Agar Amal Tak Terbuang Sia-siamasjidmujahidinuny.com/wp-content/uploads/2016/03/Kalam...gai contoh...

4
Edisi XVII | September | 2016 Dibagikan Secara Gratis Terimakasih Tidak Membaca Saat Khutbah Berlangsung Agar Amal Tak Terbuang Sia-sia Para mufasirin berpendapat bahwa ayat tersebut berkenaan dengan keadaan yang akan dialami oleh orang-orang kafir di hari pemba- lasan kelak. Boleh saja orang-orang kafir se- masa hidupnya berbuat begitu rupa kebaikan; mungkin mereka menjadi pekerja sosial, akti- vis lingkungan, senantiasa baik sama tetangga dan sebagainya. Namun berapapun kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang kafir, besok di yaumil akhir, Allah Swt akan menjadikan amal- amal tersebut laksana debu yang berterbang- an, tidak tersisas secuilpun. Dalam perspektif Islam, Syahadat meru- pakan syarat mutlak bagi diterimanya sebuah amal. Tanpa ada persaksian bahwa tidak ada sesembahan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rosul/utusan Allah, maka seberapapun amal seseorang, semuanya akan tertolak. Hal ini mirip seperti seorang peserta lomba lari saat perayaan Agustusan, betapapun lari kita begitu kencang, hingga pada akhirnya kita mencapai garis finish paling depan, namun jika kita belum mendaftarankan diri sebagai peserta lomba ke- pada panitia, maka kemenangan kita akan sia- sia. Tetap saja kita tidak akan memperoleh pi- ala, karena kita tidak terdaftar sebagai peserta. Oleh: Sabar Nurohman, M.Pd.Si* pixabay.com “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS. Al-Furqaan:23)

Transcript of Agar Amal Tak Terbuang Sia-siamasjidmujahidinuny.com/wp-content/uploads/2016/03/Kalam...gai contoh...

Page 1: Agar Amal Tak Terbuang Sia-siamasjidmujahidinuny.com/wp-content/uploads/2016/03/Kalam...gai contoh seorang mahasiswa yang tinggal di sebuah kontrakan, bangun di malam hari dengan sangat

Edisi XVII | September | 2016Dibagikan Secara Gratis

Terimakasih Tidak Membaca Saat Khutbah Berlangsung

Agar Amal Tak Terbuang Sia-sia

Para mufasirin berpendapat bahwa ayat tersebut berkenaan dengan keadaan yang akan dialami oleh orang-orang kafir di hari pemba-lasan kelak. Boleh saja orang-orang kafir se-masa hidupnya berbuat begitu rupa kebaikan; mungkin mereka menjadi pekerja sosial, akti-vis lingkungan, senantiasa baik sama tetangga dan sebagainya. Namun berapapun kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang kafir, besok di yaumil akhir, Allah Swt akan menjadikan amal-amal tersebut laksana debu yang berterbang-an, tidak tersisas secuilpun. Dalam perspektif Islam, Syahadat meru-

pakan syarat mutlak bagi diterimanya sebuah amal. Tanpa ada persaksian bahwa tidak ada sesembahan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rosul/utusan Allah, maka seberapapun amal seseorang, semuanya akan tertolak. Hal ini mirip seperti seorang peserta lomba lari saat perayaan Agustusan, betapapun lari kita begitu kencang, hingga pada akhirnya kita mencapai garis finish paling depan, namun jika kita belum mendaftarankan diri sebagai peserta lomba ke-pada panitia, maka kemenangan kita akan sia-sia. Tetap saja kita tidak akan memperoleh pi-ala, karena kita tidak terdaftar sebagai peserta.

Oleh: Sabar Nurohman, M.Pd.Si*

pix

abay

.co

m

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.”

(QS. Al-Furqaan:23)

Page 2: Agar Amal Tak Terbuang Sia-siamasjidmujahidinuny.com/wp-content/uploads/2016/03/Kalam...gai contoh seorang mahasiswa yang tinggal di sebuah kontrakan, bangun di malam hari dengan sangat

2 Buletin Kalam Edisi XVII | September | 2016

Demikianlah kira-kira perumpamaan amalan orang-orang kafir. Bahkan, kalaupun kita sudah menjadi seo-rang muslim -sudah bersyahadat- amal kitapun tidak begitu saja langsung diterima oleh Allah Swt. Agar amal seorang muslim diterima oleh Allah Swt, harus ada syarat-syarat yang dipenu-hi. Syarat-syarat tersebut adalah :

1. Amal yang ikhlas karena Allah Swt Rosulullah Saw menyindir orang-orang yang berhijrah ke madinah namun tidak ikhlas karena Allah Swt. Beliau bersabda, “Sesungguh-nya (diterimanya) suatu amal tergantung pada niatnya.“ Keikhlasan adalah barang yang teramat mahal dan susah diperoleh. Butuh latihan yang serius untuk menghasilkan pribadi yang ikhlas. Hal ini karena ikhlas sangat berkaitan dengan bersitan hati yang paling dalam. Hanya kita dan Allah Swt saja yang paling tahu apakah amal kita benar-benar ikhlas. Ikhlas sama sekali tidak dapat diwakili oleh perkataan lisan ataupun ekspresi perbuatan. Secuilpun, ikhlas tidak berkaitan dengan pengakuan lisan ataupun ekspresi perbuatan.Ikhlas dengan demikian tidak ada hubungan-

