setiap rumah yang dibangun dan di muluhnya menggunakan jamu

ini disalah satu kantung benderanya diyakini rumah yang dibagunnya akan kuat,

kuat dalam arti fisik bangunannya maupun kuat fikiran penghuni rumahnya nanti.

Untuk mencari jamu ramuan ini tidaklah sulit, pasalnya sudah tersedia di paras-

pasar tradisional di Pekalongan dan paket penjualannya sudah komplit di

dalamnya terdapat semua barang yang diperlukan dalam ritual. Selain jamu

ramuan, di pasar tradisional juga biasanya terdapat paket penjualan barang-barang

keperluan ritual tradisi setempat seperti jajanan pasar untuk sesajen, kendi,

bengkung, kemenyan dan lain sebagainya.

Page 58: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

47

Selain aneka sesajen yang dipersiapkan, ada hal lain yang juga penting

keberadaannya menurut mbah Sejo, yaitu uang receh. Uang receh merupakan

bentuk simbolis bagi pemilik rumah maupun masyarakat yang ingin memberikan

sumbangan uang kepada pemilik rumah untuk kemudian dimasukkan ke dalam

bendera merah putih yang dipasang tepat ditengah muluh yang ada diatas. Uang

yang dimasukkan ini dimaknai sebagai bentuk rezeki si pemilik rumah dalam

membangun rumah. Sejak zaman dahulu, tiap ada masyarakat yang membangun

rumah maka masyarakat yang lain berbondong-bondong memberikan uang

mereka untuk kemudian dimasukkan dalam bendera dengan maksud agar kelak

siapapun yang ikut menyumbangkan uang didalamnya bisa membangun rumah

juga. Uang yang dimasukkan oleh para tetangga ini hanya simbolis, artinya tdak

dipatok nominalnya. Jaman dahulu biasanya yang dimasukkan adalah uang

berbentuk koin, namun seiring perkembangan zaman penggunaan uang koin

semakin kurang bernilai sehingga masyarakat kini banyak pula yang

menggunakan uang kertas meskipun ada juga yang masih menggunakan koin.

Muluh tidak boleh dilangkahi karena dalam kepercayaan yang

berkembang di masyarakat, muluh dipandang layaknya kepala pada manusia yang

nilainya suci sekalipun untuk dilangkahi. Muluh yaang tidak boleh dilangkahi

adalah muluh yang telah dimandikan dan diadzani, sedangkan muluh yang belum

dimandikan dan di adzani merupakan kayu biasa yang hanya bernilai sebagai

kayu. Anggapan nilai muluh dengan kepala manusia yang suci bukanlah tanpa

alasan, melainkan masyarakat percaya bahwa selain layaknya kepala manusia juga

sebagai kepala dalam kehidupan keluarga yang mendiami rumah tersebut. Tugas

seorang kepala baik dalam rumah tangga maupun komunitas adalah mengayomi,

melindungi dan lain sebagainya, sehingga diyakini bahwa jika masyarakat

mensucikan muluh atau paling tidak memperlakukan muluh layaknya kepala

manusia maka kelak kehidupan keluarga yang menempati rumah tersebut akan

dilindungi baik harta, kesehatan maupun yang lainnya.

Janur kuning yang menempel pada muluh bermakna sebagai pertanda

kepada sanak saudara maupun tetangga yang lain bahwa rumah yang dibangun ini

adalah rumah saudara se kampung mereka bukan orang lain. Karena pada zaman

dahulu masa perang Diponegoro masyarakat menggunakan janur kuning sebagai

Page 59: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

48

tanda bahwa itu adalah rumah maupun tempat berlindung dari saudara sebangsa

mereka, karena jika bukan janur kuning maka rumah itu merupakan rumah orang

Belanda maupun rumah penjajah yang lainnya. Selain sebagai petanda,

keberadaan janur kuning bermakna supaya siapapun yang memasuki rumah itu

kelak baik keluarga maupun tetangga yang bertamu akan dihinggapi rasa yang

adem tenteram tidak kepanasan.

Kembang tujuh rupa yang ditelakkan di baskom tempat bengkung berada

diartikan sebagai permohonan agar diberi segala kebaikan dan kelancaran baik

dalam tradisi munggah muluhnya maupun dalam menjalani kehidupan kelak.

Kembang tujuh rupa, kembang dimaknai sebagai media permohonan kepada sang

pencipta sedangkan tujuh bermakna bahwa kita mengenal jumlah hari dalam

masehi yaitu ada tujuh sehingga kembang tujuh rupa ini dimaknai agar diberikan

kebaikan dan kelancaran dalam hidup setiap hari selama tujuh hari dalam

seminggu selamanya. Makna tujuh dalam kembang ini adalah jumlah hari dalam

semingu. Ungkap Suroso perihal kembang tujuh rupa dalam prosesi yang

dilaksanakannya.

Muluh diadzani, setelah selesai dimandikan muluh kemudian di adzani.

