AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …

12
Akibat Dan Cara Memberantasnya Fasciolopsis Buski (Sehatman, Hendriek ES) 26 AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI Due to and How Combating Fasciolopsis Buski Sehatman, Hendriek ES [email protected] BadanPenelitiandanPengembanganKesehatan KementerianKesehatan RI Abstrak. Fasciolopsiasis worm disease is a disease caused by trematodes (Fasciolopsis buski). This disease is transmitted through direct contact with the feces of humans and pigs, including aquatic plants, and snails. WHO said that Fasciolopsiasis remains a public health problem in many countries and is a program of continuous control of WHO. Although the government considers Fasciolopsiasis remains a public health problem due to frequent changes in eating habits, changes in social practices and agriculture, education, health, industrialization, and environmental changes. Global climate change now and it seems increasingly affect Fasciolopsisbuski worm, snail-borne, which is highly dependent on environmental factors. Fasiolopsiasis is a good example of parasitic diseases emerging or re-emerging in many countries. Fasciolopsiasis is mostly infecting the children. This research aims: to develop or deepen the writing material and analyze events as well as a comprehensive and effective eradication. Research using the method of taking the annual report Hulu Sungai Utara Sub- Department of Health and Anorital 2004 / 2008. The trick is taken by a stick stool (the tip of a stick) didicampur with 0.9% NaCl plus 1 drop Eusin 2% and then thoroughly mixed and covered with a glass lid. Further reading below mikroskup the initial magnification 40x to 10x then see atat worm eggs. Hasilya can be seen a block diagram starts suvei from 1985 to 2007 has examined as many as 48.005 people, or sample the number of positive samples Fasciolopsiosis as many as 2.211 people and the rest negative. At the beginning of the survey in 1985 found Fasciolopsiosis 148 positive samples (27% prevalence) and 548 negative samples. In the empty block diagram and diagram shows the prevalence of zero or 0.00% are not carried out a survey of district Upper North River (HSU) and the other regions did not participate in the study. Conclusion: to break the chain of the life cycle of F. buski. How: provide education and knowledge to not consume raw food materials and raw water, wash hands before eating and always wear footwear is an effective way to prevent the spread of fasciolopsiasis. Key Word:Fasciolopsiasis, Fasciolopsisbuski, Development, Education, Knowledge. Abstract. Fasciolopsiasis adalah penyakit kecacingan yang disebabkan oleh Trematoda (Fasciolopsis buski). Penyakit ini yang ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja manusia dan babi, termasuk dalam tumbuhan air, dan siput. WHO mengatakan bahwa Fasciolopsiasis masih tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat diberbagai negara dan merupakan program dari WHO pengendalian yang berkelanjutan. Meskipun pemerintah menganggap Fasciolopsiasis masih menjadi masalah kesehatan karena masyarakat sering berubah dalam kebiasaan makan, perubahan dalam praktek- praktek sosial dan pertanian, pendidikan kesehatan, industrialisasi, dan perubahan lingkungan. Perubahan iklim sekarang dan global tampaknya semakin mempengaruhi kecacingan Fasciolopsis buski, siput-borne, yang sangat tergantung pada faktor lingkungan. Fasiolopsiasis adalah contoh yang baik dari penyakit parasit yang muncul atau re-emerging dibanyak negara. Fasciolopsiasis ini sebagian besar menginfeksi pada anak-anak. Penulisan ini bertujuan: untuk mengembangkan atau mendalami materi penulisan dan menganalisis kejadian serta pemberantasan yang komprehensif dan efektif. Penelitian menggunakan metode pengambilan laporan tahunan Sudin Kesehatan Hulu Sungai Utara dan Anorital 2004 / 2008. Caranya adalah tinja diambil dengan lidi (seujung lidi) didicampur dengan NaCl 0,9% ditambah 1 tetes Eusin 2% kemudian dicampur rata dan ditutup dengan kaca penutup. Selanjutnya dibaca dibawah mikroskup dengan pembesaran awal 10x kemudian 40x untuk

Transcript of AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …

Page 1: AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …

Akibat Dan Cara Memberantasnya Fasciolopsis Buski (Sehatman, Hendriek ES)

26

AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI

Due to and How Combating Fasciolopsis Buski

Sehatman, Hendriek ES

[email protected]

BadanPenelitiandanPengembanganKesehatan

KementerianKesehatan RI

Abstrak. Fasciolopsiasis worm disease is a disease caused by trematodes (Fasciolopsis buski). This

disease is transmitted through direct contact with the feces of humans and pigs, including aquatic

plants, and snails. WHO said that Fasciolopsiasis remains a public health problem in many countries

and is a program of continuous control of WHO. Although the government considers Fasciolopsiasis

remains a public health problem due to frequent changes in eating habits, changes in social practices

and agriculture, education, health, industrialization, and environmental changes. Global climate

change now and it seems increasingly affect Fasciolopsisbuski worm, snail-borne, which is highly

dependent on environmental factors. Fasiolopsiasis is a good example of parasitic diseases emerging

or re-emerging in many countries. Fasciolopsiasis is mostly infecting the children. This research aims:

to develop or deepen the writing material and analyze events as well as a comprehensive and effective

eradication. Research using the method of taking the annual report Hulu Sungai Utara Sub-

Department of Health and Anorital 2004 / 2008. The trick is taken by a stick stool (the tip of a stick)

didicampur with 0.9% NaCl plus 1 drop Eusin 2% and then thoroughly mixed and covered with a

glass lid. Further reading below mikroskup the initial magnification 40x to 10x then see atat worm

eggs. Hasilya can be seen a block diagram starts suvei from 1985 to 2007 has examined as many as

48.005 people, or sample the number of positive samples Fasciolopsiosis as many as 2.211 people and

the rest negative. At the beginning of the survey in 1985 found Fasciolopsiosis 148 positive samples

(27% prevalence) and 548 negative samples. In the empty block diagram and diagram shows the

prevalence of zero or 0.00% are not carried out a survey of district Upper North River (HSU) and the

other regions did not participate in the study. Conclusion: to break the chain of the life cycle of F.

buski. How: provide education and knowledge to not consume raw food materials and raw water,

wash hands before eating and always wear footwear is an effective way to prevent the spread of

fasciolopsiasis.

