mesin pencacah rumput sederhana, mesin pencacah rumput, harga mesin pencacah rumput atau jerami
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK POLISAKARIDA RUMPUT …
Transcript of AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK POLISAKARIDA RUMPUT …
i
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK POLISAKARIDA RUMPUT
LAUT (Ulva sp) PADA TIKUS PUTIH DIABETES
ANTIOXIDAN ACTIVITY OF DIABETIC ALBINO RATS BY POLYSACCHARIDES EXTRACTED FROM SEAWEAD Ulva sp
SUKRIANI KURSIA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ii
AKTIVITAS ANTIOKSIDATIF EKSTRAK RUMPUT LAUT (Ulva sp)
PADA TIKUS PUTIH DIABETES
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Biomedik Farmakologi
Disusun dan diajukan oleh
SUKRIANI KURSIA
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Sukriani Kursia
Nomor mahasiswa : P 150 3211 001
Program studi : Biomedik Farmakologi
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar – benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis
ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi perbuatan
tersebut.
Makassar,
Yang menyatakan
Sukriani Kursia
iv
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta karunia-Nya
sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
Gagasan yang melatarbelakangi penulisan tesis ini karena
perkembangan dalam masyarakat yang cenderung menggunakan herbal
sebagai pengobatan. Oleh karena itu dibutuhkan data ilmiah dari herbal
yang digunakan dalam masyarakat.
Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka
penyusunan tesis ini, tapi berkat bantuan dari berbagai pihak maka tesis
ini selesai pada waktunya. Sebagai ungkapan kebahagiaan, penulis
menyampaikan terima kasih kepada Prof.dr.Peter Kabo, Ph.D Sp.JK,
SpFK, FIHA sebagai Ketua Komisi Penasihat dan Dr.Pirman Ap.M.Si
sebagai Anggota Komisi Penasihat atas bantuan dan bimbingan yang
diberikan mulai dari pengembangan minat terhadap permasalahan
penelitian ini, pelaksanaan penelitiannya sampai penulisan tesis ini.
Rasa terima kasih juga penulis haturkan kepada keluarga atas
dukungan moral dan materil serta doa. Tesis ini saya persembahkan
sebagai kebanggaan untuk almarhumah ibunda tercinta Hj. Aisyah. Tak
lupa pula terima kasih yang tak terhingga kepada saudara, sahabat dan
adinda Arini Arianti Dewi Kartika yang telah memberikan semangat dan
v
motivasi hingga penelitian ini bisa selesai tepat pada waktunya. Serta
semua pihak di laboratorium farmakologi dan fitokimia yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Terakhir ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada mereka yang namanya tidak tercantum
tetapi telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Makassar , Juli 2013
Sukriani kursia
vi
ABSTRAK
SUKRIANI KURSIA. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Polisakarida Rumput Laut Ulva sp pada Tikus Putih Diabetes (dibimbing oleh Peter Kabo dan Pirman Ap).
Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan ekstrak polisakarida dari Rumput Laut Ulva sp pada Tikus Diabetes terinduksi aloksan dengan parameter Malondialdehida.
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit hiperglikemia yang
bercirikan kekurangan insulin secara mutlak atau penurunan kepekaan sel terhadap insulin.
Penelitian ini dilakukan pengujian penangkapan radikal bebas
DPPH dari ekstrak polisakarida rumput laut ulva sp menggunakan spektofotometri pada panjang gelombang 517 nm. Kemudian dihitung persentase penangkapan radikal (% ES). Digunakan quarsetin sebagai pembanding.
Pengujian lanjutan pengukuran kadar Malondialdehida terhadap hewan coba tikus yang telah diinduksi aloksan dengan dosis 110 mg/KgBB yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol menggunakan vitamin E, kelompok ekstrak metanol polisakarida 5% dan kelompok ekstrak etanol polisakarida 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ES50 dari ekstrak metanol polisakarida sebesar 107,853 ppm dan ekstrak etanol polisakarida sebesar 243,936 ppm sehingga termasuk dalam kategori weekly active serta quarsetin sebesar 2,051 ppm sehingga termasuk dalam kategori strongly active. Sedangkan persentase penurunan kadar Malondialdehida (MDA) dari ekstrak metanol polisakarida sebesar 53,380 % dan ekstrak etanol polisakarida sebesar 47,234 % serta vitamin E sebesar 47, 233 %. Hasil tersebut dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji one way anova dan diperoleh hasil yang signifikan dengan p> 0.05 sehingga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pemberian kedua jenis esktrak polisakarida rumput laut Ulva sp.
Disimpulkan bahwa ekstra polisakarida rumput laut Ulva sp memiliki aktivitas antioksidan dan dapat menurunkan kadar Malondialdehida pada tikus diabetes.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA iv
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 B. Rumusan masalah 4 C. Tujuan penelitian 4 D. Manfaat penelitian ` 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa 6
1. Histologi fisiologi pankreas 2. Efek insulin terhadap metabolisme glukosa 6
B. Aloksan dan Diabetes Mellitus 14 1. Definisi Aloksan 14 2. Definisi Diabetes Mellitus 15 3. Patofisiologi Diabetes Mellitus 15 4. Mekanisme Aloksan menginduksi Diabetes Mellitus 17
C. Rumput laut 19 1. Deskripsi rumput laut 19 2. Klasifikasi rumput laut 19 3. Kandungan dan manfaat rumput laut 20
D. Uraian tentang kandungan Polisakarida rumput laut 20 E. Antioksidan dan Radikal bebas 22
1. Antioksidan 22 2. Radikal bebas 24 3. Metode Pengujian aktivitas antioksidan 29
F. Metode ekstraksi bahan alam 30
viii
G. Malondialdehida (MDA) 33 H. Spektrofotometri UV-Visible 34 I. Kerangka konsep 35 J. Hipotesis 35 K. Definisi Operasional 35
III. Metode Penelitian
A. Rancangan penelitian 37 1. Preparasi ekstrak polisakarida dari rumput laut Ulva sp 37 2. Pengujian komponen kimia 37 3. Pengukuran kapasitas antioksidan ekstrak polisakarida
dari rumput laut Ulva sp 39 4. Pengukuran kapasitas antioksidan Quarsetin 40 5. Pengukurab Malondialdehida (MDA) ekstrak
polisakarida dari rumput laut Ulva sp 40 B. Lokasi dan waktu penelitian 41 C. Sampel penelitian 42 D. Bahan dan Alat 42 E. Tekhnik Pengumpulan data 43 F. Rancangan dan analisis data 43 G. Etik penelitian 44
IV. Hasil penelitian dan pembahasan 45 VI.1 Hasil Penelitian 45
A. Uji kualitatif kandungan kimia 45 B. Uji antioksidan ekstrak polisakarida rumput laut Ulva sp 45 C. Pengukuran Malondialdehida (MDA) 46
VI.2 Pembahasan 47 V. Kesimpulan dan saran 54
V.1 Kesimpulan 54 V.2 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
ix
DAFTAR TABEL
Nomor halaman
1. Hasil penapisan fitokimia terhadap ekstrak polisakarida rumput laut Ulva sp 61
2. Hasil pengukuran serapan dari kurva baku DPPH 61 3. Hasil pengukuran serapan ekstrak polisakarida dari
rumput laut Ulva sp 62 4. Hasil pengukuran serapan Quarsetin 63 5. Hasil pengukuran serapan dari kurva baku Malondialdehida
(MDA) 64 6. Uji distribusi data 65 7. Uji T berpasangan 65 8. Hasil pengujian dengan menggunakan metode ANAVA 65
x
DAFTAR GAMBAR Nomor halaman 1. Grafik pengukuran serapan dari kurva baku DPPH 61 2. Grafik pengukuran serapan ekstrak metanol polisakarida
rumput laut Ulva sp 62 3. Grafik pengukuran serapan ekstrak metanol polisakarida 63 4. Grafik pengukuran serapan dari Quarsetin 63 5. Grafik pengukuran serapan dari kurva baku
Malondialdehida (MDA) 64 6. Foto rumput laut Ulva sp 66 7. Foto rumput laut Ulva sp kering 66 8. Foto alat maserasi 67 9. Foto alat rotavapor 67 10. Foto alat penangas 68 11. Foto alat Vortex 68 12. Foto alat sentrofuge 68
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor halaman
1. Skema kerja ekstraksi Rumput laut Ulva sp 57 2. Skema kerja pengukuran antioksidan dengan metode DPPH 58 3. Skema kerja pengukuran Malondialdehida (MDA) 59 4. Skema kerja analisis Malondialdehida (MDA) 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit hiperglikemia yang
bercirikan kekurangan insulin secara mutlak atau penurunan kepekaan sel
terhadap insulin. The American Diabetic Association membedakan
diabetes mellitus menjadi diabetes jenis-1 untuk kekurangan insulin yang
mutlak, diabetes jenis-2 yang bercirikan resistensi insulin dan kekurangan
sekresi insulin, diabetes jenis-3 yang disebabkan oleh gangguan endokrin
dan diabetes jenis-4 yaitu diabetes gestasional (Yunir E, 2006).
Saat ini penderita diabetes mellitus di Indonesia prevalensinya
mencapai 1.5-2.3% dari jumlah penduduk Indonesia dan pada tahun 2020
diperkirakan angka tersebut akan menjadi 4% atau setara dengan 7 juta
penderita (PERKENI 2002).
Keadaan hiperglikemia kronis yang diderita oleh penderita diabetes
mellitus dapat mendorong terbentuknya radikal bebas melalui proses
fosforilasi oksidatif dan autooksidasi glukosa (Robertsonet al, 2004).
Radikal bebas bersifat sangat reaktif serta dapat berinteraksi dengan
membran sel lipid, protein, dan asam nukleat yang selanjutnya dapat
mengakibatkan kerusakan struktur dan fungsi sel. Keadaan hiperglikemia
yang meningkat menyebabkan peningkatan aktivitas mitokondria.
Mitokondria secara berkesinambungan akan menghasilkan radikal bebas
2
dan menyebabkan keadaan stress oksidatif. Kelebihan produksi radikal
bebas atau gagalnya sistem pertahanan enzim antioksidan ekstraselular
terhadap radikal bebas akan menginisiasi patogenesis penyakit
degeneratif diantaranya diabetes (Newsholme et al. 2007).
Radikal bebas merupakan suatu molekul yang sangat reaktif
karena mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan.
Radikal bebas sangat reaktif karena kehilangan satu atau lebih elektron
yang bermuatan listrik, dan untuk mengembalikan keseimbangannya
maka radikal bebas berusaha mendapatkan elektron dari molekul lain atau
melepas elektron yang tidak berpasangan tersebut (Dalimartha S et al,
1998).
Di dalam tubuh terdapat mekanisme antioksidan atau anti radikal
bebas secara endogenik (Dyatmiko W et al, 2000). Tetapi bila jumlah
radikal bebas dalam tubuh berlebih maka dibutuhkan antioksidan yang
berasal dari sumber alami atau sintetik. Senyawa antioksidan ini akan
medonorkan satu atau lebih elektronnya kepada radikal bebas sehingga
dapat menghentikan kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Menurut Hudson (1990) definisi antioksidan secara umum adalah suatu
senyawa yang dapat memperlambat atau mencegah proses oksidasi.
Antioksidan dapat menghambat laju oksidasi bila bereaksi dengan radikal
bebas. Secara alami beberapa jenis tumbuhan merupakan sumber
antioksidan, hal ini dapat ditemukan pada beberapa jenis sayuran, buah-
3
buahan segar, beberapa jenis tumbuhan dan rempah-rempah (Dalimarta
S et al, 1998).
Salah satu bahan alami yang diduga memiliki efek antioksidan
adalah Rumput Laut (Ulva sp). Di masyarakat rumput laut lebih dikenal
dalam pemanfaatan pembuatan agar. Namun dari beberapa penelitian
ternyata di temukan manfaat lain dari rumput laut termasuk
penggunaannya sebagai obat.
