AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …
Transcript of AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …
Akibat Dan Cara Memberantasnya Fasciolopsis Buski (Sehatman, Hendriek ES)
26
AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI
Due to and How Combating Fasciolopsis Buski
Sehatman, Hendriek ES
BadanPenelitiandanPengembanganKesehatan
KementerianKesehatan RI
Abstrak. Fasciolopsiasis worm disease is a disease caused by trematodes (Fasciolopsis buski). This
disease is transmitted through direct contact with the feces of humans and pigs, including aquatic
plants, and snails. WHO said that Fasciolopsiasis remains a public health problem in many countries
and is a program of continuous control of WHO. Although the government considers Fasciolopsiasis
remains a public health problem due to frequent changes in eating habits, changes in social practices
and agriculture, education, health, industrialization, and environmental changes. Global climate
change now and it seems increasingly affect Fasciolopsisbuski worm, snail-borne, which is highly
dependent on environmental factors. Fasiolopsiasis is a good example of parasitic diseases emerging
or re-emerging in many countries. Fasciolopsiasis is mostly infecting the children. This research aims:
to develop or deepen the writing material and analyze events as well as a comprehensive and effective
eradication. Research using the method of taking the annual report Hulu Sungai Utara Sub-
Department of Health and Anorital 2004 / 2008. The trick is taken by a stick stool (the tip of a stick)
didicampur with 0.9% NaCl plus 1 drop Eusin 2% and then thoroughly mixed and covered with a
glass lid. Further reading below mikroskup the initial magnification 40x to 10x then see atat worm
eggs. Hasilya can be seen a block diagram starts suvei from 1985 to 2007 has examined as many as
48.005 people, or sample the number of positive samples Fasciolopsiosis as many as 2.211 people and
the rest negative. At the beginning of the survey in 1985 found Fasciolopsiosis 148 positive samples
(27% prevalence) and 548 negative samples. In the empty block diagram and diagram shows the
prevalence of zero or 0.00% are not carried out a survey of district Upper North River (HSU) and the
other regions did not participate in the study. Conclusion: to break the chain of the life cycle of F.
buski. How: provide education and knowledge to not consume raw food materials and raw water,
wash hands before eating and always wear footwear is an effective way to prevent the spread of
fasciolopsiasis.
Key Word:Fasciolopsiasis, Fasciolopsisbuski, Development, Education, Knowledge.
Abstract. Fasciolopsiasis adalah penyakit kecacingan yang disebabkan oleh Trematoda (Fasciolopsis
buski). Penyakit ini yang ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja manusia dan babi, termasuk
dalam tumbuhan air, dan siput. WHO mengatakan bahwa Fasciolopsiasis masih tetap menjadi
masalah kesehatan masyarakat diberbagai negara dan merupakan program dari WHO pengendalian
yang berkelanjutan. Meskipun pemerintah menganggap Fasciolopsiasis masih menjadi masalah
kesehatan karena masyarakat sering berubah dalam kebiasaan makan, perubahan dalam praktek-
praktek sosial dan pertanian, pendidikan kesehatan, industrialisasi, dan perubahan lingkungan.
Perubahan iklim sekarang dan global tampaknya semakin mempengaruhi kecacingan Fasciolopsis
buski, siput-borne, yang sangat tergantung pada faktor lingkungan. Fasiolopsiasis adalah contoh yang
baik dari penyakit parasit yang muncul atau re-emerging dibanyak negara. Fasciolopsiasis ini
sebagian besar menginfeksi pada anak-anak. Penulisan ini bertujuan: untuk mengembangkan atau
mendalami materi penulisan dan menganalisis kejadian serta pemberantasan yang komprehensif dan
efektif. Penelitian menggunakan metode pengambilan laporan tahunan Sudin Kesehatan Hulu Sungai
Utara dan Anorital 2004 / 2008. Caranya adalah tinja diambil dengan lidi (seujung lidi) didicampur
dengan NaCl 0,9% ditambah 1 tetes Eusin 2% kemudian dicampur rata dan ditutup dengan kaca
penutup. Selanjutnya dibaca dibawah mikroskup dengan pembesaran awal 10x kemudian 40x untuk
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 26 - 37
27
melihat telur atat cacing. Hasilya bisa dilihat diagram balok dimulai suvei sejak tahun 1985 sampai
tahun 2007 telah diperiksa sebanyak 48.005 orang atau sampel dengan jumlah sampel yang positif
Fasciolopsiosis sebanyak 2.211 orang dan sisanya negatif. Pada awal survei tahun 1985 ditemukan
Fasciolopsiosis 148 sampel positif (prevalensinya 27%) dan 548 sampel negative. Pada diagram balok
kosong dan diagram prevalensinya menunjukan nol atau 0,00% adalah tidak dilakukan survei
terhadap kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) tersebut dan daerah lainnya tidak ikut dalam penelitian.
Kesimpulan: dengan memutus mata rantai siklus kehidupan F. buski. Caranya: memberikan
pendidikan dan pengetahuan untuk tidak mengkonsumsi bahan makanan mentah dan air mentah,
mencuci tangan sebelum makan serta selalu memakai alas kaki merupakan cara yang efektif
mencegah penyebaran fasciolopsiasis.
Key Word: Fasciolopsiasis, Fasciolopsis buski, Pengembangan, Pengetahuan, Akibat,
Pemberantasnnya
PENDAHULUAN
asiolopsiasis adalah penyakit
kecacingan yang disebabkan oleh
Trematoda (Fasciolopsis buski = F.
