Air Way Management
-
Upload
bradonheat -
Category
Documents
-
view
25 -
download
4
description
Transcript of Air Way Management
AIR WAY MANAGEMENT
Tn D berumur 56 tahun dibawa keluarga ke RS karena mendadak pingsan saat membersihkan kandang burung pada jam 16:00 WIB. Klien dibawa menggunakan mobil sedan dan didudukan di kursi belakang. Menurut keluarga selama 30 menit di perjalanan, klien bernapas stidor dan sering apnea. Anda menerima klien di UGD pukul 16:35 WIB dan melihat mulut klien banyak mengeluarkan saliva dengan wajah sianosis. Anda segera membebaskan jalan napas secara manual (jaw Thrust/Chin Lift/Ekstensi kepala) termasuk suctioning tetapi semua yang Anda lakukan sia-sia karena skor GCS nya tetap tidak berubah yaitu bernilai 3. JAM 16:50 wib Klien dinyatakan meninggal. Keluarga menanyakan penyebab kematian klien.
STRIDOR : bunyi serak kasar karena obstruksi jalan nafas besar (laring, trakhea) akibat benda asing, tumor atau inflamasi.
APNEA: pernapasan berhenti untuk beberapa detik. Penghentian persisten mengakibatkan henti napas. SIANOSIS: Peningkatan jumlah hemoglobin deoksigenasi(berhubungan dengan hipoksia), lokasi pengkajiannya di dasar kuku, bibir, mulut kulit (kasus parah) JAW THRUST/CHIN LIFT/EKSTENSI KEPALA :Penekanan pada rahang untuk membuka jalan napas SUCTIONING: adalah penguapan sekresi (lendir) pada jalan nafas dengan menggunakan alat secara mekanik.
Tujuan:
Untuk memelihara/mempertahankan jalan nafas agar tetap lancar.
Mendapatkan sputum untuk bahan pemeriksaan.
Merangsang batukIndikasi:
Pada pasien yang mengalami kesulitan dalam mengeluarkan lendir
Pada pasien yang tidak sadar dan memerlukan pengeluaran sekret
Komplikasi:
Iritasi mukosa
Hipoksia
Arithomia
Cardiac/respiratory a rest
Beberapa teknik pengisapan:
Pernapasan melalui hidung
Pengisapan melalui matur
Pengisapan pada pasien yang menggunakan ETT (Endo Tracheal Tube) / TT (Tracheal Tube)
Perlengkapan yang umum dipakai:
Sumber suction di dinding atau mesin suction yang portable
Botol 1-2 yang berisi cairan desinfektan dan tertutup rapat
Pipa (selang penghubung dari mesin ke botol dan dari botol ke mesin kateter. Sebaiknya botol berwarna terang (untuk melihat cairan yang keluar, pus, darah, atau nanah)
Suction kateter steril secukupnya dalam kantongnya atau selalu terendam dalam tempatnya yang berisi cairan desinfektan
Metal suction/kateter untuk menghisap lendir dalan mulut
Plom berisi cairan desinfektan untuk membilas kateter/metal suction sesudah dipakai
Kom berisi aquadest steril atau air matang untuk membilas metal/kateter suction sebelum dipakai
GCS /GLASGOW COMA SCALE : pemeriksaan neurologis untuk mengetahui status kesadaran secara penilian kuantitatif.Adapun penilaiannya adalah:
1. Membuka Mata (E)
Spontan
: 4
Dengan diajak bicara(ransangan suara)
: 3
Dengan ransangan nyeri
: 2
Tidak membuka
:1
2. Respon Verbal (V) Terdapat kesadaran dan berorientasi
:5 Berbicara tanpa kacau
: 4
Berkata tanpa arti
: 3
Hanya mengerang
: 2
Tidk ada suara
: 1
3.Respon Motorik (M)
Sesuai perintah
: 6
Terhadap ransang nyeri
a) Timbul gerakan normal
: 5
b) Fleksi cepat dan abduksi bahu
: 4
c) Fleksi lengan dengan adduksi bahu: 3
d) Ekstensi lengan, adduksi bahu
: 2
e) Tidak ada gerakan
: 1Normal E4 M6 V5
Untuk kasus E1 M1 V1
Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan:Struktur Anatomi
Conducting portions: atmosphere to alveolus.