Key Word:Fasciolopsiasis, Fasciolopsisbuski, Development, Education, Knowledge.

Abstract. Fasciolopsiasis adalah penyakit kecacingan yang disebabkan oleh Trematoda (Fasciolopsis

buski). Penyakit ini yang ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja manusia dan babi, termasuk

dalam tumbuhan air, dan siput. WHO mengatakan bahwa Fasciolopsiasis masih tetap menjadi

masalah kesehatan masyarakat diberbagai negara dan merupakan program dari WHO pengendalian

yang berkelanjutan. Meskipun pemerintah menganggap Fasciolopsiasis masih menjadi masalah

kesehatan karena masyarakat sering berubah dalam kebiasaan makan, perubahan dalam praktek-

praktek sosial dan pertanian, pendidikan kesehatan, industrialisasi, dan perubahan lingkungan.

Perubahan iklim sekarang dan global tampaknya semakin mempengaruhi kecacingan Fasciolopsis

buski, siput-borne, yang sangat tergantung pada faktor lingkungan. Fasiolopsiasis adalah contoh yang

baik dari penyakit parasit yang muncul atau re-emerging dibanyak negara. Fasciolopsiasis ini

sebagian besar menginfeksi pada anak-anak. Penulisan ini bertujuan: untuk mengembangkan atau

mendalami materi penulisan dan menganalisis kejadian serta pemberantasan yang komprehensif dan

efektif. Penelitian menggunakan metode pengambilan laporan tahunan Sudin Kesehatan Hulu Sungai

Utara dan Anorital 2004 / 2008. Caranya adalah tinja diambil dengan lidi (seujung lidi) didicampur

dengan NaCl 0,9% ditambah 1 tetes Eusin 2% kemudian dicampur rata dan ditutup dengan kaca

penutup. Selanjutnya dibaca dibawah mikroskup dengan pembesaran awal 10x kemudian 40x untuk

Page 2: AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …

Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 26 - 37

27

melihat telur atat cacing. Hasilya bisa dilihat diagram balok dimulai suvei sejak tahun 1985 sampai

tahun 2007 telah diperiksa sebanyak 48.005 orang atau sampel dengan jumlah sampel yang positif

Fasciolopsiosis sebanyak 2.211 orang dan sisanya negatif. Pada awal survei tahun 1985 ditemukan

Fasciolopsiosis 148 sampel positif (prevalensinya 27%) dan 548 sampel negative. Pada diagram balok

kosong dan diagram prevalensinya menunjukan nol atau 0,00% adalah tidak dilakukan survei

terhadap kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) tersebut dan daerah lainnya tidak ikut dalam penelitian.

Kesimpulan: dengan memutus mata rantai siklus kehidupan F. buski. Caranya: memberikan

pendidikan dan pengetahuan untuk tidak mengkonsumsi bahan makanan mentah dan air mentah,

mencuci tangan sebelum makan serta selalu memakai alas kaki merupakan cara yang efektif

mencegah penyebaran fasciolopsiasis.

Key Word: Fasciolopsiasis, Fasciolopsis buski, Pengembangan, Pengetahuan, Akibat,

Pemberantasnnya

PENDAHULUAN

asiolopsiasis adalah penyakit

kecacingan yang disebabkan oleh

Trematoda (Fasciolopsis buski = F.

Buski).(1,2,3,,4,5,6,7). World Helth

Organization (WHO) mengatakan

bahwa fasciolopsiasis masih tetap menjadi

masalah kesehatan masyarakat di banyak

negara(1,8,9,10) dan merupakan program dari

WHO pengendalian yang berkelanjutan.(8,9)

Para peneliti membatasi penyebaran hanya

di negara-negara Asia dan sekarang sudah

mulai ditemukan negara-negara Afrika.(1)

Sebenarnya Fasciolopsiasis hanya

tergantung dari pada pola perubahan dalam

kebiasaan makan, praktek-praktek sosial dan

pertanian, pendidikan kesehatan,

industrialisasi, dan perubahan lingkungan.(10)

Penyakit ini merupakan penyakit parasitik

yang dikatagorikan sebagai penyakit yang

kurang mendapat perhatian (neglected

disease).(3,4,5,6,7) Kalau dilihat secara

morfologi cacing ini merupakan salah satu

parasit Trematoda terbesar.(5,6,7,11,12,13) Dan

ukuran cacing ini panjang 2-7.5 cm, lebar

0.8-2 cm dan tebal ± 3 mm.(5,6,7)

Penyakit ini adalah suatu

penyimpangan biologis pada tubuh manusia

yang dimasuki bioorganisme. Kerentanan

terhadap penyakit berbeda-beda disetiap

individu dengan individu yang lain. Dari

angka statistik dapat disimpulkan bahwa

banyak penderita penyakit dari lapisan

masyarakat sosial ekonomi rendah.(5,6)

Secara endemik, penyakit kecacingan ini di

Indonesia hanya ditemukan dibeberapa desa

di Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan

prevalens antara 1.2 - 7.8%.(7) Berdasarkan

daptar pustaka F. buski hanya ada hidup di

kawasan Asia Selatan yaitu perairan rawa,

sebenarnya wilayah Banglades, Kamboja,

China Tengah dan China Selatan, Vietnam,

Malaysia, Thailand, Pakistan, dan Vietnam

serta Indonesia.(14) Fasciolopsis buski hidup

dan berkembang biak didalam usus manusia

dan hewan (misalnya: Kerbau, Kucing,

Angjing, Babi hutan dan Kambing), bentuk

pipih dan warna putih. Cacing ini menghisap

darah manusia sehiggga manusia biasanya

mengalami sakit dan anemia karena

kehilangan darah yang semakin banyak.(5)

Gejala Fasciolopsiasis tidak begitu

jelas bila terinfeksi cacing ringan, sedangkan

infeksi lebih berat gejalanya tampak jelas.

Misalnya: sakit perut, demam, assites,

anasarka dan obstruksi usus.(5,6,12,15,16,17)

Cacing ini mampu hidup sampai 12 bulan.