Ulva sp mengandung sejumlah nutrisi untuk konsumsi tubuh dan
mineral dalam jumlah terbatas seperti besi dan kalsium yang di gunakan
dalam pengolahan makanan dan juga berfungsi mencegah sindrom
metabolik seperti diabetes (Celikler et al. 2009). Penelitian baru-baru ini
menunjukkan bahwa konsumsi Ulva sp dapat membantu menurunkan
kolesterol dan meningkatkan daya tahan tubuh serta dapat berfungsi
sebagai antitumor, antiinfluenza dan antikoagulan (Winberg P.C et al,
2008).
Ulva sp dapat diperkenalkan dalam makanan manusia dan hewan,
terutama dalam bentuk suplemen diet, yang dianggap sebagai sumber
yang kaya antioksidan alami (Duan et al, 2006). Senyawa antioksidan
terdeteksi di ganggang dari genus tersebut memiliki potensi antipenuaan,
makanan, antiinflamasi, antibakteri, antijamur, sitotoksik, antimalaria,
antiproliferasi, dan antikanker (Duan et al, 2006).
Penelitian lain melaporkan bahwa kandungan monosakarida
ekstrak senyawa polisakarida dari Ulva lactuca yang bersifat sebagai anti
4
oksidan adalah asam galakturonat, asam glukoronat, mannose, xylose,
arabinosa, glukosa, galaktosa dan rhamnosa (Hasan S et al, 2010).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pemberian ekstrak polisakarida dari Rumput Laut Ulva sp
memiliki efek antioksidan.
2. Apakah pemberian ekstrak polisakarida dari Rumput Laut Ulva sp
dapat menurunkan kadar glukosa darah melalui mekanisme
antioksidan.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Menentukan aktivitas antioksidan ekstrak polisakarida dari
Rumput Laut Ulva sp pada Tikus Diabetes terinduksi aloksan dengan
parameter Malondialdehida.
2. Tujuan khusus
a. Menentukan kapasitas ekstrak polisakarida dari Rumput Laut Ulva
sp sebagai antioksidan secara in vitro dengan metode DPPH.
b. Menentukan kapasitas ekstrak polisakarida dari Rumput Laut Ulva
sp sebagai antioksidan secara in vivo pada tikus diabetes yang
diinduksi aloksan dengan parameter Malondialdehida (MDA).
5
D. MANFAAT PENELITIAN
a. Memberikan informasi tentang efek ekstrak polisakarida rumput Laut
Ulva sp sebagai antioksidan
b. Memberikan informasi tentang efek ekstrak polisakarida rumput Laut
Ulva sp sebagai antidiabetes.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peranan Pankreas dalam Mengatur Metabolisme Glukosa
1. Histologi Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokrin
dan endokrin. Bagian eksokrin pankreas mengeluarkan larutan basa
encer dan enzim-enzim pencernaan melalui duktus pankreatikus ke
dalam lumen saluran cerna. Diantara sel-sel eksokrin pankreas
tersebar dalam kelompok-kelompok, atau “pulau-pulau” sel endokrin
yang dikenal sebagai pulau-pulau langerhans. Pulau langerhans
mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel alfa, beta, dan delta. Sel
beta mencakup 60 persen dari semua sel pulau langerhans dan
mensekresi insulin. Sel alfa mencakup kira-kira 25 persen dan
mensekresikan glukagon. Sedangkan sel delta, mencakup 10 persen
dan mensekresikan somatostatin. Selain itu, paling sedikit terdapat
satu jenis sel lain, yang disebut sel PP, yang terdapat dalam jumlah
sedikit dalam pulau langerhans dan mensekresi polipeptida pankreas
(Guyton A.C et al, 1997).
7
2. Efek Insulin Terhadap Metabolisme Glukosa
Pankreas sangat berperan dalam memelihara homeostasis
glukosa darah. Konsentrasi glukosa dalam darah ditentukan oleh
keseimbangan yang ada antara proses-proses berikut, yaitu:
penyerapan glukosa dari saluran pencernaan; transportasi glukosa ke
dalam sel; pembentukan glukosa oleh sel (terutama di hati); dan
(secara abnormal) ekskresi glukosa oleh urin. Hormon Insulin yang
dihasilkan oleh sel beta pankreas memainkan peranan penting dalam
metabolisme glukosa (Guyton A.C et al , 1997).
Insulin memiliki empat efek yang dapat menurunkan kadar
glukosa darah dan meningkatkan penyimpanan karbohidrat, antara lain
Pertama, Insulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sebagian
besar sel. Molekul glukosa tidak mudah menembus membran sel tanpa
adanya insulin. Dengan demikian, sebagian besar jaringan sangat
bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa dari darah dan
menggunakannya. Insulin meningkatkan difusi terfasilitasi (dengan
perantaraan pembawa) glukosa ke dalam sel-sel tergantung glukosa
tersebut melalui fenomena transporter. Glukosa dapat masuk ke dalam
sel hanya melalui pembawa di membran plasma yang dikenal sebagai
glukosa transporter. Sel-sel tergantung insulin memiliki simpanan
pengangkut glukosa intrasel. Pengangkut-pengangkut tersebut
menyebabkan peningkatan sekresi insulin, sehingga terjadi
peningkatan pengangkutan glukosa ke dalam sel. Apabila sekresi
8
insulin berkurang, pengangkut-pengangkut tersebut sebagian ditarik
dari membran sel dan dan dikembalikan ke simpanan intrasel (Guyton
A.C et al , 1997).
Kedua Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen
dari glukosa, baik di otot maupun di hati. Salah satu efek penting
insulin adalah menyebabkan sebagian besar glukosa yang diabsorbsi
sesudah makan segera disimpan dalam hati dalam bentuk glikogen.
Keadaan ini terjadi dengan meningkatkan aktivitas enzim glukokinase,
merupakan salah satu enzim yang menyebabkan fosforilasi awal dari
glukosa sesudah berdifusi ke dalam sel-sel hati. Sekali difosforilasi,
glukosa akan terjerat sementara di dalam sel-sel hati sehingga tidak
dapat berdifusi kembali melewati membran sel. Insulin juga
meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang meningkatkan sintesis
glikogen, termasuk enzim glikogen sintase, yang bertanggung jawab
untuk polimerisasi dari unit-unit monosakarida untuk membentuk
molekul-molekul glikogen. Ketiga, Insulin menghambat glikogenolisis,
penguraian glikogen menjadi glukosa. Insulin melakukan hal ini
dengan menghambat fosforilasi hati, merupakan enzim utama yang
menyebabkan terpecahnya glikogen dalam hati menjadi glukosa.
Dengan demikian menurunlah pengeluaran glukosa oleh hati (Guyton
A.C et al , 1997).
Keempat, Insulin selanjutnya menurunkan pengeluaran glukosa
oleh hati dengan menghambat glukoneogenesis, perubahan asam
9
amino menjadi glukosa di hati. Insulin melakukan ini dengan dua cara
yaitu, dengan menurunkan jumlah asam amino di dalam darah yang
tersedia bagi hati untuk glukoneogenesis, dan dengan menghambat
enzim-enzim hati yang diperlukan untuk mengubah asam amino
menjadi glukosa (Guyton A.C et al, 1997).
Dengan demikian, insulin sangat berperan dalam menurunkan
konsentrasi glukosa darah dengan meningkatkan penyerapan glukosa
dari darah untuk digunakan dan disimpan oleh sel, sementara secara
simultan mengahambat dua mekanisme yang digunakan oleh hati
untuk mengeluarkan glukosa baru ke dalam darah (glukogenolisis dan
glukoneogenesis). Insulin adalah satu-satunya hormon yang mampu
menurunkan kadar glukosa darah (Guyton A.C et al , 1997).
10
Gambar 1. Skema pengaturan glukosa darah. GH,Growth
hormone (dikutip dari Buku Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6.Jakarta : EGC)
3. Hiperglikemia, Abnormalitas Biokimiawi dan Abnormalitas
Metabolik
Glukosa mengalami proses metabolisme lewat berbagai jalur
metabolik. Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan gangguan pada
sel. Hiperglikemik kronik merupakan inisiator terjadinya komplikasi
11
mikrovaskular pada penderita diabetes mellitus. Dalam keadaan
normal sebagian besar glukosa mengalami metabolisme lewat jalur
glikolitik dan pentose . Apabila terjadi hiperglikemia, pembuangan
glukosa lewat jalur tersebut di atas cenderung meningkat sehingga
glukosa juga diubah menjadi sorbitol, lewat jalur polyol, glukosamin-6-
fosfat, lewat jalur hexosamin dan enzim glukosamin fructosa-amino
transferase (GFAT) dan diacylglycerol (DAG), lewat sintesis dari
glukosa langsung. Sebagian glukosa yang berlebih mengalami reaksi
non enzimatik, dengan protein atau bahan dalam sirkulasi maupun
jaringan sehingga mempercepat secara fisiologis glikasi non enzimatik.
Disamping itu glukosa mengalami otooksidasi, yang berakibat,
bersama dengan radikal bebas yang terbentuk dari beberapa reaksi
enzimatik maupun non enzimatik, menjadi stres oksidatif. Reaksi-
reaksi tersebut di atas saling terkait satu sama lain bahkan kadang
saling memperkuat. (Djokomoeljanto R, 2007).
Teori yang berkembang dan diharapkan dapat menjelaskan
terjadinya komplikasi mikroangiopati karena hiperglikemia kronik ialah: (a)
teori polyol pathway; (b) teori AGEP; (c) teori reactive oxygen
intermediates dan (d) teori protein kinase C (PKC) (Djokomoeljanto R,
2007).
12
Gambar 2. Hiperglikemi menginduksi abnormalitas metabolik dan
biokimia (dikutip dari Buku Naskah Lengkap Diabetes melitus ditinjau
dari berbagai aspek penyakit dalam. Semarang: Badan penerbit
Universitas Diponegoro.2007)
Pertama, Teori the Polyol Pathway (jalur aldose reductase-AR).
Aldose reduktase (AR) hanya akan aktif apabila glukosa intrasel melebihi
nilai hiperglikemia. Proses Aldose reduktase (AR) menggunakan NADPH
untuk mereduksi glukosa menjadi sorbitol, yang kemudian dioksidasi
menjadi fruktosa oleh sorbitol dehidrogenase (SDG), reaksi ini
13
menggunakan NAD sebagai kofaktor. Menurunnya NADPH sel akibat fluks
Aldose reduktase (AR) sangat mengganggu terbentuknya Nitrogen Oksida
(NO) di sel endotel dan mengubah keseimbangan redoks. Peningkatan
fluks oleh sorbitol dehidrogenase (SDG) menaikkan rasio NADH/NAD+
yang berpotensi dalam aktivitas enzim dan selanjutnya mengakibatkan
komplikasi. Pada keadaan ini menghambat gliseraldehid-3-fosfat
dehidrogenase (untuk membentuk piruvat/laktat) tetapi mempercepat
produksi a-gliserol-3- fosfat, satu prekusor DAG yang merangsang Protein
Kinase C (PKC). Meningkatnya jalur poliol menurunkan mioinositol. Ada
tiga keterangan mengapa mioinositol pada diabetes rendah : (a) glukosa
berkompetisi dengan mioinositol dalam hal ambilan kembali. (b) sorbitol
menghambat transpor mioinositol dan (c) ambilan kembali (yang Na+
dependent) dihambat oleh naiknya konsentrasi Na+ intrasel
(Djokomoeljanto R, 2007).
Kedua, teori advanced glycation end products (AGEPs). Teori ini
menerangkan bahwa komplikasi diabetik merupakan bentuk dari “proses
menua yang dipercepat” dan terjadi karena modifikasi kovalen dan ikatan
silang protein oleh glukosa. advanced glycation end products (AGEPs)
merupakan produk akibat glikasi nonenzimatik protein yang beragam
dalam struktur kimiawinya. Terbentuknya advanced glycation end products
(AGEPs) dapat merusak sel karena mengganggu struktur protein intrasel
dan ekstrasel seperti kolagen. Pada endotel mikrovaskular manusia,
advanced glycation end products (AGEPs) menghambat produksi
14
prostasiklin dan mengakibatkan agregasi trombosit, stabilisasi fibrin
hingga memudahkan trombosis. Sumber advanced glycation end products
(AGEPs) eksogen timbul pada “pro-oxidants state” , misalnya pada
hiperglikemik, usia lanjut, gagal ginjal (Djokomoeljanto R, 2007).
