ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun...

99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ABSTRAK Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2010 dengan Metode Pendekatan data Envelopment Analysis (DEA) SORAYA ISNAENI F0108023 Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Efisiensi dalam dunia perbankan meerupakan salah satu parameter kinerja yang cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan – kesulitan dalam menghitung ukuran – ukuran kinerja perbankan. Salah satu cara mengetahui kinerja perbankan syariah sendiri dapat dilihat dari tingkat efisiensinya, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat efisiensi teknik perbankan syariah di Indonesia tahun 2010, yang terdiri dari 10 Bank Umum Syariah (BUS) dan 5 Unit Usaha Syariah (UUS). Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA), dimana variabel yang digunakan terdiri dari input (simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja) dan output (pembiayaan dan pendapatan operasional) Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Bank Umum Syariah yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100% adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, dan Bank Victoria Syariah. Sedangkan Unit Usaha Syariah yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100% adalah BII (Maybank), Bank Tabungan Negara, Bank Jateng, dan Bank Permata. Sedangkan bank-bank syariah lainnya mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami inefisiensi selama tahun pengamatan. Hasil penelitian analisis efisiensi perbankan syariah membenarkan secara statistik efisiensi perbankan syariah. Meskipun terdapat perbedaan efisiensi antara Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Dengan kata lain efisiensi kedua kelompok dapat dikatakan sama. Kata Kunci : Tingkat Efisiensi Teknik, Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, DEA.

Transcript of ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ABSTRAK

Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2010 dengan

Metode Pendekatan data Envelopment Analysis (DEA)

SORAYA ISNAENI

F0108023

Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Efisiensi dalam dunia perbankan meerupakan salah satu parameter kinerja yang cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan – kesulitan dalam menghitung ukuran – ukuran kinerja perbankan.

Salah satu cara mengetahui kinerja perbankan syariah sendiri dapat dilihat dari tingkat efisiensinya, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat efisiensi teknik perbankan syariah di Indonesia tahun 2010, yang terdiri dari 10 Bank Umum Syariah (BUS) dan 5 Unit Usaha Syariah (UUS). Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA), dimana variabel yang digunakan terdiri dari input (simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja) dan output (pembiayaan dan pendapatan operasional)

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Bank Umum Syariah yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100% adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, dan Bank Victoria Syariah. Sedangkan Unit Usaha Syariah yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100% adalah BII (Maybank), Bank Tabungan Negara, Bank Jateng, dan Bank Permata. Sedangkan bank-bank syariah lainnya mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami inefisiensi selama tahun pengamatan.

Hasil penelitian analisis efisiensi perbankan syariah membenarkan secara statistik efisiensi perbankan syariah. Meskipun terdapat perbedaan efisiensi antara Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Dengan kata lain efisiensi kedua kelompok dapat dikatakan sama.

Kata Kunci : Tingkat Efisiensi Teknik, Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, DEA.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ABSTRACT

An Analysis on Syariah Banking Efficiency in Indonesia in 2010 with Data Envelopment Analysis (DEA) approach method

SORAYA ISNAENI F0108023

Efficiency is one of performance parameter theoretically constituting one

of performances underlying an organization’s entire performance. Efficiency in banking sector is a popular parameter of performance, used widely because it is an answer to difficulties in calculating the measures of banking performance.

One way of seeing the performance of syariah banking is to look at its efficiency, so that this research aims to find out and to analyze the efficiency level of syariah banking technique in Indonesia in 2010, consisting of 10 Syariah Public Bank (BUS) and 5 Syariah Business Unit (UUS). In this research, the method used was Data Envelopment Analysis (DEA), in which the variable used consisted of input (saving, asset, and labor cost) and output (operational cost and income).

The result of research showed that the Syariah Public Banks that had achieved efficiency level of 100% were Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, and Bank Victoria Syariah. Meanwhile the Syariah Business Units that had achieved efficiency level of 100% were BII (Maybank), Bank Tabungan Negara, Bank Jateng, and Bank Permata. Meanwhile, other syariah banks experienced fluctuation and tended to experience inefficiency during observation year.

The result of research on the efficiency analysis of syariah bank justified statistically the efficiency of syariah banking. Despite any efficiency difference between Syariah Public Bank and Syariah Business Unit, it was not significant. In other words, the efficiency of both groups above could be said as the same.

Keywords: Technical Efficiency Level, Syariah Public Bank, Syariah Business Unit, DEA.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan

penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan

dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah

peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Bank Syariah adalah Bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya

terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Prinsip

Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa

yang dikeluar-kan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan

fatwa di bidang syariah. (Booklet Perbankan Indonesia, 2011)

System keuangan islam secara garis besar dapat dikemukakan secara

sederhana. System ini terutama dapat atas skema PLS (profit-and-loss-sharing)

atau system bagi hasil. Bank islam yang dikenal dengan bank syariah, tidak

menetapkan system bunga, melainkan system bagi hasil, dimana bank juga

menjagak deposan ikut serta dalam suatu usaha. Deposan juga mendapatkan

bagian dari keuntungan bank tersebut, sesuai dengan rasio yang telah ditetapkan

di awal. Dengan demikian maka akan terjalin hubungan kemitraan antara bank

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dan deposan di satu pihak, dan di pihak lain antara bank dan nasabah investasi,

yang mengelola simpanan deposan dalam berbagai usaha produktif. Dengan

menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan

skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif

sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan

masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Landasan hukum, yang menjadi titik tolak perkembangan bank syariah di

Indonesia adalah UU No.7/1992 yang diubah oleh UU No.10 Tahun 1998 tentang

Perbankan. Dalam UU tersebut prinsip syariah sudah dinyatakan, meskipun masih

samar, yang dinyatakan sebagai prinsip bagi hasil, yang kemudian diperbaharuhi

dengan UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan UU No 3 tahun

2004. Undang-undang ini memberikan arahan bagi bank konvensional untuk

membuka cabang syariah atau mengkonversikan diri menjadi bank syariah.

