Adaptasi Bayi BBL
-
Upload
rahmi-nurrosyid-p -
Category
Documents
-
view
80 -
download
4
description
Transcript of Adaptasi Bayi BBL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitihan menunjukkan bahwa 50% kematin bayi terjadi pada
periode neonatal yaitu di bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan
yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Sebagai contoh
bayi yang mengalami hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan
akhirnya dapat terjadi kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal terbaik
yang harus dilakukan dalam penanganan neonatal sehingga neonates sebagai
individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine dapat
bertahan dengan baik karena periode yang paling kritis dalam fase
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pada bab selanjutnyadijelaskan
adaptasi yang dilakukan bayi segera setelah lahir terhadap kehidupan diluar
uterus
B. Manfaat
1. Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
adaptasi bayi segera setelah lahir
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mengikuti perkuliahan menggunakan bahan ajar ini mahasiswa
mampu menjelaskan adaptasi bayi setelah lahir dengan benar
2. Setelah mengikuti pembelajaran menggunakan bahan ajar ini mahasiswa
mampu menjelaskan adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar
uterus dengan benar.
BAB 2
1. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar Uterus
a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai dengan usia 4
minggu, biasanya lahir pada usia kehamilan 38 minggu sampai 42
minggu (Wong, 2003).
Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas
perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensi
fisik secara terpisah dari ibunya. Perubahan fisiologis dan
psikososial yang besar yang terjadi pada saat bayi lahir
memungkinkan transisi dari lingkungan intaruterin ke lingkungan
ekstrauterin, perubahan ini menjadi dasar pertumbuhan dan
perkembangan kemudian hari (Bobak, 2005).
b. Adaptasi Fisiologis
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan
yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak
perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan ibu) ke lingkungan eksterna
(diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya
memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya. Saat
dilahirkan, bayi baru lahir memiliki perilaku dan kesiapan interaksi
sosial (Bobak, 2005).
Adapun perubahan-perubahan yang akan terjadi pada bayi
dibagi menurut karakteristik, antara lain (Bobak, 2005) :
1. Karakteristik Biologis
a. Sistem Kardiovaskuler
Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari
plasenta melalui vena umbikalis lalu sebagian ke hati dan
sebagian lainnya langsung ke serambi kiri jantung kemudian
ke balik kiri jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui
aorta ke seluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan
darah dipompa sebagian ke paru-paru dan sebagian melalui
duktus arteriosus ke aorta.
Setelah bayi lahir paru akan berkembang yang akan
mengakibatkan tekanan artriol dalam paru menurun yang
diikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan.
Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar
dibandingkan dengan tekanan jantung kanan dan hal
tersebutlah yang membuat foremen ovale secara fungsional
menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah
kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dari tekanan
dalam aorta desenden naik dan juga karena rangsangan
biokimia (PaO yang naik) serta duktus arteiosus yang
berobliterasi. Hal ini terjadi pada hari pertama.
Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan
adalah 4-5 liter per menit meter persegi (Gessner 1965).
Aliran darah sitolik pada hari pertama rendah yaitu 1,96
liter/menit/meter persegi dan bertambah pada hari kedua dan
ketiga (3,54 liter/meter persegi) karena penutupan duktus
arterious. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh
jumlah darah yang melalui transfuse plasenta yang pada jam-
jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan
menjadi konstan kira-kira 8540 mmHg.
Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali/menit
saat lahir, dengan variasi berkisar antara 120-160 kali/menit.
Frekuensi saat bayi tidur berbeda dari frekuensi saat bayi
bangun. Pada usia satu minggu, frekuensi denyut jantung
bayi rata-rata ialah 128x/menit saat tidur dan saat bangun
163x/menit. Pada usia satu bulan frekuensi 138 x/menit saat
tidur dan 167 x/menit saat bangun. Aritmia sinus (denyut
jantung yang tidak teratur) pada usia ini dapat dipersepsikan
sebagai suatu fenomena fisiologis dan sebagai indikasi fungsi
jantung yang baik.
b. Sistem Respirasi
Berikut adalah tabel mengenai perkembangan sistem
pulmonal sesuai dengan usia kehamilan.
