ACARA MUSIK DAERAH LAMPUNG SEBAGAI SARANA PELESTARI …digilib.unila.ac.id/56188/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of ACARA MUSIK DAERAH LAMPUNG SEBAGAI SARANA PELESTARI …digilib.unila.ac.id/56188/3/SKRIPSI TANPA BAB...
ACARA MUSIK DAERAH LAMPUNG SEBAGAI SARANA PELESTARIBUDAYA
(Skripsi)
Tri Hana Pratiwi
JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
(Studi Deskriptif pada Acara Nyemui Nyimah dan Manjau dibingi Pro 4 RRIBandar Lampung)
ABSTRAK
Oleh
Tri Hana Pratiwi1
Dunia penyiaran di Indonesia berkembang pesat seiring dengan kemajuanteknologi serta dinamika masyarakat. Untuk memberikan keseimbangan dalammemperoleh informasi, pendidikan, kebudayaan, dan hiburan yang sehat padamasayarakat, diperlukan lembaga penyiaran publik yang bersifat independen,netral, tidak komersial, yang tidak semata-mata memproduksi acara siaran sesuaituntutan liberalisasi dan selera pasar, serta bukan pula sebagai corong pemerintah,melainkan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.
Sejalan dengan perkembangan media massa di Indonesia, khususnya RadioRepublik Indonesia (RRI) yang merupakan radio publik yang dimiliki olehnegara. RRI merupakan radio berjaringan terluas di Indonesia, dengan 77 cabangse-Indonesia dan jangkauan siaran 80% wilayah di Indonesia. RRI di dalammelaksanakan fungsinya pun turut andil dalam melestarikan budaya bangsa. yangmana dilakukan secara konsisten baik berupa Festival Penyanyi Lagu Daerah,Bintang Radio, Manjau Dibingi, Nemui-Nyimah, dan budaya-budaya daerahlainnya. RRI menjadikan program siaran kebudayaan sebagai perekat sosial dankeberagaman budaya Indonesia guna memajukan kebudayaan nasional denganmenumbuh kembangkan unsur budaya lokal, ditengah arus kebudayaan global.
Tujuan Penelitian ini adalah Bagaimana proses produksi acara Nyemui Nyimahdan Manjau dibingi RRI Programa 4 Bandar Lampung sebagai sarana pelestarianbudaya Lampung dan Apakah telah sesuai dengan Pemikiran Efektifitas Pesan,komunikasi efektif yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Penelitian inimerupakan penelitian dengan metode deskriptif kualitatif. Pendekatan Kualitatifadalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologiyang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatanini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporanterinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.
1 Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UniversitasLampung/ email: [email protected]
ACARA MUSIK DAERAH LAMPUNG SEBAGAISARANA PELESTARI BUDAYA
(Studi Deskriptif pada Acara Nyemui Nyimah dan Manjau dibingi Pro 4 RRI Bandar Lampung)
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan deskriptif karena penelitian iniberupaya mengungkapkan sesuatu secara apa adanya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada proses produksi acara Nyemui Nyimahdan Manjau Dibingi secara efektif telah turut serta berperan dalam pelestarianbudaya daerah baik berdasarkan isi pesan, format penyampaian pesan, sertabahasa yang digunakan memenuhi Pemikiran komunikasi efektif (EfektifitasPesan) yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Saran yang bisa diajukan daripenelitian ini agar Programa 4 RRI Bandar lampung dapat menambah durasisiaran program acara Nyemui-nyimah dan Manjau Dibingi, dan Memperdalambahasan tentang kebudayaan daerah Lampung.
Kata Kunci: Radio, Acara Musik Daerah, Pelestari Budaya, Efektivitas Pesan
ABSTRACTLAMPUNG MUSIC PROGRAM AS A CULTURE CONSERVATION
(Nyemui Nyimah and Manjau Dibingi Radio Program, A Descriptive Study)
by
Tri Hana Pratiwi1
The world of broadcasting in Indonesia is growing rapidly along withtechnological advances and the dynamics of society. In order to provide a balancein obtaining information, education, culture, and healthy entertainment in thecommunity, it is necessary to have an independent, neutral, non-commercialbroadcasting institution, which does not solely produce broadcast programsaccording to the audients demands and market tastes, and not as governmentmessenger, but it’s functions is to provide services for the benefit of society.
In line with the development of mass media in Indonesia, specifically the RadioRepublik Indonesia (RRI), which is a public radio owned by the state. RRI is thelargest network radio in Indonesia, with 77 branches throughout Indonesia and80% broadcast coverage in Indonesia. RRI in carrying out its functions alsocontributes to preserving national culture. Which is done consistently in the formof Regional Song Singers, Bintang Radio, Manjau Dibingi, Nemui-Nyimah, andother regional cultures. RRI made the cultural broadcast program a social fixativeand diversity of Indonesian culture in order to advanced the national culture bydeveloping local cultural elements, amid the flow of global culture.
The purpose of this research is how the production process of the programNyemuan Nyimah and Manjau, accompanied by RRI Programa 4 BandarLampung as a method of preserving Lampung culture and whether it is inaccordance with the Message Effectiveness Thought, effective communicationwhich proposed by Wilbur Schramm. This research is a qualitative descriptivemethod. Qualitative approach is a research process and understanding based onmethodologies that investigate a social phenomenon and human problems. In thisapproach, the researcher makes a complex picture, examines the words, detailedreports from the respondents' views, and conducts studies in natural situations.This study also uses a descriptive approach because this study seeks to expresssomething actual.
1 Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UniversitasLampung/ email: [email protected]
The research showed that the production process of the program Nyimah andManjau Dibingi effectively participated in the preservation of regional culturebased on the message content, message delivery format, and the language used tofulfill effective communication thoughts (Message Effectiveness) proposed byWilbur Schramm. Suggestions that can be proposed from this research are that the4th RRI Program in Bandar Lampung can increase the duration of the broadcastprograms of Nyumpul-nyimah and Manjau Dibingi, and deepen the discussionabout the culture of the Lampung region.
Keywords: Radio, Regional Music Programs, Cultural Preservation, MessageEffectiveness
ACARA MUSIK DAERAH LAMPUNG SEBAGAI SARANA PELESTARI BUDAYA
(Studi Deskriptif pada Acara Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi Pro 4 RRI Bandar
Lampung)
Oleh
Tri Hana Pratiwi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23
November 1993. Putri ketiga dari lima bersaudara, anak
dari Bapak Sudarnadi Madyar dan Ibu Siti Khoisiah.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 2 Palapa
Bandar Lampung pada tahun 2005, SMP Negeri 13
Bandar Lampung pada tahun 2008, dan SMA Negeri 3
Bandar Lampung pada tahun 2011. Di tahun 2011 Penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
Selama kuliah, penulis aktif berorganisasi, yaitu pada:
a. Generasi Baru Indonesia (GenBI) UNILA yaitu komunitas penerima Beasiswa
Bank Indonesia, menjabat sebagai Koordinator bidang Pendidikan komisariat
UNILA, selama aktif di GenBI penulis mengikuti banyak kegiatan
diantaranya, Diet Kantong Pelastik dan Kampanye Minum Susu, Trash Free
Day pembagian Kotak Sampah Gratis untuk masyarakat kota Bandar
lampung, Serta penanaman 1500 pohon.penulis juga berkesempatan menjadi
delegasi pada National Workshop Technopreneurship di Pontianak,
Kalimantan Barat.
b. Indonesian Future Leaders Chapter Lampung sebagai pendiri dan President.
Sampai Sekarang penulis juga menjalani sebuah sekolah non-normal yang
diberi nama Sekolah Pesisir dari tahun 2013 sampai sekarang, tidak berhenti
disitu, penulis ingin menyebarkan Virus Literasi kepada seluruh masyarakat
lampung khususnya anak-anak yang ada di desa-desa yang tersebar di penjuru
lampung. Penulis juga aktif membuat rumah baca di desa yang ada di provinsi
lampung, hingga sekarang penulis sudah membuat 10 rumah Baca yang
tersebar di provinsi Lampung, diantaranya Rumah Baca Basungan di
Lampung barat, Rumah Baca Sendang Rejo, Kuripan, Pujorejo Lampung
Tenggah , Rumah Baca Ringin dan Cilimus di Pesawaran, Rumah Baca Mulyo
Aji di Tulang bawang dan Rumah Baca Umbul Asem di kota Bandar lampung
melalu rumah baca yang tersebar penulis telah menyalurkan lebih dari 5000
buku yang tersebar diseluruh provinsi lampung.
c. HMJ Ilmu Komunikasi sebagai Sekretaris Umum tahun 2013 dalam
kegiatannya di HMJ Ilmu komunikasi penulis dipercaya untuk menjadi
Sekertaris Umum HMJ Ilmu komunikasi Unila pada masanya..
Selain itu, penulis juga dinobatkan sebagai Finalist Gramedia Reading
Community Competition 2016 sebagai satu satunya finalis dari luar pulau Jawa.
Penulis Percaya Membaca Buku adalah Mimpi dengan Mata terbuka, Penulis
ingin menyebarkan virus rajin membaca baik dari anak-anak maupun orang tua.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah kehadirat Allah SWT,
dan shalawat serta salam Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulis persembahkan skripsi ini untuk:
Kedua orang tuaku, Papa Untuk Papa yang selalu percaya dengan kemampuan anak-
anaknya untuk menggapai mimpi dan Mama yang tak henti-hentinya memberi
dukungan dengan cinta yang tiada akhir
Abang yang selalu percaya, mengingatkan, membimbing dan membantu, Cikwo yang
selalu mendengarkan, menghibur, dan mengerti,Adik Ku yang dalam diamnya selalu
percaya dan mendukung sekaligus memotivasi dan Arsha Dylan Sitamala yang jadi
sumber semangat penulis dikala lelah dan ingin menyerah.
Kakak dan Hani tercinta, yang setia menunggu kami semua disana;
Serta kepada semua orang yang selalu peduli.
MOTTO
Do not lose hope nor be sad.
– Qur’an 3:139
Hurt no one so that no one may hurt you.
– Buhari
The Simplest ACT of Kindness are by far more powerful then a thousand heads
bowing in prayer.
– Mahatma Gandhi
SANWACANA
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya
penelitian dengan judul ACARA MUSIK DAERAH LAMPUNG SEBAGAI
SARANA PELESTARI BUDAYA (Studi Deskriptif pada Acara Nyemui
Nyimah dan Manjau dibingi Pro 4 RRI Bandar Lampung) ini dapat selesai,
yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi di
Universitas Lampung. Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah berjasa dalam memberikan dorongan, motivasi,
dan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis, antara
lain:
1. Papa Hi. Sudarnadi dan mama Hj.Siti Khiosiah yang selalu bersabar
mendukung dan mendoakan penulis.
2. Abang Afandi Sitamala SH, L.MM, Cikwo Mariska Susianingrum, SH dan
adik ku Sagina Mentari, S.Si serta Arsha Dylan Sitamala, terima kasih atas
kehangatan dan semangatnya, kehadiran dan semangat kalian sangat berarti di
hidup penulis.
3. Bapak Dr. Syarief Makhya, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
4. Ibu Dhanik S., S.Sos., M.Comm&Media.St., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi.
5. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Komunikasi.
6. Ibu Hestin Oktiani, S.Sos., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi.
Pribadi apik tidak hanya dalam bidang akademik, selalu memacu peneliti
untuk memberikan usaha terbaik, Terimaksih atas Bimbingan dan
kesabaran ibu yang selama ini diberikan kepada penulis, jika tidak karena
kesabaran dan kebaikan hati ibu penulis tidak dapat menyelesaikan
penelitian ini.
7. Ibu Dr. Tina Kartika, S.Pd., M.Si., selaku dosen penguji skripsi. atas
kesediaannya dalam memberikan masukan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini
8. Bapak Drs. Sarwoko. M,Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
9. Seluruh jajaran dosen, staf administrasi dan karyawan FISIP, khususnya
jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Lampung.
10. Sahabat, Kerabat dan semua orang yang sudah perduli dan selalu ada
disamping penulis, selalu mengingatkan dan memberikan motivasi kepada
penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu namanya.