Proses ini dilakukan ketika muluh masih berada di bawah, yang mengadzani ialah

pemilik rumah atau perwakilan keluarga yang biasanya diwakili oleh laki-laki

atau jika dari pihak keluarga tidak ada yang mampu maka akan dikuasakan

kepada tukang bangunannya maupun mandornya yang kemudian akan

mengadzani muluh tersebut. Setelah muluh sampai diatas maka harus di iqomah

kan, iqomah yang dilakukan sama seperti iqomah pada umumnya. Adzan dan

iqomah yang dilakukan kepada muluh bermakna pengharapan dari keluarga

maupun masyarakat yang menyaksikan prosesi ini agar keluarga yang menempati

rumah ini kelak diberikan keselamatan dan selalu dalam lindungan Tuhan yang

maha esa.

d. Selametan

Selamatan adalah suatu upacara makan bersama makanan yang telah diberi

doa sebelum dibagi-bagikan. Selamatan itu tidak terpisahkan dari pandangan alam

pikiran partisipasi tersebut di atas, dan erat hubungannya dengan kepercayaan

kepada unsur-unsur kekuatan sakti maupun makhluk-makhluk halus. Sebab

Page 60: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

49

hampir semua selametan ditujukan untuk memperoleh keselamata hidup dengan

tidak ada gangguan –gangguan apapun.70

Selametan adalah versi Jawa dari apa yang barangkali merupakan upacara

keagamaan paling umum di dunia, pesta komunal. Sama sepert hapir di semua

tempat, ia melambangkan kesatuan mistik dan sosial dari mereka yang ikut serta

didalamnya.71

Selametan dilakukan masyarakat desa sebelum melaksanakan hajatan

besar maupun dalam mengenang orang meninggal ataupun perayaan ulang tahun

dan masih banyak lagi dimaknai sebagai rangkaian permohonan keselamatan

kepada sang pencipta. Dalam tradisi munggah muluh juga terdapat ritual

selametan yang tujuannya agar pemilik rumah sekeluarga selalu diberikan

keselamatan oleh Tuhan dalam menjalani hidup di rumah yang akan dibangun ini.

Keselamatan bukan hanya fisik manusianya, tetapi juga keselamatan fisik

bangunannya dan tidak lupa keselamatan fikiran dari penghuni rumah. Dalam

selametan biasanya ada sajian yang digunakan untk kemudian mejadi hidangan

bagi para tamu atau peserta selametan, hidangan itu boleh berupa nasi dan lauk

pauknya ataupun roti.

Pisang emas digunakan dalam upacara tradisi munggah muluh karena

dianggap sebagai pisang yang paling mahal, paling bagus dan terbaik di kelasnya.

Pisang emas yang dahulu banyak ditemukan dimaknai sebagai sesembahan

terbaik yang diharapkan dapat membawa keluarga pemilik rumah pada rezeki yag

melimpah. Sebagai syarat tradisi memang biasanya menggunakan pisang emas,

namun jika tidak ada lantaran sulit ditemukan di pasar, bisa juga menggunakan

pisang biasa yang sering kita temui. Seiring berjalannya waktu, masyarakat lebih

suka menggunakan pisang biasa yang jauh lebih murah ketimbang pisang emas

yang selain langka juga harganya masih tinggi bagi sebagian masyarakat. Pisang

ini selain digunakan sebagai bahan sesajen juga digunakan pada tiang-tiang

penyangga muluh maupun pada muluh itu sendiri sebagai cemilan bagi para

pekerja setelah tentunya dijadikan bahan ritual.

70

Koentjaraningrat, Manuisa dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1979)

h. 340 71

Clifford Geertz, Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyai, (Depok: Komunitas Bambu,

2013) h. 3

Page 61: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

50

Padi yang digunakan dalam ritual ini bukanlah padi yang sudah menjadi

butiran tetapi padi yang masih utuh beserta dengan gagangnya atau padi setelah di

panen namun belum di giling. Padi yang merupakan simbol pangan ini dimaknai

masyarakat desa sidomukti sebagai kesejahteraan pangan yang artinya apabila

terpenuhi sebagai syarat dalam ritual munggah muluh maka dipercaya keluarga

yang mendiaminya akan selalu dalam keadaan kenyang. Kenyang dalam arti

selalu dicukupkan oleh Tuhan, tidak pernah merasa kelaparan atau kekurangan.

Padi yang digunakan biasanya padi yang sudah kecokelatan atau yang sudah

panen.

Pakaian, sarung, kain, dan baju koko diletakkan di atas muluh juga

merupakan syarat dalam ritual munggah muluh. Macam-macam barangnya bisa

beraneka ragam asalkan masih sesuai dengan persetujuan tetua desa yang

memimpin ritual. Secara umum barang-barangnya berupa kain, pakaian, sarung,

dan baju koko. Pakaian yang disertakan yaitu pakaian laki-laki dan perempuan,

begitu juga dengan baju koko ataupun pakaian muslimah. Barang-barang yang

tergolong dalam kebutuhan sandang ini diyakini masyarakat sebagai bentuk

simbolik permohonan kepada yang maha kuasa agar kelak keluarga yang

mendiami rumah yang sedang dibangun ini selalu dicukupkan rezekinya terutama

dari segi kebutuhan sandang. Selain digunakan sebagai simbol permohonan akan

kesejahteraan sandang, benda-benda ini juga digunakan dengan maksud supaya

muluh terlindungi layaknya tubuh manusia yang menggunakan berbagai macam

pakaian. Ini dilakukan karena setelah muluh dimandikan dan diadzani menjadi

muluh yang dianggap suci sehingga bagi masyarakat yang mempercayai perlu

adanya semacam pakaian untuk menutupi maupun menyandingkannya dengan

muluh.