Buski).(1,2,3,,4,5,6,7). World Helth
Organization (WHO) mengatakan
bahwa fasciolopsiasis masih tetap menjadi
masalah kesehatan masyarakat di banyak
negara(1,8,9,10) dan merupakan program dari
WHO pengendalian yang berkelanjutan.(8,9)
Para peneliti membatasi penyebaran hanya
di negara-negara Asia dan sekarang sudah
mulai ditemukan negara-negara Afrika.(1)
Sebenarnya Fasciolopsiasis hanya
tergantung dari pada pola perubahan dalam
kebiasaan makan, praktek-praktek sosial dan
pertanian, pendidikan kesehatan,
industrialisasi, dan perubahan lingkungan.(10)
Penyakit ini merupakan penyakit parasitik
yang dikatagorikan sebagai penyakit yang
kurang mendapat perhatian (neglected
disease).(3,4,5,6,7) Kalau dilihat secara
morfologi cacing ini merupakan salah satu
parasit Trematoda terbesar.(5,6,7,11,12,13) Dan
ukuran cacing ini panjang 2-7.5 cm, lebar
0.8-2 cm dan tebal ± 3 mm.(5,6,7)
Penyakit ini adalah suatu
penyimpangan biologis pada tubuh manusia
yang dimasuki bioorganisme. Kerentanan
terhadap penyakit berbeda-beda disetiap
individu dengan individu yang lain. Dari
angka statistik dapat disimpulkan bahwa
banyak penderita penyakit dari lapisan
masyarakat sosial ekonomi rendah.(5,6)
Secara endemik, penyakit kecacingan ini di
Indonesia hanya ditemukan dibeberapa desa
di Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan
prevalens antara 1.2 - 7.8%.(7) Berdasarkan
daptar pustaka F. buski hanya ada hidup di
kawasan Asia Selatan yaitu perairan rawa,
sebenarnya wilayah Banglades, Kamboja,
China Tengah dan China Selatan, Vietnam,
Malaysia, Thailand, Pakistan, dan Vietnam
serta Indonesia.(14) Fasciolopsis buski hidup
dan berkembang biak didalam usus manusia
dan hewan (misalnya: Kerbau, Kucing,
Angjing, Babi hutan dan Kambing), bentuk
pipih dan warna putih. Cacing ini menghisap
darah manusia sehiggga manusia biasanya
mengalami sakit dan anemia karena
kehilangan darah yang semakin banyak.(5)
Gejala Fasciolopsiasis tidak begitu
jelas bila terinfeksi cacing ringan, sedangkan
infeksi lebih berat gejalanya tampak jelas.
Misalnya: sakit perut, demam, assites,
anasarka dan obstruksi usus.(5,6,12,15,16,17)
Cacing ini mampu hidup sampai 12 bulan.
Tetapi pada pemeriksaan laboratriumnya
terlihat bila infeksi yang lebih berat cacing
dapat ditemukan dilambung dan bagian usus
lainnya.(5) Proses malabsorbsi terjadi apabila
jumlah tinja sangat banyak dan berisi banyak
makanan yang belum dicerna. Pada
penderita dapat mengakibatkan kematian
bila jumlah cacing yang banyak.(5)
F
Akibat Dan Cara Memberantasnya Fasciolopsis Buski (Sehatman, Hendriek ES)
28
Siklus hidup Fasciolopsis buski
dimulai ketika telur dilepaskan
unembryonated dari host mamalia melalui
feses. Seekor cacing dewasa (F. buski)
memproduksi hingga 26.000 telur setiap
hari. Untuk perkembangan selanjutnya, telur
harus mencapai air tawar. Setelah telur ini
dilepaskan ke dalam air, mereka menjadi
berembrio dan memakan waktu hingga 7
minggu untuk menetas pada suhu 27-32oc.(1)
Kemudia embrio berubah menjadi
Miracidia yang berenang renang mencari
siput dan menggunakannya sebagai hospes
perantara. Dalam siput, parasit mengalami
beberapa tahap perkembangan, dari
Mirasidia berubah menjadi sporokista dan
selanjutnya berubah menjadi serkaria.
Serkaria tersebut dilepaskan dari siput
kembali ke lingkungan air. Ini adalah fatal
bagi tuan rumah siput. Sebuah serkaria
kemudian encyst pada tanaman air (seperti
kasnya air, air caltrop, teratai, dan bambu)
menjadi metaserkaria.(1)
Host mamalia (manusia dan babi)
menjadi terinfeksi ketika mereka menelan
tanaman yang mengandung metaserkaria
parasit. Setelah dicerna, yang excyst
metaserkaria dalam duodenum dan melekat
pada dinding usus. Setelah 3 bulan, parasit
berkembang menjadi dewasa dan mulai
memproduksi telur.(1)
Para penderita penyakit F. buski
tersebut umumnya adalah anak-anak dan
belum pernah ditemukan kasus serangan
terhadap orang dewasa. Karena anak-anak
biasanya suka bermain ditanah, air dan rawa-
rawa kawasan desa tersebut kemudian
memakan apa saja yang ada di rawa seperti
buah teratai, umbi-umbian, dan buah
tanaman rawa lainnya tanpa dimasak lebih
dahulu. Maka penulis mengambil judul
Akibat dan cara memberantasnya
Fasciolopsis buski. Tujuan penulisan ini
adalah menggambarkan kejadian dan
pengendalian Fasciolopsis buski.