Tetapi pada pemeriksaan laboratriumnya

terlihat bila infeksi yang lebih berat cacing

dapat ditemukan dilambung dan bagian usus

lainnya.(5) Proses malabsorbsi terjadi apabila

jumlah tinja sangat banyak dan berisi banyak

makanan yang belum dicerna. Pada

penderita dapat mengakibatkan kematian

bila jumlah cacing yang banyak.(5)

F

Page 3: AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …

Akibat Dan Cara Memberantasnya Fasciolopsis Buski (Sehatman, Hendriek ES)

28

Siklus hidup Fasciolopsis buski

dimulai ketika telur dilepaskan

unembryonated dari host mamalia melalui

feses. Seekor cacing dewasa (F. buski)

memproduksi hingga 26.000 telur setiap

hari. Untuk perkembangan selanjutnya, telur

harus mencapai air tawar. Setelah telur ini

dilepaskan ke dalam air, mereka menjadi

berembrio dan memakan waktu hingga 7

minggu untuk menetas pada suhu 27-32oc.(1)

Kemudia embrio berubah menjadi

Miracidia yang berenang renang mencari

siput dan menggunakannya sebagai hospes

perantara. Dalam siput, parasit mengalami

beberapa tahap perkembangan, dari

Mirasidia berubah menjadi sporokista dan

selanjutnya berubah menjadi serkaria.

Serkaria tersebut dilepaskan dari siput

kembali ke lingkungan air. Ini adalah fatal

bagi tuan rumah siput. Sebuah serkaria

kemudian encyst pada tanaman air (seperti

kasnya air, air caltrop, teratai, dan bambu)

menjadi metaserkaria.(1)

Host mamalia (manusia dan babi)

menjadi terinfeksi ketika mereka menelan

tanaman yang mengandung metaserkaria

parasit. Setelah dicerna, yang excyst

metaserkaria dalam duodenum dan melekat

pada dinding usus. Setelah 3 bulan, parasit

berkembang menjadi dewasa dan mulai

memproduksi telur.(1)

Para penderita penyakit F. buski

tersebut umumnya adalah anak-anak dan

belum pernah ditemukan kasus serangan

terhadap orang dewasa. Karena anak-anak

biasanya suka bermain ditanah, air dan rawa-

rawa kawasan desa tersebut kemudian

memakan apa saja yang ada di rawa seperti

buah teratai, umbi-umbian, dan buah

tanaman rawa lainnya tanpa dimasak lebih

dahulu. Maka penulis mengambil judul

Akibat dan cara memberantasnya

Fasciolopsis buski. Tujuan penulisan ini

adalah menggambarkan kejadian dan

pengendalian Fasciolopsis buski.

METODE

Peneliatain dilakukan di kabupaten

Hulu Sungai Utara yang di ambil jadi sampel

adalah Stool atau tinja diambil sebesar ujung

jempol tangan. Dengan cara kerja sebagai

berikut, kaca obyek disebelah kiri ditetesin

dengan NaCl 0,9% dan sebelah kanan

dengan 1 tetes Eusin 2%. Kemudian

ditambah dengan tinja dibagian tengah atau

permukaan yang mengandung lender, darah

atau nanah seujung lidi. Selanjutnya diaduk

dengan lidi tersebut sampai rata pada

masing-masing larutan. Kemudian ditutup

dengan kaca penutup dan diperiksa dibawah

mikroskup, diawali dengan pembesaran 10x

kemudian pembesaran 40x. Selanjutnya

diamati apakah ada telur cacing atau tidak

yang warnanya merah agak muda.18

HASIL

Hasil yang didapatkan secara

laboratorium atau parasitologi, maka

diketahui bahwa adanya Fasciolopsiosis dan

penderitanya, bisa dilihat prevalensi

Fasciolosiosis pada Grafik Prevalensi dan

Diagram Balok di Kabupaten Hulu Sungai

Utara. Diagram balok dimulai suvei sejak

tahun 1985 sampai tahun 2007 telah

diperiksa sebanyak 48.005 orang atau

sampel dengan jumlah sampel yang positif

Fasciolopsiosis sebanyak 2.211 orang. Pada

awal survei tahun 1985 ditemukan

Fasciolopsiosis 148 sampel positif dan 548

sampel negatif artinya prevalensi 27%. Pada

diagram balok kosong dan diagram

prevalensinya menunjukan nol atau 0,00%

adalah tidak dilakukan survei terhadap

kabupaten Hulu Sungai Utara tersebut.(7)

Page 4: AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …

Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 26 - 37

29

Sumber : Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara

Gambar 1 : Jumlah penduduk yang diperiksa Fasciolopsiasis per tahun. yang positif dan

negatif setiap tahunnya.

Keterangan : ditahun 1987-1988 tidak ada kegiatan survei pada penduduk.

Sumber : Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara

Gambar 2 : Fasciolopsiosis Grafik prevalensi sejak pertama kali ditemukan kasus (1985/1986)

sampai dengan 2007

Di daerah kabupaten Hulu Sungai

Utara letak Geografis, iklim, dan curah

hujan pada titik koordinat antara 2º - 3º

lintang selatan dan 115º - 116º bujur timur.

Wilayah Kabupaten tersebut terletak di

daerah dataran rendah dengan ketinggian

berkisar antara 0 m sampai dengan 7 m di

atas permukaan air laut dan dengan

kemiringan berkisar antara 0 persen sampai

dengan 2 persen. Suatu keadaan keadaan

iklim, geografi dan perputaran/pertemuan

Page 5: AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …

Akibat Dan Cara Memberantasnya Fasciolopsis Buski (Sehatman, Hendriek ES)

30

arus udara sangat mempengaruhi terhadap

curah hujan.(5)

PEMBAHASAN:

Golongan parasit berupa cacing (F.

buski) menunjukan angka morbiditas dan

mortalitasnya yang bermakna terutama di

negara-negara yang sedang berkembang.

Sekitar 30% populasi penduduk dunia

diduga terinfeksi parasit. Banyak parasit

yang mempuyai siklus hidup yang komplek

yang sebagian terjadi didalam tubuh

manusia.(19)

Banyak sedikitnya populasi

Fasciolopsis buski mempunyai dampak yang

signifikan terhadap tinggi rendahnya

prevalensi penyakit. Fasciolopsis buski

tentunya dapat dieliminir jika kondisi fisik

lingkungan cukup mendukung yaitu kering.