Page 62: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

51

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tradisi munggah muluh merupakan suatu prosesi acara dalam

pembangunan rumah. Muluh yang dimaksud adalah sebatang kayu besar yang

menjadi pusat pondasi atap di rumah yang akan dibangun. Tradisi ini

dilaksanakan masyarakat desa sebagai salah satu syarat pembangunan rumah demi

keselamatan si pemilik rumah maupun warga desa karena dalam tradisinya

melibatkan seluruh elemen masyarakat. Tradisi Munggah Muluh yang dilakukan

masyarakat desa Sidomukti Pekalongan merupakan tradisi yang sudah di warisi

oleh nenek moyang mereka dari zaman dahulu kala dan tetap eksis hingga kini

lantaran tradisi ini tetap dilestarikan dan masih menjadi tradisi wajib masyarakat

desa ketika hendak membangun rumah, sehingga dengan penuh kesadaran

masyarakatnya sudah barang pasti akan melakukan tradisi ini ketika akan mulai

membangun rumah. Keyakinan masyarakat bukan hanya terfokus pada perayaan

seremonial ritual tradisinya saja, lebih dari itu ada kepercayaan dan harapan yang

mereka tanamkan dalam setiap elemen ritual tradisi munggah muluh yang harus

tetap mereka jaga selamanya. Bukan tanpa alasan mengapa dalam ritual tradisi ini

banyak sekali barang-barang maupun benda-benda yang masyarakat gunakan

dalam melengkapi prosesi ritual ini. Mereka percaya betul bahwa melalui media

benda tersebut dapat digantungkan harapan dan doa kepada sang pencipta.

Setiap elemen dalam tradisi Munggah Muluh punya simbol dan maknanya

masing-masing yang tentu dipercaya oleh masyarakat setempat. Bukan dari

sekedar simbol, masyarakat memberi kepercayaan lebih pada tiap benda dalam

prosesi Munggah Muluh. Bagi mereka tradisi yang telah diwarisi oleh nenek

moyag harus tetap dilestarikan, kendati pun banyak pihak yang menganggap

bahwa tradisi yang dilakukan sudah tidak relevan dengan arus perkembangan

zaman maupun aturan keagamaan yang berlaku. Dalam pelaksanaannya sudah

sangat jelas bahwa ritual tradisi ini tidak hanya mewakili satu kelompok, budaya

ataupun kepercayaan, tetapi semua unsur ada dalam ritual ini, mulai dari sesajen

Page 63: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

52

sebagai kepercayaan lokal masyarakat Jawa maupun doa yang dipanjatkan yang

mewakili masyarakat Islam.

Akulturasi Islam dan budaya Jawa dalam tradisi Munggah Muluh terjadi

karena adanya percampuran antara budaya dengan kearifan lokalnya dengan

agama Islam yang kemudian bukan hanya memunculkan satu tradisi atau ritual

saja, melainkan banyak sekali tradisi. percampuran ini ditandai dengan hadirnya

kebudayaan baik dalam Islam maupun dalam ajaran masyarakat setempat seperti

selametan yang pada awalnya merupakan budaya lokal kemudian berkembang dan

seloah menjadi budaya bersama karena dalam praktiknya baik unsur Islam

maupun kearifan lokal membaur menjadi satu.

A. Saran

Berdasarkan uraian-uraian atau pembahasan dan kesimpulan yang sudah

dijelaskan dari hasil penelitian maka ada beberapa saran dari penulis diantaranya:

Pertama, minimnya informasi tentang tradisi ini baik informasi tertulis

maupun digital membuatnya tidak banyak diketahui masyarakat luas. Padahal

banyak potensi materil yang bisa diperoleh jika pemerintah daerah mau

mempubikasikan tradisi ini baik dalam bentuk buku maupun digital, yang salah

satunya adalah dari sektor pariwisata. Memunculkan minat masyarakat luar

daerah untuk mencari tahu tradisi yang unik dan menarik ini dengan datang

langsung ke Pekalongan yang kedepannya bisa dijadikan objek wisata yang

mendidik terutama bagi generasi muda untuk bisa mencintai budayanya.

Kedua, tradisi Munggah Muluh merupakan tradisi yang asli dimiliki

masyarakat desa Sidomukti Pekalongan, sudah sepatutnya bagi masyarakat untuk

terus melestarikan dan mengajarkannya pada generasi-generasi selanjutnya agar

warisan budaya ini tidak hilang digilas roda modernisasi. Dalam perjalannya

memang akan banyak bertentangan dengan masyarakat luar hingga terjadi

penolakan dengan stigma yang luar biasa menjatuhkan. Namun yang perlu diingat

bahwa dalam tradisi ini banyak bercampuran dengan unsur kebudayaan lain

seperti budaya doa dalam Islam, sehingga stigma yang nantinya akan diarahkan

pada masyarakat secara umum dan tradisi munggah muluh khususnya dapat

dibantah untuk kemudian tradisi ini bisa tetap eksis hingga peradaban masyarakat

Jawa musnah.