METODE
Peneliatain dilakukan di kabupaten
Hulu Sungai Utara yang di ambil jadi sampel
adalah Stool atau tinja diambil sebesar ujung
jempol tangan. Dengan cara kerja sebagai
berikut, kaca obyek disebelah kiri ditetesin
dengan NaCl 0,9% dan sebelah kanan
dengan 1 tetes Eusin 2%. Kemudian
ditambah dengan tinja dibagian tengah atau
permukaan yang mengandung lender, darah
atau nanah seujung lidi. Selanjutnya diaduk
dengan lidi tersebut sampai rata pada
masing-masing larutan. Kemudian ditutup
dengan kaca penutup dan diperiksa dibawah
mikroskup, diawali dengan pembesaran 10x
kemudian pembesaran 40x. Selanjutnya
diamati apakah ada telur cacing atau tidak
yang warnanya merah agak muda.18
HASIL
Hasil yang didapatkan secara
laboratorium atau parasitologi, maka
diketahui bahwa adanya Fasciolopsiosis dan
penderitanya, bisa dilihat prevalensi
Fasciolosiosis pada Grafik Prevalensi dan
Diagram Balok di Kabupaten Hulu Sungai
Utara. Diagram balok dimulai suvei sejak
tahun 1985 sampai tahun 2007 telah
diperiksa sebanyak 48.005 orang atau
sampel dengan jumlah sampel yang positif
Fasciolopsiosis sebanyak 2.211 orang. Pada
awal survei tahun 1985 ditemukan
Fasciolopsiosis 148 sampel positif dan 548
sampel negatif artinya prevalensi 27%. Pada
diagram balok kosong dan diagram
prevalensinya menunjukan nol atau 0,00%
adalah tidak dilakukan survei terhadap
kabupaten Hulu Sungai Utara tersebut.(7)
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 26 - 37
29
Sumber : Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara
Gambar 1 : Jumlah penduduk yang diperiksa Fasciolopsiasis per tahun. yang positif dan
negatif setiap tahunnya.
Keterangan : ditahun 1987-1988 tidak ada kegiatan survei pada penduduk.
Sumber : Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara
Gambar 2 : Fasciolopsiosis Grafik prevalensi sejak pertama kali ditemukan kasus (1985/1986)
sampai dengan 2007
Di daerah kabupaten Hulu Sungai
Utara letak Geografis, iklim, dan curah
hujan pada titik koordinat antara 2º - 3º
lintang selatan dan 115º - 116º bujur timur.
Wilayah Kabupaten tersebut terletak di
daerah dataran rendah dengan ketinggian
berkisar antara 0 m sampai dengan 7 m di
atas permukaan air laut dan dengan
kemiringan berkisar antara 0 persen sampai
dengan 2 persen. Suatu keadaan keadaan
iklim, geografi dan perputaran/pertemuan
Akibat Dan Cara Memberantasnya Fasciolopsis Buski (Sehatman, Hendriek ES)
30
arus udara sangat mempengaruhi terhadap
curah hujan.(5)
PEMBAHASAN:
Golongan parasit berupa cacing (F.
buski) menunjukan angka morbiditas dan
mortalitasnya yang bermakna terutama di
negara-negara yang sedang berkembang.
Sekitar 30% populasi penduduk dunia
diduga terinfeksi parasit. Banyak parasit
yang mempuyai siklus hidup yang komplek
yang sebagian terjadi didalam tubuh
manusia.(19)
Banyak sedikitnya populasi
Fasciolopsis buski mempunyai dampak yang
signifikan terhadap tinggi rendahnya
prevalensi penyakit. Fasciolopsis buski
tentunya dapat dieliminir jika kondisi fisik
lingkungan cukup mendukung yaitu kering.
Sebagai penyakit yang proses infeksinya
berlangsung singkat dan berkembang
melalui transmisi yang cepat dari seorang ke
orang lain, Fasciolopsis buski ini
memerlukan jumlah populasi manusia yang
cukup untuk memungkinkan organisme
penyakit dapat mempertahankan kehidupan
dalam host manusia, dengan demikian rantai
transmisi dapat terpelihara. Kebiasaan
penduduk yang buruk dan lingkungan fisik
yang mendukung akan memperlancar
penyebaran penyakit. Hal ini ditambah juga
dengan belum berkembangnya cara-cara dan
pengetahuan pendidikan tentang medis
(modern atau tradisional) yang dimiliki
masyarakat untuk mencegah penyebaran
penyakit.(7)
Warga Kalimantan Selatan tepatnya
di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU)
pada tahun 2005 (0,90%) di desa Kalumpang
Dalam, terserang penyakit F. buski dan
jumlah tersebut relatif menurun dibanding
tahun 1999 (5,90%). Penyakit F. buski
memiliki kemiripan seperti penyakit cacing
perut lainnya, tetapi lebih ganas. Akibatnya
penderita F. buski akan mengalami kurang
gizi, perut penderita membesar dan rambut
kepala rontok akhirnya penderita gundul.
Belum diketahui penyebab penyakit tersebut
endemis di beberapa desa kawasan berawa-
rawa Kabupaten HSU, padahal serangan
penyakit itu hampir jarang ditemukan di
Indonesia bahkan di Dunia.(6,7)
Prevalensi fasciolopsiosis sejak awal
ditemukannya kasus pada tahun 1985 sampai
tahun 2007 tidak menunjukan adanya
kecenderungan menuju angka nol koma nol.
Menurut catatan SuDin Kesehatan
kabupaten HSU dan Anorital, angka
prevalensi tersebut tidak disertai waktu
pelaksanaan survei, apakah saat hujan,
kemarau atau pancaroba. Meskipun
prevalensi pada awal penelitian tahun 1985
(27,00%) dan akhir tahun 2008 (0,30%).(7)
Oleh Karena itu secara epidemiologi
hospes perantara penting adalah siput air
tawar, dan khususnya daerah Kalimantan
Kabupaten HSU terdiri dari rawa-rawa.
