Abstrak - UNTAG SURABAYA REPOSITORYrepository.untag-sby.ac.id/542/7/JURNAL UJI TURNITIN...oknum...
Transcript of Abstrak - UNTAG SURABAYA REPOSITORYrepository.untag-sby.ac.id/542/7/JURNAL UJI TURNITIN...oknum...
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMBELI
DALAM PERJANJIAN IKATAN JUAL BELI APARTEMEN
Riswan Sendiko Putro
311301472
Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Jalan Semolowaru Nomor 45, Surabaya 60118, Indonesia
087789893836, [email protected]
Abstrak
Kebutuhan akan tempat tinggal yang layak merupakan permasalahan manusia
diseluruh dunia, terutama di bidang properti pada masa ini berkembang sangan pesat.
Apartemen adalah rumah susun yang dibangun oleh perusahaan pemerintah ataupun
swasta yang diperjual belikan kepada masyarakat dengan harga terjangkau untuk kalangan
menengah. Dengan harga terjangkau sehingga tidak banyak konsumen yang di rugikan oleh
oknum penjual yang curang dan melanggar aturan hukum. “Perlindungan hukum terhadap
pembeli dalam perjanjian ikatan jual beli apartemen”. Disini penulis meneliti apakah
pembeli apartemen dalam perjanjian ikatan jual beli sudah mendapatkan perlindungan
hukum, untuk mengetahui juga tentang perlindungan hukum yang didapatkan oleh
konsumen terhadap apartemen yang berdasarkan Perdata, aUndang-UndangA No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah
Susun dan dari sumber bahan hukum sekunder dan tersier. DalamA penelitian ini akan
dibahas upaya hukum yang dilakukan oleh konsumen. Dan bentuk tanggung jawab seperti
apa yang diberikan oleh developer. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
Aadalah Yuridis Normatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang
terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Pendekatan Syang Adigunakan dalam
penelitian ini, Qdiantaranya QPendekatan Perundang-Undangan (Stratute AApproach), dan
Pendekatan AKasusA (Case Approach).
Kata Kunci : PPJB, Satuan Rumah Susun, Perlindungan Konsumen.
Abstract
The need for a decent shelter is a human issue throughout the world, especially in the
realm of property at this time of growing rapidly. Apartments are flats built by government
or private companies that are traded to the community at affordable prices to the middle
class. With affordable prices so that not many consumers are at a disadvantage by
unscrupulous sellers and violate the rule of law. "buyer in the apartment ". Here the authors
examine whether the buyer of the apartment in the buy and sell bond agreement has got
legal protection, to know also about the legal protection obtained by consumers against the
apartment based on the 1945 Constitution of the State of the Republic of Indonesia, the Civil
Code, Act no. 8 of 1999 on Consumer Protection, Law no. 20 Year 2011 on Flats and from
secondary and tertiary legal material sources. In this study will be discussed legal efforts
made by consumers to get their right to get an apartment according to the contract. And
what kind of responsibility does the developer provide? The research. The approach used in
research, including (Case Approach).
Keywords: PPJB, Unit Flats, Consumer Protection.
Pendahuluan
Kebutuhan akan tempat tinggal yang layak merupakan permasalahan manusia di
seluruh dunia, tidak sajaA di Snegara yang Ssedang Aberkembang tetapi Sjuga di SNegara
yangS Dsudah majuD. Pembangunan perumahan dan properti merupakan upaya Suntuk
memenuhiS salah satuS kebutuhanS dasarS manusiaS, dan meningkatkan mutu
alingkungan hidup, memberi arah padaa apertumbuhan wilayah, amemperluas alapangan
kerja aserta menggerakkan kegiatan aekonomi adalam peningkatan adan apemerataan
kesejahteraan arakyat.
Perkembangan dunia usaha di bidang perumahan dan properti pada masa aini.
Permintaan aperumahan ayang asemakin abanyak adengan alahan ayang aterbatas
terutama dia aarea perkotaan. Tingginya aktivitas masyarakat dan jumlah penduduk yang
padat pada area perkotaan membutuhkan fasilitas umum berupa penambahan jalan, taman,
dan tempat bermain, perkantoran dan perdagangan di area perkotaaan semakin bertambah,
ini membuat lahan pemukiman semakin terbatas, akibatnya adalah lahan untuk
pemukiman atau perumahan menjadi sulit didapat dan mahal. Terbatasnya lahan di daerah
strategis didaerah kota amembuat abidang aperumahan aini amulai aberalih adari
aperumahan ake asatuan arumah asusun, ayang asering adisebut ajuga asebagai asatuan
arumah asusun (sarusun), apartemena, kondominium dan kondominium hotel (kondotel).
