ABSTRAK MASYIANI MINA LAILI. Npm : 070901025. · PDF fileMetode penelitian yang digunakan...
-
Upload
phungquynh -
Category
Documents
-
view
240 -
download
1
Transcript of ABSTRAK MASYIANI MINA LAILI. Npm : 070901025. · PDF fileMetode penelitian yang digunakan...
i
ABSTRAK
MASYIANI MINA LAILI. Npm : 070901025. Proses Pembelajaran Tata cara Ibadah Sesuai Ajaran Islan di Taman Kanak-Kanak Islam se-Kota Depok. Skripsi : Depok : Fakultas Ilmu Pendidikan : Program studi : Pendidikan Anak Usia Dini Islam, Universitas Nurul Fikri, November 2011. Indonesia adalah Negara yang penganut sebagian besarnya beragama Islam. Islam sangat berpengaruh terhadap pendidikan di Indonesia, baik pendidikan jalur formal dan nonformal. Karena hal inilah, yang menjadi tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang seberapa besar pengetahuan dan ketelitian guru dalam mengajarkan tata cara ibadah sesuai dengan sunnah, yang disampaikan pada siswanya dalam pembiasaan ibadah di sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis dan survei, yang merupakan pengumpulan data ataupun informasi dari keadaan dan gejala yang muncul ketika penelitian berlangsung. Data dan sumber data penelitian ini diperoleh dari Badan Musyawarah Pendidikan Swasta, dan ditujukan pada guru-guru yang mengajar di Taman kanak-Kanak Islam dengan populasi 15 Sekolah yang berada di wilayah Depok. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket, wawancara, observasi, rekaman arsip (foto, satuan kegiatan harian dan rekaman suara saat wawancara) yang ditujukan pada guru kelas yang memberikan pengajaran pembiasaan ibadah di kelas. Serta menggunakan observen yang berbeda agar dapat meminimalisir persepsi yang dimanipulatif.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Masyiani Mina Laili
Npm : 070901025
Fakultas : Ilmu Pendidikan
Program Studi : Pendidikan Anak Usia Dini Islam
Judul Skripsi : Proses Pembelajaran Tata Cara Ibadah Sesuai Ajaran
Islam di Taman Kanak-Kanak Islam se-Kota Depok
Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan
pada tanggal, 14 November 2011
Pembimbing,
Yudha Aviratri, S. Pd
iii
UNIVERSITAS NURUL FIKRI
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Proses Pembelajaran Tata Cara Ibadah Sesuai Ajaran Islam di
Taman Kanak-kanak se-Kota Depok
Nama : Masyiani Mina Laili
NPM : 070901025
Telah diujikan, Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi,
dan Direvisi sesuai saran Penguji
Pada Hari : Senin
Tanggal : 14 November 2011
TIM PENGUJI
Tanda Tangan
Ketua : Yanthi Haryati, M. Pd.
...................................
Penguji I : Drs. Suharyono ..………………………
Penguji II : Yudha aviratri, S. Pd. ………………………
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Saya sebagai peneliti dari skripsi ini, menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila
kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian isi skripsi ini bukan hasil karya
saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai yang tertera pada
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 Bab IV pasal 25 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Depok, November 2011 Masyiani Mina Laili
v
LEMBAR MOTTO
Apa yang harus terjadi pasti akan terjadi
Maju terus, dan..........
” TETAPLAH BERDIRI TEGAK.....DISAAT SEMUA TELAH RUNTUH”
”Jangan pernah mundur sebelum berperang dan menang”
Skripsi ini kuperuntukkan kepada:
Seluruh pendidik islam yang berada di muka bumi ini
Allahu akbar
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt beserta para RasulNya yang telah
menjadi perantara hidayah bagi seluruh umat Islam di dunia. Alhamdulillahi
Rabbil A’lamin, segala puji atas segala nikmat dan rahmat yang telah
dilimpahkan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penulisan ini
dengan semaksimal mungkin dan selesai pada waktu yang tepat.
Shalawat serta salam selalu menyertai kepada Nabi besar Muhammad
Saw, yang telah menjadi inspiransi terbesar bagi hamba-hamba yang telah
Allah izinkan untuk mendapatkan hidayah-Nya dari zaman ke zaman sampai
hari kiamat nanti.
Skripsi yang berjudul Proses Pembelajaran Tata Cara Ibadah Sesuai
Ajaran Islam di Taman kanak-kanak Islam se-Kota Depok ini ditulis guna untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana di
Universitas Nurul Fikri.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah peneliti menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikhlas
memberikan bantuan, motivasi serta dorongan kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini, peneliti berterima kasih kepada :
1. Ibu Yudha Aviratri, S. Pd. Selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas
kesabarannya, motivasinya yang sangat besar, sehingga skripsi ini selesai
lebih cepat dari waktu yang semestinya.
2. Ibu Yanthi Haryati, M. Pd. Selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nurul
Fikri.
3. Drs. Suharyono, selaku Dosen Penguji, Terima Kasih atas masukkannya
selama pengujian berlangsung.
vii
4. Mamah dan Papah tersayang. Terima Kasih yang tidak terbatas atas setiap
Do’anya, subsidinya, dukungannya yang tidak pernah lelah untuk terus
tercurahkan.
5. My big brother (pakde lubis) selaku guru spiritual yang memberikan
inspirasi terbesar dalam penuisan ini, terima kasih atas bantuannya dan
telah menjawab kesulitan-kesulitan terutama yang berhubungan dengan
hadits-hadits.
6. Bude Uun, mbak A’yun, mas Muhajir, Pakde Daus, om Tole, bude Yuli,
bude Umi, anak-anakku tercinta, Firtsy, Mizan, Shahih, Jiran dan Hasna.
Sebagai penyemangat yang tak ternilai.
7. My best Friend; Putri, Ina, Ijah, Ari, Leni, Terima Kasih telah menjadi
kolabolator dalam penelitian ini dan tetap menjadi sahabat terbaik hingga
saat ini, luv u L.
8. Teman-teman PH, Eka, Dian, Bu Susi, Bu Eti, Umy dan semuanya yang
tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas waktu,
bantuan serta masukkannya.
9. Seluruh teman-teman di Universitas Nurul Fikri, baik Program S1 Paudi,
PGTK D1 dan D2, dan terutama kepada, Iin, Ade, Yuniar, Dani, Dwi, Kia,
Mitha, sheyla, Lala, Deski, Dewi, Dian, Eka, Cici. Yang telah mendukung
proses penulisan ini.
10. Seluruh teman-teman divisi SD Lentera Insan, terutama kepada Bu Elly
selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan izinnya untuk proses
penelitian ini. Bu Aini, Pak Ary, Bu Wulan, Bu Sari, Pak Eko, Bu Ami dan
semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan, masukan dan dukungannya.
11. Seluruh pihak sekolah yang bersangkutan di Taman Kanak-Kanak Islam
yang telah meluangkan waktu dan tenaganya.
viii
Peneliti menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, baik
isinya, penyusunannya maupun tata bahasanya. Oleh karena itu apabila ada
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, maka pihak peneliti akan
menerima dengan tangan terbuka. Semoga penelitian skripsi ini tepat
memenuhi sasarannya.
Depok, November 2011 Masyiani Mina Laili
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... iv
LEMBAR MOTTO ............................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ............................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ............................ 8
C. Pembatasan Fokus Penelitian ........................................ 9
D. Perumusan Masalah Penelitian ...................................... 10
E. Kegunaan Hasil Penelitian .............................................. 10
1. Manfaat Teoritis ...................................................... 10
2. Manfaat Praktis ...................................................... 11
BAB II ACUAN TEORITIK
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang diteliti ....................... 13
1. Taman Kanak-Kanak .............................................. 13
1.1 Definisi Taman Kanak-Kanak......................... 13
1.2 Taman Kanak-Kanak Islam (TKI) / Pendidkan
x
Keagamaan .................................................... 16
2. Definisi Islam .......................................................... 17
2.1 Karakteristik Agama Islam ............................. 21
3. Definisi Sunnah ...................................................... 36
3.1 Pemeliharaan Sunnah ................................... 31
4. Definisi Ibadah ........................................................ 36
4.1 Praktik Ibadah (Do’a, dalil, shalat dan
hari peringatan) .............................................. 43
4.1.1 Do’a dan dalil ........................................ 43
4.1.2 Shalat .................................................... 73
4.1.3 Hari Peringatan ..................................... 80
5. Proses Pembelajaran ............................................. 84
1. Hakikat proses belajar ................................... 84
2. Entering Behavior Siswa ................................ 85
6. Pendidikan Terhadap Anak (Tarbiyatul Aulad)............. 86
6.1 Kewajiban Mencontoh Rasulullah Saw
dalam Mendidik
Anak 88
6.2 Mendidik Anak Menurut Rasullah .................. 90
B. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ..................... 94
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Khusus Penelitian ............................................... 97
B. Pendekatan Metode yang digunakan dan Alasannya ..... 97
C. Metode Penelitian ........................................................... 98
1. Deskriptif Analisis ................................................... 98
2. Metode Survei ........................................................ 99
D. Latar Penelitian ............................................................... 100
xi
1. Latar Penelitian ...................................................... 100
2. Waktu Penelitian .................................................... 101
E. Data dan Sumber Data ................................................... 101
F. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data ............... 102
1. Teknilk Sampling .................................................... 102
2. Instrumen Penelitian ............................................... 104
G. Analisis Data ................................................................... 110
H. Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data ......... 113
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskriptif Data ................................................................ 116
B. Temuan Penelitian .......................................................... 120
C. Pembahasan Temuan dikaitkan dengan Justifikasi
Teoritik yang Relevan ..................................................... 132
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................... 136
B. Implikasi ....................................................................... 137
C. Saran ....................................................................... 138
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Daftar Sampel Penelitian ................................................ 103
Tabel 2 Kisi-kisi Acuan Observasi Tata Cara Ibadah
sesuai ajaran Islam di Taman Kanak-Kanak
Islam se-kota Depok................................................................ 105
Tabel 3 Kisi-kisi Acuan Wawancara Tata Cara Ibadah
sesuai ajaran Islam di Taman Kanak-Kanak
Islam se-kota Depok................................................................ 106
Tabel 4 Kisi-kisi Acuan Kuisioner Tata Cara Ibadah
sesuai ajaran Islam di Taman Kanak-Kanak
Islam se-kota Depok................................................................ 107
Tabel 5 Contoh Kodefikasi Instrumen .......................................... 109
Tabel 6 Konotasi Observasi Terhadap Responden ..................... 110
Tabel 7 Konotasi Wawancara Terhadap Responden .................. 111
Tabel 8 Konotasi Kuisioner Terhadap Responden ...................... 111
Tabel 9 Tabulasi Persentase Data …………………………………….. 121
Tabel 10 Hasil Interpretasi Data ................................................... 124
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Format Kuisioner
2. Format Observasi
3. Format Wawancara
4. Tabulasi Pengelompokkan Data kuisioner
5. Catatan Lapangan Hasil Observasi
6. Catatan Lapangan Hasil Wawancara
7. Rekaman Arsip berupa SKH (satuan kegiatan harian)
8. Surat Pernyataan Kesediaan Publikasi
9. Daftar Riwayat Hidup
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman beragama, yang
dianut sesuai dengan kepercayaan setiap individu. Agama yang dianut
oleh masyarat di Indonesia sebagian besar adalah agama Islam. Menurut
pelitian Pew Research Center on Religion Life1 pada bulan November
2010, merilis jumlah populasi umat Islam di Indonesia yang menurutnya
mencapai 13% dari keseluruhan populasi Islam di dunia. Data-data
tersebut terdiri dari 10 Negara dengan populasi muslim terbesar, yaitu ;
Indonesia 205 juta, Iran 75 juta, Pakistan 178 juta, Turki 75 juta,
Bangladesh 149 juta, Algeria 35 juta, Mesir 80 juta, Marokko 32 juta, dan
Nigeria 76 juta.
Indonesia merupakan bangsa penganut agama Islam terbesar.
Walaupun letak geografisnya berjauhan dengan negara dimana pertama
kali agama ini diturunkan, namun hal itu tidak menyurutkan penganutnya
untuk menjalankan ibadah kepadaNYA. Setelah Islam masuk ke
Indonesia, Islam berpengaruh cukup besar dalam berbagai bidang,
1 http://pewforum.org/muslim/muslim-population-of-indonesia.aspx. Rabu 24 agustus 2011. 10.00 wib
xv
termasuk dibidang politik, sosial, ekonomi, maupun kebudayaan. Antara
lainnya adalah pengaruh bahasa Indonesia yang cukup banyak
dipengaruhi oleh kosa kata dari bahasa Arab seperti wajib, nikah, lahir,
bathin dll. Pengaruh dalam budaya dan seni berkembang menjadi sebuah
kebiasaan seperti memuliakan tamu, ucapan salam, dan syukuran. Dapat
dijumpai pula pada seni musik, tari dan saman seperti rebana, marawis.
Seni arsitektur rumah peribadatan yang dipengaruhi oleh arsitektur mesjid
yang ada di wilayah Timur Tengah dan simbol kejayaan Islam di Eropa
seperti mesjid di Indonesia bahkan gereja. Pengaruh Islam dalam bidang
politik pun dapat dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia, yang mengadaptasi konsep khilafah atau kesultanan
seperti kerajaan di Aceh, Banten dan wilayah lainnya. Islam juga
berpengaruh pada bidang politik yang berimbas pada pengaruhya bidang
ekonomi.
Pengaruh Islam tidak hanya sampai di bidang politik, seni dan
ekonomi saja, Islam pun berpengaruh pada dunia Pendidikan di
Indonesia bahkan Agama Islam dijadikan mata pelajaran wajib baik dari
pendidikan jalur formal dan nonformal. Karena pengaruhnya yang luar
biasa, dan telah menjadikan Islam sebagai identitas penganutnya
sehingga sebagian sekolah mendirikan kurikulum maupun indikator
khusus bagi pembiasaan keislaman seperti sekolah yang berbasis Islam
Terpadu. Ataupun madrasah yang mempelajari agama Islam lebih
xvi
banyak dibandingkan sekolah umum lainnya, semua ini tentu karena
pertimbangan akan pentingnya pendidikan Agama Islam. Namun untuk
mendapatkan kualitas pengajaran Agama Islam yang sesuai dengan
sunnahnya, tidaklah semudah itu karena para pendidik maupun guru
harus dibekali pengetahuan yang cukup dengan berdasarkan kebenaran
tuntunan Rasul. Sebaliknya tidak dibenarkan bagi para guru yang
mengajarkan anak didiknya untuk beribadah hanya sebatas mengikuti
pengetahuan mereka tanpa mengkaji apakah yang telah mereka
sampaikan telah sesuai berdasarkan sunnah dengan dalil yang shahih
dari Rasulullah SAW.
Pembelajaran tentang agama Islam telah menjadi pengetahuan
yang diajarkan secara turun menurun sehingga pendidik, orang tua dan
guru mengajarkan tentang tata cara ibadah sesuai dengan apa yang
mereka dapatkan di sekolah maupun orang tua mereka sebelumnya. Hal
ini sangat disayangkan, karena masuknya ajaran Islam di Indonesia
akhirnya lambat laun menjadi pencampuran antara ritual ibadah dengan
keperibadatan dan budaya yang melekat sebagai tradisi. Pencampuran
inilah menjadi titik dimana seseorang tidak dapat membedakan manakah
yang sebenarnya benar-benar ajaran Islam dan mana yang telah
tercampur dengan adat/budaya. Sebagai contoh hal yang sudah
membudaya dan menjadi suatu adat pembiasaan salah satunya adalah
mengadakan perayaan dengan sebutan yang berbeda-beda namun
xvii
mengatasnamakan Islam dan ibadah seperti tahun baru Islam, Maulid
Nabi dan lainnya yang diniatkan untuk mengingatkan syiar Islam, hampir
disetiap sekolah memperingati hari tersebut dengan cara yang berbeda-
beda tentunya yang disesuaikan dengan pembiasaan di lingkungan
tersebut. Memperingati suatu hari kelahiran bukanlah pembiasaan ajaran
Islam bahkan Rasulullah tidak pernah mencontohkannya selain itu para
Shahabat Rasul pun tidak pernah merayakan hari kelahiran Rasul.
Mensyi’arkan Islam tidak harus dengan cara meramaikan dengan
berkumpul-kumpul dan diingatkan dengan cara mengkhususkan suatu
hari tertentu, apalagi dengan cara yang tidak ada perintah-Nya. Dahulu
Islam memiliki masa kejayaannya. Islam berjaya karena potensi yang
dimiliki penganutnya tanpa harus mengadakan atau meramai-ramaikan
hari tertentu, Islam telah dikenal dengan kebaikannya bahkan sangat
berpengaruh pada agama di luar Islam pada masanya. Namun sebaliknya
syi’ar Islam tidak akan berpengaruh apabila Islam hanya terlihat baik dari
luarnya saja sedangkan keropos di dalamnya.
Contoh pembiasaan ibadah lainnya yang membudaya dan sering
dilakukan adalah menutup majeils (pertemuan) dengan pengurutan
do’a/dzikir dan diakhiri dengan membaca surat al-Ashr, atau doa lain
dengan urutan yang telah ditentukan dan dikhususkan sedangkan
Rasulullah tidak pernah mencontohkannya. Kurangnya pengetahuan
pemeluk Agama Islam di Indonesia untuk mengetahui kebenaran tersebut
xviii
tentu karena faktor dari ayat-ayat al-Qur’an dan Al-hadits yang tidak
mudah dipahami oleh orang awam. Karena memiliki kandungan
pengertian yang harus dikaji agar dapat diketahui maksud dari ayat-ayat
tersebut. Dalam memahami sebuah ayat maupun hadits harus
berdasarkan sunnah. Tidak hanya sekedar pemahamannya sendiri,
sebagai contoh sebagian orang masih menghadiahkan bacaan ayat-ayat
al-Qur’an untuk kedua orang tuanya maupun orang lain,
Contoh-contoh kejadian diatas hanya sebagian kecil dari
pembiasaan yang terus berlangsung, hal tersebut akan menjadi fatal
apabila sebagai penganut agama Islam tidak mengetahui kemurnian
ajaran yang hakiki tentang hadist shahih dan palsu sehingga apapun yang
diketahuinya dikerjakan semua tanpa mencari tahu kebenarannya. Tentu
hal ini dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, termasuk dengan cara
dikerjakan sesuai dengan pengetahuan dan kepercayaan terhadap
Mahzab tertentu. Padahal pada awal permulaan Islam tidak ada mazhab
dan tidak ada sekte-sekte. Pada awal Islam muncul, Islam bersih dari
pengaruh luar seperti adat-adat yang telah dicontohkan di atas. Kaum
muslim pada waktu itu mencapai kejayaannya. Telah diketahui bahwa
dengan adanya sekte-sekte dan mazhab-mazhab tertentu dapat
memecah belah kaum muslim serta dapat meruncing jurang pemisah
xix
antara mereka2. Berpegang teguh pada imam Mahzab adalah suatu
keharusan karena mereka adalah para imam yang memurnikan sunnah
Rasul dengan pengetahuan yang mereka dalami, namun yang dilarang
adalah fanatik terhadap salah satunya dan meninggalkan yang lainnya
serta mengatasnamakan mereka tanpa meneliti lagi keshahihannya. Oleh
karena itu hal tersebut harus dikembalikan lagi pada pentingnya untuk
berpegang teguh pada tuntunan Allah dan Rasul, yang telah menjadi
kewajiban umat Islam untuk menjaganya. Sesuai ayat yang dijelaskan di
bawah ini. Tertera dalam surat Asy-Syura : 21
ولول كلمة الفصل ين ما لم يأذن به للاه أم لهم شركاء شرعوا لهم من الد
المين لهم عذاب أليم لقضي بينهم وإنه الظه
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan
selain Allah yang mensyari’atkan/menetapkan aturan agama bagi mereka yang tidak diizinkan Allah (diridhai) dan sekiranya tidak ada ketetapan yang menunda (hukuman dari Allah) tentulah hukuman diantara mereka telah dilaksanakan. Dan sungguh orang - orang zalim itu akan mendapat azab yang sangat pedih”3.
2 (FIQIH LIMA MAZHAB, MUHAMMAD JAWAD MUGHNIYAH, JAKARTA:LENTERA 2010. hal xvi-xvii 3 Syaamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Perkata, Desember 2010. Hal. 485
xx
ها تمسكوا بفعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي
عليها بالنواجذ ، وإياكم ومحدثات األمور ، فإن كل محدثة بدعة وعضوا
)رواه أبو داود والترمذي وصححه وابن ماجه(وكل بدعة ضاللة
“Hendaklah kamu semua berpegang teguh kepada sunnahku dan dan sunnah al-Khulafa ar-Rasyidin yang mendapatkan petunjuk setelahku. Peganglah oleh kalian semua sunnah itu dan gigitlah dengan gigi gerahan kalian. Berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara baru (dalam agama) karena sesungguhnya perkara yang baru dalam agama adalah kesesatan”4.
Dapat di intepretasikan dari setiap orang yang melakukan ibadah
dengan sesuatu yang tidak disyari’atkan Allah atau dengan sesuatu yang
tidak pernah dilakukan oleh Nabi SAW dan al-Khulafa’ ar-Rasyidun maka
dia seorang mubtadi ’(pelaku pengada-adakan) baik ibadah yang
dilakukannya berkaitan dengan asma’ Allah dan sifatNya atau yang
berkaitan dengan hukum dan syari’atNya.
Agama Islam yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya, adalah
apa yang diamalkan dan didakwahkan Rasul bersama para Sahabatnya.
Oleh karena itu, apabila dikatakan keyakinan atau perbuatan yang tidak
pernah ada atau tidak pernah terjadi pada zaman Nabi dan zaman
Sahabat maka artinya keyakinan atau perbuatan tersebut tidak ada
Sunnahnya. Apabila tidak berdasarkan Sunnah maka itu bukan dari
Islam. Hal-hal baru dalam Islam setelah Islam tersebut disempurnakan
4 Abu Dawud (4607), at-Tirmidzi (2676), Ibnu Majah (42)
xxi
ataupun hal-hal baru setelah Rasulullah SAW, baik berupa perkataan
ataupun perbuatan maka semua itu disebut sesuatu yang mengada-ada
karena hal inilah dalam masalah apapun yang berhubungan dengan
agama/ibadah harus dikembalikan lagi pada hukumnya, sesuai dengan
hadist berikut :
ضاللة ، و كل ضاللة في النار" ، و كل بدعة كل محدثة بدعة
“Sejelek-jelek urusan adalah yang baru (muhdats), dan setiap muhdats adalah mengada-ada (bid’ah) dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka”5.