nya antara diumumkan ataupun tidak diumum-kannya suatu amal. Beberapa orang mengiba-ratkan ikhlas dengan sebuah perumpamaan yang kurang tepat, mereka mengatakan bahwa yang namanya ikhlas adalah seperti ketika kita buang air di kamar mandi, kita nyalakan kran air terbuka cukup kencang sehingga tidak ada orang yang bisa mendengar bunyi aktivitas BAB yang kita lakukan, mereka mengatakan seperti itulah ikhlas, suatu perbuatan yang tidak dike-tahui oleh orang lain. Pemahaman tersebut menurut hemat kami tidak sepenuhnya benar. Lihat saja, se-bagian banyak syariat dalam agama ini terdi-ri dari amal-amal yang harus diketahui orang lain. Sholat berjamaah, ibadah haji, tilawah Al Qur‘an, puasa dengan segala ibadah pengiring-nya, semua merupakan amal-amal yang harus diketahui oleh orang lain. Jika kita mendefinisi-kan niat sebagai amal yang ketika melakukan-nya tidak perlu diketahui orang lain, bagaimana syariat sholat berjamaah, ibadah haji, tilawah, dan juga puasa dapat ditegakkan? Pada sebuah peristiwa peperangan, Rosul pernah memobilisasi para sahabat untuk mengeluarkan hartanya demi kepentingan pe-rang. Umar bin Khattab datang lalu menyerah-

reg

ion

al.li

pu

tan

6.c

om

Page 3: Agar Amal Tak Terbuang Sia-siamasjidmujahidinuny.com/wp-content/uploads/2016/03/Kalam...gai contoh seorang mahasiswa yang tinggal di sebuah kontrakan, bangun di malam hari dengan sangat

3Buletin KalamEdisi XVII | September | 2016

kan 2/3 hartanya kepada Rosul, selang bebera-pa waktu Abu Bakar datang dan mengatakan “Ya Rosul…ini saya infaq-kan seluruh harta saya untuk kepentingan jihad fii sabilillah ini”, hingga akhirnya Umar berkomentar, “Saya tidak pernah bisa menandingi Abu Bakar dalam urusan ini”. Lihatlah fragmen sejarah para sahabat ter-sebut, kalau keikhlasan dipahami sebagai amal yang tidak perlu diketahui orang lain, maka apa-kah kita akan mengatakan bahwa para sahabat paling mulia tersebut beramal dengan amal yang tidak ikhlas karena amalnya diumum-kan? Tentu saja tuduhan seperti itu merupakan tuduhan yang sangat ngawur. Menampakkan amal atau menyembunyi-kannya, sama sekali tidak ada hubungannya dengan ikhlas atau tidaknya suatu amal. Karena penentu ikhlasnya amal berada di dalam hati yang paling dalam. Bisa saja orang beramal secara sembu-nyi-sembunyi, namun hatinya tidak ikhlas ka-rena Allah, maka amal tersebut ditolak. Seba-gai contoh seorang mahasiswa yang tinggal di sebuah kontrakan, bangun di malam hari dengan sangat hati-hati agar tidak diketahui teman-teman yang lain, ke kamar mandi untuk berwudhu dengan sangat pelan supaya tidak didengar orang lain, sholat malam sendirian tanpa ada yang mengetahui. Namun pada saat sholat, hati kecilnya mengatakan, ”Masya Allah, begitu banyak orang yang tinggal di kontrakan ini, tapi hanya saya yang bangun malam untuk qiyamulail”. Amal yang sudah diupayakan begi-tu tersembunyi, tidak ada orang lain yang tahu,

namun ternyata hatinya bisa saja tidak ikhlas. Muncul rasa ujub dan sebagainya.

2. Amal yang mengikuti tuntunan Nabi Syarat kedua agar amal diterima adalah amal tersebut harus sesuai dengan tuntunan Nabi Saw. “Sholatlah kamu, sebagaimana kalian me-lihat aku sholat“ (Al Hadits). Sebagaimana syarat pertama, syarat kedua ini juga merupakan syarat mutlak bagi diteri-manya suatu amal. Dalam konteks ini, maka ada kewajiban yang harus kita kerjakan agar amal kita sesuai dengan tuntunan. Kewajiban terse-but adalah: kewajiban menuntut ilmu. Wajib bagi semua muslim untuk belajar dasar-dasar agama, terutama yang terkait masalah fiqih iba-dah, agar amal yang kita laksanakan bersesuai-an dengan tuntunan Nabi. Kita harus menjadi pembelajar seumur hidup untuk mengetahui bagaimana Nabi beribadah. Dengan demiki-an maka insya Allah pada saatnya nanti kita akan dikaruniai serangkaian ilmu yang dapat menuntun kita untuk beribadah sebagaimana Nabi beribadah.

*Penulis adalah Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY

“Menampakkan amal atau menyembunyi-kannya, sama sekali

tidak ada hubungan-nya dengan ikhlas atau tidaknya suatu amal.“

pix

abay

.co

m

Page 4: Agar Amal Tak Terbuang Sia-siamasjidmujahidinuny.com/wp-content/uploads/2016/03/Kalam...gai contoh seorang mahasiswa yang tinggal di sebuah kontrakan, bangun di malam hari dengan sangat

4 Buletin Kalam Edisi XVII | September | 2016

Buletin Kalam diterbitkan oleh Masjid Al Mujahidin UNYSusunan Redaksi :Penasehat: Prof. Dr. Rochmat Wahab M.Pd, MA. Pembimbing: Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag.Pimpinan Redaksi: Subhan Abrori Editor: Rizki Ageng MardikawatiDesain-Layout: Gangsar Pitoyo Produksi: Rohmah Nurhuda Distributor: Gafar BabaAlamat Redaksi: Gedung IEC Lantai 1 Kompleks Masjid Al Mujahidin UNYTelp: 08174120655 Alamat Email: [email protected]

Redaksi menerima tulisan dari para pembaca. Tulisan dapat dikirimkan ke alamat email.