Page 64: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

53

DAFTAR PUSTAKA

Alam, Syamsir. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006.

Ambercrombie, Nicholas. The Penguin Dictionary Of Sociology. England: 1994.

Amin, Darori. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media. 2000.

Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Amzah. 2013.

Bahri, Media Zainul. Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia

(1901-1940) Hingga Masa Reformasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2015.

Beatty, Andrew. Variasi Agama di Jawa. Bandung: Raja Grafindo Perkasa. 2001.

Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. 2008.

Djamil, Abdul. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media. 2002.

Endraswara, Suwardi. Etnologi Jawa: Penelitian, Perbandingan, dan Pemaknaan

Budaya. Yogyakarta: CAPS. 2015.

Farela, Aristo. a short history of java. surabaya: ecosystem publishing. 2017.

Geertz, Clifford. Agama Jawa: Abangan Santri Priyai Dalam Kebudayaan Jawa.

Terjemahan Aswab Mahasin dan Bur Rasuanto. Depok: Komunitas Bambu.

2014.

Geertz, Clifford. Tafsir Kebudayaan. Terjemahan Francisco Budi Hardiman.

Yogyakarta: Kanisius. 2014.

Geertz, Clifford. After The Fact. Terjemahan landung Simatupang. Yogyakarta:

LkiS. 2017.

Haviland, Wiliam A. Antropologi. terjemahan R.G. Soekadjio. Jakarta: Gelora

Aksara Pratama. 2006.

Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama. 1997.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. 1980.

Page 65: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

54

Meinarno, Eko A. Dkk. Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta:

Salemba Humanika. 2011.

Mulder, Niels. Mistisisme Jawa: Ideologi di Indonesia. Yogyakarta: LKiS. 2001.

Pranowo, Bambang. Memahami Islam Jawa. Tangerang Selatan: Alvabet. 2009

Ranjabar, Jacobus. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bandung: Alfabeta. 2014.

Rachim, Ryan L., Nilai Budaya Jawa dan Perilaku Nakal Remaja Jawa, dalam

jurnal yang berjudul,Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, vol. 9, no. 1 tahun

2007.

Rais, Heppy El. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Pusat Belajar. 2012.

Sedyawati, Edy. Budaya Indonesia: kajian arkeologi, seni dan sejarah. Jakarta:

Rajawali Press. 2006.

Sedyawati, Edi. Kebudayaan di Nusantara. Depok: Komunitas Bambu. 2014.

Shadily, Hasan. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. 2000.

Soesilo. Ajaran Kejawen Sebagai Pedoman Hidup. Surabaya: Medayu Agung.

2000.

Spicer, Edward Holland. Encyclopedia Britannica. Chicago: 2002.

Sumardjo, Jacob.Arkeologi Budaya Indonesia.Yogyakarta: Qalam. 2002.

Sunanto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Depok: Raja Grafindo

Perkasa, 2005.

Suyanto, Bagong dkk. Metodologi Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Kencana. 2007.

Suyono, Capt. R.P. Dunia Mistik Orang Jawa, Yogyakarta: LkiS. 2007.

Syam, Nur. Islam Pesisir, Yogyakarta: LKiS. 2011.

W, Suprapto. Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia. 2004.

Widagdho, Djoko dkk.Ilmu Budaya Dasar.Jakarta: Bumi Aksara. 2008.

Page 66: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

55

Widianto, Bambang. Perspektif Budaya: Kumpulan Tulisan Koentjaraningrat.

Jakarta: Rajawali Pers. 2009.

Woodward, Mark R. Islam Jawa: Kesalehan Normatif verus Kebatinan.

Yogyakarta: LKiS. 1999.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers. 2010.

Yusuf, Mundzirin. Islam dan Budaya Lokal. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN

Suka. 2005.

Jurnal:

al-Amri, Limyah. “Akulturasi Islam dan Budaya Lokal”, Jurnal Kuriositas, vol.

11, no. 2.

Aziz, Donny Khoirul. “Akulturasi Islam dan budaya Jawa”, Jurnal Fikrah Vol 1

No. 2.

Nuryah. Tedhak Siten: ”Akulturasi Budaya Islam-Jawa (Studi Kasus desa

Kedawung, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen)”, Jurnal Fikri, Vol.

1, No. 2.

Sriyanto, Agus. “Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal”, Jurnal Komunika, vol.

1, No. 1.

Diakses dari:

Pekalongankab.go.id, http://www.pekalongankab.go.id/pemerintahan/deskripsi-

wilayah/kondisi-geografis diakses pada 20 Agustus 2018.

Observasi dan Wawancara

Observasi. Desa Sidomukti 15 September 2018.

Observasi. Di Rumah Suroso 16 September 2018.

