Air Segar di Bukit Kapur - ftp.unpad.ac.id fileminyak sawit nomor satu dunia harus juga memastikan...

1
G REEN CONCERN 9 MINGGU, 13 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA CELANA jins dengan efek pudar di beberapa bagiannya memang keren, tapi tahukah Anda bahwa untuk menghasilkan gaya itu mengor- bankan sangat banyak air? Untuk menghasilkan efek pudar, pro- dusen menggosok jins dengan batu atau benda kasar lainnya dan berulang kali dicuci. Itu pula mengapa efek ini di- sebut juga dengan efek washed. Kini merek jins yang sudah mendunia, Levi Staruss, beru- saha lebih ramah lingkungan dengan mengurangi peng- gunaan air dalam proses washed itu. Dengan teknologi khusus, Levi’s mengklaim sudah bisa mengurangi peng- gunaan air yang biasanya mencapai 11 galon untuk sepasang celana jins. Untuk koleksi jins washed yang dikeluarkan musim semi ini, Levi’s mengatakan sudah menghemat total empat juta galon. Sayangnya tidak disebutkan berapa galon air yang kini dikon- sumsi untuk setiap pasang jins. Namun Levi’s memastikan proses washed tetap menggunakan alat bantu batu. Dengan jins ini, Levi’s juga mendorong konsumennya untuk menghemat air dan menghindari pengeringan dengan alat. Jins ini cukup dikeringkan dengan diangin-anginkan. (AP/Big/M-1) Dua Pertiga Biofuel tidak Hijau BERBAGAI fakta makin menunjuk- kan sisi gelap dari energi yang berasal dari bahan organik, khususnya tanaman. Fakta terbaru diung- kapkan Renewable Fu- els Agency, Inggris. Dalam laporan yang dike- luarkan badan yang bertanggung jawab terhadap energi terbarukan di ‘Negeri Pangeran Charles’ itu disebutkan bahwa kurang dari sepertiga biofuel di Inggris yang memenuhi standar pemerintah. Standar tersebut mencakup faktor pengaruh terhadap suplai air, kualitas tanah, dan stok karbon. Sebanyak 69% penyedia biofuel lainnya tidak bisa menjelaskan dari mana sumber biofuel mereka berasal atau apakah diproduksi dengan prinsip keberlanjutan. Beberapa penyedia yang gagal adalah BP, Total, Morgan Stanley, dan Chevron. Apa yang diungkap di Inggris itu bisa menjadi perhatian pemer- intah kita. Indonesia yang kini sedang mengejar posisi penghasil minyak sawit nomor satu dunia harus juga memastikan proses produksi yang berkelanjutan. (guardian.co.uk/Big/M-1) A KHIR Januari lalu, Bali tetap ‘menye- ngat’ seperti biasa- nya. Wisatawan asyik bermalasan di bawah rindang pohon atau bermain air pantai dan kolam renang. Itu pula yang tampak di New Kuta Green Park (NKGP), arena rekreasi air yang terletak di kawasan Pecatu Indah Resor (PIR), Pecatu, Badung. Pe- ngunjung bercengkerama sam- bil mengapung di atas ban atau menguji nyali di papan selun- cur berkelok. Sensasi kesegaran ketika tubuh menghantam air sangat pas mengusir panas. Jika belum puas, masih banyak kolam lainnya yang membuat betah hingga tangan keriput. NKGP yang baru di- resmikan 26 Desember 2010 ini memang surga air. Lebih menarik lagi, mengi- ngat arena rekreasi seluas 3 ha ini berdiri di atas bukit kapur. Air tawar mestinya hal langka di sini. Kemarsyah, Business Deve- lopment Manager NKGP, tidak INFO HIJAU Keterbatasan sumber air bersih tidak menghalangi berdirinya resor di kawasan perbukitan Pecatu, Bali. Kolam-kolam dipenuhi air segar dari air laut. RETNO HEMAWATI FOTO-FOTO:MI/RETNO HEMAWATI Air Segar di Bukit Kapur Produsen Pangan Kurangi