Sebagai penyakit yang proses infeksinya

berlangsung singkat dan berkembang

melalui transmisi yang cepat dari seorang ke

orang lain, Fasciolopsis buski ini

memerlukan jumlah populasi manusia yang

cukup untuk memungkinkan organisme

penyakit dapat mempertahankan kehidupan

dalam host manusia, dengan demikian rantai

transmisi dapat terpelihara. Kebiasaan

penduduk yang buruk dan lingkungan fisik

yang mendukung akan memperlancar

penyebaran penyakit. Hal ini ditambah juga

dengan belum berkembangnya cara-cara dan

pengetahuan pendidikan tentang medis

(modern atau tradisional) yang dimiliki

masyarakat untuk mencegah penyebaran

penyakit.(7)

Warga Kalimantan Selatan tepatnya

di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU)

pada tahun 2005 (0,90%) di desa Kalumpang

Dalam, terserang penyakit F. buski dan

jumlah tersebut relatif menurun dibanding

tahun 1999 (5,90%). Penyakit F. buski

memiliki kemiripan seperti penyakit cacing

perut lainnya, tetapi lebih ganas. Akibatnya

penderita F. buski akan mengalami kurang

gizi, perut penderita membesar dan rambut

kepala rontok akhirnya penderita gundul.

Belum diketahui penyebab penyakit tersebut

endemis di beberapa desa kawasan berawa-

rawa Kabupaten HSU, padahal serangan

penyakit itu hampir jarang ditemukan di

Indonesia bahkan di Dunia.(6,7)

Prevalensi fasciolopsiosis sejak awal

ditemukannya kasus pada tahun 1985 sampai

tahun 2007 tidak menunjukan adanya

kecenderungan menuju angka nol koma nol.

Menurut catatan SuDin Kesehatan

kabupaten HSU dan Anorital, angka

prevalensi tersebut tidak disertai waktu

pelaksanaan survei, apakah saat hujan,

kemarau atau pancaroba. Meskipun

prevalensi pada awal penelitian tahun 1985

(27,00%) dan akhir tahun 2008 (0,30%).(7)

Oleh Karena itu secara epidemiologi

hospes perantara penting adalah siput air

tawar, dan khususnya daerah Kalimantan

Kabupaten HSU terdiri dari rawa-rawa.

Penularan pada manusia terjadi karena

makan buah dari tanaman air yang tercemar

metaserkaria cacing dengan tidak

memasaknya lebih dahulu dan jangan

membuang kotoran sembarangan (defekasi),

karena kotoran manusia merupakan salah

satu juga dari sumber penularan.

Pencegahanya dengan pengobatan penderita

yang menjadi sumber penularan, merupakan

tindakan untuk memutus mata rantai siklus

hidup F. buski. Caranya dengan menghindari

makan makanan sayur mentah dan air

mentah dan harus memakai alas kaki.

Prevalensi tahun 2001 – 2002

(2.20%-7.80%) terjadi kenaikan prevalensi

dan terjadi penurunan secara dratis hingga

tahun 2008 mencapai prevalensi 0.03%. Hal

itu disebabkan oleh berkat kerja keras dan

kegigihan Suku Dinas Kesehatan kabupaten

HSU, Para Peneliti dan Perguruan Tinggi

yang selalu mengajak masyarakat hidup

bersih dan sehat.

Pada kasus-kasus tersebut bisa

terjadi karena pergantian kondisi lingkungan

Page 6: AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …

Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 26 - 37

31

dalam setiap pergantian musim yaitu pada

musim hujan terjadi genangan air rawa

sampai pada kedalaman yang tinggi, dan

pada musim kemarau secara bertahap air

menjadi surut sampai akhirnya kering.

Menjelang musim kemarau penduduk mulai

bercocok tanam padi dan pala wija. Kontak

dengan tanah akan membukakan port de

entry bagi telur infektif sehingga akhirnya

ikut tertelan lewat tangan atau pada

makanan/minuman yang telah

terkontaminasi. Sejak telur matang tertelan

sampai menjadi cacing dewasa yang siap

bertelur diperlukan waktu sekitar 2 bulan.

Dalam jumlah yang banyak, cacing tersebut

dapat bergumpal dalam usus sepertibola

(bolus) menyebabkan sakit perut dan pada

anak-anak hal ini sangat membahayakan,

sehingga untuk cara mengatasinya harus

dilakukan tindakan operatif.

Ada atau tidaknya F. buski didalam

tubuh seseorang itu tergantung pada keadaan

antibodi dan antigen. Kekebalan terhadap

parasit cacing ini (F. buski), di dalam tubuh

terdapat suatu mekanisme yaitu mekanisme

tanggap kebal yang akan mengenali dan

segera memusnahkan setiap sel yang

berbeda atau asing dari sel normal tubuhnya

sendiri. Seperti pada kekebalan ini yang

mungkin disebabkan spesifitas inang,

karakteristik fisik inang, sifat biokimia yang

khas dan kebiasaan inang serta kekebalan

didapat, kekebalan ini disebut dengan

kekebalan bawaan. Kekebalan didapat

dibedakan menjadi: 1. Kekebalan secara

pasif, contohnya ialah kekebalan anak yang

didapat dari kolostrum ibunya. 2. Kekebalan

didapat secara aktif yaitu reaksi kekebalan

setelah adanya rangsangan oleh antigen.

Tergantung dari sifat antigen sehingga

terjadi pembelahan limfosit-limfosit menjadi

sel-T atau sel B. Sel T mempunyai reseptor

khusus terhadap antigen tertentu, sedangkan

sel B akan mengeluarkan antibodi yang

dikenal sebagai imunoglobulin yang akan

berikatan secara khas pula dengan

antigen.(19,20,21)

Sumber penularan bagi penyakit F.

buski adalah terutama babi dan manusia.(16)

Penularan penyakit atau parasit ini adalah

secara kontak langsung dengan kotoran

manusia / babi, melalui mulut (food-borne

parasitosis), melalui kulit (metaserkaria),

dan melalui air susu (makanan dan

minuman). Seperti halnya bagi penyakit

menular lain terjadi dari inang yang satu ke

inang yang lain. Sumber penularan F. buski

yang lain adalah organisme baik hewan

maupun tumbuhan dan benda mati seperti

tanah, air, makanan dan minuman.(16,21)

Fasciolopsiasis merupakan penyakit

asing yang terdengar masyarakat awam

seperti halnya masyarakat didaerah

pedalaman Kabupaten Hulu Sungai Utara,

Kalimantan Selatan. Penyakit ini merupakan

suatu fenomena yang komposisinya lebih

lengkap atau sangat kompleks yang

berpengaruh negatif. Namun sebenarnya

masyarakat sendiri yang menjadi sebab atau

menimbulkan penyebab suatu penyakit ini.