Observasi. Lihat Arsip Desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Pekalongan 17 September 2018.

Page 67: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

56

Wawancara pribadi dengan Mbah Sejo sebagai tetua desa. Pada tanggal 2 Februari

2019.

Wawancara pribadi dengan Suroso sebagai pemuda desa dan pemilik hajat

Munggah Muluh. Pada tanggal 2 Februari 2019.

Wawancara pribadi dengan Pak Hasrito Aji selaku kepala desa Sidomukti. Pada

tanggal 2 Februari 2019.

Wawancara pribadi dengan Darmui sebagai penyelenggara tradisi. Pada tanggal 2

Februari 2019.

Page 68: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

57

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Seminar Proposal

Page 69: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

58

Lampiran 2 : Surat Komprehensif

Page 70: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

59

Lampiran 3 : Hasil Komprehensif

Page 71: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

60

Lampiran 4 : Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi

Page 72: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

61

Lampiran 5 : Presensi Bimbingan

Page 73: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

62

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian

Page 74: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

63

Lampiran 7 : Sertifikat OPAK

Page 75: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

64

Lampiran 8 : Sertifikat KKN

Page 76: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

65

Lampiran 9 : Sertifikat Toafl

Page 77: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

66

Lampiran 10 : Sertifikat Toefl

Page 78: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

67

Lampiran 11 : Surat Bukti Wawancara

Page 79: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

68

Page 80: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

69

Page 81: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

70

Lampiran 12: Hasil Wawancara

Hasil wawancara dengan Tetua Desa

Tanggal : 2 Februari 2019

Dirumah kediaman Mbah Sejo

Nama : Mbah Sejo

Alamat : Dukuh Jurangmangu

Pekerjaan : Petani

1. A : Bagaimana perhitungan pra membangun rumah atau sebelum

kita mulai membangun?

B : untuk mencari hari baik dilaksanakannya pembangunan, maka

perhitungannya adalah tidak sesuai wetonnya anda melainkan dengan

perhitungan Truko, Yoso, Rogoh, Sempoyong. Dalam perhitungannya

nanti harus ditanggal yang termasuk kedalam tanggal baik sesuai

perhitungan yaitu Truko dan Yoso. Jangan sampai tanggal pembangunan

jatuh pada hari dimana perhitungannya termasuk dalam hitungan Rogoh

ataupun sempoyong.

2. A : mengapa harus truko dan yoso ? dan tidak boleh rogoh ataupun

sempoyong?

B : karena Truko maupun yoso artinya baik dan nantinya yang menempati

pun akan diberikan kebaikan oleh Tuhan. Sedangkan Rogoh maupun

sempoyong artinya tidak baik, dikhawatirkan nantinya yang membangun

rumah itu atau yang menempatinya akan diberikan banyak musibah.

3. A : apa arti Truko, Yoso, Rogoh dan Sempoyong ?

B : Truko artinya roso atau kuat,ini berarti baik bagi yang menempati

rumah tersebut karena akan kuat dari segi apapun baik materi, kuat sehat

jasmani maupun rohani. Yoso juga artinya baik karena cocok dengan

Page 82: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

71

Truko maka 2 perhitungan ini yang dianjurkan. Rogoh artinya tidak baik

yaitu nantinya akan banyak kehilangan baik materi maupun yang lainnya.

Sempoyong artinya doyong atau tak seimbang, yang berarti tidak baik juga

untuk kelangsugan hidup pemilik rumah karena dari segi apapun nantinya

tak akan seimbang baik materi ataupun yang lainnya.

4. A : siapa yang pertama kali mengenalkan tradisi munggah Muluh ini

kepada masyarakat ?

B : orang-orang tua terdahulu yang mewarisi secara turun temurun tradisi

ini, namun untuk siapa sosok tokohnya itu tidak ada yang tahu. Tradisi ini

bahkan sudah ada sejak saya masih kecil dan jauh ketika orang tua atau

bahkan kakek buyut saya masih kecil pun sudah ada tradisi ini.

5. A : Apa tujuan diadakannya tradisi Munggah Muluh ?

B : tujuan diadakan tradisi ini saata akan membangun rumah adalah

supaya sang pemilik rumah mendapat keselamatan, tidak ada halangan dan

dijauhkan dari godaan mahluk dari dunia lain maupun dijuhkan dari

musibah dan marabahaya. Terlebih dapat istiqomah dalam menjalankan

ibadah dan dijauhkan dari penyakit.

6. A : bagaimana jika tidak menggunakan tradisi ini ?

B : akan sama seperti pembangunan sekolah, rumah sakit dan fasilitas

umum lainnya yang membangun hanya sekedar membangun tanpa

menyertakan tradisi masyarakat yang ada dan dilaksanakan secara turun-

temurun. Jika yang kita bangun tujuannya adalah untuk kita tempai

bersama keluarga maupun sanak saudara, maka demi keselamatan bersama

tradisi munggah muluh disarankan untuk dilaksanakan. Meski dalam

praktiknya ada saja satu bahkan lebih masyarakat yang tidak

melaksanakan tradisi ini dengan bermacam alasan, namun warga dan

masyarakat percaya jika demi keselamatan keluarga mereka maka wajib

melaksanakan tradisi munggah muluh ini.