وأ ها الهذين آمنوا أطيعوا للاه سول وأولي األمر منكم فإن تنازعتم يا أي طيعوا الره
واليوم الخر ذلك خير سول إن كنتم تؤمنون بالله والره وه إلى للاه في شيء فرد
وأحسن تأويالا
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah RasulNYA, dan ulil amri diantara kamu. Kemudian, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama(bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(an Nisaa’: 59)6
B. Indentifikasi Area dan Fokus Penelitian
Sebagai seorang guru yang mengajarkan anak didik mereka tentang
tata cara ibadah seharusnya berdasarkan sandaran dari Rasul
5 Muslim (3/11), Nasaa’I (3/188-189) 6 Syaamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Perkata, Desember 2010. Hal. 87
xxii
sebagaimana yang telah diperintahkan Rasul untuk ittiba’ (mengikuti) dan
dilarang ittida’ (mengada-ngada). Karena agama Islam telah sempurna
dan agama yang disyariatkan Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu perlu
adanya identifikasi lebih lanjut kepada guru yang mengajarkan anak
didiknya, tentang pembiasaan beribadah berdasarkan tuntunan Allah dan
Rasul. Sebagaimana yang disabdakan Nabi :
هو ردما ليس منه ف من أحدث في أمرناعن عائشة رضي للا عنها قالت قال رسول للا
“Barang siapa yang mengada-ngadakan (suatu hal baru) dalam .7urusan (agama) kami ini yang bukan ajarannya, maka ia ditolak”
عليه أمرنا فهو رد من عمل عمالا ليس
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak dilandasi oleh perintah kami, maka (perbuatan) itu ditolak”8.
ا اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم السالم دينا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (al Maidah ayat 3)
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Setelah ditinjau dari luasnya pembahasan tentang tata cara ibadah
dan pembiasaan yang telah di ajarkan guru kepada siswanya dan akan
dilanjutkan tentang pengetahuan guru dalam mengkaji tata cara ibadah
7 (HR. Al-Bukhari. 2697). 8(HR. Muslim (1718).
xxiii
sesuai dengan sunnah. Maka peneliti membatasi masalah hanya tentang
ketelitian guru dalam mengajarkan tata cara ibadah sesuai dengan
sunnah, yang disampaikan pada siswanya dalam pembiasaan ibadah di
sekolah (berdoa, dalil, shalat dan perayaan/peringatan hari tertentu).
D. Perumusan Masalah Penelitian
Kurangnya pengetahuan dan ketelitian guru di Taman Kanak-Kanak
tentang tata cara ibadah kepada siswa di Taman Kanak-kanak sesuai
dengan ajaran Islam yang dilandasi sunnah Rasulullah SAW.
E. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan
pertimbangan untuk penelitian selanjutnya tentang tata cara ibadah
termasuk pembiasaan berdoa maupun keagamaan di Taman
Kanak-kanak Islam yang sesuai tuntunan Sunnah dan Hadist yang
shahih sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul. Sebagaimana yang
tertera dalam surat dan hadist yang menerangkan :
xxiv
قوا ا ول تفره جميعا واعتصموا بحبل للاه
”Berpegang kamu semua dengan tali Allah (al Qur’an dan as Sunnah), dan janganlah kamu berpecah belah.” (surat Ali ’imran ayat 103)9
صلى للا عليه وسلم ) عن ابن مسعود رضي للا عنه قال: قال رسول للاه
ة وما يزال دق يهدي إلى البر وإنه البره يهدي إلى الجنه دق فإنه الص عليكم بالص
دق حتهى ى الص جل يصدق ويتحره اكم والكذب فإنه الره يقاا وإيه صد يكتب عند للاه
جل يكذب ار وما يزال الره الكذب يهدي إلى الفجور وإنه الفجور يهدي إلى النه
ا ( ابا كذه فق عليه حتهى يكتب عند للاه مته
Dari Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hendaklah kalian selalu melakukan kebenaran karena kebenaran akan menuntun kepada kebaikan dan kebaikan itu menuntun ke surga. Jika seseorang selalu berbuat benar dan bersungguh dengan kebenaran ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat benar. Jauhkanlah dirimu dari bohong karena bohong akan menuntun kepada kedurhakaan dan durhaka itu menuntun ke neraka. Jika seseorang selalu bohong dan bersungguh-sungguh dengan kebohongan ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat pembohong." Muttafaq Alaihi10
2. Manfaat Praktis
Ditinjau dari kepentingan inilah menjadikan saya sebagai
peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang pembiasaan ibadah di
sekolah taman kanak-kanak khususnya yang berbasis Islam.
9Syaamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Perkata, Desember 2010. Hal. 63 10 Bulughul Maram min Adillatil Ahkaam (no. 1548)
xxv
Penelitian ini supaya dapat melihat pembiasaan di setiap sekolah,
selanjutnya akan diteliti lebih lanjut apakah sesuai dengan hadist
yang shahih atau tidak. Diharapkan para pendidik akan
mendapatkan pemahaman dan pengetahuan lebih dalam tentang
tata cara ibadah yang diterapkan sehingga mudah-mudahan dapat
menjadi amal jariyah kelak. Sesuai hadist di bawah ini;
صلى للا عليه وسلم ) من يرد و عن معاوية رضي للا عنه قال: قال رسول للاه
ين ( ا يفقهه في الد به خيرافق عليه للاه مته
Dari Muawiyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah ia akan diberi pemahaman tentang agama." Muttafaq Alaihi11
11 Ibid (no. 1551)
xxvi
BAB II
ACUAN TEORITIK
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Taman Kanak-Kanak
Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan wadah pendidikan yang
menyediakan fasilitas pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan setiap anak. Jalur formal, nonformal dan informal
menjadi sarana yang mendukung untuk membangun suatu pondasi
awal bagi generasi bangsa termasuk pendidikan TK yang menjadi
sasaran awal pembelajaran kejenjang berikutnya. Mengingat
kesadaran masyarakat akan pendidikan semakin meningkat, maka
TK akan menjadi salah satu solusi untuk memberikan kebutuhan
bagi masyarakat.
1. 1 Definisi Taman Kanak-Kanak
Undang-undang Republik Indonesia, nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 28
menerangkan bahwa; Pendidikan anak usia dini
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal,
dan atau informal. Pada jalur pendidikan formal berbentuk
xxvii
Taman kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk
lain yang sederajat. Pada jalur pendidikan nonformal
berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak
(TPA), atau bentuk lain yang sederajat. pada jalur pendidikan
informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan. Ketentuan mengenai
pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah12.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 58 tahun
2009, tanggal 17 september 2009, standar Pendidikan Anak
Usia Dini menyatakan13, bahwa Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 14
menyatakan ; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut. Perkembangan dalam masyarakat telah menunjukkan
12 Sisdiknas.pdf.sistem pendidikan 2 th 2003. hal 9 13 Permen-no-58-th-2009-ttg-paud
xxviii
kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan
perlindungan anak usia dini untuk usia 0-6 tahun dengan
berbagai jenis layanan sesuai dengan kondisi dan
kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal
maupun non formal. Penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan
formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK)/Raudhatul Atfal
(RA) dan bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan
program untuk anak usia 4–6 tahun. Pendidikan anak usia dini
(PAUD) jalur pendidikan nonformal berbentuk Taman
Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat, yang
menggunakan program untuk anak usia 0–<2 tahun, 2–<4
tahun, 4–6 tahun dan Program Pengasuhan untuk anak usia
0-6 tahun; Kelompok Bermain (KB) dan bentuk lain yang
sederajat, menggunakan program untuk anak usia 2-<4 tahun
dan 4–6 tahun.
Pendidikan bagi anak usia dini merupakan tahap awal
sebagai program pengembangan yang didukung oleh semua
kalangan baik pemerintah, pendidik dan masyarakat. Usia
anak yang masih relatif muda, pendidikan dimulai sedini
mungkin agar anak-anak memiliki proses yang matang dalam
tahapan awal kehidupannya. Mengingat pentingnya proses
yang akan dijalani maka menjadi sangat penting untuk
xxix
menjaga tahapan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhannya.
1.2 Taman Kanak–Kanak Islam (TKI)/Pendidikan Keagamaan
Pasal 30, tentang Pendidikan keagamaan
diselenggarakan oleh Pemerintah dan atau kelompok
masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pendidikan keagamaan berfungsi
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya dan atau menjadi ahli ilmu agama. Pendidikan
keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Pendidikan keagamaan
berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman,
pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis. Ketentuan
mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah. Diperkuat pada Pasal 12
bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan
agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang
xxx
seagama serta mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya14.
Pendidikan keagamaan menjadi sorotan besar bagi
warga Indonesia yang mayoritas beragama Islam, untuk
mendapatkan pembelajaran agama Islam yang mendalam
dibutuhkan jalur-jalur pendidikan yang mengedepankan etika
dalam beragama. Ajaran Islam menjadi sumber tuntunan
utama bagi penganutnya, karena pentingnya pengetahuan
ilmu untuk menjalani pondasi spiritual sesorang dengan
Tuhannya. Oleh karena itulah jalur pendidikan berbasis Islam
menjadi kian meluas karena kebutuhan dan keingintahuan
warganya akan pengetahuan tersebut. Salah satunya adalah
Taman Kanak-Kanak berbasis Islam yang menjadi
pengharapan bagi orang tua agar anak-anak mereka sejak dini
sudah memiliki pondasi awal beragama dengan harapan akan
menjadi amal jariyah mereka kelak.
2. Definisi Islam
Manusia hidup seyogianya memiliki nurani untuk beragama
sebagai sandaran kehidupannya. Keyakinan dalam beragama telah
14 Sisdiknas.pdf.sistem pendidikan 2 th 2003. hal 20
xxxi
menunjukkan seseorang untuk percaya keberadaan tuhannya yang
maha kuasa atas ketidakberdayaan dan lemahnya kemampuan
manusia yang terbatas.
Islam merupakan agama yang dipilih penganutnya sebagai
pondasi kekuatan untuk menghadapi jalan kehidupan yang akan
dipilihnya. Islam mengajarkan seseorang untuk selalu berbuat
sesuatu hal yang dapat memuliakan kehidupannya, karena pada
dasarnya Islam mengajarkan sesuatu yang mudah dan tidak
mempersulit bagi yang mengamalkannya. Oleh karena itu dalam
menjalankan syari’at Islam tidak dapat sesuka hati untuk membuat
peraturannya sendiri, sebab Islam agama milik Allah sang pencipta,
maka menjalankannyapun harus dikembalikan pada peraturan sang
pencipta-Nya. Pengertian ini menunjukkan bahwa Islam diakui
dengan lisan, keyakinan dalam hati dan berserah diri kepada Allah
atas semua yang telah ditentukan dan ditakdirkan.
Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau
berserah diri. Menurut terminologi (istilah syari’at) memiliki
pengertian yang mencakup seluruh Islam, baik ushul (pokok), furu
(cabang), juga termasuk masalah ’aqidah, ibadah, keyakinan,
perkataan dan perubahan15.
15 Yazid bin Abdul Qadir Jawas.2011. Prinsip Dasar Islam. Hal 21-23
xxxii
السالم وما اختلف الهذين أوتوا الكتاب إله من بعد ما جاءهم العلم بغيا إنه الد ا ين عند للاه
سريع الحساب فإنه للاه بينهم ومن يكفر بآيات للاه
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian diantara mereka. Barang siapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitunganNYA. (Qs. Ali ’Imran:19)16
ا فلن يقبل منه وهو في الخرة من الخاسرين وم ن يبتغ غير السالم دينا
Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi. (Qs. Ali ’Imran:85)17
Menurut Syaikh al-Imam Muhammad bin A’bdul Wahhab,
definisi Islam adalah :
Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepadaNya dengan ketaatan dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan para pelakunya.
Apabila ”Islam” disebut bersamaan dengan kata iman, maka
yang dimaksud Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah
yang dengannya terjaga diri dan hartanya (tidak boleh diperangi
(dibunuh) dan tidak boleh dirampas hartanya). Baik dia meyakini
16Syaamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Perkata, Desember 2010. Hal 52 17Hal 61, Ibid
xxxiii
Islam atau tidak. Sedangkan kata iman berhubungan dengan amal
hati.
Sebagaimana firman Allah,
ا يدخل اليمان في قلوبكم ا قل لم تؤمنوا ولكن قولوا أسلمنا ولمه إن و قالت األعراب آمنه
ورسوله ل يلتكم من أ غفور رحيم تطيعوا للاه
ا إنه للاه عمالكم شيئا
Orang-orang arab Badui berkata, ”kami telah beriman”. Katakanlah kepada mereka, ”kamu belum beriman”, tetapi katakanlah, kami telah tunduk (Islam), iman belum masuk ke dalam hati kalian. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalmu. Sungguh Allah maha pengampun, maha penyayang. (Qs. Al-Hujuraat:14)18
Islam merupakan agama yang menjadi pilihan Allah SWT,
oleh karena itu untuk memahami dan mendalami tentang Islam
tidak bisa memakai logika manusia semata, namun harus
dikembalikan pada tuntunan sang penciptaNya. Setiap individu
berhak mengaku dirinya sebagai Islam baik dengan lisan ataupun
perbuatannya, namun untuk menjadi seseorang yang benar-benar
Islam membutuhkan keyakinan dengan hati dan berserah diri
kepada Allah secara utuh tanpa ada rasa pamrih terhadap satu
orang pun. Hal ini menjadi tuntutan untuk mengikhlaskan dirinya
untuk bergantung hanya kepadaNya, dan hanya orang tersebut
18 Ibid Hal 517,
xxxiv
dan Allah yang mengetahui apakah seseorang itu benar-benar
Islam atau Islam hanya sebagai formalitas semata.
2. 1 Karakteristik Agama Islam
Karakteristik yang terdapat pada Islam dapat
mengokohkan kelebihan Islam dan membuat manusia sangat
membutuhkannya. Islam yang datang dari sisi Allah
merupakan Islam dengan peraturan dan larangan yang telah
ditetapkan-Nya, semua itu dikarenakan Allah maha
mengetahui terhadap kebutuhan makhluk yang diciptakan-
Nya.
Sesungguhnya Allah lebih mengetahui apa yang menjadi
mashlahat (kebaikan) bagi hamba-hamba-Nya, , termasuk
kejadian awal dan akhir manusia serta tujuan diciptakannya19.
Sesuai firman Allah;
أل يعلم من خلق وهو اللهطيف الخبير
Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, maha mengetahui. (Qs. Al-Mulk:14)
خرىمنها خلقناكم وفيها نعيدكم ومنها نخرجكم تارةا أ
19 Dinukil dan diringkas dari ath-thariiq ilal Islaam oleh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, cet. I, Darul Wathm, th. 1412 H dan kitab-kitab lainnya.
xxxv
”Darinya (tanah) itulah kami menciptakan kamu dan kepadanyalah kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain”. (Qs. Taahaa:55)
Islam tidak pernah bertentangan dengan fitrah dan akal
manusia. Islam memperhatikan akal dan mengajaknya berfikir,
melarang ketidaktahuan dan taqlid buta, oleh karena itu
menuntut ilmu syar’i dalam Islam adalah kewajiban setiap
muslim dan muslimah. Ilmu yang akan mengangkat derajat
orang-orang yang mengamalkannya menujun ke derajat yang
paling tinggi. Dalam firman Allah;
ر أولو األلباب ما يتذكه قل هل يستوي الهذين يعلمون والهذين ل يعلمون إنه
Katakanlah, ”apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sesungguhnya orang yang berakal yang mengambil peringatan (Qs. Az-zumar:9)
مع والبصر والفؤاد كل أولئك كان عنه ول تقف ما ليس لك به علم إنه السه
مسئولا
Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawaban.(Qs. Al-israa:36)
بما تعملون خبير الهذين آمنوا منكم والهذين أوتوا العلم درجات وللاه يرفع للاه
xxxvi
Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (Qs. Al-Mujaadilah:11)20
Allah menjamin kebahagiaan, kemuliaan dan
kemenangan bagi orang-orang yang berpegang teguh dan
menerapkan Islam dalam kehidupannya. Islam juga terdapat
penyelesaian bagi segala problematika, karena syari’at dan
dasar-dasar ajarannya mencakup segala hukum bagi segala
peristiwa yang tidak terbatas. Termasuk syari’at Islam yang
bijak dalam mengatur semua bangsa, yang memberikan solusi
dari setiap masalah, memperhatikan kemaslahatan dan hak-
hak manusia. Sesuai firman Allah;
هم في األرض كما الحات ليستخلفنه الهذين آمنوا منكم وعملوا الصهوعد للاه
ننه لهم دينهم الهذ ي ارتضى لهم استخلف الهذين من قبلهم وليمك
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, (Qs. An-nuur:55)
Islam merupakan agama cinta, kebersamaan,
persahabatan dan kasih sayang sesama kaum mukminin yang
20 Hal 357. Ibid
xxxvii
mengedepankan kesungguan, keseriusan, beramal dan
berakhlak mulia. Karena Islam adalah agama yang sangat
jauh dari kontradiksi. Islam merupakan ajaran yang sangat
jelas dan mudah dipahami. Berpegang teguh kepada Islam
akan memberikan maslahat (manfaat) bagi semua umat
disetiap masa dan tempat. Oleh karena itu dunia tidak akan
menjadi baik melainkan dengan agama Islam. Semakin
modern zaman dan semakin majunya bangsa akan selalu
muncul bukti baru yang menunjukkan keabsahan Islam serta
ketinggian nilainya dan semua itu bukan berarti Islam tunduk
(mengikuti) kamauan manusia namun justru sebaliknya.
Sebagaimana yang tersirat di dalam hadits ini;
الرحمن، فارحموا من في األرض يرحمكم من في السماء( الراحمون يرحمهم)
Orang-orang yang saling sayang menyayangi akan dikasihi oleh Allah Yang Maha Pengasih, Maha Perkasa lagi Maha Tinggi. Maka sayangilah orang yang ada di muka bumi, niscaya kalian disayangi oleh Allah yang ada di langit21.
عيف وفى كل خير احرص المؤمن القوى خير وأحب إلى للا من المؤمن الضه
على ما ينفعك واستعن بالل ول تعجز وإن أصابك شىء فال تقل لو أنى فعلت
يطان كان كذا وكذا. ولكن قل قدر للا وما شاء فعل فإنه لو تفتح عمل الشه
21 Shahih:Hr. Abu Dawud (no.4941)
xxxviii
”Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sunnguhlah dalam menuntut sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu)serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau terkena musibah, janganlah engkau berkata, ”seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu”, tetapi katakanlah, ”ini telah ditakdirkan Allah, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki, karena ucapan ”seandainya”, akan membuka pintu perbuatan syaitan22.
لوجدوا فيه اختالفاا رون القرآن ولو كان من عند غير للاه أفال يتدبه
ا كثيرا
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya (Qs. An-Nisaa:82) ئة ادفع بالهتي هي أحسن فإذا الهذي بينك وبينه ي ول تستوي الحسنة ول السه
ه ولي حميم عداوة كأنه
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (Qs. Fushshilat:34)
Islam turun untuk memuliakan umat manusia agar
menjadi lebih baik, karena tatanannya yang mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia. Apabila seseorang
22 Shahih : HR. Muslim (no. 2664(34)) dari sahabat Abu Hurairah
xxxix
memahami dan memperdalam akan ajaran Islam maka ia
akan mengetahui bahwa Islam itu mudah dan menuntun
seseorang hidup dalam kedamaian serta memiliki tujuan arah
hidupnya. Islam akan mengiring seseorang hidup bahagia
dikehidupan selanjutnya. Jika seseorang dengan Islam
merasa disulitkan dan tidak bahagia maka ia belum
memahami secara hakiki agama Islam dengan sebenar-
benarnya ataupun, karena Allah belum mengizinkannya
mendapatkan rahmat dan nikmatnya hidayah yang Allah
berikan untuk hamba-hamba yang dipilih-Nya.
3. Definisi Sunnah
Sunnah merupakan bagian dari cara menjalankan syari’at
Islam, tanpa sunnah maka seseorang tidak dapat menjalankan
Islam dengan sempurna. Oleh karena itu menjadi sangat penting
bagi seseorang untuk mempelajari tata cara sunnah yang berperan
sangat penting untuk memurnikan Islam. Apabila suatu keyakinan
ataupun perbuatan yang sama sekali tidak ada asal usulnya dari
agama yang mulia ini maka itu bukan Sunnah atau dapat diartikan
mengada-ada.
Sunnah menurut bahasa artinya “ath thariqah” atau “as sirah”
(jalan atau perjalanan.) Menurut istilah artinya setiap perkataan,
xl
perbuatan dan taqriri (persetujuan) dari Nabi SAW (Sunnah muradif)
yaitu hadist 23. Sunnah memiliki arti yang sesuai dengan bahasanya,
yaitu “jalan” atau “perjalanan”, maksudnya perjalanan Nabi SAW di
dalam mengamalkan dan mendakwahkan Islam yang meliputi
‘aqidah, ibadah, mu’alamat, ahklak dan praktek atau perbuatan
yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW atau yang telah disepakati
oleh para Shahabat baik perbuatan yang terjadi pada zaman
mereka. Karena hal inilah yang mewajibkan seorang muslim untuk
berpegang teguh kepada ajaran yang telah ditetapkan Allah dan
Rasul-NYA tanpa memilih-memilih amalan terhadap yang lebih
disukainya. Sesuai dengan ayat di bawah ini.
بع غير سبيل المؤمنين نوله ما ن له الهدى ويته سول من بعد ما تبيه ومن يشاقق الره
ا م وساءت مصيرا تولهى ونصله جهنه
“Barang siapa yang menentang /memusuhi Rasul sesudah nyata baginya al hidayah (kebenaran) dan dia mengikuti selain jalannya orang-orang mu’min, niscaya akan kami palingkan (sesatkan) dia kemana dia berpaling (tersesat) dan akan kami masukkan dia ke dalam jahannam dan jahannam adalah seburuk-buruknya tempat kembali”. (an Nisaa’: 115)
23 Abdul Hakim bin Amir Abdat, 2008. Risalah Bid’ah. Hal 9-10
xli
Berdasarkan kaidah yang berlaku menurut ulama
sebagaimana perkataan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah24 :
“Sesungguhnya amalan makhluk terbagi kepada: Pertama; Ibadah yang mereka jadikan sebagai agama, dengan adanya mereka akan mendapatkan manfaat diakhirat atau di dunia dan akhirat. Dan kedua; Adat Istiadat (tradisi) yang dengannya mereka akan mendapatkan manfaat dalam kehidupan mereka”.