Usia Kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru-paru terbentuk
26 – 28 hari Kedua bronkus membesar
8 minggu Segmen bronkus terbentuk
12 minggu Lobus terdiferensiasi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34 – 38 minggu Struktur paru matang
Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa
mengembangkan system alveoli. Selama dalam uterus, janin
mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan
setelah bayi lahir, pertkaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Penyesuaian paling kritis yang harus dialami bayi
baru lahir adalah penyesuaian sistem pernapasan. Paru-paru
bayi cukup bulan mengandung sekitar 20 ml cairan/kg.
setelah pernapasan mulai berfungsi, nafas bayi menjadi
dangkal dan tak teratur, bervariasi dari 30-60 x/menit.
Disertai apnea singkat (<15 detik). Periode apnea singkat ini
paling sering terjadi selama siklus tidur aktif (Rapid Eye
Movement/REM). Durasi dan frekuensi apnea menurun
seiring peningkatan usia. Periode apnea >15 detik harus
dievaluasi.
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi
karena beberapa hal berikut:
1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan
keluar lahir stamulasi mekanik
2) Penurunan PaO dan peningkatan PaCO merangsang
kemoresepton yang terletak di simus karotikes
(stimulasi kimiawi ).
3) Rangsangan dengan di daerah muka dan perubahan
suhu di dalam uterus stimulasi
4) Refleks deflasi, Hering Breur.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi pada
waktu 30 menit pertam sesudah lahir. Usia bayi pertama
kali untuk mempertahankan tekanan alveoli selain
karena adanya surfaktan, yang adanya tarikan napas dan
pengeluaran napas dengan merintis sehingga udara bisa
bertahan di dalam. Cara neonatus bernapas dengan cara
bernapas difrakmatik dan abdominal sedangkan untuk
frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur.
Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps
dan paru-paru kaku, sehingga terjadi atelektasis. Dalam
kondisi seperti ini (anoksia), neonatus masih dapat
mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan
metabolisme anaerobik.
c. Sistem Hematopoesis
Saat bayi lahir, nilai rata-rata Hb, Ht, dan eritrosit lebih
tinggi dari nilai normal orang dewasa. Hb bayi baru lahir
berkisar antara 14,5 – 22,5 g/dl. Ht bervariasi dari 44% - 72%
dan hitung eritrosit berkisar antara 5-7,5 juta/mm3. Secara
berturut-turut, Hb dan eritrosit menurun sampai mencapai
kadar rata-rata 11-17 g/dl dan 4,2 – 5,2/mm3 pada akhir bulan
pertama. Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% Hb
janin. Persentase Hb janin menurun sampai 55% pada
minggu kelima dan sampai 5% umur sel yang mengandung
Hb janin lebih pendek.
Leukosit janin dengan nilai hitung leukosit sekitar
18.000/mm3 merupakan nilai normal saat bayi lahir. Jumlah
leukosit janin, yang sebagian besar terdiri dari polimorf ini
meningkat menjadi 23.000-24.000 /mm3 pada hari pertama
setelah bayi lahir. Golongan darah bayi lahir ditentukan pada
awal kehidupan janin. Akan tetapi, selama periode neonatal
terjadi peningkatan kemampuan Aglutinogen membrane
eritrosit secara bertahap. Hitung trombosit dan agregasi sama
penting, baik bayi baru lahir maupun bagi orang dewasa.
kecenderungan perdarahan pada bayi baru lahir jarang terjadi
pembekuan darah cukup untuk mencegah perdarahan hanya
terjadi jika difisiensi vitamin K.
d. Sistem Urin
Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan
rentang keamanan yang kecil. Infeksi, diare dan pola makan
yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis
dan ketidakseimbangan cairan seperti dehidrasi atau edema.
Ketidak maturan ginjal juga dapat membatasi kemampuan
bayi baru lahir untuk mengekskresi obat. Biasanya sejumlah
kecil urin terdapat pada kandung kemih bayi saat lahir, tetapi
bayi baru lahir memungkinkan tidak mengeluarkan urin
selama 12 – 24 jam. Berkemih sering terjadi selama periode
ini. Berkemih 6-10x dengan warna urin pucat menunjukkan
masukan cairan yang cukup. Umumnya, bayi cukup bulan
mengeluarkan urin 15 – 60 ml/kg/hari.
e. Sistem Gastrointestinal
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna,
memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat
sederhana, serta mengemulsi lemak. Keciali amylase
pancreas, karakteristik enzim dan cairan pencernaan bahkan
sudah ditemukan pada bayi yang bera badan lahirnya rendah.
Adapun beberapa perubahan fisiologis pada sistem cerna
antara lain:
1) Pada pencenaan : keasaman lambung bayi pada saat
lahir pada umumnya sama dengan keasaman lambung
orang dewasa, tetapi akan menurun dalam satu minggu
dan tetap rendah selama 2 – 3 bulan. Penurunan
keasaman lambung ini dapat menimbulkan “kolik”.
