acara pengenalan mineral aegirine dan augite

43
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mineral merupakan suatu padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki bentuk teratur dan terbentuk secara alami. Mikroskop polarisasi digunakan untuk mengertahui jenis mineral tersebut secara detail atau mikroskopis berupa sayatan tipis. Sebelum disayat menjadi tipis, mineral diletakan pada preparat dengan Balsam Kanada. Batuan yang telah diletakan pada kaca ini kemudian ditipiskan hingga mencapai ketebalan kurang lebih 0.03 mm. untuk mencegah agar batuan yang telah di tipiskan tidak rusak maka ditutup dengan kaca penutup. Pengamatan mineral secara mikroskopis dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat optik suatu mineral. Pengamatan ini dilakukan pada ortoskop nikol silang, ortoskop nikol sejajar dan konoskop. Terkait dengan peranan mikroskop polarisasi dalam identifikasi sifat optik suatu mineral dan sifat-sifat cahaya dari

description

mineralnya antara lain aegirin dan augite

Transcript of acara pengenalan mineral aegirine dan augite

Page 1: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral merupakan suatu padatan senyawa kimia homogen, non-organik,

yang memiliki bentuk teratur dan terbentuk secara alami. Mikroskop polarisasi

digunakan untuk mengertahui jenis mineral tersebut secara detail atau mikroskopis

berupa sayatan tipis. Sebelum disayat menjadi tipis, mineral diletakan pada preparat

dengan Balsam Kanada. Batuan yang telah diletakan pada kaca ini kemudian

ditipiskan hingga mencapai ketebalan kurang lebih 0.03 mm. untuk mencegah agar

batuan yang telah di tipiskan tidak rusak maka ditutup dengan kaca penutup.

Pengamatan mineral secara mikroskopis dilakukan untuk mengetahui sifat-

sifat optik suatu mineral. Pengamatan ini dilakukan pada ortoskop nikol silang,

ortoskop nikol sejajar dan konoskop. Terkait dengan peranan mikroskop polarisasi

dalam identifikasi sifat optik suatu mineral dan sifat-sifat cahaya dari mineral yang

diamati maka dianggap perlu untuk mampu menggunakan mikroskop tersebut. Oleh

karena itu diadakanlah praktikum untuk pengamatan nikol sejajar, nikol silang

dan konoskop dalam acara pengenalan mineral.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari diadakannya praktikum mineral optik dengan acara

pengamatan mineral adalah untuk mengidentifikasi mineral pada suatu batuan

dengan mengggunakan mikroskop polarisasi.

Page 2: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

Tujuan dari diadakannya praktikum mineral optik dengan acara pengamatan

konoskop adalah, sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui sifat-sifat optik mineral pada suatu batuan.

2. Dapat menentukan nama mineral berdasarkan sifat optik dan sifat cahaya

mineral tersebut.

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah :

1. Mikroskop polarisasi

2. Alat tulis menulis

3. Lap kasar dan lap halus

4. Pensil warna

5. Lembar kerja praktikum

6. Penuntun praktikum

7. Sampel mineral

1.4 Prosedur Kerja

Pada saat praktikum, dilakukan beberapa tahapan dalam pengerjaannya,

beberapa tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Membuat bon alat, yang bertujuan untuk mengetahui keadaan mikroskop

sebelum ataupun setelah digunakan.

2. Menyalakan mikroskop dan menyentringkan mikroskop dan memfokuskan

medan pandang

3. Meletakkan sampel batuan pada meja objek.

Page 3: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

4. Mengatur kedudukan sampel sehingga berada pada perpotongan benang

silang mikroskop.

5. Mengfungsikan analisator, kemudian memperhatikan warna, gejala

pleokroisme dari mineral pada saat diputar, menentukan bentuk mineral,

indeks bias dengan menggunakan metode iluminasi miring, belahan, pecahan,

relief, inklusi pada mineral, dan menentukan ukuran dari mineral .

6. Mengfungsikan polarisator lalu memperhatikan warna interfernsi maksimum,

sudut gelapan, jenis gelapan, bias rangkap, sistem kristal dan komposisi kimia

mineral yang diamati.

7. Memasukkan keping gips pada kompensator sehingga sejajar dengan objek

dan amati perubahan warna yang terjadi sehingga kita dapat mengetahui

TRO-nya.

8. Setelah data yang didapatkan cukup, maka selanjutnya menentukan nama

mineral yang diamati.

9. Mengfungsikan lensa amici betrand lalu amati sumbu optik, tanda optik,

dambar interferensi yang terdiri dari isogir, gelang warna dan sudut 2V, lalu

menentukan nama mineral berdasarkan sifat cahaya mineral tersebut.