Ketiga, teori reactive oxygen intermediates (ROS). Teori ini
menyatakan bahwa stres oksidatif dapat naik karena proses enzimatik dan
non enzimatik oleh keadaan hiperglikemia. Baik pada komplikasi diabetes
maupun non diabetes atau peristiwa ‘makan’ menurunkan total radical
trapping antioxidant parameter (TRAP) plasma, sehingga merusak
pertahanan antioksidan natural di plasma. Ada tiga cara stres oksidatif
meningkat yaitu, (a) glikasi yang labil; (b) oto-oksidasi glukosa; dan (c)
aktivasi intrasel jalur poliol. Glikolisis dan siklus krebs menghasilkan energi
yang ekuivalen untuk mendorong sintesis ATP mitokondria, sebaliknya
hasil samping fosforilasi oksidatif mitokondria (termasuk radikal bebas dan
anion superoksida) juga ditingkatkan oleh kadar glukosa yang tinggi.
Otooksidasi glukosa pun menaikkan radikal bebas menjadi stress oksidatif
yang akan menurunkan kadar NO, merusak protein sel, meningkatkan
adhesi lekosit pada endotel sedang fungsinya sebagai pembawa
terhambat (Djokomoeljanto R, 2007).
Keempat, teori protein kinase C. Diacylglycerol (DAG) dan protein
kinase C (PKC) adalah molekul sinyal yang banyak berperan dalam faal
vaskular seperti permeabilitas, vasodilatasi, aktivasi endotel, dan sinyal
pertumbuhan. Popholipase-C mengaktifkan pembentukan protein kinase
15
C (PKC) dengan cara merangsang Ca2+dan kadar Diacylglycerol (DAG).
Keadaan patologik ini dapat ditemukan pada penderita diabetes karena
jalul glikolitik meningkatkan glyceraldehyd- 3-fosfat intrasel, sintesis
Diacylglycerol (DAG) dan akhirnya aktivasi protein kinase C (PKC).
Meningkatnya aksi protein kinase C (PKC) pada pembuluh retina, ginjal,
dan saraf menyebabkan kerusakan vaskular yang ditandai dengan
permeabilitas yang meningkat, disregulasi Nitrogen Oksida (NO) terjadi
adesi lekosit, dan gangguan aliran darah (Djokomoeljanto R, 2007).
B. Aloksan dan Diabetes Melitus
1. Definisi Aloksan
Aloksan (2,4,5,6-tetraoxypirimidin; 2,4,5,6-pirimidintetron) adalah
suatu substansi yang secara struktural merupakan derivat pirimidin
sederhana. Aloksan telah digunakan secara luas untuk menginduksi
diabetes pada hewan percobaan. Substansi diabetogenik ini bersifat
destruktif selektif terhadap sel β pankreas yang bertanggung jawab
untuk memproduksi insulin (Szkudelski T , 2007).
2. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah kelainan yang ditandai dengan
terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme kabohidrat, lemak
dan protein yang dihubungkan dengan defisiensi kerja dan atau
sekresi insulin secara absolut atau relatif. Gejala khasnya adalah
16
merasa sangat haus, poliuria, pruritus, dan kehilangan berat badan
yang tak dapat dijelaskan (Gustiviani R, 2006).
Definisi yang sama juga dikemukakan oleh WHO yang
mendefinisikan diabetes mellitus sebagai kelompok penyakit metabolik
yang ditandai dengan hiperglikemia kronik disertai gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan
kerusakan dalam sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
(Masharani U et al, 2004)
3. Patofisiologi Diabetes Melitus
Beberapa bukti menunjukkan bahwa etiologi diabetes mellitus
bermacam-macam. Klasifikasi diabetes mellitus terkini yang dianjurkan
adalah klasifikasi etiologis dari ADA (American Diabetes Association)
tahun 2005. ADA mengklasifikasikan berdasarkan pengetahuan
mutakhir mengenai patogenesis sindrom diabetes mellitus dan
gangguan toleransi glukosa. Empat kalsifikasi klinis gangguan toleransi
glukosa : (1) diabetes mellitus tipe 1; (2) diabetes mellitus tipe 2; (3)
diabetes gestasional (diabetes kehamilan) dan (4) tipe khusus lain
(Yunir E, 2006).
Diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit autoimun yang
ditentukan secara genetik dengan gejala-gejala yang pada akhirnya
menuju proses bertahap perusakan imunologik sel-sel yang
memproduksi insulin (Schteingart D.E, 2005).
17
Patogenesis diabetes tipe 1 meliputi lima tahap. Pertama,
penderita DM tipe 1 memiliki kerentanan genetik terhadap penyakit ini.
Kedua, keadaan lingkungan biasanya memulai proses ini pada individu
dengan kerentanan genetik. Infeksi virus diyakini merupakan satu
mekanisme pemicu, tetapi agen noninfeksius juga dapat terlibat. Tahap
ketiga dalam rangkaian proses peradangan pankreas disebut insulitis.
Monosit/makrofag dan limfosit T teraktivasi menginfiltrasi sel β
pankreas. Tahap keempat adalah perubahan atau transformasi sel
beta sehingga tidak lagi dikenali sel “sendiri” tetapi dilihat oleh sistem
imun sebagai “sel asing”. Tahap kelima adalah perkembangan respon
imun. Hasil akhirnya adalah perusakan sel β dan timbulnya diabetes.
Manifestasi klinis diabetes mellitus terjadi jika lebih dari 90% sel-sel β
mengalami kerusakan (Schteingart D.E, 2005).
Patogenesis terjadinya disfungsi sel β pada diabetes melitus tipe
2 pada dasarnya adalah peningkatan resistensi insulin di jaringan.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh sel hati. Sel β tidak mampu
mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi
penurunan insulin. Banyak proses yang dapat menimbulkan resistensi
insulin, diantaranya faktor genetik, berbagai faktor lingkungan seperti
kegemukan, inaktivitas fisik, asupan makanan yang berlebihan,
beberapa macam obat dan juga proses penuaan (Waspadji S, 2002).
18
Pada keadaan normal, apabila didapatkan resistensi insulin,
maka tubuh akan merespon dengan meningkatkan produksi insulin
untuk mengembalikan kadar glukosa darah pada keadaan normal. Jika
proses kompensasi ini menurun, maka kapasitas menyeimbangkan
tersebut kurang sehingga tubuh tidak dapat mengembalikan
keseimbangan dan terjadilah diabetes mellitus (Waspadji S, 2002).
4. Mekanisme Aloksan Menginduksi Diabetes Melitus
Aloksan telah digunakan secara luas untuk menginduksi
diabetes mellitus pada hewan percobaan. Terdapat beberapa teori
yang menerangkan mekanisme kerja aloksan terhadap sel β pankreas.
Aloksan dalam darah berikatan dengan GLUT-2 (pengangkut glukosa)
yang memfasilitasi masuknya aloksan ke dalam sitoplasma sel β
pankreas. Di dalam sel β, aloksan menimbulkan depolarisasi berlebih
pada mitokondria sebagai akibat pemasukan ion Ca2+ yang diikuti
dengan penggunaan energi berlebih sehingga terjadi kekurangan
energi dalam sel. Dua mekanisme ini mengakibatkan kerusakan baik
dalam jumlah sel maupun massa sel pankreas sehingga terjadi
penurunan pelepasan insulin yang mengakibatkan terjadinya diabetes
mellitus (Santoso J et al, 2008).
Beberapa teori lain menerangkan bahwa aloksan dapat
membangkitkan reactive oxygen species (ROS) melalui siklus reaksi
yang hasil reduksinya berupa asam dialurik. Asam Dialurik ini akan
mengalami siklus redoks dan membentuk radikal superoksida.
19
Kemudian radikal ini akan mengalami dismutasi menjadi hidrogen
peroksida dan pada tahap akhir mengalami reaksi katalisasi besi
membentuk radikal hidroksil. Radikal hidroksil inilah yang
menyebabkan kerusakan pada sel β pankreas sehingga terjadilah
insulin dependent diabetes mellitus atau disebut juga “alloxan
diabetes” pada hewan percobaan. Diabetes tipe ini memiliki
karakteristik yang serupa dengan diabetes tipe I pada manusia (Walde
S.S et al, 2008).
Oleh karena itu, pemberian aloksan merupakan suatu cara yang
cepat untuk menghasilkan kondisi diabetik eksperimental
(hiperglikemik) pada hewan percobaan. Tikus hiperglikemik dapat
dihasilkan dengan menginjeksikan aloksan 120– 150 mg/ kg BB
(Nugroho B. A et al, 2004).
C. Rumput Laut (Ulva sp)
1. Deskripsi Rumput Laut (Anonim a,2010)
Ulva sp adalah alga yang berbentuk heterotalik, berkembang biak
secara aseksual dengan oospora berflagel empat yang terbentuk pada
sel-sel vegetatif. Ulva sp. tidak memiliki akar, batang dan daun sejati.
Tubuh seperti ini dinamakan talus. Di dalam sel Ulva sp terdapat
plastida yaitu organel sel yang mengandung zat warna (pigmen).
Plastida yang terdapat pada alga ini terutama kloroplas mengandung
pigmen klorofil yang berperan penting dalam proses fotosintesis.
20
Sehingga alga ini bersifat autrotof karena dapat menyusun sendiri
makanannya berupa zat organik dan zat-zat anorganik. Pada
umumnya berbentuk seperti lembaran daun. Dinding selnya
menghasilkan lendir.
2. Klasifikasi (Anonim b,2010)
Kingdom : Protista
Divisio : Chlorophyta
Classsis : Cholrophyceae
Ordo : Ulvales
Familia : Ulvaceae
Genus : Ulva
Species : Ulva sp
3. Kandungan dan manfaat Rumput Laut
Kandungan gizi dari Ulva sp berupa mineral, serat, dan protein
(Anonim b, 2010). Ulva sp mengandung sejumlah nutrisi untuk
komsumsi tubuh dan mineral dalam jumlah terbatas seperti besi dan
kalsium yang di gunakan dalam pengolahan makanan dan juga
berfungsi mencegah sindrom metabolic seperti diabetes (Celikler et al.
2009). Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa konsumsi Ulva
dapat membantu ,menurunkan kolesterol dan meningkatkan
meningkatkan daya tahan tubuh serta campuran Ulva menunjukkan
21
bahwa dapat berfungsi sebagai anti tumor, anti influenza dan
anticoagulan (Winberg P.C et al, 2009).
D. Uraian tentang Kandungan Polisakarida Rumput Laut
Polisakarida penyusun dinding sel utama dalam rumput laut
hijau adalah ulvans. Ulvans adalah kandungan utama dinding sel
rumput laut hijau yang mewakili 8-29% dari berat kering alga. Ulvans
ini bercabang polisakarida asam sulfat dan dibentuk oleh tulang
punggung sentral unit disakarida yang dibentuk oleh L-rhamnose 3-
sulfat terkait dengan: (i) residu asam D-guluronat (unit asam
ulvabiouronic A), (ii) L-iduronic residu asam (acid ulvabiuronic Unit B),
(iii) D-xylose 4-sulfat residu (ulvabiose Unit A), atau (iv) residu D-xylose
(ulvabiose unit B) (Gambar 1). Selain itu, ulvans menunjukkan
konsekuensi dalam posisi O-2 dari rhamnose residu 3-sulfat. Di sisi
lain, oligo-ulvans telah diperoleh dengan depolimerisasi polisakarida
dinding sel dari Ulva armoricana, U. rigida, U. lactuca, U. compressa
dan U. intestinalis menggunakan 2 M HCl pada 100 ° C selama 45
menit yang menghasilkan terutama unit monosakarida dan disakarida
(Jaulneau V et al., 2009)
Ganggang hijau genus Ulva secara umum berlimpah ditemukan
di seluruh dunia pada umumnya berkembang biak di perairan pesisir .