11. Untuk Adik-Adik Sekolah pesisir dan seluruh Rumah baca yang menjadi
sumber kekuatan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandarlampung, November 2018
Penulis
Tri Hana Pratiwi
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi..................................................................................................... i
Daftar Tabel ............................................................................................... ii
Daftar Gambar ............................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
1.4 Kegunaan Penelitian......................................................................... 8
1. Kegunaan Teoritis ......................................................................... 8
2. Kegunaan Praktis .......................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 9
2.2 Komunikasi Massa ............................................................................ 12
2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa ................................................. 12
2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa ............................................. 13
2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa ....................................................... 15
2.3 Strategi Komunikasi .......................................................................... 17
2.4 Radio sebagai Media Massa dan media pelestari budaya ................. 19
2.4.1 Budaya, Budaya Daerah dan Pelestarian Budaya .................... 19
2.4.2 Peran Media Massa Radio dalam pelestarian Budaya Daerah . 21
2.4.3 Kebudayaan Lampung ............................................................. 23
2.5 Karakteristik Media Radio ................................................................ 27
2.6 Jenis Acara pada Radio ..................................................................... 28
2.7 Program Siaran dan Segmentasi Radio ............................................. 29
2.8 Proses Produksi Acara Radio ............................................................ 30
2.9 Strategi Program Siaran Acara Radio ............................................... 35
2.10 Posisi RRI dalam Regulasi Penyiaran Indonesia .............................. 39
2.11 Landasan Teori .................................................................................. 41
2.12 Kerangka Berfikir.............................................................................. 42
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian ................................................................................. 45
3.2 Fokus Penelitian ................................................................................ 46
1. Budaya Daerah Lampung .............................................................. 46
2. Acara Musik Daerah ..................................................................... 47
3. Proses produksi acara musik daerah ............................................. 47
3.3 Jenis Data .......................................................................................... 48
3.4 Penentuan Informan .......................................................................... 49
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 50
1. Wawancara .................................................................................... 50
2. Observasi ....................................................................................... 50
3. Dokumentasi ................................................................................. 49
3.6 Teknik Analisa Data .......................................................................... 51
3.7 Teknik Keabsahan Data .................................................................... 52
BAB IV. GAMBARAN UMUM
4.1 Profil Radio Republik Indonesia Bandar lampung ........................... 53
4.2 Visi Misi LPP RRI Bandar Lampung .............................................. 57
4.3 Peranan RRI ...................................................................................... 58
4.4 Programa 4 RRI Bandar Lampung .................................................... 61
4.4.1 Latar belakang ......................................................................... 61
4.4.2 Profil Programa 4 Bandar Lampung ........................................ 62
4.4.3 Positioning ............................................................................... 62
4.4.4 Tagline Pro 4 RRI BandarLampung ........................................ 62
4.4.5 Format Siaran ........................................................................... 63
4.4.6 Sapaan Pendengar .................................................................... 63
4.5 Program acara Nyemui Nyimah ....................................................... 63
4.6 Program acara Manjau Dibingi ........................................................ 65
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil .................................................................................................. 67
A. Identitas Informan ........................................................................ 67
B. Proses Produksi Acara Nyemui Nyimah ...................................... 73
1. Proses Pra Produksi ....................................................................... 73
2. Proses Produksi ............................................................................. 74
3. Proses Pasca Produksi ................................................................... 75
C. Proses Produksi Acara Manjau Dibingi ....................................... 76
1. Proses Pra Produksi ....................................................................... 77
2. Proses Produksi ............................................................................. 77
3. Proses Pasca Produksi ................................................................... 79
D. Konten Budaya Lampung Dalam Acara Nyemui Nyimah........... 80
1. Bahasa ........................................................................................... 80
2. Adat Istiadat .................................................................................. 81
3. Falsafah Hidup .............................................................................. 82
4. Kesenian ........................................................................................ 83
E. Konten Budaya Lampung Dalam Acara Manjau Dibingi ............ 85
1. Bahasa ........................................................................................... 85
2. Adat Istiadat .................................................................................. 86
3. Falsafah Hidup .............................................................................. 87
4. Kesenian ........................................................................................ 88
5.2 Pembahasan ....................................................................................... 89
A. Proses Produksi Acara Musik Daerah Lampung Sebagai Sarana
Pelestari Budaya Acara Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi
Pro 4 RRI Bandar Lampung ............................................................. 95
1. proses pra produksi ....................................................................... 96
2. proses produksi ............................................................................ 97
3. proses pasca produksi .................................................................... 100
B.Acara Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi Sebagai Sarana
Pelestari Budaya Musik Daerah Lampung ...................................... 101
C. Hasil Analisis Proses Produksi Acara Nyemui Nyimah dan Manjau
DIbingi RRI Programa 4 Bandar Lampung Berdasrkan Teori
Wilbur Scharm .................................................................................. 102
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 108
6.2 Saran ................................................................................................. 109
Daftar Pustaka ................................................................................................ 111
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel 1 Komposisi penduduk provinsi lampung .............................. 4
2. Tabel 2 Kajian Penelitian Terdahulu ................................................ 11
3. Tabel 3 Identitas Informan Internal RRI.......................................... 65
4. Tabel 4 Identitas Eksternal RRI........................................................ 68
5. Tabel 3 Tabel Pembahasan ............................................................... 90
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar Kerangka Berfikir .............................................................. 44
2. Gambar Hotclock .............................................................................. 98
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dunia penyiaran di Indonesia berkembang pesat seiring dengan kemajuan
teknologi serta dinamika masyarakat. Untuk memberikan keseimbangan dalam
memperoleh informasi, pendidikan, kebudayaan, dan hiburan yang sehat pada
masayarakat, diperlukan lembaga penyiaran publik yang bersifat independen,
netral, tidak komersial, yang tidak semata-mata memproduksi acara siaran sesuai
tuntutan liberalisasi dan selera pasar, serta bukan pula sebagai corong pemerintah,
melainkan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat
(Zulaikha,2009:1).
Media massa pada saat ini telah menjadi suatu bagian yang melekat dalam
masyarakat serta memiliki fungsi dan peranan yang penting bagi perkembangan
dan kemajuan masyarakat suatu bangsa. Media massa kerap diibaratkan sebagai
matahari, memberikan sinar yang menerangi dunia atau menyampaikan pesan
yang merasuk ke kalbu umat manusia hingga memberi pencerahan. Dengan begitu
media massa seolah memiliki posisi di luar kehidupan masyarakat.
(Siregar,2000:171) Media radio mempunyai peran yang manat strategis dalam
pelestarian nilai budaya dengan menggunakan bahasa siaran dan musik lokal
yaitu penggunaan bahasa daerah Lampung sebagai bahasa siaran dinilai sebagai
salah satu upaya untuk melestarikan nilai budaya daerah.
2
Sejalan dengan bagaimana perkembangan media massa di Indonesia,
khususnya Radio Republik Indonesia (RRI) yang merupakan radio publik yang
dimiliki oleh negara. RRI merupakan radio berjaringan terluas di Indonesia,
dengan 77 cabang se-Indonesia dan jangkauan siaran 80% wilayah di Indonesia.
(Profil LPP RRI,2011:2)
Effendy mengungkapkan, bahwa radio di dalam fungsinya sebagai alat
penghibur, penyampai informasi serta sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat
memiliki berbagai macam program siaran (Effendy,1991:18). Dominasi berita
dan hiburan pada radio membuat minimnya topik budaya daerah. Radio sejatinya
memiliki program acara yang terdiri dari siaran yang berisi musik, informasi
seputar gaya hidup, berita, siaran tentang kebudayaan yang termuat dalam radio,
yang setidaknya dapat memiliki manfaat atas informasi yang disampaikan kepada
pendengarnya. Dimana sebagai salah satu bentuk implementasinya adalah siaran
kebudayaan yang di usung oleh RRI sebagai alat pelestari kebudayaan.
Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan asli milik bangsa
Indonesia, yang merupakan kebudayaan yang beragam dan memiliki nilai luhur
dalam membentuk kepribadian dan jati diri bangsa. Dengan adanya program
siaran yang berisi tentang acara kebudayaan di radio, selain untuk mendidik
generasi bangsa, tujuan lainnya yakni untuk turut andil dalam pelestarian
kebudayaan Indonesia. Penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa siaran dinilai
cukup efektif untuk melestarikan warisan budaya daerah Lampung.
Bahasa adalah bagian penting dari budaya. Sebagai alat komunikasi dalam
masyarakat ia memiliki peran penting dalam mempertahankan budaya suatu
masyarakat. Karena bahasa memanfaatkan tanda-tanda yang ada di lingkungan
3
suatu masyarakat. Kearifan lokal suatu daerah bisa tercermin dari bahasa yang
digunakan. Oleh karena itu setiap bahasa daerah memiliki nilai luhur untuk
menciptakan masyarakatnya berkehidupan lebih baik menurut mereka
(Rusdi,347:2012).
Negara Indonesia yang saat ini memiliki lebih dari 240 juta jiwa
penduduk, mempunyai ratusan bahasa daerah yang tersebar dari ujung pulau
Sumatara hingga Papua. Dalam Ethnologue: Languages of the World, tercatat
Indonesia memiliki 726 bahasa. Dari jumlah itu 719 bahasa masih digunakan oleh
penuturnya, dua bahasa menjadi bahasa kedua tanpa penutur bahasa ibu (mother
tongue) dan lima bahasa sisanya diklaim punah karena tidak ada lagi penuturnya1.
Jumlah ini diperkirakan terus berkurang, bahkan sebagian besar dari jumlah
bahasa daerah yang ada di ambang kepunahan. Kementerian Pendidikan Nasional
pada tahun 2011 melalui bidang Peningkatan dan Pengendalian Bahasa
memperkirakan di akhir abad 21 ini akan hanya ada 10 persen saja dari bahasa
daerah yang ada di negara ini yang masih bisa bertahan. 2
Semakin berkurangnya orang yang menggunakan bahasa daerah, karena
beberapa sebab, di antaranya kondisi masyarakat yang multietnik sehingga terjadi
kontak antar bahasa sehingga bahasa yang satu lebih sering digunakan daripada
bahasa yang lain.(Tondo,2009:278). Selain itu perkembangan media massa yang
begitu pesat saat ini di masyarakat juga turut mempengaruhi berkurangnya
penutur bahasa daerah.
Provinsi Lampung sendiri mempunyai keanekaragaman suku bangsa atau
etnis yang sangat beragam, etnis yang ada di Provinsi Lampung di antaranya
1Dapat dilihat pada Lewis, 2009: http://www.ethnologue.com/show_country.asp?name=ID2 http://www.voaindonesia.com/content/jarang-digunakan-ratusan-bahasa-daerah-di-indonesia-terancam-punah-130434473/98538.html
4
adalah etnis Jawa, Lampung, Sunda, Banten, etnis asal Sumatera Selatan, etnis
Bali, Minangkabau, Cina, Bugis, Batak dan etnis lainnya yang tersebar di seluruh
wilayah di Provinsi Lampung (BPS Lampung 2010). Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung tahun 2010, komposisi penduduk
Provinsi Lampung dari total 7.608.405 jiwa penduduk berdasarkan sensus
terhadap etnis atau suku bangsa adalah (Dokumen BPS Provinsi Lampung tahun
2010 terhadap sensus penduduk menurut suku bangsa).
No Etnis Persentase (%)1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.
JawaLampungSundaBantenSumatera SelatanBaliMinangkabauCinaBugisBatakAceh, Jambi, Sumatera lainnya,Betawi,Papua, NTT, NTB,Kalimantan
63,84%,13,51%,9,58%,2,27%,5,47%,1,38%,0,92%0,53%,0,28%,0,69%,1,21%
Tabel 1 komposisi penduduk Provinsi Lampung berdasarkan sensus terhadap etnis atau sukubangsa (Sumber : Dokumen BPS Provinsi Lampung tahun 2010 terhadap sensus penduduk
menurut suku bangsa)
Dari tabel diatas dapat kita lihat Lampung menduduki peringkat kedua
dengan persentase 13,51 % meskipun tidak menjadi mayoritas, pada angka
tersebut dianggap penulis dapat menjadi potensi pendengar. Angka yang cukup
kecil bila dibandingkan dengan suku jawa yang memiliki persentase 63,84%.
Terdapat kekhawatiran penulis bahwa kebudayaan Lampung akan punah
perlahan-lahan jika tidak ada upaya optimal untuk melestarikan dan
memasyarakatkan Bahasa Lampung kepada penduduk Lampung dan etnis-etnis
lain yang tinggal di Lampung. Seharusnya Bahasa Lampung dapat dipahami oleh
5
seluruh penduduk provinsi Lampung baik beretnis Lampung atau bukan yang
beretnis Lampung, agar bahasa Lampung tidak punah dan bisa menjadi potensi
pendengar kedepannya.
Kita menyadari hingga saat ini sedikit sekali radio yang menyiarkan
program siaran yang bertemakan kebudayaan, padahal kebudayaan merupakan
suatu hal yang penting dalam kehidupan sosial manusia. Dunia radio saat ini
didominasi oleh siaran yang lebih menonjolkan informasi atau berita (news) dan
hiburan (entertainment). Sehingga masyarakat dilayani oleh media yang isi
siarannya berorientasi pada keuntungan finansial tanpa mempertimbangkan aspek
moral, etika, budaya, dan kepribadian masyarakat.
Radio publik seharusnya menata program siaran dengan menekankan pada
aspek pendidikan masyarakat yang bertujuan mencerdaskan pendengar. Program
disusun berdasarkan pada gagasan melestarikan dan mendorong berkembangnya
budaya lokal, sejarah kebangsaan dan sebagainya. Namun pada kenyataannya,
sulit untuk mewujudkan misi tersebut.
Dikatakan oleh Cahyono bahwa ada tiga hal yang menjadi tantangan
dalam upaya melestarikan kebudayaan. Di satu sisi ada kemauan yang besar untuk
melestarikan kebudayaan, sedang di sisi yang lain harus menggandeng pengiklan
untuk mendukung pendanaan acara tersebut. Kedua, di satu sisi ingin melestarikan
kebudayaan, sedang di sisi yang lain harus berhadapan dengan hembusan
pengaruh budaya barat yang semakin mengikis kebudayaan. (Cahyono,2012:2)
Sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang independen, netral dan tidak
komersial, RRI berfungsi memberikan pelayanan siaran informasi, pendidikan,
hiburan yang sehat, kontrol sosial, serta menjaga citra positif bangsa di dunia
6
internasional. Salah satu fungsi media massa adalah untuk pewarisan dan
pelestarian budaya daerah, Sebagai lembaga penyiaran publik RRI memiliki
beberapa perinsip-perinsip untuk melestarikan budaya yaitu, Siaran RRI harus
merefleksikan Keberagaman, Menjadi Flag Carrier dari bangsa Indonesia,
Mencerminkan Identitas Bangsa dan menjadi perekat dan pemersatu bangsa.
RRI di dalam melaksanakan fungsinya pun turut andil dalam melestarikan
budaya bangsa. yang mana dilakukan secara konsisten baik berupa Festival
Penyanyi Lagu Daerah, Bintang Radio, Manjau Dibingi, Nemui-Nyimah, dan
budaya-budaya daerah lainnya. RRI menjadikan program siaran kebudayaan
sebagai perekat sosial dan keberagaman budaya Indonesia guna memajukan
kebudayaan nasional dengan menumbuh kembangkan unsur budaya lokal,
ditengah arus kebudayaan global (Profil LPP RRI,2011:5)
Ketertarikan penulis untuk Meneliti Acara Musik Daerah Lampung
Sebagai Sarana Pelestari Budaya (Studi Deskriptif pada Acara Nyemui Nyimah
dan Manjau dibingi Pro 4 RRI Bandar Lampung) di dasarkan oleh beberapa hal
yaitu, yang pertama langkanya penggunaan Bahasa Lampung di wilayah
Lampung. Karena banyak pilihan bahasa di masyarakat, bahasa Lampung pada
akhirnya tidak lagi menjadi pilihan.
Program musik kedaerahan yang tergolong sering disiarkan adalah musik
dari daerah Lampung. Kedua, Pemerintah provinsi Lampung sedang mengiatkan
Program pelestarian dan pewarisan bahasa daerah Lampung agar budaya
Lampung tidak punah ditelan zaman, dan yang ketiga latar belakang peneliti yang
bersuku Lampung akan mempermudah peneliti untuk memahami dan memaknai
pesan yang terkandung dalam acara yang akan penulis teliti
7
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan
masalah ini bertujuan untuk upaya membatasi penelitian agar lebih terarah dan
tidak terlalu luas namun tetap dalam fokus yang diharapkan dan yang telah
dintentukan, maka rumusan masalah yang akan peneliti angkat adalah Bagaimana
proses produksi acara Nyemui Nyimah dan Manjau dibingi RRI Programa 4
Bandar Lampung sebagai sarana pelestarian budaya Lampung?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui dan mendeskripsikan
1. Proses produksi siaran acara Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi
2. Peran yang digunakan RRI Pro4 Bandar Lampung yang menjadikan acara
musik daerah Lampung sebagai sarana pelestarian budaya.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam mengembangkan
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca mengenai Bagaimana peran radio dalam
pelestarian budaya daerah Lampung, serta strategi RRI Pro 4 Bandar Lampung
yang menjadikan acara musik daerah Lampung sebagai sarana pelestarian budaya
(studi deskriptif pada acara acara Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi Pro 4
RRI Bandar Lampung).