Masyarakat lapisan bawah menghadapi

tekanan stres, lingkungan fisik yang kurang

mendukung kesehatan serta lingkungan

sosial. Selanjutnya bagi kita harus jelas

hubungan sebab akibatnnya, apakah

penyakit menyebabkan kemiskinan ataukah

kemiskinan menyebabkan penyakit, karena

keduanya saling menyebabkan.(16)

Untuk mewujudkan kesehatan

masyarakat dapat diatasi dengan

memperbaikan fasilitas dan pelayanan

kesehatan, tetapi perlu juga adanya tindakan

pencegahan dan mengikut sertakan

masyarakat dalam menanggulanginya. Dan

untuk terlaksana kegiatan ini diperlukan

pemahaman akan berbagai faktor lingkungan

terutama secaras etiologis berkaitan dengan

berbagai jenis penyakit. Bahwa masyarakat

lapisan sosial ekonomi rendah ini memiliki

mortalitas dan morbiditas yang tinggi justru

Page 7: AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …

Akibat Dan Cara Memberantasnya Fasciolopsis Buski (Sehatman, Hendriek ES)

32

dalam berbagai jenis penyakit infeksi parasit

seperti cacing Fasciolopsis buski.(16)

Penyakit cacing ini mudah menular

dan apabila sudah berada dalam usus akan

bertelur dalam jumlah yang banyak,

berkembang biak dan dapat mengeluarkan

ribuan telur tersebut bersamaan dengan

kotoran. Orang bisa terinfeksi F. buski

dikarenakan memakan tumbuhan air yang

mentah atau yang tidak dimasak dengan baik

yang berisi metaserkaria. Metaserkaria akan

mengadakan enkistasi, melekat pada mukosa

yeyenum atau duodenum dan berkembang

menjadi cacing dewasa dalam waktu 3

bulan. Penderita F. buski banyak diderita

oleh masyarakat ekonomi rendah sebab

lingkungan fisik yang kurang mendukung,

lingkungan sosial yang sangat rendah.(10,16)

Penyakit ini menginfeksi manusia

kemudian hidup berkembang ada dalam

lumen usus. Pada F. buski ini, tanaman air

merupakan tempat enkistasi yang potensial

untuk menimbulkan infeksi bagi manusia

yang mengkonsumsinya secara mentah. Jika

dalam satu tahap (fase) kehidupan kondisi

fisik lingkungan yang tidak memungkinkan

atau tidak adanya kondisi biologis yang

mendukung (tersedianya hospes perantara),

maka otomatis siklus akan terputus.(5,6,7)

Desa Kalumpang Dalam merupakan

daerah endemis Fasciolopsiosis, yaitu suatu

penyakit yang disebabkan oleh parasit

berbentuk cacing yang disebut Fasciolosis

buski yang menghuni lumen usus penderita.

Hasil surve 1990, prevalensi Fasciolopsiosis

di kabupaten Banjar tersebut berkisar antara

5,18%-27%. Penderita adalah umumnya

anak sekolah dan penduduk usia produktif,

yaitu 16-35 tahun. Pada 2002, telah

dilakukan penelitian epidemiologi yang

meliputi aspek parasitologi, biologi,

sosioantropologi tentang Fasciolopsiosis

dikabupaten Banjar tersebut.

Penyakit F. buski menyebar, tidak di

daerah sub-tropis sampai daerah tropis saja,

ini karena hygiene lingkungan yang kurang

baik seperti kebiasaan membuang kotoran.

Masyarakat atau warga desa yang

mempunyai kebiasaan membuang sampah

dan kotorannya disembarang tempat serta

debu didesa tersebut baik untuk

pertumbuhan atau perkembangan telur, dan

larvanya. Dengan demikian banyak

ditemukan tersebar luas protozoa yang

berasal dari tinja penderita, karena tidak

tersedianya jamban yang memenuhi

persyaratan kesehatan (tidak terkoordiasi

dengan pemerintah yang baik), maka akan

terjadi penyebaran parasit tersebut. Parasit

ini menginfeksi siput amphibik (Segmentina

nitidella, Segmentina hemisphaerula,

Hippeutis schmackerie, Gyraulus, Lymnaea,

Pila, Planorbis (Indoplanorbis)) setelah

dibebaskan oleh kotoran yang terinfeksi, dari

host ini menengah, metaserkaria berlindung

pada tanaman air seperti kangkung, yang

dimakan mentah oleh babi dan manusia.

Juga, air mungkin infektif saat mabuk

pemanas ("serkaria encysted ada tidak hanya

pada tanaman air, tetapi juga pada

permukaan air.").(22)

Dalam daftar pustaka bisa dilihat

bahwa Fasciolopsiasis terjadi focally dan

yang paling umum pada anak-anak usia

sekolah. Dalam fokus parasit transmisi,

prevalensi infeksi pada anak-anak berkisar

antara: 57% di daratan China, untuk 25% di

Taiwan dan dari 50% di Bangladesh dan

60% di India serta 10% di Thailand.(10,23)

Masyarakat terdiri dari berbagai

lapisan sosial dengan banyak faktor yang

menyebabkan perbedaan antara semua

lapisan sosial yang satu dengan yang lain.

Lapisan masyarakat sosial ekonomi rendah

lebih tinggi menderita suatu penyakit,

mungkin ini dikarenakan lingkungan fisik

yang kurang mendukung, serta lingkungan

sosial yang sangat rendah. Hal tersebut

mengakibatkan kerentanan masyarakat sosial

ekonomi rendah lebih sering terserang

penyakit.

