AJAR/KBD/MODUL... · Web viewMODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH KONSEP...

29
MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH KONSEP RUJUKAN PADA NEONATUS Semester 3 KEGIATAN BELAJAR I PRODI D- III KEBIDANAN MEDAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN

Transcript of AJAR/KBD/MODUL... · Web viewMODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH KONSEP...

MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH

KONSEP RUJUKAN PADA NEONATUS

Semester 3

KEGIATAN BELAJAR I

PRODI D- III KEBIDANAN MEDANJURUSAN KEBIDANANPOLTEKKES KEMENKES MEDAN

PRODI D- III KEBIDANAN MEDANJURUSAN KEBIDANANPOLTEKKES KEMENKES MEDAN

odul ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa khusunya mahasiswi Kebidanan untuk mengetahui tentang sistem rujukan. Rujukan sangat penting dalam pelayanan kesehatan apalagi bagi unit kesehatan yang membuka praktek mandiri. Rujukan diperlukan ketika satu unit kesehatan tidak mampu/tidak kompeten dalam menangani kasus pasien sehingga harus memberi tanggung jawab kepada unit kesehatan yang lebih kompeten. Begitu juga,ketika satu unit kesehatan tidak memiliki fasilitas kesehatan yang lengkap dan memadai untuk manangani kasus pasien,sehingga unit kesehatan tersebut harus merujuk ke unit kesehatan yang memiliki fasilitas kesehatan yang lebih memadai.Rujukan sangat penting untuk upaya keselamatan pasien.

ASPEK RUJUKAN DAN SISTEM RUJUKAN

Agar mengetahui tentang sistem rujukan.

Rujukan sangat penting dalam pelayanan kesehatan apalagi bagi unit kesehatan yang membuka praktek mandiri. Rujukan diperlukan ketika satu unit kesehatan tidak mampu/tidak kompeten dalam menangani kasus pasien sehingga harus memberi tanggung jawab kepada unit kesehatan yang lebih kompeten.

 .

1. Setelah menyelesaikan modul diharapkan mahasiswa dapat :

2. Menguraikan dan menjelaskan pengertian sistem rujukan

3. Meguraikan dan menjelaskan jeni-jenis rujukan

4. Menguraikan dan menjelaskan tingkat rujukan

5. Menjelaskan dan menganalisis mekanisme /alur rujukan

1. pengertian sistem rujukan.

2. jenis-jenis rujukan.

3. tingkat rujukan.

4. mekanisme/alur rujukan .

A. Pengertian Sistem rujukan

Dalam SK Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972,Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang ke unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit setingkat kemampuannya

(Maryanti,Dwi,dkk .2011. Buku Ajar Neonatus,Bayi & Balita.Jakarta:TIM )

Sistem rujukan adalah suatu jaringan sistem pelayanan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih kompeten ,terjangkau dan dilakukan secara rasional.

Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan obstetri adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal .

Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan pelayanan keehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat,baik secara vertikal maupun horizontal (Yeyeh Ai Rukiyah,Lia Yulianti.2013.Asuhan Neonatus,Bayi,dan Anak Balita.Jakarta : TIM )

Sistem Rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis,proaktif,pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir,dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada.

(Marmi.2012.Asuhan Neonatus,Bayi,Balita,dan Anak Prasekolah.Yogyakarta:PustakaPelajar)

Menurut Dwi Maryanti,2011

Rujukan Medis

a. Lebih diarahkan pada masalah medis perorangan

b. Biasanya dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan

c. Dengan kata lain rujukan medis berlaku untuk pelayanan kedokteran

Rujukan medis meliputi :

a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnosis,pengobatan,tindakan operasi,dll disebut Transfer of Patient

b. Rujukan Ilmu pengetahuan,dalam hal ini mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan ,memberikan pelayanan,ahli pengetahuan dan tenologi dalam meningakatkan kualitas pelayanan,disebut Transfer of Knowledge/Personel.

c. Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap disebut Transfer of Specimen.

Rujukan Kesehatan

a. Merupakan rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat luas.

b. Biasanya lebih bersifat preventif dan promotif

Rujukan kesehatan ini antara lain meliputi :

a. Rujukan sarana,berupa bantuan laboratorium kesehatan,teknologi

b. Rujukan tenaga dalam bentuk tenaga ahli untuk penyelidikan asal usul kejangkitan serta penanggulangannya pada bencana alam.

c. Rujukan operasional berupa bantuan obat,vaksin,pangan pada ssat terjadi bencana,pemeriksaan bahan bila terjadi keracunan masal,pemeriksaan air minum penduduk.