Prinsip perbankan syariah secara tegas dinyatakan dalam UU No.21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah

Potensi dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia cukup besar,

dimana penduduk Indonesia yang mempunyai penduduk yang mayoritas

beragama islam. Yang artinya juga memiliki sumber daya manusia (SDM) yang

sangat potensial. Perbankan syariah sebagai industri keuangan yang berbasis

sektor riil sangat sesuai dengan kondisi perekonomian di Indonesia. Dimana

perkembangan pertumbuhan pasar keuangan, khususnya perbankan syariah

nasional yang semakin meningkat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Perbankan Syariah dalam sepuluh tahun terakhir telah mengalami

peningkatan yang cukup pesat. Survey yang digelar oleh Bank Indonesia terhadap

industry ini, memperlihatkan minat besar masyarakat terhadap industri perbankan

syariah. “Hasil riset dan survei BI menunjukkan minat masyarakat terhadap bank

syariah cukup tinggi. (Sekitar) 89 persen menerima prinsip syariah,” (Ketua Tim

Penelitian Perbankan Syariah Direktorat Perbankan Syariah BI, Dhani Gunawan

Idat)

Salah satu sektor ekonomi islam yang memiliki andil yang sangat besar adalah

perbankan syariah. Perbankan syariah memiliki peran yang amat penting karena

merupakan bagian besar dari ekonomi Islam serta telah menunjukan ketangguhan

sebagai sebuah system perbankan.

Perbankan syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya.

Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Dari

institusi perbankan diharapkan terciptanya masyarakat yang bebas dari riba dan

tercipta keadilan dengan distribusi kesejahteraan yang merata. (Latifa dan

Mervyn, 2003)

Seperempat abad yang lalu, Bank syariah (Islam) sama sekali belum

dikenal. Sekarang sudah lebih dari 55 negara yang pasarnya sedang bangkit dan

berkembang ikut menerapkan system perbankan dengan keuangan Islam. Tidak

hanya berkembang di Negara-negara muslim, namun si Australia, Inggris, dan

Amerika Serikat, dimana muslim sebagai minoritas, bank bank syariah tumbuh

dengan pesat. (Latifa dan Mervyn, 2003)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Perkembangan bank syariah di Indonesia telah menunjukan perkembangan

yang sangat signifikan. Dalam beberapa tahun terakhir banyaknya dibuka Unit

Usaha Syariah (UUS) dan kantor cabang baru bank syariah. Peran perbankan

syariah pun semakin meningkat dalam industry perbankan nasional. Pertumbuhan

asset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan pembiayaan selalu diatas 15% pertahunnya.

Walaupun memiliki kemajuan yang baik, pangsa pasar dari bank syariah masih

relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan proporsi jumlah penduduk Muslim di

Indonesia. Berikut tabel yang menunjukan perkembangan perbankan Syariah di

Indonesia dari tahun 2009 - 2012.

Tabel 1.1

Jaringan Kantor Perbankan Syariah 2009 2010 2011 2012

Bank Umum Syariah Jumlah Bank 6 11 11 11

Jumlah Kantor 711 1215 1401 1435 Unit Usaha Syariah

Jumlah Bank 25 23 24 24 Jumlah Kantor 287 262 336 378

Bank Perkreditan Rakyat Syariah

2

Jumlah Bank 138 150 155 155 Jumlah Kantor 225 285 364 389 Total Kantor 1223 1763 2101 2202

Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2012

Perkembangan syariah di Indonesia pada masa depan diperkirakan akan

semakin pesat. Hal ini ditunjukan oleh pembukaan kantor cabang di berbagai

daerah, semakin banyaknya bank konvensional yang mengkonversi sistemnya

menjadi syariah, meningkatnya kesaran umat islam akan pentingnya

menggunakan bank syariah, dan penigkatan kinerja bank syariah terutama dalam

hal profitabilitas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Perkembangan bank syariah yang sangat pesat ternyata belum sesuai

harapan yang diinginkan. Perbankan syariah baru berperan 4% dari total asset

bank secara nasional (pada tahun 2011) dalam pangsa industry perbankan

nasional. Padahal potensi konsumen bank syariah di Indonesia sangatlah besar

karena mayoritas penduduk Indonesia beragama islam. Kecilnya peran yang baru

dimiliki oleh bank syariah disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya dan

yang akan dibahas adalah perihal efisiensi perbankan syariah. Efisiensi

merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh

kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal

dengan input yang ada adalah ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat

pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana

mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau

mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu.

Efisiensi perbankan syariah menjadi sangat penting bagi perbankan

syariah itu sendiri, untuk dapat melihat tingkat kesehatan, melihat kinerja

perbankan itu sendiri, serta mempersiapkan diri pada kondisi dual banking system

dalam hal ini bersaing dengan perbankan konvensional. Urgensi atas efisiensi

perbankan syariah menyebabkan penelitian tentang efisiensi perbankan syraiah

penting dilakukan. Untuk menentukan nilai efisiensi bank-bank tersebut

digunakan pendekatan asset dan produksi dengan metode statistic non parametik :

Data Envelopment Analysis (DEA). Pengolahan data dari laporan keuangan

diklasifikasikan menurut variable yang sesuai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi efisiensi perbankan syariah di Indonesia tahun 2010 ?

2. Apakah perbankan syariah sudah dikatan efisien secara statistik ?

3. Adakah perbedaan tingkat efisiensi di Bank Umum Syariah dengan Unit

Usaha Syariah ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kondisi efisiensi perbankan syariah di Indonesia

tahun 2010 dengan menggunakan analisis DEA.

2. Untuk mengetahui efisien perbankan syariah secara statistik.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara Bank

Umum Syariah dengan Unit Usaha Syariah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi :

1. Penulis, untuk mendalami dan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan

selama berada dibangku perkuliahan.

2. Bank Indonesia, dapat dijadikan referensi dalam memantau efisiensi

industri perbankan di Indonesia serta sebagai pertimbangan dalam

pengambilan suatu kebijakan terhadap perbankan Syariah masa yang

akan datang.

3. Perbankan, sebagai referensi bank mana yang dapat dijadikan acuan

perbaikan.