Apartemen adalah rumah susun yang dibangun perusahaan pemerintah atau swasta
yang diperjual belikan kepada masyarakat dengan harga terjangkau untuk kalangan
menengah. Kondominium hotel (kondotel) merupakan rumah susun yang mewah dan
dimiliki masyarakat kalangan atas. Rumah susun, apartemen, kondominium maupun
kondotel, sebenarnya semua itu yang sama yaitu sertifikata kepemilikana atasa asatuan
rumaha susuna yang biasa disebut dengan Sertifikat Hak Milik atas Satuan Rumah Susun
(SHMSRS). Apartemen merupakan jenis properti yang berkembang pesat saat ini, dan akan
berkembang lebih pesat lagi dimasa akan datang. Apartemen merupakan usaha properti
yang baru dibandingkan dengan usaha properti pada umumnya dan banyak dilakukan oleh
pengusaha properti swasta yang orientasinya pada profit atau laba. Apartemen banyak
diminati masyarakat seiring dengan terbatasnya lahan dan semakin mahal, serta tingkat
kemacetan di kota besar di Indonesia dimana banyak masyarakat yang beraktivitas padat.
Pemilik apartemen umumnya terjadi karena adanya transaksi jual beli antara penjual /
pengembang atau developer dengan pembeli atau konsumen.
Pengembang biasanya menjual hanya dengan menunjukkan maket, gambar atau denah
apartemen, belum ada tanda fisik penyiapan lahan dan aktivitas pembangunan dilokasi.
Aktaa aJual aBeli (AJB) aumumnya dilakukan aapabila apartemen aselesai dibangun
memasuki apenyelesaian aakhir (finishing). PPJB merupakan aakta aperjanjian yang disusun
secaraq sepihaks soleh spihak spengembang atau developer, bersifat baku dan isinya berisi
klausula-klausula standar atau baku menurut pihak developer. Sebagaimana diketahui tujuan
dibuatnya perjanjian standar tersebut adalah untuk memberikan kemudahan atau
kepraktisan bagi orang tersebut kecenderungan faktor subjektifitas, kepentingan yang lebih
dominan dan menguntungkan pihak pengembang, kadangkala tidak dapat dihindari,
misalnya dalam perjanjian baku ada kewajiban-kewajiban tertentu bagi pihak pengembang
yang segaja tidak dicantumkan, atau dicantumkan namun tidak secara jelas dan tegas, yang
bertujuan untuk melindungi pengembang dari kewajiban-kewajiban tertentu atau
menghindarkan atas aturan-aturan tertentu yang dapat mengikat dan menghilangkan hak-
hak konsumen sehingga hal ini sangat merugikan konsumen.
Undang-undang mengenal pertanggung jawaban oleh pelaku, perbuatan melawan
hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1367 KUH Perdata. Pasal ini menegaskan setiap
orang tidak saja berhak bertanggung jawab atas kerugian yang didapat. Dari pasal ini
nampak adanya pertanggung jawaban seseorang dalam kualitas tertentu.
Dalama aUndang-Undang aPerlindungan aKonsumen (UUPK No. a8 aTahun 1999) dan
aUndang-Undang Republik aIndonesia No. 20 aTahuna 2011 tentang Rumah Susun, melalui
berbagai peraturan yang terkandung di dalamnya mencoba mengatasi masalah-masalah
melalui apengaturan aklausula abaku, larangan-larangan bagi apelaku ausaha, ahak adan
akewajiban apelaku ausaha adan akonsumen, adan asebagainya yang selama aini berpotensi
menimbulkan kerugian bagi konsumen atau pembeli apartemen.
Berdasarkan contoh di atas yang menjadi perhatian dan paling penting bagi penulis
adalah status kepemilikan bersama atas tanah apartemen, karena bisa saja apartemen
tersebut bersertifikat kepemilikan atas satuan rumah susun (sarusun) namun berdiri di atas
tanah bersertifikat hak milik yang dikuasai pihak lain dan bukan dari tanah negara.
Menurut Pasal 47 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2011, sebagai tanda bukti kepemilikan atas
satuan rumah susun di atas tanah hak milik, hak pakai atau hak guna bangunan di atas
tanah negara, hak pakai atau hak guna bangunan diatas tanah hak pengelolaan diterbitkan
sertifikat hak milik satuan rumah susun (SHMSRS).
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka permasalahan yang dapat dikemukakan
adalah Apakah pembeli apartemen dalam perjanjian ikatan jual beli sudah mendapatkan
perlindungan hukum ? dan abagaimana aperlindungan ahukum abagi akonsumen
apartemen adalam aperjanjian apengikatan jual abeli (PPJB) berdasarkan aUndang-Undang
No. a20 Tahun 2011 tentang arumah susun ?
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif. Penelitian dilakukan
berdasarkan pendekatan hukum yang meliputi asas-asas hukum, sumber-sumber hukum
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku bersifat teoritis ilmiah yang dapat
digunakan menganalisa dan berkaitan erat terhadap permasalahan yang di bahas.