Penularan pada manusia terjadi karena
makan buah dari tanaman air yang tercemar
metaserkaria cacing dengan tidak
memasaknya lebih dahulu dan jangan
membuang kotoran sembarangan (defekasi),
karena kotoran manusia merupakan salah
satu juga dari sumber penularan.
Pencegahanya dengan pengobatan penderita
yang menjadi sumber penularan, merupakan
tindakan untuk memutus mata rantai siklus
hidup F. buski. Caranya dengan menghindari
makan makanan sayur mentah dan air
mentah dan harus memakai alas kaki.
Prevalensi tahun 2001 – 2002
(2.20%-7.80%) terjadi kenaikan prevalensi
dan terjadi penurunan secara dratis hingga
tahun 2008 mencapai prevalensi 0.03%. Hal
itu disebabkan oleh berkat kerja keras dan
kegigihan Suku Dinas Kesehatan kabupaten
HSU, Para Peneliti dan Perguruan Tinggi
yang selalu mengajak masyarakat hidup
bersih dan sehat.
Pada kasus-kasus tersebut bisa
terjadi karena pergantian kondisi lingkungan
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 26 - 37
31
dalam setiap pergantian musim yaitu pada
musim hujan terjadi genangan air rawa
sampai pada kedalaman yang tinggi, dan
pada musim kemarau secara bertahap air
menjadi surut sampai akhirnya kering.
Menjelang musim kemarau penduduk mulai
bercocok tanam padi dan pala wija. Kontak
dengan tanah akan membukakan port de
entry bagi telur infektif sehingga akhirnya
ikut tertelan lewat tangan atau pada
makanan/minuman yang telah
terkontaminasi. Sejak telur matang tertelan
sampai menjadi cacing dewasa yang siap
bertelur diperlukan waktu sekitar 2 bulan.
Dalam jumlah yang banyak, cacing tersebut
dapat bergumpal dalam usus sepertibola
(bolus) menyebabkan sakit perut dan pada
anak-anak hal ini sangat membahayakan,
sehingga untuk cara mengatasinya harus
dilakukan tindakan operatif.
Ada atau tidaknya F. buski didalam
tubuh seseorang itu tergantung pada keadaan
antibodi dan antigen. Kekebalan terhadap
parasit cacing ini (F. buski), di dalam tubuh
terdapat suatu mekanisme yaitu mekanisme
tanggap kebal yang akan mengenali dan
segera memusnahkan setiap sel yang
berbeda atau asing dari sel normal tubuhnya
sendiri. Seperti pada kekebalan ini yang
mungkin disebabkan spesifitas inang,
karakteristik fisik inang, sifat biokimia yang
khas dan kebiasaan inang serta kekebalan
didapat, kekebalan ini disebut dengan
kekebalan bawaan. Kekebalan didapat
dibedakan menjadi: 1. Kekebalan secara
pasif, contohnya ialah kekebalan anak yang
didapat dari kolostrum ibunya. 2. Kekebalan
didapat secara aktif yaitu reaksi kekebalan
setelah adanya rangsangan oleh antigen.
Tergantung dari sifat antigen sehingga
terjadi pembelahan limfosit-limfosit menjadi
sel-T atau sel B. Sel T mempunyai reseptor
khusus terhadap antigen tertentu, sedangkan
sel B akan mengeluarkan antibodi yang
dikenal sebagai imunoglobulin yang akan
berikatan secara khas pula dengan
antigen.(19,20,21)
Sumber penularan bagi penyakit F.
buski adalah terutama babi dan manusia.(16)
Penularan penyakit atau parasit ini adalah
secara kontak langsung dengan kotoran
manusia / babi, melalui mulut (food-borne
parasitosis), melalui kulit (metaserkaria),
dan melalui air susu (makanan dan
minuman). Seperti halnya bagi penyakit
menular lain terjadi dari inang yang satu ke
inang yang lain. Sumber penularan F. buski
yang lain adalah organisme baik hewan
maupun tumbuhan dan benda mati seperti
tanah, air, makanan dan minuman.(16,21)
Fasciolopsiasis merupakan penyakit
asing yang terdengar masyarakat awam
seperti halnya masyarakat didaerah
pedalaman Kabupaten Hulu Sungai Utara,
Kalimantan Selatan. Penyakit ini merupakan
suatu fenomena yang komposisinya lebih
lengkap atau sangat kompleks yang
berpengaruh negatif. Namun sebenarnya
masyarakat sendiri yang menjadi sebab atau
menimbulkan penyebab suatu penyakit ini.