Ekstrak Alga terdiri dari komponen larut air, yang biokimia analisis
mengungkapkan adanya polisakarida khas ditemukan dalam
ganggang hijau, yang dikenal sebagai ulvan,. Konstituen utama ulvan
22
yang sulfated residu rhamnose terkait dengan asam uronic, sehingga
unit disakarida berulang-D-glucuronosyl-(1,4) --L-rhamnose 3-sulfat,
disebut asam aldobiouronic (Jiao G et al. 2010).
Ulvan adalah bercabang polisakarida kompleks terdiri dari asam
uronic (asam galacturonic, asam iduronic) dan gula netral (rhamnose,
galaktosa, xilosa) yang dapat sulfated (rhamnose). Ulvan diekstrak dari
sumber alami juga mengandung kation divalen seperti Ca2 +. Fraksi
berat molekul tinggi yang kita digunakan dalam percobaan kami
terkandung terutama polisakarida dengan komposisi monosakarida
khas ulvan (rhamnose, asam uronic, dan xylose, galaktosa) dan sulfat
(Jiao G et al. 2010).
E. Antioksidan dan Radikal Bebas
1. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul
yang dapat memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada
molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali fungsinya dan
dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas.
Antioksidan adalah zat yang memperlambat atau menghambat
stress oksidatif pada molekul target (Priyanto, 2010).
Terdapat tiga macam antioksidan yaitu :
a. Antioksidan yang berasal dari dalam tubuh:
23
Antioksidan ini biasanya berupa enzim katalase, glutation
peroksidase (GSH.Prx), superoksida dismutase (SOD), asam urat
dan ubiquinol . Superoksida dismutase (SOD) adalah enzim yang
mengaktivasi reaksi dismutasi dari anion superoksida untuk
membentuk hidrogen peroksida. Glutation peroksidase adalah
enzim yang berperan aktif dalam menghilangkan H2O2 dalam tubuh
dan mempergunakannya untuk merubah glutation (GSH) menjadi
glutation teroksidasi (GSSG), selain itu enzim ini mendukung
aktivitas enzim SOD bersama-sama dengan enzim katalase dan
menjaga konsentrasi oksigen akhir agar stabil dan tidak berubah
menjadi pro-oksidan. Sebaliknya enzim katalase akan melindungi
sel secara langsung, melalui dekomposisi hidrogen peroksida
menjadi air.
b. Antioksidan Alami
Antioksidan alami dapat diperoleh dari tanaman atau hewan
contohnya tokoferol, vitamin C, poliphenol, indol, monoterpen,
katekin, enzim, flavonoid dan karotenoida (Pokorni J et al, 2001).
Senyawa poliphenol mampu menghambat reaksi oksidasi melalui
mekanisme penangkapan radikal (radikal scavenging) dengan cara
menyumbangkan satu elektron pada elektron yang tidak
berpasangan dalam radikal bebas sehingga banyaknya radikal
bebas menjadi berkurang (Halliwell B et al. 1999). Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa flavanoid dapat menghambat
24
peroksidasi asam linoleat, mencegah pembentukan anion
superoksida, dan potensial melawan peroksidasi mikrosomal lipid
yang diinduksi oleh Fe(III)-ADH/NADPH (Taylor, 2002). Ekstrak
metanol pada daun cengkeh memiliki total fenol 63.14 mg/ml
mampu mengatasi peningakatan kadar malondialdehida dan
meningkatkan aktivitas enzim antioksidan (SOD, katalase, dan
glutation peroksidase) pada organ hati dan ginjal (Mu’nisa A et al,
2008)
c. Antioksidan sintetik
Antioksidan sintetik dibuat dari bahan-bahan kimia yaitu
butilated hidroksianisol (BHA), butil hidroksitoluen (BHT), TBHQ,
PG, dan NDGS yang ditambahkan dalam makanan untuk
mencegah kerusakan lemak.
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 3
yaitu : pertama adalah antioksidan primer, antioksidan ini berfungsi
mencegah terbentuknya radikal bebas yang baru. Seperti SOD, GPx,
seruloplasmin, transferin, dan ferritin. Kedua adalah antioksidan sekunder
seperti vitamin E, vitamin C, β-karoten, asam urat, bilirubin, dan albumin
akan memutus jalur pembentukan reaksi rantai dari radikal bebas. Ketiga
adalah antioksidan tersier seperti enzim-enzim yang memperbaiki DNA
dan metionin sulfoksida reduktase berfungsi untuk memperbaiki struktur
sel yang rusak akibat serangan radikal bebas.
25
Antioksidan bekerja melindungi sel dan jaringan sasaran melalui
mekanisme sebagai berikut : (Priyanto, 2010)
a. Penangkapan (scavenger) radikal bebas secara dengan enzimatik
atau dengan reaksi kimia langsung
b. Mengurangi pembentukan radikal bebas
c. Mengikat ion logam yang terlibat dalam pembentukan spesies yang
reaktif (transferin, seruloplasmin, dan albumin)
d. Memperbaiki kerusakan sasaran (target)
e. Menghancurkan molekul yang rusak dan menggantinya dengan yang
baru.
2. Radikal Bebas
Radikal bebas (free radical) adalah suatu atom atau molekul
yang mempunyai elektron tidak berpasangan. Secara teoritis radikal
bebas dapat terbentuk bila terjadi pemisahan ikatan kovalen. Radikal
bebas dianggap berbahaya karena menjadi sangat reaktif dalam upaya
mendapatkan pasangan elektronnya, dapat pula terbentuk radikal
bebas baru dari atom atau molekul yang elektronnya terambil untuk
berpasangan dengan radikal bebas sebelumnya. Oleh karena sifatnya
yang sangat reaktif dan gerakannya yang tidak beraturan, maka
apabila terjadi di dalam tubuh makhluk hidup akan menimbulkan
kerusakan di berbagai bagian sel (Muhilal, 1991). Kerusakan yang
dapat ditimbulkan oleh serangan radikal bebas antara lain kerusakan
membran sel, protein, DNA, dan lipid. Kerusakan tersebut dapat
26
menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit degeneratif seperti
katarak, kanker, atherosklerosis, dan proses ketuaan (Muhilal, 1991).
Radikal bebas adalah partikel terkecil dari suatu molekul yang
mengandung gugusan elektron yang tidak berpasangan pada orbit
terluarnya. Radikal bebas memiliki reaktifitas yang tinggi dan
cenderung membentuk radikal baru, yang pada gilirannya apabila
menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru lagi, sehingga
terjadilah reaksi rantai. Reaksi rantai tersebut baru berhenti apabila
radikal bebas itu dapat diredam (Suryohudoyo, 2000).
Sumber radikal bebas dalam tubuh manusia : (Priyanto, 2010)
1. Sumber internal
a. Proses transpor di mitokondria
Kompleks sitokrom oksidase mereduksi O2 secara simultan
dengan 4 elektron dalam proses produksi ATP tanpa
menghasilkan radikal bebas sebagai produk antara. Namun 1 –
5 % dari oksigen yang digunakan akan mengalami kebocoran
dari proses ini dan mengalami reduksi bertingkat yang
menghasilkan O2 *– atau bahkan OH*.
b. Proses Fagositosis
Proses fagositosis melibatkan sel – sel neutrofil, eusinofil,
dan basofil (polimorfonuklear), monosit, dan makropage.
Proses tersebut dapat menghasilkan radikal superoksid (O2*–),
27
radikal hidroksil dan peroksida. Peroksida bukan radikal bebas,
tetapi sumber radikal bebas yang efektif.
c. Oksidasi Hemoglobin
Diperkirakan 3 % dari Hb yang terdapat pada sel darah
merah mengalami oksidasi menjadi oksihemoglobin.
Oksihemoglobin secara lambat melepaskan O2 *– dalam jumlah
yang bermakna.
d. Enzim yang menggunakan O2 secara berlebihan
Ada sekitar 10 – 15 % oksigen yang diambil saat bernapas
digunakan oleh enzim – enzim seperti oksidase, oksigenase dan
sitokrom P 450.
e. Reaksi Dismutasi
Pada sistem biologi yang menghasilkan O2 *– juga akan
menghasilkan hidrogen peroksida melalui reaksi dismutasi
tersebut.
f. Reaksi Fenton
Dalam tubuh manusia terdapat logam seperti besi dan
cuprum baik dalam bentuk bebas atau terikat. Dalam tubuh,
unsur besi dapat berasal dari garam – garam besi pada terapi
anemia, makanan atau yang dilepas dari hemoglobin.
2. Sumber eksternal
28
Radikal bebas dari luar tubuh masuk ketubuh terjadi secara
sengaja atau tidak sengaja, seperti dari polutan, atau obat – obatan
tertentu.
Radikal bebas dapat masuk dan terbentuk di dalam tubuh
melalui :
a. Pernafasan pada kondisi lingkungan tidak sehat. Saat melakukan
pernafasan akan masuk oksigen (O2) yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh untuk proses metabolisme dengan mengoksidasi zat-zat
makanan, seperti karbohidrat, lemak dan protein. Zat-zat ini akan
dikonversi menjadi senyawa pengikat energi atau adenosin
triphosfat (ATP). Tetapi oksigen yang berlebihan saat olahraga
yang kompleks dalam tubuh menghasilkan produk-produk
sampingan berupa radikal bebas.
b. Makanan berlemak. Lemak sangat bermanfaat bagi tubuh, tetapi
mengkonsumsi lemak berlebihan khususnya lemak polyunsaturated
dan lemak hidrogenasi sangat berpotensi menghasilkan radikal
bebas. Lemak polysaturated disebut juga lemak tidak jenuh artinya
yang mempunyai ikatan rangkap pada atomya C-nya. Adanya
ikatan rangkap tersebut mudah sekali dioksidasi atau terserang
peroksidasi lipid membentuk radikal peroksidasi lipid. Lemak ini
banyak terdapat dalam mayones dan saos salad. Sedangkan lemak
hidrogenasi adalah lemak yang ikatan rangkap tak jenuhnya telah
disubtitusi dengan hidrogen, lemak ini disebut margarin atau
29
mentega tiruan. Selain mudah terserang oleh radikal bebas, lemak
ini sangat berbahaya karena dapat mengubah kemampuan serap
selaput sel sehingga mengakibatkan fungsi selaput sel sebagai
pelindung menjadi tidak berarti.
c. Kondisi lingkungan yang tidak sehat. Polusi udara yang disebabkan
oleh proses pembakaran bahan bakar pada mesin dan kendaraan
bermotor dapat membentuk radikal bebas.
Senyawa oksigen reaktif sebagian diantaranya berbetuk radikal
seperti radikal hidroksil, radikal peroksil, dan ion superoksida dan
sebagian yang lain bukan radikal singlet oksigen, hidrogen peroksida, dan
ion hiperklorit. Radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif lainnya yang
diproduksi dalam jumlah normal sangat penting untuk menjaga fungsi
biologis, seperti halnya sel darah putih menghasilkan hidroperoksida untuk
membunuh beberapa jenis bakteri dan fungi. Namun, jika jumlahnya
berlebihan akan mencari pasangan elektronnya dengan merampas secara
radikal dari molekul lain yang mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan
yang sering dikenal sebagai stress oksidatif (Muhilal,1991).
Mekanisme reaksi radikal bebas meliputi tiga tahap (Suryohudoyo,
2000), yaitu:
a. Tahap Inisiasi
Fe++ + H2O2 Fe3+ + OH- + ∙OH
R1-H + ∙OH R1∙ + H2O2
b. Tahap Propagasi
30
R2-H + R1∙ R2∙ + R1-H
c. Tahap terminasi
R2∙ + R2 R2-R2
3. Metode Pengujian Aktivitas Antioksidan
Pengujian efek antioksidan dapat dilakukan dengan
menggunakan metode DPPH (1,1-diphenil-2-pikrat-hidrazid). Molekul
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil akibat delokalisasi elektron
pada keseluruhan molekul, sehingga molekul DPPH tersebut tidak
dimerisasi. Delokalisasi elektron ini akan memberikan warna ungu
dalam larutan etanol yang terukur pada panjang gelombang 520 nm
(Molyneux, 2004).