4. Kalangan akademisi, sebagai acuan/referensi penelitian selanjutnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Perbankan

a. Bank secara umum

Kata bank berasal dari kata banco dalam bahasa Italia yang berarti peti

atau lemari atau bangku. Kata tersebut menyiratkan fungsi sebagai tempat

penyimpanan benda-benda berharga seperti peti emas, peti berlian, peti uang

dan sebagainya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998,

Tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan menjelaskan bahwa bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

atau bentuk-bentuk lannya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak. Menurut Dictionary of Banking and Financial Services (Jerry

Rosenberg), bank adalah suatu lembaga yang mempunyai fungsi pokok antara

lain (a) menerima simpanan giro, deposito dan membayar atas dasar dokumen

yang ditarik orang / lembaga tertentu dan (b) mendiskontokan surat berharga,

memberikan pinjaman dan menanam dana dalam bentuk surat berharga. Bank

merupakan lembaga yang berpondasikan kepercayaan. Tanpa adanya

kepercayaan masyarakat terhadap bank dan sebaliknya maka kegiatan

perbankan tidak akan berjalan dengan baik. Menurut Howard D.Crosse dan

George H.Hempel, bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha

manusia dan sumber sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

rangka melayani kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan bagi

pemilik bank.

Usaha utama bank selalu berkaitan dengan bidang keuangan yang

meliputi tiga kegiatan utama (Mudrajat Kuncoro S, 2002: 68-85) yaitu:

a) Menghimpun dana

Menghimpun dana berarti mengumpulkan atau mencari dana

(uang) dari masyarakat luas, pemilik bank (pemegang saham),

pemerintah, Bank Indonesia ataupun dari pihak-pihak luar negeri.

b) Menyalurkan dana

Dana yang dihimpun oleh perbankan harus disalurkan kembali

ke masyarakat dalam bentuk kredit/pembiayaan, karena fungsi

utama perbankan sebagai lembaga intermediasi / perantara antara

pihak yang kelebihan dana (depositor) dengan pihak yang

kekurangan dana (debitur). Dalam hal menyalurkan dana bank akan

memperoleh keuntungan dari selisih antara harga jual dengan harga

beli setelah dikurangi biaya-biaya operasional.

c) Memberikan jasa bank lainnya

Pemberian jasa lainnya merupakan jasa pendukung atau

pelengkap kegiatan perbankan. Jasa ini dimaksudkan untuk

mendukung kelancaran proses menghimpun dana dan

menyalurkannya baik yang berhubungan langsung maupun tidak

langsung dengan dua kegiatan tersebut. Jasa bank lain dapat berupa

setoran, jasa pembayaran, penagihan (inkaso). Bank akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

memperoleh keuntungan (fee based) dari biaya administrasi, komisi,

sewa, dan biaya-biaya lainnya.

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa

bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya

aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.

Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara.

Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai

penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. Untuk ini,

bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Ini adalah peran bank

yang paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat

pembayaran yang efisien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan

cara barter yang memakan waktu. Kedua, dengan menerima tabungan dari

nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti

bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih

produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan

meningkat. Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang,

orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena

mereka tidak memiliki dana pinjaman

b. Bank syariah secara umum

Secara garis besar system keuangan islam dapat dikemukakan

secara sederhana. System ini terutama dapat atas skema PLS (profit-and-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

loss-sharing) atau system bagi hasil. Bank Islam yang dikenal dengan

Bank Syariah, tidak menetapkan system bunga, melainkan system bagi

hasil, dimana bank juga mengajak deposan ikut serta dalam suatu usaha.

Deposan juga mendapatkan bagian dari keuntungan bank tersebut, sesuai

dengan rasio yang telah ditetapkan di awal. Dengan demikian maka akan

terjalin hubungan kemitraan antara bank dan deposan di satu pihak, dan di

pihak lain antara bank dan nasabah investasi, yang mengelola simpanan

deposan dalam berbagai usaha produktif.

Perbankan Syariah berbeda dengan perbankan Konvensional yang

pada intinya meminjam dana dengan membayar bunga dan memberikan

pinjaman dengan menarik bunga. Sedangkan perbankan Syariah

memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Dalam Islam

melarang kaum muslimin menarik atau membayar bunga dalam bentuk

semua transaksi. Inilah yang membedakan system perbankan Syariah dan

system perbankan Konvensional. Secara teknis, Riba adalah nilai tambah

dari pokok pinjaman yang disesuaikan dengan jangka waktu dan jumlah

pinjaman. Namun kiri para ulama bersepakat bahwa istilah riba itu

meliputi segala bentuk bunga.

Pengembangan sistem perbankan Syariah di Indonesia dilakukan

dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam

kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan

alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat

Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan Syariah dan perbankan

Konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi

sektor-sektor perekonomian nasional.

Karakteristik sistem perbankan Syariah yang beroperasi

berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan

yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan

aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,

mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam

berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi

keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa

perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif,

perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan

dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa

terkecuali.

Kecenderungan masyarakat menggunakan sistem bunga lebih

bertujuan untuk mengoptimalkan pemenuhan kepentingan pribadi,

sehingga kurang mempertimbangkan dampak sosial yang ditimbulkan.

Berbeda dengan sistem bagi hasil, sitem ini berorientasi pemenuhan

kemaslahatan hidup umat manusia (Sudarsono, 2008).

Perbedaan bunga dan bagi hasil dapat dijelaskan lebih jauh dalam

tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Perbedaan antara Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil

Indikator Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil

Objek Kontrak Uang Barang atau Investasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Penentuan

besarnya hasil

Sebelumnya Sesudah berusaha, sesudah

ada untungnya

Yang ditentukan Bunga, besarnya nilai

rupiah.

Menyepakati proporsi

pembagian untung untuk

masing – masing pihak,

misalnya 50:50 atau 40:60

Jika terjadi

kerugian

Ditanggung nasabah Ditanggung kedua belah pihak,

nasabah dan lembaga

Dihitung Dari dana yang

dipinjamkan, fixed,

tetap

Dari untung yang bakal

diperoleh, belum tentu

besarnya.

Titik perhatian

proyek / usaha

Besarnya bunga yang

harus dibayar nasabah /

pasti diterima bank.

Keberhasilan proyek / usaha

jadi perhatian bersama :

Nasabah dan Lembaga

Besarnya Pasti (%) x Jumlah

pinjaman yang telah

diketahui.

Proporsi (%) x Jumlah untung

yang belum diketahui.