Limbah MASIH dari Inggris, saat para produsen biofuel mem- buat pemer- intah kecewa, hal sebaliknya dilakukan pro- dusen pangan. Baru-baru ini produsen pangan be- sar di sana, di antaranya ada- lah Coca-Cola Enterprises, Kraft Foods, dan Procter & Gamble, bergabung me- nandatangani courtauld commitment (CC). Melalui kesepakatan itu perusahaan diwajibkan untuk me- ngurangi dampak emisi karbon dari tiap kemasan produk mereka sebesar 10% dan harus tercapai pada 2012. Produsen pangan juga harus membantu pengurangan sampah produk makanan dan minuman mereka hingga 4%. Tahun lalu, pemerintah telah membuat beberapa toko ritel bergabung dengan komitmen ini. Mereka ditarget mengurangi sampah dari jaringan mereka hingga 5%. Tahun ini, raksasa peritel pakaian Marks & Spencer juga bergabung. Langkah pemerintah Inggris bisa menekan perusahaan untuk ikut mengurangi emisi. Hal yang juga sangat mungkin dilakukan di Indonesia. (businessgreen.com/ Big/M-1) SESEGAR AIR TAWAR: Arena rekreasi air New Kuta Green Park tampak sudah cukup ramai didatangi pengunjung pada akhir Januari lalu. ‘Surga air’ di kawasan bukit kapur ini bisa terwujud dengan pemanfaatan air laut. Dengan teknologi osmosis, air di arena seluas 3 ha ini bisa terpenuhi tanpa harus menyedot air tanah. TEKNOLOGI OSMOSIS: Instalasi sea Water Reverse Osmosis (SWRO) yang digunakan di Pecatu Indah resor. Teknologi ini mampu menghasilkan air segar 3.000 m3 kubik per harinya yang dipakai untuk kawasan seluas 400 ha itu. REUTERS/Y.T HARYONO AP/LEVI’S AP membantah hal tersebut. Namun, mereka punya cara khusus untuk mendatangkan 150 m3 air tiap harinya. “Air untuk mengisi kolam- kolam ini diperoleh dari air laut,” ujarnya di NKGP, Sabtu (29/1). Agar selayaknya air tawar, air laut ini diproses de- ngan teknologi tertentu yang sekaligus juga menghilangkan bakteri, kotoran, pasir, garam, dan menjernihkan warna. Layak konsumsi Air segar dari laut ini bukan hanya untuk kebutuhan NKGP, melainkan juga fasilitas lain di bawah naungan PT Bali Pecatu Graha (PT BPG) itu. Perusahaan yang dimiliki Hutomo Mandala Putra ini terdiri dari resor, klub hiburan, lapangan golf dan fasilitas residensial. Total luasannya mencapai 400 ha. Construction Manager PT BPG Hamdani P Pane mengata- kan, untuk memenuhi kebutuh- an total air bersih sebesar 800 m3 per hari tersebut, mereka menggunakan teknologi sea water reverse osmosis (SWRO). “Teknologi ini lebih kom- peten dan lebih sederhana jika dibanding dengan destilasi atau penguapan,” kata Hamdani. Proses SWRO diawali dengan penyaringan air menggunakan membran tertentu. Air kemu- dian diproses secara kimia untuk membunuh bakteri, menetralkan rasa dan warna. Bahan-bahan kimia yang di- gunakan termasuk sodium hipoklorit (chlorination), asam sulfur (H2SO4), dan sodium hidroksida (NaOH). “Air bisa dikonsumsi asal dimasak dulu. Harus matang karena khawatir ada bakteri di pipa distribusi,” kata Project Manager PT BPG, Purwanto. Instalasi SWRO di PIR ini dapat menghasilkan air tawar hingga 3.000 m3 air tawar per hari, atau jauh lebih besar daripada kebutuhan kawasan itu. Namun pada ke- nyataannya, kapasitas produksi itu beberapa kali tidak ter- penuhi karena masalah teknis, seperti kebocoran membran dan gangguan tenaga listrik dan kinerja pompa. Ya, dengan ketinggian resor yang berada sekitar 315 m di atas