8
2. Kegunaan Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai:
a. Sebagai Bahan Masukan kepada RRI Pro4 Bandar Lampung untuk
meningkatkan kualiatas tentang program acara Nyemui nyimah dan manjau
dibingi dan program budaya Lampung lainnya sebagai upaya pelestarian
budaya Lampung.
b. Penambahan wawasan yang berharga bagi mahasiswa pembaca untuk lebih
menjaga dan melestarikan budaya daerah, serta peran media radio dan
pelestarian budaya Lampung.
c. Sebagai bahan masukan bagi KPID Lampung dalam proses pengawasan siaran
yang terkait dengan konten-konten budaya Lampung dan pengembangan
dibidang budaya daerah Lampung
BAB II
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai Acara Musik Daerah Lampung sebagai sarana
pelestari budaya. Belum banyak dilakukan dengan menganalisis berbagai tema,
terutama yang lekat dengan kehidupan sehari-hari, Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur
penelitian. Berikut adalah penelitian terdahulu yang penulis gunakan:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Diandra Putri Adhani (2014) Mahasiswi Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Indonesia yang berjudul Studi Kualitatif
Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Musik dari Media dan Pengaruhnya
Terhadap Prilaku Mahasiswa FISIP UI. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
motif mahasiswa FISIP UI dalam menggunakan media untuk mencari music
dengan menggunkan teori Uses and Gratification sama seperti penelitian
penulis penelitian ini menggunakan metode analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth Christiyanti dan Widodo muktiyo
(2012) yang berjudul RRI dan Media Pelestarian budaya (Studi deskriptif
Kualitatif Strategi Humas Radio Republik Indonesia Surakarta dalam
membangun Citra RRI Sura karta sebagai Media Pelestari Budaya Jawa di
Surakarta) Sama seperti penelitian penulis, objek penelitian dilakukan di RRI
10
sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang harus ikut melestarikan kebudayaan
lokal, perbedaan dengan penelitan penulis adalah strategi komunikasi yang
dilakukan oleh Humas Radio Republik Indonesia Surakarta dalam
membangun citra Radio Republik Indonesia Surakarta sedangkan pada
penelitian penulis hanya analisis Penggunaan Bahasa Daerah Lampung dan
konten Daerah Lampung pada Acara Musik Daerah sebagai upaya
membangun loyalitas pendengar. Jika pada penelitian Elisabeth Christiyanti
& Widodo Muktiyo Fokus penelitian dilakukan kepada strategi kehumasan
sedangkan pada penelitian penulis lebih difokuskan kepada para pendengar
setia acara yang diteliti saja.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah Nasution Mahasiswa ilmu
komunikasi dan penyiaran Islam fakultas dakwah universitas Islam negeri
sunan kalijaga Yogyakarta dengan judul Strategi radio prambos dalam upaya
mempertahankan pendengar siaran puttuss sama nataya di prambos
yogyakarta. Rumusan masalah pada skripsi ini adalah bagaimana strategi yang
dilakukan radio prambos Yogyakarta dalam upaya mempertahankan
pendengar siaran putuss sama nataya. Metode anaisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif yang mencoba memaparkan secara objektif
tentang upaya radio prambos Yogyakarta dalam mempertahankan pendengar.
Data-data yang diperoleh dari prambos Yogyakarta kemudian diatur,
diurutkan dan dikelompokan oleh penulis yang kemudian dimasukan kedalam
bagian-bagian yang sesuai dalam bentuk bab dan subbab yang dibahas. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima tahapan strategi menurut
teori susan taylor Eastman.
11
12
2.2 Komunikasi Massa
2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa
Pada dasarnya komunikasi massa adalah proses komunikasi yang
dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Komunikasi massa (mass
communication) adalah komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam
menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak,
bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek
tertentu. (Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, 2007 : 3)
Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin
“communicatio“. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti
sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna dan arti. Jadi komunikasi terjadi
apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan
komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30) Menurut Harold
Lasswell (Mulyana,2005:62) cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi
adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says Shat In Wich
Channel To Whom With What Effect ? (Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran
Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa?). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik
Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator,
pesan, media, komunikan, efek.
Defenisi komunikasi Massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah orang besar”. Sedangkan defenisi komunikasi massa
yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yakni Gerbner “kommunikasi
13
massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga
dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat
industri (Ardianto,2004:4).
Komunikasi mempunyai efek tertentu menurut Liliweri,
(Liliweri,2004:39), secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a)
efek kognitif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah
dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang
diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan,
kepercayaan, atau informasi. (b) efek afektif, dimana pesan komunikasi massa
mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi
lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap suatu akibat membaca
surat kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi. Efek ini ada
hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. (c) efek konatif, dimana pesan
komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada prilaku nyata yang dapat
diminati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.
2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh komunikasi massa antara lain adalah:
1. Komunikator Terlembagakan.
Sesuai dengan pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan
lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi kompleks, maka proses
pemberian pesan yang diberikan oleh komunikator harus bersifat sistematis dan
terperinci.
14
2. Pesan Bersifat Umum.
Pesan dapat berupa fakta, peristiwa ataupun opini. Namun tidak semua fakta atau
peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan
komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria
pengting atau menarik.
3. Komunikannya yang Anonim dan Heterogen.
Komunikan yang dimiliki komunikasi massa adalah anonim (tidak dikenal) dan
heterogen (terdiri dari berbagai unsur)
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan.
Keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan sejumlah
besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut
satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan.
Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan
sistem tertentu dan disesuaikan karakteristik media massa yang digunakan. Di
dalam komunikasi antarpersonal, yang menentukan efektivitas komunikasi
bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan manusia, bukan pada “apanya “tetapi
“bagaimana“ Sedangkan pada komuniaksi massa menekankan pada “apanya“.
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Komunikator dan komunikan tidak dapat terlibat secara langsung, karena proses
pada komunikasi massa yang menggunakan media massa.
15
7. Stimulasi Alat Indra “Terbatas
Stimulasi alat indra tergantung pada media massa. Pada surat kabar dan majalah,
pembaca hanya melihat, pada media radio khalayak hanya mendengarkan,
sedangkan pada media televisi dan film kita menggunakan indra pengelihatan dan
pendengaran.
8. Umpan Balik Tertunda (Delayed).
Hal ini dikarenakan oleh jarak komunikator dengan komunikan yang berjauhan
dan katakter komunikan yang anonim dan heterogen (Ardianto, 2004:7-8).
2.2.3. Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi dari komunikasi massa adalah sebagai berikut:
1. Penafsiran (Interpretation)
Fungsi penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada
khalayak, serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita atau
tanyangan yang disajikan.
2. Pertalian (Linkage)
Dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk
pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.
3. Penyebaran Nilai-nilai (Transmission Of Values )
Dengan cara media massa itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa itu
memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang
diharapkan oleh mereka.
16
4. Hiburan (Entertainement)
Berfungsi sebagai penghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi
ketegangan pikiran khalayak.
5. Fungsi Informasi
Media massa berfungsi sebagai penyebar informasi bagi pembaca, pendengar,
atau pemirsa.
6. Fungsi Pendidikan
Salah satu cara media massa dalam memberikan pendidikan adalah dengan
melalui pengajaran etika, nilai, serta aturan-aturan yang berlaku bagi pembaca
atau pemirsa.
7. Fungsi Mempengaruhi
Secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, Features, iklan, artikel dan
sebagainya.
8. Fungsi Proses Pengembangan Mental
Media massa erat kaitannya dengan prilaku dan pengalaman kesadaran manusia.
9. Fungsi Adaptasi Lingkungan
Yakni penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana khalayak dapat beradaptasi
dengan lingkungannya dengan dibantu oleh media massa, ia bisa lebih mengenal
bagaimana keadaan lingkungannya melalui media massa.
10. Fungsi Memanipulasi Lingkungan
Berusaha untuk mempengaruhi, komunikasi yang digunakan sebagai alat kontrol
utama dan pengaturan lingkungan.
17
11. Fungsi Meyakinkan (To Persuade )
Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang.
Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang Menggerakan seseorang untuk
melakukan sesuatu (Effendi,2003:29).
2.3 Strategi Komunikasi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun, untuk mencapai suatu tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah
saja, tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Demikian pula
strategi komunikasi.
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dinamika
Komunikasi” mengatakan ”strategi komunikasi merupakan panduan dari
perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (management
planning) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai suatu tujuan tersebut
strategi komunikasi harus dapat menunjukkan secara taktis bagaimana
operasionalnya. Dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda
sewaktu-waktu, bergantung kepada situasi dan kondisi (Effendy, 2008:29).
Rogers (1982) kemudian memberi batasan pengertian strategi komunikasi
sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia
dalam skala yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Seorang pakar
perencanaan komunikasi Middleton (1980) juga membuat definisi dengan
menyatakan bahwa: ”strategi komunikasi adalah kombinasi terbaik dari semua
elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran, penerima sampai
18
pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang
optimal” (Cangara, 2014:61) Strategi komunikasi (communication strategy) harus
mendukung program aksi (action program) meliputi serangkaian tindakan
(Morissan 2008:187), sebagai berikut:
1. Memberitahu khalayak sasaran, internal, dan eksternal, mengenai tindakan
yang akan dilakukan. Membujuk khalayak sasaran untuk mendukung dan
menerima tindakan dimaksud.
2. Mendorong khalayak yang sudah memiliki sikap mendukung atau
menerima untuk melakukan tindakan. Berhasil tidaknya kegiatan komunikasi
secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi.
Strategi komunikasi, baik secara makro (planned multimedia strategy)
maupun mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi ganda
(Effendy, 2008:28), yaitu:
1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan
instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang
optimal.
2. Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat kemudahan
diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu
ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.
Strategi komunikasi bertujuan menciptakan pengertian dalam
berkomunikasi, membina dan memotivasi agar dapat mencapai tujuan yang
dinginkan pihak komunikator.
R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnet dalam Rusady Ruslan
(2008:37) menuliskan ada empat tujuan strategi komunikasi yaitu:
19
1. To secure understanding yaitu untuk memastikan bahwa terjadi suatu
pengertian dalam berkomunikasi. memberikan pengaruh kepada komunikan
melalui pesan-pesan yang disampaikan untuk mencapai tujuan tertentu dari
organisasi.
2. To establish acceptance yaitu bagaimana cara penerimaan itu terus dibina
dengan baik. setelah komunikan menerima dan mengerti pesan yang
disampaikan, pesan tersebut perlu dikukuhkan dalam benak komunikan agar
menghasilkan feedback yang mendukung pencapaian tujuan komunikasi.
3. To motivate action yaitu penggiat untuk memotivasinya. Komunikasi selalu
memberi pengertian yang diharapkan dapat memperngaruhi atau mengubah
perilaku komunikan sesuai dengan keinginan komunikator. Jadi strategi
komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku komunikan.
4. The goals which the communicator sought to achieve. Artinya bagaimana
mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses
komunikasi tersebut.
Dalam penerapan strategi komunikasi ini, khususnya upaya transparansi
kepada stakeholder, komunikasi menjadi sangat penting. Komunikasi yang
berlangsung diarahkan pada pembentukan persepsi yang positif mengenai isi
pesan oleh kelompok atau kelompok yang menerima pesan tersebut. Dengan
adanya penciptaan persepsi yang positif, maka penerima pesan akan terpersuasi
untuk melakukan perubahan sikap sebagai tanggapan yang positif terhadap isi
pesan yang diterima.
2.4 Radio Sebagai Media Massa dan Perannya Dalam Pelestarian Budaya
2.4.1 Budaya, Budaya Daerah dan Pelestarian Budaya
Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan
20
demikian, kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi
dan akal. Pengertian Kebudayaan menurut Hassan Shadily mengatakan bahwa
kebudayaan berarti keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi
aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang
merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral hukum, adat kebiasaan dan
lain-lain.
Menurut E.B Taylor, kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat (Suwarno, 2012:81). Sedangkan kebudayaan
menurut Herskovit dan Malinowski adalah suatu yang superorganik, karena
kebudayaan yang turun temurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus atau
berkesinambungan meskipun orang-orang yang menjadi 10 anggota masyarakat
senatiasa silih berganti disebabkan karena kematian dan kelahiran.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan
sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah
(material culture) yang deperlukan oleh manusia untuk menguasai alam
sekitarnya. Rasa yang meliputi jiwa manusi, mewujudkan segala kaidah-kaidah
dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan
dalam arti yang luas. Di dalamnya termasuk agama, ideologi, kebatinan, kesenian,
dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai
anggota masyarakat. Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir
orang-orang yang hidup bermasyarakat dan yang antara lai menghasilkan filsafat
21
serta ilmu pengetahuan. Semua karya, ras, dan cipta ini dikuasai oleh karsa orang-
orang yang menentukan kegunaanya agar sesuai dengan kepentingan sebagian
besar atau seluruh masyarakat (Suwarno, 2012 : 79).
Antropolog C. Kluckhohn didalam sebuah karyanya yang berjudul
Universal Catagories of Culture telah menguraikan ulasan pendapat para sarjana
yang merujuk pada adanya tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai
cultural universal, yaitu:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat
rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor dan sebagainya)
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan,
sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya)
3. Pengetahuan
4 Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum, sistem perkawinan)
5. Bahasa (lisan maupun tertulis)
6. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya)
7. Religi (sistem kepercayaan) (Suwarno, 2012 : 83).
Ketujuh unsur universal tersebut masing-masing dapat dijabarkan kedalam
sub-unsur.Demikian ke-tujuh unsur kebudayaan universal tadi memang mencakup
11 kebudayaan makhluk manusia dimanapun juga didunia, dan menunjukkan
lingkup dari kebudayaan serta isi dari konsepnya.
2.4.2 Peran Media Massa Radio dalam Pelestarian Budaya Daerah
Radio yang selanjutnya disebut radio siaran adalah media komunikasi
massa elektronik bersifat auditif yang menggunakan ranah publik (frekuensi).
Radio sebagai salah satu bukti nyata dari perkembangan teknologi komunikasi
22
yang juga sudah menunjukkan perannya dalam kehidupan. Pemanfaatan radio
semakin lama semakin bertambah. Sebagai salah satu media massa, radio
memiliki karakteristik yang khas dibandingkan media massa lain yaitu:
1. Imajinatif, pesan radio dapat mengajak pendengarnya untuk berimajinasi.
2. Auditif, sifat radio untuk didengar sehingga dengan demikian sampai di
pendengaran hanya sepintas dan tidak dapat diulang kembali (Rusnandi;
2009;30).