Sumber : Muhammad, 2004

Perbankan di Indonesia menganut sistem dual system banking (bank

konvensional dan syariah), tetapi keduanya memiliki perbedaan-perbedaan, dapat

dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Perbedaan antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah

Bank Konvensional Bank Syariah Memakai perangkat bunga dalam kegiatan operasionalnya.

Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, dan sewa.

Melakukan kegiatan investasi ke sektor usaha yang halal dan haram.

Melakukan kegiatan investasi ke sektor usaha yang halal saja.

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditor-debitor

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan.

Profit oriented Profit dan falah oriented

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Tidak terdapat dewan sejenis DPS Terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang mengawasi kegiatan operasional perbankan.

Sumber : syafi’I Antonio 2001

c. Kegiatan Bank Umum Syariah (BUS)

Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro,

Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan

akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa Deposito,

Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan

akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah, Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad

mudharabah, akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan

dengan prinsip syariah. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad

murabahah, akad salam, akad istishna’, atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah. Menyalurkan pembiayaan

berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak bertentangan dengan

prinsip syariah. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat

berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata

berdasarkan prinsip syariah, antara lain, seperti akad ijarah,

Musyarakah,Mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah.

Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang

diterbitkan oleh pemerintah dan atau BI. Menerima pembayaran dari

tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak

ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip syariah. Melakukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang

berdasarkan pinsip Syariah. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan

sendiri maupun untuk kepentingan nasabah berdasarkan prinsip syariah.

Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah.

Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip

syariah, dan melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang

perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan

prinsip syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan prinsip

Syariah.Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah

atau lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan

prinsip syariah. Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah dan ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang pasar modal. Menyelenggarakan kegiatan atau produk

bank yang berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakansarana

elektronik. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat

berharga jangka pendek berdasarkan prinsip syariah, baik secara langsung

maupun tidak langsung melalui pasar uang. Menerbitkan, menawarkan,

dan memperdagangkan surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip

syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar modal.

Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank umum syariah

lainnya yang berdasarkan prinsip syariah. (Booklet Perbankan Indonesia

2011)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

d. Kegiatan Unit Usaha Syariah (UUS)

Pihak-pihak yang akan melakukan kegiatan usaha Bank Syariah

atau UUS wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank

Syariah atau Unit Usaha Syariah (UUS) dari Bank Indonesia. Dalam

memperoleh izin usaha yang dimaksud Bank Syariah harus memenuhi

persyaratan tentang susunan organisasi dan kepengurusan, permodalan,

kepemilikan, keahlian dibidang perbankan syariah, dan kelayakan usaha.

Sedangkan Bank Umum Konvensional yang akan melakukan kegiatan

usaha berdasarkan prinsip Syariah wajib membuka UUS di kantor pusat

Bank dengan izin Bank Indonesia ( UU no.21 tahun 2008, pasal 5)

Selain mendirikan Bank Syariah atau UUS baru, pihak-pihak yang

ingin melakukan kegiatan usaha perbankan syariah dapat melakukan

pengubahan (konversi) bank Konvensional menjadi Bank Umum Syariah.

Namun pengubahan Bank Syariah menjadi Bank Konvensional merupakan

hal yang dilarang dalam UU ini. Disamping itu, pendirian Bank Umum

Syariah baru dapat dilakukan dengan cara pemisahan (spin off) UUS dari

induknya yang dilakukan secara sukarela atau dilakukan dalam rangka

memenuhi kewajiban. Namun dalam hal ini, Bank Indonesia akan

melakukan kebijakan yaitu, Unit Usaha Syariah atau UUS harus sudah

berdiri sendiri di tahun 2023 nanti. Dan Bank Indonesia menargetkan

tahun 2023 nanti Bank Umum Syariah akan terus mengalami peningkatan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Proses dalam pembukaan kantor cabang, kantor perwakilan dan

jenis-jenis kantor lainnya diluar negeri oleh Bank Syariah dan Unit Usaha

Syariah prosesnya hampir sama dengan pembukaan Bank Konvensional.

Yang membedakan hanyalah dalam system organisasi Bank Syariah

mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang diangkat oleh RUPS

atas Rekomendasi Majelis Ulana Indonesia. DPS bertugas untuk

memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi ketentuan-

ketentuan sesuai dengan prinsip syariah. Namun dalam proses

pengawasannya oleh Bank Indonesia, Bank Syariah dan Unit Usaha

Syariah secara garis besar sama dengan proses pengawasan Bank

Konvensional.

e. Sejarah Perbankan Syariah.

Perbankan adalah satu lembaga yang melaksakan tiga fungsi

utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan

memberikan jasa pengiriman uang. Didalam sejarah perekonomian kaum

muslimin, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai Syariah

telah menjadi bagian dari tradisi umat islam sejak jaman Rasulullah Saw.

Praktik - praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk

keperluan konsumsi, dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan

pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman rasulullah. Dengan

demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu menerima deposit,

menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat islam, bahkan sejak zaman

Rasulullah.

Seiring berjalannya waktu maka mulai timbul usaha usaha

disejumlah Negara muslim untuk mendirikan lembaga alternative terhadap

bank yang ribawi ini. Hal ini terjadi terutama setelah bangsa-bangsa

muslim mendapatkan kemerdekaannya dari penjajah bangsa-bangsa eropa.

Usaha modern pertama untuk mendirikan bank tanpa bunga pertama kali

dilakukan di Malaysia pada pertengahan tahun 40-an, namun usaha ini

tidak sukses. Selanjutnya, eksperimen lainnya dilakukan di Pakistan pada

akhir tahun 50-an, dimana suatu lembaga perkreditan tanpa bunga

didirikan dipedesaan Negara itu.

Pendirian Bank Syariah yang paling sukses dan inovatif dimana

modern ini dilakukan si Mesir pada tahun 1963, dengan berdirinya Mit

Ghamr Local Saving bank. Bank ini mendapatkan sambutan yang cukup

hangat dari Negara Mesir. Namun sayang kesuksesan Bank hanya

sementara, karena terjadi kakacauan politik di Mesir maka Mit Ghamr

mulai mengalami kemunduran, sehingga operasionalnya diambil alih oleh

National Bank of Egypt dan Bank Sentral Mesir pada tahun 1967.