Page 8: AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …

Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 26 - 37

33

Selain menjadikan masyarakat

sebagai suatu objek telah tentang penyakit,

masyarakat juga harus dijadikan subjek

dalam menanggulangi penyakit. Seperti

halnya kekurang-tahuan kita mengenai

penyakit yang disebabkan F. buski yang

terjadi di masyarakat, penanggulangan

setidaknya melibatkan peran serta aktif

masyarakat dan Pemerintah. Dengan cara

demikian, penyakit yang disebabkan F. buski

mendapatkan perhatian untuk ditanggulangi

dengan melibatkan dinas kesehatan

setempat, pendidikan siklus hidup

(pengetahuan tentang bahayanya telur,

sporokista, metaserkaria dan serkaria) dan

masyarakat.

Program pengendalian

diimplementasikan untuk zoonosis yang

ditularkan melalui makanan tidak

sepenuhnya berhasil untuk Fasciolopsiasis

karena tradisi yang sudah lama atau abad-

lama makan atau mengkonsumsi tanaman air

atau lalapan dan menggunakan air yang

tidak bersih atau diobati. Fasciolopsiasis

diperburuk oleh faktor-faktor sosial dan

ekonomi seperti kemiskinan, kekurangan

gizi, pasar bebas-makanan eksplosif tumbuh,

kurangnya inspeksi cukup makanan dan

sanitasi, kecacingan lainnya, dan penurunan

kondisi ekonomi.(10, 23)

Sesuai yang diutarakan oleh Keiser

J. ed all, 2009(24) dan Sadun EH ed all,

1953.(25) Infeksi paling sering terjadi pada

anak-anak usia sekolah atau di daerah

miskin dengan kurangnya sistem sanitasi

yang layak.(24,25) Pada tahun 1953 Sadun,

melaporkan tingginya angka kejadian infeksi

terjadi pada wanita dan anak-anak usia 10-

14 tahun.(25)

Sebuah penelitian yang dilaporkan

oleh Sadun EH, ed. All, bahwa F. buski

adalah endemik di Thailand Tengah,

menginfeksi sekitar 2.936 orang karena

tanaman air disebut caltrops air dan siput

host yang terkait dengan mereka. Infeksi,

atau telur yang menetas dalam lingkungan

air yang berhubungan atau berkorelasi

dengan pencemaran air diberbagai

kabupaten di Thailand, seperti Province

Ayuthaya.(25)

Di Malaysia, manusia terinfeksi

setelah makan tanaman air tawar mentah

terkontaminasi dengan metaserkaria infektif

dan belum ada laporan Fasciolopsiasis baik

pada manusia atau pada hewan. Kami

melaporkan kasus pertama Fasciolopsiasis

di Malaysia pada seorang petani perempuan

39 tahun, yang berasal dari Sabah (Malaysia

Timur). Pasien ini mengeluh batuk dan

demam untuk selama dua minggu, terkait

dengan hilangnya nafsu makan dan

kehilangan berat badan. Dia tidak memiliki

riwayat bepergian ke luar negeri.

Pemeriksaan fisik menunjukkan pucat,

beberapa kelenjar getah bening leher dan

inguinal dan hepatosplenomegali. Penelitian

laboratorium menunjukkan bahwa dia

mengalami anemia defisiensi zat besi. Ada

leukositosis dan ESR meningkat. Biopsi

kelenjar getah bening mengungkapkan

granuloma kaseosa. Pemeriksaan tinja positif

untuk telur dari Fasciolopsis buski. Telur

ukuran 140 x 72,5 microm dan operculated.

Dalam kasus ini, pasien tidak didapatkan

dengan gejala sugestif dari setiap infeksi

parasit usus. Deteksi Fasciolopsis buski telur

dalam tinja merupakan temuan

insidental.(9,11)

Untuk memberantas atau

mengendalikan F. buski, Indonesia

merupakan salah satu pusat keanekan

ragaman hayati di Dunia dan disbutkan

menduduki nomer dua setelah Brasil. Dari

sekitar 300. 000 spesies tumbuhan berbunga

yang ada di Dunia, 10% diantaranya terdapat

dan tumbuh di Indonesia bahkan sebagian

tumbuh endemis yang tidak terdapat di

negara lain. Kazahara pada tahun 1986 telah

mencatat sebanyak 7.500 spesies tumbuhan

telah digunakan oleh masyarakat untuk

Page 9: AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …

Akibat Dan Cara Memberantasnya Fasciolopsis Buski (Sehatman, Hendriek ES)

34

pengobatan dan masih terdapat ribuan lagi

yang belum terinventarisasi. Tumbuhan obat

tersebut sebagian besar merupakan

tumbuhan liar yang tumbuh secara alami di

hutan hujan tropis Indonesia dan hanya

sebagian kecil saja yang telah dibudidayakan

untuk tujuan komersial. (3) Menurut laporan

dari peneliti asing, bahwa bagian tanaman

atau ekstrak tanaman telah digunakan sejak

jaman dahulu untuk mengendalikan infeksi

cacing (F. buski) dan masih digunakan

sebagai obat herbal, khususnya di negara

berkembang.(26,27,28,29)

Salah satu cara pemberantasan

penyakit kecacingan adalah mengupayakan

obat herbal yang terdiri dari tanamam obat-

obatan yang bisa bereaksi dengan enzim

yang berada dalam tubuh cacing (F. buski).

Sehingga upaya ini bisa menyebabkan

cacing mabuk atau menghancurkan

tubuhnya, sehinggga atau kemudian keluar

bersama tinja. Kegiatan enzim diubah,

seperti yang diamati di bawah pengaruh

ekstrak tumbuhan jelas menunjukkan bahwa

prinsip aktif tanaman bertindak sebagai obat

cacing. Namun diperjelas oleh pernyataan

Ananta ed all, untuk memanfaatkan tanaman

dengan tujuan komersial, itu adalah

prasyarat untuk mengisolasi dan

mengidentifikasi komponen aktif

bertanggung jawab untuk kegiatan

anthelmintik.(25) Cara penggunaan herbal

yang lain adalah memakan atau meminum

obat herbal minyak Zaitun diwaktu malam

hari dan makan jambu Biji. Minyak Zaitun

juga bisa membantu mengeluarkan cacing F.

buski dari tubuh manusia.(30)

Akibat dari kecacingan F. biski,

maka pasien ini mengeluh batuk dan demam

selama durasi dua minggu, terkait dengan

hilangnya nafsu makan dan kehilangan berat

badan. Dia tidak memiliki riwayat bepergian

ke luar negeri. Pemeriksaan fisik

menunjukkan pucat, beberapa kelenjar getah

bening leher dan inguinal dan

hepatosplenomegali. Penelitian laboratorium

menunjukkan bahwa dia mengalami anemia

defisiensi zat besi.(9,11)

Fasciolopsiasis atau Fascilopsis

buski adalah endemik di negara India bagian

timur. Sementara itu tidak berarti langka,

terutama di set up pedesaan, kesadaran

tentang infestasi parasit ini umumnya masih

merupakan entitas yang sangat dibutuhkan.