Hukum perkara ibadah dianjurkan melakukannya sesuai
dengan apa yang disyari’atkan oleh Allah SWT sedangkan
hukum perkara Al-‘Adat (adat-istiadat)25 yaitu hal yang
diperbolehkan untuk dilakukan kecuali apa yang telah dilarang
oleh Allah SWT. Allah memperbolehkan untuk melakukan
inovasi di dunia dan di bidang produksi, dengan syarat harus
tetap memperhatikan nilai-nilai keadilan yang mendatangkan
manfaat bagi kepentingan banyak orang dan tidak
mengakibatkan kerugian (mafsadat)26. Sebagai contoh
seorang guru melarang anak didiknya membawa bekal
makanan yang terbuat dari bahan berbahaya (seperti
makanan yang mengandung bahan pengawet) guna
ditinggalkan dan makanan yang tidak berbahaya untuk dapat
24 Al-iqtidha’ (2/582) 25 Al-I’tisham (1/37) 26 Ushul fi al-Bida’I wa as-Sunan (hal. 106)
xlii
dikonsumsi. Hal ini sama sekali tidak berarti bahwa guru telah
menghalalkan makanan yang tidak berbahaya atau
mengharamkan makanan yang berbahaya, akan tetapi
sebatas memberikan petunjuk atau hanya saran saja. Karena
yang menetapkan haram dan halal hanya Allah dan Rasul-
NYA, sebagaimana yang Allah firmankan :
م عليهم الخبائث بات ويحر ي ويحل لهم الطه
“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”. (Al-a’raf:157)
Perkara yang dilarang dalam hal baru maksudnya
bukanlah perkara biasa atau lazim yang berkaitan dengan adat
dan kebiasaan duniawi27. Walau perkara tersebut merupakan
sesuatu yang baru seperti perkara baru yang terjadi di masa
kini, semisal mikrofon, pesawat terbang ataupun pencetakan
al-Qur’an. Hal tersebut bukanlah yang dimaksud dengan hal
baru yang menyalahi sunnah. Para ulama’ mengartikan hal
baru yang diada-adakan adalah hal yang berkaitan dengan
agama. Mengada-adakan urusan agama dalam bentuk ibadah
yang tidak pernah disyari’atkan oleh Allah adalah larangan,
sedangkan dalam urusan keduniaan jika di dalamnya ada sisi
27 Al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta’, fatwa no. 2577
xliii
kebaikan dan manfaat lebih besar dari pada kerusakan dan
kerugian maka hal itu diperbolehkan, namun jika tidak
demikian maka tidak diperbolehkan. Seperti berbagai jenis
kendaraan, yang termasuk adat keduniaan yang baru yang
tidak ada larangan dari syari’at berkenaan dengannya selama
tidak dalam rangka membantu kemungkaran.
Allah SWT menurunkan Islam bersama dengan tata cara
menjalaninya melewati kitab (al Qur’an) dan untusan-Nya
(Rasul dan Sunnah) sehingga untuk menjalankan perintah dan
larangan-Nya pun telah ada tuntunannya. Artinya seseorang
tidak bisa membuat peraturannya sendiri dalam menjalankan
Islam yang telah Allah buat peraturannya. Termasuk terhadap
tata cara ibadah yang telah Allah tentukan cara sahnya agar
suatu ibadah dapat diterima disisi-Nya. Menjalankan tata cara
ibadah seseorang tidak bisa menggunakan logika maupun
pendapatnya sendiri, walaupun ia merasa hal itu baik. Allah
telah menurunkan Islam secara sempurna. Islam bukanlah
agama buatan manusia sehingga menjalankannya pun tidak
dengan pemikiran manusia, melainkan apa yang menurut-Nya
benar. Semua harus berdasarkan perintah dan larangan-Nya
beserta Rasul yang telah ditetapkan-Nya. Termasuk dalam
bidang metode dan sarana adalah dua hal yang berbeda,
xliv
sarana yang mendukung kelancaran beribadah maka hal itu
diperbolehkan namun untuk sebuah metode tidak bisa dengan
cara yang dibuat sendiri karena metode/tata cara beribadah
telah ada tuntunannya.
Ibadah merupakan salah satu cara seseorang
mendapatkan keridha’an dan surganya, namun jika cara
menjalankannya tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan
Rasul maka perbuatan tersebut tidak akan diterima. Oleh
karena itu sangatlah penting bagi setiap individu untuk meneliti
terlebih dahulu terhadap Ibadah yang akan dijalankannya
bahkan tata cara ibadah yang akan diajarkan kepada orang
lain, karena semua itu akan dipertanggungjawabkan. Jika
bertindak tidak sesuai dengan tuntunan sunnah maka dengan
otomatis ia menjalankan sesuatu yang tidak diakui sebagai
penganut-Nya dan umat Rasul-Nya.
3. 1 Pemeliharaan Sunnah
Allah menetapkan diri-Nya untuk menjaga dan
memelihara kesempurnaannya Al Qur’an dan Al Hadits
sampai hari kiamat, walaupun ada hadits-hadits yang diakui
sebagai hadits Rasul yang telah banyak dipalsukan. Hadits
shahih justru didustakan, ditolak, digugat dan dihujat. Allah
xlv
menegaskan bahwa Dialah yang menurunkan dan
menjaganya. Inilah yang dimaksud dengan pemeliharaan
tersebut. Pemeliharaan dan penjagaan terhadap dasar hukum
Islam, Al Qur’an dan As sunnah. Seperti yang ditegas oleh
Abdul Hakim bahwa Allah tidak menjelaskan di dalam Al
Qur’an bagaimana cara mendirikan shalat dari takbir sampai
salam begitu pula tentang kisah Nabi SAW dari awal sampai
akhir secara terperinci28. Inilah sebabnya apabila hadist tidak
terpelihara maka Al Qur’an pun tidak terjaga, yang menjadikan
Al Qur’an tidak bisa diamalkan karena menafsirkan sunnah
atau hadist yang tidak terpelihara.
Sunnah atau hadits merupakan wahyu kedua setelah wahyu
yang pertama yaitu Al Qur’an sebagaimana firman Allah;
كر وإنه لنا الذ ا نحن نزه ا له لحافظون إنه
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami jugalah yang akan tetap memeliharanya.” (Qs. Al Hijr ayat 9)
وما ينطق عن الهوى إن هو إله وحي يوحى
“Dan dia (Muhammad) tiadaklah berbicara dengan kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. (Qs. An Najm ayat 3 & 4).
28Abdul Hakim bin Amir Abdat. 2011. Hadist-hadist Dha’if & Maudhu” .hal 37-39
xlvi
Menurut madzhab Imam Malik, Syafi’iy, Ahmad bin
Hambal, Yahya bin Ma’in, Abdurrahman bin Mahdi, Ibnul
Madini, Bukhari, Muslim, Ibnu Abdil Bar, Ibnu Hazm dan lain-
lain dari para imam ahli hadist (seperti Syaikh Albani pada
abad ini) mereka semua tidak memperbolehkan secara
mutlak mengamalkan hadist-hadist dha’if meskipun hanya
untuk fadhaa-ilul a’mal dan lain-lain. Tidak ada lagi hujjah
kecuali dari hadist-hadist yang telah sah datangnya dari
Rasulullah SAW.
Kesalahan yang terjadi di dalam memahami hadist dha’if,
diantaranya jika seseorang menyangka bahwa masalah
mengamalkan hadist-hadist dha’if untuk fadhaa-ilul a’mal atau
targhib (hadist-hadist yang menggemarkan untuk
mengerjakan suatu amalan) dan tarhib (hadist-hadist yang
menakuti agar menjauhi dari mengerjakan suatu amalan) tidak
ada lagi perselisihan tentang kebolehannya diantara para para
ulama.
Kesalahan dalam memahami hadits dha’if salah satunya
ialah dengan mengamalkan hadits dha’if menurut sebagian
orang untuk menetapkan tentang suatu amal. Adakalanya
mewajibkan, menyunahkan, mengharamkan atau
memakruhkannya meskipun tidak datang nash dari Al Kitab
xlvii
dan Sunnah. Seperti halnya menetapkan hadist-hadist dha’if
pada beberapa macam shalat-shalat sunnah dan ibadah
lainnya yang sama sekali tidak ada dalilnya yang shahih dari
sunnah secara tafsil (terperinci) yang menjelaskan tentang
sunnah, jika hal tersebut terjadi maka jelas telah menyalahi
ijma’ ulama sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah. Karena barang siapa yang
menetapkan/istbat tentang suatu amal yang tidak ada
nash/dalilnnya dari Al Kitab dan Sunnah, baik secara
jumlah/mujmal yakni garis besarnya saja dan tafshil
(terperinci) atau secara tafshilnya saja, maka sungguh dia
telah membuat syari’at baru yang tidak diizinkan oleh Allah.
Imam Syafi’iy telah memperingatkan dengan perkataannya
yang sangat mashyur, yaitu;
“Barang siapa yang menganggap baik tentang sesuatu amal yang tidak ada nashnya dari Al kitab dan Sunnah, maka sesungguhnya dia telah membuat syari’at/agama baru” 29.
Hadits dha’if memiliki perbedaan derajat satu sama lain,
semua itu disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat
hadist shahih atau hasan yang tidak dipenuhi. Hadist yang
29 Abdul Hakim bin Amir Abdat. 2011. Hadist-hadist Dha’if & Maudhu. .hal 46-50
xlviii
dikarenakan tidak bersambung sanadnya dan tidak adil
rawinya, adalah lebih dha’if daripada hadist dha’if yang hanya
keguguran satu syarat makbul (syarat-syarat yang diterima
untuk hadist shahih dan hasan) saja baik pada sanadnya
maupun rawinya30. Satu hadist dikatakan dha’if adakalanya
dikarenakan terputus sanadnya (jalannya orang yang
meriwayatkan hadist dari fulan ke fulan dan seterusnya).
Misalnya seorang perawi tidak berjumpa atau mendengar
hadist tersebut dari syaikhnya (gurunya). Adakalanya karena
cacat dan tercelanya seorang rawi atau lebih di dalam satu
hadist. Cacat dan tercelanya seorang rawi diantaranya, dia
berbohong dengan mengatasnamakan Nabi SAW atau dia
biasa berbohong kepada manusia, atau dia seorang yang
fasiq, atau dia seorang ahlul bid’ah yang mengajak manusia
kepada bid’ahnya, atau dia tidak dikenal dirinya (majhul) atau
dia tidak dikenal namanya (mubham) atau dia seorang buruk
hafalannya atau sering salah, dan lain-lain31. Adapun yang
dimaksud hadist dha’if ialah;
ما فقدشرطا اواكثر من شروط الصحيح اوالحسن
30 Drs. Fatchur Rahman. 1974. Mushthalahul Hadist. Hal 166 31 Abdul Hakim bin Amir Abdat. 2011. Hadist-hadist Dha’if & Maudhu. .hal 58
xlix
“hadist yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadist-hadist shahih atau hadist hasan”32.
4. Definisi Ibadah
Sunnah merupakan syari’at yang berkaitan erat dengan tata
cara ibadah. Karena untuk menjalankan suatu ibadah dibutuhkan
tuntunan dan tata cara yang mengatur di dalamnya. Mengkaji dan
mengenal sunnah di dalam menjalankan ibadah menjadikan
mubtadi (pelaku) tidak akan keluar dari syari’at yang telah ada
ketentuannya dan yang menjadi syarat sah diteimanya suatu
ibadah. Ibadah adalah suatu amalan yang akan mengantarkan
seseorang ke gerbang pintu kebahagiaan setelah kehidupannya di
dunia oleh karena itu amalan yang di jalankan sepanjang hayatnya
akan menjadi sia-sia jika tidak dapat memahami kaidah sunnah.
Seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa keyakinan
(I’tiqad) atau perbuatan yang sama sekali tidak ada asal usulnya
dari agama yang mulia ini maka itu bukan Sunnah atau dapat
32 Manhaj Dzawi’n-Nadhar, Muh. Mahfudh At-Tarmusy, hal:29
l
diartikan mengada-ada dengan cara membuat aturan sendiri dalam
beribadah.
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri
serta tunduk. Sedangkan menurut istilah syar’i (terminologi), ibadah
mempunyai beberapa definisi, tetapi makna dan maksudnya tetap
sama, yaitu taat kepada Allah ta’ala dengan melaksanakan
perintah-Nya melalui lisan para rasul-Nya, merendahkan diri kepada
Allah dengan tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan
rasa muhabbah (kecintaan) yang paling tinggi. Ibadah merupakan
sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diradhai
Allah baik berupa ucapan dan perbuatan, yang zhahir maupun
bathin yang menjadi tujuan penciptaan manusia33, sesuai firman
Allah :
-أريد منهم من رزق وما أريد أن يطعمون -ماوما خلقت الجنه والنس إله ليعبدون
ة المتين اق ذو القوه زه هو الره إنه للاه
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh (Qs. Adz-Dzaariyaat:56-58)
33 Yazid bin Abdul Qadir Jawas.2011. Prinsip Dasar Islam. Hal 113-114
li
Ibadah adalah perkara taufiqiyah (tidak ada suatu bentuk
ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-qur’an dan As-
Sunnah). Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah
(bid’ah yang ditolak). Agar ibadah dapat diterima, dan dikatakan
benar apabila dilakukan dengan Ikhlas karena Allah semata, bebas
dari syirik besar dan kecil serta Ittiba’ sesuai dengan tuntunan
Rasulullah dengan mengawali syahadat (laa ilaaha illallah) yang
mengharuskannya ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh
dari syirik kepadaNya, dan kedua syahadat bersaksi pada
Muhammad Rasulullah SAW, dengan mengikuti syari’atnya dan
meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Hal ini
diperkuat oleh Syaikhul Islam mengatakan, ”inti agama ada dua pilar
yaitu beribadah hanya kepada Allah, dan beribadah sesuai dengan
yang disyari’atkan34. Sebagaimana firman Allah,
ا ما تدعوا فله األسماء الحسنى ول تجهر بصالتك حمن أي ا أو ادعوا الرهقل ادعوا للاه
ول تخافت بها وابتغ بين ذلك سبيالا
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".(Qs. Al-Kahfi:110)
34 Ibid, 117
lii
عليه أمرنا فهو رد من عمل عمالا ليس
“Barang siapa yang melakukan suatu amal yang tidak kami perintahkan, maka hal itu tertolak”35.
Arti ibadah yang dijelaskan oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
di muqaddimah kitabnya Al Ubudiyyah, “ibadah ialah satu nama
yang mencakup sesuatu yang Allah cintai dan ridhai dari segala
perkataan dan perbuatan yang batin dan zhahir (seperti): Shalat,
zakat, puasa, berkata benar (tidak bohong), menunaikan amanat,
Kebaikan kepada kedua orang tua, silaturrahim, memenuhi janji,
amar ma’ruf nahi munkar, berjihad kepada orang kuffar dan
munafik, berbuat kebaikan (kepada tetangga, anak yatim, orang
miskin, ibnu sabil, dan budak. Berbuat kebaikan itu kepada manusia
dan kepada hewan), berdo’a, berdzikir, membaca Al-Qur’an,
mencintai Allah dan Rasul Nya, takut kepada Allah, kembali kepada
Allah, ikhlas di dalam beragama kepada-Nya, sabar terhadap
hukum-Nya, bersyukur kepada nikmat-Nya, ridha terhadap
keputusanNya, bertawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmatNya
dan takut dari ahzab-Nya.
Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah kepada-
Nya semata. Maka, beribadah kepada selain Allah adalah
35 HR. Muslim (1718) (18)
liii
kesyirikan. Selain itu Allah mempunyai hak dan wewenang Tasyri’
(memerintah dan melarang). Hak Tasyri’ adalah hak Allah semata.
Maka bagi seseorang yang beribadah kepada-Nya bukan dengan
cara yang diperintahkan-Nya maka ia telah melibatkan dirinya di
dalam Tasyri’. Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan
agamanya, maka orang yang membuat tata cara ibadah sendiri,
berarti ia telah menambah ajaran agama dan menuduh bahwa
agama ini tidak sempurna (mempunyai kekurangan). Apabila setiap
orang diperbolehkan untuk beribadah dengan tata cara yang
dihendakinya, maka niscaya setiap orang akan memiliki caranya
sendiri dalam beribadah. Jika hal tersebut terjadi, maka yang terjadi
di dalam kehidupan manusia adalah kekacauan yang tiada taranya
karena perpecahan akan meliputi kehidupan mereka, disebabkan
perbedaan kehendak dan perasaan, padahal agama Islam
mengajarkan kebersamaan dan kesatuan menurut syari’at yang
diajarkan Allah dan Rasul-Nya, firman Allah;
ين ا له الد مخلصاا أنزلنا إليك الكتاب بالحق فاعبد للاه إنه
Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (Qs. Az-Zumar: 2)
Penjelasan di atas telah diketahui bahwa penting dan
wajibnya mengikuti tata cara ibadah sesuai dengan tuntunan Allah
liv
beserta Sunnah Rasul-Nya. Sebagaimana yang dikatakan
Muhammad bin Sirin dan Imam Ahmad bin Hanbal :
“Mereka (para Sahabat) mengatakan, ”jika ada seseorang berada di atas atsar (Sunnah), maka sungguh ia berada di atas jalan yang lurus.36 Dan prinsip Ahlul Sunnah adalah berpegang dengan apa yang dilaksanakan oleh para Shahabat dan mengikuti jejak mereka, meninggalkan bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.37
Menurut perkataan Imam al-Barbahary, yang menguatkan
tentang arti ibadah berdasarkan sunnah yaitu sesungguhnya Islam
adalah Sunnah dan Sunnah adalah Islam dan masing-masing tidak
dapat dipisah-pisahkan. Termasuk bagian dari Sunnah adalah tetap
di atas al-Jama’ah, barang siapa condong kepada selain al-Jama’ah
dan menyelisihinya, maka ia telah melepas tali Islam dari
pundaknya dan telah sesat menyesatkan. Landasan dan tolak ukur
al-Jama’ah adalah para Sahabat Nabi Muhammad mereka adalah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah.38 Barang siapa yang tidak mengambil
kebenaran dari mereka, maka ia telah memilih jalan kesesatan dan
kebid’ahan. Setiap bid’ah adalah sesat dan setiap perilaku
kesesatan diancam menjadi penghuni Neraka39.
Ilmu agama Islam bersumber dari Allah dan Rasul-Nya, maka
sangat dilarang untuk mengikuti hawa nafsu sehingga terhempas
36 Diriwayatkan oleh ad-Darimi (I/54) 37 Ushulus Sunnah oleh Imam Ahmad (hlm. 25-30) 38 Syarhus Sunnah lil Imam al-Barbahary, tahqiq Khalid bin Qasim ar-Raddadi (point 1-5, hlm. 59-60) 39 HR. An-Nasa’i (III/188)
lv
dari agama dan keluar dari Islam dengan membuat tatanan cara
beribadah tanpa berinduk pada Allah dan Rasul. Rasulullah telah
menjelaskan tentang Sunnah kepada umatnya dan mengajarkan
secara tuntas kepada semua para Shahabatnya, oleh karena inilah
diwajibkannya untuk mengikuti ajaran tata cara ibadah dari Rasul
dan para Sahabat Rasulullah. Segala hukum yang terjadi pada
kehidupan manusia telah ada solusinya di dalam Islam, dan semua
dikembalikan kepada individu itu sendiri untuk mempelajari dan
memperdalam ilmu yang telah Allah bentangkan untuk umatNya.
Seluruh syi’ar yang ada di dalam agama Islam sudah ada
tuntunannya di kitab yang Allah turunkan. Oleh karena itu dalam
menghukumi suatu syari’at tidak diperkenankan dengan
pendapatnya sendiri. Apabila terjadi suatu permasalahan dalam
agama baik tata cara ibadahnya maupun hukum-hukum lain yang
telah Allah syari’atkan maka harus dikembalikan pada hukum Allah
dan Rasul.
Ibadah merupakan perbuatan yang mencakup sesuatu yang
Allah cintai baik dari segi perbuatan dan perkataan yang batin dan
zahir seperti shalat, doa, dzikir, puasa dan sebagainya. Ibadah
memiliki tata cara yang telah Allah tentukan dan hanya Allah yang
memilki hak serta wewenang untuk Tasyri’ (memerintah dan
melarang). Oleh karena itu seseorang yang niat beribadah kepada-
lvi
Nya namun bukan dengan cara yang diperintahkanNya, maka ia
melibatkan dirinya dalam Tasyri’ yang artinya tidak di perkenankan
untuk membuat tatanan cara beribadah sendiri dan
mengatasnamakan Islam. Hal ini termasuk membuat kegiatan
ataupun perayaan yang mengatasnamakan islam dan membuat
cara ibadah sendiri, seperti Maulid nabi, tahun baru Islam dan
lainnya yang tidak pernah ada contohnya dari Rasulullah.
4.1 Praktik Ibadah (Do’a, dalil, shalat dan hari peringatan )
4.1.1 Do’a dan Dalil
Berdzikir dan berdo’a memiliki cara dalam
mengamalkannya, yang didasarkan pada syri’at
Rasulullah. Berdzikir maupun berdo’a yang diucapkan
bersama-sama setelah selesai shalat fardhu atau
shalat sunnah tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah.
Pada dasarnya dalam berdzikir dan berdoa
merupakan perkata taufiqi (harus sesuai dalil) tidak
boleh beribadah kepada Allah kecuali sesuai dengan
yang disyari’atkan. Begitu halnya dengan
keumumannya, waktu dan tata caranya serta batasan
jumlahnya harus sesuai dengan syari’at baik berupa
do’a, dzikir, atau ibadah lainya. Tidak boleh
lvii
menetapkan sendiri tata cara, waktu atau jumlahnya,
semua harus sesuai tuntunan. Ibadah yang ditetapkan
oleh dalil berupa perkataan atau amalan yang dibatasi
dengan waktu, jumlah, tempat dan tata caranya harus
dilakukan seperti yang telah ditetapkan syari’atnya.
Sementara itu tidak pernah ada tuntunan dari Rasul
baik berupa perkataan, perbuatan maupun
persetujuan tentang berdoa bersama-sama setelah
shalat, setelah membaca al Qur’an ataupun setiap
selesai pelajaran, baik doanya diamini atau berdoa
secara bersama-sama, di dalam surat ghafir ayat 60
yang menerangkan firman Allah, bahwa Allah SWT
akan mengabulkan doa hambanya adalah dalil
dengan nash umum yang tidak mengandung
ketentuan tentang caranya. Sesuai yang dijelaskan
oleh Hammud40, apabila menetapkan cara tertentu itu
dibenarkan (disyari’atkan) tentu Rasul telah
melakukan terlebih dahulu begitu halnya para khalifah
namun pengamalan tersebut tidak ada contohnya dari
dari rasul dan sahabat sementara, kebaikan diperoleh
40 Hammud bin Abdullah al Mathar.2009. ”Ensiklopedia Bid’ah”.hal 368-369
lviii
dengan mengikuti dasar yang berasal dari tuntunan
Rasul dan sahabatnya.
Berdo'a merupakan permohonan atau permintaan
pertolongan kepada Allah SWT, tetapi bukan berarti
hanya orang yang terkena musibah saja yang layak
memanjatkan do'a. Sebagai seorang Muslim
diperkenankan berdo'a walaupun dalam keadaan
sehat. Do'a merupakan unsur yang paling esensial
dalam ibadah. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw
"Do'a itu ibadah". "Tiada sesuatu yang paling mulia
dalam pandangan Allah, selain dari berdo'a kepada-
Nya, sedangkan seseorang tersebut dalam keadaan
lapang"(H.R. Al Hakim). Berdo'a memliki tata cara
waktu dan tempat yang telah Allah dan Rasul tentukan
sehingga seseorang tidak diperkenankan untuk
membuat aturan dan tata cara sendiri di dalamnya,
karena berdo’a merupakan ibadah yang telah ada
tuntunannya. Berdoa memiliki beberapa tata cara
dalam menjalankannya baik tempat dan waktunya,
yaitu;
1. Tata cara berdo’a
a. Menghadap Kiblat
lix
Saat berdoa usahakanlah untuk menghadap
ke kiblat, sesuai dengan yang telah Rasul
contohkan, saat Rasulullah datang ketempat
wuquf di Arafah dan ia menghadap kiblat lalu
terus menerus berdo'a sehingga tenggelam
matahari.
b. Membaca Hamdalah atau pujian, Istighfar dan
membaca Shalawat
Sebelum berdoa / meminta sesuatu
kepada Allah maka awalilah dengan
membaca hamdalah atau memuji kepada
Allah terlebih dahulu, seperti yang telah Rasul
ingatkan dalam kisah yang terjadi pada zaman
Rasul yaitu salah seorang Sahabat Nabi
berkata : "Ketika Nabi Muhammad saw duduk
dimesjid, tiba-tiba datang seorang laki-laki
masuk, lalu ia shalat. Setelah selesai ia
membaca doa, ”Allahummaghfirlii warhamnii”.