Pengambilalihan ini menyebabkan prinsip nir-bunga pada Mit Ghamr

mulai ditinggalkan, sehingga bank ini kembali beroprasi berdasarkan

bunga. Pada tahun 1971, akhirnya konsep nir-bunga kembali dibandingkan

pada masa rezim sadat melalui pendirian Nasser Social Bank. Tujuan bank

ini adalah untuk menjalankan kembali bisnis yang berdasarkan konsep

yang telah dipraktikan oleh Mit Ghamr.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Perkembangan selanjutnya di era-70an, usaha usaha untuk

mendirikan Bank Islam mulai menyebar ke banyak Negara. Beberapa

Negara seperti Pakistan, iran, dan sudan, bahkan mengubah seluruh system

keuangan di Negara itu menjadi system nir-bunga, sehingga semua

lembaga keuangan dinegara tersebut beroprasi tanpa menggunakan bunga.

Dinegara islam lainnya seperti Malaysia dan Indonesia, bank nir-bunga

beroprasi berdampingan dengan bank Konvensional.

Perbankan syariah kini telah mengalami perkembangan yang

cukup pesat dan menyebar ke banyak Negara, bahkan ke Negara-negara

Barat. The Islamic bank International of Denmark tercatat sebagai bank

syariah pertama yang beroprasi di Eropa, yakni pada tahun 1983 di

Denmark. Kini, bank bank besar dari Negara -negara Barat seperti

Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattan Bank dan Jardine Fleming telah

pula membuka Islamic window agar dapat memberikan jasa-jasa

perbankan yang sesuai dengan syariat Islam .

f. Pengawasan Syariah

1) DPS (Dewan Pengawas Syariah)

Peran utama para ulama dalam DPS adalah mengawasi jalannya

operasional bank sehari-hari, agar selalu sesuai dengan ketentuan-

ketentuan syariah. Hal ini karena transaksi-transaksi yang berlaku dalam

Bank Syariah sangat khusus jika dibanding Bank Konvensional. Karena

itu, diperlukan garis panduan yang mengaturnya. Garis panduan ini

disusun dan ditentukan oleh DPN.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

DPS harus membuat pernyataan secara berkala (biasanya tiap

tahun) bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan

ketentuan syariah. Pernyataan ini dimuat dalam laporan tahunan (annual

report) bank bersangkutan. Tugas lain DPS adalah meneliti dan membuat

rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya. Dengan demikian,

DPS bertindak sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk diteliti

kembali dan difatwakan oleh DPN.

2) DSN (Dewan Syariah Nasional)

Sejalan dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah di tanah

air, maka berkembang pulalah jumlah DPS yang berada dan mengawasi

masing - masing lembaga tersebut. Banyak dan beragamnya DPS

dimasing-masing lembaga keuangan syariah adalah suatu hal yang harus

disyukuri tetapi juga diwaspadai. Kewaspadaan itu berkaitan dengan

adanya kemungkinan timbulnya fatwa yang berada dari masing - masing

DPS dan hal itu tidak mustahil akan membingungkan umat dan nasabah.

Dewan Syariah Nasional dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan hasil

rekomendasi Lokakarya Reksadana Syariah pada bulan juli tahun yang

sama. Lembaga ini merupakan lembaga otonomi dibawah Majelis Ulama

Indonesia dipimpin oleh ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dan

Sekretaris. Kegiatan sehari-hari Dewan Syariah Nasional dijalankan oleh

badan pelaksana harian dengan seorang ketua dan sekretaris serta beberapa

anggota.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk -

produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah islam.

Dewan ini bukan hanya mengawasi Bank Syariah, tetapi juga lembaga -

lembaga lain seperti asuransi, reksadana, modal ventura, dan sebagainya.

Untuk keperluan pengawasan tersebut, DSN membuat garis panduan

produk syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum islam. Garis

panduan ini menjadi dasar pengawasan bagi dewan pengawas syariah pada

lembaga - lembaga keuangan syariah, dan menjadi dasar pengembangan

produk-produknya. Fungsi lain dari Dewan Syariah Nasional adalah

meneliti dan memberi fatwa bagi produk - produk yang dikembangkan

oleh lembaga keuangan syariah. Produk tersebut harus diajukan oleh

menejemen setelah di rekomendasikan oleh DPS pada lembaga yang

bersangkutan.

g. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Bank Syariah di Indonesia yang pertama didirikan pada tahun 1992

adalah Bank Muamalat. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila

dibandingkan dengan Negara-negara Muslim lainnya, perbankan syariah

di Indonesia akan terus berkembang, bila pada tahun 1992-1998 hanya ada

satu unit Bank Syariah di Indonesia, maka pada 1999 jumlahnya

bertambah menjadi tiga unit. Pada tahun 2010, Perbankan Syariah sudah

membuka Bank Umum Syariah (BUS) sebanyak 11unit, bank syariah

maupun Bank Konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah telah

meningkat menjadi 23 unit. Sedangkan jumlah BPRS (Bank Perkreditan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Rakyat Syariah) sudah mencapai 150 unit dan masih akan terus

bertambah. Ditahun-tahun mendatang, jumlah Bank Syariah ini akan terus

meningkat seiring dengan masuknya pemain-pemain baru, bertambahnya

jumlah kantor cabang Bank Syariah yang sudah ada, maupun dengan

dibukanya Islamic window di bank - bank Konvensional.

Tumbuh kembangnya asset bank Syariah ini dikarenakan adanya

kepastian disisi regulasi serta berkembangnya pemikiran masyarakat

tentang keberadaan bank Syariah. Perkembangan perbankan syariah ini

tentunya juga harus didukung oleh sumber daya manusia yang memadai,

baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Namun realitas yang ada

menunjukan bahwa masih banyak sumber daya manusia yang selama ini

terlibat di institusi syariah tidak memiliki pengalaman akademis maupun

praktis dalam Islamic Banking. Tentunya kondisi ini cukup signifikan

mempengaruhi produktifitas dan profesionalisme perbankan syariah itu

sendiri. Dan inilah memang yang harus mendapatkan pergatian dari kita

semua, yakni mencetak sumber daya manusia yang mampu mengamalkan

ekonomi syariah di semua lini. Karena system yang baik tidak mungkin

dapat berjalan bila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang baik

pula.

h. Produk dan Jasa Perbankan Syariah.