Penelitiana aini amenggunakan apendekatan aundang-undang (astatue aapproach).
Pendekatan undang-undang digunakan untuk menganalisa bagaimana perlindungan
hukum konsumen sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta
bagaimana perjanjian pendahuluan jual beli atas satuan rumah susun dibuat dengan
memperhatikan keseimbangan hak dan kewajiban antara pembeli dan penjual menurut
peraturan perundang-undangan yang telah ada, serta peraturan menteri terkait sebagai
dasar dari suatu perjanjian jual beli. Dan pendekatan konseptual (conseptual approach).
Pendekatan konseptual digunakan untuk menentukan konsep dari perlindungan hukum
terhadap konsumen pembeli apartemen baik hak dan kewajibannya dalam melakukan
perjanjian pendahuluan jual beli berdasarkan peraturan pemerintah. Sehingga bentuk dan
isi dari perjanjian baku dari perjanjian pendahuluan jual beli apartemen tersebut dapat
mencerminkan keseimbangan, bebas dari keberpihakan. Konsep tentang hak dan kewajiban
penjual dan pembeli, dibangun dengan mempelajari teori-teori serta pandangan-pandangan
yang berkembang dalam ilmu hukum yang relevan dari permasalahan yang diteliti
Pembahasan
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Perjanjian Jual Beli Apartemen.
Ketentuan ayang amengatur tentang aAperlindungan Shukum aterhadap akonsumen dalam
aspeka hukum aperdata, adiatur dalam Pasala a1320 aKUH Perdata, aPasal ini yang
mengatur abahwa untuk asahnya. aPerjanjian diperlukan aempat asyarat, yaitu akata
ssepakat ddari mmereka yyang mmengikatkanv,kecakapan untuk membuat suatu perikatan
(de bekwaamheid om een verbintes aan te gaan), suatu hal tertentu (een bepaald onderwerp), suatu
sebab yang halal (een geloofde oorzaak).
JMenurut Janalisa Jpenulis Jdalam Jskripsi Jini Jtermasuk Jprestasi Jyang Jtidak Jberbuat
Jsesuatu, Khal Kini Kditandai Kapabila Kpelaku Kpembangun Ktidak Kmelakukan
Kprestasinya (Kmembangun Krumah Ksusun) Kmaka Kkonsumen Kberhak Kmenuntut
Kganti Krugi Kyang Kterdiri Kdari Lbiaya, Lrugi Ldan Lbunga. LSelain Litu Lkonsumen
Ljuga Ldapat Lmenuntut Luang Lpemaksa (Ldwangsom) Ldengan Lmengemukakan ;bahwa
;pelaku ;pengembang ;tidak ;memenuhi ;kewajibannya. ;Wujud ;dari ;tidak ;memenuhi
;perikatan ;itu ;ada ;tiga ;macam ;yaitu:
a. LDebitur Lsama Lsekali Ltidak Lmemenuhi Lperikatan,
b. LDebitur Lterlambat Lmemenuhi Lperikatan,
c. LDebitur Lkeliru Latau Ltidak Lpantas Lmemenuhi Lperikatan.
Sedangkan dibentuknya UUPK bertujuan iuntuk imemberikan iperlindungan ihukum
ikepada kosumen iyang ipada umumnya imempunyai posisi yangi ilemah kjika
dibandingkan dengan pelaku usaha. Sehingga maksud dari perlindungan hukum yaitu
perlindungan hukum yang diberikan negara kepada rakyat berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, baik yang bersifat preventif maupun bersifat represif.