Sebagaimana yang dikatakan oleh McQuail, bahwa media sering kali
berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja pengertian
pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian
pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Hal ini
mengisyaratkan bahwa media massa seperti radio mempunyai peran yang amat
strategis dalam pelestarian budaya.
Effendy mengungkapkan, bahwa radio di dalam fungsinya sebagai alat
penghibur, penyampai informasi serta sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat
memiliki berbagai macam program siaran (Effendy;18;1991). Berkaitan dengan
hal tersebut, radio sejatinya memiliki program acara yang terdiri dari siaran yang
berisi musik, informasi seputar gaya hidup, berita, hingga siaran tentang
kebudayaan yang termuat dalam radio, yang setidaknya dapat memiliki manfaat
atas informasi yang disampaikan kepada pendengarnya.
Dimana sebagai salah satu bentuk implementasinya adalah siaran
kebudayaan yang di usung oleh RRI sebagai alat pelestari kebudayaan.
Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan asli milik bangsa Indonesia, yang
merupakan kebudayaan yang beragam dan memiliki nilai luhur dalam membentuk
23
kepribadian dan jati diri bangsa. Dengan adanya program siaran yang berisi
tentang acara kebudayaan di radio, selain untuk mendidik generasi bangsa, tujuan
lainnya yakni untuk turut andil dalam pelestarian kebudayaan Indonesia.
2.4.3 Kebudayaan Lampung
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kebudayaan Daerah
Lampung adalah kebudayaan yang hidup dalam suatu wilayah bagian suatu
negara yang merupakan daerah suatu suku bangsa tertentu3.
Kebudayaan Lampung menurut Catatan musafir Tiongkok yang pernah
mengunjungi Indonesia pada abad VII, yaitu I Tsing, yang diperkuat oleh teori
yang dikemukan Hilman Hadikusuma, disebutkan bahwa Lampung itu berasal
dari kata To-lang-po-hwang. To berarti orang dalam bahasa Toraja, sedangkan
Lang-po-hwang kepanjangan dari Lampung. Jadi, To-lang-po-hwang berarti
orang Lampung. Dr. R. Boesma dalam bukunya, De Lampungsche Districten
(1916) menyebutkan, Tuhan menurunkan orang pertama di bumi bernama Sang
Dewa Sanembahan dan Widodari Simuhun. Mereka inilah yang menurunkan Si
Jawa (Ratu Majapahit), Si Pasundayang (Ratu Pajajaran), dan Si Lampung (Ratu
Balau). Dari kata inilah nama Lampung berasal. (Hadikusumah:1983:10).
Hilman Hadikusuma dkk dalam bukunya Adat-istiadat Lampung
menguraikan beberapa unsur kebudayaan Lampung diantaranya :
1. Adat Istiadat
Pada dasarnya jurai Ulun Lampung adalah berasal dari Sekala Brak,
namun dalam perkembangannya, secara umum masyarakat adat Lampung terbagi
3 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Kebudayaan%20Daerah Lampung diakses pada 6 desember
2017
24
dua yaitu masyarakat adat Lampung Saibatin dan masyarakat adat Lampung
Pepadun. Masyarakat Adat Saibatin kental dengan nilai aristokrasinya, sedangkan
Masyarakat adat Pepadun yang baru berkembang belakangan kemudian setelah
seba yang dilakukan oleh orang abung ke banten lebih berkembang dengan nilai
nilai demokrasinya. (Hadikusumah:1983:12)
2. Falsafah Hidup
Falsafah hidup pada hakekatnya masyarakat Lampung secara umum
memiliki kesamaan pandangan hidup yang disebut dengan fiil pesenggiri. Piil
Pesenggiri adalah tatanan moral yang merupakan pedoman bersikap dan
berperilaku masyarakat adat Lampung dalam segala aktivitas hidupnya. Falsafah
hidup orang Lampung sejak terbentuk dan tertatanya masyarakat adat adalah piil
pesenggiri. Piil (fiil=arab) artinya perilaku, dan pesenggiri maksudnya bermoral
tinggi, berjiwa besar, tahu diri, tahu hak dan kewajiban. Piil pesenggiri
merupakan potensi sosial budaya daerah yang memiliki makna sebagai sumber
motivasi agar setiap orang dinamis dalam usaha memperjuangkan nilai-nilai
positif, hidup terhormat dan dihargai di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Sebagai konsekuensi untuk memperjuangkan dan mempertahankan
kehormatan dalam kehidupan bermasyarakat, maka masyarakat Lampung
berkewajiban untuk mengendalikan perilaku dan menjaga nama baiknya agar
terhindar dari sikap dan perbuatan yang tidak terpuji. Piil pesenggiri sebagai
lambang kehormatan harus dipertahankan dan dijiwai sesuai dengan kebesaran
Juluk-adek yang disandang, semangat nemui nyimah, nengah nyappur, dan sakai
sambaiyan dalam tatanan norma Titie Gemattei.
25
Piil pesenggiri sebagai tatanan moral memberikan pedoman bagi perilaku
pribadi dan masyarakat adat Lampung untuk membangun karya-karyanya. Piil
pesenggiri merupakan suatu keutuhan dari unsur-unsur yang mencakup Juluk-
adek, Nemui-nyimah, Nengah-nyappur, dan Sakai-Sambaiyan yang berpedoman
pada Titie Gemattei adat dari leluhur mereka. Apabila ke-4 unsur ini dapat
dipenuhi, maka masyarakat Lampung dapat dikatakan telah memiliki piil
pesenggiri. Piil-pesenggiri pada hakekatnya merupakan nilai dasar yang intinya
terletak pada keharusan untuk mempunyai hati nurani yang positif (bermoral
tinggi atau berjiwa besar), sehingga senantiasa dapat hidup secara logis, etis dan
estetis.4
3. Bahasa Lampung
Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun
Lampung di Propinsi Lampung, selatan palembang dan pantai barat Banten.
Bahasa ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia barat
dan dengan ini masih dekat berkerabat dengan bahasa Sunda, bahasa Batak,
bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Melayu dan sebagainya.
(Hadikusumah:1983:14)
Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek.
Pertama, dialek A (api) yang dipakai oleh ulun Sekala Brak, Melinting Maringgai,
Darah Putih Rajabasa, Balau Telukbetung, Semaka Kota Agung, Pesisir Krui,
Ranau, Komering dan Daya (yang beradat Lampung Saibatin), serta Way Kanan,
Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, subdialek O
(nyo) yang dipakai oleh ulun Abung dan Tulangbawang (yang beradat Lampung
4 http://staff.unila.ac.id/abdulsyani/2013/04/02/falsafah-hidup-masyarakat-lampung-sebuah-
wacana-terapan/
26
Pepadun). Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub
Dialek, yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow.
(Hadikusumah:1983:15)
4. Aksara Lampung
Aksara Lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk
tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan.
Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti
dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda
tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan
melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai
nama tersendiri.
Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan
Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong,
Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf
induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing,
angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan
dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.
Aksara Lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan.
Sebelumnya Had Lampung kuno jauh lebih kompleks. Sehingga dilakukan
penyempurnaan sampai yang dikenal sekarang. Huruf atau Had Lampung yang
diajarkan di sekolah sekarang adalah hasil dari penyempurnaan tersebut.
(Hadikusumah:1983:20)
27
5. Kesenian
Seni musik yang terkenal adalah Gamelan Lampung disebut juga Talo
Balak, Kulitang Pring (terbuat dari bambu), Gambus Luni, semua alat musik ini
dimainkan dengan cara dipukul. Kain Tenun khas Lampung; Tapis digunakan
pada saat acara-acara khusus seperti perkawinan, penyambutan tamu, dan
pengangkatan gelar.
Kain tersebut ditenun oleh alat bernama panto, dan manto adalah orang
yang menenunnya. Tarian yang terkenal adalah tari canggat (menari di atas
talam), tari melinting canggat, dan tari singgeh pengeunteun dilakukan saat
sedang penyambutan tamu dan ditarikan secara ganjil 7, atau 9 orang. Kegiatan
berpantun pun diberlakukan pada acara kumpul-kumpul atau silahturahmi dan
juga saat acara-acara besar seperti perkawinan dan kematian.
2.5 Karakteristik Media Radio
Romli menjelaskan dalam bukunya Dasar-dasar siaran radio secara umum,
radio memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Auditori
Radio adalah “Suara” untuk di dengar, karenanya isi siaran bersifat sepintas lalu
dan tidak dapat diulang. Artinya pendengar tidak akan bisa mendengar ulang
informasi yang telah disampaikan. Berbeda dengan media cetak, pembaca bisa
mengulanh bacaan yang sudah dibaca bahkan untuk beberapakali.
2. Transmisi
Proses penyebarluasannya atau disampaikannya kepada pendengar melalui
pemancaran (Transmisi).
28
3. Mengandung Gangguan
Seperti timbul –tenggelam (fading) dan gangguan teknis seperti channel noise
factor.
4. Theater of mind
Karena sifatnya auditif, radio mencipta gambar dalam imajenasi pendengar
dengan kekuatan kata dan suara. Siaran radio merupakan seni mainkan imajenasi
pendengar melalui kata dan suara. Pendengar hanya bisa membayangkan dalam
imajenasinya apa yang dikemukakan penyiarnya sendiri. Selain itu, komunikator
radio siaran berbicara seolah-olah sedang bercakap-cakap sambil menemai
pendengar di mana pun mereka berada. Tidak heran bila interaksi yang terjadi
antara penyiar radio dengan pendengarnya bersifat lebih akrab, dan tak jarang
penyiar radio dianggap selayaknya sahabat oleh para pendengarnya.
5. Identik Dengan Musik
Radio adalah sarana hiburan temurah dan tercepat sehingga menjadi media utama
untuk mendengarkan musik. Dalam hal musik, radio memiliki daya surprise
seketika, karena pendengar biasanya tidak mengetahui lagu apa yang dihadirkan.
Berbeda dengan memutar kaset yang sudah bisa ditebak urutan lagunya.
(Romli,2009;19)
2.6 Jenis Acara Pada Radio
Acara radio sangat beragam, masing-masing lengkap dengan visi, misi,
target pendengar, format, isi siaran, gaya siaran dan bahasa siaran, serta durasinya.
Semua program di selaraskan dengan visi dan misi, target pendengar, format
musik, target iklan, serta sumber daya. Program radio juga disesuaikan dengan
29
kebutuhan, keinginan, atau selera pendengar, dipadukan dengan visi-misi stasiun
radio. Program radio terdiri dari acara pemutaran lagu (music program), Obrolan
atau bincang-bincang (talk-show) dan program berita (news program). (Romli,
2009;75)
Pada penelitian ini penulis mengambil program nyemui nyimmah dan
manjau dibingi sebagai musik program yang didalamnya terdapat telpon dan sms
interaktif dari pendengar untuk penyiar. Dalam Acara ini baik penyiar dan
pendengar aktif berinteraksi dalam bahasa Lampung untuk melestarikan budaya
daerah Lampung.
2.7 Program Siaran dan Segmentasi Radio
Romli menjelaskan dalam bukunya Dasar-dasar siaran Radio, Program
siaran radio terdiri dari program regular atau harian (dialy program) dan program
khusus atau mingguan (Special program, weekly program) Program regular
disiarkan setiap hari dengan penyiar tetap ataupun bergantian pada jam-jam
tertentu.
Sedangkan program khusus disiarkan seminggu sekali, umumnya di
jadwalkan malam hari dan akhir pekan. Dari segi materi siaran, secara garis besar
terdiri dari siaran musik atau lagu (music program) dan sajian informasi (news
Program) (Romli,2009:74). Program siaran yang digunakan dalam penelitian
penulis adalah program Nyemui-Nyimah dan Manjau Dibingi yang termasuk
dalam program regular yaitu disiarkan setiap hari, materi siaran kedua program ini
ialah siaran musik sekaligus menyajian informasi untuk para pendengar setianya.
30
Segmentasi pada dasarnya adalah suatu cara pandang atau mental berfikir
yang membantu seseorang melihat isi dunia atau bisa juga disebut sebagai seuatu
strategi untuk memahami struktur pasar. Segmentasi merupakan suatu konsep
yang sangat penting. Segmentasi digunakan untuk memilih sasaran, mencari
peluang, menggeroti segmen pemimpin, merumuskan pesan-pesan komunikasi,
melayani lebih baik, menganalisis prilaku konsumen, mendesain produk dan lain
sebagainya.
Segmentasi dibuat atas beberapa faktor yang menjadi dasar pemikiran,
diantaranya Geologis (keadan daerah) Geografis (Letak daerah) Demografis
(kondisi kehidupan penduduk di daerah itu) Sosial ekonomi (standar kehidpan,
mencakup pendapatan) Psychographis (menyangkut gaya hidup dan selera
masyarakat) Tingkah laku Individual (muchtar,dalam indah, 2011:34).
2.8 Proses Produksi Acara Radio
Manajemen produksi siaran radio merupakan suatu proses dari
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, presentasi dan evaluasi suatu program
siaran. Dalam siaran radio dikenal berbagai format siaran yang menjadi panduan
bagi penyelenggara siaran untuk meemproduksi acara siaran. Proses produksi
acara radio merupakan proses penyatuan terhadap semua produk pendukung
siaran radio seperi pembuatan jingle radio, spot iklan, promo acara, bumper dan
lain sebagainya.(Rusnandi,2009,119)
Tahapan produksi didalam program radio memiliki tiga tahapan, karena
sebuahprogram baru yang ingin dicetuskan harus terlebih dahulu melewati tiga tah
apan, tahapan produksi program radio yaitu :
31
1. Pra Produksi
Tahapan ini sebagai tahapan perencanaan. Perencanaan yang dimaksud
disini memiliki pengertian yaitu sejumlah persiapan yang dilakukan dalam
membuat program.Persiapan itu meliputi waktu-waktu yang dilakukan,
yaitu seperti berapa lama waktu yang dipersiapkan atau dibutuhkan sebelum proga
m radio tersebut disiarkan, siapakah saja sumber daya manusia yang turut
mengambil bagian dalam proses perencanaan dan persiapan tersebut, dan juga keg
iatan apa saja yang akan dilakukan, seperti mengadakan rapat untuk mencari
konsep apa yang diinginkan untuk di udarakan, membuat naskah, mencari materi
siaran dan lain sebagiannya. (Wibowo,2009,39)
2. Produksi
Tahapan kedua yaitu tahapan produksi, tahapan dimana program radio
disiarkan. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini meliputi pemeriksaan
kembali berupa materi yang telah dipersiapkan sebelumnya permeriksaan dari segi
teknis, sampai proses siaran itu berlangsung (Wibowo, 2009:40)
3. Pasca Produksi
Tahapan terakhir adalah tahapan pasca produksi, yaitu melakukan evaluasi
dan perbaikan dari apa yang telah disiarkan di udara. Tahapan ini dilakukan
setelah tahapan produksi siaran radio selesai dilakukan. Kegiatan yang dilakukan
meliputi rapat untuk melakukan evaluasi hasil siaran, evaluasi kepada announcer
dan lainnya. (Wibowo,2009:42-44).