Prinsip-Prinsip Dasar dalam Produk-Produk Bank Syariah

Hubungan-hubungan ekonomi secara garis besar berdasarkan

syariat-syariat Islam ditentukan oleh hubungan akad. Akad-akad yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

berlaku terdiri dari lima prinsip-prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip

dasar akad tersebut dapat ditemukan pada produk baik lembaga-lembaga

keuangan bank syariah maupun lembaga-lembaga keuangan bukan bank

syariah di Indonesia, meliputi (Muhammad, 2005):

1) Prinsip Simpanan Murni (Al-Wadi’ah)

Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh

bank syariah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan

dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al-wadi’ah. Fasilitas ini

diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti

halnya giro dan tabungan. Istilah al-wadi’ah dalam dunia perbankan

konvensional lebih dikenal dengan giro.

2) Bagi Hasil (Syirkah)

Prinsip ini adalah suatu konsep yang meliputi tata cara pembagian

hasil usaha antara penyedia dan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini

dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana maupun antara bank

dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip

ini adalah mudharabah dan musyarakah. Prinsip mudharabah ini dapat

digunakan sebagai dasar baik produk pendanaan (tabungan dan deposito)

maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk

pembiayaan dan penyertaan.

3) Prinsip Jual Beli (At-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu konsep yang menerapkan tata cara jual

beli, di mana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan

atau mengangkat nasabah sebagai agen bank dalam melakukan pembelian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

barang atas nama bank. Bank menjual barang tersebut kepada nasabah

dengan sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya

dapat berupa: murabahah, salam, dan istishna.

4) Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Prinsip ini secara garis besar terdiri dari dua jenis. Pertama, ijarah

(sewa murni) seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk

lainnya (operating lease). Secara teknik bank dapat membeli dahulu

barang yang dibutuhkan oleh nasabah, kemudian barang tersebut

disewakan dalam waktu dan hanya yang telah disepakati oleh nasabah.

Kedua, bai al-takjiri atau ijarah al-muntahiya bithamlik, yang merupakan

penggabungan sewa dan beli di mana penyewa mempunyai hak untuk

memiliki barang pada akhir masa sewa (financial lease).

5) Prinsip Jasa/Fee (Al-Ajr Walumullah)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang

diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain

Bank Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa, Transfer, dan lain-lain.

i. Pengembangan Produk-Produk Bank Syariah

Secara garis besar, pengembangan produk-produk bank syariah

dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1) Produk Penghimpunan Dana

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam produk ini meliputi prinsip

wadi’ah dan mudharabah.

a) Prinsip Wadi’ah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Prinsip ini mempunyai implikasi hukum yang sama dengan

qardh, di mana nasabah bertindak sebagai pihak yang

meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai pihak

peminjam. Pengembangan produk bank syariah yang

berdasarkan prinsip ini meliputi dua jenis, yaitu: wadi’ah yad

amanah dan wadi’ah yad dhomanah. Adapun penjelasan

tentang mekanisme produk bank syariah yang berdasarkan

prinsip ini diperlihatkan pada gambar 2.1 dan 2.2.

Gambar 2.1 Skema Kerja Prinsip Wadi’ah Yad Amanah

Sumber: Muhammad, 2005

Gambar 2.1 dan 2.2 menjelaskan perbedaan kedua prinsip

tersebut. Wadi’ah yad amanah merupakan barang yang

dititipkan tidak dapat dikelola oleh bank syariah.

Gambar 2.2 Skema Kerja Prinsip Wadi’ah Yad Dhomanah

Sumber: Muhammad, 2005

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Wadi’ah yad dhomanah yaitu barang yang dititipkan dapat

dikelola oleh bank syariah. Prinsip ini dikembangkan dalam

bentuk, yaitu: current account (giro) dan saving account

(tabungan).

b) Prinsip Mudharabah

Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpan

bertindak sebagai shahibul maal dan bank sebagai mudharib.

Dana ini digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad

jual beli maupun syirkah. Apabila kerugian terjadi, bank

bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi. Prinsip ini dalam

aplikasinya seperti: tabungan berjangka dan deposito berjangka.

Prinsip mudharabah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

mudharabah muqayyadah on balance sheet dan off balance

sheet serta mudharabah mutlaqah.

Gambar 2.3 Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah on Balance

Sheet

Sumber: Muhammad, 2005

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Perbedaan antara mudharabah muqayyadah on balance

sheet dengan off balance sheet dapat dilihat pada gambar 2.3

dan 2.4. Pada mudharabah muqayyadah off balance sheet, bank

syariah juga berperan memberikan modal untuk dikelola

mudharib dan bank syariah akan mendapatkan kembali

modalnya dan bagi hasil dari proyek yang dikerjakan.

Gambar 2.4 Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah off Balance

Sheet

Sumber: Muhammad, 2005

Mudharabah muqayyadah merupakan penyaluran dana

langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak

sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana

dengan pelaksana usaha

Gambar 2.5 Skema Kerja Prinsip Mudharabah Mutlaqah

Sumber: Muhammad, 2005

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan

deposito, sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu:

tabungan mudharabah dan deposito mudharabah (Muhammad,

2005).

2) Produk Penyaluran Dana

Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan

tipe tiga model, yaitu:

a) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang

dilakukan dengan prinsip bagi hasil.

b) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa

dilakukan dengan prinsip sewa.

c) Transaksi pembiayaan sebagai usaha kerjasama yang ditujukan

untuk mendapatkan barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.

Adapun prinsip-prinsip yang digunakan produk-produk bank

syariah dalam pola penyaluran dana, antara lain:

a) Prinsip Jual Beli (Tijaroh)

Mekanisme jual beli adalah upaya yang dilakukan dengan pola:

· Dilakukan untuk transfer of property

· Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi

harga jual barang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Prinsip jual beli dikembangkan menjadi tiga bentuk prinsip

pembiayaan, yaitu: pembiayaan murabahah, salam dan istishna.

Penjelasan dapat dilihat pada gambar 2.6, 2.7, dan 2.8.

Gambar 2.6 Skema Kerja Prinsip Murabahah

Sumber: Muhammad, 2005

(1) Pembiayaan Murabahah

Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang

diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh.