permukaan laut, dibu- tuhkan pompa dengan tenaga cukup besar untuk menarik air ke puncak tebing. Dua sisi Adanya pompa dan genset bertenaga besar berarti pula konsumsi energi fosil. Itulah sisi lain dari pemanfaatan air laut ini. Di satu sisi, cadangan air tanah tidak terganggu, tapi di sisi lain tetap ada emisi. Selain itu, esiensi teknologi reverse osmosis ini masih di- ragukan. Peneliti di North Dakota State University, Ame- rika Serikat (AS), mengatakan dengan teknologi itu, hanya sekitar 5%-15% air yang masuk yang akhirnya menjadi air tawar. PT BPG sendiri menga- takan kebutuhan pasokan air laut sekitar tiga kali lipat dari kapasitas produksi. Begitu pun, dalam kondisi tertentu, teknologi ini masih bisa jadi solusi krisis air. Di negara kita sendiri solusi menghadapi krisis air sudah mendesak. Sebagaimana telah diung- kapkan Bencana Badan Peng- kajian dan Penerapan Teknolo- gi (BPPT) tahun lalu, keterse- diaan air untuk rumah tangga, industri, perkotaan, irigasi di Indonesia diperkirakan hanya cukup sampai 2020. Potensi sumber daya air di Indonesia diperkirakan sebesar 15 ribu m3 per kapita per tahun. Na- mun di Pulau Jawa, pada 2020, total potensinya tinggal 1.200 m3 per kapita per tahun. Pengambilan cadangan air tanah juga menyebabkan penu- runan muka tanah seperti yang sudah terjadi di Jakarta. Maka penghematan air sudah jadi keharusan bagi bangsa kita. Berbagai cara lain termasuk pemanfaatan air hujan juga harus dikembangkan. (M-6) miweekend@ mediaindonesia.com Jins Hemat Air k u- g dike- ertanggung REUTERS/Y.T HARYONO Tips Green! Sedapat mungkin hindari penggunaan styrofoam atau manfaatkan semaksimal mungkin sampai tidak bisa digunakan lagi. BENANG DARI STYROFOAM B AHAYA styrofoam sudah begitu sering diinformasikan, tapi penggunaan bahan ringan dan tahan panas ini terus bertambah. Ketika styrofoam atau lebih tepatnya polystyrene foam ini masih sangat sulit dienyahkan, yang bisa dilakukan adalah meminimalisasi sampahnya atau mengusahakan daur ulang. Sayangnya, harus diakui dua hal itu juga tidak mudah diterapkan. Tidak seperti plastik, sifat fisik polystyrene yang tidak lentur dan lebih rapuh sangat terbatas untuk dimanfaatkan ulang. Jika dibakar saja bukan berarti masalah lingkungan selesai. Pembakaran suhu rendah, yang umumnya terjadi dalam proses pembakaran di pekarangan, akan membentuk senyawa-senyawa beracun yang kemudian bisa tertiup angin atau mencemari tanah. Maka peneliti berbagai negara terus mencari cara untuk memanfaatkan lagi limbah styrofoam. Di Indonesia, kita pantas bangga karena solusi ini bukan hanya dicari para peneliti profesional, melainkan juga siswa sekolah. Siswa SMA Negeri 90 Jakarta, Trisha Masrelia dan Rahmat Irkham Triaji, berhasil mengubah limbah styrofoam menjadi benang sintetis. Trisha dan Rahmat menggunakan minyak kayu putih untuk mencairkan sekaligus meminimalisasi kandungan stirena yang berbahaya dalam polystyrene itu. Penelitian yang berhasil menyabet juara II Lomba Karya Ilmiah LIPI 2011 sudah sepantasnya mendapat perhatian dari para petinggi negeri yang kini tengah bergelut soal lingkungan. Namun, sebelum sampai ke sana tidak ada salahnya kita juga memberi dukungan pada penelitian ini. Salah satu caranya Anda bisa ikut berdiskusi bersama dua peneliti remaja ini di Green FM, Rabu (16/2). Selamat bergabung. (Big/M-1)