Maka waktu itu Rasulullah pun berkata, wahai
kawan, engkau terburu-buru. Jika kau shalat,
duduklah dahulu kemudian bacalah puji-pujian
kepada Allah. Karena dia yang memiliki pujian
lx
itu, lalu kau baca shalawat kepadaku
kemudian baru berdo'a .Kemudian datang
seorang yang lain setelah shalat ia memuji
Allah dan membaca shalawat untuk Nabi
Muhammad saw. dan setelah itu Nabi
bersabda, Berdo'alah akan dipenuhi."
c. Dengan suara lembut dan rasa takut
Berdoalah dengan suara yang lembut dan
dengan rasa takut, karena Allah mendengar
lagi mengetahui. Sebagaimana Firman Allah
SWT;
ه ل يحب المعتدين ا وخفيةا إنه عا كم تضر ول -ادعوا ربه
ا إنه تفسدوا في األرض بعد إصالحها وادعوه خوفاا وطمعا
قريب من المحسنين رحمة للاه
"Berserulah (Berdo'a) kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah engkau berbuat kerusakan dibumi sesudah Allah SWT memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak diterima) dan harap (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (Q.S. Al A'raf : 55-56)
lxi
d. Yakin akan dipenuhi
Berdoa merupakan hal yang dilakukan
seseorang yang membutuhkan kedekatan
kepada Allah agar kebutuhannya terpenuhi
oleh karena itu dalam berdo’a harus yakin dan
berprasangka baik kepada Allah,
"Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla
berfirman : Aku akan mengikuti prasangka
hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku selalu
menyertainya apa bila ia berdoa kepada-Ku".
كم ادعوني أستجب لكم إنه الهذين وق ال رب
م داخرين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنه
"Dan Tuhanmu berkata, ”Berdo'alah kamu kepada-Ku, Pasti akan kuperkenankan permintaanmu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina-dina" (Q.S. Al Mu'min : 60).
2. Tempat-tempat yang paling baik/afdhal untuk
berdo'a
Islam memiliki peraturan dalam menentukan
tempat-tempat yang baik dalam berdo’a. Sebagai
orang yang beriman tentu akan lebih
lxii
mendahulukan dan berlomba-lomba pada
kebaikan yang telah ditetapkan peraturannya dan
bukan sebaliknya. Membuat peraturan sendiri
dalam menentukan tempat mustajab dengan
alasan apapun maka hal tersebut tidak
dibenarkan, Islam memiliki tempat-tempat suci
untuk bedo’a, dan tempat tersebut adalah tempat
suci yang menjadi sebagian besar dalam sejarah
Islam, berikut tempat-tempat baik untuk berdo’a;
(a). Di depan dan didalam Kabah (b). Di masjid
Rasulullah saw (c). Di belakang maqam Nabi
Ibrahim as (d). Di atas bukit Safa dan Marwah (e).
Di Arafah, di Muzalifah, di Mina dan disisi jamarat
yang tiga (f). Di tempat-tempat yang mulia lainnya
seperti Masjid atau Mushalla.
3. Waktu yang paling baik/Afdhal
Saat seseorang memanjatkan do’a artinya ia
menunjukkan kelemahan dan kebutuhannya
dihadapan Allah Swt dan berharap do’anya akan
terkabulkan dengan berusaha memenuhi
persyaratannya. Allah maha adil dan mengetahui
kemampuan hamban-Nya termasuk tempat-
lxiii
tempat yang paling baik untuk berdo’a yang
mungkin menjadi tempat yang sulit untuk
didatangi bagi sebagian hamba-Nya, maka Allah
pun membuat peraturan dalam waktu berdo’a
yang telah ditentukan agar memudahkan bagi
hamba-Nya yang sulit untuk mendatangi tempa-
tempat suci tersebut, diantaranya; (a). Antara
azan dan Iqamat (b). Menjelang waktu shalat dan
sesudahnya (c). Waktu sepertiga malam yang
terakhir (d). Sepanjang hari jum'at (e). Antara
Dzuhur dan Ashar, serta Ashar dan Maghrib (f).
Ketika Khatam membaca Al-Qur'an (g). Ketika
Turun hujan (h). Ketika melakukan Tawaf (i).
Ketika menghadapi musuh dimedan perang. Di
luar waktu-waktu yang telah ditentukan, tidak
diperkenankan untuk membuat atau
mengkhususkan waktu tertentu tanpa adanya
hadits shahih yang menerangkan.
Dzikir/doa yang berasal dari Rasul Saw baik yang
bersumber dari al-Qur’an maupun dzikir Nabawi
seperti do’a masuk atau keluar rumah (do’a pada
lxiv
waktu tertentu) maka hal itu diperbolehkan karena
bersumber dari tuntunan Rasul. Seperti menutup
majelis (pertemuan) dengan pembacaan surat al-Asrh
adalah hal yang mengada-ada karena tidak ada
dasarnya41. Doa adalah ibadah, oleh sebab itu
pelaksanaanya pun harus sesuai dengan perintahNya
melalui melalui lisan dan perbuatan RasulNya.
Walaupun niatnya baik dengan pengaharapan yang
tulus namun cara pengamalannya salah dan bertindak
atas kehendaknya sendiri maka amalan tersebut tidak
akan diterima.
عمان بن بشير عنهما-وعن الن بي صلى للا عليه -رضي للاه عن النه
عاء هو ا رمذي لعبادة (وسلم قال: ) إنه الد حه الت رواه األربعة وصحه
Dari Nu'man Ibnu Basyir Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya doa adalah ibadah42
Penerapan doa-doa ataupun membaca surat-
surat yang ditentukan waktu dan tempatnya telah
dipraktikkan oleh sekolah-sekolah pada umumnya,
dan menjadi pembiasaan yang rutin secara generasi
41 Liqa’ al-Bab al-Maftuh, 20/19’ Syaikh Ibnu Utsaimin 42 Riwayat Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi. 1577
lxv
ke generasi. Salah satu contoh umum, pembacaan
surat Al Fatihah yang sering diajarkan guru pada anak
didiknya, digunakan dalam hampir segala kondisi,
seperti membacakan atau mengirimkan surat Al
Fatihah bagi orang telah meninggal dunia, yang
sedang berulang tahun, pembiasaan sebelum
melakukan kegiatan membacakan Al Fatihah untuk
kesuksesan suatu hajat, dan lain sebagainya dengan
niat yang berbeda-beda. Apapun niatnya tetap saja
mengkhususkan membaca Al Fatihah pada waktu-
waktu tertentu tetap tidak dibenarkan.
الفاتحة لما قرئت له. الأصل له
Surat Al Fatihah itu tergantung niatnya untuk apa ia dibaca.
Hadits ini adalah hadits yang tidak ada asalnya,
apalagi jika menyandarkan atas nama Nabi dengan
mengucapkan “ila hadhratin Nabiy Al Fatihah”. Apabila
hal ini terjadi maka ia akan berkenaan hadits di bawah
ini;
أ ار مقعده من قال عليه ما لم أقل ، فليتبوه من النه
Barang siapa yang mengatakan atas namaku sesuatu yang tidak pernah aku ucapkan, maka
lxvi
hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya dari api neraka43.
Begitu pula mengkhususkan menutup kegiatan
dengan pembiasaan membaca surat al Ashr. Semua
kegiatan tersebut dikerjakan dengan waktu dan
tempat yang ditentukan tanpa adanya syari’at yang
dicontohkan Rasul dan para sahabatnya. Pembiasaan
membaca surat-surat yang ditentukan tidak ada di
dalam kitabullah dan tidak pula diriwayatkan
Rasulullah SAW maupun para sahabatnya
menunjukkan dalil yang mensyari’atkan dalil
menghadiahkan bacaan al-Qur’an untuk orang lain,
sedangkan yang Allah syari’atkan adalah membaca al-
Qur’an untuk mengambil manfaat bagi dirinya sendiri,
sebagaimana yang tertera dalam hadist di bawah ini :
ه فانه ياتي شفيعا لصحاب اقراءوا القرانوقال صلى للا عليه وسلم ))
)رواه مسلم( يوم القيامة
“Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang sebagai pemberi syafaat pada hari kiamat bagi para pembacanya”44.
43 Ibid, hal 6 44 (H.R. Muslim : 405)
lxvii
Maksud dari ayat diatas itu diturunkan untuk
diamalkan, dihayati, beribadah dengan membacanya
dan memperbanyak membacanya, bukan untuk
dihadiahkan kepada orang-orang yang telah
meninggal atau yang lainnya. Hal ini tidak dapat
diketahui dasar yang dapat dijadikan sandaran
tentang menghadiahkan bacaan al-Qur’an bagi orang
lain, ataupun mengkhususkan suatu surat pada waktu
dan niat tertentu. sementara itu Rasululllah telah
bersabda,
عليه أمرنا فهو رد من عمل عمالا ليس
“Barang siapa yang melakukan suatu amal yang tidak kami perintahkan, maka hal itu tertolak”.45
Taman Kanak-kanak merupakan ajang dimana
pembiasaan-pembiasaan baik ditanamkan sejak
memasuki usia tersebut, termasuk pembiasaan
berdoa beserta tata caranya yang diamalkan setiap
hari khususnya Taman Kanan-kanak berbasis Islam.
Saat berdoa anak-anak diajarkan untuk mengangkat
kedua tangannya lalu mengusapkan kewajahnya
45 HR. Muslim (1718) (18)
lxviii
dengan kedua telapak tangannya setelah selesai
berdoa, perhatikan hadits berikut ini;
اذا رفع يديه في الد عاء لم كان رسول هللا صلي هللا عليه وسلم
يحطهما حتي يمسح بهما وجهه
Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya waktu berdoa, beliau tidak menurunkan kedua tangannya sehingga mengusap wajahnya terlebih dahulu dengan kedua telapak tangannya.
Diriwayatkan Imam Tirmidzi, hadits ini sangat
lemah karena sanadnya ada perawi yang bernama
Hammad bin Isa Al Juhani, ia adalah perawi yang
dilemahkan oleh imam-imam seperti Abu Dawud, Abu
Hatim dan Daruquthni. Imam Al Hakim dan Naqasy
telah berkata dia telah meriwayatkan dari ibnu Juraij
dan Ja’far Ash Shadiq hadits-hadits palsu (Al Mizaanul
I’tidal jilid 1 halaman 598) ataupun hadits Abu Dawud
pun menda’ifkan hadits yang sama, berbunyi.
ان النبي صلي هللا عليه وسلم كان اذا دعا رفع يديه مسح وجهه بيديه
Bahwasannya Nabi SAW apabila beliau berdoa mengangkat kedua tangannya, setelah selesai beliau mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya46.
46 Abu Dawud. No 1492
lxix
Hadits ini sangat lemah karena sanad perawinya
yang bernama Ibnu Lahi’ah, dia ini seorang rawi yang
lemah selain itu Hafs bin Hasyim bin ‘Utbah bin Abi
Waqqash ia adalah rawi tidak diketahui/dikenal
(majhul)
Hadits serupa yang meriwayatkan shahihnya doa
dengan mengangkat kedua tangan namun tanpa
mengusapkan kewajah terdapat pada hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud, sebagai berikut;
اذا سالتم ا لل فاسالوه ببطون اكفكم ول تسالوه بظهورها صحيح
رواه ابو داود
Apabila kamu meminta berdoa kepada Allah, maka mintalah kepadaNya dengan telapak tanganmu, dan janganlah kamu meminta
47kepadanya dengan punggung (tangan)
بي صلهى للاه كم حي كريم عن النه يستحي عليه وسلهم قال " إنه رب
ا من عبده إذا رفع هما صفرا يديه إليه أن يرد
Rasulullah telah bersabda, sesungguhnya Allah memiliki sifat malu dan mulia, ia malu kepada hambaNya apabila hambaNya mengankat kedua tangannya berdoa kepadaNya, lalu ditolak keduanya dengan hampa48.
47 Shahih Abu Dawud no. 1486 48 Shahih Abu Dawud no. 1488, Tirmidzi no. 5/217, Ibnu Majah no. 3865
lxx
Hadits-hadits di atas terdapat dalil tentang
bolehnya mengangkat kedua tangan ketika berdoa
(hukumnya sunah). Ketika Nabi SAW menceritakan
tentang seseorang yang sedang berdoa sambil
mengangkat kedua tangannya ke langit, namun orang
tersebut tidak dikabulkan doanya karena makanan,
minuman dan pakaiannya dari barang haram, artinya
salah satu syarat diterimanya doa ialah makan dan
minum yang halal, bukanlah dari mengusapkan tangan
ke wajah.
Berikut ini adalah pembiasaan-pembiasaan do’a
yang akan dibahas, keshahihan dan keda’ifannya
sehingga akan diketahui salah satu praktik doa yang
disunnahkan Rasulullah dalam hadits yang shahih;
a. Doa sebelum belajar
علماا زدنيرب
Ya Allah tambahkanlah ilmuku (Qs. Tahaa ayat 114)
Hadits do’a di atas adalah do’a yang berkaitan
dengan hal yang umum. Tidak temukan dari satu
periwayatan pun bahwa do’a ini adalah doa
khusus untuk sebelum belajar. Doa ini merupakan
do’a umum yang tidak dibatasi waktu dan
lxxi
tempatnya, namun dapat dibaca kapapun. Doa ini
terdapat pada surat Tahaa ayat 114 dan tidak ada
tambahan meminta kefahaman/kecerdasan. Ayat
ini turun karena adanya Rasul diperintahkan
berdoa agar bertambah ilmu yang
mengisyaratkan ilmu itu sesuatu yang sangat
penting yang dimaksudkan perintah untuk
meminta tambahan ilmu dan bukan harta. Apabila
ayat Al Qur’an digunakan untuk do’a khusus maka
harus ada tuntunan hadits dari Rasulullah49.
b. Doa sebelum makan
ا اللههمه بارك لنا فيما رزقتنا وقنا عذاب النه
Ya Allah berkahilah rizki yang telah engkau berikan dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka
Hadits ini telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu
Sunniy di dalam kitabnya Al Kamiil (7/427), dari
jalan Muhammad Ibnu Abi Az Zu’aizi”ah. Bahwa
hadits ini sangat da’if karena Muhammad Ibnu Abi
Az Zu’aizi”ah, telah berkata Imam Bukhari dan Abu
Hatim tentangnya “Munkarul hdits jiddan (sangat
49 Lilhafidz ibnu katsir, tafsir quranil a’dzim hal327
lxxii
munkar hadits). Adapun yang menerangkan hadits
shahih yang menerangkan sabda Rasul apabila
kalian hendak makan makan, maka membacalah;
بسم للاه
Dengan nama Allah50
c. Doa setelah makan
الحمد لل الذي أطعمنا وسقانا وجعلنا من المسلمين
Atau
الحمد لل الذي أطعمنا وسقانا وجعلنا مسلمين
Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan minum dan menjadikan kami orang-orang muslim51
Diriwayatkan oleh sunan Tirmidzi dan Ibnu
majah bahwa status hadits ini adalah da’if karena
memiliki dua illat(kecatatan hadits) yang pertama
perawi yang bernama Hajaaj Bin Arthoh, dia
perawi yang da’if lagi mudallis (penipu dalam
periwayatan, sering menggunakan mu’an-an
(mengaku-ngaku seorang guru tanpa saksi
ataupun menyembunyikan nama gurunya) lagi
50 HR. Shahih Abu Dawud 3/347, Tirmidzi 4/288 dan 2/167 51 Tirmidzi no 3457 dan Ibnu Majah no 3283
lxxiii
banyak salah daif secara matan maupun sanad
yang kedua seorang perawi bernama Ryakh yang
majhul (tidak dikenal). Adapun do’a setelah makan
yang shahih berikut ini mempunyai keutamaan
pengampunan dosa;
ا ثمه قال : الحمد أن رسول للا قال : ) من أكل طعاما
عام لل الذي أطعمني ورزقنيه من غير حول هذا الطه
م من ذنبه ة غفر له ما تقده ر مني ول قوه وما تأخه
segala puji bagi Allah yang telah mamberikanku makan makanan ini dan merizikikannya kepadaku, tanpa ada daya dan kekuatan dariku52
d. Do’a Keluar Kamar Mandi
األذى وعافاني الحمد لل الذي أذهب عني
Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kotoran dan penyakit dari kami
Pada hakikatnya do’a ini riwayat
kedudukannya shahih, namun tidak ada yang
meriwayatkan bahwa doa tersebut adalah do’a
khusus keluar kamar mandi, doa ini adalah doa
meminta dihilangkan dari penyakit dan kotoran
52 Hadits Shahih Sunan Abi Dawud II/760
lxxiv
yang diperbolehkan untuk dibaca kapan pun,
tanpa dibatasi waktu dan tempat. Adapun do,a
keluar kamar mandi yang disunnahkan adalah
sebagi berikut;
53غفرانك
Ya Allah, aku memohon ampunan Mu
e. Do’a berbuka pusa
حدثنا مسدد حدثنا هشيم عن حصين عن معاذ بن زهرة أنه بلغه
اللهم لك صمتأن النبي صلى للا عليه و سلم كان إذا أفطر قال
وعلى رزقك أفطرت ) ضعيف (
Atau
ك امنت و علي رزقك افطرة برحمتك يا ارحم اللهم لك صمت وب
الرحمين
Dari Mu’adz bin Zuhrah, bahwasanya telah sampai kepadanya sesungguhnya Nabi SAW apabila berbuka puasa beliau mengucapkan (Allahumma laka tsumtu …….)54
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Baihaqy, yang
menjelaskan bahwa sanad hadits ini mempunyai dua
penyakit, yaitu Mu’adz bin Zuhrah bukanlah sahabat
Nabi SAW melainkan seorang Tabi’in artinya hadits ini
53 Shahih at Tirmidzi (1/5) 54 Abu Dawud no. 2358 dan Baihaqy 4/239
lxxv
mursal karena tidak bisa seorang Tabi’in
meriwayatkan secara langsung hadits dari Nabi SAW
tanpa adanya perantara dari sahabat. Selain itu
Mu’adz bin Zuhrah adalah seorang perawi yang
majhul. Adapun do’a berbuka puasa yang
diriwayatkan Abu Dawud berikut ini akan diterangkan
hadits dengan sanad yang hasan yang dibaca Rasul;
صلى للا عليه -رأيت ابن عمر فذكر الحديث قال : وكان رسول للاه
:» إذا أفطر قال -وسلم مأ وابتلهت العروق وثبت األجر إن شاء ذهب الظه
للاه
Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW apabila berbuka puasa beliau mengucapkan (Zhahabazh zhaama’u………….) telah hilang dahaga dan telah basah urat-urat , dan telah tetap pahala, Insya Allah55
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan
Nasa’i ini kedudukan sanadnya hasan. Rawi-rawi di
dalam sanad hadits ini semuanya terpercaya (tsiqah),
kecuali Husain bin Waqid seorang Rawi yang tsiqah
tapi ia memiliki sedikit kelemahan maka karena inilah
hadits ini dikatakan hasan. Beberapa do’a yang telah
dipaparkan kedudukan hadistnya, akan dilanjutkan
55 Abu Dawud no. 2357 dan Nasa’i 1/66
lxxvi
keterangan penjelasan tentang dalil-dalil yang biasa
diajarkan dan dikenalkan kepada anak-anak usia
Taman Kanak-kanak di sekolah, berikut
penjelasannya;
a. Dalil Shalat adalah tiang agama
الصالة عماد الدين, من أقامها فقد أقام الدين, ومن تركها)هدمها( فقد
هدم الدين
Shalat adalah tiang agama, barangsiapa menegakkannya berarti telah menegakkan agama dan barangsiapa yang meninggalkannya (merobohkannya) berarti dia telah merobohkan agama.
Hadist ini masyur / terkenal di kalangan
masyarakat dan sering disampaikan dalam
berbagai acara pengajian khususnya dalam topik
kedudukan shalat dalam Islam. isi hadist lengkap
seperti di atas tidak dijumpai dalam kitab-kitab
hadist. Hanya Imam al-Baihaqi meriwayatkan
dalam Syu’abul Iman yang berhenti pada
penggalan kalimat pertama yaitu ”Ash-shalatu
‘imaduddin’’.
حديث " (863/ ص 1)ج -تخريج أحاديث اإلحياء
" الصالة عماد الدين
lxxvii
رواه البيهقي في الشعب بسند ضعفه من حديث عمر قال
من عمر قال ورواه ابن عمر لم الحاكم : عكرمة لم يسمع
غير يقف عليه ابن الصالح فقال في مشكل الوسيط إنه
معروف
Imam al-‘Iraqi dalam Takhrij Ahadist al-
Ihya’ (1/368) menyatakan bahwa hadist di atas
diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam asy-
Syu’ab (al-Iman)dengan sanad (jalur) dhaif/lemah
dari hadist Umar. Al-Hakim berkata: ‘Ikrimah tidak
mendengar dari ‘Umar. Imam as-Sakhowi dalam
al-Maqashid mengatakan: hadist ini diriwayatkan
oleh al-Baihaqi dengan sanad yang lemah dari
‘Ikrimah dari Umar secara marfu’. Beliau juga
mengutip pendapat Imam an-Nawawi bahwa
hadist ini bathil. Penggalan pertama hadist di atas
tidak shahih, bahkan para imam hadist
menegaskan hadist di atas dhaif/lemah dan bathil.
Tambahan lafadz “man aqamaha faqad aqmaddin
...” dan seterusnya tidak diketahui asal-usulnya
artinya maudhu/palsu. Hadits bathil bermakna
dalam pengertian dalil adalah ketidakmungkinan
Agama itu akan rubuh hanya karena orang
lxxviii
meninggalkan shalat, namun yang akan rubuh dan
hancur ialah orang yang meninggalkan shalat itu
sendiri. Maka cukup bagi kita menggunakan hadist
shahih dari Muadz bin Jabal yaitu 56;
...رأس المر اإلسالم وعموده (202/ ص 9)ج -سنن الترمذي
الة ... الص
Intisari perkara adalah Islam dan tiangnya adalah shalat
b. Dalil kebersihan sebagian dari iman
تدعو إلى اليمان و اليمان مع النظافةتخللوا فإنه نظافة و
صاحبه في الجنة .تخريج السيوطي) طس ( عن ابن مسعود
في 4242.تحقيق األلباني) موضوع ( انظر حديث رقم :
النظافة من اليمان ضعيف الجامع .