Gambar 2.7

Skema Kerja Prinsip Bai As-Salam

Sumber: Muhammad, 2005

(2) Pembiayaan Bai As-Salam (Jual Beli Barang Belum Ada)

Pembayaran dilakukan dengan tunai, sedangkan barang

diserahkan secara tangguh. Bank sebagai pembeli dan nasabah

sebagai penjual. Transaksi ini ada kepastian tentang kuantitas,

kualitas, harga dan waktu penyerahan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Gambar 2.8 Skema Kerja Prinsip Bai Al-Istishna

Sumber: Muhammad, 2005

(3) Pembiayaan Bai Al-Istishna

Jual beli seperti akad salam, namun pembayarannnya

dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna

diterapkan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

b) Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat.

Pada dasarnya prinsip ini sama dengan jual beli, namun

perbedaannya terletak pada objek transaksinya.

Gambar 2.9 Skema Kerja Prinsip Ijarah

Sumber: Muhammad, 2005

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Objek transaksinya adalah barang pada prinsip jual beli,

sedangkan jasa menjadi objek transaksi pada prinsip jasa.

Gambar 2.10 Skema Kerja Prinsip Ijarah Muntahia Bithamlik

Sumber: Muhammad, 2005

Pada Akhir sewa, bank syariah dapat saja menjual barang

yang disewakannya kepada nasabah. Transaksi tersebut dikenal

dengan istilah ijarah muntahiya bithamlik (sewa yang diikuti

dengan perpindahan kepemilikan). Harga sewa dan harga jual

disepakati pada awal perjanjian. Hal tersebut yang membedakan

antara ijarah dengan ijarah muntahiya bithamlik, yaitu

kepemilikan barang atau jasa yang digunakan seperti pada gambar

2.9 dan 2.10

c) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Prinsip ini meliputi beberapa jenis prinsip, yaitu:

musyarakah, mudharabah dan mudharabah muqayyadah.

Gambar 2.11 Skema Kerja Prinsip Musyarakah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Sumber: Muhammad, 2005

(1). Musyarakah, merupakan kerjasama dalam suatu usaha oleh dua

pihak.

(2). Mudharabah, merupakan kerjasama antara shahibul mal yang

memberikan dana 100 % kepada mudharib yang memiliki

keahlian.

Gambar 2.12 Skema Kerja Prinsip Mudharabah

Sumber: Muhammad, 2005

(3). Mudharabah Muqayyadah, merupakan kerjasama yang hampir

sama dengan mudharabah namun perbedaannya adalah adanya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

pembatasan penggunaan modal sesuai dengan permintaan pemilik

modal pada prinsip ini dalam produk bank syariah.

3) Akad Pelengkap

Akad pelengkap dikembangkan sebagai akad pelayanan jasa. Akad

ini dilakukan dengan beberapa prinsip transaksi, yaitu: hiwalah (alih

utang-piutang), rahn (gadai), qardh (pinjaman kebaikan), wakalah,

dan kafalah.

a) Hiwalah (Alih utang-piutang)

Prinsip transaksi ini lazimnya digunakan untuk membantu

supplier dalam mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan

produksinya.

Gambar 2.13 Skema Kerja Prinsip Hiwalah

Sumber: Muhammad, 2005

Bank yang akan mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan

piutang dari transaksi yang berdasarkan prinsip hiwalah.

b) Rahn (Gadai)

Prinsip transaksi ini memberikan jaminan pembayaran

kembali kepada bank dalam bentuk pembiayaan-pembiayan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Gambar 2.14 Skema Kerja Prinsip Rahn

Sumber: Muhammad, 2005

Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria, yaitu:

memiliki nasabah sendiri, jelas ukuran, sifat dan nilainya

ditentukan berdasarkan nilai riil pasar, dan dapat dikuasai namun

tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.

c) Qardh (Pinjaman Kebaikan)

Gambar 2.15 Skema Kerja Prinsip Qardh

Sumber: Muhammad, 2005

Prinsip transaksi ini membantu nasabah secara cepat,

berjangka pendek, dan diarahkan untuk usaha kecil serta keperluan

sosial. Jumlah dana yang dikumpulkan dalam pola transaksi ini

berasal dari dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

d) Wakalah

Prinsip transaksi ini menggambarkan nasabah memberi

kuasa kepada bank syariah untuk mewakili dirinya melakukan

pekerjaan jasa tertentu, seperti: transfer, dan sebagainya.

Gambar 2.16 Skema Kerja Prinsip Wakalah

Sumber: Muhammad, 2005

Prinsip ini diterapkan pada pengiriman uang atau transfer,

penagihan (collection payment), dan lainnya. Bank syariah

menerima imbalan fee atas jasanya terhadap nasabah (Antonio,

1999).

e) Kafalah

Bank garansi digunakan untuk menjamin pembayaran suatu

kewajiban pembayaran. Bank syariah dapat mempersiapkan

nasabah dalam menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini

sebagai rahn. Bank syariah dapat pula menerima dana tersebut

dengan prinsip wadiah dan memperoleh ganti biaya atas jasa yang

diberikan.

Gambar 2.23 Skema Kerja Prinsip Kafalah

Sumber: Muhammad, 2005

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Bank syariah bertindak sebagai pihak penjamin, sedangkan

nasabah sebagai pihak yang dijamin. Prinsip ini juga memberikan

pendapatan bagi bank syariah (Syafi’i Antonio, 1999).

2. Konsep Efisiensi

Pengukuran Efisiensi modern untuk pertama kali telah dilakukan oleh

Farrel (1957), bekerja sama dengan Debreu dan Koopmans, dengan

mendefinisikan suatu ukuran yang sederhana umtuk mengukur efisiendi suatu

perusahaan yang dapat memperhitungkan input yang banyak. Efisiensi yang

dimaksud oleh Farrel terdiri dari efisiensi teknis (technical efficiency) yang

merefleksikan kemampuan suatu perusahaan untuk memanfaatkan input

secara optimal dengan tingkat harga yang telah ditetapkan. Kedua ukuran

efisiensi ini kemudian dikombinasikan untuk menghasilkan efisiensi ekonomis

(total).