Bayi yang mengalami kolik tidak dapat tidur, menangis
dan tampak distress diantara waktu makan. Gejala ini
akan hilang setelah bayi berusia 3 bulan.
Bising usus bayi dapat didengar 1 jam setelah bayi
lahir. Kapasitas lambung bervariasi dari 30 – 90 ml
tergantung pada ukurang bayi. Waktu pengosongan
lambung sangat bervariasi. Beberapa factor seperti
waktu pemberian makanan dan volume makanan, jenis
dan suhu makanan serta stress psikis dapat
mempengaruhi waktu pengosongan lambung.
2) Tinja: bayi lahir dengan bagian bawah yang penuh
dengan mekonium. Mekonium dibentuk selama janin
dalam kandungan berasal dari cairan amnion dan unsur-
unsurnya, dari sekresi usus dan dari sel-sel mukosa.
Mekonium berwarna hijau kehitaman, konsistensinya
kental dan mengandung darah samar. Mekonium
pertama keluar steril, tetapi mekonium setelah beberapa
jam mengandung bakteri. Sekitar 69% bayi normal
yang cukup bulan mengeluarkan mekonium dalam 12
jam pertama kehidupannya, 94% dalam 24 jam dan
99,8% dalam 48 jam.
f. Sistem Hepatika
Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat
kehamilan. Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1
cm dibawah batas kanan iga karena hati besar dan menempati
sekitar 40% rongga abdomen.
1) Penyimpanan Besi
Hati janin (berfungsi memproduksi Hb setelah lahir)
mulai menyimpan besi sejah dalam kandungan. Apabila
ibu mendapat cukup asupan besi selama hamil, bayi
akan memiliki simpanan besi yang dapat bertahan
sampai bulan kelima di luar rahim.
2) Konjugasi Bilirubin
Hati mengatur jumlah bilirubin tidak terikat dalam
peredaran darah. Bilirubin ialah pigmen yang berasal
dari Hb yang terlebas saat pemecahan eritrosit dan
mioglobulin di dalam sel otot.
3) Hiperbilirubinuminemia Fisiologi
Hiperbilirubinuminemia fisiologi/ ikterik neonatal
merupakan kondisi yang normal pada 50% bayi cukup
bulan dan pada 805 bayi premature.
g. Sistem Imun
Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada
awall kehidupan janin. Namun sel ini tidak aktif beberapa
bulan. Selama 3 bulan pertama kehidupannya, bayi dilindungi
oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibu. Barier alami
seperti keasaman lambung atau produksi pepsin dan tripsin
yang mempertahankan kestreilan usus halus.
IgA sebagai pelindung membrane lenyap dari traktus
respirasi, traktus urinarius, dan traktur gastrointestinal kecuali
jika bayi diberi ASI. Bayi mulai menyintesa IgG dan
mencapai sekitar 40% kadar IgG orang dewasa pada usia 1
tahun, sedangkan kadar orang dewasa dicapai pada usia 9
bulan. IgA. IgD, dan IgE diproduksi secara lebih bertahap
dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa kanak-
kanak dini.
h. Sistem Integumen
Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir tetapi
masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat
dengan baik dan sangat tipis. Verniks kaseosa juga berfusi
dengan epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung.
Kulit bayi sangat sensitive dan dapat rusak dengan mudah.
Bayi baru lahir yang sehat dan cukup bulan tampak gemuk.
Lanugo halus terlihat di wajah, bahu dan punggung. Edema
dan ekimosis (memar) dapat timul akibat presentasi muka
atau kelahiran dengan forsep. Ptekie juga dapat timbul jika
daerah tersebut ditekan. Beberapa permasalahan yang dialami
oleh bayi baru lahir terkait sistem integument antara lain:
1) Kaput Suksedaneum : edema pad akulit yang ditemukan
dini akibat tekanan vertex yang lam pada serviks
sehingga pembuluh darah tertekan dan memperlambat
aliran balik vena yang memperlambat membuat cairan
di kulit daerah kepala meningkat sehingga akibatnya
menyebabkan edema/bengkak.
2) Sefalhematoma : perdarahan diantara periosteum dan
tulang tengkorak dan periosteumnya. Dengan demikian,
sefaltoma tidak pernah meleewati garis sutura chepal.
Perdarahan dapat terjadi pada kelahiran spontan akibat
penekanan pada panggul ibu.