7. A : siapa yang memimpin prosesi ritual munggah muluh ?

B : prosesi munggah muluh ini dipimpin oleh orangtua dari yang akan

membangun. Jika dalam pelaksanaannya si pemilik rumah orang tuanya

sudah tiada, maka ritual akan dipimpin oleh tetua desa. Namun bila

Page 83: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

72

pemilik rumah atau orang akan membangun rumah masih memiliki

orangtua, maka orang tuanya lah yang memimpin prosesi ritual ini dengan

tentunya bimbingan dan arahan dari tetua desa dan tetua desa posisinya

disini hanya membimbing bukan memimpin secara langsung prosei ini.

8. A : apa saja elemen yang diperlukan dalam persiapan ritual ini ?

B : pertama adalah persiapkan sesajen seperti bubur putih, bubur merah,

gula putih, gula merah, pisang emas, pisang hijau, kendi yang diisi telur

ayam kampung. Siapkan bengkung panjang untuk dililitkan pada muluh

dan sambungan lilitan tersebut ditarik sampai ke dasar dan dimasukkan

kedalam kendi. Payung untuk memayungi muluh supaya keluarga yang

menempati rumah selalu berada dalam keteduhan saat menjalani

kehidupan sehari-hari. Payung disandingkan dengan pakaian baru, sarung,

bahkan bantal supaya berkah dan pengharapannya tentang hal-hal duniawi

dikabulkan Tuhan. Pakaian, sarung dan lain sebagainya merupakan simbol

sandang dan duniawi, maka harapannya keluarga bisa tercukupi secara

duniawi. Kemudian ikat tebu pada tiang penyanggah muluh dan janur

kuning di sisi yang lainnya, yang bermakna sebagai pertanda bahwa di

tempat tersebut sedang diadakan ritual munggah muluh. Warga akan

mudah mengenali dengan adanya janur kuning tersebut.

9. A : Berapa lama biasanya ritual ini dilaksanakan mulai dari awal

sampai akhir ?

B : tidak ditentukan secara pasti berapa lama prosesi ini dilakukan, bisa

tiga hari atau bahkan lima hari dan ada juga yang sehari semalam saja

cukup. Meski begitu, yang ditekankan dalam tradisi ini adalah waktu

mulai pelaksanaannya yang tepat bukan berapa lama pelaksanaannya.

Waktu mulai pelaksanaannya sangatlah penting karena ini berkaitan

dengan perhitungan Jawa yang diyakini masyarakat dan dipercaya

konsekuensi baik-buruknya penggunakan penanggalan Jawa tersebut.

10. A : Kapan selametan diadakan dalam prosesimunggah muluh ?

B : selametan dilaksanakan sebelum ritual pengangkatan muluh

dilaksanakan atau bisa juga setelah dilaksanakan dan bahkan bisa

dilaksanakan di dua waktu tersebut.

Page 84: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

73

11. A : Apa saja yang ada dalam selametan apa maknanya ?

B : selametan biasanya dengan media nasi yang dibungkus daun pisang.

Lauknya macam-macam dan boleh dikreasikan sesuai kemampuan yang

akan membangun rumah, namun yang wajib ada dalam selametan adalah

ayam kampung. Kehadiran ayam kampung dimaknai supaya semua warga

sekitar dapat merasakan makanan enak, karena makanan olahan ayam

pada zaman dahulu tergolong kedalam makanan mewah. Nasi yang

disiapkan untuk selametan pada awal pelaksanaannya adalah berjumalah

tiga puluh dua sesuai dengan perhitungan hari yang berjumlah tujuh

ditambah lima, kemudian jumlah bulan dalam setahun yaitu dua belas, dan

jumlah tahun dalam sewindu yaitu delapan. Dari hasil penjumlahan

perhitungan tersebutlah maka dihasilkan tiga puluh dua.

12. A : bagaimana hukumnya pelaksanaan Tradisi Munggh muluh ?

B : bagi warga desa ini hukumnya wajib. Wajib dalam arti bagi siapapun

yang percaya dan mempercayainya maka wajib hukumnya untuk

melaksanakannya saat akan membangun rumah. aturan ini berlaku di desa

ini saja, tidak tahu bagaimana jika di desa lain. Meski dalam

pelaksanaannya tidak memakai kayu atau muluh tetapi menggunakan baja

ringan misalnya, tetap melaksanakan tradisi ini saat membangun.

13. A : kayu apa yang digunakan dalam tradisi ini ?

B : kayu pohon salam dan kayu wisnu selain itu tidak boleh, pun dengan

kayu jati karena tidak umum digunakan karena mahal. Pohon salam

digunakan karena maknanya keselamatan dan kayu wisnu digunakan

karena nama wisnu yang diyakini penuh kesaktian.