10. Mengganti sampel mineral dengan sampel mineral yang lain.

11. Melakukan langkah 5-langkah 7 untuk sampel mineral tersebut.

Page 4: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengamatan Ortoskop

2.1.1. Pengamatan Nikol Sejajar (Plane Polarized Light/PPL)

a. Warna

Warna mineral adalah pencerminan dari daya serap atau absorpsi panjang

gelombang tertentu dari cahaya atau sinar yang masuk khususnya untuk mineral

yang transparant yang bersifat anisotropik.

b. Bentuk

Pada pengamatan bentuk mineral secara optik mikroskopik, maka bentuk

yang dapat kita amati adalah bentuk mineral dalam kondisi dua dimensi, tetapi

dengan bantuan struktur dalam mineral yang dapat teramati seperti halnya bidang

belah atau “cleavage”,maka kita dapat mentafsirkan akan struktur kristal dari

mineral tersebut. Dengan demikian berdasarkan kenampakan bentuk mineral

dalam kondisi 2 dimensi, maka kita dapat merefleksikannya kedalam bentuk

kondisi 3 dimensi. Bentuk mineral yang dapat diamati:

Perismatik : bila belahan tampak sejajar

a. Prismatik euhedral

b. Prismatik subhedral

c. Prismatik anhedral

Kubik :memliki sumbu 2 arah dan saling tegak lurus.

Page 5: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

a. Rhombik : sumbu-sumbunya dapat saling tegak lurus atau

tidak,bentuknya biasanya segienam.

b. Polygonal :bentuk dan belahan tidak karuan panjang sisi tidak

sama.

c. Pleokroisme

Pleokroisme merupakan warna yang terjadi (bila meja mikroskop diputar

360 ), karena adanya perbedaan daya absorpsi dari sumbu-sumbu kristal terhadap

kedudukan analisator dan polarisator.

Jenis-jenis pleokroisme diantaranya adalah sebagai berikut:

Dwikroik : biasanya dimiliki oleh mineral-mineral yang mempunyai

sistem krista; trigonal dan hexagonal pada perputaran antara 0 -90 terjadi

2 kali.

Trikroik : biasanya dimiliki oleh mineral-mineral yang mempunyai

sistem kristal orthorombik, triklinik, monoklin. warna pleokroik ini

tergantung pada sumbu X,Y,Z.

d. Indeks Bias

Indeks bias adalah suatu angka (konstanta) yang menunjukan

perbandingan antara sinus sudut datanh dan sinus sudut pantul; (n=sin i/sin r

=l/v). indeks bias juga merupakan fungsi dari sinar didalam medium yang

berbeda. Pengukuran indeks bias dapat dilakukan secara relatif dengan

memperhatikan relief dan dibandingkan dengan pergerakan garis becke,atau

secara absolut dengan menggunakan minyak imersi. Semua kristal yang

Page 6: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

bersistem isometrik tergolong sebagai zat isotropik dengan demikian mempunyai

satu harga indeks bias (nω dan nε ), sedangkan yang bersistem orthorombik,

monoklin, atau triklin,mempunyai tiga harga indeks bias [nα nβ ,dan nγ.

e. Relief

Relief merupakan kenampakan yang timbul akibat perbedaan indeks bias

antara suatu media dengan media yang mengitarinya. Dengan kata lain, bahwa

cahaya yang keluar dari suatu media kemudian masuk ke media lain yang

mempunyai harga indeks bias yang berbeda, maka akan mengalami

pembiasan/pemantulan pada batas sentuhan antara kedua media tersebut. 

Semakin besar perbedaan indeks bias kedua bahan, kama semakin jelas/

menonjol bidang batas antara keduanya.jika dua bahan tersebut, mempunyai

harga indeks biasnya sama, maka bidang batasnya akan tidak nampak sama

sekali.

2.1.2. Pengamatan Nikol Silang (Cross Polarized Light/XPL)

a. Bias Rangkap (Bire Fringence)

Bias rangkap adalah angka yang menunjukan perbedaan indek bias sinar

ordiner dan extraordiner. Faktor yang mempengaruhi:

a. Macam sayatan (//c atau hampir // c ).

b. Ketebalan sayatan

c. Macam sinar yang masuk,dimana setiap sinar yang msuk mempunyai

panjang gelombang yang berbeda.

