Akhmad Guntar - 2509 205 002 - Literatur Review

16
r Isi Table of Contents DAFTAR TABEL...................................................................1 DAFTAR GAMBAR..................................................................1 1. PENDAHULUAN................................................................. 2 1.1. PROCESS IMPROVEMENT DAN MATURITY MODEL DALAM KONDISI DUNIA INDUSTRI SAAT INI........2 1.2. PARAMETER TOPIK DAN DASAR PEMILIHAN LITERATUR.................................2 2. MATURITY MODEL UNTUK PENGOPTIMALAN PROSES PRODUKSI..........................3 2.1. METODE CONTINUOUS IMPROVEMENT YANG TELAH ADA..................................3 2.2. USAHA KECIL MENENGAH DI INDONESIA...........................................3 2.3. CAPABILITY MATURITY MODEL....................................................4 2.4. INDUSTRIAL PROCESS MATURITY MODEL..............................................4 2.4.1. Studi dan temuan terkait, termasuk kesamaan dan perbedaan yang ada.................................... 4 2.4.2. Evaluasi dan Pengkritisan.................................................................................................................... 5 3. KESIMPULAN DAN CATATAN...................................................... 7 4. Referensi................................................................... 8 Daftar Tabel Tabel 1. Perbandingan Maturity Model yang Berkembang.............7 Daftar Gambar 1

description

Literature review untuk topik maturity model bagi usaha kecil menengah

Transcript of Akhmad Guntar - 2509 205 002 - Literatur Review

Page 1: Akhmad Guntar - 2509 205 002 - Literatur Review

r Isi

Table of Contents

DAFTAR TABEL......................................................................................................................................................... 1

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................................................... 1

1. PENDAHULUAN.................................................................................................................................................. 2

1.1. PROCESS IMPROVEMENT DAN MATURITY MODEL DALAM KONDISI DUNIA INDUSTRI SAAT INI............................................2

1.2. PARAMETER TOPIK DAN DASAR PEMILIHAN LITERATUR...............................................................................................2

2. MATURITY MODEL UNTUK PENGOPTIMALAN PROSES PRODUKSI........................................................................3

2.1. METODE CONTINUOUS IMPROVEMENT YANG TELAH ADA...........................................................................................3

2.2. USAHA KECIL MENENGAH DI INDONESIA..................................................................................................................3

2.3. CAPABILITY MATURITY MODEL..............................................................................................................................4

2.4. INDUSTRIAL PROCESS MATURITY MODEL.................................................................................................................4

2.4.1. Studi dan temuan terkait, termasuk kesamaan dan perbedaan yang ada................................................4

2.4.2. Evaluasi dan Pengkritisan..........................................................................................................................5

3. KESIMPULAN DAN CATATAN............................................................................................................................... 7

4. Referensi......................................................................................................................................................................8

Daftar Tabel

Tabel 1. Perbandingan Maturity Model yang Berkembang.................................................................7

Daftar Gambar

Gambar 1. Keilmuan yang Terkait dengan Pengambangan Maturity Model untuk Proses Produksi.5

1

Page 2: Akhmad Guntar - 2509 205 002 - Literatur Review

LITERATURE REVIEW

Akhmad Guntar- NRP 2509 205 002

“Perancangan Maturity Model untuk Pengoptimalan Proses Produksi Usaha Kecil Menengah”

1. Pendahuluan

1.1. Process Improvement dan Maturity Model dalam Kondisi Dunia Industri Saat Ini

Hingga saat ini lingkungan produksi dan manufaktur banyak mengandalkan metode

pengembangan proses berbasis kuantitatif dan kualitatif seperti Total Quality Management

(TQM) (Harrington, 1991), Business Process Re-engineering (BPR) (Muthu et al., 1999), dan

Six-Sigma (Eckes, 2001). Tantangan yang kemudian dihadapi adalah dalam hal menyikapi

proses yang sebenarnya tidak perlu dipertahankan untuk tetap ada (Persse, 2006).

Meskipun beragam metode TQM telah memberikan sumbangsih yang begitu berharga bagi

peningkatan proses produksi, namun sebagaimana yang disampaikan oleh Doss (2006a);

framework tambahan ternyata masihlah dibutuhkan untuk difungsikan sebagai perangkat

manajerial demi membangun fondasi kesuksesan evolusi dan kematangan manajemen proses di

perusahaan.