Pentingnya tingkat kuat kecurigaan dan

diagnosis dini tidak bisa terlalu ditekankan,

jika kampanye yang sukses adalah akan

diluncurkan pada kontrol. Dengan ini

sebagai tema sentral, kami melanjutkan

untuk melaporkan kasus infeksi dan

Fasciolopsis buski umumnya berat di rumah

sakit kami (India), yang telah gagal untuk

dapat didiagnosis dalam set up setengah

perkotaan di UP.(31)

Dengan semakin meningkatkan

pergerakan manusia di dunia ini maka

penyebaran penyakit yang disebabkan oleh

infeksi mikroorganisme akan semakin cepat.

Merebaknya kejadian-kejadian penyakit

infeksi yang melanda dunia akhir-akhir ini

menyadarkan kita bahwa faktor

perlindungan tubuh terhadap infeksi

merupakan hal yang sangat penting.(32)

Masyarakat seharusnya diberi

pendidikan atau pengetahuan oleh dinas

kesehatan setempat bagaimana cara

menghindari atau memberantasnya penyakit

F. buski. Misalkan: 1. Cara berperilaku dan

kebiasaan hidup sehat dengan mencuci

makanan dan memasak makanan yang akan

dimakan sampai matang. 2. Mencuci tangan

sebelum makan dan sesudah melakukan

aktivitas (bekerja). 4. Memakai alas kaki dan

mandi tiap hari pagi dan sore untuk

menghindari infeksi F. buski. 5. Dilakukan

pemeriksaan cacing dan pengobatan secara

rutin.(16,32) 6. Diberikan pengetahuan tentang

siklus hidup F. buski.(16)

Pengobatan yang perlu dianjurkan

adalah Praziquantel yang diberikan sebagai

dosis tunggal sebesar 15mg/kg berat badan.

Obat-obat yain yang dapat diberikan adalah

Page 10: AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …

Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 26 - 37

35

Tetrakloretilen, Heksilresorkinol, Stilbazium

iodide, Diklorofe dn Niklosamid.(33)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Prevalensi penyakit di kabupaten

Sudin Kesehatan Hulu Sungai Utara ditahun

1985 (27,00%), 2000 (2,20%), 2002 (7,80%)

dan tahun 2008 (0,30%) serta belum pernah

ditemukan prevalensi nol koma nol,

sehingga menyebabkan F. Buski

menginfeksi kembali terhadap masyarakat

atau penduduk setempat dengan mudah.

Terutama orang-orang atau masyarakat yang

kurang pengetahuan atau pendidikan untuk

tidak mengkonsumsi bahan-bahan makanan

mentah, air minum mentah dan tidak

menggunakan alas kaki merupakan cara

yang efektif mencegah penyebaran

Fasciolopsiasis atau penyakit F. Buski.

Sebab manusia bisa terinfeksi metaserkaria

yang ada disayuran mentah tersebut.

Misalkan: dimusim hujan metaserkaria

dimungkinakan tersebar dimana-mana (di

halaman, lapangan, dan sayuran) sehingga

manusia mudah terinfeksi metaserkaria.

Saran

Penduduk selalu mendapatkan

pendidikan dan pengobatan penderita dari

Dinas Kesehatan setempat yang menjadi

sumber penularan. Hal ini merupakan tindak

pencegahan untuk memutus mata rantai

siklus hidup, dengan cara menghindari

makanan bahan mentah, air minum mentah

dan pakai alas kaki untuk menghindari

terinfeksinya F. Buski.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti ucapkan terimakasih kepada

seluruh Suku Dinas Kesehatan Kabupaten

Hulu Sungai Utara dan bapak Anorital yang

telah menyediakan bahan untuk tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mas-Coma, Bargues M.D., Valero

M.A., 2005, Fascioliasis and other plant-

borne trematode zoonoses, Volume 35,

Issues 11–12, October, International

Journal for Parasitology, Parasitic

Zoonoses - Emerging Issues p.1255–

1278.

2. Odhner TH (1902). Fasciolopsis Buski

(Lank.) [= Distomum crassum Cobb.],

ein bisher wenig bekannter Parasit des

Menschen in Ostasien. Centr. Bakt. u.

Par. XXXI.

3. Hendrik ES, Lukman W, 2009,

Inventarisasi tanaman obat cacing

didaerah endemis kecacingan F. buski di

kab. HSU, Kal Sel, Loka Litbang Tanah

Bumbu, DepKes RI, ISSN:1979-2646:

4. Brooks Geo F, Butel Jenet S, Morse SA,

2004, Jewetz, Melnick & Adelberg’s

Medical Mikrobiology, 23 thEd. The

McGraw-Hill Companies, Inc. p ;

5. Nana Novianti, 2010, Pengaruh

Fasciolopsis buski terhadap Anemia di

Desa Kalumpang Dalam, UNDIP.

6. Anorital, 2004, Model Penanggulangan

Fasciolopsis buski di Kalimantan Selatan

dengan Pendekatan Sosial Budaya,

Media_Penelitian_Kesehatan, NIHRD

([email protected])

7. Anorital, 2008, Penyakit Kecacingan

(Fasciolopsosis) dikabupaten Hulu

Sungai Utara Kalimantan Selatan,

Balitbangkes, DepKes. RI.

8. CDC, 2012, Parasites - Fasciolopsiasis

(Fasciolopsis infection), Centers for

Disease Control and Prevention”, 1600

Clifton Rd. Atlanta, GA 30333, USA,

800-CDC-INFO (800-232-4636) TTY:

(888) 232-6348.