(Maryanti,Dwi,dkk .2011. Buku Ajar Neonatus,Bayi & Balita.Jakarta:TIM )

Menurut Marmi,2012 :

Secara konseptual,rujukan dibedakan menjadi 2 yaitu :

Rujukan medik yang pada dasarnya menyangkut masalah pelayanan medik perorangan yang antara lain meliputi :

1. Transfer of Patient

Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik,pengobatan,tindakan operasi dan lain-lain

.

2. Transfer of Specimen

Rujukan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lengkap.

3. Transfer of Knowledge

Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan,memberi pelayanan,dll.

Rujukan masalah kesehatan masyarakat yaitu hubungan dalam pengiriman,pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan masyarakat luas yang meliputi :

1. Rujukan sarana berupa laboratorium kesehatan dan teknologi kesehatan.

2. Rujukan tenaga berupa dukungan tenaga ahli untuk penyididkan sebab dan asal usul penularan penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam dan gangguan kamtibmas

3. Rujukan operasional berupa bantuan obat,vaksin,pangan pada saat terjadi bencana,pemeriksaan spesimen jika terjadi keracunan masal,pemeriksaan air minum penduduk.

Menurut Tata Hubungannya,Sistem rujukan terdiri dari :

· Rujukan Internal

Rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut.

· Rujukan Eksternal

Rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan,baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah)

Menurut lingkup pelayanannya,Sistem Rujukan terdiri dari :

· Rujukan Medik

Rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).

· Rujukan Kesehatan

rujukan pelayanannya yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).

(Marmi.2012.Asuhan Neonatus,Bayi,Balita,dan Anak Prasekolah.)

Menurut Ai Yeyeh Rukiyah,2013 :

· Rujukan Medik :

Transfer of Patient,Transfer of Specimen,Transfer of Knowledge.

Kegiatan dapat berupa : pengirimaan orang sakit,rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan,persalinan dan nifas,pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya,dll.

· Rujukan kesehatan adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif yang meliputi bantuan survey epidemologi,pemberantasan penyakit ,pemberian pangan,dll.

· Beberapa hal yang harus diperhatikan seorang bidan sebelum menentukan perlu tidaknya seorang pasien dilakukan rujukan antara lain :

1. Rujuk ibu, apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut : riwayat sectio sesaria,perdarahan pervaginam,persalinan kurang bulan ,ketuban pecah,pre-eklamsi,hipertensi dalam kehamilan,kehamilan gemeli,presentasi majemuk ,dll.

2. Rujuk bayi baru lahir ,apabila ditemukan tanda-tanda : bayi lahir dengan kelainan bawaan,bayi dengan tanda-tanda infeksi ,kelihatan tidak sehat tidak memberikan reaksi yang baik terhadap resusitasi dan mengalami kesulitan bernafas yan berkepanjangan .

(Yeyeh Ai Rukiyah,Lia Yulianti.2013.Asuhan Neonatus,Bayi,Anak Balita.)

B.TINGKAT RUJUKAN

Menurut Ai Yeyeh Rukiyah, 2012, tingkat rujukan terbagi atas:

a. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat primer

Pembangunan kesehatan yang telah diselenggarakan dalam beberapa decade ini telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Gambaran sarana pelayanan kesehatan pelayanan tingkat primer menunjukkan bahwa setiap kecamatan di seluruh Indonesia telah memiliki paling sedikit sebuah puskesmas. Lebih dari 40% desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah pada tahun 2000, telah tersedia 7.237 puskesmas, 21.267 puskesmas pembantu dan 6.392 puskesmas keliling dengan demikian setiap 100.000 penduduk Indonesia, rata-rata dilayani oleh 3,5 puskesmas. Puskesmas selain melakukan upaya kesehatan masyarakat, juga melakukan upaya kesehatan perorangan dalam satu wilayah tertentu.

Dalam reorganisasi system kesehatan setelah disentralisasi upaya pelayanan kesehatan dasar yang diberikan melalui puskesmas dan jaringan dibawahnya disesuaikan dengan keadaan epidemologi dan kebutuhan masyarakat setempat. Pentingnya member perubahan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan di tingkat primer adalah disamping untuk memenuhi ketersediaan, ketercapaian, keterjangkauan, kesinambungan dan mutu pelayanan kesehatan bagi rata-rata masyarakat, juga disebabkan oleh karena data menunjukkan bahwa sesungguhnya 85% kasus Rawat Tingkat Pertama (RJTP), hanya 15% sisanyalah yang merupakan kasus rawat tingkat lanjut dan inap.