lPerlindungan lHukum adalah memberikan lpengayoman lkepada hak lasasi lmanusia
lyang ldirugikan orang llain ldan lperlindungan tersebut ldiberikan pada lmasyarakat agar
lmereka ldapat menikmati lsemua hak lyang ldiberikan oleh lhukum. lMenurut lPasal l4
lUndang-lUndang Nomor l8 lTahun l1999 Tentang lPerlindungan Konsumen (lselanjutnya
ldisebutl lUUPK) Pasal l4 lmenyebutkan Hak lkonsumen adalah:
a. lHak latas kenyamanan, lkeamanan, ldan keselamatan ldalam mengkonsumsi
lbarang ldan/latau ljasa;
b. lHak luntuk memilih lbarang dan/latau ljasa lserta mendapatkan lbarang dan/latau
ljasa tersebut lsesuai dengan lnilai ltukar dan lkondisi lserta jaminan lyang
ldijanjikan;
c. lHak latas linformasi lyang lbenar, ljelas, dan jujur lmengenai lkondisi ldan ljaminan
lbarang ldan/latau ljasa;
d. lHak luntuk ldidengar lpendapat ldan lkeluhannya latas lbarang ldan/atau ljasa
yang ldigunakan;
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
f. lHak untuk lmendapat pembinaanl dan lpendidikan konsumenl;
g. lHak luntuk diperlakukan latau dilayanil lsecara lbenar ldan jujurl sertal ltidak
ldiskriminatif;
iHak-hak itersebut idapat merupakan isuatu ibentuk iperlindungan terhadap
ikonsumen idalam ijual ibeli irumah susun ikomersial iapabila pelaku iusaha itidak
imelakukan iprestasi iyang itelah idisebutkan idalam iperjanjian iyang itelah idibuat ioleh
ikedua ibelah ipihak. iDidalam iUUPK juga idisebutkan kewajiban ipelaku usaha iatau
idalam skripsi ini idisebut idengan pelaku/ ipihak ppembangun, pyaitu pterdapat ppada
ppasal p7 pUUPK, yang berbunyi:
a. Beritikadp baik pdalam pmelakukan kegiatan pusahanya;
b. Memberikan pinformasi pyang benar, pjelas dan jujur pmengenai kondisi pdan
jaminan pbarang dan/patau pjasa serta pmemberi penjelasan ppenggunaan,
perbaikan pdan pemeliharaan;
c. Memperlakukan patau pmelayani pkonsumen psecara pbenar pdan jujur pserta
ptidak pdiskriminatif;
d. pMenjamin mutu barang pdan/patau jasa yang pdiproduksi pdan/patau
pdiperdagangkan pberdasarkan pketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;
Dalam phukum pperdata pterjadi hubungan phukum pantara psubjek phukum pyang
pditandai pdengan padanya pperjanjian pdiantara para ppihak, pdengan padanya
pperjanjian ptersebut pmaka ppara ppihak pterikat poleh pperjanjian ptersebut puntuk
pmelaksanakan pkewajiban pdan phaknya. pDalam psalah psatu ppihak ptidak
pmelaksanakan pkewajiban pinilah pyang pmengakibatkan pdilanggarnya phak ppihak
plainp sehingga ppihak pyang pdirugikan pharus pmendapat pperlindungan phukum.
pUUPK pjuga pmengatur ptentang plarangan pbagi ppelaku pusaha (ppihak developer /
ppelaku ppembangun), pyaitu terdapat ppada pPasal p9 yang pberbunyi ppelaku pusaha
dilarangp pmenawarkan, pmemproduksikan, pmengiklankan psuatu pbarang patau pjasa
psecara ptidak pbenar, patau pseolah-polah:
a. pBarang ptersebut ptelah pmemenuhi pdan/patau pmemiliki ppotongan pharga,
pharga pkhusus, pstandar pmutu ptertentu, pgaya patau pmode ptertentu,
pkarakteristik ptertentu, psejarah patau pguna ptertentu;
b. pBarang tersebut pdalam pkeadaan baik pdan/patau pbaru;
c. pBarang pdan/patau pjasa ptersebut ptelah pmendapatkan pdan/patau pmemiliki
psponsor, ppersetujuan, pperlengkapan optertentu, okeuntungan otertentu, ociri-
ociri okerja oatau oaksesori otertentu;
d. oBarang odan/oatau jasa tersebut dibuat oleh operusahaan oyang mempunyai
osponsor, opersetujuan oatau oafiliasi;
e. oBarang dan/oatau ojasa tersebut otersedia;
f. oBarang tersebut otidak omengandung cacat otersembunyi;
g. oBarang otersebut merupakan kelengkapan odari obarang otertentu;
Barangp pdanp/patau jasa psebagaimana pdimaksud ppada payat (p1) pdilarang
puntuk pdiperdagangkan. pPelaku usaha pyang melakukan ppelanggaran pterhadap payat
(p1) dilarang melanjutkan ppenawaran, ppromosi, dan ppengiklanan pbarang pdan/patau
jasa ptersebut. pHukum pdiciptakan psebagai psarana puntuk pmengatur phak pdan
pkewajiban psubyek phukum, pbaik orang pmaupun badan phukum puntuk dapat
menjalankanp dengan baik pdan mendapatkan phaknya psecara pwajar. pHukum
pberfungsi sebagai pperlindungan pkepentingan pmanusia, puntuk pitu hukum pmemang
harus pdilaksanakan pdan pdijalankan.1
pSanksi pidana pbukanlah pyang diharapkan pkonsumen. Konsumen lebih
pmengharapkan pganti prugi atas pkerugian pyang pdideritanya, dalam pkonsumen
pdimungkinkan puntuk pmengajukan pgugatan pganti rugi pberdasarkan pwanprestasi
atau pperbuatan pmelanggar phukum.2 Khusus puntuk pkonsumen pperumahan
ptermasuk prumah susun, pterdapat pperlindungan phukum yang ptelah pdiatur dalam
1 Eman Ramelan, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Pembeli Satuan Rumah Susun Rumah Susun/
Strata Title/ Apartemen”,Laksbang Mediatama, Yogyakarta, 2014, hlm.33. 2 Ibid.,hlm. 38.