9. Mahajan RK, Duggal S, Biswas NK,

Duggal N, Hans C., 2010, A finding of

live Fasciolopsis buski in an ileostomy

Page 11: AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …

Akibat Dan Cara Memberantasnya Fasciolopsis Buski (Sehatman, Hendriek ES)

36

opening. PubMed, J Infect Dev Ctries.

2010 Jun 30;4(6):401-3.

10. Graczyk Thaddeus K., Gilman Robert

H., Fried Bernard, 2000,

Fasciolopsiasis: is it a controllable food-

borne disease?, Purchase on

Springer.com}.

11. Rohela M, Jamaiah I, Menon J, Rachel

J., 2005, Fasciolopsiasis: a first case

report from Malaysia. Fasciolopsiasis:

se, PMID: 15916055, [PubMed, J Trop

Med Public Health - indexed for

MEDLINE],p. 36(2):456-8.

12. Xanedia Fifi, 2013, Fasciolopsis buski

Presentation Transcript, The Medical

Paracitology of Fb of BioMedial

Science;

13. Roberts LS, Janovy, J, Jr., 2009,

Foundations of Parasitology. McGraw

Hill, New York, USA, pp. 272–273.

ISBN 0-07-302827-4;

14. http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Fa

sciolopsiasis.Htm The FDA, 2013,

Parasitis & HEALTH, Fasciolopsiasis,

12072013.

15. Bhattacharjee HK, Yadav D, Bagga D.,

2001,. "Fasciolopsiasis presenting as

intestinal perforation: a case report".

Trop Gastroenterol 30 (1): 40–41.

PMID 19624087.

16. Chin J., 2000, Control of Communicable

Desease Manual, ed II, Atlanta USA, p

230-232

17. Lee, T.-H., Huang, C.-T. and Chung, C.-

S., 2011, Gastrointestinal: Fasciolopsis

buski infestation diagnosed by upper

gastrointestinal endoscopy. Journal of

Gastroenterology and Hepatology,

26: 1464. doi: 10.1111/j.1440-

1746.2011.06697.

18. Ary Dharmawan GP., Laporan

Praktikum Pemeriksaan Feses, Di Jan

01, 2013).

19. Bratawidjaja KG., 2006, Immunologi

Dasar, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta, ed. 7, pp. 109 -138

20. Kresno SB., 2003, Imunologi: diagnosis

dan Prosedur Laboratorium, ed. 4,

fakultas kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta, pp. 182-184. ISSB

979-496-251-1

21. Pakde sofa, 2008, Menambah

Pengetahuan Tentang Parasitologi.

22. Weng YL, Zhuang ZL, Jiang HP, Lin

GR, Lin JJ, 1989, Studies on ecology of

Fasciolopsis buski and control strategy

of fasciolopsiasis. Zhongguo Ji Sheng

Chong Xue Yu Ji Sheng Chong Bing Za

Zhi (in Chinese) 7 (2): 108–111.

PMID 2805255.]

23. Graczyk TK, Gilman RH, Fried B.,

2001, Fasciolopsiasis: is it a controllable

food-borne disease?, ;87(1):80-83,

PMID: 11199855. 24. Keiser J, Utzinger J. (2009). Food-borne

trematodiases, Clin Microbiol Rev. 22 (3): 466–483. doi:10.1128/CMR.00012-09. PMID 19597009.]

25. Sadun EH, Maiphoom C (1953). Studies

on the epidemiology of the human

intestinal fluke, Fasciolopsis Buski in

Central Thailand. American Journal of

Tropical Medicine and Hygiene 2 (6):

1070–1084. PMID 13104816.

Page 12: AKIBAT DAN CARA MEMBERANTASNYA FASCIOLOPSIS BUSKI …

Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 26 - 37

37

26. nanta Swargiary, Bishnupada Roy and

Bhabesh Ronghang, 2013, Partial

characterisation of alkaline phosphatase

in Fasciolopsis buski – an intestinal

fluke treated with crude extract of

Alpinia nigra (Zingiberaceae), Journal,

Pharmaceutical Technology & Drug

Research, ISSN 2050-120X, DOI :

http://dx.doi.org/10.7243/2050-120X-2-

5;

27. Tandon T., Das B., 2007, In vitro testing

of anthelmintic efficacy of Flemingia

vestita (Fabaceae) on carbohydrate

metabolism in Rallietina echinobothrida,

Vol. 42, Issue 4, DOI P330–338.

http://dx.doi.org/10.1016/j.ymeth.2007.0

1.005.;

28. Jamshidi M, Mohraz M, Zangeneh M,

Jamshidi A., 2008, The effect of

combination therapy with albendazole

and praziquantel on hydatid cyst

treatment. PubMed,103(1):195-9. doi:

10.1007/s00436-008-0954.

29. Bishnupada Roy, and Ananta Swargiary,

2009, Anthelmintic efficacy of ethanolic

shoot extract of Alpinia nigra on

tegumental enzymes of Fasciolopsis

buski, a giant intestinal parasite, J Parasit

Dis. 33(1-2): 48–53. doi:

10.1007/s12639-009-0008-1, PMCID:

PMC3454137}

30. Hulda_Clark , MD., 2013, Re:

Fasciolopsis buski - Intestinal Fluke,

http://curezone.com/upload/_D_Forums/

Dr_Clark/Cure_for_all_Diseases_Hulda

_Clark_.pdf

31. Muralidhar S, Srivastava L, Aggarwal P,

Jain N, Sharma DK.,2000,

Fasciolopsiasis--a persisting problem in

eastern U.P.--a case report. Indian J

Pathol Microbiol. PubMed, p.69-71.

New Delhi. PMID:12583424,PubMed

32. Maksum Radji, 2004, Pemberian vaksin

melalui tanaman transgenik, Review

artikel, Departemen Farmasi, FMIPA

Universitas Indonesia, Depok. ISSN :

1693-9883, Majalah Ilmu Kefarmasian,

Vol. I, No.1,p. 1 – 9,

33. Soedarto, 2003, Zoonosis Kedokteran,

Erlangga university Press, Surabaya,

ISBN:979-8990-21-8.