Hasil susenas 1995 menunjukkan angka kontak masyarakat yang (mengeluh) sakit dengan sarana kesehatan formal baru sekitar 53%, sedangkan 9% tidak berbuat apa-apa, 3% ke pengobatan tradisional dan 32% mengobati dirinya sendiri. Mereka yang kontak sarana pelayanan kesehatan formal teridiri dari 3% ke RS pemerintah, 2% ke RS swasta, 12% ke dokter, 18% ke puskesmas, 7% ke puskesmas pembantu dan 11% petugas kesehatan. Makin tinggi pendapatan penduduk, makin tinggi kecenderungan jasa dokter sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan.

Meski upaya pelayanan kesehatan tingkat telah banyak dilakukan, akan tetapi sebagai bagian dari jaringan pelayanan kesehatan secara keseluruhan, penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan tingkat primer masih banyak masalah.

Beberapa masalah utama primer yang dihadapi adalah sebagai berikut:

· Pemerataan pelayanan

· Kualitas (mutu) pelayanan

· Efisiensi pelayanan kesehatan

· Pola pembiayaan dan subsidi yang tidak terarah

· Mutu sumber daya penyelenggaraan upaya pelayanan

· Pemenuhan obat dan bahan habis pakai

· Berjalannya system rujukan dengan baik

Harus diakui, bentuk pelayanan pada sebagian besar penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat primer saat ini, terutama harus dilakukan oleh fasilitas pemerintah yang umumnya masih ditandai dengan terbatasnya kemampuan sumber daya sehingga bentuk pelayanan ideal yang diharapkan belum dapat tercapai. Dalam konteks pembangunan kesehatan, peran penyelenggara upaya kesehatan tingkat primer akan semakin penting karena pembangunan kesehatan harus dapat mendorong makin meingkatnya derajat kesehatan dengan pelayanan kuratif dan rehabilitative (paradigm sehat). Peran ini harus dapat dilakukan oleh penyelenggara upaya kesehatan tingkat primer (pemberi pelayanan kesehatan tingkat primer) dengan sebaik-baiknya,

b. Dokter keluarga sebagai penyelenggara peleyanan kesehatan tingkat primer

Dari uraian diatas nyata bahwa peran pemberi pelayanan tingkat primer adalah sangat strategis. Sementara itu masalah pada pelayanan kesehatan tingkat primer harus dapat diatasi.

Uraian mengenai pelayanan kesehatan tingkat primer diatas menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

· Penggunaan jasa pelayanan tingkat primer lebih banyak kelompok rentan

· Pergeseran epidemiologis penyakit lebih ke arah katastrifis dan kronis

· Upaya-upaya promotif dan prefentif belum berjalan baik rendahnya kualitas

· Inefisiensi

· Inefektifitas pelayanan kesehatan tingkat primer

· Tidak berjalannya system rujukan

· Fragmentasi pelayanan kesehatan

Sementara itu tuntutan masyarakat akan pelayanan tingkat primer yang berkualitas, serta tantangan menyongsong globalitas dimana pelayanan kesehatanharus memenuhi standar internasional (can be audied, accountable, reliable) mendorong fase kesadaran perlunya meningkatkan pelayanan kesehatan tingkat primer yang bermutu akan tetapi efektif dan efisien.

Dokter keluarga yakni dokter praktik yang memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titk berat kepada keluarga, memandang pasien sebagai individu dan bagian dari keluarga, dengan pelayanan pasif dan aktif (IDI). Ciri pelayanan dokter keluarga yang komprehensif, efektif dan efisien itu, diharapkan akan dapat menjawab permasalahan pelayanan kesehatan tingkat primer.

Pelayanan kesehatan tingkat primer yang komprehensif dan lebih itu diharapkan dapat dilakukan oleh dokter keluarga. Sesungguhnya dokter keluarga adalah bukan barang baru karena sebagai prinsip-prinsipnya telah diterapkan oleh dokter praktik umum. Dokter keluarga juga bertugas di line terdepan sebagai pelaksana pelayanan primer yang handal, berpikir dan perancangan holistic, bertindak sebagai coordinator dan kolaborator untuk kepentingan pasien, sebagai katalis masyarakat, memungkinkan audit.