pUURS, pserta PP UURS, pbeberapa pketentuan tersebut pmembebankan pkewajiban
kepada ppenjual (pbadan phukum) puntuk pmemenuhi ppersyaratan pteknis, padminitratif
pmaupun pkeperdataan pdengan pancaman psanksi baik padministrasi, pperdata
pmaupun ppidana.3
pMenurut pBagir pManan pdalam bukunyap yang berjudulp pHukum pPositif
pIndonesia pada pbeberapa pprinsip pyang harus pdiperhatikan pdalam pasas plex
pspecialis pderogat plegi generalisp, pyaitu:4
1. pKetentuan-ketentuanp pyang didapatip dalamp paturan hukump pumum ptetap
pberlaku, pkecuali yangp pdiatur pkhusus dalam aturanp phukum pkhusus
tersebutp;
2. Ketentuanp-pketentuan plex pspecialis pharus psederajat denganp pketentuan-
ketentuanp plex pgeneralis (pundang-undangp pdengan pundang-undang);
3. pKetentuan-ketentuanp lexp specialisp harus pberada pdalam lingkunganp phukum
p(rezim) pyang sama pdengan lex pgeneralis. Kitab pUndang-Undangp pHukum
Dagangp danp Kitabp Undang-pUndang Hukump Perdata sama-samap ptermasuk
plingkungan phukum pkeperdataan.
Dalamp pUURS psecara ptidak langsung mengaturp tentang pbentuk pperlindungan
hukump pterhadap pkonsumen pdalam pproses pjual pbeli prumah psusun pkomersial
pyang pbelum pdibangun phal pini pditandai pdengan padanya plarangan pbagi ppihak/
ppelaku ppembangun, psetiap pbentuk pdari psuatu plarangan ppasti pakan
pmenimbulkan psanksi pbaik pberupa psanksi padministratif pmaupun psanksi ppidana.
pLarangan pyang pdimaksud pyaitu pterdapat pdalam ppasal p97 pUURS, pyang
pberbunyi: “psetiap ppelaku ppembangunan prumah psusun pkomersial pdilarang
pmengingkari pkewajibannya puntuk pmenyediakan prumah psusun pumum psekurang-
pkurangnya p20% (pdua ppuluh ppersen) pdari ptotal pluas plantai prumah psusun
pkomersial pyang pdibangun psebagaimana pdimaksud pdalam ppasal p16 ayat (p2).”
pMemperhatikan puraian pberkaitan pdengan pperlindungan phukum pbagi pcalon
ppembeli prumah psusun pkomersial pyang pdiikat pdalam pPPJB ppadahal ptingkat
pketerbangunan prumah psusun pbelum pmemenuhi ppersyaratan ppaling psedikit p20 %
(pdua ppuluh ppersen), pdapat pdijelaskan pbahwa pdi pdalam pketentuan pPasal p43
payat (p2) phuruf pd UURS ptelah pdengan ptegas pmelarang ppelaku ppembangunan
pmemasarkan pdan pmenjual prumah psusun pkomersial pmelalui pPPJB, ppadahal
pketerbangunan ppaling psedikit p20% (pdua ppuluh ppersen) pbelum pterpenuhi
pmenurut ppenjelasan pPasal p43 payat (p2) phuruf pd pUURS pbahwa pyang pdimaksud
pdengan “pketerbangunan ppaling psedikit p20% (pdua ppuluh ppersen)” padalah p20%
(pdua ppuluh ppersen) pdari pvolume pkonstruksi pbangunan prumah psusun pyang
psedang pdipasarkan. pSelain pitu pPasal p98 pUURS pmenyebut pPelaku ppembangunan
pdilarang pmembuat pPPJB pyang ptidak psesuai pdengan pyang dippasarkan patau
3 Ibid.,hlm. 45.
4 Bagir Manan, “Hukum Positif Indonesia”, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 2009, hlm.56.
psebelum pmemenuhi ppersyaratan pkepastian psebagaimana pdimaksud pdalam pPasal
p43 payat (p2).