1.1. Parameter Topik dan Dasar Pemilihan Literatur

Maturity model merupakan konsep banyak diadopsi dalam konteks yang berbeda, semisal di

ranah sumber daya manusia (Curtis, B., W. Hefley & S. Miller, 2009), industri konstruksi

(Sarshar et al., 1000), dan marketing (Hutchinson & Finnemore, 1999). Dalam studi ini penulis

membatasi topik pada penggunaan maturity model untuk mengoptimalkan proses produksi

khususnya bagi Usaha Kecil Menengah (UKM).

Penulis memilih literatur yang terkait dengan Capability Maturity Model (CMM) dan

literatur yang terkait langsung dengan perancangan maturity model dalam konteks

pengoptimalan proses produksi.

2

Page 3: Akhmad Guntar - 2509 205 002 - Literatur Review

2. Maturity model untuk Pengoptimalan Proses Produksi

2.1. Metode Continuous Improvement yang Telah Ada

Kerja yang dilakukan oleh Doss (2006b) menunjukkan bahwa meskipun paradigma

semacam TQM, BPR, BPI, BPM, Six-Sigma, Re-engineering dan sebagainya didasarkan atas

filosofi kualitatif dan metrik kuantitatif yang mengembangkan aktivitas proses organisasi,

namun tak ada satu pun dari semua itu yang mempertimbangkan konsep process maturity

sebagai basisnya. Hal senada juga disampaikan oleh Saco (2008) dan Davis (1999).

Kondisi ini menjadi dasar bagi perumusan maturity model dalam konteks proses produksi

industri. Susan (2008) menyatakan bahwa bahkan di organisasi paling kacau sekalipun,

rangkaian kematangan tetaplah ada. Oleh karenanya, maturity model bukan hanya menjadi

konsumsi dari perusahaan besar namun juga perusahaan sekelas UKM.

2.2. Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) 2008 lebih

dari 99% unit usaha di Indonesia bersifat UMKM, sedangkan kontribusi sektor usaha ini hanya

berkisar 20% (Pitoyo, 2010). Hal ini tentunya menjadi perhatian pemerintah untuk

memberdayakan UKM yang jika dimaksimalkan bisa menjadi lokomotif perekonomian

Indonesia disamping para pengusaha besar. Banyak kendala yang dihadapi oleh UKM

Indonesia, semisal saja kurang kompetennya sumber daya manusia, kelemahan dari segi

manajemen perusahaan dan kurang optimal proses bisnis yang dijalankannya. Untuk faktor

yang terakhir, hal ini ditekankan oleh Adiningsih (2009) yang menyatakan bahwa kurangnya

pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control adalah apa yang menjadi salah satu

masalah terbesar bagi UKM di Indonesia. Ini semua akhirnya akan kembali pada bahasan

tentang proses dan pengoptimalannya.

Dalam kondisi semacam ini, maka tidak hanya UKM perlu menerapkan Business Process

Re-engineering (BPR), namun juga menerapkan maturity model untuk dapat mengukur

bagaimana performa prosesnya serta untuk mengetahui wilayah-wilayah mana dari aktivitas

dan prosesnya yang bisa dioptimalkan.

3

Page 4: Akhmad Guntar - 2509 205 002 - Literatur Review

2.3. Capability Maturity Model

Capability Maturity Model (CMM) adalah pendekatan pengembangan proses yang

menyediakan elemen esensial organisasi bagi proses efektif hingga pada akhirnya bisa

meningkatkan performa organisasi tersebut (Carnegie Mellon, 2010).

Sehingga kemudian bisa dikatakan bahwa CMM menjadi daya ungkit evolusioner yang

memfasilitasi pencapaian proses yang matang, bebas halangan (Doss, 2006c; Chrissis, 2003)

dan mengarahkan fokus pada proses yang memang betul-betul penting (Kan, 1995).

Bamberger (1997) yang merupakan penggagas dari CMM menekankan bahwa CMM

dimaksudkan untuk membentuk visibilitas dan stabilitas dasar baik bagi pengembang, manajer,

penguji, pihak marketing, dan untuk semuanya. Dengan membuatnya menjadi tampak, maka

setiap orang menjadi terlibat, secara langsung maupun tidak, hingga peluang untuk berhasil

menjadi lebih besar dan setiap orang akhirnya bisa menghabiskan waktu mereka untuk

melakukan aktivitas yang benar-benar bernilai.