Page 7: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

b. Orientasi

Orientasi mineral merupakan hubungan antara arah-arah sumbu optik

dengan sumbu-sumbu kristallografinya. Penentuan orientasi mineral ini

digunakan untuk dapat mengetahui kedudukan sumbu-sumbu indikatriks di

dalam suatu mineral. Macam-macam orientasi berdasarkan tingkat perbedaan

kecepatan cahaya yang merambat didalam mineral yang anisotopik.

1. Orientasi “length slow” berarti bahwa sumbu terpanjang indikatrik

getaran sianr lambat (γ) sejajar (//) sumbu C sebagai arah sumbu

terpanjang kristal.

2. Orientasi “length fast” berarti bahwa sumbu terpanjang indikatrik (γ)

tegak lurus sumbu C atau (γ) hampir tegak lurus sumbu C.adanya 2

alternatif yaitu gejala addisi dan gejala substraksi.

c. Pemadaman

Pemadaman merupakan proses penggelapan yaitu akibat perulangan

pembiasan yang terjasi yang diperoleh dengan merubah-rubah posisi mineral

terhadap kedudukan analisator dan polarisator. Jadi pemadaman dapat terjadi

Page 8: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

apabila sumbu-sumbu indikatriks mineral sejajar atau tegak lurus dengan

bidang-bidang getar polarisator dan analisator. Macam-macam pemadaman

Berdasarkan posisi atau kedudukan pemadaman mineral terhadap analisator

dan polarisator dapat dibagi atas:

1. Pemadaman paralel= Bila pemadaman terjadi pada posisi 45-90 (derajat)

2. Pemadaman miring= Bila pemadaman terjadi pada posisi <45 (derajat)

3. Pemadaman simetris= Bila pemadaman terjadi pada posisi 45 (derajat)

d. Kembaran

Kembaran yaitu sifat yang ditunjukkan oleh mineral akibat pertumbuhan

bersama kristal saat pengkristalannya. Berbentuk kisi-kisi yang dibentuk oleh

orientasi pertumbuhan kristalografi. Sifat ini dapat diamati pada posisi

pengamatan nikol silang. Berhubungan dengan sifat pemadamannya, bentuk

kembaran berhubungan dengan bentuk simetri dari dua atau lebih bagian-bagian

(bayangan kembar, sumbu rotasi).

Macam-macam kembaran diantaranya :

1) Refleksi (berbentuk bidang kembar); Ct: model kembaran gypsum “fish-

tail”, 102 dan 108.

2) Rotasi dengan memutar meja obyektif (biasanya 180o) memiliki bentuk

kembaran sumbu: normal parallel. Ct: kembaran carlsbad, model 103.

3) Inversi (kembaran ke pusat)

a. Kembaran Multiple (> 2 segmen memiliki kesamaan sifat optis yang

terulang).

Page 9: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

b. Kembaran Cyclic - kembaran berulang yang bidang-bidang

kembarannya tidak parallel; ct: kembaran polisintetik Albite pada

plagioklas.

Jenis-jenis kembaran lain yang umum dijumpai dalam beberapa mineral adalah:

1) Kembaran Albit: terbentuk oleh pertumbuhan bersama feldspar plagioklas

dengan sistem kristal: Triclinic; merupakan kembaran yang umum dijumpai

pada plagioklas 010.

Posisi nikol silang diputar 45o Posisi nikol silang diputar 90o

Gambar 1. Kembaran Polisintetik Albit pada Plagioklas

Kembaran polisintetik juga dapat diamati dalam pengamatan megaskopis

pada Chrysoberryl dan Aragonit membentuk kembaran cyclic.

Page 10: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

Gambar 2. Kembaran polisintetik cyclic pada Chrysoberryl dan Aragonit

2) Kembaran sederhana, contoh pada piroksen posisi {100}

Gambar 3. Kembaran sederhana pada Clinopyroxene (augite) posisi {100}

Mineral-mineral prismatik panjang biasanya memiliki kembaran, sebagai

contoh adalah plagioklas dan klinopiroksen. Kembaran yang umum dijumpai pada

Plagioklas:

- Sederhana Carlsbad pada (010)

- Polysyntetic Albite pada (010)

- Pericline pada (101)

Page 11: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

2.2 Pengamatan Konoskop

Konoskop sering digunakan oleh mikroskop dengan suatu Bertrand lensa

untuk pengamatan atas gambaran sifat-sifat cahaya yang diamati. Yang paling awal

dengan penggunaan konoskop yaitu pengamatan yang dilakukan dengan memusatkan

pada mikroskop polarisasi. Dengan pemasangan lensa amici bertrand, maka

mikroskop dijadikan semacam teleskop dengan sudut lebar yang terfokus pada titik

tidak terhingga. Sedangkan dengan pemakaian kondensor, maka cahaya yang

terpolarisir akan sampai pada batas peraga dengan sudut –sudut datang yang berbeda-

beda. Dalam pengamatan dengan konoskop yang dicari adalah sifat cahaya.