Hubungan phukum pterjadi pkarena psuatu phubungan pantara ppelaku pusaha pyaitu
psetiap porang pperseorangan patau pbadan pusaha pbaik pyang pberbentuk pbadan
phukum pmaupun bukan pyang pdidirikan pdan pberkedudukan pdi pmelakukan
pkegiatan pdalam pwilayah phukum pnegara pRepublik pIndonesia, pbaik psendiri
pmaupun pbersama-psama pmelalui pperjanjian ppenyelenggaraan pkegiatan pusaha
pdalam pberbagai pbidang pekonomi psebagaimana ppasal p1 pangka p3 pUUPK pdengan
pkonsumen pyaitu psetiap porang ppemakai pbarang pdan/patau pjasa pyang ptersedia
pdalam pmasyarakat, pbaik pbagi pkepentingan pdiri psendiri, pkeluarga, porang plain
pmaupun pmakluk phidup plain pdan ptidak puntuk pdiperdagangkan. pPernyataan
ptidak puntuk pdiperdagangkan psebagaimana pdimaksud pdalam pPasal p1 pangka p2
pUUPK pmenurut pGunawan pWidjaja “pyang pdinyatakan pdalam pdefinisi pini ppenjual
pternyata pmemang pdibuat psejalan pdengan ppengertian ppelaku pusaha pyang
pdiberikan poleh pundang-undang pini”. pKonsumen pdalam phal pini padalah ppara
ppengguna pbarang pdan patau pjasa pyang pdihasilkan poleh ppelaku pusaha.
pHubungan ptersebut ptanpa pdengan pperantaraan ppihak plain, pyang pberarti pbahwa
pterjadi phubungan psecara plangsung pdalam phal pini pantara ppengembang
ppembangunan prumah psusun pkomersial pdengan ppara ppembeli.
pHubungan phukum ptersebut pmenimbulkan psuatu pakibat phukum, pdalam pjual
pbeli prumah psusun pkomersial ppada pumumnya pdidasarkan ppada pperjanjian pyang
ptelah pditetapkan psecara psepihak poleh ppelaku pusaha (pperjanjian pbaku patau
pstandar). pPerjanjian ptersebut pmengandung pketentuan pyang pberlaku pumum
(pmassal) pdan pkonsumen phanya pmemiliki pdua ppilihan: pmenyetujuip ppatau
pmenolak. pKekhawatiran pyang pmuncul pberkaitan pdengan pperjanjian pbaku pdalam
pjual pbeli pproperti padalah pkarena pdicantumkannya pklausul peksonerasi (pexception
pclause). pKlausula peksonerasi padalah pklausula pyang pmengandung pkondisi
pmembatasi patau pbahkan pmenghapus psama psekali ptanggung pjawab pyang
pseharusnya pdibebankan pkepada ppelaku pusaha. pDi pdalam pPasal p18 payat (p1)
phuruf pa pUUPK pdiatur pmengenai plarangan ppencantuman pklausula pbaku ppada
psetiap pdokumen patau pperjanjian papabila pmenyatakan ppengalihan ptanggungp
pjawab ppelaku pusaha.
pUpaya Perlindungan Hukum pKonsumen Apartemen dalam PPJB berdasarkan UU No.
20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun pdalam phal ppelaku patau ppihak ppembangun
ptidak pmelakukan pprestasinya pyaitu pmembangun prumah psusun pdapat pdikatakan
ppelaku/ ppihak ppembangun ptersebut pwanprestasi patau pingkar pjani. pArti
pwanprestasi patau pingkar pjanji ptidak pdijumpai pdalam pKUH pPerdata, ppada pPasal
p1239 pKUH pPerdata, pdisebutkan pbahwa ptiap-ptiap pperikatan puntuk pberbuat
psesuatu, patau puntuk ptidak pberbuat psesuatu, papabila psi pberutang ptidak
pmemenuhi pkewajibannya, pmendapatkan ppenyelesaiannya pdalam pkewajiban
pmemberikan ppenggantian pbiaya, prugi pdan pbunga. pDijumpai ppula pdalam pPasal
p1243 pKUH pPerdata, pbahwa ppenggantian pbiaya, prugi pdan pbunga pkarena ptak
pdipenuhinya psuatu pperikatan pbarulah pmulai pdiwajibkan, papabila psiberutang
psetelah pdinyatakan plalai pmemenuhi pperikatannya, ptetap pmelalaikannya patau pjika
psesuatu pyang pharus pdiberikan patau pdibuatnya phanya pdapat pdiberikan patau
pdibuat pdalam ptenggang pwaktu pyang ptelah pdilampaukannya, pyang pberarti
pbahwa psebab ptidak pdipenuhinya pperikatan pmembawa pakibat pdebitur pdiwajibkan
pmemberikan pganti pkerugian.
pHal pini psesuai pdengan ppendapat pSubekti, pseseorang pdikatakan ptelah pmemenuhi
punsur-punsur pwanprestasi papabila:5
a. pTidak melakukan papa pyang pdisanggupi akan dilakukannya;
b. pMelaksanakan papa pyang pdijanjikannya, ptetapi ptidak psebagaimana
pdijanjikan;
c. pMelakukan papa pyang pdijanjikannya ptetapip pterlambat;
d. pMelakukan psesuatu pyang pmenurut pperjanjian ptidak pboleh pdilakukannya.