Meningkatkan akuntabilitas pelayanan dan antisipasi terhadap globalisasi. Kebijakan pemerintah tentang akselerasi pengembangan dokter keluarga juga merupakan dari penataan pelayanan kesehatan yang memberi penguatan pada pemberi pelayanan kesehatan tingkat primer.

Pengalaman berthaun-tahun dalam pengembangan dokter keluarga (sejak muktamar ke 17 IDI 1980) telah mengantarkan pada suatu kesimpulan bahwa pengembangan dokter keluarga haruslah dilakukan sejalan bersama-sama dengan penataan system pembiayaan. Hal ini dilakukan agar prinsip-prinsip sustainbilitas pembiayaan pelayanan dokter keluarga dapat dicapai disamping tercapainya pula efektifitas dan efisiensi pelayanan kesehatan tingkat primer yang lebih bermutu.

Rancangan SKN 2003 menjelaskan bentuk upaya kesehatan yang terdiri dari upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP). UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerihtah dan masyarakat serta dunia usaha untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. UKP adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat serta dunia usaha untuk menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Pada masa yang akan datang pemerintah akan mengarahkan subsidi pelayanan kesehatan pada UKM dan UKP penduduk miskin, sedangkan UKP penduduk non miskin akan menjadi tanggung jawab individu dan keluarga dan dimobilisasi melalui pembiayaan system jaminan. UKP tersebut pada tingkat primer akan lebih banyak dilakukan oleh dokter keluarga.

Beberapa regulasi telah mengembangkan dokter keluarga dalam pengembangan subsistem, pembiayaan yakni:

· KEPMENKES RI NO. 150/MENKES/SK/II/1994

Tentang pembentukan pokjatab pembinaan keluarga dalam penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.

· KEPMENKES RI NO. 56/MENKES/SK/IV/1995

Tentang pengembangan dokter keluarga dalam penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.

· PERMENKES NO. 91/MENKES/PER/VII/1997 Tentang surat ijin praktek dokter atau dokter gigi yang diarahkan sebagai dokter keluarga.

Dalam lingkup arah kebijakan yang lebih luas yakni system jaminan sosial nasional (SJSN) sebagaimana diamanatkan pasal 28H UUD 1945 serta pasal 34 ayat 2 UUD 1945, dimana jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) merupakan salah satu komponennya dijelaskan bahwa, penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam system ini dilakukan melalui prinsip-prinsip pelayanan kesehatan yang terkendali (kendali biaya dan kendali mutu).

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang terkendali itu diantaranya dilakukan melalui setratifikasi pelayanan kesehatan (rawat jalan tingkat primer, skunder dan tersier) dengan prinsip rujukan. Dengan demikian nyata bahwa arah kebijakan system jaminan kesehatan, penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat primer yang akan banyak dilaksanakan oleh dokter keluarga menjadi amat penting dan amat strategis.

Vivian Nanny Lia Dewi, 2010, Ada 3 jenis pelayanan kesehatan, yakni sebagai berikut:

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (Primary Health Care)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan dalam masyarakat untuk mengatasi sakit ringan dan juga dibutuhkan oleh masyarakat yang sehat untuk meningkatn kesehatan mereka. Oleh Karena jumlah kelompok ini dalam suatu populasi sangat besar (>85%), maka pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health service) atau bisa juga berupa pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Di Indonesia bentuk pelayanan kesehatan seperi ini diantaranya adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan balai kesehatan masyarakat (balkesmas).

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan rawat inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Contoh bentuk pelayanan ini adalah rumah sakit tipe C dan D yang memiliki tenaga-tenaga spesialis.

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health service)

Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan kesehatan yang diberikan sudah kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis, contohnya pada rumah sakit tipe A dan B.

Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata jenis pelayanan tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri, namun berada di dalam suatu system dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer, maka harus menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan kesehatan diatasnya, demikian seterusnya. Penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain ini disebut rujukan.

Sistem rujukan secara lengkap dapat dirumuskan sebagai suatu system penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya). Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja, tetapi juga masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan sebagainya. Di samping itu, rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas yang lebih tinggi, teapi jug adapt dilakukan di antara fasilitas-fasilitas kesehatan yang setingkat.