Page 85: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

74

Hasil wawancara dengan Kepala Desa

Tanggal : 2 Februari 2019

Dirumah kediaman Kepala desa

Nama : Hasrito Aji

Alamat : Dukuh Jurangmangu

Pekerjaan : Kepala Desa

1. A : Secara geografis, bagaimana letak desa Sidomukti ?

B : Desa Sidomukti merupakan salah satu dari 15 desa di kecamatan

Karanganyar yangletaknyaberadapaling barat dan berbatasan dengan

wilayah kecamatan Kajen ibukota kabupaten Pekalongan. desa Sidomukti

di sebelah utara berbatasan dengan desa jetak kidul kecamatan

Wonopringgo, sebelaha timurberbatasan dengan desa kayugeritan, sebelah

slatan dengan desa Karangsari dan sebelah barat dengan desa

Banjarejokecamatan Karanganyar.

2. A : Sumber daya alam apa saja yang dimiliki desa Sidomukti ?

B : Wilayah desa Sidomukti sebagian besar merupakan tanah pertanian

berupa tanah sawah yang meliputi irigasi teknis seluas 17.200 ha, irigasi

setengah teknis 11.019 ha, pekarangan 30.666 ha, dan lain-lain

(sungai/jalan/pemakaman) seluas 7.300 ha, dengan hasil pertanian utama

adalah padi, palawija dan buah-buahan.

3. A : apa mata pencaharian warga desa Sidomukti ?

B : sebagian besar masyarakat desa Sidomukti bermata pencahariaan di

bidang pertanian yaitu sebagai buruh tani maupun sebagai petani itu

sendiri. Sebagian yang lain banyak juga sebagai pengusaha kelas

menengah kebawah mulai dari usaha skala rumahan maupun pasar. Ada

pula masyarakat sebagai pedagang dengan jumlah yang tidak sedikit,

sebagian berdagang di lingkungan desa dan sebagian lain sebagai

Page 86: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

75

pedagang di pasar. Tidak sedikit pula masyarakat desa yang merantau ke

kota dan bekerja di berbagai bidang pekerjaan di kota masing-masing.

4. A : bagaimana kondisi pendidikan masyarakat desa Sidomukti ?

B : mayoritas masyarakat desa sidomukti berpendidikan rendah yaitu tidak

tamat sekolah dasar yang sebagian besar adalah para orang tua yang sudah

sepuh. Sebagian besar yang lain berpendidikan sampai sekolahmenengah

pertama dan di atasnya bahkan sampai tingkatperguruan tinggi. Minimnya

minat pendidikan di desa Sidomukti adalah karena dahulu fasilitas

pendidikan yang kurang banyak. Jika pun ada, fasilitasnya yang kurang

memadahi. Di masa-masa sekarang sudah di tingkatkan lagi jumlah

fasilitas pendidikan dan fasilitas penunjangpendidikan supaya minat

masyarakat desaSidomuktiterhadap pendidikan semakin tinggi. Ini tentu

akan menguntungkan semua pihak baik pemerintah desa maupun

masyarakat itu sendiri , karena meningkatnyatarafpendidikan masyarakat

sejalan dengan pertuumbuhan ekonomi masyarakatdesa itu sendiri.

Diharapkan kedepan dengan semakin tinggi pendidikan masyarakat

semakin tinggi pula tingkat pperekonomian masyarakatsecara keseluruhan.

5. A : bagaimana sejarah desa Sidomukti ?

B : berdasarkan cerita yang dihimpun dari para sesepuh desa yang sampai

saat ini masih percaya, desa sidomukti terbentuk sekitar tahun 1928

dengan dipimpin oleh kesepakatan tunjukan seorang kepala suku. Wilayah

yang sekarang bernama Sidomukti awalnya bernama “sentul” yang dalam

sejarahnya merupakan nama sebuah tonggak kayu. Tonggak kayu sentul

sendiri berada di salah satu dukuh di desa Sidomukti, tepatnya berada di

salah satu aliran sungai yang cukup besar dan berada di bawahnya.

Masyarakat desa percaya bahwa sewaktu-waktu tonggak kayu itu akan

muncul ke permukaan, dimana masyarakat percaya bahwa setiap kali

tonggak kayu itu muncul akan membawa pesan tertentu yang ditujukan

kepada masyarakat desa. Tonggak kayu yang dimaksud merupakan bagian

ujung bawah pohon yang telah di tebang, posisinya ada di dasar sungai.

Nama desa Sidomukti berarti “Jadi Mukti/Makmur” yang pada saat itu

dimaksudkan siapapun orangnya yang taat dan setia menjadi warga desa

Page 87: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

76

Sidomukti diharapkan bisa berjaya dan makmur dalam hidup. Secara

administrasi desa Sidomukti berdiri sekitar tahun 1928. Saat itu ada dua

wilayah yang bernama Sentul dan Jurangmangu yang masing-masing

memiliki pemimpin wilayah. Selanjutnya kedua wilayah tersebut sepakat

untuk bergabung menjadi satu dan damai. Desa Sidomukti kemudian

berkembang menjadi tiga perdukuhan yang antara lain adalah dukuh

Jurangmangu, Dukuh Sidomukti Tengah dan dukuh Sidomukti Timur.