Transcript of Air Segar di Bukit Kapur - ftp.unpad.ac.id fileminyak sawit nomor satu dunia harus juga memastikan...

Page 1: Air Segar di Bukit Kapur - ftp.unpad.ac.id fileminyak sawit nomor satu dunia harus juga memastikan proses ... Jika belum puas, masih banyak kolam lainnya yang membuat betah hingga

GREEN CONCERN 9MINGGU, 13 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

CELANA jins dengan efek pudar di beberapa bagiannya memang keren, tapi tahukah Anda bahwa untuk menghasilkan gaya itu mengor-bankan sangat banyak air? Untuk menghasilkan efek pudar, pro-dusen menggosok jins dengan batu atau benda kasar lainnya dan berulang kali dicuci.

Itu pula mengapa efek ini di-sebut juga dengan efek washed. Kini merek jins yang sudah mendunia, Levi Staruss, beru-saha lebih ramah lingkungan dengan mengurangi peng-gunaan air dalam proses washed itu.

Dengan teknologi khusus, Levi’s mengklaim sudah bisa mengurangi peng-gunaan air yang biasanya mencapai 11 galon untuk sepasang celana jins. Untuk koleksi jins washed yang dikeluarkan musim semi ini, Levi’s mengatakan sudah menghemat total empat juta galon.

Sayangnya tidak disebutkan berapa galon air yang kini dikon-sumsi untuk setiap pasang jins. Namun Levi’s memastikan proses washed tetap menggunakan alat bantu batu. Dengan jins ini, Levi’s juga mendorong konsumennya untuk menghemat air dan menghindari pengeringan dengan alat. Jins ini cukup dikeringkan dengan diangin-anginkan. (AP/Big/M-1)

Dua Pertiga Biofuel tidak HijauBERBAGAI fakta makin menunjuk-kan sisi gelap dari energi yang berasal dari bahan organik, khususnya tanaman. Fakta terbaru diung-kapkan Renewable Fu-els Agency, Inggris.

Dalam laporan yang dike-luarkan badan yang bertanggung jawab terhadap energi terbarukan di ‘Negeri Pangeran Charles’ itu disebutkan bahwa kurang dari sepertiga biofuel di Inggris yang memenuhi standar pemerintah.

Standar tersebut mencakup faktor pengaruh terhadap suplai air, kualitas tanah, dan stok karbon. Sebanyak 69% penyedia biofuel lainnya tidak bisa menjelaskan dari mana sumber biofuel mereka berasal atau apakah diproduksi dengan prinsip keberlanjutan. Beberapa penyedia yang gagal adalah BP, Total, Morgan Stanley, dan Chevron.

Apa yang diungkap di Inggris itu bisa menjadi perhatian pemer-intah kita. Indonesia yang kini sedang mengejar posisi penghasil minyak sawit nomor satu dunia harus juga memastikan proses produksi yang berkelanjutan. (guardian.co.uk/Big/M-1)

AKHIR Januari lalu, Bali tetap ‘menye-ngat’ seperti biasa-nya. Wisatawan

asyik bermalasan di bawah rindang pohon atau bermain air pantai dan kolam renang.

Itu pula yang tampak di New Kuta Green Park (NKGP), arena rekreasi air yang terletak di kawasan Pecatu Indah Resor (PIR), Pecatu, Badung. Pe-ngunjung bercengkerama sam-bil mengapung di atas ban atau menguji nyali di papan selun-cur berkelok. Sensasi kesegaran ketika tubuh menghantam air sangat pas mengusir panas.

Jika belum puas, masih banyak kolam lainnya yang membuat betah hingga tangan keriput. NKGP yang baru di-resmikan 26 Desember 2010 ini memang surga air.

Lebih menarik lagi, mengi-ngat arena rekreasi seluas 3 ha ini berdiri di atas bukit kapur. Air tawar mestinya hal langka di sini.

Kemarsyah, Business Deve-lopment Manager NKGP, tidak

INFO HIJAU

Keterbatasan sumber air bersih tidak menghalangi berdirinya resor di kawasan perbukitan Pecatu, Bali. Kolam-kolam dipenuhi air segar dari air laut.

RETNO HEMAWATI

FOTO-FOTO:MI/RETNO HEMAWATI

Air Segar di Bukit Kapur

Produsen Pangan Kurangi LimbahM A S I H d a r i Ing gris , saat para produsen biofuel mem-buat peme r-intah kecewa, hal sebaliknya dilakukan pro-dusen pangan.