Struktur yg menyalurkan udara inspirasi menuju Alveolus di paru dan membawa udara ekspirasi dari paru ke atmosfir. Disebut Dead Space karena tidak terjadi pertukaran gas. (hidung faringlaringtrakheabronkus-bronchiolus terminal)
Respirations portions: circulations gas in alveolus sebagai unit fungsional paru dan merupakan tempat pertukaran gas
Fisiologi Pernapasan
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, jika tidak mendapat oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Jika penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis. Apabila oksigen tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilng berganti kebiru-biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan, dan kaki(disebut sianosis) Pengkajian Terfokus:1. AirwayPrioritas utamaAsumsikan setiap pasien mengalami trauma cervical (C-Spine) sehingga harus diimobilisasi dengan menggunakan collar dan kantung pasir. Penyebab sumbatan jalan napas: Penurunan tingkat kesadaran (LOC), Lumen jalan napas: benda asing, muntahan, Dinding jalan napas: Edema, fraktur dan External to wall: lemah otot (lidah), trauma langsung, perluasan hematoma
Pengkajian Jalan NapasKaji kemampuan bernapas dan bicaraTanda sumbatan: Suara napas bising, Distress pernapasan, Gagal bicara, dysphonia, Suara tambahan, Cyanosis, Agitasi, bingung, tanda umum tersedak. Pikirkan kemampuan untuk mempertahankan kepatenan jalan napas karena Dapat berubah secara tiba-tiba, SELALU DIKAJI ULANGMANAJEMEN JALAN NAPASTujuan1. Jalan napas dapat dipertahankan
2. Terjaminnya oksigen dan ventilasi
3. Memfasilitasi perawatan selanjutnya
4. Memberikan obat melalui endotracheal tube (ETT) jika IV tidak mungkin: NAVEL: Narcan, Atropin, Ventolin, Epineprine, Lidocaine
5. Mulai dengan yang sedang berlangsung ke yang advance
Indikasi intubasi
1. Tidak mampu menjaga kepatenan jalan napas
2. Ventilasi spontan tidak adequat
3. Saturasi O2 < 90%
4. Terdapat tanda shock
5. GCS = 8
6. Antisipasi terhadap trauma, overdosis, CHF, asthma, dan COPD
7. Antisipasi untuk tranfer jika pasien memburuk
8. Indikasi Tracheostomy
9. Obstrusksi mekhanik jalan napas bagian atas.
10. Menjaga tracheobronchial pada pasien beresiko aspirasi.
11. Gagal napas.
12. Retensi sekresi bronchial.
13. Elective tracheostomy, misalnya pada saat operasi kepala dan leher yang besar.
14. Pembedahan Jalan Napas
2. Breathing1. Look, Feel, Listen
2. Look: status mental (kecemasan, agitasi) warna, pergerakan dada, usaha pernapasan)
3. Feel: aliran udara, tracheal shift, krepitasi dinding dada, flail segment
4. Listen: suara sumbatan (stridor) selama mengeluarkan napas, suara napas, dan suara lainnya
5. Oksigenasi dan Ventilasi
6. Pengukuran fungsi napas: rate, pulse oximetry, ABG, peak flow rate
3.CIRCULATION
1. Manajemen Perdarahan
2. Hentikan perdarahan external utama
3. Lakukan penekanan langsung
4. Tinggikan bagian yang mengalami perdarahan, kecuali jika ada fraktur yang stabil
5. Pertimbangkan untuk menekan titik tertentu (brachilis, axilla, femoralis)
6. Jangan mencabut benda yang menancap pada tubuh pasien karena benda tersebut berfungsi sebagai tampon
7. Gunakan torniquet sebagai usaha terakhir
4. DISABILITY1. Kaji tingkat kesadaran (LOC) dengan pendekatan AVPUA = AlertV = respon teradap stimulus VerbalP = respon terhadap Painful (nyeri)U = Unresponsive