Menurut James A. F. Stoner manajement diartikan sebagai suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalan upaya dari
anggota organisasi serta penggunaan semua sumberdaya yang ada pada organisasi
32
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan sebelumnya. Setiap
organisasi yang bergerak untuk mencapai suatu tujuan tertentu, baik secara
komersil maupun non komersil, membutuhkan sebuah sistem kerja yang
memungkinkan segala sesuatunya berjalan dengan lancer sesuai konsep yang
telah ditentukan.
Untuk itu dibutuhkan adanya manajemen. Demikian halnya dengan radio
siaran yang membutuhkan sebuah manajemen yang baik untuk mencapai misi dan
misi yang telah ditetapkan. (Rusnandi,2009;109) Pada dasarnya pengorganisasian
sebuah stasiun penyiaran radio disesuaikan dengan kebutuhan dari stasiun
penyiaran yang bersangkutan. Tanggung jawab dalam menjalankan stasiun
penyiaran pada dasrnya dibagi menjadi dua kategori umun yaitu manajemen
penyiaran dan pelaksanaan oprasional penyiaran.
Masing-masing kategori membutuhkan struktur dan tanggung jawab
fungsionalnya sendiri. Fungsi manajemen pada stasiun penyiaran akan mengalir
berurutan kebawah mulai dari pimpinan tertinggi hingga manajer, staf dan
seterusnya. (Rusnandi.2009;111)
Romli menjelaskan struktur organisasi pada radio berkerja dalam sebuah
tim, Team Work, disebut kru (crew). Sebuah stasiun radio umumnya dipimpin
oleh Direktur utama. Biasanya pemilik radio sendiri (owner) atau orang
professional yang diperkerjakan oleh sang Owner. Dibawah direktur utama ada
General Manager yang bertanggung jawab atas keseluruhan oprasional studio
sehari-hari dibawah General Manager ada para Manajer, yakni manajer program
(Program Director), Manajer Marketing dan Manajer Teknik berserta para
teknisnya. Berikut penjelasan tentang posisi struktural manajemen radio
33
1. Program Director
Program director bertugas membuat jadwal siaran, memantau stasiun atau
mengontrol program untuk menjaga konsistensi dan kualitas produksi (Quality
Control), mengembangkan dan melaksanakan format siaran, memperkerjakan dan
mengatur staf siaran sesuai dengan format siaran, mengikuti perkembangan
persaingandan tren yang munkin mempengaruhi pemrograman, mengatur kegiatan
bidang pemberitaan (News Editor) dan masalah umum lainnya.
2. Marketing Manager
Marketing manager bertugas meningkatkan pendapatan stasiun radio
dengan mengatur penjualan jam siaran komersial (air time), menyusun jadwal
penyiaran iklan dan merekap pelaporan siarannya, mengembangkan materi-materi
penjualan iklan, mengkoordinasikan penjualan promosi on air dan in store,serta
berkoordinasi dengan Program director dalam penjadwalan siaran iklan.
3. Manajer Teknik
Manajer teknik bertanggung jawab atas kualitas audio siaran radio yang
dikonsumsi pendengar. Tugasnya adalah mengoprasikan atau memastikan
berkerjanya semua peralatan stasiun (radio tools), termasuk soal pemancar, sesuai
dengan parameter teknik yang ditentukan oleh pemerintah atau lembaga yang
berwenang.
34
4. Music director
Music Director bertanggung jawab menyusun daftar lagu (Playlist),
menyeleksi lagu, dan menentukan boleh-tidaknya sebuah lagu diputar dirung
siaran oleh penyiar. Berkoordinasi dengan Program Director sebagai atasan
langsungnya.
5. Manajer Produksi
Tugas utama manajer produksi adalah menentukan sesi perekaman,
menangani spot-spot iklan atau spot promosi program, bahkan turut mengarahkan
program siaran bersama Program director dan Music director.
6. Produser
Produser atau pengarah acara adalah orang yang menangani khusus satu
atau lebih program siaran, menentukan materi siaran, penyiar, dan menetapkan
narasumber atau bintang tamu. Produser bertanggung jawab atas penggalian ide
acara dan pengembangannya. Mengelola tim teknis dan tim kreatif untuk
memproduksi program akhir.
7. News Director & Script Writer
News director bertugas menangani berita-berita atau informasi yang harus
disiarkan oleh penyiar. Dia yang menyeleksi bahan-bahan berita dan tema yang
dibicarakan untuk disiarkan. Script writer adalah bawahan langsung dari news
director yang bertugas mengedit naskah yang akan digunakan atau disiarkan oleh
penyiar. Script writer juga bertugas meyiapkan berbagai bahan atau informasi
yang mendukung sebuah program siaran. (Romli,2009;24-27)
35
2.9 Strategi Program siaran Acara Radio
Pada stasiun radio perencanaan program mencakup pemilihan format dan
isi program yang dapat menarik dan memuaskan kebutuhan audiens yang terdapat
pada suatu segmen audiens berdasarkan demografi tertentu. Perencanaan program
radio juga mencakup mencari penyiar yang memiliki kepribadian dan gaya ynag
sesuai dengan format yang sudah di pilih stasiun bersangkutan. Perencanaan
program biasanya menjadi tanggung jawab menejemen puncak pada stasiun
penyiaran, utamanya manajer program dengan terlebih dahulu berkonsultasi
dengan menejer pemasaran dan juga menejer umum. (Morisan,2009;223)
Morisan juga menjelaskan merencanakan dan memilih program
merupakan keputusan bersama antara depertemen program dan departemen
pemasaran. Kedua bagian ini harus bahu-membahu menyusun strategi program
terbaik. Dalam menjalankan tugasnya bagian program harus mampu melakkan
peneltian (riset) terhadap selera audien sebelum membeli suatu program.
Perencanaan program pada dasarnya bertujuan memproduksi atau membeli
program yang akan ditawarkan kapada pasar audien. Dengan demikian, audien
adalah pasar karenanya setiap media penyiaran yang ingin berhasil harus terlebih
dahulu memiliki rencana pemasaran strategis yang berfungsi sebagai panduan
dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki. Dalam merencanakan suau
program siaran ada beberapa hal yang perlu di lakukan, yaitu:
(Morissan,2009;226).
1. Analisi dan Strategi Program
Setrategi pemasaran ditentukan berdasarkan analisis situasi, yaitu suatu
studi terinci mengenai kondisi pasar audien yang dihadapi stasiun penyiaran
36
beserta kondisi program yang tersedia. Berdasarkan analisis situasi ini, media
penyiaran mencoba memahami pasar audien yang mencakup segmentasi audien
dan tingkat persaingan yang ada. Analisis situasi ini terdiri dari:
a) Analisis Peluang
Analisis yang cermat terhadap pasar audien akan memberikan peluang
bagi setiap program untuk diterima para pendengar. Peluang pasar program adalah
wilayah di mana terdapat kecenderungan permintaan terhadap program tertentu
yang menguntungkan, suatu stasiun penyiaran biasanya mengidentifikasi peluang
pasar dengan cara memerhatikan pasar audien secara cermat dan memadai jika
terdapat kecenderungan kenaikan minat dan juga memerhatikan tingkat kompetisi
program yang terdapat pada setiap segmen pasar atau audien.
b) Analisis Kompetitif
Dalam mempersiapkan setrategi dan rencana program harus melakukan
analisis secara cermat terhadap persaingan stasiun penyiaran dan persaingan
program yang ada pada segmen pasar audien. Salah satu aspek penting dalam
perencanaan strategi program dalah meneliti keuntungan kompetitif, yaitu semua
hal khusus yang dimliki atau dilakukan stasiun penyiaran yang memeberikannya
keunggulan dibandingkan kompetitor.
2. Bauran program
Media penyiaran sudah barang tentu harus mempertimbangkan aspek
pemasaran ketika merencanakan program siarannya karena program yang di
produksi dengan biaya mahal bertujuan agar disukai audien. Salah satu konsep
pemasaran penting yang harus dipahami penngelola media penyiaran adalah
37
mengenai bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri atas empat variabel
penting, yaitu:
a) Product program, bahwa program adala suatu produk yang ditawarkan
kepada audien yang mencakup nama program dan kemasan program.
b) Price, yaitu harga suatu program yang mencakup biaya produksi
program dan biaya yang akan dikenakan kepada pemasang iklan.
c) Place, yaitu distribusi program yang merupakan proses pengiriman
program dari transmisi hingga diterima audien.
d) Promotion, yaitu proses bagaimana memeberi tahu audien mengenai
adanya suatu program sehingga mereka tertarik untuk mendengarnya.
(Morissan,2009;235)
3. Membuat perencanaan
Perencanaan siaran secara umum melahirkan kebijakan umum tentang
bagaimana mengatur alokasi waktu dan materi siaran dalam sehari, seminggu,
hingga setahun. Bagian program bertanggung jawab untk mendapatkan program
serta menentukan waktu atau jam penyiaran program. Terdapat sejmlah hal yang
harus diputuskan dalam perencanaan program yang mencakup dua hal, yaitu:
keputusan mengenai target audien dan keputusan mengenai target pendapatan.
Target audien dalam perencanaan program radio difokuskan pada
pemilihan format siaran dan program siaran yang dapat menarik dan memuaskan
kebutuhan demografi audien. Target pendapatan menurut Peter Pringle dan rekan
perencanaan program adalah pengembangan jangka pendek, menengah dan
panjang yang memungkinkan stasiun penyiaran ntuk mendapatkan programnya
dan keuangannya. (Morisan,2009;248)
38
Irwin Starr dan Shelly Markoff, menyatakan (dalam Morisan,2009;250)
beberapa hal penting yang perlu diperhatikan setiap pengelola media penyiaran
ketika membuat perencanaan program, yaitu:
a) Berfikir seperti pemirsa, pengelola media penyiaran berada dalam bisnis
dengan dua klien yang berbeda, yaitu: pemirsa dan pemasang iklan.
b) Pengelola media penyiaran harus mampu meyakinkan pemasang iklan
bahwa medianya sangatlah efektif untuk memasarkan suatu produk.
c) Pengelola media harus menganggap waktu siaran bernilai penting setiap
detiknya dan harus menggunakan setiap detik itu dengan mendayagunakan
kemampuan dalam menjangkau pemirsa.
d) Pengelola media penyiaran berkompetisi untuk merebut waktu orang lain
untuk mau mendengarkan acara yang disuguhkan.
e) Pengelola media siaran lokal harus pula berfikir secara lokal.
4. Tujuan program
Terdapat lima tujuan penyiaran program radio yaitu: mendapatkan
sebanyak mungkin audien, target audien tertentu, prestise, penghargaan dan
kepentingan publik.
5. Faktor program
Terdapat beberaapa hal yang harus diperhitungkan sebelum memutuskan
untuk memproduksi, akuisisi dan skeduling suatu program. Peter Pringle (1991),
mengemukakan beberapa faktor penting sebagai berikut:
a) Persaingan, hal pertama yang perlu diketahui adalah kekuatan dan
kelemahan stasiun saingan.
b) Ketersediaan audien, audien yang ada atau tersedia pada setiap bagian
waktu siaran menjadi faktor menentukan yang harus dipertimbangkan secara
cermat dalam pemiliha program dan menentukan waktu program.
39
c) Kebiasaan audien, bagian program harus memiliki misi untuk
menciptkan (habit) menonton secara rutin dalam mendorong keberhasilan
suatu program.
d) Aliran audien, akan lebih mengtungkan jika stasiun bersangkutan dapat
mempertahankan audien yang sudah dimiliki untuk bersedia terus mengikuti
setiap program yang dihadirkan.
e) Keterarikan audien, audien pada mumnya tertarik pada program hiburan,
namun stasiun dapat memproduksi program yang sesuai dengan minat atau
ketertarikan audien.
f) Ketertarikan pemasang iklan, penayangan program harus dapat menarik
minat pemasang iklan dan audien agar bisa berhasil.
g) Anggaran, jumlah anggaran yang tersedia untuk produksi dan pembelian
program adalah faktor penentu yang penting dalam hal apa yang dapat
dihadirkan stasiun penyiaran.
h) Ketersediaan program, sasiun penyiaran harus memiliki stok program
(program invetory).
2.10 Posisi RRI dalam Regulasi Penyiaran Indonesia
Proses demokratisasi di Indonesia menempatkan publik sebagai pemilik
dan pengendali utama ranah penyiaran. Karena frekuensi adalah milik publik dan
sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus sebesar-besarnya bagi kepentingan
publik. Karenanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
juga melahirkan Lembaga Penyiaran Publik sebagai public sphere diharapkan
menjadi format baru kehidupan publik yang dapat mengakomodasi berbagai
kepentingan publik menjadi visi bersama dalam penyelenggaraan kehidupan
publik secara terhormat dan demokratis, dalam menjalankan fungsi kultural dan
tatanan kehidupan fungsional dalam ranah publik.
40
Sejak tahun 2005, RRI resmi menjadi Lembaga Penyiaran Publik,
repositioning dari Institusi Pemerintah ini juga ditandai dengan adanya komitmen
menyeluruh karyawan RRI diseluruh Indonesia, penulis turut aktif berpartisipasi
dalam melakukan diskusi-diskusi internal maupun eksternal, termasuk mengikuti
berbagai pelatihan tentang Public Service Broadcasting di dalam dan luar negeri.
RRI yang memiliki 60 stasiun penyiaran diseluruh Indonesia merupakan lembaga
penyiaran publik diantara 4 (empat) bentuk lembaga penyiaran lainnya yaitu
lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas dan lembaga penyiaran
berlangganan.
Perubahan mendasar yang dialami RRI, tentunya berimplikasi dengan
perubahan paradigma penyiaran, yang terlanjur memiliki positioning negatif
selama ini, sebagai corong pemerintah. Konsep public service pada sebuah
lembaga penyiaran publik yang menjadi positioning baru bagi produk RRI sejak
lima tahun lalu, harus menjadi tujuan strategi komunikasi produk yang dijalankan
secara komprehensif, baik internal maupun eksternal. Dengan kata lain RRI harus
perlu membangun image atau citra korporat di benak publik melalui strategi
program komunikasi produk menyeluruh dari kantor pusat hingga kantor cabang
untuk membentuk reputasi korporat. Periode pertama RRI sebagai Lembaga
Penyiaran Publik dirasakan belum secara fokus menyentuh RRI, tapi lebih pada
transformasi nilai untuk mengubah mindset internal yang sebagian besar masih
PNS di era RRI sebagai Radio Pemerintah.