Cahaya pada kenampakan konoskop adalah cahaya konvergen, karena lensa

kondensor akan menghasikan cahaya mengkuncup yang menghasilkan suatu titik

yang terfokus pada sayatan mineral. Cahaya tersebut kemudian melewati sayatan

kristal dan kemudian ditangkap oleh lensa obyektif. Dengan melakukan pengamatan

pada gambar interferensi, maka dapat ditentukan:

1. Sumbu optik mineral

2. Tanda optik mineral

3. Sudut sumbu optik (2V)

A. Sumbu Optik

Cahaya terpolarisir yang melewati mineral anisotrop, akan dibiaskan menjadi

dua sinar yang bergetar kesegala arah dengan kecepatan yang berbeda. Tetapi pada

arah sayatan tertentu sinar akan dibiaskan kesegala arah dengan kecepatan sama.

Garis yang tegak lurus dengan arah sayatan tersebut di.kenal sebagai Sumbu Optik.

Page 12: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

Pada mineral-mineral yang bersisitim kristal tetragonal, hexagonal dan

trigonal terdapat dua sumbu indikatrik (sumbu arah getar sinar), yaitu sumbu dari

sinar ordiner (biasa) dan sinar ekstra ordiner (luar biasa). Pada mineral yang

bersistim kristal tersebut, hanya ada satu kemungkinan arah sayatan, dimana sinar

yang terbias bergetar ke segala arah dengan kecepatan sama. Oleh karena itu,

mineral-mineral yang bersistem kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal

mempunyai sumbu optik satu (uniaxial).

Gambar 4. interferensi pada pengematan konoskop

Sedangkan pada mineral-mineral yang bersistem kristal orthorombik,

monoklin dan triklin terdapat tiga macam sumbu indikatrik, yaitu:

Sumbu indikatrik sinar X (paling cepat)

Sumbu indikatrik sinar Y (intermedit)

Sumbu indikatrik sinar Z (paling lambat)

Pada mineral-mineral tersebut, terdapat dua kemungkinan arah sayatan

dimana sinar yang terbias bergetar kesegala arah dengan kecepatan yang sama. Oleh

karena itu mineral-mineral yang bersistem kristal demikian mempunyai sumbu optik

dua (biaxial).

Page 13: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

B. Tanda Optik

a. Tanda optik mineral sumbu satu (Uniaxial)

Kecepatan sinar ordiner dan ekstra ordiner pada kristal sumbu satu

(uniaxial) adalah tidak sama. Pada mineral tertentu sinar ekstra ordiner lebih

cepat dari sinar ordiner, tetapi pada mineral lain sinar ordiner bisa lebih cepat dari

sinar ekstra ordiner. Untuk mempermudah pembahasan dari keragaman tersebut

dibuat kesepakatan bahwa mineral uniaxial yang mempunyai sinar ekstra ordiner

lebih cepat dari sinar ordiner diberi tanda optik negatif (-). Sebaliknya untuk

mineral uniaxial yang mempunyai sinar ordiner lebih cepat dari sinar ekstra

ordiner diberi tanda optik positif (+).

b. Tanda optik mineral sumbu dua (Biaxial)

Pada mineral sumbu dua, kecepatan sinar X,sinar Y dan sinar Z adalah

tertentu, artinya pada setiap mineral sinar X merupakan sinar yang paling cepat,

sinar Y merupakan sinar intermediet dan sinar Z merupakan sinar paling lambat.

Yang membedakan antara mineral satu dengan lainnya adalah kedudukkan/posisi

dari sumbu indikatrik sinar-sinar tersebut dikaitkan dengan Garis Bagi Sudut

Sumbu Optik. Mineral sumbu dua dikatakan nempunyai Tanda Optik Positif, jika

sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut Lancip (BSl) atau

Centred Acute Bisectrix (Bxa) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan

Garis Bagi Sudut Tumpul (BSt) atau Centred Obtuse Bisectrix (Bxo). Sebaliknya

jika sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut Tumpul (BSt)

Page 14: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan Garis Bagi sudut Lancip (BSl),

maka mineral tersebut mempunyai Tanda Optik Negatif

C. Sudut Sumbu Optik (2V)

Sudut Sumbu Optik (2V) adalah sudut yang dibentuk oleh dua sumbu optik.

oleh karena itu sudut sumbu optik hanya didapatkan pada mineral sumbu dua. pada

sayatan tertentu, dengan memperhatikan gambar lnterferensinya, dapat dihitung

besarnya sudut sumbu optik.