Pelaku usaha dikatakan pwanprestasi papabila ptidak pmemenuhi pkewajibannya,
patau pmemenuhi ptetapi ptidak psesuai pdengan pyang pdijanjikan patau pmemenuhi
ptetapi pterlambat pdari pwaktu pyang pdiperjanjikan pdan pdisepakati pbersama poleh
ppelaku pusaha pdan pkonsumen. pdalam phal pupaya phukum pyang pdapat pkonsumen
plakukan papabila ppelaku/ ppihak ppembangun ptidak pmelakukan pprestasinya pdalam
phal pini pmembangun prumah psusun padalah pdapat pdilihat ppada pUURS pyang
ptelah pmengatur plarangan pseperti ptelah pdibahas psebelumnya, pdan pmengenai
ppenyelesaian psengketa, pyang pterdapat ppada pPasal p105 pUURS, pyang pberbunyi :
1. pPenyelesaian psengketa pdi pbidang prumah psusun pterlebih pdahulu
pdiupayakan pberdasarkan pmusyawarah puntuk pmufakat.
2. pDalam phal ppenyelesaian psengketa pmelalui pmusyawarah puntuk pmufakat
ptidak ptercapai, ppihak pyang pdirugikan pdapat pmenggugat pmelalui
ppengadilan pyang pberada pdi plingkungan ppengadilan pumum patau pdi pluar
ppengadilan pberdasarkan ppilihan pyang pdisepakati ppara ppihak pyang
pbersengketa pmelalui palternatif ppenyelesaian psengketa.
pSanksi padministratif pjuga pdapat pdibebankan pkepada ppelaku ppembangun
psebagaimana pdimaksud pdalam pPasal p107 pUURS pbahwa psetiap porang pyang
pmenyelenggarakan prumah psusun ptidak pmemenuhi pketentuan psebagaimana
pdimaksud pdalam pPasal p16 payat (p2), pPasal p22 payat (p3), pPasal p25 payat (p1),
pPasal p26 payat (p1), pPasal p30, pPasal p39 payat (p1), pPasal p40 ayat (p1), pPasal p51
payat (p3), pPasal p52, pPasal 59 payat (p1), pPasal p61 payat (1), Pasal 66, Pasal 74 ayat (1)
pdikenai psanksi padministratif. ,penurut pPasal p108 payat (1) pUURS psanksi
padministratif psebagaimana pdimaksud pdalam pPasal p107 pdapat pberupa:
a. pPeringatan tertulis;
5 Subekti, “Hukum Perjanjian”,Intermasa, Jakarta, 2005,hlm.45.
b. pPembatasan kegiatan ppembangunan dan/patau pkegiatan pusaha;
c. pPenghentian psementara ppada ppekerjaan ppelaksanaan ipembangunan;
d. iPenghentian isementara iatau ipenghentian itetap ipada ipengelolaan irumah
isusun;
e. iPengenaan idenda iadministratif;
f. iPencabutan iIMB;
g. iPencabutan isertifikat ilaik ifungsi;
h. iPencabutan iSHM isarusun iatau iSKBG isarusun;
i. iPerintah ipembongkaran ibangunan irumah isusun; iatau
j. iPencabutan iizin iusaha.
iNamun idi iantara iPasal-Pasal iyang idapat idikenakan isanksi iadministratif itersebut
itidak iada ipelanggaran iterhadap iketentuan iPasal i43 iUURS.
iPasal i98 iPelaku ipembangunan idilarang imembuat iPPJB:
a. iYang itidak isesuai idengan iyang idipasarkan; atau
b. iSebelum imemenuhi ipersyaratan ikepastian isebagaimana idimaksud idalam iPasal
i43 iayat (2).
pDan pjuga pPasal p117 pUURS pdalam phal pperbuatan psebagaimana pdimaksud
pdalam pPasal p109 psampai pdengan pPasal p116 pdilakukan poleh pbadan phukum,
pmaka pselain ppidana ppenjara pdan pdenda pterhadap ppengurusnya, ppidana pdapat
pdijatuhkan pterhadap pbadan phukum pberupa ppidana pdenda pdengan ppemberatan
p3 (tiga) pkali pdari ppidana pdenda pterhadap porang pselain ppidana pdenda pbadan
phukum pdapat pdijatuhi ppidana ptambahan pberupa ppencabutan pizin pusaha patau
ppencabutan pstatus pbadan phukum. pSedangkan puntuk ppenyelesaian psengketa
pkonsumen pdalam pUUPK pdiselesaikan poleh pBadan pPenyelesaian pSengketa
pKonsumen (pBPSK) pmenurut pPasal p1 pangka p11 pUUPK padalah pbadan pyang
pbertugas pmenangani pdan pmenyelesaikan psengketa pantara ppelaku pusaha pdan
pkonsumen.