41
2.11 Landasan Teori
Jhon W creswell dalam bukunya yang berjudul Research Design yang
mendefinisikan teori sebagai serangkaian bagian atau variabel, definisi dan dalil
yang saling berhubungna yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis
mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
menentukan hubungan antara variabel dengan maksud menjelaskan fenomena
alamiah (Cresswell,2010:35)
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemikiran
Wilbur Schramm tentang Syarat komunikasi efektif bagi sebuah pesan adalah
menarik, dapat memperoleh kebutuhan individual (personal needs) pada
komunikan, dapat memuaskan kebutuhan pesan yang disampaikan, pesan dapat
memuaskan kebutuhan emosi, pesan dapat memuaskan kebutuhan harapan yang
logis bagi penerima pesan. Isi pesan dalam strategi komunikasi sangat
menentukan efektivitas komunikasi.
Wilbur Schramm (1995) dalam Arifin (Arifin, 1994; 68-69) mengatakan
bahwa agar komunikasi yang dilancarkan dapat lebih efektif, maka pesan yang
disampaikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat
menarik perhatian sasaran dimaksud.
2. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang
sama antara sumber dan sasaran, sehingga sama-sama dapat dimengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyarankan
beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.
42
4. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi,
yang layak bagi situasi kelompok di mana sasaran berada pada saat ia
gerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Willbur Schramm dalam Arifin selanjutnya mengemukakan apa yang
disebut dengan availibity (mudahnya diperoleh) dan contrast (kontras).
Availalibity, berarti isi pesan itu mudah diperoleh sebab dalam persoalan yang
sama atau orang selalu memilih yang paling mudah, yaitu yang tidak terlalu
banyak meminta energi atau tenaga. Sedang contrast menunjukkan, bahwa pesan
itu, dalam hal menggunakan tanda-tanda dan medium memiliki perbedaan yang
tajam dengan keadaan sekitarnya.
Sehingga ia kelihatan atau kedengaran sangat menjolok, dan dengan
demikian mudah diperoleh. Sesuatu yang menjolok ialah karena lebih nyaring,
lebih terang, lebih besar atau merupakan gerak yang tibatiba dalam keterangan,
perubahan pada suara tiba-tiba, intensitas, irama, dan sebagainya. (Arifin,
1994:70)
2.12 Kerangka Pikir
Radio adalah media komunikasi massa elektronik bersifat auditif yang
menggunakan ranah publik (frekuensi). Radio merupakan sebagai salah satu bukti
nyata dari perkembangan teknologi komunikasi yang juga sudah menunjukkan
perannya dalam kehidupan. Acara radio sangat beragam, masing-masing lengkap
dengan visi, misi, target pendengar, format, isi siaran, gaya siaran dan bahasa
siaram, serta durasinya. Semua program di selaraskan dengan visi dan misi, target
pendengar, format musik, target iklan, serta sumber daya.
43
Program radio juga disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan, atau selera
pendengar, dipadukan dengan visi-misi stasiun radio. Program radio terdiri dari
acara pemutasan lagu (music program), Obrolan atau bincang-bincang (talk-show)
dan program berita (news program). Pada penelitian ini penulis mengambil
program nyemui-nyimmah dan manjau dibingi sebagai musik program yang
didalamnya terdapat telpon dan sms teraktif dari pendengar untuk penyiar.
Kerangka pikir dalam penelitian ini akan menggambarkan alur berfikir
dalam menganalisis. Strategi Komunikasi RRI Pro 4 Bandar Lampung yang
menjadikan acara musik daerah Lampung sebagai saran pelestarian budaya (studi
deskriptif pada acara acara Nyemui Nyimah dan Manjau dibingi Pro 4 RRI
Bandar Lampung).
Peneliti mengansumsikan Pemikiran Willbur Schramm sebagai landasan
teori yang membantu penulis untuk mengansumsi dan untuk mewawancarai dan
mengobservasi informan. Maka hasil dari peneliti dapat terlihat apakah sesuai
dengan asumsi awal peneliti.
44
Kerangka pikir penulis dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar No. 2.2
Sumber: Modifikasi penulis Mei Th. 2018
Lembaga Penyiaran
Radio
Program Acara Musik Daerah
Lampung (Nyemui Nyimah & Manjau
Dibingi)
Pelestarian Budaya Lampung
(Bahasa, Adat istiadat,Fasafah
hidup, Kesenian)
Komunikasi Massa
RRI PRO4
Fungsi Pelestarian
Budaya
Pemikiran Willbur
Schramm
Proses Produksi
Strategi Siaran
1. Ide/ Isi siaran
2. Format
penyiaran
3. Bahasa
4. Penyiar
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Pada penelitian ini, menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pendekatan
Kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada
pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata,
laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang
alami (Creswell, 2010:15). Penelitian ini juga menggunakan pendekatan deskriptif
karena penelitian ini berupaya mengungkapkan sesuatu secara apa adanya
(Sudaryanto 1993, dalam Anggraini, 2012: 132).
Berdasarkan uraian pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
penelitian deskriptif kualitatif merupakan cara atau studi untuk menggambarkan
secara akurat sifat-sifat dari fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita. Dalam
penelitian ini, penulis bermaksud mendeskripsikan bagaimana acara musik daerah
lampung sebagai sarana pelestari budaya (studi deskriptif pada acara acara
Nyemui Nyimah dan Manjau dibingi Pro 4 RRI Bandar Lampung). Maka dari itu
penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif kualitatif.
46
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam pendekatan kualitatif merupakan fokus kajian yang
mengandung penjelasan-penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa saja yang
menjadi pusat perhatian serta yang kelak dibahas secara mendalam dan tuntas
dengan mengunakan metode deskriptif kualitatif (Arikunto, 2002:12). Fokus
pengamatan pada penelitian ini adalah dengan menganalisis berdasarkan
Pemikiran Wilbur Schramm yaitu dengan melakukan wawancara, yang
kemudian akan mengetahui Proses produksi dan Strategi siaran program acara
Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi RRI Pro 4 Bandar lampung. Berikut fokus
penilitian pada penelitian penulis:
1. Proses produksi acara Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi.
2. Kebudayaan Daerah Lampung terdapat pada acara Nyemuinyimah dan
Manjau Debingi.
1 Budaya Daerah Lampung
Penulis menarik kesimpulan Budaya Daerah lampung Menurut KBBI dan
Selo Soemardjan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat daerah
lampung. Karya masyarakat lampung menghasilkan teknologi dan kebudayaan
kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang deperlukan oleh
masyarakat untuk menguasai alam sekitarnya. Rasa yang meliputi jiwa manusi,
mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk
mengatur masalah-masalah kemasyarakatan daerah lampung dalam arti yang luas.
Di dalamnya termasuk agama, ideologi, kebatinan, kesenian, dan semua
unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota
47
masyarakat daerah Lampung. Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan
berpikir orang-orang yang hidup bermasyarakat dan yang antara lai menghasilkan
filsafat serta ilmu pengetahuan. Semua karya, ras, dan cipta ini dikuasai oleh karsa
orang-orang yang menentukan kegunaanya agar sesuai dengan kepentingan
sebagian besar atau seluruh masyarakat daerah lampung itu sendiri.
2. Acara Musik Daerah
Acara Musik Daerah pada Radio adalah program utama pada radio. acara
musik daerah ini biasanya divariasikan menjadi acara pemutaran lagu-lagu pilihan
pendengar (request), paduan lagu dan info ringan, karokean, tangga lagu (Top
Hits), Music live dan sebagainya. (Romli,2009;28)
3. Proses Produksi Acara Musik Daerah
Proses produksi acara music daerah adalah proses terhadap semua produk
pendukung siaran seperti pembuatan jingle radio, spot iklan, promo acara, bumper
dan lain sebagainya. Wibowo menjelaskan terdapan Tahapan produksi di dalam
program acara ini memiliki tiga tahapan, yaitu. Proses Pra-produksi sebagai
proses perencanaan. Perencanaan yang dimaksud disini memiliki pengertian yaitu
sejumlah persiapan yang dilakukan dalam membuat program.
Persiapan itu meliputi waktu- waktu yang dibutuhkan, yaitu berapa lama
waktu yang harus dipersiapkan atau dibutuhkan selama proses produksi acara
radio. Proses yang kedua adalah proses Produksi dimana program radio
disiarkan. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini meliputi pemeriksaan
kembali berupa materi yang telah dipersiapkan sebelumnya permeriksaan dari segi
48
teknis, sampai proses siaran itu berlangsung. Proses yang ketiga adalah Pasca
Produksi, tahapan pasca produksi, yaitu melakukan evaluasi dan perbaikan dari
apa yang telah disiarkan di udara. Tahapan ini dilakukan setelah tahapan produksi
siaran radio selesai dilakukan. Kegiatan yang dilakukan meliputi rapat untuk
melakukan evaluasi hasil siaran, evaluasi kepada announcer dan lainnya.
(Wibowo,2009:39-44).
3.3 Jenis Data
Data pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data
sekunder:
1. Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari
sumber pertamanya. Data Primer pada penelitian ini diambil dengan melakukan
Observasi terlebih dahulu untuk memahami strategi Komunikasi program acara
Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi RRI Pro 4 Bandar lampung yang
menjadikan acara musik daerah lampung sebagai sarana pelestarian budaya.
Dari data tersebut, peneliti akan melakukan wawancara mendalam (in depth
interview) responden penelitian kepada Manajemen Internal RRI Pro 4 Bandar
lampung serta beberapa pendengar setia program Manjau Dibingi dan Nyemui
nyimah
2. Data sekunder adalah data yang biasanya telah tersusun dalam dokumen yaitu
berupa hasil dari dokumentasi dan berdasarkan literatur-literatur yang
berhubungan dengan judul penelitianya.
49
3.4 Penentuan Informan
Informan atau actor kunci dalam penelitian lapangan merupakan anggota
yang dihubungi peneliti dan yang menjelaskan atau menginformasikan tentang
lapangan. (Ahmadi,2014,92). Menurut Morse (dalam Denzin & Lincoln,1998;73)
Informan yang baik adalah informan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang penelitiperlukan, memiliki kemampuan untuk merefleksikan, pandai
mengeluarkanpikiran (pandai berbicara), memiliki waktu untuk diwawancarai,
dan berkemauan untuk berpartisipasi dalam studi. (Ahmadi,2014;93)
Informan dalam penelitian ini diambil berdasarkan karakteristik informan
menurut Neuman (dalam Ahmadi,2014;93) mengetengahkan bahwa informan
yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Informan memahami betul kultur setempat dan menyaksikan kejadian-
kejadianpenting disana.
2. Informan tinggal dan menjalani kultur setempat dan terlibat denagn kegiatan
rutin ditempat itu.
3. Informan kental dengan pengalaman kultur tersebut bukan sekedar orang baru
disana.
4. Informan harus terlibat dilapangan pada saat proses siaran.
5. Informan dapat memberikan pandangan-pandangan yang bermanfaat.
6. Informan bisa meluangkan waktu bersama peneliti.
7. Informan yang mempunyai cukup informasi, banyak waktu dan kesempatan
untuk di wawancarai dan data yang dibutuhkan terkait masalah penelitian.
Dari kriteria yang telah penulis jabarkan, maka informan dalam penelitian
ini adalah, Kepala Programa 4 RRI Bandar Lampung, Produser dan Penyiar acara
Nyemui Nyimah dan Manjau dibingi serta pendengar program nyemuinyimah dan
manjau dibingi.
50
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat serta dapat
dipertanggung jawabkan kebenaran ilmiahnya, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara periset-seseorang yang berharap
mendapatkan informasi- dan informan –seseorang yang diasumsikan mempunyai
informasi penting tentang suatu objek (Berger,dalam Kriyanto,2006;100)
Wawancara yang penulis lakukan adalah dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan langsung kepada orang yang menjadi informan atau dari sumber data ,
sumber data yang dimaksud meliputi: produser, penyiar, kepala programa RRI
PRO 4 dan pendengar program manjau dibingi dan nyemui nyimah
2. Observasi
Yaitu pengumpulan data dalam penelitian ilmiah yang diperoleh dari
pengamatan yang meliputi kegiatan penyiaran acara nyemui nyimah dan manjau
dibingi, dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi pada penelitian ini
dilakukan dengan cara mendengarkan dan mengamati secara langsung proram
acara nyemui nyimah dan manjau dibingi.
3. Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodelogi penelitian sosial. Pada intinya metode ini adalah
metode yang digunakan untuk menelusuri data historis (Bungin, 2007;121). Riset
di lokasi penelitian juga digunakan penulis sebagai data pendukung yang akan
51
digunakan peneliti sebagai alat bantu pada tahap pembahasan pada penelitian ini
hingga tujuan penelitian sesuai dengan yang diharapkan.
Disini dokumentasi yang dilakukan adalah dengan membuat foto dari
objek yang diteliti. pada penelitian penulis menggunakan Arsip Siaran program
Acara Nyemui Nyimah dan Manjau dibingi sebagai data pendukung yang akan
digunakan peneliti sebagai alat bantu pada tahap pembahasan pada penelitian ini
hingga tujuan penelitian sesuai dengan yang diharapkan. Disini Arsip Siaran
program Acara Nyemui Nyimah dan Manjau dibingi dilakukan adalah cara
mendengarkan rekaman program acara Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi.
3.6 Teknik Analisa Data
Analisis data Kualitatif digunakan bila data-data yang terkumpul dalam
riset adalah data kualitatif. Data kualitatif dapat berupa kata-kata, kalimat-kalimat
atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun
observasi (kriyanto,2006;196) Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan
dengan analisis kualitatif, yang meliputi :
1. Melakukan pengamatan terhadap Program acara Manjau Dibingi dan Nyemui
Nyimah. Pengamatan dilakukan dengan cara mendengarkan program Nyemui
Nyimah dan Manjau Dibingi
2. Pengumpulan data. Data yang diperoleh melalui In-Depth Interview
dikumpulkan dan dirangkum.
3. Reduksi data, yaitu bagian dari analisis data dengan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang data yang tidak
sesuai dengan fokus penelitian dan tidak diperlukan.
52
4. Interpretasi data yaitu memaparkan fenomena yang ada apakah bahasa dan
konten daerah Lampung pada acara musik Nyemui Nyimah dan Manjau
Dibingi Pro 4 RRI Bandar Lampung membangn loyalitas pendengar.
5. Penarikan Kesimpulan
Dalam tahap ini peneliti mencoba membuat ringkasan, bahasa dan konten
daerah Lampung pada acara musik Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi Pro 4
RRI Bandar Lampung membangun loyalitas pendengar.