D. Gambar Interferensi

Ada beberapa kenampakkan gambar interferensi pada kristal sumbu satu.

Kenampakkannya ini sangat bergantung pada arah sayatan terhadap sumbu optik.

a. Gambar interferensi terpusat

Terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus sumbu optiknya

(sayatan isotropik).

Memperlihatkan isogire dengan empat lengan, serta melatop tepat

berada di tengah.

Memperilhatkan gelang-gelang warna (isofase), banyaknya gelang-

gelang ini sangat bergantung pada harga bias rangkap masing-masing

mineral. Makin besar harga bias rangkapnya, makin banyak gelang-

gelang warnanya.

Bila meja obyek diputar 360°, gambar interferensi tidak berubah sama

sekali.

Page 15: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

Gambar 1.2 interferensi terpusat, mineral dengan bias rangkap kuat (kiri) dan

biasrangkap lemah (kanan)

Cara Penentuan Tanda Optik Gambar Interferensi Terpusat

Komponen sinar luar biasa selalu bergetar di dalam bidang yang

memotong bidang pandangan sebagai jari-jari.

Untuk mengetahui apakah sinar luar biasa merupakan sinar lambat

atau cepat, maka dipergunakan komparator.

Jika kwadran l dan 3 menunjukan gejala adisi (warna biru), sedang

kwadran 2 dan 4 menunjukkan gejala substraksi (warna kuning-

orange)berarti sinar luar biasa merupakan sinar lambat, maka kristal

mempunyai tanda optik positip. Sebaliknya jika kwadran l dan 3

menunjukkan gejala substraksi, kwadran 2 dan 4 menunjukkan gejala

adisi, mineral mempunyai tanda optik negatif.

Gambar 4.2. Penentuan tanda optic gambar interferensi terpusat sumbu satu

Page 16: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

b. Gambar interferensi tidak terpusat

Terdapat pada sayatan Kristal yang dipotong miring terhadap sumbu

optik. Melatop dapat kelihatan dapat tidak (tetapi tidak ditengah-tengah).

Penentuan tanda optik sama dengan gambar interferensi terpusat, tetapi harus

terlebih dahulu menentukan posisi setiap kwadrannya.

Gambar 8.3 Kenampakan gambar interferensi tak terpusat dan cara penentuankuadrannya

Kenampakkan isogire pada gambar interferensi ini, bila meja obyek

diputar akanbergerak secara tidak teratur untuk kemudian menghilang dari

medan pandangan. Karenapergerakkannya yang tidak teratur maka gambar

interferensi ini tdak bias untuk menentukan tanda optik mineral yang

bersangkutan maupun sudut optiknya (2V). Tetapidalam kenyataannya

gambar interferensi ini paling sering dijumpai, karena sayatan jenisini

kemungkinannya paling banyak.

Ciri-ciri gambar interferensi tidak terpusat adalah sebagai berikut :

Terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus sumbu optik.

Hanya menampakkan satu lengan isogir.

Pergerakkan isogir berlawanan dengan pergerakan meja objek.

Page 17: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

Pada Gambar interferensi ini paling baik untuk menentukan sudut

sumbu optik ( 2V ).

c. Gambar interferensi kilat

Gambar interferensi kilat terjadi pada sayatan yang sejajar sumbu-c.

Sayatan ini mengandung arah getar sinar ekstraordiner sesungguhnya.

Gambar 4.4. Gambar interferensi kilat pada kristal sumbu satu. Arah pergerakanisogir adalah arah sumbu optik.

Ciri-ciri gambar interferensi kilat adalah sebagai berikut:

Gambar interferensi pada posisi 0o hampir sama dengan sayatan terpusat.

Perbedaannya pada isogir yang lebih lebar dan apabila meja objek diputar

maka isogir akan pecah dan bergerak secara diagonal searah sumbu

optiknya.

Penentuan tanda optik caranya sana dengan sayatan yang lain,

bedanyaharus ditentukan dulu arah sumbu optiknya(arah getar sinar luar

biasasesungguhnya).

Pada saat meja obyek diputar < 5°, isogir akan terpecah dan bergerak

menghilangdari medan pandangan (gambar kiri). Kuadran dimana isogir

bergerak menghilangadalah kuadran dimana sumbu optic bergerak.

Page 18: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

Setelah meja obyek diputar padaposisi 45° , isogire menghilang, dan

kemungkinan yang Nampak adalah isokrom,yang memperlihatkann

bentuk konkap kearah luar.