Menjatuhkanp psanksi padministratif pkepada ppelaku pusaha pyang pmelanggar
pketentuan pUndang-pUndang. pKewenangan puntuk pmenangani pdan pmenyelesaikan
psengketa pkonsumen, pBadan pPenyelesaian pSengketa pKonsumen pmembentuk
pmajelis pharus pganjil pdan psedikit-pdikitnya pberjumlah panggota pmajelis ptiga
porang pterdiri pdari pseorang pketua pmerangkap panggota, pseorang pwakil pketua
pmerangkap panggota, pdan pseorang panggota, pmajelis pini pterdiri pmewakili psemua
punsur pyaitu punsur ppemerintah, punsur pkonsumen, pdan punsur ppelaku pusaha
pserta pdibantu poleh pseorang ppanitera pdan pputusan pmajelis pbersifat pfinal pdan
pmengikat.
pPengembang ppembangunan prumah psusun pyang pwanprestasi pmemberikan phak
pkepada pkonsumen puntuk pmemilih psebagaimana [diatur [dalam Pasal p1267 pKUH
pPerdata pyaitu, pdapat pmemilih, pmemaksa ppihak pyang plain puntuk pmemenuhi
ppersetujuan, pjika phal pitu pmasih pdapat pdilakukan, patau pmenuntut ppembatalan
ppersetujuan, pdengan ppenggantian pbiaya, pkerugian pdan pbunga. pMembatalkan
pperjanjian, pmenurut pUtrechtp sebuah pketetapan pyang ptidak psah pdikenal ptiga
pmacam pyakni :
1. pBatal (pnietig/pabsolute pnietig)
2. pBatal pdemi phukum (pnietigheid pvan prechtswege)
3. pDapat pdibatalkan (pverniegbaar).
Kesimpulan
Berdasarkan kajian pyang pdianalisis poleh ppenulis pmaka pdapat pdisimpulkan:
1. pPerlindungan phukum pterhadap pkonsumen pdalam pperjanjian pjual pbeli
prumah psusun pyang pbelum pdibangun, pbahwa pkonsumen pyang pmembeli
prumah pjika pkenyataanya ppengembang ptidak pmembangun patau
pmembangun ptetapi pterlambat patau pmembangun ptetapi ptidak psesuai pyang
pdijanjikan pdalam pbrosur pmaka pdapat pdikatakan ptelah pmelakukan pingkar
pjanji patau pwanprestasi, pdengan pmemberikan phak pkepada pkonsumen,
pyaitup pberupa phak :
a. pHak pmenuntut ppemenuhan pperjanjian;
b. pHak pmenuntut ppemutusan pperjanjian;
c. pHak pmenuntut pganti prugi;
d. pHak pmenuntut ppemenuhan pperjanjian pdengan pganti prugi;
e. pHak pmenuntut ppemutusan patau ppembatalan pperjanjian pdengan
pganti prugi.
2. pUpaya phukum pyang pdapat pdilakukan poleh ppihak pkonsumen, papabila
ppelaku/ppihak ppembangun ptidak pmelakukan pprestasinya (pmembangun
prumah psusun pkomersial), pyaitu pmengajukan pgugatan pganti pkerugian patas
pdasar pwaprestasi pberupa ppenggantian pbiaya prugi pdan pbunga pseperti
pyang ptelah pdiatur pdalam pUndang-pundang pNomor p8 ptahun p1999
ptentang pPerlindungan pKonsumen pdan pUndang-pundang pNomor p20 ptahun
p2011 ptentang pRumah pSusun.
Saran
Sudah waktunya keberadaan perjanjian baku (PPJB) diatur dalam Undang-Undang
tersendiri seperti halnya dibeberapa negara maju seperti Belanda, Amerika atau Jepang atau
setidak-tidaknya ada pihak yang mengawasi. Pengawasan terhadap perjanjian baku sendiri
dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui pembentukan undang-undang yang
secara khusus mengatur perjanjian baku. Kedua, dengan membentuk komisi perjanjian
baku dibawahp pKementerian pHukum pdan pHak pAsasi pManusia. Tugas Komisi ini
memeriksa perjanjian baku sebelum dipasarkan kepada masyarakat. Dan pemerintah perlu
membentuk Komisi Pengawasan Rumah Susun yangp beradap pdibawah pKementerian
pHukum pdan pHak pAsasi pManusia yang mengawasi penjualan rumah susun mulai dari
tahap perizinan hingga tahap sertifikasi. Dengan demikian permasalahan yang akan terjadi
dikemudian hari dapat diminimalisasi. Dalam hal terjadinya wanprestasi oleh pihak
developer, para pembeli, untuk menegakkan hak-hak yang dimilikinya, diharapkan tidak
merasa ragu atau takut membawa permasalahan yang terjadi ke pengadilan. Bagaimanapun
konsumen/pembeli yang berani berproses di pengadilan sebenarnya “pahlawan” bagi
konsumen lainnya yang senasib.