2.4. Industrial Process Maturity Model

2.1.1. Studi dan temuan terkait, termasuk kesamaan dan perbedaan yang ada

Pada umumnya, penelitian terkait perumusan maturity model dalam konteks proses

produksi dilakukan guna menjawab pertanyaan berikut:

1) Apakah CMM dari industri perangkat lunak bisa diterapkan di industri tak terkait

sebagai suatu framework process maturity?

2) Apakah paradigma pengembangan proses selama ini memang belum menjawab

pokok ulasan process maturity?

3) Benarkah lingkungan proses industri saat ini tidak bersesuaian dengan prinsip dasar

dari CMM?

4) Bagaimanakah bentuk maturity model untuk mengoptimalkan proses produksi

industri?

Awalnya, adalah Doss (2006d) yang mengusulkan adanya framework maturity

model dalam konteks proses produksi. Penelitian pada topik yang serupa dilanjutkan oleh

Susan (2008). Gambar 1 menyampaikan tentang beragam keilmuan yang terkait dalam

pengembangan maturity model dalam konteks dunia industri.

4

Page 5: Akhmad Guntar - 2509 205 002 - Literatur Review

Gambar 1. Keilmuan yang Terkait dengan Pengembangan Maturity Model untuk Proses Produksi

2.4.1. Evaluasi dan Pengkritisan

Doss (2006e) menyatakan bahwa dalam lingkungan perusahaan, IPMM bisa

digunakan untuk melengkapi inisiatif pengembangan proses yang telah ada. Namun

mengingat karakteristik dinamis dari lingkungan perusahaan, tidak ada suatu resep generik

bagi pengimplementasian, solusi dan juga rekomendasi bagi aplikasi praktis darinya.

Lingkungan aplikasi untuk studi ini terdiri dari perusahaan-perusahan besar yang

tergolong dalam daftar Forbes 500 (Doss et al., 2006e). Oleh karenanya, pengaplikasian

maturity model pada perusahaan dengan kompleksitas infrastruktur lebih rendah seperti

UKM masih menjadi peluang penelitian yang terbuka lebar. Bagaimanapun, maturity model

memang harus terlebih dahulu diinterpretasi, disesuaikan, dan diaplikasikan berdasarkan

keunikan kultur dan konteks dari setiap organisasi (Bamberger, 1997), termasuk dalam hal

ini UKM. Terkait hal ini, tampaknya hanya maturity model yang diajukan Susan et al.

(2008) saja yang mampu mengajukan model yang mempertimbangkan delapan kategori

disiplin yang pada masing-masingnya proses dan aktivitas yang berjalan akan dievaluasi.

Dalam maksud untuk menerapkan maturity model bagi UKM, maka model Susan et

al. (2008) ini dirasa paling sesuai, karena dia tidak sekedar menyediakan maturity model

bagi suatu proses secara utuh, melainkan per bagian.

5

Page 6: Akhmad Guntar - 2509 205 002 - Literatur Review

Menilik lebih jauh, maturity model memang dikenal sebagai filosofis yang kurang

komprehensif, sebagaimana diakui sendiri oleh penggagasnya (Bamberger, 1997). Namun

ketika sebuah maturity model juga memperhatikan kualitas proses dan aktivitas semisal pada

disiplin manajemen penganggaran dan analisa finansial (Susan et al., 2008), maka UKM

akan terhindar dari jebakan performa proses yang kurang komprehensif. Artinya, bisa jadi

proses penciptaan produk atau layanan sebuah UKM berada dalam level maturity yang

tinggi, namun masih memiliki kondisi ad hoc untuk penganggaran dan finansialnya.

Bagaimanapun, itu tentu akan berdampak kurang baik bagi kelangsungan UKM itu sendiri.

Terkait hal ini, secara tegas Susan et al. (2008) menyatakan bahwa maturity pada satu

disiplin tidak lantas menjamin efektivitas dari organisasi. Oleh karenanya sangat penting

kiranya untuk melakukan penaksiran terhadap keseluruhan spektrum disiplin yang ada.