Ketika larutan DPPH dicampur dengan bahan antioksidan maka
akan terjadi reaksi penangkapan hidrogen yang berasal dari
antioksidan oleh DPPH dan diubah menjadi 1,1 difenil-pikrilhidrazin
yang ditandai perubahan warna dari ungu gelap ke kuning terang
(Molyneux, 2004).
Reaksi diatas menggambarkan sistem oksidasi, sama seperti
reaksi autooksidasi dari lipid atau asam lemak tak jenuh lainnya.
Molekul DPPH menggantikan radikal bebas pada sistem oksidasi ini
yang aktivitasnya akan dikurangi oleh bahan antioksidan (Molyneux,
2004).
31
Pengujian terhadap aktivitas antioksidan dapat dilakukan
dengan beberapa metode baik secara, in vitro dan in vivo. Uji aktivitas
antioksidan secara in vitro dapat dilakukan dengan metode penangkap
radikal hidroksil atau anti degradasi deoksiribosa yang telah dilakukan
oleh beberapa peneliti (Sri A, 2005).
Radikal hidroksil selanjutnya akan bereaksi dengan 2-
deoksiribosa membentuk malonaldehida. Adanya sampel atau ekstrak
yang mengandung senyawa yang dapat menangkap radikal hidroksil
akan mengurangi kerusakan 2-deoksiribosa. Adanya malonaldehida
dapat diidentifikasi dengan asam tiobarbiturat (TBA) yang akan
membentuk kompleks berwarna merah, sehingga dapat ditetapkan
secara spektrofotometri.
F. Metode Ekstraksi Bahan Alam
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan
mengekstraksi simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok
diluar pengaruh cahaya matahari langsung (Dirjen POM, 1997)
Ekstraksi adalah penyaringan komponen kimia atau zat-zat aktif
dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk
biota laut. Komponen kimia yang terdapat pada tanaman, hewan, dan
beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa yang
mudah larut dalam pelarut organik. Pelarut organik yang paling umum
digunakan untuk mengekstraksikan komponen kimia dari sel tanaman
32
adalah metanol, etanol, kloroform, heksan, eter, aseton, benzene, dan etil
asetat (Dirjen POM 1997).
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman
adalah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut
organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan
proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
cairan zat aktif di dalam dan di luar sel (Dirjen POM 1997).
Penyarian dipengaruhi oleh : (Dirjen POM 1997).
1. Derajat kehalusan serbuk
2. Perbedaan konsentrasi yang terdapat mulai dari pusat butir serbuk
simplisia sampai ke permukaannya, maupun pada perbedaan
konsentrasi yang terdapat lapisan batas, sehingga suatu titik akan
dicapai, oleh zat – zat yang tersari jika ada daya dorong yang cukup
untuk melanjutkan pemindahan massa.
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah :
a. Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel
langsung dipanaskan dengan pelarut, umumnya digunakan untuk
sampel yang mempunyai bentuk dan dinding sel yang tebal. Metode
ekstraksi secara panas digunakan untuk sampel yang tahan panas dan
mempunyai tekstur yang keras seperti batang, akar dan biji.
b. Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan sokletasi. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan soklet dengan
33
cara cairan penyaring dipanaskan dan uap cairan penyaring naik ke
kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun menyaring simplisia.
Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sample yang lunak, tidak
tahan panas, dan tidak mudah mengembang dalam cairan penyari
(Dirjen POM 1997)
Metode maserasi merupakan cara penyari yang sederhana yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode ini dilakukan untuk menyaring simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyaring dan tidak
mengandung zat yang mudah mengembang seperti benzoin, tiraks, dan
lilin (Dirjen POM 1997).
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok (4/8) ke dalam
bejana, ditambahkan dengan 75 bagian penyari dan ditutup serta
dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya sambil sekali-kali diaduk,
dan diperas. Ampas dicuci dengan cairan penyari secukupnya sampai
diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di
tempat sejuk dan terlindung cahaya selama 2 hari. Endapan yang
terbentuk dipisahkan dan dipekatkan (Dirjen POM 1997).
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara
pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah
diusahakan (Dirjen POM 1997).
34
G. Malondialdehida (MDA)
Malondialdehida (MDA) merupakan produk hasil peroksidasi lipid
dalam tubuh dan terdapat dalam bentuk bebas atau terkompleks dengan
jaringan di dalam tubuh. Reaksi ionisasi senyawa-senyawa radikal bebas
juga dapat membentuk Malondialdehida (MDA) dan juga merupakan
produk samping biosintesis prostaglandin (Bird dan Drapper,1984)
Untuk menentukan radikal bebas secara langsung sangat sulit, hal
ini disebabkan karena waktu paruhnya sangat rendah dan reaktifitasnya
sangat tinggi. Penentuan radikal bebas dilakukan dengan “footprint”,
setelah radikal bebas menyerang komponen sel, misalnya lemak, protein
dan DNA. Peroksidasi lipid merupakan radikal bebas rantai reaksi yang
dihasilkan pada oksidasi asam lemak tidak jenuh. (Suha et al. 2010)
Pengukuran Malondialdehida (MDA) banyak dilakukan oleh para
peneliti sebagai indeks tidak langsung dari kerusakan oksidatif yang
disebabkan oleh peroksidasi lipid. Menurut Tokur et al. (2006), prinsip
pengukuran Malondialdehida (MDA) adalah reaksi satu molekul
Malondialdehida (MDA) dengan dua molekul asam tiobarbiturat (TBA)
membentuk kompleks senyawa Malondialdehida (MDA)-TBA yang
berwarna pink dan kuantitasnya dapat dibaca dengan spektrofotometer.
H. Spektrofotometri UV-Visible
Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi
yang menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum ini, dipilih panjang
35
gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm. Proses ini
memerlukan penggunaan instrumen yang lebih rumit dan karenanya lebih
mahal. Instrumen yang digunakan untuk maksud ini adalah
spektrofotometer, dan seperti tersirat dalam nama ini, instrumen ini
sebenarnya terdiri dari dua instrument dalam satu kotak sebuah
spektrometer dan sebuah fotometer (Bassett J et al, 1994).
Spektrofotometri UV-visible melibatkan energi elektronik yang
cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-
visible lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan analisis
kualitatif (Bassett J et al, 1994).
I. Kerangka Teori
Radikal bebas tinggi
Kerusakan pankreas
Stres oksidatif
Antioksidan
Ekstrak polisakarida Rumput Laut (Ulva sp)
Polisakarida, Flavanoid mineral
vitamin, dll
Diabetes meliitus
36
J. Hipotesis
Ekstrak polisakarida Rumput Laut (Ulva sp) di duga memiliki aktivitas
antioksidan yang dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus
Diabetes Mellitus melalui parameter Malondialdehida (MDA).
K. Definisi Operasional
1. Pemberian Rumput Laut (Ulva sp) diberikan dalam bentuk ekstrak
polisakarida yang di bagi dalam beberapa konsentrasi selama 7 hari
perlakuan.
2. Diabetes Melitus adalah kenaikan gula darah tikus setelah di induksi
dengan aloksan.
3. Aloksan (2,4,5,6-tetraoxypyrimidine; 2,4,5,6-pyrimidinetetrone) adalah
suatu substansi yang secara struktural merupakan derivat pirimidin
sederhana. Aloksan telah digunakan secara luas untuk menginduksi
diabetes pada hewan percobaan.
4. DPPH adalah molekul radikal bebas yang stabil yang dapat diukur
serapannya pada spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm.
5. Malondialdehida (MDA) adalah senyawa yang dihasilkan dari
peroksidasi lipid.
6. Glukometer adalah alat yang digunakan untuk pengukuran kadar
glukosa darah.
7. Glukosa darah yang diukur adalah kadar glukosa darah puasa.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan
pendekatan pre post test only kontrol group design.
1. Preparasi Ekstrak polisakarida dari Rumput Laut Ulva sp
(Jaulneau V et al., 2009)
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan dua jenis pelarut
yakni etanol 96 % dan metanol 96 % . Ekstrak Rumput Laut (Ulva sp)
dibuat dengan cara simplisia Rumput Laut (Ulva sp) diangin-anginkan,
setelah itu dipotong kecil – kecil lalu simplisia kering tersebut sebanyak
600 g dicampur dengan masing –masing 1200 ml etanol 96 % dan
metanol 96 %. Ekstraksi yang dilakukan dengan cara maserasi selama
6 hari, kemudian disaring dengan kertas Whatman No. 42 dan sisanya
dicuci dengan 50 mL pelarut yang digunakan. Filtrat yang diperoleh
diuapkan dengan menggunakan rotavapor pada suhu 45oC hingga di
peroleh ekstrak polisakarida dari rumput laut Ulva sp.
2. Pengujian komponen kimia (Dijen POM , 1979)
a. Identifikasi Alkaloid
Larutan percobaan dengan alkaloid membentuk garam yang tidak
larut, asam silikowolframat LP, asam fosfomolibdat LP dan asam
foswolframat LP ( Golongan I).
38
Larutan percobaan yang dengan alkaloid membentuk senyawa
kompleks bebas, kemudian membentuk endapan Bauchardat LP
dan Wagner LP (Golongan II).
Larutan percobaan yang dengan alkaloid membentuk senyawa
adisi yang tidak larut, Mayer LP, dragendroff LP dan Marme LP
(Golongan III).
Larutan percobaan yang dengan alkaloida membentuk ikatan
asam organik dengan alkaloid, Hager LP (Golongan IV).
b. Identifikasi Saponin
Masukkan 0.5 g serbuk yang diperiksa ke dalam tabung reaksi,
tambahkan 10 ml air panas, dinginkan dan kemudian kocok kuat –
kuat selama 10 detik (jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair,
encerkan 1 ml sediaan yang diperiksa dengan 10 ml air dan kocok
kuat – kuat selama 10 menit) terbentuk buih yang mantap tidak
kurang dari 10 menit , setinggi sampai 10 cm. Pada penambahan
1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang.
c. Identifikasi Flavanoid
Sari 0,5 g serbuk yang diperiksa atau sisa kering 10 ml
sediaan berbentuk cairan, dengan 10 ml metanol P, menggunakan
alat pendingin balik selama 10 menit. Saring panas melalui kertas
saring kecil berlipat, encerkan filtrat dengan 10 ml air. Setelah
dingin tambahkan 5 ml eter minyak tanah P, kocok hati – hati,
39
diamkan. Ambil lapisan metanol, uapkan pada suhu 40 o di bawah
tekanan. Sisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat P saring.
d. Identifikasi Glikosida
Sari 3 g serbuk simplisia dengan 30 ml campuran 7 bagian volume
etanol (96 %) P dan 3 bagian volume air dalam alat pendingin air
balik selama 10 menit, dinginkan saring. Uapkan 0.1 ml larutan
percobaan diatas tangas air, larutkan sisa dalam 5 ml asam asetat
anhidrat P. Tambahkan 10 tetes asam sulfat P terjadi warna biru
atau hijau menunjukkan adanya glikosida (reaksi Lieberman-
Burchard).
3. Pengukuran Kapasitas Antioksidan ekstrak polisakarida dari
Rumput Laut Ulva sp (Williams B, et al , 1995)
Larutan stok dibuat dengan konsentrasi 100 ppm dengan cara
menimbang masing – masing ekstrak etanol dan metanol Rumput laut
(Ulva sp) sebanyak 10 mg dan dilarutkan dengan metanol absolut
sambil diaduk dan dihomogenkan lalu cukupkan volumenya hingga
100 ml. Kemudian di buat seri konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm,
80 ppm dan 100 ppm.