Kebersihan itu mengajak pada iman atau kebersihan itu sebagian dari iman
Al Iraqiy di takhrij Ihya (1/49) yang dikeluarkan
oleh Thabraniy di dalam kitabnya Al Ausats
mengatakan bahwa dalil ini sanad yang sangat
lemah, bahkan diriwayatkan oleh Al Bani bahwa
dalil ini maudhu57
56 (HR Ahmad-V/231,237; HR Tirmidzi-IX/202; Ibn Majah hadist no. 3973)
57 Abdul Hakim bin Amir abdat. 2011. “Hadits-hadits Dha’if & Maudhu’”. Hal 107 dan Maktabah Syamilah (6163)
lxxix
c. Dalil larangan minum sambil berdiri
فليستقئ ال يشربن أحد منكم قائما فمن نسي
Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri. Apabila dia lupa maka hendaknya dia muntahkan.”58
ه نهى أن يشر جل قائماأن ب الر
Dari Anas radhiallahu anhu dari Nabi Saw beliau bersabda : “Bahwa beliau melarang seseorang minum sambil berdiri”59.
عليه وسلم من زمزم فشرب صلى هللا سقيت رسول هللا
قائما
Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma berkata “Aku memberi minum kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari air zam-zam, lalu beliau minum sambil berdiri”60.
Diperbolehkannya minum sambil berdiri ini jika
hanya ada hajat, maka itu terjawab oleh hadits
‘Aliy bin Abi Thaalib dimana ia mengingkari
ketidaksukaan sebagian orang minum sambil
berdiri. Banyak nukilan sahabat dan tabi’in dimana
58 (HR. Muslim no. 2026) 59 (HR. Muslim no. 2024) 60 (HR. Al-Bukhari no. 1637 dan Muslim no. 2027)
lxxx
mereka minum sambil berdiri tanpa ada hajat.
Oleh karena itu, kebolehan ini adalah bersifat
umum (dalam segala keadaan). sedangkan
pendapat yg palig rajih (diunggulkan) adalah
pendapat jumhur ulama yang memperbolehkan
minum dan makan sambil berdiri namun yang
lebih utama dan lebih sempurna adalah makan
dan minum dengan duduk61. Pilihan tersebut tentu
dikembalikan kepada masing-masing individu,
namun sebagai orang iman tentu saja akan
berlomba-lomba kepada hal yangg lebih utama,
wallahu 'alam.
Al-Kailani mengatakan, “Minum dan makan sambil duduk, lebih sehat. Minum dan makan sambil berdiri, menyebabkan jatuhnya cairan dengan keras kedasar usus, menabraknya dengan keras. jika hal ini terjadi berulang-ulang akan menyebabkan jatuhnya usus, dan disfungsi pada pencernaan62.
Rasulullah pernah minum sambil berdiri,
dikarenakan ada sesuatu yang menghalanginya
untuk duduk, seperti sesaknya manusia pada
61 Syarh Shahih Muslim 13/195 62Dr. Abdurrazzaq Al-Kailani, Qiblati edisi 04. tahun 2011. Judul: ‘’Larangan Minum sambil berdiri”
lxxxi
tempat-tempat suci, bukan merupakan
kebiasaannya. Sehingga apabila dalam keadaan
yang tidak memungkinkan untuk duduk
diperbolehkan, namun tidak sabagai pembiasaan.
d. Dalil Saling memberi hadiah
وا تهادوا تحاب
“Saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian akan saling mencintai”63
Hadits di atas menunjukkan bahwa pemberian
hadiah akan menarik rasa cinta di antara sesama.
Tabiat jiwa seseorang memang senang terhadap
orang yang berbuat baik kepadanya. Maksud dari
hadiah tersebut merupakan pengaruh secara
maknawi, bukan materi. Sungguh dengan adanya
hadiah walaupun kecil atau sedikit namun akan
dapat menumbuhkan cinta dan persaudaraan.
Rasulullah Saw berpesan pada Abu Dzar
radhiyallohu ’anhu :
63 ”. (HR. Al Bukhori dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al Imam Al Albani rohimah…ullohu dalam Irwa’ul
Gholil no. 1601).
lxxxii
، إذا طبخت مرقة فأكثر ماءها وتعاهد جيرانك يا أبا ذر
“Wahai Abu Dzar, bila engkau memasak makanan berkuah maka perbanyaklah air (kuahnya) dan berikanlah kepada tetanggamu64
Al Asqolani65 rohimahullohu menyatakan
bahwa hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu, di
atas memberikan isyarat ditekankannya
memberikan hadiah walaupun dengan sesuatu
yang sedikit atau kecil, dan ditekankannya
menerima pemberian atau hadiah walaupun
sedikit atau tidak berarti66. Hendaknya seseorang
jangan menahan diri untuk memberi hadiah,
karena menganggap kecil dan remeh hadiah yang
akan diberikan. Tidak diperkenankan untuk
menganggap tidak pentingnya apa yang ada pada
dirinya, bahkan hendaknya menghadiahkan apa
yang mudah baginya, saling memberi hadiah
merupakan hal yang manusiawi dan akan
64 .” (HR. Muslim no. 6631) 65 Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani 66 (Fathul Bari 5/244, 245).
lxxxiii
menambah pada kecintaan bagi sesama muslim.
wallohu a’lam bish showab. Allah SWT berfirman ;
ة خيرا يره فمن يعمل مثقال ذر
“Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan walau seberat dzarroh kebaikan niscaya akan melihat (balasan)nya. (QS.Al Zalzalah : 7).
e. Dalil larangan meniup makanan
نهي رسول اللة صلي اللة عليه وسالم عن انفث في الشرب
والطعام
Sebagaimana dalam Hadits Ibnu Abbas menuturkan “Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya67
ثنا شيبان عن يحيى عن عبد ثنا أبو نعيم حد بن أبي حد هللا
عليه وسلم إذا قتادة عن أبيه قال قال رسول هللا صلى هللا
يتنفس في اإلناء فال شرب أحدكم
Diriwayatkan dari Abu Mutsanna al-Juhani berkata, "Ketika aku bersama Marwan bin Hakam, datanglah Abu Sa'i al-Khudri. Lantas Marwan bin Hakam bertanya kepadanya, “apakah Anda pernah mendengar Rasulullah saw. melarang menghembus di dalam tempat minuman?' Abu Sa'id menjawab, 'Pernah”. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa'id, bahwasanya Nabi saw. melarang meniup minuman dan makanan dari bibir gelas"68.
67”. (HR. Shahih bukhari 5199, At Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani)
68 (Hasan lighairihi, HR ath-Thabrani [5722]).
lxxxiv
Intinya larangan tersebut shahih namun lebih
kepada "makruh" bukan "haram". Meniup lebih
kuat daripada bernafas. Oleh karena itu keduanya
memiliki perbedaan hukum antara “makruh” dan
“haram”. Hadits ini bukan menjadi alasan
seseorang untuk mengerjakan perintah atau
menjauhi larangan melainkan karena hal ini
datangnya shahih dari Allah dan Rasulnya69.
Menurut al Hilali hikmah dari segi hukum
mengharamkan meniup di dalam bejana karena
dapat mengakibatkan orang lain merasa jijik
terhadap air atau minuman tersebut.70.
Hikmah dari segi kesehatan secara teori kimia
menjelaskan apabila menghembuskan napas
pada minuman, maka akan mengeluarkan CO2
yaitu carbon dioxide, yang apabila bercampur
dengan air H20, akan menjadi H2CO3, yaitu sama
dengan cuka, menyebabkan minuman atau
makanan menjadi acidic. Rasulullah Saw
69 Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi
Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah 70 Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 3/166-166.
lxxxv
memerintahkan minumlah seteguk demi seteguk,
jangan langsung satu gelas sambil bernapas di
dalam gelas, hal ini juga dilarang, namun semua
kebenaran rahasia alam sejatinya adalah milik
Allah swt dan hanya Dia lah yang benar-benar
mengetahui. Wallahu a’lam.
f. Dalil jangan marah
ن أبى هريرة رضي هللا عنه أن رجال قال: يا رسول هللا صلى قال: ال تغضب، فردد مرارا، وقال هللا عليه وسلم، أوصنى،
أخرجه البخاري .ال تغضبDari Abi Hurairah r.a bahawasanya seorang lelaki telah berkata : "Wahai RasulAllah S.A.W berikanlah aku wasiat (nasihat)", Rasulullah bersabda : "Janganlah engkau marah", lalu diulang oleh Beliau S.A.W beberapa kali. Dan Beliau bersabda lagi: "Janganlah engkau marah..." (Riwayat al-
Bukhari) قال رسول هللا صلى هللا :عن أبى هريرة رضي هللا عنه قال
ما الشديد الذى يملك نفسهإن عليه وسلم ليس الشديد بالصرعة، )متفق عليه( عند الغضب
Dari Abi Hurairah r.a berkata: Telah bersabda Rasulullah S.A.W : "Bukanlah orang yang gagah itu yg mampu menewaskan lawannya, tetapi yang kuat itu adalah orang yang mampu mnguasai nafsunya ketika dia sedang marah.(Riwayat
al-Bukhari dan Muslim)
Kedua hadith di atas dirujuk dari Kitab Bulugh
al-Maram, susunan Ibnu Hajar al-'Asqalani
(Syeikh al-Islam Qadhi al-Hafiz Ahmad Bin Ali Bin
lxxxvi
Hajar al-'Asqalani) bearada di bagian Kitab al-
Jaami' pada bab al-Tarhib min Masawia al-Akhlaqi
(Bab Menghindar Akhlak Buruk)
وجاء رجل إلى النبي صلى هللا عليه وسلم فقال : يا رسول
ال هللا علمني علما يقربني من الجنة ويبعدني من النار قال:
تغضب ولك الجنة
Dan telah datang seorang lelaki kepada Nabi S.A.W lalu berkata: "Wahai RasulAllah, ajarkan kepadaku ilmu yang dapat mendekatkanku kepada surga dan menjauhkan dari siksaan api neraka",Rasulullah S.A.W bersabda : "Janganlah engkau marah, maka bagimu surga’’71.
4. 1.2 Shalat
Shalat merupakan rukun Islam yang kedua, dan
menjadi salah satu pondasi keimanan seseorang.
Shalat adalah ibadah yang dapat mendekatkan diri
seseorang kepada sang penciptanya. Oleh karena itu
dalam mengerjakan shalat tentu harus sesuai
tuntunan Allah dan Rasul karena hal itu merupakan
salah satu syarat diterimanya suatu amalan. Shalat
fardhu yang dikerjakan sebanyak lima kali dalam
71 Bulughul Maram min Adillatil Ahkam. No. 1521
lxxxvii
sehari adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk
menjalankannya, sangat disayangkan apabila sebagai
muslim namun tidak mengerti dan tidak mengkaji tata
cara shalat yang disunnahkan. Selain itu bukan pula
shalat yang hanya dikerjakan dengan cara ikut-ikutan
melainkan shalat yang disunnahkan Rasulullah.
Sangatlah besar dosanya bagi seseorang yang
beribadah dengan menyandarkan dan
mengatasnamakan Rasul, sama halnya saat
menjalankan shalat serta tata caranya pun tidak boleh
mengaku-mengaku sunnah dari Rasul apabila ia tidak
memiliki hadits yang membenarkannya, perhatikan
sabda Rasulullah Saw di bawah ini;
أ ار من قال عليه ما لم أقل ، فليتبوه مقعده من النه
Barang siapa yang mengatakan atas namaku sesuatu yang tidak pernah aku ucapkan, maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya dari api neraka.72
Salah satu syarat sah dalam shalat adalah wudhu,
tanpa berwudhu maka shalat seseorang tidak sah.
Oleh sebab itu diwajibkannya seseorang untuk
mengetahui tata cara berwudhu yang disunnahkan
72 Muhammad Nashiruddin Al Bani.2010, Sifat-sifat Shalat Nabi. Hal. 6
lxxxviii
Rasul, wudhu yang diajarkan kepada anak-anak
biasanya menggunakan pembiasaan pengulangan
sebanyak tiga kali-tiga kali setiap membasuh anggota
wudhu. Perlu diketahui bahwa mengusap tiga kali
pada saat wudhu memang disunnahkan, namun pada
saat mengusap kepala hal tersebut tidak termasuk
dalam sunnah Rasul, perhatikan hadits berikut ini;
عن عامر بن شقيق بن ] جمرة [ ، عن شقيق بن سلمة . قال : '
برأسه ثالثا ، ومسحثالثا رأيت عثمان بن عفان غسل ذراعيه
ذا فعل ه ثالثا ، ثم قال : رأيت رسول للا صلى للا عليه وآله وسلم
' . عامر بن شقيق هذا ضعفه أبو حاتم ويحيى بن معين ، وقال
النسائي : عامر ابن شقيق ليس به بأس .
Dari Amir bin Syaqiq bin Jamrah, dari Syaqiq bin Salamah, ia berkata; aku pernah melihat Utsman bin Affan berwudhu, beliau mencuci kedua tangannya masing-masing tiga kali, dan beliau mengusap kepalanya tiga kali, kemudian beliau berkata, ”aku pernah melihat Rasulullah Saw mengerjakan seperti ini”.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 110), Tirmidzi
(no. 31 cetakan Ahmad Syakir), Ibnu Majah (no. 430),
Ahmad (1/59, 66) yang mendha’ifkan hadits di atas
karena Amir bin Syaqiq bin Jamrah telah dilemahkan
oleh Yahya bin Ma’in.
lxxxix
ار بفتح الباء -، نا )ابن( البيلماني عن )صالح( بن عبد الجبه
الموحدة ، ثمه ياء مثناة تحت ساكنة ، ثمه لم ثمه ميم ، ثمه ألف ، ثمه
أنهه »عن أبيه ، عن عثمان بن عفهان -نون ، ثمه ياء مثناة تحت
أ بالمقاعد مقاعد بالمدينة حيث يصلى على الجنائز عند وال -توضه
ا ، -المسجد ا ، وتمضمض ثالثا ا ، واستنثر ثالثا ا ثالثا فغسل كفيه ثالثا
ا ، ومسح برأسه ا ، ويديه إلى المرفقين ثالثا وغسل وجهه ثالثا
ا .………ثالثا
Dari Shalih bin Abdul Jabbar, ia bekata ”telah menceritakan kepada kami Ibnu Bailamaaniy, dari bapaknya, dari Utsman bin Affan ia berkata tentang sifat wudhu Nabi Saw,........dan beliau mengusap kepala tiga kali...........
Ibnu Al Bailamaaniy yang bernama Muhammad
bin abdurrahman adalah seorang perawi yang dhaifun
jiddan (sangat lemah) dan bapaknya yang bernama
Aburrahman Al Bailamaaniy juga seorang perawi yang
dha’if. Selain itu perawi yang bernama Shalih bin
Abdul Jabbar adalah rawi yang majhul hal73.
Hadits-hadits yang menerangkan mengusap
kepala sebanyak tiga kali ketika berwudhu, tidak ada
satupun yang sah (shahih atau hasan), hal tersebut
telah menyalahi hadits shahih atau hasan dari para
73 Abul Hakim bin Amin Abdat.2011. Hdits-hadits Dha’if & Maudhu’. Hal 274-275
xc
sahabat. Keterangan dari para sahabat tentang sifat
wudhu Nabi Saw adalah Nabi mengusap kepala dan
kedua telinganya hanya satu kali, diantaranya riwayat
dari Utsman bin Affan yang terdapat pada hadits
Bukhari dan Muslim, selain itu riwayat dari Ali bin Abi
Thalib dengan lafal ;
……………مسحة واحدةثم مسح برأسه ………
................Kemudian beliau mengusap kepalanya dengan satu kali usapan……………....
فمسح يتوضأ . قالت : رسول للا صلى للا عليه وآله وسلم
ومسح ما أقبل منه وما أدبر ، وصدغيه وأذنيه مرة واحدة رأسه
الترمذي عن الربيع ' أنها رأت النبي ' . اللفظ ألبي داود ، وقال
صلى للا عليه وآله وسلم
Lalu Rasulullah mengusap mengusap kepalanya, beliau mengusap depan dan belakang dan kedua telnganya satu kali74
Demikianlah salah satu tata cara berwudhu
menurut hadist shahih dan hasan tentang mengusap
kepala. Selanjutnya pembahasan tentang
pembiasaan niat berwudhu dan shalat yang
dilafazhkan dengan lisan. Anak-anak sebelum
melakukan praktik shalat yang akan diajarkan,
74 Maktabah Syamilah Riwayat Abu Dawud no. 466
xci
tentunya mereka akan diajarkan berwudhu terlebih
dahulu baik dengan cara pantomin ataupun langsung
dengan menggunakan air.
Pembiasaan melafazhkan niat dengan lisan
sebelum wudhu dan shalat adalah hal yang umum
dipraktikkan di sekolah-sekolah dengan tujuan agar
siswa terbiasa dan menguatkan niat yang ada
didalam hatinya ataupun dengan tujuan lainnya.
Sangat disayangkan niat yang diharapkan
mendapatkan kebaikan namun tidak pada jalur
sunnahnya maka hal tersebut tetap ditolak. Niat
adalah salah satu syarat atau rukun dalam ibadah
termasuk berwudhu dan shalat. Melafazhkan niat
sebelum berwudhu ataupun shalat adalah hal yang
mengada-ngada, sedangkan membaca niat dengan
suara nyaring lebih dosa lagi, yang disunnahkan
adalah niat dalam hati, karena Allah maha
mengetahui rahasia yang tersembunyi, sesuai firman
Allah;
ماوات وما في األرض يعلم ما في السه بدينكم وللاه
قل أتعلمون للاه
بكل شيء عليم وللاه
xcii
Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu) padahal telah Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (Al Hujurat : 16)
Melafazhkan niat tidak pernah diriwayatkan oleh
Nabi Saw, maupun salah seorang sahabatnya, begitu
pula dari para ulama’ yang mengikuti sunnah.
Melafazhkan niat tidak disyari’atkan bahkan hal itu
termasuk mengada-ada (bid’ah), hanya Allah lah yang
memiliki kuasa untuk membuat perintah dan
laranganNya, termasuk cara berniat seseorang75.
Pembiasaan-pembiasaan lain dalam shalat
adalah dzikir dan berdoa bersama-sama dan
beberapa kesalahan setelah selesai shalat seperti
mengusap wajah ketika selesai salam, lalu bersalam-
salaman dan merutinkan berdoa setiap selesai shalat
fardhu. Amalan-amalan tersebut tidak ada dalam
sunnah Rasulullah yang berarti tidak boleh dikerjakan
walaupun dengan niat yang baik76.
4.1.3 Hari Peringatan
75 Hammud bin Abdullah al Mathar. 2009. “Ensiklopedia Bid’ah”.hal 411-412 76 Muhammad Nashiruddin al Bani. 2010. “Sifat Shalat Nabi”. Hal 70
xciii
Allah Azza wa Jalla telah menyempurnakan
agama Islam untuk hamba-hambaNya yang beriman
dan menjadikan Sunnah RasulNya sebagai sebaik-
baik petunjuk yang diikuti. Allah Swt tidak mewafatkan
RasulNya kecuali setelah selesainya segala sesuatu
yang disyari’atkan dengan jelas, baik lewat perkataan
maupun perbuatan Rasulullah. Oleh karena itu setiap
amalan yang dijalankan umat Islam juga harus sesuai
syari’at yang telah ditentukan Allah dan RasulNya.
Memperingati suatu hari kelahiran bukanlah
pembiasaan ajaran Islam bahkan Rasulullah tidak
pernah mencontohkannya, selain itu para Shahabat
Rasul pun tidak pernah merayakan hari kelahiran
Rasul. Seandainya mengkhususkan untuk
memperingati hari tertentu (mauld Nabi, Tahun baru
Islam, Nisfu Sa’ban, ulang tahun dll) itu benar-benar
termasuk ajaran agama yang diridhai Allah Azza wa
Jalla, niscaya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
telah menerangkannya kepada umatnya. Allah
Subhanahu wa Ta'ala tidak pernah menurunkan
keterangan sedikit pun tentang ilmu itu, Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah
xciv
mensyariatkannya baik melalui lisan, perbuatan
maupun ketetapan beliau. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman :
إنه للاه
قوا للاه سول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا واته وما آتاكم الرهالعقاب شديد
“…Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah...”[al-Hasyr/59:7]77
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
من أحدث فـي أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
"Barangsiapa yang mengadakan suatu yangbaru yang tidak ada dalam urusan agama kami, maka amalan itu tertolak".78
Khulafa-ur Rasyidîn dan para Shahabat Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam lainnya tidak pernah
mengadakan peringatan hari-hari tersebut dan tidak
pernah mengajak untuk melakukannya. Padahal
mereka adalah sebaik-baik umat setelah Nabi Saw.
Perhatikan sabda Nabi berikut ini :
اشدين ، فعليكم ... ين الر ة الـخلـفاء الـمهدي تي وسن كوا بـهـا بسن تـمسواجذ ، وا عليها بالن اكم ومـحدثات المور ؛ فإن كل مـحدثة وعض وإي ضاللة لة بدعة ، وكل بدعة ضال . ”…Maka wajib atas kalian berpegang teguh
77 Syaamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Perkata, Desember 2010. Hal. 546 78 (HR. Al-Bukhari. 2697)
xcv
kepada Sunnahku dan Sunnah Khulafâ-ur Râsyidîn yang mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigitlah dia dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah perkara-perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid‘ah, dan setiap bid‘ah adalah kesesatan.” 79
Memperingati hari tertentu yang tidak pernah
diperintahkan atau dicontohkan oleh Rasulullah Saw
dan para Sahabatnya. Seandainya perbuatan itu baik
niscaya mereka telah lebih dahulu melakukannya.
Mencintai Islam dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bukanlah dengan menyelenggarakan acara-
acara perayaan tertentu, terutama peringatan
maulid/ulang tahun yang telah menjadi budaya
dikalangan masyarakat pada umumnya, akan tetapi
cara mencintai Rasulullah adalah dengan mentaati
perintahnya, membenarkan semua yang
dikabarkannya, menjauhi segala larangan dan
peringatannya, dan beribadahlah kepada Allah
dengan mengikuti semua yang disyati’atkanNya80.
Perayaan hari kelahiran yang biasa di kenal dengan
79 Abu Dawud (4607), at-Tirmidzi (2676), Ibnu Majah (42) 80 http://adarossyat.blogspot.com/2010/02/larangan-peringatan-maulid-nabi.html. Minggu 09 Oktober 2011. 11.00
Wib
xcvi
ulang tahun menjadi suatu pembiasaan di kalangan
penganut Islam yang telah membudaya dan meniru
kebiasaan di luar syari’at Islam. Sama halnya dengan
memperingati hari nisfu sa’ban dengan mengadakan
shalat-shalat tertentu. Seluruh hadits tentang shalat
pada malam nisfu sa’ban, semuanya adalah dusta dan
dipalsukan atas nama Nabi Saw81. Oleh karena itu
belajar tentang disiplin ilmu dalam agama sangatlah
penting untuk menjaga kemurnian sunnah agama ini.
5. Proses Pembelajaran
1. Hakikat proses belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan. Artinya, belajar yang bertujuan dalam
sebuah kegiatan adalah perubahan tingkah laku baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap,
bahkan meliputi segenap aspek organisme/pribadi. Kegiatan
81 Ibid, 126
xcvii
belajar mengajar seperti mengorganisasikan pengalaman
belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses
dan hasil belajar. Kesemuanya termasuk dalam cakupan
tanggung jawab guru. Jadi hakikat belajar adalah perubahan.