3) Deskuamasi : pengelupasan kulit. Pada kulit bayi tidak
terjadi sampai beberapa hari setelah lahir. Ini
merupakan indikasi ppascamaturitas.
4) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat: kelnjar keringat
sudah ada saat bayi baru lahir, tetapi kelenjar ini tidak
berespon terhadap peningkatan suhu tubuh. Terjadi
sedikit hyperplasia kelenjar sebasea dan sekresi sebum
akibat pengaruh hormone saat hamil.
5) Bintik mogolia: daerah pigmentasi biru kehitaman pada
semua permukaan tubuh termasuk ekstremitas.
6) Nevi: atau dikenal denga gigitan burung bangau yaitu
nevi telangiektasis berwarna merah muda dan mudah
memutih, terlihat pada kelopak mata bagian atas, daerah
hidung, bagian atas bibir, tulang oksipital bawah dna
tengkuk.
7) Eritema toksium: suatu ruam sementara, eritema
toksium juga disebut eritema neonatorum atau
dermagalis gigitan kuku. Eritema toksium memiliki lesi
dalam berbagai tahap, yakni macula eritematosa, papula
dan vesikel kecil.
i. Sistem Reproduksi
1) Wanita
Saat lahir ovarium bayi berisi beribu-ribu sel
germinal primitive. Jumlah ovum berkurang sekitar 90%
sejak bayi baru lahir sampai dewasa. peningkatan kadar
estrogen selama masa kehamilan yang diikuti dengan
penurunan setelah bayi lahir, mengakibatkan pengeluaran
suatu cairan mukoid atau kadang-kadang pengeluaran
bercak darahh melalui vagina (pseudomenstruasi).
Genitalia eksterna biasanya edematosa disertai pigmentasi
yang lebih banyak. Pada bayi lahir cukup bulan, labia
mayora dan minora menutupi vestibulum.
2) Pria
Testis turun kedalam skrotum pada 90% bayi baru
lahir laki-laki. Walaupun menurun pada kelahiran bayi
premature. Preposium yang ketat seringkali dijumpai
pada bayi baru lahir. Muara uretra dapat tertutup
preposium dan tidak dapat ditarik kebelakang selama 3-4
tahun. Terdapat rugae yang melapisi kantung skrotum dan
hidrokel (penimbunan cairan disekitar testis) sering
terjadi dan biasanya akan mengecil tanpa pengobatan.
j. Sistem Skeletal
Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang
tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah
relative kecil terhadap ukuran tengkorak yang jika
dibandingkan, lebih besar dan berat. Ukuran dan bentuk
cranium dapat mengalami distorsi akibat molase (pembukaan
kepala janin akibat tumpang tindih tulang-tulang kepala).
Ada dua kurvatura pada kolumna vertebralis : toraks dan
sacrum. Ketika bayi mulai dapat mengendalikan kepalanya,
kurvatura lain terbentuk di daerah servikal. Pada bayi baru
lahir, lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit
disatukan, sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung.
Saat baru lahir, tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki.
k. Sistem Neuromuskuler
Pengkajian perilaku saraf (neurobehavioural) neonates
terutama merupakan evaluasi reflex primitive dan tonus otot.
Saat ini, bayi baru lahir cukup bulan dikenal sebagai makhluk
yang reaktif, responsive dan hidup. Perkembangan sensori
bayi baru lahir dan kapasitas untuk melakukan interaksi
sosial dan oranisasi diri sangat jelas terlihat.
Termogenesis berarti produksi panas. Suhu tubuh
dipertahankan supaya berada pada batas sempit suhu tubuh
normal dengan memproduksi panas sebagai respon terhadap
pengeluaran panas. Beberapa hal yang menyangkut sistem
termogenik bayi baru lahir meliputi:
1) Produksi Panas
Mekanisme produksi panas bayi baru lahir dengan
cara menggigil sangat jarang terjadi. Termogenesis
tanpa menggigil dapat dicapai akibat adanya lemak
coklat pada bayi baru lahir, yang kemudian dibentuk
akibat peningkatan aktivitas metabolism di otak,
jantung dan hati. Lemak coklat terdapat dalam
cadangan permukaan (interskapula, aksila, sekitar
kolumna vertebralis dan sekitar ginjal).