B a r u - b a r u ini produsen p a n g a n b e -sar di sana, di antaranya ada-lah Coca-Cola Enterprises, Kraft Foods, dan Procter & Gamble, bergabung me-nandatangani courtauld commitment (CC).

Melalui kesepakatan itu perusahaan diwajibkan untuk me-ngurangi dampak emisi karbon dari tiap kemasan produk mereka sebesar 10% dan harus tercapai pada 2012.

Produsen pangan juga harus membantu pengurangan sampah produk makanan dan minuman mereka hingga 4%.

Tahun lalu, pemerintah telah membuat beberapa toko ritel bergabung dengan komitmen ini. Mereka ditarget mengurangi sampah dari jaringan mereka hingga 5%. Tahun ini, raksasa peritel pakaian Marks & Spencer juga bergabung.

Langkah pemerintah Inggris bisa menekan perusahaan untuk ikut mengurangi emisi. Hal yang juga sangat mungkin dilakukan di Indonesia. (businessgreen.com/ Big/M-1)

SESEGAR AIR TAWAR: Arena rekreasi air New Kuta Green Park tampak sudah cukup ramai didatangi pengunjung pada akhir Januari lalu. ‘Surga air’ di kawasan bukit kapur ini bisa terwujud dengan pemanfaatan air laut. Dengan teknologi osmosis, air di arena seluas 3 ha ini bisa terpenuhi tanpa harus menyedot air tanah.

TEKNOLOGI OSMOSIS: Instalasi sea Water Reverse Osmosis (SWRO)

yang digunakan di Pecatu Indah resor. Teknologi ini mampu

menghasilkan air segar 3.000 m3 kubik per harinya yang dipakai

untuk kawasan seluas 400 ha itu.

REUTERS/Y.T HARYONO

AP/LEVI’S

AP

membantah hal tersebut. Namun, mereka punya cara khusus untuk mendatangkan 150 m3 air tiap harinya.

“Air untuk mengisi kolam-kolam ini diperoleh dari air laut,” ujarnya di NKGP, Sabtu (29/1). Agar selayaknya air tawar, air laut ini diproses de-ngan teknologi tertentu yang sekaligus juga menghilangkan bakteri, kotoran, pasir, garam, dan menjernihkan warna.

Layak konsumsi Air segar dari laut ini bukan

hanya untuk kebutuhan NKGP, melainkan juga fasilitas lain di bawah naungan PT Bali Pecatu Graha (PT BPG) itu.

Perusahaan yang dimiliki Hutomo Mandala Putra ini terdiri dari resor, klub hiburan, lapangan golf dan fasilitas residensial. Total luasannya mencapai 400 ha.

Construction Manager PT BPG Hamdani P Pane mengata-kan, untuk memenuhi kebutuh-an total air bersih sebesar 800 m3 per hari tersebut, mereka menggunakan teknologi sea

water reverse osmosis (SWRO).“Teknologi ini lebih kom-

peten dan lebih sederhana jika dibanding dengan destilasi atau penguapan,” kata Hamdani.

Proses SWRO diawali dengan penyaringan air menggunakan membran tertentu. Air kemu-dian diproses secara kimia untuk membunuh bakteri, menetralkan rasa dan warna. Bahan-bahan kimia yang di-gunakan termasuk sodium hipoklorit (chlorination), asam

sulfur (H2SO4), dan sodium hidroksida (NaOH).

“Air bisa dikonsumsi asal dimasak dulu. Harus matang karena khawatir ada bakteri di pipa distribusi,” kata Project Manager PT BPG, Purwanto.

Instalasi SWRO di PIR ini dapat menghasilkan air tawar hingga 3.000 m3 air tawar per

hari, atau jauh lebih besar daripada kebutuhan kawasan itu. Namun pada ke-nyataannya, kapasitas produksi itu beberapa kali tidak ter-penuhi karena masalah teknis, seperti kebocoran membran dan gangguan tenaga listrik dan kinerja pompa.