Masyarakat lapisan bawah menghadapi
tekanan stres, lingkungan fisik yang kurang
mendukung kesehatan serta lingkungan
sosial. Selanjutnya bagi kita harus jelas
hubungan sebab akibatnnya, apakah
penyakit menyebabkan kemiskinan ataukah
kemiskinan menyebabkan penyakit, karena
keduanya saling menyebabkan.(16)
Untuk mewujudkan kesehatan
masyarakat dapat diatasi dengan
memperbaikan fasilitas dan pelayanan
kesehatan, tetapi perlu juga adanya tindakan
pencegahan dan mengikut sertakan
masyarakat dalam menanggulanginya. Dan
untuk terlaksana kegiatan ini diperlukan
pemahaman akan berbagai faktor lingkungan
terutama secaras etiologis berkaitan dengan
berbagai jenis penyakit. Bahwa masyarakat
lapisan sosial ekonomi rendah ini memiliki
mortalitas dan morbiditas yang tinggi justru
Akibat Dan Cara Memberantasnya Fasciolopsis Buski (Sehatman, Hendriek ES)
32
dalam berbagai jenis penyakit infeksi parasit
seperti cacing Fasciolopsis buski.(16)
Penyakit cacing ini mudah menular
dan apabila sudah berada dalam usus akan
bertelur dalam jumlah yang banyak,
berkembang biak dan dapat mengeluarkan
ribuan telur tersebut bersamaan dengan
kotoran. Orang bisa terinfeksi F. buski
dikarenakan memakan tumbuhan air yang
mentah atau yang tidak dimasak dengan baik
yang berisi metaserkaria. Metaserkaria akan
mengadakan enkistasi, melekat pada mukosa
yeyenum atau duodenum dan berkembang
menjadi cacing dewasa dalam waktu 3
bulan. Penderita F. buski banyak diderita
oleh masyarakat ekonomi rendah sebab
lingkungan fisik yang kurang mendukung,
lingkungan sosial yang sangat rendah.(10,16)
Penyakit ini menginfeksi manusia
kemudian hidup berkembang ada dalam
lumen usus. Pada F. buski ini, tanaman air
merupakan tempat enkistasi yang potensial
untuk menimbulkan infeksi bagi manusia
yang mengkonsumsinya secara mentah. Jika
dalam satu tahap (fase) kehidupan kondisi
fisik lingkungan yang tidak memungkinkan
atau tidak adanya kondisi biologis yang
mendukung (tersedianya hospes perantara),
maka otomatis siklus akan terputus.(5,6,7)
Desa Kalumpang Dalam merupakan
daerah endemis Fasciolopsiosis, yaitu suatu
penyakit yang disebabkan oleh parasit
berbentuk cacing yang disebut Fasciolosis
buski yang menghuni lumen usus penderita.
Hasil surve 1990, prevalensi Fasciolopsiosis
di kabupaten Banjar tersebut berkisar antara
5,18%-27%. Penderita adalah umumnya
anak sekolah dan penduduk usia produktif,
yaitu 16-35 tahun. Pada 2002, telah
dilakukan penelitian epidemiologi yang
meliputi aspek parasitologi, biologi,
sosioantropologi tentang Fasciolopsiosis
dikabupaten Banjar tersebut.
Penyakit F. buski menyebar, tidak di
daerah sub-tropis sampai daerah tropis saja,
ini karena hygiene lingkungan yang kurang
baik seperti kebiasaan membuang kotoran.
Masyarakat atau warga desa yang
mempunyai kebiasaan membuang sampah
dan kotorannya disembarang tempat serta
debu didesa tersebut baik untuk
pertumbuhan atau perkembangan telur, dan
larvanya. Dengan demikian banyak
ditemukan tersebar luas protozoa yang
berasal dari tinja penderita, karena tidak
tersedianya jamban yang memenuhi
persyaratan kesehatan (tidak terkoordiasi
dengan pemerintah yang baik), maka akan
terjadi penyebaran parasit tersebut. Parasit
ini menginfeksi siput amphibik (Segmentina
nitidella, Segmentina hemisphaerula,
Hippeutis schmackerie, Gyraulus, Lymnaea,
Pila, Planorbis (Indoplanorbis)) setelah
dibebaskan oleh kotoran yang terinfeksi, dari
host ini menengah, metaserkaria berlindung
pada tanaman air seperti kangkung, yang
dimakan mentah oleh babi dan manusia.
Juga, air mungkin infektif saat mabuk
pemanas ("serkaria encysted ada tidak hanya
pada tanaman air, tetapi juga pada
permukaan air.").(22)
Dalam daftar pustaka bisa dilihat
bahwa Fasciolopsiasis terjadi focally dan
yang paling umum pada anak-anak usia
sekolah. Dalam fokus parasit transmisi,
prevalensi infeksi pada anak-anak berkisar
antara: 57% di daratan China, untuk 25% di
Taiwan dan dari 50% di Bangladesh dan
60% di India serta 10% di Thailand.(10,23)
Masyarakat terdiri dari berbagai
lapisan sosial dengan banyak faktor yang
menyebabkan perbedaan antara semua
lapisan sosial yang satu dengan yang lain.
Lapisan masyarakat sosial ekonomi rendah
lebih tinggi menderita suatu penyakit,
mungkin ini dikarenakan lingkungan fisik
yang kurang mendukung, serta lingkungan
sosial yang sangat rendah. Hal tersebut
mengakibatkan kerentanan masyarakat sosial
ekonomi rendah lebih sering terserang
penyakit.
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 26 - 37
33
Selain menjadikan masyarakat
sebagai suatu objek telah tentang penyakit,
masyarakat juga harus dijadikan subjek
dalam menanggulangi penyakit. Seperti
halnya kekurang-tahuan kita mengenai
penyakit yang disebabkan F. buski yang
terjadi di masyarakat, penanggulangan
setidaknya melibatkan peran serta aktif
masyarakat dan Pemerintah. Dengan cara
demikian, penyakit yang disebabkan F. buski
mendapatkan perhatian untuk ditanggulangi
dengan melibatkan dinas kesehatan
setempat, pendidikan siklus hidup
(pengetahuan tentang bahayanya telur,
sporokista, metaserkaria dan serkaria) dan
masyarakat.