3.7 Teknik Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif
demi kesasihan dan keandalan serta tingkat kepercayaan data yang telah
terkumpul. Teknik keabsahan data adalah dengan menggunakan teknik
triangulasi. Hal ini merupakan salah satu pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu, (Moleong, 2006: 330).
Melalui teknik pemeriksaan ini, penulis menggunakan teknik triangulasi
sumber dan triangulasi teori, dimana data yang yang telah dikumpulkan kemudian
dikaitkan dengan teori-teori, diyakini fakta, data, dan informasi yang didapat
dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhi persyaratan kesasihan dan
keandalan. Kemudian pemeriksaan melalui sumber dengan cara membandingkan
data hasil pengamatan dan wawancara dengan informan.
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Profil Radio Republik Indonesia Bandar Lampung
Pada tahun 1957 Myrin Kusumo dalam kapasitasnya sebagai kepala RRI
Palembang melakukan survey untuk pertama kali menjajaki kemungkinan
pendirian RRI diwilayah Karesidenan Lampung.Hal ini menggugah berbagai
kalangan masyarakat di Karesidenan Lampung untuk mewujudkan studio RRI
didaerahnya. Kemudian dengan adanya Undang-undang no. 14 tahun 1964,
Karesidenan Lampung di tingkatkan statusnya menjadi Provinsi Lampung yang
terpisah dari Sumatera Selatan. Perubahan ini mempercepat proses kelahiran RRI
Tanjungkarang, yang diawali dengan pembentukan panitia pembangunan RRI
Tanjungkarang. Panitia inilah yang membidangi kelahiran Studio Persiapan RRI
Tanjungkarang yang mengudara dengan dukungan sebuah pemancar radiofon
berkekuatan 75 Watt.1
Tepat pada 11 September 1966 HUT RRI ke 21 diserah terimakan RRI
Persiapan Tanjungkarang kepada Direktorat Radio. Kemudian sejak saat itu
berkumandang siaran RRI Tanjungkarang diudara dari lokasi Jl. Jend.Ahmad
Yani dengan dukungan pemancar GATES berkekuatan 1 Kw eks pemancar
perjuangan TRIKORA merebut Irian Barat.Keberadaan RRI Studio
1 Profil Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia 2011
54
Tanjungkarang di Provinsi Lampung ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Penerangan RI no. 65/SK/M/66 tanggal 9 Juli 1966. RRI Studio
Tanjungkarang dengan perlengkapan sederhana, kantor dan studio secara darurat
dirumah kontrakan dengan antena bambu bersambung, namun RRI
Tanjungkarang dapat memenuhi hasrat masyarakat dan Pemerintah daerah
Provinsi Lampung. Saat itu struktur organisasi RRI Tanjungkarang tahun 1966
adalah :
a. Kepala Studio : A. Hamid Yusuf
b. Kepala Bagian Umum : M. Ali Hs
c. Kepala Bagian Siaran : Ramli Ilyas
d. Kepala Bagian Teknik : M. Idrus
Pada tahun 1967 RRI Tanjungkarang menerima bantuan sebuah rumah
untuk kantor dan studio yang semula diperuntukan sebagai kantor Ketua
DPRDGR Provinsi Lampung di Jl. Urip Sumoharjo 1 (Sekarang Jl. Gatot Subroto
no.26) Pahoman Bandar Lampung. Kegiatan operasional siaran berlangsung di Jl.
Ahmad Yani sampai pertengahan 1969, dan kemudian berpindah ke Jl. Gatot
Subroto no.26 Pahoman Bandar Lampung hingga saat ini. Lokasi yang merupakan
bantuan Pemerintah Daerah Tingkat I Lampung yang diserah terimakan dengan
menggunakan surat serah terima gedung RRI no. 2589/B/KEU/1/1967.
Pada tanggal 1 September 1972 pergantian Kepala Studio dari A. Hamid
Yusuf kepada Awauddin Gindo yang bertugas hingga 1 Januari 1979 dan lahirlah
bagian Pemberitaan, Pemancar Gedung Air, Pemancar di Kedaton III (Sukarame).
Pada tanggal 1 Januari 1979 pergantian dari Awaluddin Gindo kepada Drs.
Hamdan Syahbeni yang bertugas hingga 26 Januari 1987. Kemudian sebagai
55
realisasi SK Menpen RI no. 100/KEP/MENPEN/79, pada tahun 1981 telah
diangkat :
a. 20 pejabat Struktural dari eselon III/a
b. 4 pejabat eselon IV/a
c. 15 pejabat eselon V/a
Operasional siaran dilaksanakan 24 jam setiap hari. Tanggal 26 Januari
1987 serah terima jabatan dari Drs. Hamdan Syahbenikepada H. Hanafie Umar
yang masa jabatanya hingga 24 Maret 1992.Kemudian dilanjutkan oleh Sutakno,
SE hingga 23 Januari 1996.Tanggal 23 Januari 1996 dilanjutkan oleh Adjusar
Tjang Abbas sampai digantikan oleh Drs. HM. Nasir Agun, MBA pada tanggal 24
Januari 1997. Saat memasuki periode ini pegawai RRI berjumlah 131 orang dan
mengalami perubahan jam siaran yang semula 24 jam/hari menjadi 19 jam/hari
sebagai upaya penghematan dan efesiensi energi listrik.
Perusahaan Jawatan RRI Cabang Muda Bandar Lampung memiliki 5 seksi
yakni seksi siaran, seksi pemberitaan, seksi teknik, seksi PPU dan seksi bagian
administrasi dan keuangan. Serah terima jabatan dari Ade Solihin kepada Drs.
Syaiful Anwar, MBA berlangsung tanggal 29 Desember 2001, pada masa ini
jumlah pegawai 127 orang. Pada tanggal 1 April 2002 diresmikan Programa 2
sebagai siaran radio untuk segmen pendengar kaula muda dengan sapaan Para
Muda, kemudian pada bulan September 2001 Programa 3 beroperasi kembali
memproduksi acara sendiri dengan 8 mata acara siaran.
RRI adalah satu-satunya radio yang menyandang nama negara yang
siarannya ditujukan untuk kepentingan bangsa dan negara. RRI sebagai Lembaga
56
Penyiaran Publik yang independen, netral dan tidak komersial yang berfungsi
memberikan pelayanan siaran informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol
sosial, serta menjaga citra positif bangsa di dunia internasional.2
Setelah dikeluarkan rancangan Undang-undang Penyiaran tahun 2001 dan
disyahkan UU Penyiaran no.32 tahun 2002 pada pasal 14 sebagai Lembaga
Penyiaran Publik berbentuk Badan Hukum yang didirikan oleh Negara yang
bersifat Independen, Netral. Dengan dikeluarkannya UU Penyiaran tahun 2002
pasal 14 RRI Bandar Lampung menjadi Lembaga Penyiaran Publik, yang saat ini
telah memiliki 4 pemancar diantaranya :
1. Programa 1
Programa Daerah (PRO 1) sebagai siaran Pusat Pemberdayaan Masyarakat
yang melayani segmen masyarakat yang luas sampai pedesaan, mengudara
dengan frekuensi FM 90.9 Mhz, dan AM 1035 Khz. Programa 1 memiliki
jangkauan dibeberapa lokasi diantaranya :
a. Liwa : FM 99,4 Mhz (100 watt)
b. Wonosobo : FM 97 Mhz (100 watt)
c. Padang Cermin : FM 93,8 Mhz (100 watt)
d. Simpang Pematang : FM 102,2 Mhz (100 watt)
e. Ketapang : FM 93,8 Mhz (100 watt)
f. Bakuheni : FM 93 Mhz (100 watt)
2 Profil Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia 2014
57
2. Programa 2
Programa Kota (PRO 2) sebagai siaran Pusat Kreativitas Anak Muda yang
melayani masyarakat muda di perkotaan, mengudara dengan frekuensi FM
92,5 Mhz (5 KW)
3. Programa 3
Programa III (PRO 3) merupakan siaran dari Jakarta sebagai siaran Jaringan
Berita Nasional yang menyajikan berita dan informasi (News Channel) selama
24 jam yang dipancarluaskan/ direlay oleh Setiap Stasiun RRI daerah kepada
masyarakat luas di Seluruh Wilayah Indonesia, mengudara dengan frekuensi
FM 87,7 Mhz (5 KW).
4. Programa 4
Programa IV (PRO 4) merupakan Programa 4 adalah saluran siaran (channel)
termuda di lingkungan LPP RRI. Programa yang baru ada di kota-kota besar
ini diharapkan mampu mengejar ketertinggalan dengan programa 1, 2 dan 3
dalam disain programa, popularitas dan akseptabilitas di lingkungan
pendengarnya.
4.2 Visi dan Misi LPP RRI Bandar Lampung
VISI : Terwujudnya RRI sebagai lembaga penyiaran public yang terpercaya dan
mendunia3
MISI :
1. Memenuhi hak warga Negara memperoleh berita dan informasi yang objektif
dan akurat.
3 Profil Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia 2014
58
2. Memenuhi hak warga Negara memperoleh siaran yang mencerdaskan,
mencerahkan dan memberdayakan serta berpihak kepada kelompok rentan
dan disable.
3. Menyelenggarakan siaran yang menjamin kebinekaan dan identitas nasional.
4. Menyelenggarakan siaran hiburan yang sehat
5. Meningkatkan pelayanan dan jangkauan siaran yang mudah dia akses
masyarakat di daerah perbatasan, terpencil, terluar dan pesisir
6. Memperkuat siaran luar negeri untuk mempromosikan Indonesia berserta
ideologi pancasila dan menghadirkan dunia ke Indonesia sesuai dengan
politik luar negeri.
7. Mengoptimalkan teknologi penyiaran untuk mendukung terselenggaranya
siaran RRI yang mampu menjangkau seluruh wilayah NKRI dan dapat
diakses oleh masyarakat dunia.
8. Meningkatkan kualitas tata kelola LPP RRI sesuai dengan perinsip good
public government.
9. Mengembangkan SDM professional.
10. Mengembangkan strategi komunikasi dan promosi.
11. Mengoptimalkan potensi yang dimiliki RRI sebagai sumber pendapatan
sesuai aturan perundangan yang berlaku.
4.3. Peranan RRI
a. Peran dalam Pemberdayaan Masyarakat
RRI menyelenggarakan siaran pemberdayaan masyarakat di semua lapisan
masyarakat melalui siaran pedesaan, nelayan, wanita, anak-anak, siaran
lingkungan hidup, kewirausahaan, teknologi tepat guna, kerajinan, perdangangan,
pertanian koperasi, industry kecil dll.4
b. Peran RRI sebagai Pelestarian Budaya Bangsa
4 Profil Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia 2014
59
Seluruh RRI wajib menyelenggarakan siaran seni dan budaya daerah seluruh
Indonesia secara konsiten dan tidak pernah berhenti seperti siaran ketoprak,
wayang orang, wayang golek madihin, dan budaya minang lainnya, budaya bugis,
dan budaya daerah-daerah lainnya.
c. Peran RRI Sebagai Pelestarian Lingkungan
RRI menyelenggarakan siaran Green Radio untuk penanaman kembali dan Re
Use, Reduce dan Recycling dengan berbagai format dan variasi bentuk acara.
d. Peran RRI Sebagai Media Pendidikan
RRI melenggarakan siaran pendidikan dari taman kanak-kanak sampai
mashasiswa. RRI menyelenggarakan pekan kreatif dengan mengadakan lomba
kreatif remaja seperti lomba cipta lagu, lomba cipta design, lomba IT, lomba band
Indie, Bintang radio, pecan tiwalatil alquran,. Disamping itu menyelenggarakan
siaran pendidikan social, masyarakat seperti siaran wanita, siaran pedesaan, siaran
KB dan lain-lain.
e. Peran RRI Sebagai Media Diplomasi
RRI menyelenggarakan siaran radio diplomasi melalui siaran luar negeri untuk
membangun citra positif bangsa didunia internasional berkerjasama dengan
kedutaan dan radio luar negeri dengan siaran yang bersifat reciplocal,
berkerjasama siaran dengan ABC, NHK, RTM, RTB, KBS, RTH, SR, BBC,
Radio Jeddah, Radio Turki, RCI,DW, dll.
F. Peran RRI Sebagai Media Terdepan Tanggap Bencana
60
RRI menyelenggarakan siaran langsung dari tenda darurat melalui radio Based
Disaster Management setiap ada bencana dalam waktu tidak lebih dai 24 jam.
RRI harus sudah melaporkan, kemudian diikuti program pelipur lara korban
bencana dan trauma healing dengan mendirikan studio darurat.
G. Peran RRI Dalam Menghubungkan Tenaga Kerja Diluar negeri
RRI menyelenggarakan siaran rutin dan terkoneksi dengan 7 negara yaitu
Hongkong, Malaysia, Brunei Darusalam, Jepang, Taiwan, Korea dan Arab Saudi
untuk mendekatkan TKI dengan kampong halaman. Pendengar RRI di luar negeri
khususnya TKI berjumlah puluhan ribu orang yang mendengar melalui audio
Streaming. Dalam rangka mewujudkan peran second track diplomacy
menyelenggarakan acara Diplomatic Forum. Untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat Indonesia diluar negeri khususnya tenaga kerja Indonesia
antara lain diselenggarakan acara bilik sastra yang diperlombakan dan 2
pemenang dihadirkan oleh SLN untuk menghadiri acara-acara kenegaraan 17
agustus di istana Negara dan siding DPR dan DPD di senayan.
H. Peran RRI sebagai Media Hiburan
RRI menyelenggarakan siaran hiburan berupa siaran music dan kata, pagelaran
music clasik yaitu orkes symphony Jakarta an orkes symphony yang dimiliki RRI
daerah. Pagelaran kesenian dan budaya,lawak, Quis dll.
61
4.4 Programa 4 RRI Bandar Lampung
4.4.1 Latar Belakang
Programa 4 adalah saluran siaran (channel) termuda di lingkungan LPP
RRI. Programa yang baru ada di kota-kota besar ini diharapkan mampu mengejar
ketertinggalan dengan programa 1, 2 dan 3 dalam disain programa, popularitas
dan akseptabilitas di lingkungan pendengarnya. Programa 4 adalah saluran budaya
nusantara dan pendidikan karakter berbasis budaya yang disiarkan di 14 stasiun
RRI daerah tipe B, berjaringan dengan seluruh stasiun tipe C, menerapkan prinsip
produksi siaran lokal dan berjaringan. Siaran lokal menempati mayoritas konten
produksi sedangkan siaran berjaringan menjadi landmark pertautan antardaerah
dalam melestarikan dan mempromosikan budaya sehingga dapat diapresiasi oleh
publik se-Indonesia.