Elizabeth Hurlock berpendapat bahwa belajar
merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan
usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan
menggunakan sumber yang diwariskan82. Proses
pembelajaran menurut Gagne adalah pembelajaran terjadinya
proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga
menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-
kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan
untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi
dalam individu. Kondisi internal mencakup atensi, motivasi,
dan mengingat kembali (recall). Sedangkan kondisi eksternal
adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran.83
82 http://www.scribd.com/doc/22588479/Hakikat-Belajar. senin 24 Oktober 2011. 23.00 83 http://catatannana.blogspot.com/2011/01/pendekatan-pemrosesan-informasi-dan.html. Senin 24 Oktober 2011. 23.10
xcviii
2. Entering Behavior Siswa
Hasil kegiatan belajar mengajar tercermin dalam
perubahan perilaku, baik secara material-subtansial,
struktural-fungsional maupun behavior, yang dipersoalkan
adalah kepastian bahwa tingkat prestasi yang dicapai siswa itu
apakah benar merupakan hasil kegiatan belajar mengajar
yang bersangkutan untuk kepastiannya, guru harus
mengetahui tentang karakteristik perilaku anak didik saat
mereka mau masuk sekolah dan mulai dengan kegiatan
belajar mengajar dilangsungkan. Tingkat dan jenis
karakteristik perilaku anak didik yang telah dimilikinya ketika
akan mengikuti kegiatan belajar mengajar, itulah yang
dimaksud entering behavior siswa.84
Belajar mengajar merupakan suatu proses terjadinya
pertukaran ilmu baik antara siswa dan guru. Sebagai pengajar
guru dituntut untuk menguasai ilmu yang akan diberikan
kepada siswa termasuk guru harus mengetahui kapan siswa
siap untuk menerima ilmu tersebut sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan yang akan dicapai karena tingkat prestasi
84 Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta 2002 (Hal . 6 dan 11)
xcix
ataupun pemahaman seorang siswa tergantung pula pada
kesiapan dan pemahaman guru itu sendiri.
6. Pendidikan Terhadap Anak (Tarbiyatul Aulad)
Wajib bagi setiap pendidik, mendidik anak-anak dengan
pendidikan agama yang mulia ini (Islam). Karena sebenar-benar
orang yang berpendidikan ialah mereka yang dididik oleh Al Qur’an
dan Sunnah Nabi SAW. Pendidikan tersebut adakalanya diajarkan
sendiri secara lansung kepada anaknya apabila ia mengetahui
tentang agama, adakalanya diserahkan kepada ahlinya, dengan
syarat tentunya pendidikan tersebut wajib berdasarkan Al kitab dan
Sunnah Nabi SAW bukan berdasarkan adat-adat dan segala
sesuatu yang disandarkan kepada Islam.
Kewajiban mendidik anak dengan pendidikan agama
berlangsung terus sepanjang hayat dan tidak pernah berhenti
kecuali nafasnya berhenti. Ini disebabkan karena manusia sangat
membutuhkan ilmu agama melebihi kebutuhannya kepada
makanan dan minuman. Rata-rata manusia makan dalam sehari
hanya dua sampai tiga kali, akan tetapi kebutuhannya kepada ilmu
sepanjang bilangan nafasnya.
Setiap anak yang dilahirkan pada hakikatnya dalam keadaan
bersih dan suci. Allah SWT menciptakan bayi yang dilahirkan di
c
muka bumi ini dengan anugrah yang telah ditentukan. Potensi yang
berbeda-beda dan keunikannya yang beranekaragam menjadikan
kebutuhan dan stimulasi yang berbeda pula. Semua potensi itu
dikembalikan lagi oleh para pendidik yang ada di sekitarnya untuk
menjadikan anak tersebut sebagai masa depan yang disiapkan
untuk menghadapi masa depan. Pendidikan anak yang dimulai
dengan pendidikan al Qur’an dan hadist adalah pendidikan yang
diwajibkan, karena hanya dengan mengikuti kitab yang telah Allah
turunkanlah yang mampu menghadapi era zaman di masa depan.
6.1 Kewajiban mencontoh Rasulullah SAW dalam mendidik
anak
Rasulullah merupakan contoh bagi orang-orang yang
beriman. Termasuk bagaimana caranya menididik anak dalam
Islam. Seseorang tidak mungkin taat kepada Allah apapun
alasannya kecuali dia taat kepada Rasul untuk taat kepada
Allah. Salah satu bentuk ketaatan kepada Rasul ialah dengan
mengikuti beliau dalam mendidik anak. Oleh karena itu
perintah Allah kepada hambanya untuk menerima apa-apa
ci
yang datang dari Rasul baik perintah ataupun larangan dan
salah satu yang datang dari Rasul adalah bagaimana cara
beliau mendidik anak dengan perkataan dan perbuatan.
Seseorang yang ingin berakhlak mulia untuk diri dan
keluarganya, maka wajib mencontoh akhlak Nabi SAW.
Karena tidak ada akhlak kemuliaan tanpa mencontoh akhlak
Nabi SAW. Seseorang tidak mungkin mengamalkan Al Qur’an
tanpa melihat Rasul. Seseorang tidak mungkin berakhlak
dengan akhlak A Qur’an tanpa mencontoh beliau. Mendidik
anak dengan mencontoh Rasul berarti mendidik anak dengan
pendidikan Al Qur’an. Ancaman keras bagi setiap orang yang
menyalahi sunnah Rasulullah, bahwa dia akan terkena fitnah
(kufur, syirik, nifak, bid’ah dan maksiat) di dunia dan dan azab
di akhirat. Seseorang yang menyalahi sunnah Rasul akan
terkena salah satu fitnah tersebut. Oleh karena itu apabila
pendidikan kepada anak-anak menyalahi sunnah Rasul maka
niscaya akan tampillah anak-anak yang terkena fitnah
tersebut.
واليوم ال أسوة حسنة لمن كان يرجو للاه خر وذكر لقد كان لكم في رسول للاه
ا كثيرا للاه
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
cii
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(Al-ahzab: 21)
قال : ' إنما بعثت ألتمم النبي صلى للا عليه وآله وسلمعن أبي هريرة ، عن
البخاري : حدثنا علي ، ثنا سفيان ، عن أبي الزناد ، عن : مكارم األخالق
األعرج ،
Dari Abi Hurairah, dia berkata: telah bersabda Rasulullah, “bahwsanya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan-kemuliaan akhlak.
Seseorang tidak mungkin dapat mengamalkan Al-Qur’an
tanpa melihat kepada Rasulullah, dan seseorang tidak
mungkin berakhlak dengan akhlak Al-Qur’an tanpa mencontoh
beliau. Mendidik dengan mencontoh Rasul berarti mendidik
anak dengan pendidikan Al-Qur’an.
6.2 Mendidik anak menurut Rasulullah
Mendidik anak di dalam Islam menurut sunnah
Rasulullah memiliki dasar yang sangat penting untuk
diketahui, yaitu dengan pendidikan Rasulullah berdasarkan
dua wahyu dari Rabbul ‘Alamin yaitu wahyu Al-Qur’an dan As
Sunnah. Pendidikan Rasulullah menjadikan manusia sesuai
fungsinya untuk beribadah kepadaNya, perhatikan dalil di
dalam surat berikut ini;
ciii
ا كان بما تعملون خبيراك إنه للاه بع ما يوحى إليك من رب واته
Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Qs. Al-Ahzab:2)
إن هو إله وحي يوحى -وما ينطق عن الهوى
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya (Muhammad). Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (Qs. An Najm:3-4)
وشر المور : أما بعد ، فإن خير الحديث كتاب هللا ، وخير الهدي هدي محمد
محدثاتها ، وكل بدعة ضاللة
Amma ba’du! Maka sesungguhnya sebaik-baiknya perkataan kitab Allah (Al Quran) dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Dan sejelek-jelek urusan/perkara adalah yang muhdats (yang baru yang diada-adakan) dan bid’ah itu sesat85.
وما خلقت الجنه والنس إله ليعبدون
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Qs. Adz Dzaariyaat: 56)
Kewajiban mendidik anak tentang urusan agama sesuai
dengan apa yang telah Allah syari’atkan melalui lisan Nabi-
Nya dan kewajiban ini terletak dipundak para orang tua dan
ahli ilmu secara umum. Karena anak-anak selalu menyertai
85 (HR. muslim juz 3 hal 11)
civ
orang-orang dewasa kecuali di dalam hal-hal tertentu seperti
perang.
اس والحجارة عليها ا وقودها النه ها الهذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا يا أي
ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون مالئكة غالظ شداد ل يعصون للاه
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Qs. At Tahriim:6)
Fiqih hadist menjelaskan didiklah anak-anak dengan
diajak berbicara dan berkomunikasi yang baik, sama seperti
orang dewasa dengan cara yang mudah dipahami oleh
mereka. Ajarkanlah tentang segala sesuatu yang bermanfaat
untuk di dunia dan akhirat. Ajarkan pula perintah-perintah
Allah, larangan-larangan-Nya dan hak-hak-Nya agar mereka
memelihara dan menjaganya meskipun belum terkena taklif
(kewajiban). Akan tetapi kewajiban ini dipikul tanggung jawab
oleh orang tua mereka dan ahli ilmu. Tanamkan tentang halal-
haram, perintah larangan dan seterusnya, walaupun mereka
tidak berdosa apabila melanggarnya seperti mengerjakan
amal taat akan diberi pahala sunnah. Jelaskan tentang tauhid
dan aqidah shahih (yang benar) seperti ketika Nabi
cv
mengajarkan kepada anak kecil yang bernama Ibnu Abbas
tentang “tauhid ‘ubudiyyah”, “wahai anak! apabila engkau
meminta, maka mintalah kepada Allah, apabila engkau
memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada
Allah. Ingatkanlah tentang kesabaran dalam menghadapi
segala sesuatu, bahwa pertolongan itu akan datang sesudah
ada kesabaran setelah itu akan ada kesusahan dan
kesempitan yang akan selalu diiringi dengan kemudahan dan
kelapangan86.
Pendidikan agama bagi anak, dapat dimulai sejak usia
dini dengan melalui tahapan sampai balighnya. Yaitu sebelum
tamyiiz (dari lahir sampai usia lima tahun dan sempurnanya
pada usia 7 tahun) dan sesudah tamyiiz (dari usia 7 tahun
sampai baligh). Pendidikan yang terbaik bagi anak sebelum
dan sesudah tamyiiz ialah dengan jalan mendengar dan
melihat kepada sesuatu yang baik dan terbaik menurut agama
bukan menurut akal pikiran dan adat-adat manusia yang
menyalahi agama. Pendidikan dengan cara mendengarkan
dan melihat akan memberikan bekas di dalam pikiran dan hati
anak. Karena pada usia tersebut rekaman seorang anak
86 Abdul Hakim bin Amir Abdat. 2009.”Menanti Buah Hati & Hadiah untuk yang Dinanti”. Hal 334-335
cvi
terhadap sesuatu yang didengar dan dilihat masih sangat kuat
sekali87.
Anak-anak memiliki ingatan yang cukup kuat
dibandingkan orang dewasa, oleh sebab inilah jika sejak kecil
didikan dan ajaran yang diberikan salah atau tidak sesuai
dengan tuntunan Allah dan Rasul. Maka hal ini pun akan
melekat diingatan mereka, sehingga praktik ibadah sehari-hari
ataupun tauhid yang mereka kerjakan sesuai dengan apa yang
mereka dapatkan. Hal ini apabila tidak benahi maka akan
menjadi proses yang turun menurun dan mengakibatkan
meluasnya kesalahan, bahkan generasi yang memurnikan al
Qur’an dan sunnah pun menjadi hilang karena ketidaktahuan
mereka. Oleh karena itu Mendidik dan membimbing anak
dimulai sedini mungkin seperti yang telah dicontohkan
Rasulullah sangatlah penting, tentunya dengan cara mencari
ilmu, memiliki disiplin ilmu dan meneliti terus menerus
sehingga para orang tua dan pendidik dapat terus membenahi
dan menyempurnakan cara mendidik dan mengajarkan anak-
anak mereka sesuai tuntunanNya.
87 Ibid. Hal 346,
cvii
B. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Sebagian besar taman kanak-kanak yang berdiri, dari fakta yang
terjadi dilapangan Taman Kanak-Kanak (TK) Islam, yang beralamat
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, salah satu contok TK yang
menyelenggarakan shalat dhuha setiap hari bagi peserta didik. Tujuan ini
dilakukan untuk menanamkan kebiasan shalat kepada siswa. Para siswa
di sekolah ini melaksanakan shalat dhuha dengan bimbingan guru.
Kegiatan tersebut diawali dengan berwudhu secara tertib. dilanjutkan
dengan shalat dhuha bersama. Agar setiap anak dapat menghapal
bacaan shalat mulai takbiratulihram sampai dengan salam secara fasih
dan lancar. Bacaan shalat dilakukan dengan cara zhahir (suara yang
keras).
Siswa ditugaskan untuk menjadi imam secara bergantian. Imam
juga memimpin zikir, takbir, tahlil, dan tahmid serta pembacaan doa
shalat dhuha. Kegiatan tersebut ditutup dengan bersalaman sambil
diiringi shalawat.Pembiasaan shalat dhuha sejak dini, diharapkan akan
menumbuhkan rasa ketergantungan seseorang kepada Allah Sang
Pemberi Rezeki. "Sehingga akan menjauhkan mereka dari sifat putus asa
ketika rezeki yang diharapkan tidak kunjung tiba. Juga menghindarkan
diri dari mengambil sesuatu yang bukan haknya"88.
88 http://bataviase.co.id/node/631521, sabtu 17 sept 2011. 21.30
cviii
Sebagai contoh hasil kajian yang relevan untuk pembiasaan doa
sehari-hari di Taman Kanak-kanak yang merupakan suatu pembiasaan
untuk membantu perkembangan prilaku dan kemampuan dasar anak
sesuai dengan perkembangannya. Program kegiatan belajar dan
mengajar di TK, yang dilakukan setiap hari pada pagi hari, yaitu Sebelum
masuk kelas anak-anak mengadakan upacara untuk membaca ikrar yang
diawali dengan membaca dua kalimat syahadat, membaca surat Al
Fatihah dan do'a menuntut ilmu89. Setelah itu sebagai penutup sebagai
doa rutinitas dengan membaca surat al Ashr.
Generasi muda yang tergabung dalam suatu organisasi di sebuah
lembaga besarpun melakukan kegiatan beribadah di berbagai tempat.
Sebagian melakukan rutinitas keagamaan, seperti tahlilan, yasinan, dzikir
bersama-sama dan sebagainya. Semua itu kerjakan secara terpimpin
dengan cara menunggu instruktur dari pemimpinnya sebelum memulai
kegiatan.
Proses pengamalan-pengamalan di atas diperkuat dengan hadirnya
kelompok pemuda yang lebih sering dijumpai di pesantran-pesantren dan
di kampung-kampung. Sebagian lagi, berada di Sekolah-Pesantren,
Sekolah Umum dan Perguruan Tinggi melakukan kegiatan yang sama90.
89 http://www.darunnajah.com/?p=16, sabtu 17 sept 2011. 21.33 90 http://ahmadnaufa.wordpress.com/2010/04/20/sekilas-tentang-ipnu-ippnu/ sabtu 17 sept 2011. 21.33
cix
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Khusus Penelitian
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mencari data tentang
pengetahuan dan ketelitian guru dalam mengajarkan tata cara ibadah
sesuai dengan sunnah, yang disampaikan pada siswanya dalam
pembiasaan ibadah di sekolah.
B. Pendekatan Metode yang digunakan dan alasannya
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif karena
dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pengkajian yang lebih
mendalam terhadap proses belajar mengajar yang menjadi pembiasaan
di dalamnya. Selain itu penelitian dengan metode kualitatif dapat lebih
luwes sebab rancangan studinya dapat dimodifikasi walaupun sedang
dilaksanakan dan teorinya dapat dikembangkan dilapangan. Proses
penelitian kualitatif diharapkan dapat menghasilkan temuan yang benar-
benar bermanfaat, serta akan mendapatkan perhatian yang lebih serius
terhadap berbagai hal yang dipandang perlu.
cx
C. Metode Penelitian
Pendekatan metode yang digunakan penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis dan survei, dengan alasan agar hasil dari penelitian
yang telah diujicobakan kepada guru dapat dijabarkan sehingga
penelitian menitikberatkan kepada pengetahuan dan ketelitian guru.
1. Deskriptif Analisis
Sesuai dengan tujuan peneliti, untuk mengetahui tentang
pengetahuan dan ketelitian guru dalam mengajarkan perilaku
keagamaan, maka metode deskriptif adalah pendekatan metode
yang pilih oleh peneliti. Adapun yang dimaksud metode deskriptif
yaitu metode penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan
mengklasifikasi berupa penyelidikan dengan teknik survei, teknik
interview, angket, observasi, atau degan teknik test.91
Pelaksanaan metode deskripstif tidak terbatas hanya sampai
pengumpulan data, tetapi meliputi analisa dan intepretasi tentang
data tersebut. Penelitian ini diarahkan untuk menggambarkan
variabel atau kondisi apa adanya dalam situasi. Bukan untuk
menguji hipotesis penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat
Arikunto yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan
91 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik (Bandung, 1990. hal. 139)
cxi
penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitian tidak
perlu merumuskan hipotesis.92
2. Metode Survei
Metode survei adalah metode pemeriksaan dan pengukuran
metode penelitian yang dilakukan untuk mengadakan pemeriksaan
dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala empirik yang
berlangsung di lapangan atau lokasi penelitian, umumnya dilakukan
terhadap unit sampel yang dihadapi sebagai responden dan bukan
terhadap seluruh populasi sasaran, salah satunya dikenal dengan
jenis survei deskriptif yaitu survei untuk mengadakan pemeriksaan
dan melakukan pengukuran-pengukuran terhadap gejala empirik
yang diperiksa93.
Penelitian survei lebih berarti sebagai suatu cara melakukan
pengamatan dimana indikator mengenai variabel adalah jawaban-
jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan kepada responden
baik secara lisan maupun tertulis. Survei biasanya dilakukan satu
kali. Peneliti tidak berusaha untuk mengatur atau menguasai situasi.
Jadi perubahan dalam variabel adalah hasil dari peristiwa yang
92 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta 1998) hal, 12 93 Prof. DR. H. Abdurrahmat Fathoni, M. Si. ”Metode Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi”. Jakarta 2006. Hal 100
cxii
terjadi dengan sendirinya. Penelitian survei termasuk ke dalam jenis
penelitian deskriptif, meskipun dalam survei sudah banyak
dikembangkan menjadi penelitian-penelitian yang sudah mulai
melakukan prediksi tertentu. Jika hanya menggunakan survei, maka
yang berlaku teknik sampling atau yang disebut survei sampling.
Survei sampling artinya kegiatan survei yang menggunakan
sampling. Maksudnya tidak semua unit analisis dalam populasi
diamati satu per satu, akan tetapi hanya sebagian saja, yang diwakili
oleh sampel. Proses pengambilan sampel dikenal dengan teknik
sampling. Ukuran sampel bisa beragam karena bergantung kepada
berbagai faktor dan pertimbangan, baik teknik maupun statistik94.
D. Latar Penelitian
1. Latar Penelitian
Mengacu pada masalah penelitian yang telah dirumuskan,
maka penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data-data yang
tepat tentang pembiasaan pembelajaran ibadah di Taman Kanak-
kanak Islam se-Kota Depok, dengan latar dari Kota Depok yang
telah berkembang menjadi kota pendidikan yang mengundang
peserta didik dari berbagai daerah di Indonesia. Perkembangan ini
94 <http://surveyonline.wordpress.com/>http://surveyonline.wordpress.com/2008/07/08/metode-penelitian-survey/
jum'at 7/10/2011. 14.45
cxiii
terjadi sejak dibangunnya kampus-kampus besar di Kota Depok
serta sejumlah sekolah tinggi swasta di sekitar kawasan strategis
Kota Depok. Bahkan terdapat sejumlah kampus program
pendidikan yang diselenggarakan oleh sejumlah universitas atau
sekolah tinggi swasta yang justru pusatnya berada jauh di luar Kota
Depok. Penyelenggaraan program pendidikan seperti ini
berlangsung di Kota Depok karena mungkin didasarkan pada
pertimbangan bisnis bahwa Kota Depok yang berkembang menjadi
kota pendidikan target market yang potensial95.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksaan penelitian yaitu dimulai pada bulan Oktober
sampai November. Bertempat di Taman Kanak-Kanak Islam se-
Kota Depok.
E. Data dan sumber data
Data yang diperoleh untuk mendapatkan daftar Taman Kanak-
kanak Islam se-Kota Depok melalui BMPS (Badan Musyawarah
Pendidikan Swasta). Sumber data digunakan penelitian sebagai
kegiatan informan, anak dan guru. Data pendukung dan penguat
kesiapan dari data yang didapat, peneliti menggunakan data primer
95 file:///C:/Documents%20and%20Settings/Administrator/My%20Documents/depok-menuju-kota-pendidikan.html.
jum’at 07/10/2011. 14.00
cxiv
sebagai penguat dari berbagai dokumentasi penelitian berupa observasi
secara langsung, setelah itu dilanjutkan dengan wawancara setengah
tertutup guna mengetahui kevalidan dari angket/kuisioner yang
sebelumnya telah disebarkan. Peneliti juga menggunakan dokumenter
berupa portopolio (satuan kegiatan harian), foto dan rekaman suara hasil
dari wawancara yang telah dilakukan. Sumber data dilakukan pula oleh
kolabolator sebagai data sekunder dari hasil penelitian serta
menggunakan metode dan dokumentasi penelitian yang sama dengan
waktu yang bersamaan.
F. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data
Prosedur dalam pengumpulan data-data penelitian ini
menggunakan beberapa metode yaitu ;
1. Teknik sampling
a. Simple Random Sampling (cara undian)
Memberikan nomor-nomor pada seluruh anggota
populasi, lalu memilih nomor-nomor pada banyaknya jumlah
sampel yang dibutuhkan secara acak, dengan cara sampel
yang telah terpilih tidak akan dipilih lagi atau sampel yang telah
terpilih ada kemungkinan dipilih lagi agar menghasilkan nilai
probalitas yang konstan.
b. Ukuran sampel
cxv
Ukuran minimum sampel yang dapat diterima
berdasarkan desain penelitian kualitatif deskriptif, sampelnya
10% dari populasi. Merujuk pada data BMPS yang diperoleh
dapat diketahui bahwa ada sekitar 180 sekolah TK Islam yang
terdaftar di dalamnya.
Tabel 1.
Daftar Sampel Penelitian
No Nama inisial Sekolah Kecamatan
1 TK Islam Ak Pancoran Mas
2 R. A. PH Cimanggis
3 TK Islam DA Beiji
4 TK Islam AR Cipayung
5 TK Islam Ks Sukmajaya
6 R. A. Um Pancoran Mas
7 TK Islam Mt Sawangan
8 TK Islam As Cinere
9 TK NI Limo
10 R.A AI Sukmajaya
11 TK Islam BA Bojongsari
12 R. A An SukmaJaya
13 R. A. AF Tapos
14 TK Islam AH Cimanggis
15 TK Islam PH Cilodong
Demi kepentingan bersama, maka daftar nama sekolah
yang tertera hanya dicantumkan nama inisialnya saja, guna
melindungi kerahasiaan responden.
cxvi
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti untuk
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, sebagai sarana
pendukung pencapaiannya kualitas instrumen yang akan
menentukan kualitas data yang terkumpul. Instrumen penelitian
yang digunakan adalah sebagai berikut;
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai
pencatatan-pencatatan yang diperoleh langsung dari obyek
yang diteliti baik berupa struktur dan data tentang pembiasaan
pembelajaran ibadah yang ada di Taman Kanak-kanak Islam.