Prosci (2004) mengajukan konsep maturity model yang didasarkan pada konsep

manajemen proyek dan manajemen perubahan. Hal ini menarik mengingat maturity model

harusnya didasarkan pada motif untuk mengantisipasi perubahan. Namun landasan semacam

ini tidaklah dimiliki baik oleh Susan et al. (2008) maupun Doss (2006f). Maka model ini

bisa digunakan sebagai acuan untuk merancang maturity model proses produksi khususnya

untuk UKM dengan memperhatikan adanya penyikapan terhadap perubahan yang terjadi.

Model Susan et al. (2008) juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan

framework IPMM (Doss, 2006g) dalam hal penegasan yang diberikannya bahwa bahwa

level 5 tidak lantas merupakan target yang wajib dikejar oleh suatu organisasi dengan

mempertimbangkan kondisi unik yang melingkupinya. Ini mengingat sebagaimana layaknya

pengimplementasian maturity model dalam ranah pengambangan perangkat lunak, biasanya

terdapat kemungkinan terjadinya fenomena diminishing returns atas investasi yang

dilakukan tatkala melampaui level tertentu (Susan et al., 2008).

Dalam penjabaran key performance area, bisa dibilang model milik Prosci et al.

(2004) sejajar dengan model Susan et al. (2008): keduanya menyajikan karakteristik yang

begitu jelas dan cukup tangible. Namun Prosci et al. (2004) mengajukan di setiap levelnya

langkah-langkah tangible untuk naik ke level berikutnya, yang mana hal semacm ini tidak

ditemui pada maturity model Susan et al. (2008) maupun Doss (2006g).

Tabel 1 mengungkap perbandingan antara beberapa maturity model yang telah

berkembang.

6

Page 7: Akhmad Guntar - 2509 205 002 - Literatur Review

Tabel 1. Perbandingan Maturity Model yang Berkembang

Aspek Perbandingan Prosci (2004) Doss (2006f) Susan (2008)

Key Performance Area Terdefinisi. Terdefinisi, namun

belum matang (tidak

konkrit/tangible).

Terdefinisi.

Metode Perumusan Riset literatur. Survei. Riset literatur dan

pengalaman praktis

lapangan.

Basis Pemikiran Mengantisipasi

perubahan.

Evaluasi terhadap

filosofi pengembangan

proses seperti TQM.

Kebutuhan dunia

industri.

Pertimbangan Khusus Seluruh level harus

terlampaui,

menyediakan cara-cara

untuk mendaki level.

Seluruh level harus

terlampaui.

Seluruh level tidak

harus terlampaui.

Secara formal,

kebanyakan cukup

sampai di level 3 saja.

3. Kesimpulan dan Catatan

Berikut adalah apa-apa yang bisa disimpulkan dan dicatat dari pembahasan tentang Maturity

model untuk pengoptimalan proses produksi dari usaha kecil menengah.

1. CMM adalah model yang merekomendasikan pengembangan proses berkelanjutan yang

secara khusus berada dalam konteks pengembangan perangkat lunak. Model ini telah cukup

matang dan telah diimplementasikan secara luas di beragam perusahaan.

2. Telah banyak metode yang membidik pokok ulasan di wilayah lingkungan produksi dan

operasi, namun mereka semua tidak secara langsung menyentuh pokok ulasan terkait

pengembangan proses dari perspektif maturity dan yang bersifat evolutif.

3. Model derivatif berbasis CMM bisa dibuat (semisal saja IPMM) melalui pengembangan

persyaratan key performance area sesuai konteks ranah yang dituju. Keberadaan dari

People-CMM dan Project Management Maturity Model mendukung argumen ini.

4. Mengingat model semacam IPMM lahir dari CMM, maka perlu dilakukan penyesuaian baik

dalam hal KPA maupun perihal lain yang menjadi keunikan dari ranah yang dituju.

7

Page 8: Akhmad Guntar - 2509 205 002 - Literatur Review

4. Referensi

Adiningsih, S., 2009. Regulasi dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia.

Jakarta.

Bamberger, J., 1997. Essence of the Capability Maturity Mode. Software Realitie, IEEE Computer

Society, p.112.

Carnegie Mellon, 2010. CMMI Overview. [Online] Available at: HYPERLINK

"http://www.sei.cmu.edu/cmmi/index.cfm" http://www.sei.cmu.edu/cmmi/index.cfm [Accessed 4

April 2010].

Chrissis, M.B., Konrad, M. & Shrum, S., 2003. CMMI®: Guidelines for Process Integration and

Product Improvement. Boston: Addison Wesley.