Pengujian dilakukan dengan memipet 0,5 ml larutan sampel dari
berbagai konsentrasi. Kemudian masing-masing ditambahkan 3,5 ml
DPPH 0,4 mM. Campuran kemudian dihomogenkan dan dibiarkan
pada suhu 37oC selama 30 menit lalu serapannya diukur pada
panjang gelombang 517 nm.
40
4. Pengukuran Kapasitas Antioksidan Quarsetin
Larutan stok konsentrasi 10 ppm dibuat dengan cara menimbang
sebanyak 1 mg Quarsetin dan dilarutkan dengan 10 ml metanol
absolut sambil diaduk lalu cukupkan volumenya hingga 100 ml.
Kemudian di buat seri konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm. Selanjutnya
serapannya diukur pada panjang gelombang 517 nm.
5. Pengukuran Malondialdehida (MDA) ekstrak polisakarida dari
Rumput Laut Ulva sp (O'Haver TC, 1979).
Tikus diadaptasikan selama 2 minggu dengan pemberian
ransum komersial dan air minum secara ad libitum. Tikus dipuasakan
selama 8 jam kemudian diukur kadar glukosa darah awal.
Tikus sebanyak 15 ekor kemudian diinduksi menggunakan
aloksan dengan dosis 110 mg/KgBB secara intraperitoneal, kemudian
setelah 5 hari diukur kadar Malondialdehida (MDA) awal. Tikus dibagi
menjadi 3 kelompok masing masing kelompok 5 ekor tikus,
Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut:
a. Kelompok I, suspensi ekstrak etanol 5%
b. Kelompok II, suspensi ekstrak metanol 5%
c. Kelompok III, diberi Vitamin E
Setelah 7 hari perlakuan, Tikus diinjeksi ketamin dengan dosis 50
mg/ml secara intra peritoneal. Kemudian pipa kapiler digoreskan pada
medial canthus mata dibawah bola mata kearah foramen opticus. Pipa
41
kapiler diputar sampai melukai plexus dan darah ditampung pada vial
yang telah diberi EDTA 10 % sebanyak 1 ml.
Darah dikumpulkan dalam vial yang berisi larutan EDTA 10 %.
Darah dimasukkan kedalam tabung sentrifuge dan kemudian protein
diendapkan dengan menambahkan 2,5 ml asam trikloroasetat 10 %.
Setelah itu disentrifuge pada kecepatan 1000 rpm selama 10 menit
kemudian supernatan dipisahkan, diambil endapan proteinnya. Endapan
protein ditambahkan dengan 2,5 ml asam asetat 10 % dan ditambahkan 3
ml asam tiobarbiturat. Campuran tersebut dipanaskan dalam waterbath
selama 30 menit, kemudian didinginkan cepat dalam ice bath untuk
menghentikan reaksi. Kemudian diekstraksi dengan menambahkan n-
butanol sebanyak 4 ml dan disentrifuge kembali pada 3000 rpm selama 10
menit. Hasil sentrifuge tersebut diukur serapannya pada spektrofotometri
dengan panjang gelombang 532 nm (O'Haver TC, 1979).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di laboratorium Farmakologi Universitas
Muslim Indonesia, Laboratorium Fitokimia Universitas Muslim Indonesia,
mulai Maret – Mei 2013.
C. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah Rumput Laut (Ulva sp) yang di
peroleh dari Pantai Kukup Kabupaten Klaten Yogyakarta.
42
D. Bahan dan Alat
1. Alat-alat yang digunakan
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu Alat-alat gelas
(Pyrex®), kanula, kuvet, pipa kapiler, spoit, seperangkat alat maserasi,
seperangkat alat rotavapor, spektorofotometri Uv-vis (Thermo
Scientific), seperangkat alat glukometer (One touch®), seperangkat
alat sentrifugasi (Thermo Scientific), tabung sentrifuge dan timbangan
O’Hauss (Camry®) seperangkat alat Rotavapor.
2. Bahan-bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu aquadest,
aloksan, asam asetat 10 %, Ekstrak etanol dan metanol Rumput Laut
(Ulva sp), etanol 96 %, EDTA 10 %, ketamin 50 mg/ml,
Malondialdehida (MDA), metanol 96 %, Na2SO4, TBA (Asam
tiobarbiturat) dan TCA (Asam trikloro asetat) 10 %. DPPH, strip
glukometer, vitamin E.
3. Hewan coba
Tikus jantan galur Wistar umur 2-3 bulan dengan berat badan
antara 100-200 gram.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Identifikasi kandungan kimia menggunakan beberapa pereaksi kimia.
43
2. Gula darah hewan coba diukur langsung dengan menggunakan
glukometer.
3. Aktivitas antioksidan digunakan dengan nilai serapan DPPH sampel
pada spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm untuk
kemudian dihitung nilai Effective scavenging (ES50).
4. Absorbansi Malondialdehida (MDA) diukur dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm.
.
F. Rancangan dan Analisa Data
1. Deskriptif data untuk melihat mean penurunan kadar malondialdehid
2. Uji distribusi data untuk melihat distribusi data normal atau tidak
3. Analisis regresi untuk menentukan Effective scavenging (ES50)
4. Uji Wilcoxon (distribusi tidak normal)/t berpasangan (distribusi normal)
untuk menentukan penurunan kadar malondialdehida setelah
pemberian ekstrak
5. Uji anova (distribusi normal)/kruskal wallis (distribusi tidak normal)
untuk melihat perbedaan antara kelompok
G. ETIK PENELITIAN
Penelitian ini telah mendapat persetujuan komisi etik penelitian
Biomedis pada Hewan uji Tikus Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin dengan nomer 604/H4.8.4.5.31/PP36-KOMETIK/2013
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.I Hasil Penelitian
A. Uji Kualitatif Kandungan Kimia
Penelitian pengujian Aktivitas antioksidan ekstrak polisakarida
rumput laut (Ulva sp) pada tikus putih diabetes, dimulai dengan
pengujian kandungan kimia. Hasil pengujian menunjukkan rumput
laut (Ulva sp) mengandung flavonoid, glikosida, alkaloid dan
saponin.
B. Uji anti Radikal ekstrak polisakarida rumput laut (Ulva sp)
Pengukuran serapan ekstrak polisakarida rumput laut (Ulva sp)
dilakukan pada panjang gelombang 517 nm, serapan yang
dihasilkan kemudian dikonversikan menjadi Effektive scavenging
50. Hasil pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 1,dan Quarsetin
sebagai pembanding.
Tabel 1. Aktivitas antioksidan ekstrak ekstrak polisakarida dari rumput laut Ulva sp dan Quarsetin menggunakan DPPH
Perlakuan Konsentrasi (ppm) ES 50 ppm 20 40 60 80 100
Etanol 11,765 12,367 12,720 12,921 13,473 243,936 Metanol 10.658 11.362 11,764 13,424 14,278 108,853
Perlakuan Konsentrasi (ppm) ES 50 ppm 2 4 6 8 10
Quarsetin 16.91 17.32 29.28 30.1 34.02 2,051
45
C. Pengukuran Malondialdehida (MDA)
Tabel 2. Kadar Malondialdehida (MDA) sebelum dan sesudah pemberian ekstrak polisakarida dari rumput laut Ulva sp
Perlakuan Tikus
Kadar GD awal
(mg/dL)
Kadar MDA awal
Kadar GD
akhir (mg/dL)
Kadar MDA Akhir
Prosentase Penurunan
(%)
Vit. E
1 255 155.667 138 102.333 34.261 2 382 282.333 139 119 57.851 3 300 162.333 120 82.333 49.281 4 270 159 112 72.333 54.507 5 229 149 128 89 40.268
metanol
1 395 322.333 200 155.667 51.706 2 200 122.333 130 82.333 32.697 3 376 192.333 135 95.667 50.259 4 345 182.333 123 65.667 63.985 5 392 322.333 135 102.333 68.252
etanol
1 257 155.667 136 102.333 34.262 2 383 282.333 142 119 57.851 3 299 162.333 129 82.333 49.281 4 265 159 110 72.333 54.508 5 232 149 125 89 40.268
46
IV.2 Pembahasan
Penelitian ini menggunakan ekstrak polisakarida dari rumput
laut Ulva sp karena mengandung sejumlah nutrisi untuk konsumsi
tubuh dan mineral dalam jumlah terbatas seperti besi dan kalsium
yang di gunakan dalam pengolahan makanan dan juga berfungsi
mencegah sindrom metabolik seperti diabetes (Celikler et al. 2009).
Penelitian lain telah dilakukan menunjukkan bahwa konsumsi Ulva
sp dapat membantu ,menurunkan kolesterol dan meningkatkan
meningkatkan daya tahan tubuh serta campuran Ulva sp
menunjukkan bahwa dapat berfungsi sebagai anti tumor, anti
influenza dan antikoagulan (Winberg et al., 2008).
Hasil penapisan fitokimia terhadap ekstrak rumput laut (Ulva
sp) menunjukkan bahwa terkandung senyawa alkaloid, saponin,
glikosida dan flavanoid. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
kandungan kimia yang memiliki potensi sebagai antioksidan adalah
dari golongan glikosida termasuk polisakarida dan flavanoid. Rumput
laut hijau juga mengandung banyak vitamin A, B1, dan C asam
lemak dan mineral (Tamat S et al, 2007)
Mekanisme polisakarida sebagai antioksidan diduga dengan
meningkatkan aktivitas enzim antioksidan (Hasan Sherif et al, 2010)
sedangkan Flavanoid telah di kenal sebagai obat antihepatotoksik,
antiinflamasi, antialergi, antiosteoporosis, dan anti kanker. Pengaruh
flavanoid ini berhubungan dengan interaksinya dengan banyak
47
enzim dalam tubuh dan aktivitas antioksidannya yaitu kemampuan
untuk menangkap radikal bebas, mengkhelat ion logam dan
pengaruh sinergisnya dengan antioksidan lain.
Fungsi antioksidan flavanoid sebagai scavenger radikal bebas
dengan memberikan atom hidrogen pada radikal. Aktivitas
antioksidan dari flavanoid berhubungan dengan struktur flavanoid.
Secara umum, aktivitas scavenging radikal flavanoid tergantung
pada struktur molekul dan bentuk subtitusi dari gugus hidroksil.
Pengujian aktivitas antioksidan dari ekstrak polisakarida (Ulva
sp) secara in vitro menggunakan metode penangkapan radikal bebas
yakni DPPH. Menurut pongpaichit, antioksidan dikategorikan menjadi
4 yakni < 10 bersifat very strongly active, 10-50 strongly active, 50-
100 moderately active, 100-250 weakly active dan > 250 inactive.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan nilai efektive scavenging
(ES50) ekstrak metanol polisakarida dari Rumput Laut Ulva sp adalah
108,853 ppm dan ekstrak etanol polisakarida dari Rumput laut
adalah 243,936 ppm sehingga termasuk dalam kategori weekly
active . Sedangkan pembanding yang digunakan adalah Quarsetin
dengan nilai efektive scavenging (ES50) adalah 2,051 ppm sehingga
dikategorikan strongly active. Quarsetin di gunakan sebagai
pembanding karena termasuk antioksidan alami yang dapat di
peroleh dari tumbuhan yang mengandung flavanoid. Dilaporkan
48
bahwa flavanoid merupakan salah satu komponen kimia dari
tanaman yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Radikal bebas merupakan suatu molekul yang mengandung satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada kulit terluarnya,
cenderung tidak stabil sehingga menjadi lebih reaktif. Oksigen yang
mengandung radikal bebas atau reactive oxygen species (ROS)
merupakan sumber utama radikal bebas yang merusak jaringan pada
organisme aerob, yang disebut ‘stress oksidatif’. Kepekaan jaringan
terhadap stress oksidatif berhubungan dengan keseimbangan antara
prooksidan dan faktor penangkapan oksigen. Kerusakan jaringan karena
oksidatif stress dapat disebabkan oleh meningkatnya radikal bebas atau
kurangnya antioksidan (Pan H et al, 2009).