2. Reaksi dan ukuran pupil
3. Pergerakan ektremitas atas dan bawah
4. Dekortikasi dan deselebrasi
5. EXPOSURE/ENVIRONMENT
1. Buka baju pasien
2. Penting untuk mengkaji semua area yang kemungkinan mengalami cidera
3. Jaga pasien tetap hangat dengan selimut untuk menghindari hypothermia
RESUSITASI1. Perhatikan ABC
2. Atasi masalah yang mengancam kehidupan
3. Bisanya dilakukan bersama pada saat RPS
4. Periksa tanda vital setiap 5 15 menit sekali
5. Monitor ECG, BP, dan O2
6. Pasang foley kateter dan nasogastrik jika ada indikasi
7. Kontra Indikasi foley cath jika ada darah yang keluar dari meatus atau tanda lain yang menunjukan adanya tetesan
8. Kontra Indikasi NG jika ada trauma serius di muka dan fraktur dasar tengkorak
9. Lakukan laboratorium test : glukosa, BUN, darah.
DETAIL SECONDARY SURVEY1. Dilakukan setelah masalah di RPS telah diatasi
2. Dilakukan untuk mengidentifikasi cidera di daerah yang menjadi perhatian
3. Pemeriksaan head to toe dan pemeriksaan X-ray
Diagnosa Keperawatan:Gangguan pertukaran gas b/d obstruksi saluran pernapasanTanda dan gejala obstruksi jalan napas:
Dapat dibagi menjadi empat stadium (jackson):
ii. sesak napas, stidor inspirator, retraksi suprasternal,; kedaan umum masih baik
iii. gejala stadium I+ retraksi epigastrium; penderita mulai gelisah
iv. gejala II+retraksi supra/infraklavikular, penderita sangat gelisah dan sianotik
v. gejala stadium III+retraksi intercostal, penderita berusaha sekuat tenaga untuk menghirup udara;lama kelamaan terjadi paralisis pusat pernapasaan, penderita menjadi apatik dan akhirnya meninggal.Tanda dan gejala terhentinya pernapasan:i. Apnea, sianotik
ii. Nadi arteria besar tidak teraba
iii. Kehilangan kesadaran
iv. Dilatasi pupilKemungkinan Penyebab Obstruksi jalan napas:
i. edema jalan napas:dapat disebabkan infeksi, reaksi alergi atau akibat instrumenasi pemasangan pipa endotrakeal, bronkoskopi, dan trauma tumpul
ii. benda asing
iii. Tumor:kista laring, karsinoma laring
iv. Spasme otot laring, kelumouhan otot abduktor pita suara
v. Kelainan kongenitalINTERVENSI:
Air way:
1. Proteksi C-Spine
2. Chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan napas
3. Sweep (sapu) dan suction untuk membersihkan mulut dari benda asing
4. Nasopharingeal airway
5. Oropharingeal airway (tidak dilakukan jika tidak ada)
6. Transtracheal jet ventilation (melalui memberan cricothyroid)
7. Merupakan alternatif terakhir
Breathing:
Nasal prong simple face mask oxygen reservoir Continuous positive airway pressure (CPAP) /BiPAP, Venturi mask: digunakan untuk mendapatkan oksigen yang tepat, Bag-Valve mask dan CPAP: untuk menambah ventilasiCirculation:
1.Lakukan pemasangan infus dengan lobang jarum besar untuk shock (14 16 gauge)
2. Bolus dengan Ringer Laktat atau NS (2liter) dan tambah darah untuk pasien dengan hypovolemik
3. Berikan inotrop untuk shock cardiogenik 4. Berikan vasopressor untuk shock septik a. Mind mapping
Pingsan ( factor pencetus )
Posisi tubuh yang salah
Tersumbatanya jalan nafas
Terjadi stridor
Apneu
Gangguan jalan nafas
Penurunan suplai O2 pada jaringan
Gangguan perfusi
Jaringan Perifer
Jaringan Cerebral
( sianosis )
Kerusakan pada Otak
( kematian )b. Pemfis dan anamnesa
Look : Apneu, sianosis, banyak mengeluarkan saliva Listen : stridor
Feel : tidak terasa hembusan nafas
GCS = 3
Anamnesa : keluarga mengatakan dalam perjalanan klien di posisikan duduk di kursi belakang, keluarga mengatakan butuh waktu 30 menit untuk sampai di rumah sakit.c. Anatomi fisiologid. Data lab yang dibutuhkan
Analisa gas darah
e. Pengobatan atau prosedur medik yang biasanya diberikan pada kondisi tsb
Jaw thrust : (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)
Pegang pada angulus mandibulae, dorong mandibula ke depan (ventral). Manuver ini aman dilakukan pada pasien trauma.
