Acara 5 Uji Tetrazolium

15
V. UJI TETRAZOLIUM A. Pendahuluan 1.Latar Belakang. Salah satu metode yang digunakan untuk menduga kualitas benih adalah uji tetrazolium. Uji tetrazolium bertujuan dalam mengaktifkan sel/jaringan benih dan membedakan antara sel atau jaringan yang hidup atau mati. Uji tersebut sangat cepat dan tepat apabila diaplikasikan pada benih yang yang mengalami dormansi dan mengalami pemasakan lanjutan (after ripening). Pengujian benih dengan tetrazolium merupakan salah satu uji yang efektif. Uji tetrazolium memanfaatkan prinsip dehidrogenase yang merupakan group enzim metabolism pada sel hidup, yang mana mudah diamati perubahan warnanya. Selain uji TZ, uji hydrogen peroksida (H 2 O 2 ) juga merupakan uji yang efektif. Uji ini merupakan uji viabilitas yang lain, yang membentuk transisi menjadi pengujian kecambah. Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih dan uji cepat viabilitas. Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena indikasi yang diperoleh dari 56

description

teknologi benih

Transcript of Acara 5 Uji Tetrazolium

Page 1: Acara 5 Uji Tetrazolium

V. UJI TETRAZOLIUM

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang.

Salah satu metode yang digunakan untuk menduga kualitas benih

adalah uji tetrazolium. Uji tetrazolium bertujuan dalam mengaktifkan

sel/jaringan benih dan membedakan antara sel atau jaringan yang hidup

atau mati. Uji tersebut sangat cepat dan tepat apabila diaplikasikan pada

benih yang yang mengalami dormansi dan mengalami pemasakan lanjutan

(after ripening).

Pengujian benih dengan tetrazolium merupakan salah satu uji yang

efektif. Uji tetrazolium memanfaatkan prinsip dehidrogenase yang

merupakan group enzim metabolism pada sel hidup, yang mana mudah

diamati perubahan warnanya. Selain uji TZ, uji hydrogen peroksida (H2O2)

juga merupakan uji yang efektif. Uji ini merupakan uji viabilitas yang lain,

yang membentuk transisi menjadi pengujian kecambah.

Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih dan uji cepat

viabilitas. Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya

proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel

embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena indikasi yang diperoleh dari

pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan

pola-pola pewarnaan pada embrio yang akan terbentuk dalam beberapa

saat saja setelah diterapkan, sehingga waktu yang diperlukan untuk

pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk

pengujian yang indikasinya berupa kecambah yang memerlukan waktu

berhari-hari. Klorida/bromida yang larut dalam air digunakan untuk

mengindikasi adanya sel-sel yang hidup. Bila indikator diimbibisi oleh

benih ke dalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim

dehidrogenase akan terjadi proses reduksi sehingga terbentuk zat yang

disebut trifenil formazan, suatu endapan yang berwarna merah. Pada sel-

sel yang mati tidak terjadi reduksi dan tidak terbentu trifenil formazan

56

Page 2: Acara 5 Uji Tetrazolium

57

sehingga warnanya tetap. Adanya pola-pola warna merah pada bagian-

bagian penting pada embrio benih mengindikasikan bahwa benih mampu

menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal.

Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak yaitu untuk mengetahui

viabilitas benih yang segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas

benih dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak

tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. Uji tetrazolium sebagai

uji vigor bisa dilakukan, dengan cara membuat penilaian benih lebih ketat

untuk katagori benih vigor diantar benih viabel.Metode ini dapat dilakukan

dengan cepat. Dalam metode ini benih tidak dikecambahkan tetapi hanya

direndam dengan larutan tetra zolium selama satu jam dan kemudian

dinilai embrionya. Prinsip dari metode ini adalah terjadi pengecatan bagian

embrio, sebagai hasil oksidasi larutan tetrazolium. sehingga bagian embrio

yang hidup akan berwarna merah sedangkan yang mati atau cacat akan

berwarna putih.

2. Tujuan Praktikum.

Tujuan dari praktikum acara V tentang Uji Tetrazolium adalah untuk

menguji viabilitas benih secara cepat dan tidak langsung.

Page 3: Acara 5 Uji Tetrazolium

58

B. Tinjauan Pusataka.

Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih dan uji cepat

viabilitas. Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya

proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel

embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena indiksi yang diperoleh dari

pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan pola-

pola pewarnaan pada embrio, sehingga waktu yang diperlukan untuk

pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk

pengujian yang indikasinya berupa kecambah. Kegunaan uji tetrazolium

cukup banyak : untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam,

untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup atau

matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih

(Hayat 2013).