Gambar 4.5 Penentuan tanda optik gambar interferensi kilat

d. Gelang warna

Gelang-gelang warna merupakan kenampakan akibat dari harga beda

lintasan/retardasi yang berbeda-beda pada daerah medan pandangan yang

berlain-lainan.Jumlah warna pada suatu gambar tergantung pada ketebalan

sayatan dan harga indeks bias.

Page 19: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pengamatan ortoskop nikol sejajar sampel mineral yang diamati

menggunakan mikroskop polarisasi, perbesaran lensa yang digunakan adalah 10 kali

dan lensa objektif adalah 5 kali, sehingga didapatkan bahwa perbesaran totalnya

adalah 50 dan bilangan skalanya adalah 0,02.

3.1 Sampel Mineral 1

Pada sampel mineral pertama, memiliki kedudukan x yaitu 41 mm dan y yaitu

24,3 mm. Secara mikroskopil pada pengamatan nikol sejajar mineral tersebut

menampakkan warna kuning kecoklatan, pada saat meja objek diputar sebesar 900,

maka mineral tadi menampakkan gejala pleokroisme, dimana terjadinya dua

perubahan warna sehingga disebut dwikroik. Melihat dari perubahan warna yang

jelas, maka intensitas perubahan warnanya adalah kuat. Pada saat di bawah

mikroskop, mineral yang diamati menampakkan bentuk yang bervariasi antara

euhedral sampai subhedral, bentuk euhedral-subhedral tadi menjelaskan bahwa

mineral ini mengalami proses kristalisasi yang lama dan terjadi pada suhu dan

temperature yang tinggi, adanya kenampakkan bentuk mineral yang euhedral-

subhedral mengakibatkan mineral ini memiliki indeks bias yang lebih besar dari

pada indeks bias kanada balsam, (Nmin>Ncb) ini dibuktikan juga dengan

menggunakan metode iluminasi miring, dimana pada saat sebagian illuminator

ditutupi oleh kertas tidak tembus cahaya, maka bidang yang gelap searah dengan arah

datangnya bayangan gelap yang diakibatkan oleh kertas karton. Kenampakkan

Page 20: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

bentuk mineral yang euhedral-subhedral dan indeks bias mineral yang sedang

mengakibatkan bidang tepi mineral terlihat sangat jelas, sehingga dapat ditentukan

bahwa relief dari mineral yang diamati adalah tinggi. Pada saat dibawah mikroskop,

mineral ini tidak memberikan adanya kenampakkan belahan dengan pecahan yang

tidak rata dengan ukuran 1,4 mm.

Pada posisi nikol silang, warna interferensi maksimum yang terlihat adalah

kuning kemerahan pada bias rangkap 0,19 orde II. Sudut gelapan pada mineral ini

adalah 35o, sehingga dapat dikatakan bahwa jenis gelapannya adalah gelapan miring.

Kembaran tidak terlihat ketika meja objek pada pengamatan mineral ini diputar.

Sistem kristal pada mineral ini berupa monoklin dengan komposisi kimia (Ca,Na)

(Mg,Fe,Al,Ti)(Si,Al)2O6. Pada saat keping gips di masukkan perubahan warna yang

terlihat lambat dengan adanya pengurangan orde sehingga mineral ini tergolong

mineral yang Substraksi-Length Slow. Berdasarkan ciri-ciri sifat optik yang telah

didapatkan dari hasil pengamatan, maka dapat ditentukan nama mineral yang telah

diamati adalah Augite.

Pada pengamatan konoskopik lensa amici betran dan kondensor digunakan.

Sumbu optik yang terdapat pada mineral ini berupa biaxial yng didasarkan pada

sumbu optiknya yang monoklin. Pada pengamatan, kuadran I dan III mengalami

penambahan orde ketika meja objek di putar, sehingga tanda optiknya berupa positif

(+). Gambar interferensi yang terlihat tidak menampakkan adanya isogir. Warna

yang terdapat pada pengamatan ini sebanyak dua warna yaitu kuning dan merah

sehingga dapat dikatakan bahwa mineral ini memiliki gelang warna dengan bias

ganda lemah. Dengan memperhatikan sifat-sifat mineral dari pengamatan konoskop

Page 21: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

dapat diinterpretasikan bahwa nama mineral ini adala Augite.