C.MEKANISME RUJUKAN

KEADAAN PASIEN

KEADAAN PASIEN

TERMOREGULASI

JALAN NAPAS/OKSIGENASI

PERSONEL YANG TERAMPIL

ALAT/OBAT YANG LENGKAP

Dikatakan Yudi bahwa salah satu bagian penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah rujukan kesehatan. Ketimpangan yang sering terjadi di masyarakat awam adalah pemahaman masyarakat tentang alur ini sangat rendah sehingga sebagian dari mereka tidak mendapatkan pelayanan yang sebagaimana mestinya. Kebanyakan masyarakat cenderung mengakses pelayanan kesehatan terdekat atau mungkin paling murah tanpa memperdulikan kompetensi institusi ataupun operator yang memberikan pelayanan. Ini merupakan salah satu akibat tidak berjalannya system rujukan kesehatan di Indonesia.

Pelaksanaan system rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu system dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh factor pendukung (pemerintah, teknologi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat. Sebuah penelitian yang meneliti tentang system rujukan menyatakan bahwa beberapa hal yang menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait, tidak ada dukungan peraturan. (Ai Yeyeh Rukiah, 2012)

· Sistem Rujukan

Sistem yang memberikan gambaran tata cara pengiriman pasien yang beresiko tinggi dari tempat/unit kesehatan yang kurang mampu memberikan penanganan ke Rumah Sakit yang dianggap mempunyai fasilitas yang lebih mampu dalam hal penatalaksanaannya secara menyeluruh (yaitu mempunyai fasilitas yang lebih,dalam hal tenaga medis,laboratorium,perawatan dan pengobatan ).

· Jenis-Jenis Rujukan :

1. Secara konseptual,rujukan dibagi 2 yaitu :

a. Rujukan Medis terbagi menjadi 3 :

· Tranfer of Patient

· Transfer of Specimen

· Transfer of Knowlwdge

b. Rujukan Masalah Kesehatan terbagi menjadi 3 :

· Rujukan sarana

· Rujukan Tenaga

· Rujukan Operasional

c. Menurut tata hubungannya,rujukan terbagi 2 :

· Rujukan Internal

· Rujukan Eksternal

d. Menurut lingkup pelayanannya,rujukan terbagi 2 :

· Rujukan Medik

· Rujukan Kesehatan

e. Menurut hal yang harus diperhatikan bidan dalam merujuk :

· Rujuk Ibu

· Rujuk Bayi

1. Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang ke unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit setingkat kemampuannya. Pernyataan ini terdapat pada : …

a . SK menteri kesehatan nomor 25c . SK Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972

b .UUD 1978d . UUD pasal 23 ayat 2

2. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik,pengobatan,tindakan operasi dan lain-lain. Merupakan tipe rujukan :

a . Transfer of Patient c. Transfer of Specimen

b . Transfer of Knowledge d . rujukan medis

3. Rujukan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lengkap. Adalah jenis rujukan : …..

a . Transfer of Patient c. Transfer of Specimen

b . Transfer of Knowledge d . rujukan medis

4. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan,memberi pelayanan,dll.

Adalah tipe rujukan : ….

a . Transfer of Patient c. Transfer of Specimen

b . Transfer of Knowledge d . rujukan medis

5. Rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan,baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah)

Adalah jenis rujukan : …

a . Rujukan medik c. Rujukan kesehatan

b . Rujukan internald. Rujukan eksternal

6. Rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Adalah tipe rujukan : ;;;

a . Rujukan medik c. Rujukan kesehatan

b . Rujukan internald. Rujukan eksternal

7. Menurut tata hubungannya,rujukan terbagi atas :

a . 1c . 2

b . 3d . 4

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT KEGIATAN BELAJAR

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar 4, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah:

90% - 100% : baik sekali

80% - 89% : baik

70% -79% : cukup

kurang dari 70% : kurang

KUNCI JAWABAN:

1 . C .

2 . A .

3 . C

4 . B .

5 . D.

6 . B .

7 . C

1. Marmi.2012.Asuhan Neonatus,Bayi,Balita,daNAnakPrasekolah.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

2. Maryanti,Dwi,dkk .2011. Buku Ajar Neonatus,Bayi & Balita.Jakarta:TIM

3. Yeyeh Ai Rukiyah,Lia Yulianti.2013.Asuhan Neonatus,Bayi,dan Anak Balita.Jakarta : TIM