Programa 4 RRI Bandar lampung berdiri di Launcing pada 11 September
2015 bertepatan pada Hari Radio dimana RRI Bandar lampung menjadi Stasiun
Penyiaran Tipe B. Stasiun Penyiaran Tipe B disamping menyelenggarakan
programa 1 dan 2 serta memancarkan terusan programa 3, juga harus
menyelenggarakan programa 4 yang menyajikan secara khusus siaran pendidikan
dan kebudayaan dengan orientasi konten lokal. Dan pada tanggal 7 Januari 2016
RRI programa 4 Bandar lampung mulai mengudara.
Programa 4 adalah pelestarian dan pembangunan karakter bangsa. Pro 4
didesain untuk membangun karakter bangsa dengan cara menyiarkan acara-acara
yang memberikan pencerahan, mendidik, atau menanamkan nilai-nilai luhur, nilai
62
universal, semangat kemandirian, kerja keras, disiplin, melayani kepentingan
public, tanggung jawab, jujur, adil dan teguh. 5
4.4.2. Profil Programa 4 Bandar lampung
Siaran programa 4 RRI Bandar lampung adalah saluran budaya. Oleh
karena itu, keselurahan program siaran kebudayaan menjadi tema pokok yang
disiarkan kedalam beragam format siaran. Komposisi siaran programa 4 Bandar
lampung adalah sebagai berikut.
1. Berita dan informasi (10%)
2. Pendidikan (35%)
3. Hiburan (50%)
4. Iklan layanan masyarakat/penunjang (5%)
4.4.3 Positioning
Positioning Pro 4 sebagai radio budaya, yakni radio yang keseluruhan
program siarannya bermuatan budaya, baik siaran dalam bentuk siaran
pendidikan, berita dan informasi, iklan layanan masyarakat ataupun siaran
lainnya. Baik siaran itu dalam format feature, filler, sandiwara radio, dialog,
ataupun siaran dokumenter haruslah menjadikan budaya sebagai tema utama
siaran.
4.4.4 Tagline Pro 4 RRI Bandar lampung
Pada awal berdirinya Programa 4 RRI Bandar lampung mengusung tagline
“Pendidikan dan Budaya” tetapi pada Januari 2018 tagline Programa 4 RRI
5 Profil Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia 2014
63
Bandar lampung berubah menjadi “Ensiklopedi Budaya Keindonesiaan” yang
berarti bahwa program siaran budaya yang disiarkan oleh pro 4 harus
mempunyai sangkut-pautnya dengan Indonesia. Siaran pro 4 mencerminkan
praktik dan pengetahuan mengenai budaya yang terkait erat dengan Indonesia,
yang disiarkan berdasarkan pada topik-topik atau-unsur-unsur budaya tertentu.
Dengan menjadikan pro 4 sebagai ensiklopedi diharapkan para pendengar di
daerah dan seluruh Indonesia bukan hanya mendapatkan siaran hiburan budaya,
tapi sekaligus sebagai sumber belajar terhadap kebudayaan Indonesia
4.4.5 Format Siaran
Format siaran Pro 4 dapat berupa format-format siaran Feature, majalah
udara, dan sebagainya. Keseluruhan format siaran harus berada dibawah
koordinasi dan supervise pusat.
4.4.6 Sapaan Pendengar
Pada awal berdirinya Programa 4 RRI Bandar lampung memiliki sapaan
“Minak Puaghi Seunyinnyi” karena pihak pusat menyerahkan sepenuhnya kepada
masing-masing penyelenggara Pro 4 utuk membuat sapaan khas daerahnya
masing-masing tetapi, pada Januari 2017 Direktorat Program dan produksi LPP
RRI Nasional membuat regulasi pola penyiaran baru. Sapaan Pendengar Pro 4
RRI Bandar lampung menjadi “sahabat Budaya”
4.5 Program Acara Nyemui Nyimah
Program acara Nyemui nyimah pertama kali mengudara pada tahun 2000
dimana program ini masih bernama “Pilpen Lampung” dibawah asuhan Programa
64
2 RRI Bandar lampung. Lalu, setelah programa 2 memiliki identitas untuk anak-
anak muda program acara Pilpen lampung pindah ke programa satu dan berubah
nama menjadi Nyemui-Nyimah dan pada januari 2016 program Nyemuinyimah
berpindah ke programa 4 RRI Bandar lampung. 6
Program ini merupakan salah satu program Unggulan pro 4 RRI Bandar
lampung yang jadwal siarnya Setiap hari pada pukul 10.00-12.00 WIB. Tetapi
terhitung pada januari 2017 terdapat pengurangan durasi program nyemui-nyimah
selama 60 menit. Jadi, jadwal siar program ini menjadi pukul 11.00-12.00 WIB.
Pada awalnya Program Nyemui nyimah merupakan gabungan dari acara
pemutaran lagu (music program), Obrolan atau bincang-bincang (talk-show) dan
program berita (news program). Tetapi karena adanya pola siaran baru yang di
tetapkan oleh Direktorat Program dan Produksi LPP RRI pusat format siaran
program acara nyemui-nyimah menjadi acara pemutaran lagu (music program),
Obrolan atau bincang-bincang (talk-show) dengan mengangkat suatu tema tentang
kebudayaan lokal.
Bahasa yang di gunakan dalam program acara Nyemui-nyimah adalah
bahasa lampung dan musik yang di putar juga merupakan musik Kontemporer
contohnya musik Keroncong, pop, dangdut, atau remix berbahasa Lampung.
Dalam Acara ini baik penyiar dan pendengar aktif berinteraksi dalam bahasa
lampung untuk membahas suatu tema yang telah ditentukan oleh penyiar yang
bertujuan untuk melestarikan budaya daerah lampung.
6 Hasil Wawancara Dengan Penyiar RRI Pro 4 Ridwan Zen (Bang Edo Permana) 29 Januari 2018
65
4.6 Program Acara Manjau Dibingi
Program acara Manjau Dibingi pertama kali mengudara pada tahun 1976
dimana program ini masih dibawah asuhan RRI Bandar lampung. Program ini
dibuat agar bisa menyentuh seluruh masyarakat khususnya yang berarda di desa
melalui musik daerah yang diputar. karena melalui musik orang-orang rantaukan
akan teringat akan kampung halaman dan identitas diri sebagai putra-putri daerah
lampung, Program ini diharapkan bisa sedikit mengobati rindu akan kampung
halaman melalui lagu-lagu yang diputar, karena pengasuh acara percaya musik
merupakan panggilan hati nurani. 7
Program ini mencapai rating teringgi hingga pertengahan tahun 1980
dikarnakan RRI Bandar lampung masih menjadi radio tunggal yang disiarkan di
provinsi lampung. Interaksi yang dilakukan oleh pendengar dan penyiarpun masih
menggunakan surat, surat yang berdatangan dari seluruh pelosok daerah. Hingga
pada tahun 1990 masuklah radio-radio swasta kelampung. Pada Januari 2016
program Manjau debingi berpindah ke programa 4 RRI Bandar lampung.
Kata Manjau Dibingi sendiri memiliki arti “Bertamu Dimalam Hari”
dalam bahasa lampung. Program acara Manjau Dibingi merupakan salah satu
program acara Unggulan pro4 RRI Bandar lampung yang jadwal siarnya Setiap
hari pada pukul 20.00 - 23.00 tetapi terhitung pada januari 2017 terdapat
pengurangan durasi dan jadwal siarnya menjadi Senin, Rabu Minggu pada pukul
21.00-22.00 WIB.
7 Hasil Wawancara Dengan Penyiar RRI Pro 4 Ridwan Zen (Bang Edo Permana) 29 Januari 2018
66
Program Manjau dibingi merupakan gabungan dari acara pemutaran lagu
(music program), Obrolan atau bincang-bincang (talk-show). Bahasa yang di
gunakan dalam program acara ini adalah bahasa lampung dan musik yang di putar
juga merupakan musik klasik gitar tunggal berbahasa Lampung.8
8 Hasil Wawancara Dengan Penyiar RRI Pro 4 Ridwan Zen (Bang Edo Permana) 29 Januari 2018
108
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian adalah Bagaimana
proses produksi acara Nyemui Nyimah dan Manjau dibingi RRI Programa 4
Bandar Lampung sebagai sarana pelestarian budaya Lampung Peneliti
menggunakan pemikiran Wilbur Schamm tentang penyampaian pesan maka
peneliti menyimpulkan sebagai berikut.
Proses produksi dalam program acara nyemuinyimah dan manjau dibingi
dibagi menjadi tiga bagian yaitu proses pra produksi dimana produser merangkap
penyiar menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan seperti tema, lagu yang akan
diputar, Iklan Layana Mayarakat, serta filler yang akan diputar setelah proses pra
produksi selesai, langsung mesauki proses produksi yaitu siaran langsung yang
dipandu oleh penyiar dalam proses ini penyiar menggunakan telpon interaktif,
sms interaktif juga media sosial interaktif guna melakukan komunikasi dengan
pendengar, lalu proses yang terakhir adalah proses pasca produksi yaitu proses
evaluasi yang dilaksanakan bias secara langsung jika penyiar melakukan kesalaha,
mingguan serta bulanan.
Pada Proses Pelestarian Budaya Secara khusus proses pelestarian budaya
Lampung pada acara Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi dilakukan dengan cara
mengangkat tema-tema tentang kebudayaan yang menjadi sarana pelastari budaya
Lampung. Dari hasil wawancara yang di lakukan disimpulkan bahwa ke empat
109
informan menggunakan strategi yang sama yakni dengan mengankat tema-tema
kekinian daerah Lampung, dengan secara aktif menggunakan Bahasa Lampung
dengan proporsi seimbang untuk kedua dialeknya (saibatin dan pepadun).
Keseimbangan penggunaan kedua Bahasa Lampung tersebut dapat di lihat
pada proses pra-produksi dimana, penyiar di wajibkan untuk dapat menggunakan
Bahasa Lampung Saibatin dan Bahasa Lampung Pepadun dalam acara Nyemui
Nyimah dan Manjau Dibingi.
Acara Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi pula melestarikan penggunaan
Bahasa daerah Lampung dengan interaksi langsung antara penyiar dan pendengar
dalam pembahasan tema-tema daerah yang telah disiapkan sebelumnya. Selain
tema-tema kedaerahaan, acara Nyemui Nyimah dan Manjau Dibingi juga menjadi
jembatan dalam pelestarian Bahasa daerah dengan cara berkirim sapa antar para
pendengar. Proses interaktif ini dilakukan via telepon ketika penyiar telah
mempersilahkan para pendengar untuk berkirim sapa antar satu dan yang lainnya.
Secara langsung interaksi antara penyiar dan pendengar, juga para pendengar yang
ikut serta dalam berkirim salam menjadi suatu proses pelestari Budaya Lampung.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian peneliti memiliki beberapa saran, antara lain:
1. Untuk dapat menjadikan sarana pelestari budaya sangat diharpakan pihak RRI
Programa4 Bandar lampung menambah durasi siaran serta memperbanyak
durasi telpon interaktif bersama pendengar.
2. Diharapkan pihak RRI Programa4 memperdalam kajian tentang kebudayaan,
tidak hanya melalui kesenian Lisan juga tentang adat istiadat yang ada, lebih
110
fokus terhadap diskusi antara penyiar dan pendengar tentang adat-istiadat
yang ada di daerah lampung atau mengundang pemuka adat untuk
mengadakan diskusi tentang kebudayaan lampung.
3. Diharapkan Pihak RRI Programa4 Menambah Penyiar yang ada pada
program manjau dibingi.
4. Diharapkan pihak RRI Menambah Pengasuh acara, membedakan antara
Produser acara dan Penyiar acara agar konten kebudayan lampung dapat di
perdalam pembahasannya.
5. Demi penyempurnaan penelitian ini, apabila nantinya ada yang ingin
melanjutkan bahasan mengenai produksi acara Nyemui Nyimah dan Manjau
dibingi RRI Programa 4 Bandar Lampung sebagai sarana pelestarian budaya
Lampung nampaknya akan lebih menarik dan berguna untuk mengkaji lebih
dalam tentang loyalitas pendengar.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media
Data Kemahasiswaan FISIP Universitas Lampung
Effendi, Onong Uchjana, 2003 Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, PT
Remaja Rosda Karya
Hasan Asy’ari Oramahi 2012, Jurnalistik Radio: Kiat Menulis Berita Radio
Jakarta: Penerbit Erlangga
Jhon W. Cresswell. 2010 Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed Yogyakata : Pustaka Pelajar
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana,
Prenada Media Group
Liliweri, Alo. 1991 Memahami Peran Komunkasi Masa dalam Masyarakat.
Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Masduki, 2005 Menjadi Broadcaster Profesional Cet ke2 Yogyakarta: Pustaka
Populer LKIS
McQuail, Denis. 2011. McQuail’s Mass Communication Theory, diterjemahkan
oleh Putri Iva Izzati, Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Salemba
Humanika.
Morrissan. (2008). Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio &
Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Morrisan, Teori Komunikasi (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 169-170
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Paxson, Peyton. (2010). Mass Communications and Media Studies: An
Introduction. New York: Continuum
Riswandi, 2009 Dasar-Dasar Penyiaran, Yogyakarta , Graha Ilmu,
Soemirat. 2008. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Undang-Undang Reepbublik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang
Penyiaran
Skripsi dan Jurnal
Ardiansyah Nasution, 2011 Strategi radio prambos dalam upaya
mempertahankan pendengar siaran puttuss sama nataya di prambos
Yogyakarta Universitas Islam negeri sunan kalijaga Yogyakarta
Elisabeth Christiyanti dan Widodo muktiyo, 2012 RRI dan Media Pelestarian
budaya (Studi deskriptif Kualitatif Strategi Humas Radio Republik
Indonesia Surakarta dalam membangun Citra RRI Sura karta sebagai
Media Pelestari Budaya Jawa di Surakarta)
Iretta Alfazriani, 2011, Pengaruh Kepuasan Pendengar terhadap Loyalitas
Pendengar, Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Reski Kurniasari R. 2015. Studi Kasus Loyalitas Pendengar Radio Madama dan
Gamasi Dikota Makasar Universitas Hasanuddin tahun 2015
Internet
Lewis, 2009: http://www.ethnologue.com/show_country.asp?name=ID Diakses pada 31Maret 2015 pukul 02.30
http://www.voaindonesia.com/articleprintview/98538.html Diakses pada 31 Maret2015 pukul 02.00
https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jskm/article/view/59 Diakses pada 8November 2015 pukul 19.00
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/41395 Diakses pada 8 November2015 pukul 19.00
ibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc Diakses pada 13November 2015 pukul 15.00
http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/638/gdlhub-gdl Diakses pada 13November2015 pukul 15.00