Dalam penyimpanan benih, khususnya benih ortodok pemilihan

materi kemasan sangat penting, agar kadar air benih tidak mengalami

perubahan selama penyimpanan dan viabilitas benih dapat dipertahankan.

Pemilihan jenis kemasan yang baik harus disesuaikan dengan tipe benih,

suhu dan RH ruang simpan, kadar air awal, lama simpan dan tujuan akhir

penyimpanan. Spesies Brassica termasuk kelompok benih ortodoks yaitu

benih yang memerlukan kadar air rendah agar viabilitas benih dapat

dipertahankan selama di penyimpanan (Esti 2007).

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih

selama penyimpanan, yang diperungaruhi oleh kadar air benih, suhu dan

kelembaban nisbi ruangan. Pada suhu rendah, respirasi berjalan lambat

dibanding suhu tinggi. Dalam kondisi tersebut, viabilitas benih dapat

dipertahankan lebih lama. Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih

kedelai dalam suhu kamar selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11%

(Setyastuti 2005).

Uji Viabilitas pada berbagai umr embrio bisa dilakukan dengan uji

tetrazolium. Tetrazolium adalah zat yang akan berwarna merah muda pada

jaringan yang hidup atau ber-respirasi. Hasil pengujian dibedakan atas

Page 4: Acara 5 Uji Tetrazolium

59

jaringan yang ber-respirasi dan jaringan yang tidak ber-respirasi dan hasilnya

cukup mengejutkan karena embrio yang lebih muda dari I10 hsa ternyata

tidak membertikan respon yang positif tehadap tetrazolium (Iyung 2006).

Uji tetrazolium adalah cara biasa yang digunakan untuk menentukan

garis berdasarkan dari buku tetrazolium dan buku pengujian vigor benih. Uji

tetrazolium sering dipertimbangkan pada sebagian besar uji keakuratan untuk

Penentuan awal dari kerusakan pembekuan di biji jagung. Uji ini memerlukan

penganalisa yang terlatih dan tenaga kerja yang lebih dari uji perkecambahan

yang biasa, tetapi uji ini menang dalam hasil yang cepat (Mindy 2006).

Page 5: Acara 5 Uji Tetrazolium

60

C. Metodologi Praktikum.

1. Waktu dan Tempat Pratikum.

Praktikum acara V tentang Uji Tetrazolium di laksanakan pada hari

Kamis tanggal 6 November 2014 pukul 15.00-16.00 bertempat di

Laboratorium EMPT, Fakulatas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.

2. Alat dan Bahan.

a. Alat.

1) Gelas piala.

2) Pinset.

3) Silet.

4) Stopwatch.

b. Bahan.

1) Benih kacang kedelai (Glycine max)

2) Benih Jagung (Zea mays)

3) Garam Tetrazolium.

4) KH2PO4 dan Na2HPO4.2H2O.

c. Cara Kerja.

1) Membuat larutan penyangga dengan cara larutkan 9.078 g KH2PO4

dan 11.876 g Na2HPO4.2H2O (masing-masing dalam 1000 ml air)

2) Mencampurkan 400 ml larutan pertama dan 600 ml larutan kedua.

3) Test pH larutan dengan pH meter.

4) Melarutkan 10 g garam tetrazolium dalam larutan penyangga.

5) Sementara itu, merendamm benih yang akan diamati dengan air

dingin selama 12 jam guna melunakkan benih.

6) Belah benih yang telah lunak melalui embryonic axis, dapat beruap

irisan melintang ataupun membujur, namun irisan jangan sampai

terlepas.

7) Merendam benih dalam larutan garam tetrazolium tersebut sampai

30 menit.

8) Mencuci bersih dan melakukan pengamatan, hitung benih yang

viabel maupun yang non-viabel dengan pewarnaan dari lembaga.

Page 6: Acara 5 Uji Tetrazolium

61

9) Menggambar struktur benih beserta bagian-bagiannya.

Page 7: Acara 5 Uji Tetrazolium

62

D. Hasil dan Pembahasan.

1. Hasil Pengamatan.

Tabel 5.1 Pengamatan Uji Tetrazolium pada Benih Jagung (Zea mays) dan Kedelai (Glycine max).

Komoditas UlanganIndikasi

WarnaGambar

Jagung

(Zea mays)

1 Merah Jambu

2 Merah Cerah

3 Merah Cerah

Kedelai

(Glycine max)

1 Merah Cerah

Page 8: Acara 5 Uji Tetrazolium

63

2 Merah Cerah

3 Merah Cerah

Sumber : Laporan Sementara.

