Air Liur Atau Saliva Memiliki Peran Penting Dalam System Pencernaan Makanan
-
Upload
lusiana-primasari -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
description
Transcript of Air Liur Atau Saliva Memiliki Peran Penting Dalam System Pencernaan Makanan
Air liur atau saliva memiliki peran penting dalam system pencernaan makanan. Saliva berfungsi
untuk memudahkan dalam menelan makanan, melindungi rongga mulut dari kekeringan, panas,
asam dan basa, dan untuk membantu pencernaan kimiawi. Pada umumnya pH saliva berada
sedikit dibawah 7.
Uji biuret pada air liur merupakan uji warna yang dilakukan untuk mengetahui adanya
protein dalam air liur. Uji biuret ini khas untuk mengetahui adanya ikatan peptide yang ada pada
protein. Dimana dalam suasana basa (akibat penambahan NaOH) Cu2+ akan bereaksi dengan
gugus –CO dan –NH2 pada asam amino dalam protein sehingga membentuk suatu kompleks
berwarna. Dari uji yang dilakukan didapatkan hasil positif yang artinya di dalam air liur terdapat
protein. Hal ini karena air liur mengandung enzim amilase yang merupakan suatu protein dan
musin yang merupakan suatu glikoprotein serta senyawa-senyawa protein lain yang juga
terkandung dalam air liur (Poedjadi, 2007).
Uji molish yang dilakukan pada air liur adalah uji warna untuk mengetahui adanya
karbohidrat pada air liur. Hasil yang didapat adalah positif yaitu dengan terbentuknya cincin
merah bata yang merupakan hasil reaksi kondensasi antara hidroksimetilfurfural dengan α-naftol
(Poedjadi, 2007). Hidroksimetilfurfural terbentuk dari reaksi dehidrasi dengan H2SO4 dengan
gula heksosa. Hal ini dikarenakan adanya karbohidrat yang dapat berupa maltose atau glukosa
(yang merupakan gula heksosa) hasil pemecahan amilum oleh enzim maltase yang masih tersisa
dari proses pencernaan makanan.
Cairan empedu dihasilkan dari hati dan disimpan didalam kandung empedu yang memiliki
panjang sekitar 5-7 cm dan merupakan membran berotot. Kandung empedu terbagi ke dalam
sebuah fundus, badan, dan leher. Cairan empedu yang berwarna hijau tua berasal dari bilirubin
yang merupakan pigmen empedu.
Bilirubin ini terbentuk dari penguraian hemoglobin, asam-asam empedu, dan kolesterol. Adanya
bilirubin ini dapat dibuktikan dengan reaksi gmelin sehingga diperoleh hasil positif yang
menghasilkan turunan yang berwarna yang ditandai dengan adanya banyak fase yang terbentuk
yang terdiri dari berbagai warna. (Trinaningsih, 2007). Hal ini terjadi akibat oksidasi bilirubin
yang merupakan pigmen empedu oleh HNO3.
Pada uji pettenkofer, larutan sukrosa dengan H2SO4 sehingga terbentuk gula heksosa yang
kemudian membentuk suatu senyawa hidroksimetilfurfural yang dengan adanya cairan empedu
akan terbentuk suatu cincin hijau.
Pada percobaan untuk membuktikan fungsi empedu sebagai emulgator ternyata didapatkan hasil
yang positif yang ditandai dengan terbentuknya emulsi yang stabil dari minyak yang semula
tidak bercampur dengan air. Empedu memegang peran penting dalam proses pencernaan lemak.
Dimana garam-garam empedu ini mempunyai peranan sebagai pengemulsi, penghancuran dari
molekul-molekul besar lemak (dalam hal ini yang digunakan adalah minyak) menjadi suspensi
dari lemak. Garam-garam empedu ini bergabung dengan lemak dan membentuk micelles, yaitu
kompleks yang larut dalam air. Hal inilah yang menyebabkan lemak lebih mudah terserap dalam
system pencernaan (efek hidrotrofik) (Jevuska, 2009).