2) Pengaturan Suhu
a) Insulasi suhu kurang akibat pembuluh darah yang
lebih dekat ke permukaan kulit akibatnya perubahan
temperature lingkungan akan mengubah
temperature darah sehingga mempengaruhi pusat
pengaturan suhu di hipotalamus.
b) Rasio permukaan tubuh bayi lebih besar terhadap
berat badan. Posisi fleksi bayi diduga berfungsi
sebagai sistem pengamanan untuk mencegah
pelepasan panas karena mengurangi pemajanan
permukaan tubuh pada suhu lingkungan.
c) Control vasomotor bayi baru lahir belum
berkembang dengan baik, kemampuan untuk
mengonstriksi pembuluh darah subkutan dan kulit
sama baik pada bayi premature dan orang dewasa.
d) Bayi baru lahir memproduksi panas terutama
dengan upaya termogenesis tanpa menggigil.
e) Kelenjar keringat bayi baru lahir hampir tidak
berfungsi sampai minggu keempat setelah bayi
lahir.
3) Stress Dingin
Stress dingin menimbulkan masalah fisiologis dan
metabolism. Upaya yang dilakukan bayi adalah dengan
mengkonsumsi oksigen dan energy pada bayi baru lahir
yang mengalami stress dingin dialihkan dari fungsi
untuk mempertahankan pertumbuhan, fungsi sel otak
dan fungsi jantung normal menjadi fungsi termogenesis
agar bayi tetap hidup.
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat
menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas
tubuhnya.
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi benda
sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh
bayi pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek
lain melalui kontak langsung. Sebagai contoh
konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi
tanpa alas timbangan, memegang bayi saat
tangan dingin, dan menggunakan stetoskop
dingin untuk pemeriksaan BBL.
2) Konveksi.
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara
sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas
yang hilang bergantung pada kecepatan dan
suhu udara). Sebagai contoh, konveksi dapat
terjadi ketika membiarkan atau menempatkan
BBI, dekat jendela, atau membiarkan BBL di
ruangan yang terpasang kipas angin.
3) Radiasi.
Panas dipancarkan dan BBL keluar
tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin
(pemindahan panas antara 2 obyek yang
mempunyai suhu berbeda. Sebagai contoh,
membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa
diberikan pemanas (radiant warner),
membiarkan BBL dalam keadaan telanjang,
atau menidurkan BBL, berdekatan dengan
ruangan yang dingin (dekat tembok).
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan
yang tergantung pada kecepatan dan
kelembapan udara (perpindahan panas dengan
cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi
ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai,
tingkat kelembapan udara, dan aliran udara
yang melewati. Apabila BBI, dibiarkan dalam
suhu kamar 25 0 Celsius maka bayi akan
kehilangan panas melalui konveksi. Radiasi,
dan evaporasi yang besarnya 200g/BB,
sedangkan yang dibentuk hanya sepuluhnya
saja. Agar dapat mencegah terjadinya
kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal
berikut:
a) Keringkan bayi secara saksama
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain
bersih yang kering dan hangat
c) Tutup bagian kepala bayi
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan
menyusui bayinya.
e) Jangan segera menimbang atau
memandikan bayi baru lahir
f) Tempatkan bayi di lingkungan yang
hangat
2. Karakteristik Perilaku
Bayi baru lahir yang sehat harus mampu menjalani fungsi
biologis dan fungsi perilaku/psikologis sehingga dapat tumbuh
kembang dengan baik. Respon perilaku bayi baru lahir dapat
mengindikasikan adanya control ppada korteks, kemampuan
memberi respon dan akhirnya penatalaksanaan lingkungan bayi
tersebut. Melalui responnya, bayi bertindak untuk
mengonsolidasi hubungan atau menjauhkan diri dari orang-orang
dalam lingkungan dekatnya. Melalui tindakannya, ia memperkuat
atau melemahkan ikatan dan aktivitas pemberian perawatan.
Skala Perilaku Neonatus oleh Brazelton (The Brazelton
Neonatal Behaviour Assessment Scale/ NBAS) digunakan untuk
menilai karakteristik unik bayi baru lahir, yakni sebagian
tergantung pada keadaan tidur-terjaga, ia juga menyatakan rekasi
orangtua terhadap bayi baru lahir sebagian ditentukan oleh
perbedaan-perbedaan ini. Periode transisi dari bayi baru lahir
antara lain:
a. Periode pertama reaktivasi : dimana mata bayi terbuka,
awas dan memfokuskan perhatian pada wajah dan suara
orangtuanya terutama ibu (fase ini berlangsung sekama
15 menit).
b. Periode kesadaran aktif : dimana bayi sering melakukan
gerakan mendadaknaktif dan juga menangis, reflex
menghisap kuat yang menandakan bayi lapar.
c. Periode tidak aktif/istirahat : periode dimana bayi
terlihat rileks dan tidak berespon/sulit dibangunkan.