2. Pembahasan.

Uji tetrazolium adalah pengujian terhadap viabilitas benih secara

cepat dan bersifat tidak langsung. Bahan yang digunakan dalam pengujian

ini adalah garam tetrazolium. Garam tetrazolium ini merupakan senyawa

kimia yang dapat direduksi secara enzimatis didalam jaringan benih yang

masih hidup. Reduksi ini akan menghasilkan senyawa formazan yang

berwarna merah cerah. Sedangkan viabilitas benih adalah kemampuan

benih untuk berkecambah dan tumbuh dalam kondisi lingkungan yang

optimum.

Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh

menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya

kecambah benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih.

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih

dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan

indeks dari viabilitas benih.

Pada praktikum ini, benih hasil dari uji tetrazolium ini adalah pada

ulangan 1 benih jagung, benih berwarna merah jambu setelah direndam

Page 9: Acara 5 Uji Tetrazolium

64

selama 30 menit menunjukan bahwa viabilitas jagung tersebut rendah /

daya kecambah dari jagung tersebut lemah. Pada ulangan yang ke 2 dan 3

untuk benih jagung, benih berwarna merah cerah yang berarti bahwa

viabilitas jagung tersebut tinggi / daya kecambah dari jagung tersebut

bagus. Lain halnya pada uji tetrazolium menggunakan benih kedelai,

hasilnya adalah pada ke-3 ulangan benih kedelai berwarna merah cerah,

yang berarti semua benih kedelai mempunyai viabilitas yang tinggi dan

daya perkecambahan dari benih tersebut juga bagus.

Uji tetrazolium merupakan salah satu pengujian viabilitas benih

secara cepat dan tidak langsung. Hal ini dikarenakan, uji tersebut dapat

dilakukan tanpa mengecambahkan benih terlebih dahulu, tetapi dengan

menggunakan zat kimia 2, 3, 5 Triphenyl Tetrazolium Kloride (garam

tetrazolium). Metode ini tidak langsung didasarkan pada proses

metabolisme benih serta kondisi fisik yang merupakan indikasi tidak

langsung.

Page 10: Acara 5 Uji Tetrazolium

65

E. Kesimpulan dan Saran.

1. Kesimpulan.

Dari pengamatan acara V tentang Uji Tetrazolium dapat di

simpulkan bahwa :

a. Uji tetrazolium adalah pengujian terhadap viabilitas benih secara cepat

dan bersifat tidak langsung. Bahan yang digunakan dalam pengujian ini

adalah garam tetrazolium.

b. Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah dan

tumbuh dalam kondisi lingkungan yang optimum.

c. Pada percobaan ini, Viabilitas diukur dari warna benih yaitu dengan

warnah merah cerah dan merah muda.

d. Benih yang memiliki warna merah cerah berarti viabilitasnya tinggi.

Sedangkan benih yang memiliki warna merah muda berarti

viabilitasnya lemah.

e. Pada benih kedelai mempunyai viabilitas yang tinggi karena warnanya

setelah diuji berwarna merah cerah.

2. Saran.

Sebaiknya pada percobaan Uji Tetrazolium ini adalah :

a. Dilakukan pada ruangan dengan cahaya yang cukup. Karena praktikuan

sulit membedakan warna dengan pencahayaan yang kurang.

b. Diberikan panduan warna / indikator warna pada hasil percobaan uji

tetrazolium ini. Karena praktikan bingung antara membedakan

warnanya.

Page 11: Acara 5 Uji Tetrazolium

66

DAFTAR PUSTAKA

Khairiyah, Hayat 2013. “Tetrazolium” si Pembeda Hidup atau Mati. (online). (http://biotek.bppt.go.id/index.php/artikel-sains/121-tetrazolium-si-pembeda-hidup-atau-mati, diakses pada tanggal 12 November 2014 pukul 18.53 WIB).

Rahayu, Esti dan Eny Widajati 2007. Pengaruh Kemasan, Kondisi Ruang Simpan dan Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Caisin (Brassica chinensis L.). Jurnal Agronomi. (35)(3) : 191–196. (online). (http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalagronomi/article/viewFile/1330/430, diakses pada tanggal 12 November pukul 19.56 WIB)

Purwanti, Setyastuti 2005. Kajian Suhu Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam Dan Kedelai Kuning. Jurnal Ilmu Pertanian. 11(1): 22-31. (online). (http://agrisci.ugm.ac.id/vol11_1/no4_kdlaihtm&knng.pdf, diakses pada tanggal 12 November 2014 pukul 20:14 WIB)

Pahan, Iyung 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Bogor: Penebar Swadaya.

Devries, Mindy L 2006. Methods for Identifying Frost Injury in Immature Maize Seed. United States Code: Proquest Information And Learning Company.