Program pengendalian
diimplementasikan untuk zoonosis yang
ditularkan melalui makanan tidak
sepenuhnya berhasil untuk Fasciolopsiasis
karena tradisi yang sudah lama atau abad-
lama makan atau mengkonsumsi tanaman air
atau lalapan dan menggunakan air yang
tidak bersih atau diobati. Fasciolopsiasis
diperburuk oleh faktor-faktor sosial dan
ekonomi seperti kemiskinan, kekurangan
gizi, pasar bebas-makanan eksplosif tumbuh,
kurangnya inspeksi cukup makanan dan
sanitasi, kecacingan lainnya, dan penurunan
kondisi ekonomi.(10, 23)
Sesuai yang diutarakan oleh Keiser
J. ed all, 2009(24) dan Sadun EH ed all,
1953.(25) Infeksi paling sering terjadi pada
anak-anak usia sekolah atau di daerah
miskin dengan kurangnya sistem sanitasi
yang layak.(24,25) Pada tahun 1953 Sadun,
melaporkan tingginya angka kejadian infeksi
terjadi pada wanita dan anak-anak usia 10-
14 tahun.(25)
Sebuah penelitian yang dilaporkan
oleh Sadun EH, ed. All, bahwa F. buski
adalah endemik di Thailand Tengah,
menginfeksi sekitar 2.936 orang karena
tanaman air disebut caltrops air dan siput
host yang terkait dengan mereka. Infeksi,
atau telur yang menetas dalam lingkungan
air yang berhubungan atau berkorelasi
dengan pencemaran air diberbagai
kabupaten di Thailand, seperti Province
Ayuthaya.(25)
Di Malaysia, manusia terinfeksi
setelah makan tanaman air tawar mentah
terkontaminasi dengan metaserkaria infektif
dan belum ada laporan Fasciolopsiasis baik
pada manusia atau pada hewan. Kami
melaporkan kasus pertama Fasciolopsiasis
di Malaysia pada seorang petani perempuan
39 tahun, yang berasal dari Sabah (Malaysia
Timur). Pasien ini mengeluh batuk dan
demam untuk selama dua minggu, terkait
dengan hilangnya nafsu makan dan
kehilangan berat badan. Dia tidak memiliki
riwayat bepergian ke luar negeri.
Pemeriksaan fisik menunjukkan pucat,
beberapa kelenjar getah bening leher dan
inguinal dan hepatosplenomegali. Penelitian
laboratorium menunjukkan bahwa dia
mengalami anemia defisiensi zat besi. Ada
leukositosis dan ESR meningkat. Biopsi
kelenjar getah bening mengungkapkan
granuloma kaseosa. Pemeriksaan tinja positif
untuk telur dari Fasciolopsis buski. Telur
ukuran 140 x 72,5 microm dan operculated.
Dalam kasus ini, pasien tidak didapatkan
dengan gejala sugestif dari setiap infeksi
parasit usus. Deteksi Fasciolopsis buski telur
dalam tinja merupakan temuan
insidental.(9,11)
Untuk memberantas atau
mengendalikan F. buski, Indonesia
merupakan salah satu pusat keanekan
ragaman hayati di Dunia dan disbutkan
menduduki nomer dua setelah Brasil. Dari
sekitar 300. 000 spesies tumbuhan berbunga
yang ada di Dunia, 10% diantaranya terdapat
dan tumbuh di Indonesia bahkan sebagian
tumbuh endemis yang tidak terdapat di
negara lain. Kazahara pada tahun 1986 telah
mencatat sebanyak 7.500 spesies tumbuhan
telah digunakan oleh masyarakat untuk
Akibat Dan Cara Memberantasnya Fasciolopsis Buski (Sehatman, Hendriek ES)
34
pengobatan dan masih terdapat ribuan lagi
yang belum terinventarisasi. Tumbuhan obat
tersebut sebagian besar merupakan
tumbuhan liar yang tumbuh secara alami di
hutan hujan tropis Indonesia dan hanya
sebagian kecil saja yang telah dibudidayakan
untuk tujuan komersial. (3) Menurut laporan
dari peneliti asing, bahwa bagian tanaman
atau ekstrak tanaman telah digunakan sejak
jaman dahulu untuk mengendalikan infeksi
cacing (F. buski) dan masih digunakan
sebagai obat herbal, khususnya di negara
berkembang.(26,27,28,29)
Salah satu cara pemberantasan
penyakit kecacingan adalah mengupayakan
obat herbal yang terdiri dari tanamam obat-
obatan yang bisa bereaksi dengan enzim
yang berada dalam tubuh cacing (F. buski).
Sehingga upaya ini bisa menyebabkan
cacing mabuk atau menghancurkan
tubuhnya, sehinggga atau kemudian keluar
bersama tinja. Kegiatan enzim diubah,
seperti yang diamati di bawah pengaruh
ekstrak tumbuhan jelas menunjukkan bahwa
prinsip aktif tanaman bertindak sebagai obat
cacing. Namun diperjelas oleh pernyataan
Ananta ed all, untuk memanfaatkan tanaman
dengan tujuan komersial, itu adalah
prasyarat untuk mengisolasi dan
mengidentifikasi komponen aktif
bertanggung jawab untuk kegiatan
anthelmintik.(25) Cara penggunaan herbal
yang lain adalah memakan atau meminum
obat herbal minyak Zaitun diwaktu malam
hari dan makan jambu Biji. Minyak Zaitun
juga bisa membantu mengeluarkan cacing F.
buski dari tubuh manusia.(30)
Akibat dari kecacingan F. biski,
maka pasien ini mengeluh batuk dan demam
selama durasi dua minggu, terkait dengan
hilangnya nafsu makan dan kehilangan berat
badan. Dia tidak memiliki riwayat bepergian
ke luar negeri. Pemeriksaan fisik
menunjukkan pucat, beberapa kelenjar getah
bening leher dan inguinal dan
hepatosplenomegali. Penelitian laboratorium
menunjukkan bahwa dia mengalami anemia
defisiensi zat besi.(9,11)
Fasciolopsiasis atau Fascilopsis
buski adalah endemik di negara India bagian
timur. Sementara itu tidak berarti langka,
terutama di set up pedesaan, kesadaran
tentang infestasi parasit ini umumnya masih
merupakan entitas yang sangat dibutuhkan.