Tidak boleh memberi bantal pada pasien tidak sadar karena akan membuat posisi kepala fleksi dan tidak boleh menyangga leher untuk mengekstensikan kepala karena bahaya cedera pada cervical spine.apabila terdapat suspect cervical spine injury, maka pengelolaan jalan nafas dasar dan lanjut dilakukan dengan c-spine protection yang meliputi manual in line stabilization atau pemasangan cervical collar.
Chin Lift (tindakan mengangkat dagu)Manuver ini akan mencegah menggantung/ menurunnya dagu dan mempertahankan mulut sedikit terbuka. Tidak boleh mengakibatkan hiperekstensi leher. Aman untuk c-spine pada pasien trauma.
Letakkan salah satu telapak tangan rapat di atas dahi korban. Gunakan telunjuk dan jari tengah tangan lainnya untuk menjepit dagu korban.
Tahan dahi korban agar leher tetap tidak bergerak sementara tangan yang menjepit dagu korban menarik keatas arah langit. Jika licin, ibu jari tangan penolong dimasukkan kedalam mulut korban untuk mengait gigi seri bawah. Hati hati tergigit jika korban setengah sadar.
Teknik ini berhasil jika posisi gigi seri bawah lebih maju dari posisi gigi seri atas.
Ekstensi kepala/Head Tilt maneuver(tindakan menekan dahi)
Letakkan salah satu telapak tangan rapat di atas dahi korban. Gunakkan jari telunjuk dan tengah dan tangan lainnya untuk mengait dagu.
Gerakkan secara bersamaan sehingga posisi leher korban menjadi hiperekstensi.
Posisi penolong dapat berada di samping atau dibagian atas kepala korban.
Manuver ini kontraindikasi terhadap cedera servikal.
Suctioning adalah penguapan sekresi (lendir) pada jalan nafas dengan menggunakan alat secara mekanik.Tujuan:
Untuk memelihara/mempertahankan jalan nafas agar tetap lancar.
Mendapatkan sputum untuk bahan pemeriksaan.
Merangsang batukIndikasi:
Pada pasien yang mengalami kesulitan dalam mengeluarkan lendir
Pada pasien yang tidak sadar dan memerlukan pengeluaran sekret
Komplikasi:
Iritasi mukosa
Hipoksia
Arithomia
Cardiac/respiratory a rest
Beberapa teknik pengisapan:
Pernapasan melalui hidung
Pengisapan melalui matur
Pengisapan pada pasien yang menggunakan ETT (Endo Tracheal Tube) / TT (Tracheal Tube)
Perlengkapan yang umum dipakai:
Sumber suction di dinding atau mesin suction yang portable
Botol 1-2 yang berisi cairan desinfektan dan tertutup rapat
Pipa (selang penghubung dari mesin ke botol dan dari botol ke mesin kateter. Sebaiknya botol berwarna terang (untuk melihat cairan yang keluar, pus, darah, atau nanah)
Suction kateter steril secukupnya dalam kantongnya atau selalu terendam dalam tempatnya yang berisi cairan desinfektan
Metal suction/kateter untuk menghisap lendir dalan mulut
Plom berisi cairan desinfektan untuk membilas kateter/metal suction sesudah dipakai
Kom berisi aquadest steril atau air matang untuk membilas metal/kateter suction sebelum dipakai
DAFTAR PUSTAKAwww.wikipedia.combuku ajar keperawatan medikal bedah, Brunner & Suddarth, jakarta, EGC:2001kedaruratan medik, agus purwadianto, jakarta, EGC:2000