Pada pasien DM, hiperglikemia dapat disebabkan oleh peningkatan
jumlah radikal bebas melalui banyak mekanisme. Glukosa dan gula lain
dapat mengalami autooksidasi, menghasilkan ROS termasuk anion
superoksida, radikal hidroksil dan hidrogen peroksida yang semuanya
dapat menyebabkan kerusakan lipid dan protein. Faktor lain yang diduga
memicu stress oksidatif pada diabetes adalah kurangnya antioksidan,
glikasi dan glikooksidasi dan peningkatan produksi ROS (Pan H et al,
2009).
49
Gambaran tentang hubungan antara stess oksidatif dengan
Diabetes Mellitus terlihat pada bagan di bawah ini : (Djokomoeljanto R,
2007).
Diabetes Mellitus hiperglikemia Jalur poliol
Pembentukan Advance Glicosilation End Product Autooksidasi
Stress oksidatif
Selain pengujian secara in vitro menggunakan metode DPPH juga
dilakukan pengujian secara in vivo menggunakan parameter
malondialdehida (MDA) terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) Diabetes
yang diinduksi dengan aloksan 110 mg/KgBB.
Dilakukan pengukuran kadar gula darah awal sebelum pemberian
aloksan dengan tujuan untuk menentukan tikus yang digunakan belum
mengalami peningkatan kadar glukosa darah diatas batas normal yakni
50 – 135 mg/dl.
Pemberian larutan aloksan 110 mg/KgBB dengan tujuan untuk
menaikkan kadar glukosa darah tikus dengan merusak sel – sel β
pankreas sehingga terjadi diabetes mellitus. Peningkatan kadar aloksan
melalui mekanisme kerja aloksan terhadap sel β pankreas. Aloksan dalam
darah berikatan dengan GLUT-2 (pengangkut glukosa) yang mengangkut
aloksan ke dalam sitoplasma sel β pankreas. Di dalam sel β, aloksan
50
menimbulkan depolarisasi berlebih pada mitokondria sebagai akibat
pemasukan ion Ca2+ yang diikuti dengan penggunaan energi berlebih
sehingga terjadi kekurangan energi dalam sel. Dua mekanisme ini
mengakibatkan kerusakan baik dalam jumlah sel maupun massa sel
pankreas sehingga terjadi penurunan pelepasan insulin yang
mengakibatkan terjadinya diabetes mellitus (Santoso J, 2008).
Beberapa teori lain menerangkan bahwa aloksan dapat
membangkitkan reactive oxygen species (ROS) melalui siklus reaksi yang
hasil reduksinya berupa asam dialurik. Asam Dialurik ini akan mengalami
siklus redoks dan membentuk radikal superoksida. Kemudian radikal ini
akan mengalami dismutasi menjadi hidrogen peroksida dan pada tahap
akhir mengalami reaksi katalisasi besi membentuk radikal hidroksil.
Radikal hidroksil inilah yang menyebabkan kerusakan pada sel β
pankreas sehingga terjadilah insulin dependent diabetes mellitus atau
disebut juga “alloxan diabetes” pada hewan percobaan. Diabetes tipe ini
memiliki karakteristik yang serupa dengan diabetes tipe I pada manusia
(Walde S.S, 2008).
Kerusakan pankreas juga bisa disebabkan oleh adanya peroksida
lipid yang menghasilkan metabolit sekunder. Salah satunya adalah
Malondialdehida (MDA) yang merupakan produk oksidasi lemak tidak
jenuh dan bersifat toksik terhadap sel sehingga pemberian antioksidan
diperlukan pada penderita diabetes.
51
Membrane sel tersusun atas protein dan lipid, sehingga
pemberiaan aloksan terhadap tikus putih menyebabkan terjadinya
peningkatan aktivitas mitokondria, peningkatan ini memicu produk
samping berupa radikal bebas yang dapat merusak permeabilitas
membrane. Reaksi-reaksi ionisasi dari radikal bebas inilah yang dapat
membentuk malondialdehida. Pengukuran malondialdehida inilah sebagai
indeks tidak langsung dari kerusakan oksidatif oleh peroksidasi lipid.
Prinsip pengukuran malondialdehida adalah satu molekul
malondealdehida dengan 2 molekul asam tiobarbiturat yang berwarna
pink dan kuantitasnya dapat di baca dengan menggunakan
spektrofotometer (Suha et al, 2010).
Dari hasil pengujian secara in vivo menggunakan ekstrak
polisakarida dari rumput laut Ulva sp menunjukkan penurunan kadar
malondialdehida dari tikus seperti pada Tabel.2 Hal serupa juga terjadi
pada perlakuan menggunakan pembanding vitamin E Hasil pengolahan
data secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan, hal ini berarti
bahwa pemberian ekstrak memberikan pengaruh terhadap penurunan
kadar Malondialdehida pada tikus yang diabetes.
. Nilai penurunan malondialdehida (MDA) ini kemudian diuji
statistik. Pertama dengan menguji distribusi data, dengan melihat nilai
Shapiro-Wilk terlihat data terdistribusi normal, karena nilai signifikansinya
lebih dari 0.05. Uji statistik dilanjutkan untuk menentukan perubahan nilai
malondialdehida (MDA) sebelum pemberian dan setelah pemberian
52
ekstrak. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan uji t-berpasangan
dihasilkan data yang signifikan, yaitu nilai p<0.05. Hal ini berarti
malondialdehida (MDA) sebelum dan setelah pemberian ekstrak berubah
secara signifikan.
Uji kemudian dilanjutkan dengan menggunakan one way anova,
untuk menentukan pengaruh pemberian ekstrak. Hasil pengujian
menunjukkan angka 0.104 artinya lebih besar dari 0.05. Nilai ini
menunjukkan terdapat tidak ada perbedaan penurunan nilai
malondialdehida (MDA) antar kelompok ekstrak. Hal ini di sebabkan
karena pelarut yang digunakan dari ekstrak polisakarida keduanya bersifat
polar.
Persentase penurunan kadar malondialdehida dari tikus diabetes
yang diberikan ekstrak metanol polisakarida adalah sebesar 53,380 %
dan ekstrak etanol polisakarida sebesar 47,234 %. Dan pembanding
vitamin E yang digunakan diperoleh hasil sebesar 47,233 %. Hal tersebut
menunjukkan bahwa persentase penurunan perlakuan ekstrak dan
pembanding hampir sama sehingga dapat dikatakan bahwa keduanya
memiliki potensi menurunkan kadar malondialdehida dari tikus diabetes.
Vitamin E digunakan sebagai pembanding karena sifatnya yang larut
lemak. Hal ini sejalan dengan malondialdehida yang merupakan hasil dari
peroksidasi lipid.
Dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa ekstrak polisakarida dari rumput laut Ulva sp dapat
53
digunakan sebagai alternative pengobatan terhadap diabetes mellitus .
namun perlu dilakukan pengujian lanjutan tentang dosis efektif dan lama
pemberian dari ekstrak polisakarida dari rumput laut Ulva sp.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Ekstrak metanol polisakarida dari rumput laut Ulva sp
mempunyai aktivitas antioksidan dengan nilai efektive
scavenging adalah 107, 853 ppm
2. Ekstrak etanol polisakarida dari rumput laut Ulva sp
mempunyai aktivitas antioksidan dengan nilai efektive
scavenging adalah 243,936 ppm
3. Ekstrak metanol polisakarida dari rumput laut Ulva sp dapat
menurunkan kadar malondialdehida (MDA) pada tikus
diabetes sebesar 53,380 %
4. Ekstrak etanol polisakarida dari rumput laut Ulva sp dapat
menurunkan kadar malondialdehida (MDA) pada tikus
diabetes sebesar 47,234 %
V.2 Saran
Perlu kajian lebih lanjut senyawa polisakarida dari rumput
laut Ulva sp terhadap mekanisme aktivitas antidiabetes.
55
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. (2003). National Diabetes Fact Sheet. www. Diabetes. Org.
Anonim a. (2010). Biologi.http://ictsleman.net/pustaka/pengetahuan
Anonim b.(2010).Ganggang alga.http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30
Aruoma O.I. (1994). Free radicals and antioxidant strategies in sports. J Nutr Biochem 5.
Bassett J., Danney R.C., Jeffery G.H., Mendham J. (1994). Buku ajar vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta :EGC.
Celikler S., Tas S. (2009). "Anti-hyperglycemic and antigenotoxic potential of Ulva rigida ethanolic extract in the experimental diabetes mellitus." Food and Chemical Toxicology. 47(8) : 1837-1840 diakses januari 2013.
Dalimartha S., Soedibyo M. (1998). Awet muda dengan tumbuhan obat dan diet suplemen. Trubus Agriwidya. Jakarta.
Darmono. (2007). Pola Hidup sehat penderita diabetes melitus. Dalam :
Darmono, Suhartono T, Pemayun TGD, Padmomartono FS, eds. Naskah lengkap diabetes melitus ditinjau dari berbagai aspek penyakit dalam. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, (1979). Materi medika
Jilid III. Departemen Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. (1997). Sediaan galenik. Departemen Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Djokomoeljanto R. (2007). Neuropati diabetik. Dalam: Darmono,Suhartono T, Pemayun TGD, Padmomartono FS, eds. Naskah lengkap diabetes mellitus ditinjau dari berbagai aspek penyakit dalam. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Duan X.J., Zhang W.W., Li X .,Wang B.G. 2006. Evaluation of antioxidant
property of extract and fractions obtained from a red alga Polysiponia urceolata. Food Chem. 95 : 37-43. diakses januari 2013.
56
Dyatmiko W., Santosa M. H., Hafid A.F. (2000). Aktifitas penangkapan radikal bebas dalam sistem molekuler dan seluler sari air rimpang tanaman obat zingiberaceae. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. Pusat Penelitian Obat Tradisional Univ. Airlangga. Surabaya.
Gustiviani R. (2006). Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Guyton A.C., Hall J.E. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran (Text Book of
Medical Physiology). Edisi 9. Alih bahasa : Setiawan I, Tengadi LMA , Santoso A. EGC :Jakarta.
Halliwell B., John M.C., Gutteridge. (1999). Free Radicals In Biology And Medicine. Oxford University Press. Pp 225-230. diakses januari 2013.
Hassan S., El-twab S., Hetta M., Mahmud B. (2010). Improvement of Lipid
Profile and Antioxidant of Hypercolesterolemic Albino Rats by Polysaccharides Extracted fromGreen Alga Ulva lactuca Linnaeus. Soudi Journal of Biological Sciences. 18:333-340 diakses januari 2013.
Hudson B. J. F. (1990). Food Antioxidants.Elsevier Applied Science. New
York. Jaulneau V., Lafitte C., Jacquet., Cristophe., (2009). Ulvan, a Sulfated
Polysaccharide from Green Algae, Activates Plant Immunity through the Jasmonic Acid Signaling Pathway. Prem L.Bhalla. France. Journal of Biomedicine and Biotechnology vol 2010 article ID 525291. diakses maret 2013.
Jiao G., Yu G., Zhang J., and Ewart S.H. (2010). Chemichal structure and bioactive of sulfated polysaccharides from marine algae.mdpi journal:9 196-223.diakses april 2013.
Kim H.J., Eun J.C., Shin K.C., Heu D.P., Sang W.C. (2002). Antioxidative activity of resveratrol and its derivatives isolated from seed of Paeonia lactiflora. Biosci Biotechnol Biochem 66: 1990-1993. diakses januari 2013.
Masharani U., Karam J.H., German M.S. (2004). Pancreatic hormones
and diabetes mellitus. In: Greenspan FS, Gardner DG, eds. Basic and clinical endocrinology. 7th edition. New York : MC Graw Hill Lange Medical Books.
57
Molyneaux. (2004). The use of the stable free radical diphenylpicryl-
hydrolazyl (DPPH) for Estimating antioxidant activity. J. Sonklanakarin Vol 26 no 2, 345-352 diakses januari 2013.
Muhilal (1991). Teori radikal bebas dalam gizi dan kedokteran. Majalah Cermin Dunia Kedokteran No 73 : 10. diakses januari 2013.