Pentingnya tingkat kuat kecurigaan dan
diagnosis dini tidak bisa terlalu ditekankan,
jika kampanye yang sukses adalah akan
diluncurkan pada kontrol. Dengan ini
sebagai tema sentral, kami melanjutkan
untuk melaporkan kasus infeksi dan
Fasciolopsis buski umumnya berat di rumah
sakit kami (India), yang telah gagal untuk
dapat didiagnosis dalam set up setengah
perkotaan di UP.(31)
Dengan semakin meningkatkan
pergerakan manusia di dunia ini maka
penyebaran penyakit yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme akan semakin cepat.
Merebaknya kejadian-kejadian penyakit
infeksi yang melanda dunia akhir-akhir ini
menyadarkan kita bahwa faktor
perlindungan tubuh terhadap infeksi
merupakan hal yang sangat penting.(32)
Masyarakat seharusnya diberi
pendidikan atau pengetahuan oleh dinas
kesehatan setempat bagaimana cara
menghindari atau memberantasnya penyakit
F. buski. Misalkan: 1. Cara berperilaku dan
kebiasaan hidup sehat dengan mencuci
makanan dan memasak makanan yang akan
dimakan sampai matang. 2. Mencuci tangan
sebelum makan dan sesudah melakukan
aktivitas (bekerja). 4. Memakai alas kaki dan
mandi tiap hari pagi dan sore untuk
menghindari infeksi F. buski. 5. Dilakukan
pemeriksaan cacing dan pengobatan secara
rutin.(16,32) 6. Diberikan pengetahuan tentang
siklus hidup F. buski.(16)
Pengobatan yang perlu dianjurkan
adalah Praziquantel yang diberikan sebagai
dosis tunggal sebesar 15mg/kg berat badan.
Obat-obat yain yang dapat diberikan adalah
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 26 - 37
35
Tetrakloretilen, Heksilresorkinol, Stilbazium
iodide, Diklorofe dn Niklosamid.(33)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Prevalensi penyakit di kabupaten
Sudin Kesehatan Hulu Sungai Utara ditahun
1985 (27,00%), 2000 (2,20%), 2002 (7,80%)
dan tahun 2008 (0,30%) serta belum pernah
ditemukan prevalensi nol koma nol,
sehingga menyebabkan F. Buski
menginfeksi kembali terhadap masyarakat
atau penduduk setempat dengan mudah.
Terutama orang-orang atau masyarakat yang
kurang pengetahuan atau pendidikan untuk
tidak mengkonsumsi bahan-bahan makanan
mentah, air minum mentah dan tidak
menggunakan alas kaki merupakan cara
yang efektif mencegah penyebaran
Fasciolopsiasis atau penyakit F. Buski.
Sebab manusia bisa terinfeksi metaserkaria
yang ada disayuran mentah tersebut.
Misalkan: dimusim hujan metaserkaria
dimungkinakan tersebar dimana-mana (di
halaman, lapangan, dan sayuran) sehingga
manusia mudah terinfeksi metaserkaria.
Saran
Penduduk selalu mendapatkan
pendidikan dan pengobatan penderita dari
Dinas Kesehatan setempat yang menjadi
sumber penularan. Hal ini merupakan tindak
pencegahan untuk memutus mata rantai
siklus hidup, dengan cara menghindari
makanan bahan mentah, air minum mentah
dan pakai alas kaki untuk menghindari
terinfeksinya F. Buski.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti ucapkan terimakasih kepada
seluruh Suku Dinas Kesehatan Kabupaten
Hulu Sungai Utara dan bapak Anorital yang
telah menyediakan bahan untuk tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mas-Coma, Bargues M.D., Valero
M.A., 2005, Fascioliasis and other plant-
borne trematode zoonoses, Volume 35,
Issues 11–12, October, International
Journal for Parasitology, Parasitic
Zoonoses - Emerging Issues p.1255–
1278.
2. Odhner TH (1902). Fasciolopsis Buski
(Lank.) [= Distomum crassum Cobb.],
ein bisher wenig bekannter Parasit des
Menschen in Ostasien. Centr. Bakt. u.
Par. XXXI.
3. Hendrik ES, Lukman W, 2009,
Inventarisasi tanaman obat cacing
didaerah endemis kecacingan F. buski di
kab. HSU, Kal Sel, Loka Litbang Tanah
Bumbu, DepKes RI, ISSN:1979-2646:
4. Brooks Geo F, Butel Jenet S, Morse SA,
2004, Jewetz, Melnick & Adelberg’s
Medical Mikrobiology, 23 thEd. The
McGraw-Hill Companies, Inc. p ;
5. Nana Novianti, 2010, Pengaruh
Fasciolopsis buski terhadap Anemia di
Desa Kalumpang Dalam, UNDIP.
6. Anorital, 2004, Model Penanggulangan
Fasciolopsis buski di Kalimantan Selatan
dengan Pendekatan Sosial Budaya,
Media_Penelitian_Kesehatan, NIHRD
7. Anorital, 2008, Penyakit Kecacingan
(Fasciolopsosis) dikabupaten Hulu
Sungai Utara Kalimantan Selatan,
Balitbangkes, DepKes. RI.
8. CDC, 2012, Parasites - Fasciolopsiasis
(Fasciolopsis infection), Centers for
Disease Control and Prevention”, 1600
Clifton Rd. Atlanta, GA 30333, USA,
800-CDC-INFO (800-232-4636) TTY:
(888) 232-6348.
9. Mahajan RK, Duggal S, Biswas NK,
Duggal N, Hans C., 2010, A finding of
live Fasciolopsis buski in an ileostomy
Akibat Dan Cara Memberantasnya Fasciolopsis Buski (Sehatman, Hendriek ES)
36
opening. PubMed, J Infect Dev Ctries.