Periode ini berlangsung selama 2-4 jam.
d. Periode rektivitas kedua : dimana bayi waspada dan
terjaga dan menunjukkan keadaan sadar dan tenang,
aktif dan menangis. Periode ini selama 4-6 jam.
Sejak lahir, bayi memiliki respon sensorik yang
mengindikasi suatu tahap kesiapan untuk melakukan interaksi
sosial antara lain mencakup:
a. Penglihatan
Saat lahir, pupil bayi bereaksi terhadap rangsangan
cahaya dan penglihatan reflek mengedip dengan mudah.
Sejak lahir, bayi telah mampu memusatkan pandangan
dan memperhatikan secara intensif suatu objek. Mereka
memandang wajah orangtuanya dan berespon terhadap
perubahan yang dilakukan. Kemampuan ini membuat
orangtua dan anak dapat saling kontak mata dan
akibatnya terbentuk komunikasi yang tidak kentara.
Kontak mata sangat penting dalam interaksi orangtua-
bayi.
b. Pendengaran
Bayi akan berespon terhadap suara ibunya, hal ini
merupakan respon akibat mendengar dan merasakan
gelombang bunyi suara ibunya selagi ia berada didalam
rahim. Hal ini menunjukkan suatu pendengaran selektif
terhadap bunyidan irama suara ibu selama bayi berada
didalam rahim ibu, dimana bayi baru lahir
mempersiapkan diri untuk mengenali dan berinteraksi
dengan ibu mereka. Janin dalam rahim telah terbiasa
mendengar denyut jantung ibu, akibatnya bayi baru
lahir akan berespon dengan melakukan relaksasi dan
berhenti menangis bila simulator denyut jantung
diletakkan di tempat tidurnya.
c. Sentuhan
Semua bagian tubuh bayi berespon terhadap
sentuhan. Wajah terutama mulut, tanngan, dan telapak
kaki merupakan daerah yang paling sensitive. Hal ini
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan normal,
dan setiap bayi menunjukkan keanekaragaman respon
terhadap sentuhan. Ibu yang baru memiliki bayi
menggunakan sentuhan sebagai perilaku pertama dalam
berinterkasi seperti sentuhan ujung jari, mengusap-usap
wajah dengan lembut dan memijat bagian punggung.
d. Pengecap
Bayi baru lahir memiliki sistem kecap yang
berkembang baik dan larutan yang berbeda
menyebabkan bayi memperlihatkan ekspresi wajah
yang berbeda. Secara umum bayi berorientasi pada
penggunaan mulutnya, baik untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi, maupun untuk tumbuh dengan cepat dan untuk
melepaskan ketegangannya melalui kegiatan mengisap.
Perkembangan dini yang mencakup sensasi disekitar
mulutnya, aktivitas otot dan pengecapan tampaknya
merupakan persiapan bayi agar tetap hidup diluar
rahim.
e. Penciuman
Indra penciuman bayi baru lahir sudah berkembang
baik saat bayi lahit. Bayi baru lahir tampaknya memberi
reaksi yang sama dengan reaksi orang dewasa, bila
diberi bau yang menyenangkan. Bayi yang disusui
mampu membaui ASI dan dapat membedakan ibunya
dari ibu lain yang menyusui. Bayi wanita yang diberi
susu botol lebih menyukai bau wanita yang menyusui
daripada wanita lain yang tidak menyusui. Bau ibu ini
dipercaya mempengaruhi pemberian makan.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, M. Irene, at.al. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4. Alih Bahasa. : Maria A. Wijayarini. Jakarta : EGC.
Cunningham, Garry.F. 2005. Obstetri Williams. Ed.21. Vol.1. Jakarta : EGC.
Mansjoer, 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aescapulis.
Manuaba, IG, dkk, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.
Mochtar, R, 1998. Sinopsis Obstetri., jilid 1. Jakarrta : EGC.
Syaifudin, 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, YBPSP
Wiknjosastro, H, 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi etiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Saronwo Prawiroharjo
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi etiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarono Prawiroharjo
Wong, T.K.S, Samantha M.C, et al. 2003. Nursing Inguiry. Volume 10, Issue 2, pages 79–80. Hongkong Polytechnic University and Chinese Nursing Association.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/207301017/bab2.pdf (diakses pada tanggal 7 Juli 2014)