Mu’nisa A., Tutik W, Nastiti K., Wasmen M. 2008. Perbaikan aktivitas antioksidan pada jaringan kelinci hiperkolesterolemia dengan pemberian ekstrak daun cengkeh. Jurnal Veteriner 9:182-187. diakses januari 2013.
Newsholme P et al (2007). Diabetes associated cell stress and dysfunction: role of mitochondria and non-mitochondrial ROS production and activity. J.Physiol.83: 9-24.diakses januari 2013.
Nugroho B. A., dan Purwaningsih E. (2004). Pengaruh diet ekstrak rumput laut (Eucheuma sp) terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus Norvegicus) hiperglikemia. Media Medika Indonesiana.
O’Haver T.C. (1979). Potential clinical application of derivative and
wavelength modulation spectrometry. Clin Chem1979. 25 : 1584.diakses januari 2013.
Pan H., Zhang L., Guo M., (2009). The oxidative stress status in diabetes
mellitus and diabetic nephropathy. Aeta Diabetol. DOI 10.1007/s00592.009.0128-1.diakses mei 2013.
PERKENI (2002). Pengaruh pengolahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2002. PB. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Jakarta.
Pokorni J., Yanishlieva N., Gordon. (2001). Antioxidant in food practical applications. CRC Press. New York.
Pongpaichit et al. (2001). Biological activities of extract from endophytic fungi isolated from garcina plants, Wiley online Library. diakses Maret 2013.
Priyanto. (2010). Toksikologi. Leskonfi. Depok.
Robertson, R.P., Harmo J., Tran P.O., Poitout . (2004) β-Cell glucose toxicity, lipotoxicity, and chronic oxidative stress in type 2 diabetes. Diabetes. 53 : S119-S124.
58
Rosen P., Tritschler H.J., Packer L. (2002). Vaskular complication in diabetes: mechanisme and the influence of antioxidant. Hanbook of Antioxidant : Second Edition, Revised and Expanded.
Santoso J., Saryono. (2008). Penggunaan rebusan daging buah mahkota Phaleria Macrocarpa (Schff. Boerl) dan pengaruhnya terhadap penurunan glukosa darah tikus putih jantan yang diinduksi aloksan [on line]. (Available from: www.info.stikesmuhgombong.ac.id/edisi2saryono.doc , diakses 27 desember 2012)
Schteingart D.E. (2005). Pankreas: metabolisme glukosa dan diabetes
melitus. Dalam: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-prosespenyakit. Edisi 6. EGC : Jakarta.
Sri A. (2005). Uji aktivitas dimer, trimer, dan tetramer resveratrol hasil
isolasi dari tumbuhan meranti (Dipterocarpaceae) Indonesia sebagai penangkap radikal hidroksil, Laporan Penelitian, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Suha Y., et al. (2010). Evaluation of a simple colorometric analysis for
urinary malondialdehyde determination, Pathology and Laboratory Medicine International.
Suryohudoyo P. (2000). Kapita selekta ilmu kedokteran molekuler. CV
Info Medika. Jakarta.
Szkudelski, T. (2007). The mechanism of alloxan and streptozotocin action in B cells oft herat pancreas [online]. Available from:(www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11829314, diakses 27 desember 2012)
Tamat S., Wikanta T., Maulina L., (2007). Aktivitas antioksidan dan
toksisitas senyawa biokatif ekstrak rumput laut hijau Ulva retikulata Forsskal. Jurnal Ilmu kefarmasian Indonesia. ISSN 1693-1931 hal 31-36.Diakses februari 2013.
Taylor L. (2000). Bitter Melon, In: Herbal secret of the rainforest. Sage
Press. Austin.
Walde S.S., Dohle C., Schott O.P., Gleichmann H. (2008). Molecular target structures in alloxan-induced diabetes in mice [online] Available from:(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12137914?ordinalpos=1&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubme
59
d_DiscoveryPanel.Pubmed_Discovery_RA&linkpos=3&log$=relatedarticles&logdbfrom= pubmed,diakses 27 desember 2012).
Waspadji S. (2002). Patogenesis disfungsi sel beta pada diabetes melitus
tipe 2. Dalam : Mashjhur JS, Kariadi SHKS. Buku Endokrinologi klinik. Bandung.
Williams, B., Bondet V., Berset C. (1997). Kinetics and mechanism of
antioksidant activity using the DPPH free radical method. Academic Press Limited. Lebenson-Wiss u-Technol. 30: 609-615.
Winberg P.C., Ghosh D. (2009). Seaweed culture in integrated multi-
trophic aquaculture: nutritional benefits and systems for Australia. RIRDC project PRJ-000162. Canberra, Rural Industries Research and Development Corporation.
Yunir E., Soebardi S. (2006). Terapi non farmakologis pada diabetes melitus. Dalam : Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
60
LAMPIRAN SKEMA KERJA
Dirotavapor Dirotavapor
Lampiran 1. Skema kerja ekstraksi Rumput Laut (Ulva sp)
Rumput Laut (Ulva sp)
Di potong kecil-kecil
Di keringkan
Etanol
Dimaserasi slama 6 hari
Ekstrak Etanol
Pengujian DPPH dan MDA
Dimaserasi slama 6 hari
Metanol
Ekstrak Metanol
61
Hasil pengukuran
Lampiran 2. Skema kerja pengukuran DPPH
20 ppm 40 ppm 60 ppm 80 ppm 100 ppm
Pembahasan dan Kesimpulan
Dihomogenkan
Pengolahan dan analisis
Uji antioksidan
Quarsetin
Uji antioksidan
2, 4, 6, 8 dan 10 ppm
Spektrofotometri
Ekstrak etanol dan metanol
62
Adaptasi selama 2 minggu
Lampiran 3. Skema kerja pengukuran MDA
Tikus (Ratus norvegicus)
Dipusakan selama
Diukur kadar Glukosa darah
Setelah pemberian selama 7 hari, diukur absorbasi Malondialdihid
Ekstrak metanol 5 %
Vitamin E
Induksi aloksan 110
Diukur absorbansi Malondialdehid
Ekstrak etanol 5 %
63
Di masukkan ke dalam tabung sentrifuge
Lampiran 4. Skema kerja Analisis MDA
0,5 ml darah
Ditambahkan 2,5 ml TCA 10%
Disentrifuge 1000 rpm 10 menit
Ditambahkan 2,5 ml asam asetat dan 3 ml
TBA
Dipanaskan pada water bath selam 30 menit
Didinginkan
Ditambah 4 ml n-butanol
Disentrifuge 3000 rpm selama 10 menit
Supernatan diukur absorbannya pada panjang gelombang 532 nm
Diambil endapan protein
64
Tabel 1. Hasil penapisan fitokimia terhadap ekstrak rumput laut (Ulva sp) No Golongan senyawa metabolit
sekunder Ekstrak rumput laut
1 Alkaloid + 2 Flavanoid + 3 Saponin + 4 Glikosida + Keterangan : + Menunjukkan adanya senyawa yang diuji
- Menunjukkan tidak adanya senyawa yang diuji
Tabel 2. Hasil Pengukuran serapan dari kurva baku DPPH
Konsentrasi Sampel Absorban 20 0.355 40 0.354 60 0.346 80 0,345 100 0.341
Serapan DPPH = 0.485
Gambar 1. Grafik Pengukuran serapan dari kurva baku DPPH
y = -0.000x + 0.359R² = 0.932
0.340.3420.3440.3460.348
0.350.3520.3540.3560.358
0 20 40 60 80 100 120
serapan
Konsentrasi (ppm)
65
Tabel 3. Hasil Pengukuran serapan ekstrak polisakarida dari rumput laut Ulva sp
Serapan DPPH = 0.663
Gambar 2. Grafik Pengukuran serapan ekstrak metanol polisakarida dari rumput laut Ulva sp
y = -0.000x + 0.599R² = 0.952
0.565
0.57
0.575
0.58
0.585
0.59
0.595
0 20 40 60 80 100 120
Serapan
konsentrasi (ppm)
Perlakuan Konsentrasi (ppm) 20 40 60 80 100
Metanol 0.592 0.587 0.585 0.574 0.568 Etanol 0.585 0.581 0.578 0.577 0.574
66
Gambar 3. Grafik Pengukuran serapan ekstrak etanol polisakarida dari rumput laut Ulva sp
Tabel 4. Hasil Pengukuran serapan dari Quarsetin
Perlakuan Konsentrasi (ppm) 2 4 6 8 10
Quarsetin 0,209 0.191 0.178 0.160 0.150 Absorbansi DPPH = 0.269
Gambar 4. Grafik Pengukuran serapan dari Quarsetin
y = -0.000x + 0.586R² = 0.965
0.572
0.574
0.576
0.578
0.58
0.582
0.584
0.586
0 20 40 60 80 100 120
Serapan
Konsentrasi (ppm)
y = -0.007x + 0.222R² = 0.992
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0 2 4 6 8 10 12
Serapan
Konsentrasi (ppm)
67
Tabel 5. Hasil Pengukuran Serapan dari kurva baku Malondialdehida (MDA)
Konsentrasi Sampel Absorban 10 0.004 50 0.019 100 0.030 150 0,047 200 0.060
Gambar 5. Grafik Pengukuran serapan dari kurva baku Malondialdehida (MDA)
y = 0.000x + 0.002R² = 0.995
0.000
0.010
0.020
0.030
0.040
0.050
0.060
0.070
0 50 100 150 200 250
Serapan
Konsentrasi (ppm)
68
Tabel 6. Uji Distribusi Data
Tests of Normality
kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
awal
vitamin E .422 4 . .671 4 .005
ekstrak metanol .307 5 .139 .865 5 .247
ekstrak etanol .139 5 .200* .997 5 .998
akhir
vitamin E .212 4 . .964 4 .804
ekstrak metanol .151 5 .200* .978 5 .925
ekstrak etanol .277 5 .200* .906 5 .443
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel 7. Uji t berpasangan
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 awal -
akhir
88.44440
0
60.03785
0 15.501706
55.19654
7 121.692253 5.705 14 .000
Tabel 8. Hasil Pengujian dengan menggunakan metode ANOVA
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1549.201 2 774.601 2.799 .104
Within Groups 3044.404 11 276.764 Total 4593.605 13
69
Gambar 6. Rumput Laut (Ulva sp)
Gambar 7. Foto Rumput Laut Ulva sp kering
70
Gambar 8. Foto Alat Maserasi Rumput Laut Ulva
Gambar 9. Foto Alat Rotavapor
71
Gambar 10. Foto Penangas
Gambar 11. Gambar Alat Vortex
72
\
Gambar 12. Gambar Alat sentrifuge
Gambar 13. Gambar alat Spektrofotometer
73
CURICULUM VITAE
A. Data Pribadi 1. Nama : Sukriani Kursia S.Farm 2. Tempat tgl lahir : Sengkang 15 November 1984 3. Alamat : Komp. BTN Agraria Blok Q/9 No.24 Makassar 4. Agama : Islam
B. Riwayat Pendidikan
SD Negeri Inpres KOMP BTN IKIP I Tamalate , Kotamadya Ujung pandang, Lulus Tahun 1996.
SLTP Negreri I , Kotamadya Ujung Pandang , Lulus Tahun 1999. SMU Negeri 9, Kotamadya Makassar , Lulus Tahun 2002. S1 Farmasi Universitas Muslim Indonesia Makassar , lulus tahun
2006. C. Pekerjaan dan Riwayat Pekerjaan
Asisten di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.sejak Tahun 2003 – 2006.
Sebagai Verifikator Jaminan PT. JAMSOSTEK (Persero) Cabang Kediri sejak Juli 2007 – November 2008.
Sebagai Verifikator Jaminan Pemeliharaan Kesehatan PT. JAMSOSTEK (Persero) Cabang Malang sejak Desember 2008 – Januari 2011.
Asisten di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.sejak Tahun 2010 – 2011.
Asisten di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.sejak Tahun 2012 – 2013.