2010 Jun 30;4(6):401-3.
10. Graczyk Thaddeus K., Gilman Robert
H., Fried Bernard, 2000,
Fasciolopsiasis: is it a controllable food-
borne disease?, Purchase on
Springer.com}.
11. Rohela M, Jamaiah I, Menon J, Rachel
J., 2005, Fasciolopsiasis: a first case
report from Malaysia. Fasciolopsiasis:
se, PMID: 15916055, [PubMed, J Trop
Med Public Health - indexed for
MEDLINE],p. 36(2):456-8.
12. Xanedia Fifi, 2013, Fasciolopsis buski
Presentation Transcript, The Medical
Paracitology of Fb of BioMedial
Science;
13. Roberts LS, Janovy, J, Jr., 2009,
Foundations of Parasitology. McGraw
Hill, New York, USA, pp. 272–273.
ISBN 0-07-302827-4;
14. http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Fa
sciolopsiasis.Htm The FDA, 2013,
Parasitis & HEALTH, Fasciolopsiasis,
12072013.
15. Bhattacharjee HK, Yadav D, Bagga D.,
2001,. "Fasciolopsiasis presenting as
intestinal perforation: a case report".
Trop Gastroenterol 30 (1): 40–41.
PMID 19624087.
16. Chin J., 2000, Control of Communicable
Desease Manual, ed II, Atlanta USA, p
230-232
17. Lee, T.-H., Huang, C.-T. and Chung, C.-
S., 2011, Gastrointestinal: Fasciolopsis
buski infestation diagnosed by upper
gastrointestinal endoscopy. Journal of
Gastroenterology and Hepatology,
26: 1464. doi: 10.1111/j.1440-
1746.2011.06697.
18. Ary Dharmawan GP., Laporan
Praktikum Pemeriksaan Feses, Di Jan
01, 2013).
19. Bratawidjaja KG., 2006, Immunologi
Dasar, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, ed. 7, pp. 109 -138
20. Kresno SB., 2003, Imunologi: diagnosis
dan Prosedur Laboratorium, ed. 4,
fakultas kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, pp. 182-184. ISSB
979-496-251-1
21. Pakde sofa, 2008, Menambah
Pengetahuan Tentang Parasitologi.
22. Weng YL, Zhuang ZL, Jiang HP, Lin
GR, Lin JJ, 1989, Studies on ecology of
Fasciolopsis buski and control strategy
of fasciolopsiasis. Zhongguo Ji Sheng
Chong Xue Yu Ji Sheng Chong Bing Za
Zhi (in Chinese) 7 (2): 108–111.
PMID 2805255.]
23. Graczyk TK, Gilman RH, Fried B.,
2001, Fasciolopsiasis: is it a controllable
food-borne disease?, ;87(1):80-83,
PMID: 11199855. 24. Keiser J, Utzinger J. (2009). Food-borne
trematodiases, Clin Microbiol Rev. 22 (3): 466–483. doi:10.1128/CMR.00012-09. PMID 19597009.]
25. Sadun EH, Maiphoom C (1953). Studies
on the epidemiology of the human
intestinal fluke, Fasciolopsis Buski in
Central Thailand. American Journal of
Tropical Medicine and Hygiene 2 (6):
1070–1084. PMID 13104816.
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 26 - 37
37
26. nanta Swargiary, Bishnupada Roy and
Bhabesh Ronghang, 2013, Partial
characterisation of alkaline phosphatase
in Fasciolopsis buski – an intestinal
fluke treated with crude extract of
Alpinia nigra (Zingiberaceae), Journal,
Pharmaceutical Technology & Drug
Research, ISSN 2050-120X, DOI :
http://dx.doi.org/10.7243/2050-120X-2-
5;
27. Tandon T., Das B., 2007, In vitro testing
of anthelmintic efficacy of Flemingia
vestita (Fabaceae) on carbohydrate
metabolism in Rallietina echinobothrida,
Vol. 42, Issue 4, DOI P330–338.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ymeth.2007.0
1.005.;
28. Jamshidi M, Mohraz M, Zangeneh M,
Jamshidi A., 2008, The effect of
combination therapy with albendazole
and praziquantel on hydatid cyst
treatment. PubMed,103(1):195-9. doi:
10.1007/s00436-008-0954.
29. Bishnupada Roy, and Ananta Swargiary,
2009, Anthelmintic efficacy of ethanolic
shoot extract of Alpinia nigra on
tegumental enzymes of Fasciolopsis
buski, a giant intestinal parasite, J Parasit
Dis. 33(1-2): 48–53. doi:
10.1007/s12639-009-0008-1, PMCID:
PMC3454137}
30. Hulda_Clark , MD., 2013, Re:
Fasciolopsis buski - Intestinal Fluke,
http://curezone.com/upload/_D_Forums/
Dr_Clark/Cure_for_all_Diseases_Hulda
_Clark_.pdf
31. Muralidhar S, Srivastava L, Aggarwal P,
Jain N, Sharma DK.,2000,
Fasciolopsiasis--a persisting problem in
eastern U.P.--a case report. Indian J
Pathol Microbiol. PubMed, p.69-71.
New Delhi. PMID:12583424,PubMed
32. Maksum Radji, 2004, Pemberian vaksin
melalui tanaman transgenik, Review
artikel, Departemen Farmasi, FMIPA
Universitas Indonesia, Depok. ISSN :
1693-9883, Majalah Ilmu Kefarmasian,
Vol. I, No.1,p. 1 – 9,
33. Soedarto, 2003, Zoonosis Kedokteran,
Erlangga university Press, Surabaya,
ISBN:979-8990-21-8.