Curtis, B., W. Hefley & S. Miller, 2009. People Capability Maturity Model version 2.0, Second

Edition. New York: Software Engineering Process Management.

Davis, M..N.A.&.R.C., 1999. Fundamentals of operations management (Third Edition). New York:

Irwin-McGraw Hill Publishing.

Doss, D.A.&.K.R.H., 2006d. A Review Of Existing Capability Maturity Model [CMM] Derivative

Frameworks. In Allied Academies International Conference. New Orleans, 2006. Academy of

Educational Leadership.

Doss, D.A.&.K.R.H., 2006c. A Review Of Six-Sigma, International Organization For

Standardization [ISO], And The Capability Maturity Model [CMM]. In Allied Academies

International Conference. New Orleans, 2006. Academy of Educational Leadership.

Doss, D.A.&.K.R.H., 2006a. A Review Of Two Improvement Initiatives: Business Process

Improvement [BPI] And Business Process Reengineering [BPR]. In Allied Academies International

Conference. New Orleans, 2006. Academy of Educational Leadership.

Doss, D.A.&.K.R.H., 2006b. A Study Of The Benefits Of Adapting Software Process Improvement

Frameworks And Architectures In Traditional Settings. In Allied Academies International

Conference. New Orleans, 2006. Academy of Educational Leadership.

Doss, D.A.&.K.R.H., 2006f. Adapting The Capability Maturity Model [CMM] To Unrelated

Industries As A Process Maturity Framework. In Allied Academies International Conference. New

Orleans, 2006. Academy of Educational Leadership.

8

Page 9: Akhmad Guntar - 2509 205 002 - Literatur Review

Doss, D.A.&.K.R.H., 2006. Exploring Total Quality Management [TQM] And Derivative

Frameworks Of The Capability Maturity Model [CMM]. In Allied Academies International

Conference. New Orleans, 2006. Academy of Educational Leadership.

Doss, D.A.&.K.R.H., 2006e. The Capability Maturity Model (CMM) Architecture And Framework

Within Traditional Industrial Environments: An Overview. In Allied Academies International

Conference. New Orleans, 2006. Academy of Educational Leadership.

Doss, D.A.&.K.R.H., 2006. The Capability Maturity Model [CMM] Architecture And Framework

Within Traditional Industrial Environments: An Overview. In Allied Academies International

Conference. New Orleans, 2006. Academy of Educational Leadership.

Doss, D.A.&.K.R.H., 2006g. The Software Capability Maturity Model Architecture And Potential

Applications To Process Improvements: Preliminary Study. In Allied Academies International

Conference. New Orleans, 2006. Academy of Educational Leadership.

Eckes, G., 2001. The six-sigma revolution: How General Electric and others turned processes into

profits. New York: John Wiley and Sons Publishing.

Harrington, H., 1991. Business process improvement: The breakthrough strategy for total quality,

productivity, and competitiveness. New York: McGraw-Hill Publishing.

Hutchinson, A. & Finnemore, M., 1999. Standardized process improvement for construction

enterprises. Total Quality Management, p.S576.

Kan, S., 1995. Metrics and models in software quality engineering. New York: Addision-Wesley.

Muthu, S., Whitman, L. & Cheraghi, S.H., 1999. Business Process Reengineering: A Consolidated

Methodology. In The 4th Annual International Conference onIndustrial Engineering Theory,

Applications and Practice. San Antonio, 1999.

Persse, J.R., 2006. Process Improvement Essentials. Sebastopol: O'Reilly.

Pitoyo, M.G.M.&.A., 2010. Mampukah UKM bendung 'tsunami' produk China. [Online] Available

at http://web.bisnis.com/artikel/2id2809.html?PHPSESSID=9jog4todebvfmn1hjjhjekq9t2

[Accessed 5 April 2010].

Prosci, 2004. Prosci’s Change Management Maturity Model. Colorado: Prosci.

Saco, R.M., 2008. Maturity Models. Industrial Management, p.11.

9

Page 10: Akhmad Guntar - 2509 205 002 - Literatur Review

Sarshar, M., Finnemore, M., R.haigh & J.goulding, 1000. SPICE: Is a Capability Maturity Model

Applicable In The Construction Industry? Durability of Building Materials and Components;

Institut for Research in Construction, pp.2836-43.

Susan, L.&.M.H., 2008. Maturity Model Overview: Application Organizations. Gartner.

10