Format pengumpulan data observasi dapat dilihat dilembar
lampiran.
cxvii
Tabel 2
Kisi-kisi Acuan Observasi
Tata Cara Ibadah sesuai ajaran Islam di Taman Kanak-Kanak Islam
se-kota Depok
Aspek yang diteliti
Indikator Item Observasi No. item
Jumlah item
Doa - Berdo'a adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT.
- Sesungguhnya doa adalah ibadah
- Ibadah yang disyari’atkan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah
1. Cara guru mengajarkan pembiasaan berdoa sesudah/sebelum kegiatan/pulang
1, 2 2
2. Pembiasaan membacakan/mengirimkan al Fatihah untuk orang lain yang disandarkan pada Rasulullah.
13, 14, 15, 16
4
3. Pembiasaan doa yang diajarkan
8, 9, 10 3
4. Pengetahuan guru tentang tata cara berdoa
3 1
Dalil Setiap perkataan, perbuatan dan taqriri (persetujuan) dari Nabi SAW
1. Pembelajaran tentang pembiasaan hadist/dalil
11, 12, 17, 18, 19, 20
6
Shalat barang siapa beribadah kepada-Nya bukan dengan cara yang diperintahkan-Nya maka ia telah melibatkan dirinya di dalam Tasyri’
1. Pengetahuan guru tentang tata cara shalat sesuai tuntunan Rasul.
4, 5, 6, 7 4
TOTAL ITEM OBSERVASI 20 20
b. Interview/wawancara,
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui
proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, yaitu
pertanyaan yang datang dari peneliti dan dijawab oleh guru
cxviii
Taman Kanak-Kanak Islam yang bersangkutan. Format
pengumpulan data wawancara dapat dilihat dilembar lampiran.
Tabel 3
Kisi-kisi Acuan Wawancara
Tata Cara Ibadah sesuai ajaran Islam di Taman Kanak-Kanak Islam
se-kota Depok
Aspek yang diteliti
Indikator Item Wawancara No. item Jumlah
item
Doa - Berdo'a adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT.
- Sesungguhnya doa adalah ibadah
- Ibadah yang disyari’atkan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah
1. Cara guru mengajarkan pembiasaan berdoa sesudah/sebelum kegiatan/pulang
1 1
2. Pembiasaan membacakan/mengirimkan al Fatihah untuk orang lain yang disandarkan pada Rasulullah.
2 1
3. Ketelitian guru terhadap kedudukan hadits doa yang diajarkan /dipraktikan
6 1
Dalil Setiap perkataan, perbuatan dan taqriri (persetujuan) dari Nabi SAW
1. Pengetahuan guru tentang dalil yang disandarkan kepada sabda Rasul
7, 10 2
3. Pemahaman guru tentang fungsi mempelajari disiplin ilmu
8, 9 2
Shalat barang siapa beribadah kepada-Nya bukan dengan cara yang diperintahkan-Nya maka ia telah melibatkan dirinya di dalam Tasyri’
1. Pengetahuan guru tentang tata cara shalat sesuai tuntunan Rasul.
4, 5 2
Peringatan hari
Keyakinan (I’tiqad) atau perbuatan yang tidak ada
1. Memperingati hari khusus di sekolah
3 1
cxix
asal usulnya dari agama Islam maka itu bukan Sunnah
TOTAL ITEM WAWANCARA 10 10
c. Kuisioner
Penyebaran kuisioner adalah teknik untuk memperoleh
data dengan membuat daftar pertanyaan disertai
kemungkinan jawaban yang harus dipilih untuk diisi langsung
oleh guru Taman Kanak-kanak Islam. Pengisian kuisioner
memberikan jawaban sesuai dengan diri yang sesungguhnya,
karena tidak ada jawaban yang salah. Format pengumpulan
data kuisioner dapat dilihat dilembar lampiran.
Tabel 4
Kisi-kisi Acuan Kuisioner
Tata Cara Ibadah sesuai ajaran Islam di Taman Kanak-Kanak Islam
se-kota Depok
Aspek yang diteliti
Indikator Item kuisioner No. item Jumlah
item
Doa - Berdo'a adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT.
- Sesungguhnya doa adalah ibadah
- Ibadah yang disyari’atkan berdasarkan Al-
1. Cara guru mengajarkan pembiasaan berdoa sesudah/sebelum kegiatan/pulang
3, 10, 11, 14, 20, 35
6
2. Pembiasaan membacakan/mengirimkan Al Fatihah untuk orang lain yang disandarkan pada Rasulullah.
2, 12, 18, 24, 27, 31, 37, 45
8
cxx
Qur’an dan As-Sunnah
3. Pembiasaan doa yang diajarkan
1, 9, 32 3
4. Pengetahuan guru tentang tata cara berdoa
4, 25, 59 3
5. Ketelitian guru terhadap kedudukan hadits doa yang diajarkan/dipraktikan
7, 13, 16, 19, 26, 30, 33, 36, 39, 49, 43, 46
12
Dalil Setiap perkataan, perbuatan dan taqriri (persetujuan) dari Nabi SAW
1. Pembelajaran tentang pembiasaan hadist/dalil
17, 23, 50, 52, 55, 53, 55
7
2. Pengetahuan guru tentang dalil yang disandarkan kepada sabda Rasul
28, 43, 51, 54, 56
5
3. Pemahaman guru tentang fungsi mempelajari disiplin ilmu
58, 60, 61, 62, 63, 64, 64
7
Shalat barang siapa beribadah kepada-Nya bukan dengan cara yang diperintahkan-Nya maka ia telah melibatkan dirinya di dalam Tasyri’
1. Pengetahuan guru tentang tata cara shalat sesuai tuntunan Rasul.
6, 8, 15, 21, 57
5
Peringatan hari
Suatu keyakinan (I’tiqad) atau perbuatan yang tidak ada asal usulnya dari agama Islam maka itu bukan Sunnah atau dapat diartikan mengada-ada
1. Memperingati hari khusus di sekolah
22, 34, 38, 39, 40, 47
6
2. Ketelitian guru dalam mengkaji sunnah Rasul dalam memperingati hari yang dikhususkan
5, 29, 41, 45, 48
5
TOTAL ITEM KUISIONER 66 66
d. Rekaman Arsip
Rekaman arsip merupakan teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen baik
dokumen tertulis berupa rencana kegiatan harian (RKH), suara
cxxi
(rekaman/kaset), maupun gambar (foto) pada TK Islam yang
sedang diteliti. Data tersebut akan dijadikan sebagai bukti
yang relevan agar menjaga kevalidan rekaman data yang telah
dilakukan. Rekaman arsip akan menjadi pendukung untuk
rujukan dari hasil data dan tindakan kolabolator terhadap
prosedur pengumpulan data kepada subyek yang diteliti.
Pencatatan data dilakukan dalam format catatan
lapangan dengan pengkodean untuk memudahkan dalam
menganalisis data, seperti form Ob 01 untuk observasi atau
pengamatan, form Ww 01 untuk wawancara, form Pf 01 untuk
rekaman arsip, adapun prosedur kuisioner akan dilakukan
dengan menggunakan rumus persen yang telah ditentukan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh tabel sebagai berikut;
Tabel 5
Contoh Kodefikasi Instrumen
Instrumen Kodefikasi
Keterangan Peneliti ke- Sekolah ke- Frekuensi ke-
Angket 1 A 1 Ak 1. A. 1
Observasi 2 B 2 Ob. 2.B. 2
Wawancara 1 C 3 Ww. 1. C. 3
Portofolio 1 A 1 Pf. 1. A. 1
Pengkodean tersebut bertujuan agar rekaman arsip
dapat dibedakan dengan lebih mudah. Rekaman arsip akan
menjadi data yang berhubungan langsung dengan subjek
cxxii
penelitian, guna melihat fakta yang muncul di TK Islam yang
diteliti.
G. Analisis Data
Data yang akan dianalisa oleh peneliti untuk melakukan analisa dan
pengelompokkan data jawaban yang sejenis maka peneliti memberikan
nama yang bermakna oleh kolabolator yaitu; iya dan tidak, yang akan
masuk ke dalam tabulasi pengelompokkan data. Jawaban iya
berkonotasi bahwa responden telah melakukan yang bermakna
responden tidak mengetahui kesesuaian tentang tata cara ibadah sesuai
sunnah sedangkan jawaban tidak berkonotasi bahwa responden tidak
melakukan yang bermakna responden mengetahui kesesuaian tata cara
ibadah yang sesuai dengan sunnah.
Tabel 6
Konotasi Observasi Terhadap Responden
Konotasi positif ( + ) (Responden tidak melaksanakan
kesesuaian tentang tata cara ibadah sesuai sunnah)
Konotasi positif ( - ) (Responden melaksanakan kesesuaian
tata cara ibadah sesuai sunnah)
ya Tidak ya Tidak
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16
17, 18, 19, 20
17, 18, 19, 20 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16
Jumlah : 16 Jumlah : 4 Jumlah : 4 Jumlah : 16
Tabel 7
Konotasi Wawancara Terhadap Responden
cxxiii
Konotasi positif ( + ) (Responden tidak melaksanakan
kesesuaian tentang tata cara ibadah sesuai sunnah)
Konotasi positif ( - ) (Responden melaksanakan kesesuaian
tata cara ibadah sesuai sunnah)
ya Tidak ya Tidak
1, 2, 3, 4, 5, 6 7, 8, 9, 10 7, 8, 9, 10 1, 2, 3, 4, 5, 6
Jumlah : 6 Jumlah : 4 Jumlah : 4 Jumlah : 6
Tabel 8
Konotasi Kuisioner Terhadap Responden
Konotasi positif ( + ) (Responden tidak melaksanakan
kesesuaian tentang tata cara ibadah sesuai sunnah)
Konotasi positif ( - ) (Responden melaksanakan kesesuaian
tata cara ibadah sesuai sunnah)
ya Tidak ya Tidak
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44,
45, 46, 47
48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62,
63, 64, 65
48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62,
63, 64, 65
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44,
45, 46, 47
Jumlah : 47 Jumlah : 18 Jumlah : 18 Jumlah : 47
Hasil pengolahan data tersebut akan dianalisis dengan
menggunakan dua pendekatan yaitu analisis data kualitatif yang
dijabarkan melalui pengamatan yang tidak berupa angka-angka untuk
hasil penelitian. maksudnya adalah dilakukan dengan cara menguraikan
dalam bentuk kalimat kemudian direlevansikan dengan rujukan teori yang
mendukung dan analisis data kuantitaif yaitu analisis terhadap data yang
dihasilkan berupa presentasi berdasarkan konotasi yang telah ditetapkan
cxxiv
sebelumnya untuk instrument kuisioner yang sesuai dengan konotasi
yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
P = F x 100% N
Keterangan : P = Persentase (%) F = Frekuensi jawaban
N = Jumlah guru/sampel
Analisa data tersebut untuk jawaban hasil kuisioner, selanjutnya
peneliti menginterpretasikan dengan menggunakan rentang skala
gradasi, konotasi positif (+) apabila mencapai 51% ke atas berarti
responden tidak melaksanakan kesesuaian tentang tata cara ibadah
sesuai sunnah, jika konotasi negatif (-) mencapai 51% ke bawah maka
responden telah melaksanakan kesesuaian tentang tata cara ibadah
sesuai sunnah.
Hasil interpretasi yang telah dipersentasekan akan menjadi bahan
kesimpulan peneliti yang diperkuat sumber dari hasil angket, interview,
observasi dan dokumentasi. Oleh karena itu hasil sebanyak 51% telah
mencukupi pemerolehan suatu kesimpulan yang benar-benar akurat dan
dapat dipertanggung jawabkan.
cxxv
H. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Pemeriksaan data dan pengecekan dilakukan agar data yang
diperoleh menjadi valid, sehingga hasil penelitian dapat diterima dan
dipertanggungjawabakan. Pemerikasaan dalam penelitian ini berupa: (1)
perpanjangan waktu keikutsertaan, (2) pengamatan secara tekun, (3)
kecukupan referensi, (4) triangulasi. Teknik tersebut dipilih karena
disesuaikan dengan latar penelitian survei yang kapasitas penelitian yang
bertujuan untuk menguji validitas untuk menecocokkan antara temuan
dengan yang lapangan.
1. Perpanjangan waktu keikutsertaan
Tujuan dari perpanjangan waktu untuk mempelajari subyek
yang diteliti agar lebih valid dan agar dapat memperoleh data yang
mendalam guna mengantisipasi jawaban yang dirasa belum
lengkap maka peneliti membutuhkan perpanjangan waktu dua hari
untuk penelitian dari 10 hari menjadi 12 hari dari waktu yang telah
ditentukan.
2. Pengamatan secara tekun
Ketekunan dari pengamatan dilakukan secara obyektif dan
teliti terhadap data yang sedang diamati sehingga peneliti dan
kolabolator memiliki data jenuh dan mampu menganalisi data
dengan meneliti kembali hasil dari dokumentasi yang telah
dilakukan.
cxxvi
3. Kecukupan Referensi
Referensi yang ditemukan di lapangan merupakan bahan
pendukung terhadap data yang ditemukan di sekolah dan
referensinya langsung dari guru yang mengajarkan berupa
mengobservasi secara langsung, mewawancarai guru yang
bersangkutan, penyebaran kuisioner serta rekaman data.
4. Triangulasi
Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu
kepastiaan bahwa yang terukur benar-benar merupakan variabel
yang ingin diukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses
pengumpulan data yang tepat. Salah satunya dengan cara proses
triangulasi. Seperti yang dikemukakan oleh Patton bahwa teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau Sebagai
pembanding terhadap data tersebut96.
a. Triangulasi data
Menggunakan berbagai sumber data seperti rekaman
arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan
96 Analisis Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mencegah Kenakalan Siswa Sekolah, hal 19
cxxvii
mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiiliki
sudut pandang yang berbeda.
b. Triangulasi metode
Penggunaan berbagai instrumen penelitian untuk
meneliti suatu hal, seperti wawancara dan observasi. Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan wawancara yang ditunjang
dengan observasi oleh obsrven yang berbeda. Hal ini ditujukan
agar manipulatif persepsi dari peneliti dapat diminimalisir.
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Latar Penelitian
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh paradikma pendidik dalam
melakukan pembiasaan keIslaman di sekolah tempat mereka
mengajar. Kesediaan dari pihak sekolah ketika penelitian
berlangsung dapat dikatakan bahwa pendidik mengutarakan
jawaban yang apa adanya, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku
di sekolah. Tidak ada jawaban yang salah dalam tanya jawab ini.
cxxviii
Jawaban yang diberikan saat wawancara terlihat muncul pada saat
observasi dilakukan, begitu halnya jawaban yang tertera di dalam
angket.
Para pendidik berasumsi tentang pembiasaan keIslaman di
sekolah adalah hal yang telah membudaya dan umum
dimasyarakat, oleh karena itu kegiatan yang diberikan kepada anak
didiknyapun mengikuti budaya yang marak dikalangan masyarakat.
Bahkan dengan gamblangnya salah seorang guru menyatakan jika
kebiasaan ibadah tersebut ada pada masyarakat berarti hal itu juga
ada pada zaman Rasulullah. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya
ketelitian pendidik dalam mencari tahu kebenaran sunnah
Rasulullah.
Pembiasaan ibadah yang dilakukan di sekolah, telah mengikuti
sistem yang telah ada dari sistem sebelumnya sehingga para
pendidik hanya menjalankan sistem yang sudah ada. Ketika peneliti
mengajukan pertanyaan pada pendidik tentang tata cara ibadah
yang mereka ajarkan adakalanya mereka mengakui bahwa mereka
memang tidak tahu apa yang mereka ajarkan, baik pembiasaan
do’a, dalil dan lain sebagainya telah sesuai dengan hadits yang
shahih yang telah disunnahkan Rasulullah. Namun ada juga yang
menyakinkan bahwa apa yang mereka ajarkan telah sesuai
walaupun mereka meyakini tanpa adanya dalil yang nyata.
cxxix
Fenomena yang terjadi menunjukkan kurangnya kepedulian
dan pengetahuan guru untuk mengungkapkan kebenaran tersebut.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan seorang guru kelas disalah satu
TK Islam di Depok yang mengungkapkan kerisauannya terhadap
cara ibadah yang selama ini diajarkan pada anak didiknya apakah
telah sesuai sunnah Rasulullah. Pembisaan beribadah yang
diajarkan di sekolah diharapkan dapat menjadi amal jariyah bagi
para guru, namun apabila hal tersebut tidak didasari kebenaran Al
Qur’an dan Hadits justru akan menjadi pertanggungjawaban yang
berat disisi Allah Swt.
2. Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian secara keseluruhan dilakukan pada
bulan Oktober sampai November 2011 ditiga kecamatan yang
berbeda dengan melakukan instrumen penelitian observasi,
wawancara, penyebaran angket dan rekaman arsip (foto, rekaman
suara pada saat wawancara dan satuan kegiatan harian).Selain itu
peneliti memperkuat data dengan menyebarkan angket kedelapan
kecamatan yang berbeda dan tiga sekolah dari kecamatan yang
sama.
Peneliti melakukan penelitian observasi secara langsung, ke
Taman Kanak-kanak Islam dari tiga kecamatan yang berbeda.
Bersama kolabolator untuk meninjau langsung keadaan dilapangan.
cxxx
Form Ob 1. A. 2 untuk kode observasi yang pertama dilakukan di
TK Islam yang terletak di kecamatan Pancoranmas. Peneliti
melakukan wawancara dengan kode form Ww 1. A. 1 kepada salah
satu guru di TK tersebut. Kolabolator melakukan peninjauan
observasi pada kelas yang berbeda untuk menguatkan hasil satu
sama lain. Disela-sela waktu istirahat peneliti memberikan angket
dengan form Ak 1. A. 1 untuk sekolah pertama, Ak 1. B. 1 untuk
sekolah kedua, dan seterusnya, untuk seluruh guru yang mengajar
di TK tersebut. Penelitian dilanjutkan di TK Islam di Kecamatan
cimanggis dan cipayung dengan cara bergantian bersama
kolabolator untuk wawancara dan observasi.
3. Kolabolator Penelitian
Peneliti melibatkan kolabolator dalam penelitian ini, dengan
tujuan agar hasil observasi maupun wawancara yang diperoleh
bukanlah hasil persepsi dari sudut pandang satu peneliti saja. Oleh
karena itu dibutuhkan lebih dari satu peneliti agar memiliki sudut
pandangan yang berbeda. Kolabolator juga berperan penting dalam
penelitian ini. Observasi dan wawancara yang dilaksanakan telah
melalui kesepakatan dalam menentukan kriteria bersama.
4. Keterbatasan Penelitian
Saat melaksanakan observasi, situasi lapangan telah
ditentukan oleh jadwal pembiasaan di sekolah, seharusnya hal
cxxxi
tersebut menjadi keberuntungan bagi peneliti. Namun beberapa
poin data yang akan diamati ada yang tidak muncul, seperti pada
saat observasi sekolah sedang tidak melaksanakan praktik shalat,
wudhu maupun bertepatan dengan hari peringatan khusus.
Keterbatasan yang lainnya adalah sulitnya menyamakan jadwal
antara peneliti dan kolabolator sehingga kesulitan untuk
mengobservasi dihari jadwal pembiasaan ibadah di sekolah.
Keterbatasan lainnya adalah dokumen portofolio yang ternyata dari
tiga sekolah hanya satu yang memiliki data lengkap sedangkan dua
sekolah lainnya hanya mencantumkan kegiatan intinya saja.
B. Temuan penelitian
1. Analisis Data Kuesioner
Data yang dikumpulkan analisa peneliti analisa dengan
mengelompokkan jawaban yang sejenis, yaitu ; iya dan tidak, yang
akan masuk ke dalam tabulasi pengelompokkan data. Jawaban
“iya” berkonotasi bahwa responden telah melakukan, sedangkan
jawaban “tidak” berkonotasi bahwa responden tidak melakukan.
Kuisioner akan di kelompokkan dan akan dipresentasekan dengan
rumus yang telah ditetapkan ke dalam tabel 9, dengan rumus yang
telah ditetapkan sebagai berikut;
P = F x 100%
cxxxii
N Keterangan : P = Persentase (%) F = Frekuensi jawaban N = Jumlah guru/sampel
Konotasi positif (+) apabila mencapai 51% ke atas berarti
responden tidak melaksanakan kesesuaian tentang tata cara
ibadah sesuai sunnah, jika konotasi negatif (-) mencapai 51% ke
bawah maka responden telah melaksanakan kesesuaian tentang
tata cara ibadah sesuai sunnah.
a. Pengolahan Data kuisioner
Hasil jawaban akan di interpretasikan sesuai jumlah
responden sebanyak 55 guru. Selanjutnya hasil penjumlahan
penggabungan antara persentase berupa frekuensi jawaban
dibagi dengan jumlah guru kemudian dikalikan 100%. Data
yang telah masuk akan diolah dengan cara mentabulasi ke
dalam pengelompokkan data dengan menghitung persentase
dari masing-masing jawaban ke dalam tabel 9, sebagai
berikut;
Tabel 9
Tabulasi Pengelompokkan dan Persentase Data
Pertanyaan ke-
Konotasi positif ( + ) Konotasi positif ( - )
Frekuensi Jawaban
Persentase % Frekuensi Jawaban
Persentase %
cxxxiii
No Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 55 100 - -
2 49 89 5 9
3 54 98 1 1
4 47 86 8 14
5 13 24 40 73
6 50 91 4 7
7 44 80 10 18
8 49 89 6 11
9 55 100 - -
10 13 24 40 73
11 53 96 2 4
12 32 58 23 42
13 30 54 24 44
14 54 98 1 1
15 44 80 11 20
16 45 82 10 18
17 33 60 20 36
18 26 47 27 49
19 40 72 14 24
20 50 91 4 7
21 39 71 14 25
22 25 45 29 53
23 32 58 23 42
24 35 64 20 36
25 27 49 28 51
26 41 74 13 24
27 42 76 13 24
28 31 56 23 42
29 21 38 34 62
30 54 98 1 1
31 42 76 12 22
32 53 96 1 1
33 34 62 20 36
cxxxiv
34 34 62 20 36
35 38 69 15 27
36 31 56 21 38
37 32 58 22 40
38 4 7 50 91
39 28 51 26 47
40 37 67 17 31
41 10 18 44 80
42 32 58 23 42
43 41 74 12 22
44 19 34 36 65
45 26 47 29 52
46 23 42 30 55
47 40 73 15 27
48 1 1 54 98
49 21 38 32 58
50 15 27 39 71
51 35 63 20 36
52 41 74 9 16
53 19 34 36 65
54 9 16 43 78
55 10 18 46 84
56 37 67 16 29
57 17 30 36 65
58 12 22 42 78
59 4 7 49 89
60 10 18 47 86
61 32 58 25 45
62 22 40 32 58
63 24 44 30 54
64 21 38 34 62
65 29 52 26 47
Total item jawaban di atas 51%
36 5 13 10
cxxxv
b. Interpretasi Data
Hasil penelitian yang telah dijabarkan di dalam tabel 9,
dengan rentang gradasi yang telah ditetapkan yaitu; Konotasi
positif (+) apabila mencapai 51% ke atas berarti responden
tidak melaksanakan kesesuaian tentang tata cara ibadah
sesuai sunnah, jika konotasi negatif (-) mencapai 51% ke
bawah maka responden telah melaksanakan kesesuaian
tentang tata cara ibadah. Kemudian hasil penjumlahan yang
telah di total akan dibagi lagi dengan jumlah soal pertanyaan
sebanyak 65. selanjutnya penggabungan antara persentase
berupa frekuensi jawaban akan dikalikan 100%. Jumlah antara
jawaban ”iya” dan ”tidak” akan dibandingkan antara konotasi
positif dan negatif, yang akan dituangkan dalam tabel 10
sebagai berikut;
Tabel 10
Hasil Interpretasi Data
No Konotasi
Responden Pilihan
Jawaban Frekuensi Persentase Total No item
1 Konotasi Positif (+)
Iya 36 55 62 %
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 39, 40, 42, 43, 47
Tidak 5 7 51, 52, 56, 61, 65
cxxxvi
2 Konotasi Negatif (-) Iya 13 23
38%
48, 49, 50, 53, 54, 55, 57, 58, 59, 60, 62, 63, 64
Tidak 10 15 5, 10, 22, 25, 29, 38, 41, 44, 45, 46
64 100% 100% 64
Hasil jawaban yang tertera pada tabel 10 telah menunjukkan
sebuah kesimpulan bahwa konotasi positif (+) lebih tinggi dari
konotasi negatif (-) dengan perbandingan 62 % untuk konotasi
positif (+) dan 38 % untuk konotasi negatif (–). Jawaban tersebut
menyimpulkan bahwa responden tidak melaksanakan kesesuaian
tentang tata cara ibadah sesuai sunnah.