Page 88: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

77

Hasil wawancara dengan Pemuda Desa

Tanggal : 2 Februari 2019

Dirumah kediaman Suroso

Nama : Suroso

Alamat : Dukuh Jurangmangu

Pekerjaan : Pekerja Bangunan

1. A : apa itu munggah muluh ? dan apa artinya ?

B : munggah muluh adalah suatu prosesi acara dalam pembangunan rumah

masyarakat Jawa. Muluh yang dimaksud adalah sebatang kayu yang

dililiti bendera merah putih dan di paku dengan paku yang terbuat dari

paku emas. Bendera yang dipaku di tengah-tengah kayu memiliki dua

kantung. Kantung pertama berisi minyak melati, bunga, bedak, sisir,

cermin dan sawanan. Kantung kedua berisi uang yang diisi oleh pemilik

rumah, keluarga dan masyarakat sekitar atau tetangga rumah.

2. A : Mengapa bendera merah putih ? apa makna dari isinya ?

B : Bendera merah putih yang dipasang dan dipaku dengan paku emas

memiliki dua kantung yang masing-masing berisi minyak melati, bedak,

bunga, pasir, sisir dan sawanan. Kantung satunya berisi uang. Kantung

pertama bermakna bahwa kedepan keluarga yang mendiami rumah

tersebut akan dimudahkan secara sandang. Kantung kedua berisi uang

yang diisi oleh pemilik rumah beserta keluarga dan para tetangga

bertujuan agar kelak apabila keluarga pemilik rumah sudah benar-benar

tidak memilik uang atau penghasilan maka uang tersebut dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Paku emas yang digunakan

sebagai perekat antara bendera dan kayu bertujuan agar kelak jika uang di

kantung sudah habis maka paku tersebut bisa dijual. Bendera merah putih

yang digunakan bermakna pada zaman dahulu sewaktu masa penjajahan

Page 89: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

78

apabila mengibarkan bendera merah putih maka sangat beresiko ditembak

ditempat, oleh sebab itu masyarakat hanya bisa meletakkan bendera diatas

muluh atau pada bagian muluh di atap rumah sebagai bentuk kecintaan

terhadap negara.

3. A : bagaimana tahapan prosei menaikkan Muluh dan apa saja yang

dibutuhkan ?

B : Munggah Muluh mengandung banyak acara dan memerlukan banya

sesajen. Prosesi yang pertama yaitu mengkramasi Muluh dengan sampo,

membersihkan kayu agar terlihat apik sebelum mulai dinaikkan yang

dimaksudkan sebagai simbol pembersihan hati bagi pemilik rumah dan

memberikan kenyamanan. Kedua adalah meluluri muluh dengan sawanan.

Sawanan yaitu sebuah penolak bala yang terbuat dari kunyit dan beras

kencur yang dihaluskan. Prosesi ketiga adalah memasang bendera.

Pemasangan bendera tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, hanya

orangtertentu saja yang bisa karena ada doa-doa tertentu yang harus

dibaca. Setelah waktu atau jam pelaksanaan telah tiba, Muluh akan

diangkat oleh orang tua dan pemilik bersama-sama keatas dan selanjutnya

akan dilakukan oleh pekerja. Setelah muluh sampai diatas, salah seorang

pekerja yang dituakan atau mandornya akan ditanyai oleh si pemilik

rumah dengan sebuah pertanyaan, yaitu “diatas ada apa?” lalu si tukang

atau pekerja ini akan menjawab “diatas sudah penuh, pepek, gemah ripah

loh jinawi” dalam bahasa Jawa tentunya. Muluh yang telah sampaidiatas

kemudian diisi dengan berbagai macam barang untukdikaitkan diatasnya,

antara lain kelapa, janur, jagung, padi, pisang, tebu, payung, bantal baju

laki-laki dan perempuan, kain jarit, sarung, sajadah, bengkung. Semuanya

diikat diatas di kayu atau Muluh.

Page 90: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

79

Lampiran 13 : Foto Hasil Kegiatan

Wawancara dengan Pak Hasrito Aji Kepala Desa Sidomukti

Page 91: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

80

Wawancara dengan Mbah Sejo Tetua Desa

Aneka sesajen lengkap dengan palawija

Page 92: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

81

Aneka palawija untuk kelengkapan ritual

Area pembangunan rumah sekaligus ritual munggah muluh

Page 93: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

82

Muluh sedang dipersiapkan untuk prosesi

Muluh dipasangi bendera kemudian dipaku

Muluh dan sesajen lengkap dengan kemenyan

Page 94: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

83

Muluh dimandikan dengan campuran air kunyit

Muluh di adzani

Page 95: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

84

Muluh diangkat ke atas oleh tuan rumah dan para pekerja

Muluh sampai di atas

Page 96: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

85

Muluh dipayungi

Sarung, palawija dan pakaian lainnya diletakkan pada muluh yang telah terpasang

Page 97: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

86

Muluh dan banyak ornamennya tampak dari bawah

Bengkung yang direndam dalam air beserta perlengkapan lainnya

Page 98: AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dari pulau Jawa dan terutama ditemukan ditemukan di propinsi Jawa Tengah

87

Muluh dan aneka sesajen yang lengkap