No. Urut : 1 Nikol Sejajar

No. Peraga : M30

Perbesaran objektif : 5X

Perbesaran okuler : 10X

Perbesaran total : 50X

Bilangan skala : 0,02

Kedudukan : (x ; y) (41;24,3) Nikol Silang

Warna absorbsi : Kuning kecoklatan

Pleokroisme : Dwikroik

Intensitas : Kuat

Bentuk : Euhedral-Subhedral

Indeks bias : Nmin>Ncb

Belahan : Tidak ada

Relief : Tinggi

Pecahan : Uneven

Inklusi :-

Bentuk : -

Warna : -

Ukuran : -

Ukuran mineral : 70 X 0,02 = 1,4 mm

WI maksimum : Kuning kemerahan

Bias Rangkap (Orde) : II, 0,19

P0 100

A

P0 100

A

Page 22: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

Sudut Gelapan : 25o +45 o = 35o T.R.O

2

Jenis gelapan : Miring

Kembaran : -

Sistem kristal : Monoklin

T.R.O. : Subtraksi-Length Slow

Komposisi kimia : (Ca,Na)(Mg,Fe,Al,Ti)(Si,Al)2O6

Nama mineral : Augite

Pengamatan Konoskopik

Perbesaran objektif : 5X

Perbesaran okuler : 10X Gelang warna

Perbesaran total : 50X

Sumbu Optik : Biaxial

Tanda Optik : (+)

Gambar Interferensi :

Isogir : -

Gelang warna : Bias ganda lemah

Sudut 2V : -

Nama mineral : Augite

3.2 Sampel Mineral 2

P0 100

A

Page 23: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

Pada sampel mineral pertama, memiliki kedudukan x yaitu 47,5mm dan y

yaitu 13,5 mm. Secara mikroskopil pada pengamatan nikol sejajar mineral tersebut

menampakkan warna kuning kecoklatan, pada saat meja objek diputar sebesar 900,

maka mineral tadi menampakkan gejala pleokroisme, dimana terjadinya dua

perubahan warna sehingga disebut dwikroik. Melihat dari perubahan warna yang

jelas, maka intensitas perubahan warnanya adalah kuat. Pada saat di bawah

mikroskop, mineral yang diamati menampakkan bentuk yang bervariasi antara

euhedral sampai subhedral, bentuk euhedral-subhedral tadi menjelaskan bahwa

mineral ini mengalami proses kristalisasi yang lama dan terjadi pada suhu dan

temperature yang tinggi, adanya kenampakkan bentuk mineral yang euhedral-

subhedral mengakibatkan mineral ini memiliki indeks bias yang lebih besar dari

pada indeks bias kanada balsam, (Nmin>Ncb) ini dibuktikan juga dengan

menggunakan metode iluminasi miring, dimana pada saat sebagian illuminator

ditutupi oleh kertas tidak tembus cahaya, maka bidang yang gelap searah dengan arah

datangnya bayangan gelap yang diakibatkan oleh kertas karton. Kenampakkan

bentuk mineral yang euhedral-subhedral dan indeks bias mineral yang sedang

mengakibatkan bidang tepi mineral terlihat sangat jelas, sehingga dapat ditentukan

bahwa relief dari mineral yang diamati adalah tinggi. Pada saat dibawah mikroskop,

mineral ini tidak memberikan adanya kenampakkan belahan dengan pecahan yang

tidak rata dengan ukuran 0,44 mm.

Pada posisi nikol silang, warna interferensi maksimum yang terlihat adalah

hijau kebiruan pada bias rangkap 0,021 orde II. Sudut gelapan pada mineral ini

adalah 30o. Penentuan sudut gelapan dengan cara menentukan selisih sudut dari gelap

Page 24: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

ke terang maksimum dan dari terang ke gelap maksimum. Selisih kedua sudut

tersebut kemudian di jumlahkan dan di bagi dua. Dari sudut gelapan kita dapat

menentukan jenis dari gelapan mineral yang diamati. Pada mineral ini, sudut

gelapannya adalah 30o sehingga dapat dikatakan bahwa jenis gelapannya adalah

gelapan miring. Kembaran tidak terlihat ketika meja objek pada pengamatan mineral

ini diputar. Sistem kristal pada mineral ini berupa monoklin dengan komposisi kimia

NaFe3+Si2O6. Pada saat keping gips di masukkan perubahan warna yang terlihat cepat

dengan adanya penambahan orde sehingga mineral ini tergolong mineral yang

Addisi-Length Fast. Berdasarkan ciri-ciri sifat optik yang telah didapatkan dari hasil

pengamatan, maka dapat ditentukan nama mineral yang telah diamati adalah

Aegirine.