Setiap responden memiliki cara pandang sendiri untuk
mengajarkan keislaman menurut pengetahuan mereka. Meskipun
kesimpulan akhir menunjukkan responden tidak melaksanakan tata
cara ibadah sesuai sunnah, namun tidak menutup kemungkinan
bahwa responden mengetahui akan hal tersebut. Tetapi pada
kenyataannya terkadang reponden tidak memilki kekuasaan untuk
merubah suatu sistem yang telah terbentuk. Lain halnya responden
yang telah menyadari bahwa mereka tidak mengetahui keislaman
yang diajarkan, telah sesuai sunnah atau tidak. Namun mereka tidak
tahu bagaimana caranya untuk mencari tahu atau bahkan memang
dengan sengaja tidak memiliki keinginan untuk mencari tahu
kebenaran tersebut. Lain hal lagi responden yang meyakini bahwa
cxxxvii
keislaman yang diajarkan merupakan sunnah Rasul, namun pada
kenyataannya mereka hanya meyakini sesuatu yang mereka sendiri
tidak memiliki nash/dalilnya.
2. Hasil Wawancara
Wawancara pertama dengan pengkodean form Ww. 1. A. 1
oleh peneliti di sekolah pertama, wawancara di sekolah kedua di
laksanakan oleh kolabolator form Ww. 2. B. 2 terakhir wawancara
dilaksanakan oleh peneliti dengan form Ww. 1. C. 3 semua hasil
wawancara yang telah dilaksanakan, memiliki jawaban yang
mendekati sama, oleh karena itu peneliti dan kolabolator
memberikan kesimpulan sebagai berikut;
a. Guru kelas menyatakan dalam pengajaran pembiasaan
berdo’a baik pada saat membuka dan menutup kegiatan, guru
memberikan urutan berdo’a yang telah ditentukan secara
berkesinambungan, seperti memulai kegiatan dengan
mengawali membaca Al Fatihah dan ditutup surat Al Ashr saat
akan menutup kegiatan/pulang.
cxxxviii
b. Guru kelas menyetujui adanya pembiasaan membaca surat Al
Fatihah dalam segala kondisi dengan cara mengirimkan untuk
seseorang.
c. Guru kelas menyetujui diadakannya peringatan hari khusus di
sekolah (Maulid Nabi, Ulang Tahun, Tahun Baru Islam dan
sebagainya), namun sebagian menyatakan ketidaktahuan
mereka bahwa hal itu benar-benar terjadi di zaman Rasulullah
dan sahabat, sebagian lainnya meyakini bahwa peringatan
hari khusus memang ada di zaman Rasul dan sahabat ditinjau
dari masyarakat sekitar yang ikut memperingati. Tanpa dapat
menunjukkan dalil yang nyata.
d. Semua guru kelas membenarkan cara mengajarkan sebelum
shalat dan berwudhu dengan didahulukan melafazhkan niat
setelah itu berdo’a dan berdzikir bersama setelah
menyelesaikan shalat. Mereka meyakini hal tersebut
diamalkan pula oleh Rasulullah, walaupun mereka belum
mengkaji hadits shahihnya.
e. Guru kelas sepakat untuk mengakui bahwa mereka belum
mengkaji kedudukan hadits doa-doa maupun dalil yang
mereka ajarkan.
f. Semua guru kelas menjawab dengan jawaban yang sama
tentang pengertian sunnah yang mereka ketahui, yaitu sunnah
cxxxix
dengan hukum ibadah sunnah dan wajib, adapun kaidah
sunnah sebagai amalan yang dicontohkan Rasulullah dari
setiap perkataan, perbuatan dan persetujuannya, para guru
tidak memahami walaupun sebagian mereka menyatakan
telah mempelajari salah satu disiplin ilmu, seperti ulumul
hadits, ulumul Qur’an, nahwu sorof dan sebagainya.
Kesimpulan di atas menunjukkan hasil konotasi positif (+)
bahwa responden tidak melaksanakan kesesuaian tentang tata cara
ibadah sesuai sunnah sebesar 80%, karena dari 10 pertanyaan
yang diajukan pada saat wawancara sekitar 8 pertanyaan
responden menjawab tanpa berdasarkan dalil yang menguatkan
argumen mereka. Meskipun responden mengetahui bahwa yang
mereka ajarkan belum tentu sesuai sunnah namun responden tetap
melaksanakan dan mengajarkannya. Hasil jawaban mengenai
wawancara akan dicantumkan lebih rinci di dalam lembar lampiran.
3. Hasil Observasi
Observasi pertama dengan pengkodean form Ob. 2. A. 1 oleh
kolabolator di sekolah pertama, observasi di sekolah kedua di
laksanakan oleh peneliti form Ob. 1. B. 2. Terakhir observasi
dilaksanakan oleh kolabolator dengan form Ob. 2. C. 3.
Berdasarkan hasil pengamatan observasi yang telah dilaksanakan
cxl
peneliti dan diperkuat oleh kolabolator di TK Islam yang diamati
menghasilkan gambaran dari keseluruhan yang muncul secara
garis besar sebagai berikut;
a. Guru bersama murid membaca do’a dengan urutan yang telah
ditentukan pada saat memulai dan mengakhiri kegiatan.
b. Guru bersama murid mengangkat kedua tangan saat berdo’a
lalu mengusapkan ke wajahnya.
c. Guru mengkhususkan pembiasaan berdo’a sehari-hari seperti
(Alhamdulillahi ladzi adzhaba ’annil addza wa a’fani) saat
keluar kamar mandi (Allahumma baarik lana fiima rajaqtana
wa qina adzabannar) sebelum makan dan (Alhamdulillahi ladzi
’ath ’amana wasaqana waj’allana minal muslimin) setelah
makan.
d. Saat praktik shalat guru mengajarkan melafazhkan niat
sebelum wudhu dan sebelum shalat serta berdo’a/berdzikir
bersama sestelahnya.
e. Guru mengajarkan dalil-dalil yang belum mereka kaji seperti
dalil (Annadzofatun minal iman) dan (Asshalatu imaddhudin)
kepada anak didiknya.
f. Guru dan murid bersama-sama mengirimkan surat Al Fatihah
untuk salah seorang murid yang sedang sakit.
cxli
Hasil pengamatan keseluruhan di atas menunjukkan konotasi
positif (+) bahwa responden tidak melaksanakan kesesuaian
tentang tata cara ibadah sesuai sunnah sebesar 75%, karena dari
22 aspek yang diamati sekitar 18 aspek muncul pada saat observasi
dilaksanakan. Hasil pengamatan mengenai observasi akan
dicantumkan lebih rinci di dalam lembar lampiran.
4. Hasil Rekaman Arsip
Rekaman Arsip berupa foto saat kegiatan berlangsung
sebagai data yang menguatkan adanya pembiasaan urutan do’a
yang dilaksanakan secara rutinitas dan telah menjadi ketentuan
pembiasaan di Taman Kanak-kanak Islam yang sedang diteliti.
(Pf. 1. A. 1)
Kegiatan berdo’a pada saat makan
cxliii
Kegiataan pembiasaan berdoa sebelum memulai kegiatan
Pengambilan foto secara bergantian antara peneliti dan
kolabolator, menunjukkan adanya pembiasaan ibadah serta tata
caranya yang disesuaikan dengan kegiatan keislaman yang telah
ditentukan. Sedangkan untuk data SKH (satuan kegiatan harian)
secara berkesinambungan akan dicantumkan ke dalam lembaran
lampiran.
C. Pembahasan temuan dikaitkan dengan justifikasi teoritik yang
relevan
Hasil seluruh dari temuan yang telah diteliti, merupakan suatu fakta
adanya kerterikatan pengetahuan anak didik dari hasil yang telah
diajarkan guru mereka. Usia TK adalah dimana anak mulai belajar
menghargai orang dewasa disekitarnya selain orang tua mereka. Guru
berpengaruh besar untuk membentuk anak didik mereka di sekolah,
bahkan pada awal masa anak-anak masuk jenjang sekolah, mereka lebih
memperhatikan dan mendengarkan ucapan dan perilaku guru
dibandingkan orang tua mereka. Inilah sebabnya pada masa Taman
cxliv
Kanak-kanak guru sangat berperan penting untuk mengolah karakter dan
pengetahuan mereka yang paling dasar.
Rasulullah telah mencontohkan cara mendidik anak sejak dini
termasuk bagaimana cara bertauhid kepada Allah Swt, namun hal ini
terlihat seperti hanya teori atau hanya untuk pengetahuan saja. Karena
pada kenyataannya para pendidik kurang mengkaji dan tidak mencari
tahu lebih dalam tentang hal tersebut. Terkadang pendidik kurang
memperhatikan dampak dari apa yang telah mereka sampaikan untuk
kelangsungan kebenaran Islam.
Pendidik hanya melihat dari sisi masa depan yang sementara,
seperti kasus pembiasaan melafazhkan niat sebelum shalat. Sebagian
guru mengetahui bahwa jika hal tersebut dijadikan pembiasaan apalagi
diwajibkan, maka amalan itu bukanlah yang dicontohkan dalam tata cara
ibadah yang sesuai. Pembiasaan melafazhkan niat tetap dipraktikkan
dengan alasan agar saat masuk sekolah dasar anak tersebut sudah hafal.
Saat anak memasuki sekolah dasar, usia mereka lebih matang dan lebih
dapat diberi pengertian. Jika lafal niat memang harus dihafalkan di
sekolah dasar maka anak dapat diberi pengertian bahwa lafal niat shalat
tidak untuk dipraktikkan saat shalat dan diberi penjelasan tentang tata
cara yang sebenarnya.
Sebagai contoh lain yang diketahui pendidik bahwa pengamalan
tersebut tidak ada dasar dan contohnya adalah memperingati hari
cxlv
tertentu. Terkadang pendidik ragu atau bahkan telah mengetahui bahwa
memperingati hari tertentu bukanlah sunnah Rasul dan para sahabatnya,
namun peringatan tersebut tetap diperingati dan dikhususkan sebagai
hari mengingat Rasul ataupun Islam dikarenakan paradikma yang telah
menyatu dengan masyarakat. Peringatan hari tersebut seakan-akan
untuk mengingat Rasulullah hanya dalam waktu setahun sekali, lalu
bagaimana hari-hari yang lainnya, ataupun dengan cara menyantuni
anak yatim yang seakan-akan jika dilaksanakan dihari lain seperti tidak
mendapatkan afdhal dari Allah dan Rasul-Nya. Bukankah Allah Swt
menghisab pengamalan hambanya setiap hari bahkan setiap saat. Entah
dengan cara atau maksud lainnya tetap saja hal tersebut tidak dapat
dibenarkan.
Sunnah yang diketahui para pendidik pada umumnya sunnah yang
mencakup tentang hukum sunnah dan wajib, meskipun beberapa dari
mereka mengakui telah belajar disiplin ilmu termasuk ulumul hadits.
Kedudukan dan kaidah sunnah itu sendiri mereka masih kurang
memahami bahwa yang dimaksud sunnah adalah pengamalan dari
setiap perkataan, perbuatan dan taqriri (persetujuan) dari Rasulullah
yang artinya suatu keyakinan atau perbuatan yang sama sekali tidak ada
asal usulnya dari agama Islam maka itu bukanlah sunnah. Hukum amalan
ibadah sunnah dan ibadah wajib merupakan pengertian hukum dari
kedudukan amalan ibadah antara amalan yang harus dan tidak harus
cxlvi
diamalkan, dengan hukum yang telah Allah tetapkan. Hal ini
menandakan walaupun seseorang telah mempelajari tentang disiplin ilmu
seperti ulumul hadits, namun jika tidak mengkaji lagi dan mempelajari
lebih dalam maka akan sulit memahami dengan rinci karena mempelajari
disiplin ilmu membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan instan.
Doa-doa dan dalil-dalil yang diamalkan masuk ke dalam pengertian
sunnah dari hadits Rasulullah Saw. Doa, dalil dan praktik amalan yang
lain beserta tata cara ibadahnya apabila bukan dari ucapan, perbuatan
dan persetujuan Rasul maka pengamalan itu ditolak. Seperti yang telah
dijelaskan dilandasan teori bab dua. Hafalan doa dan dalil yang cukup
banyak anak-anak hafalkan apabila tidak ada dasarnya maka amalan
tersebut ditolak.
Contoh-contoh diatas hanya sebagian kecil dari pembiasaan yang
diajarkan. Pendidik harus meninjau kembali bahwa konsekuensi dari
pengamalan yang diajarkan dan dipraktikkan walaupun mudah bagi anak,
namun tidaklah sebanding dengan konsekuensi yang akan
dipertanggungjawabkan di sisi Allah Swt.
cxlvii
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah menjalankan berbagai instrumen penelitian berupa
observasi, wawancara, kuisioner dan rekaman arsip dengan bantuan
kolabolator guna memperkuat data. Menghasilkan suatu kesimpulan
bahwa, Taman Kanak-kanak Islam rata-rata memiliki tujuan yang sama
yaitu mengharapkan agar anak didik mereka dapat mengamalkan ibadah
dengan cara yang mudah. Selain anak-anak mudah menghafal dan
mengamalkannya, gurupun berharap mendapatkan hasil pahalanya yang
mengalir karena telah diamalkan anak didik mereka. Tanpa meninjau
kembali adanya kebenaran yang sangat penting untuk dikaji ulang.
Mempelajari sunnah Rasulullah semestinya dengan cara pemikiran
yang terbuka, dengan begitu seseorang akan berusaha untuk memahami
isi kandungannya. Apabila dalam memahami sunnah hanya berdasarkan
pendapatnya sendiri atau bahkan dengan taqlid buta (ikut-ikutan) tanpa
mengkaji terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan tidak dapat masuknya
ilmu atau pemahaman yang hakiki, sehingga jika membahas tentang
sunnah seolah-olah menjadi hal yang sentitif bahkan disebut aliran
tertentu. Seharusnya apabila seseorang merasa ragu dengan apa yang
cxlviii
diajarkannya atau bahkan terlalu yakin dengan tanpa dalil yang
disunnahkan maka sudah selayaknya ia meninjau kembali ajaran
tersebut kepada Al Qur’an dan sunnah dan berguru pada seseorang yang
berkompeten dibidangnya, bukan dengan memperkirakan menurut
logikanya dan asal dalam berbicara tanpa menguasai ilmunya.
Taman Kanak-kanak Islam merupakan pondasi awal generasi Islam
yang akan melanjutkan perjuangan kebenaran islam. Hal itu tidak
menutup kemungkinan rusaknya kebenaran Islam karena tercampurnya
ajaran dari hadits yang shahih, da’if bahkan hadits palsupun diajarkan,
sehingga lambat laun ajaran-ajaran tersebut tidak dapat dibedakan
antara sunnah dan bahkan dengan yang palsu.
B. Implikasi
Seseorang yang menganggap dirinya sebagai muslimin dan
muslimat tentu akan selalu berusaha agar tidak luput dari pengamalan
ibadahnya, terutama ibadah wajib yang telah Allah syari’atkan. Berdoa
dan shalat termasuk pengamalan ibadah yang diamalkan sehari- hari
oleh setiap muslimin dan muslimat. Bayangkan jika penerapan amalan
dengan harapan mendapat ridha dan pahala dari Allah Swt ternyata
ditolak karena kecerobohan dari muslim itu sendiri. Apabila seseorang
menganggap dirinya muslim sudah semestinya memiliki pemahaman
bahwa ibadah yang akan mengantarkannya kekehidupan bahagia kelak,
cxlix
harus sesuai pemahaman Islam. Saat ini telah beredar buku-buku, tafsir
maupun mushaf yang telah diterjemahkan kebahasa Indonesia dengan
rujukan dalil yang lengkap dan dapat dilihat langsung dihaditsnya. Hal ini
dapat menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki suatu amalan. Allah
dengan sifat-Nya yang maha pengampun dan maha penyayang tentu
akan mengampuni bagi hamba-Nya yang telah berusaha untuk terus
mencari kebenaran tersebut, begitu pula sebaliknya bagi hamba-Nya
yang acuh dan tidak berusaha untuk memperbaikinya. Selain memiliki
guru atau ustadz yang berkompeten, seseorang tetap harus dapat
melihat fakta dari hadits atau sunnah yang disampaikan dan
dikembalikan lagi pada pondasi Al Qur’an dan Hadits sehingga dapat
terhindar dari taqlid (tidak hanya mengikuti apa kata gurunya).
C. Saran
Sebagai pendidik seharusnya lebih bersemangat lagi untuk belajar
dan mencari tahu kebenaran dalam amalan-amalan ibadah, khususnya
yang dipraktikkan sehari-hari. Hal ini menjadi sangat penting karena
pendidik merupakan salah satu wadah pokok sebagai penyalur ilmu
terhadap masyarakat luas.
Diharapkan pendidik lebih berhati-hati dan lebih bijak dalam
mengambil keputusan sebelum memutuskan program keislaman yang
cl
akan diajarkan kepada anak didik mereka. Kesalahan baik yang
disengaja atau tidak, tetap akan berdampak negatif dan menimbulkan
keresahan bagi semua pihak. Hal penting yang harus dimiliki sebagai
seorang pendidik adalah sifat jiwa besar dan rendah hati sehingga ia
menyadari akan kekurangannya dan terus merasa bahwa ilmunya masih
kurang, dengan begitu seseorang akan termotivasi untuk terus belajar.
Program keislaman yang beredar di sekolah pada umumnya
mengikuti sistem dari pemerintah yang telah diterapkan di sekolah-
sekolah terutama sekolah yang bernaung di bawah Diknas ataupun
Depag. Hal ini menunjukkan antara pihak pemerintah, sekolah maupun
ulama’-ulama’ yang berkompeten seharusnya ada kerjasama yang saling
menguatkan. Walaupun dalam praktiknya semua dikembalikan pada
kebijakan sekolah dan guru namun dalam pembelajaran termasuk
keislaman adalah tanggung jawab bersama.
cli
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku;
Mughniyah, Muhammad Jawaid . Fiqih Lima Mazhab, Jakarta:Lentera 2010.
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. Prinsip Dasar Islam. Jakarta: At Taqwa 2011.
Abdat, Abdul Hakim bin Amir. Risalah Bid’ah. Jakarta:Pustaka Mu’awiyah
bin Abi Sufyan 2008.
Abdat, Abdul Hakim bin Amir. Hadist-hadist Dha’if & Maudhu” . Jakarta:
Maktabah Mu’awiyah bin Abi Sufyan 2011
Drs. Rahman, Fatchur. Mushthalahul Hadist. Bandung: PT Alma’arif 1974.
At-Tarmusy, Muh. Mahfudh. Manhaj Dzawi’n-Nadhar.
al Mathar, Hammud bin Abdullah, ”Ensiklopedia Bid’ah”. Jakarta:Darul Haq
2009.
Dr. Al-Kailani, Abdurrazzaq. ‘’Larangan Minum sambil berdiri”. Qiblati edisi
04. 2011.
Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006)
clii
Al Bani, Muhammad Nashiruddin. Sifat-sifat Shalat Nabi. Bogor : Media
Tarbiyah 2010.
Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta 2002
Abdat, Abdul Hakim bin Amir. ”Menanti Buah Hati & Hadiah untuk yang
Dinanti”. Jakarta:Pustaka Mu’awiyah bin Abi Sufyan2009.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik Bandung 1990.
Arikunto, Suharsin. Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta 1998)
Prof. DR. H. Fathoni,. Abdurrahmat M. Si. ”Metode Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi”. Jakarta 2006.
Referensi Hadits;
HR. Abu Dawud
HR. At-Tirmidzi
HR. Ibnu Majah
HR. Muslim
HR. An-Nasaa’i
HR. Al-Bukhari.
HR. Imam Ahmad
Maktabah Syamilah
cliii
Referensi Tafsir;
Syaamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Perkata, Desember 2010
Bulughul Maram min Adillatil Ahkaam (no. 1548)
Ath-thariiq ilal Islaam oleh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, cet. I, Darul Wathm, th. 1412 H.
Al-iqtidha’
Al-I’tisham
Ushul fi al-Bida’I wa as-Sunan
Al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta’, fatwa.
Ad-Darimi (I/54)
Syarhus Sunnah lil Imam al-Barbahary, tahqiq Khalid bin Qasim ar-Raddadi
Liqa’ al-Bab al-Maftuh, Syaikh Ibnu Utsaimin
Lilhafidz ibnu katsir, tafsir quranil a’dzim
Al- Baihaqy
Fathul Bari
Ath-Thabrani
cliv
Referensi Internet;
http://pewforum.org/muslim/muslim-population-of-indonesia.aspx.
http://adarossyat.blogspot.com/2010/02/larangan-peringatan-maulid-
nabi.html.
http://www.scribd.com/doc/22588479/Hakikat-Belajar.
http://catatannana.blogspot.com/2011/01/pendekatan-pemrosesan-informasi-dan.html.
http://bataviase.co.id/node/631521
http://www.darunnajah.com/?p=16
http://ahmadnaufa.wordpress.com/2010/04/20/sekilas-tentang-ipnu-ippnu
http://surveyonline.wordpress.com/>http://surveyonline.wordpress.com/2008/07/08/metode-penelitian-survey/
file:///C:/Documents%20and%20Settings/Administrator/My%20Documents/depok-menuju-kota-pendidikan.html.
File;
Sisdiknas.pdf.sistem pendidikan 2 th 2003.
Permen-no-58-th-2009-ttg-paud