Ya, dengan ketinggian resor yang berada sekitar 315 m di atas permukaan laut, dibu-tuhkan pompa dengan tenaga cukup besar untuk menarik air ke puncak tebing.

Dua sisi Adanya pompa dan genset

bertenaga besar berarti pula konsumsi energi fosil. Itulah sisi lain dari pemanfaatan air laut ini. Di satu sisi, cadangan air tanah tidak terganggu, tapi di sisi lain tetap ada emisi.

Selain itu, efi siensi teknologi reverse osmosis ini masih di-ragukan. Peneliti di North Dakota State University, Ame-rika Serikat (AS), mengatakan de ngan teknologi itu, hanya sekitar 5%-15% air yang masuk yang akhirnya menjadi air tawar. PT BPG sendiri menga-takan kebutuhan pasokan air laut sekitar tiga kali lipat dari kapasitas produksi.

Begitu pun, dalam kondisi tertentu, teknologi ini masih bisa jadi solusi krisis air. Di negara kita sendiri solusi menghadapi krisis air sudah mendesak.

Sebagaimana telah diung-kapkan Bencana Badan Peng-kajian dan Penerapan Teknolo-gi (BPPT) tahun lalu, keterse-diaan air untuk rumah tangga, industri, perkotaan, irigasi di Indonesia diperkirakan hanya cukup sampai 2020. Potensi sumber daya air di Indonesia diperkirakan sebesar 15 ribu m3 per kapita per tahun. Na-

mun di Pulau Jawa, pada 2020, total potensinya tinggal 1.200 m3 per kapita per tahun.

Pengambilan cadangan air tanah juga menyebabkan penu-runan muka tanah seperti yang sudah terjadi di Jakarta. Maka penghematan air sudah jadi keharusan bagi bangsa kita.

Berbagai cara lain termasuk pemanfaatan air hujan juga harus dikembangkan. (M-6)

[email protected]

Jins Hemat Air

k

u-

g dike-ertanggung REUTERS/Y.T HARYONO

TipsGreen!

Sedapat mungkin hindari penggunaan styrofoam atau manfaatkan semaksimal mungkin sampai tidak bisa digunakan lagi.

BENANG DARI STYROFOAM

BAHAYA styrofoam sudah begitu sering diinformasikan, tapi penggunaan bahan ringan

dan tahan panas ini terus bertambah. Ketika styrofoam atau lebih tepatnya polystyrene foam ini masih sangat sulit dienyahkan, yang bisa dilakukan adalah meminimalisasi sampahnya atau mengusahakan daur ulang.

Sayangnya, harus diakui dua hal itu juga tidak mudah diterapkan. Tidak seperti plastik, sifat fi sik polystyrene yang tidak lentur dan lebih rapuh sangat terbatas untuk dimanfaatkan ulang.

Jika dibakar saja bukan berarti masalah lingkungan selesai.

Pembakaran suhu rendah, yang umumnya terjadi dalam proses pembakaran di pekarangan, akan membentuk senyawa-senyawa beracun yang kemudian bisa tertiup angin atau mencemari tanah.

Maka peneliti berbagai negara terus mencari cara untuk memanfaatkan lagi limbah styrofoam. Di Indonesia, kita pantas bangga karena solusi ini bukan hanya dicari para peneliti profesional, melainkan juga siswa sekolah.

Siswa SMA Negeri 90 Jakarta, Trisha Masrelia dan Rahmat Irkham Triaji, berhasil mengubah limbah styrofoam menjadi benang sintetis.

Trisha dan Rahmat menggunakan

minyak kayu putih untuk mencairkan sekaligus meminimalisasi kandungan stirena yang berbahaya dalam polystyrene itu.

Penelitian yang berhasil menyabet juara II Lomba Karya Ilmiah LIPI 2011 sudah sepantasnya mendapat perhatian dari para petinggi negeri yang kini tengah bergelut soal lingkungan.

Namun, sebelum sampai ke sana tidak ada salahnya kita juga memberi dukungan pada penelitian ini. Salah satu caranya Anda bisa ikut berdiskusi bersama dua peneliti remaja ini di Green FM, Rabu (16/2). Selamat bergabung.

(Big/M-1)