Pada pengamatan konoskopik lensa amici betran dan kondensor digunakan.

sumbu optik yang terdapat pada mineral ini berupa biaxial yng didasarkan pada

sumbu optiknya yang monoklin. Pada pengamatan, kuadran I dan III mengalami

penambahan orde ketika meja objek di putar, sehingga tanda optiknya berupa positif

(+). Gambar interferensi yang terlihat tidak menampakkan adanya isogir Warna yang

terdapat pada pengamatan ini sebanyak dua warna yaitu kuning dan biru sehingga

dapat dikatakan bahwa mineral ini memiliki gelang warna dengan bias ganda lemah.

Dengan memperhatikan sifat-sifat mineral dari pengamatan konoskop dapat

diinterpretasikan bahwa nama mineral ini adala Aegirine.

No. Urut : 2

No. Peraga : M30

Perbesaran objektif : 5X

Page 25: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

Perbesaran okuler : 10X Nikol Sejajar

Perbesaran total : 50X

Bilangan skala : 0,02

Kedudukan : (x ; y) (47,5 ; 13,5)

Warna absorbsi : Kuning kecoklatan

Pleokroisme : Dwikroik

Intensitas : Kuat

Bentuk : Euhedral-Subhedral Nikol Silang

Indeks bias : Nmin>Ncb

Belahan : Tidak ada

Relief : Tinggi

Pecahan : Uneven

Inklusi :-

Bentuk : -

Warna : -

Ukuran : - T.R.O

Ukuran mineral : 22 X 0,02 = 0,44 mm

WI maksimum : Hijau kebiruan

Bias Rangkap (Orde) : II, 0,021

Sudut Gelapan : 30o

Jenis gelapan : Miring

P0 100

A

P0 100

A

P0 100

A

Page 26: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

Kembaran : Albit

Sistem kristal : Monoklin

T.R.O. : Addisi-length fast

Komposisi kimia : NaFe3+Si2O6

Nama mineral : Aegirine

Pengamatan Konoskopik Gelang warna

Perbesaran objektif : 5X

Perbesaran okuler : 10X

Perbesaran total : 50X

Sumbu Optik : Biaxial

Tanda Optik : (+)

Gambar Interferensi :

Isogir : -

Gelang warna : Bias Ganda Lemah

Sudut 2V : -

Nama mineral : Aegirine

Page 27: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

BAB IVPENUTUP

4.1. Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum acara pengenalan mineral, maka didapatkan

beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Secara umum sifat optik mineral yang diamati memiliki warna absorbsi

kuning kecoklatan, pleokroisme dwikroik, intensitas kuat, bentuk yang

subhedral hingga anhedral, indeks bias mineral yang lebih besar

dibandingkan indeks bias kanada balsam, tidak memiliki belahan, reliefnya

tinggi, pecahan yang uneven, bias rangkap orde II, jenis gelapan miring,

sistem kristal monoklin, sumbu optik biaxial, tanda optik positif serta bias

ganda lemah.. Terkhusus pada mineral pertama orientasi mineralnya berupa

substaksi-length slow dengan warna interferensi kuning kemerahan

sedangkan mineral kedua berupa Addisi-length fast dengan warna interferensi

hijau kebiruan.

2. Berdasarkan sifat-sifat optik mineral yang diamati dapat diinterpretasikan

bahwa nama sampel mineral pertama adalah Augite sedangkan sampel

mineral yang kedua adalah Aegirine.

4.2. Saran

4.2.1. Saran Untuk Laboratorium

Praktikan menyarankan agar peralatan laboratorium diperbanyak agar tidak

menyusahkan mahasiswa dalam proses praktikum.

Page 28: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

4.2.2. Saran Untuk Asisten

Praktikan menyarankan agar setiap asisten mempunyai format yang sama

dalam pembuatan laporan praktikum agar praktikan tidak bingung, terlebh bila

laporan yang telah diterima oleh asisten di koreksi lagi pada saat pengumpulan

laporan oleh asisten pembawa acara karena terdapat perbedaan pendapat.

Page 29: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

DAFTAR PUSTAKA

Pada http://alfred8steven.wordpress.com/2012/10/22/mineral-optik/. Diakses pada

tanggal 15 April 2014 pukul 12.28 WITA.

Pada http://alfhadlyblog.blogspot.com/2012/04/mineral-optik.html. Diakses pada

tanggal 15 April 2014 pukul 12.57 WITA.

Ria, Ulva. 2014, Mineral Optik. Laboratorium Mineral Optik : Makassar.Simon,

Schuster. 1978, Rocks and Minerals. Fireside: New York.

ASISTEN PRAKTIKAN

Page 30: acara pengenalan mineral aegirine dan augite

(AFDAN PRAYUDI) (CITRA ARYANI ANWAR)