Efisiensi sebagai Ukuran Kinerja Perbankan Syariah

Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output)

dengan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang

dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila

mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan

jumlah unit input untuk menghasilkan output yang sama, dapat meghasilkan

jumlah output yang lebih besar. (Permono dan Darmawan, 2000; 2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Efisiensi juga bias diartikan sebagai rasio antara output dengan input. Ada

tiga factor yang menyebabkan efisiensi, yaitu :

(1) Apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih

besar,

(2) Input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama, dan

(3) Dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar

lagi.

Ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi

teknik dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang

makro yang jangkauannya lebih luas dibandingkan efisiensi teknik. (Ghofur

dalam Atmawardhana, 2006; 40)

Efisiensi bank merupakan salah satu indicator penting untuk menganalisa

performance suatu bank dan juga sebagai sarana untuk lebih meningkatkan

efektifitas kebijakan moneter. Efisiensi dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu dari sisi

biaya (cost efficiency) dan keuntungan (profit efficiency) profit efficiency

sendiri dibedakan menjadi 2 yaitu standard profit effiency dan alternative

profit efficiency. Secara umum ada 3 pendekatan konsep dasar model efisiendi

sector financial (perbankan) yaitu Cost Efficiency, Standart Profit Efficiency,

dan Alternatif Profit Efficiency. (Berger dan Master dalam Siti Astiyah dan

Jardine A. Husman, 2006; 532).

Cost efficiency pada sadarnya mengukur tingkat biaya suatu bank

dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi terbaik (best

practicbank’scost) yang menghasilkan output yang sama dengan teknologi

yang sama. Profit Efficiency mengukut tingkat efisiensi dari kemampuan bank

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

dalam menghasilkan laba untuk setiap unit input yang diinginkan. Kurva

Biaya rata-rata bank merupakan hubungan antara ukuran bank (biasanya

dihitung dari nilai asset atau nilai simpanan) dengan biaya produksi output

per-unit.

3. Konsep Data Envelopment Analysis

DEA (Charnes, et.al (1978), Banker, et.al (1984)), adalah sebuah metode

optimasi program matematika yang mengukur efisiensi teknik suatu unit

kegiatan ekonomi (UKE) dan membandingkan secara relative terhadap UKE

yang lain. DEA mula-mula dikembangkan oleh Farrel (1957) yang mengukur

efisiensi teknik satu input dan satu output, menjadi multi input dan multi

output, menggunakan kerangka nilai efisiensi relative sebagai rasio input

(single virtual input) dengan output (single virtual output) (giuffrida dan

Gravelle, 2004;4, Lewis,et.al 1999; 907-912, Post dan Spronk, 1999;3).

Awalnya, DEA dipopulerkan oleh Charmes, Cooper (1994) untuk variable

retrun to scale (VRS), yang akhirnya terkenal dengan model CCR dan BBC.

DEA merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi,

antara lain untuk penelitian kesehatan (health care), pendidikan (education),

transportasi, pabrik (manufacturing), maupun perbankan. Ada tiga manfaat

yang diperoleh dari pengukuran efisiensi dengan DEA (insukindro dkk,

2000;8), pertama sebagai tolak ukur untuk memperoleh efisiensi relative yang

berguna untuk mempermudah perbandingan antar unit ekonomi yang sama.

Kedua, mengukur berbagai variasi efisiensi antar unit ekonomi untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

mengidentifikasi factor-faktor penyebabnya, dan ketiga, menentukan implikasi

kebijakan sehingga dapat meningkatkan tingkat efisiensinya.

Awalnya, DEA digunakan untuk mengatasi kekurangan dimiliki oleh

analisis rasio dan regresi berganda. Analisis rasio hanya mampu memberikan

informasi bahwa UKE tertentu yang dimiliki kemampuan khusus

mengkonversi satu jenis input ke satu jenis output terntentu, sedangkan

analisis regresi berganda menggabungkan banyak output menjadi satu. DEA

dirancang untuk mengukur efisiensi relative suatu unit kegiatan ekonomi

(UKE) yang menggunakan input dan output yang lebih dari satu, dimana

penggabungan tersebut tidak mungkin dilakukan. Efisiensi relative suatu UKE

adalah efisiensi suatu UKE disbanding dengan UKE lain dan sampel yang

menggunakan jenis input dan output yang sama. DEA memformulasikan UKE

sebagai program linier fraksional untuk mencari solusi jika model tersebut

ditransformasikan kedalam program linier dengan nilai bobot dari input dan

output. UKE dipakai sebagai variable keputusan (decision variables)

menggunakan metode simplek.

Pada kasus input dan output yang bervariasi, efisiensi suatu uke dihitung

dengan mentransformasikan menjadi input dan output tunggal. Tranformasi

ini dapat dilakukan dengan menentukan pembobot yang tepat. Penentuan

pembobot ini yang selalu menjadi masalah dalam pengukuran efisiensi. DEA

digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan member kebebasan pada

setiap UKE untuk menentukan pembobotnya masing-masing.

Adapun kelemahan dan kelebihan DEA, di antaranya (Purwantoro 2003

dalam Huri M. D. dan Indah Susilowati 2004):

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

a. Keunggulan DEA, meliputi:

1) Dapat menangani banyak input dan output.

2) Tidak perlu asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan

output.

3) UKE dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.

4) Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.

b. Kelemahan DEA, yaitu:

1) Bersifat sample specific (DEA berasumsi bahwa setiap inpu atau

output identik dengan unit lain dalam tipe yang sama).

2) Merupakan extreme point technique.

3) Kesalahan pengukuran dapat berakibat fatal.

4) Hanya untuk mengukur produktivitas relatif dari UKE bukan

produktivitas absolut.

5) Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan

Konstruksi DEA yang didasarkan frontier data aktual pada sampel akan

lebih efisien dibandingkan DEA yang tidak menggunakan frontier. Efisiensi

UKE (Chilingerian, 1996) diukur dari rasio bobot output dibagi bobot input

(total weight output/total weighted input). Bobot tersebut memiliki nilai positif

dan bersifat universal, artinya setiap UKE dalam sampel harus dapat

menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya

(total weighted/ total weighted input ≤1). Angka rasio 1 (atau kurang dari

satu) berarti UKE tersebut efisien (tidak efisien) dalam menghasilkan tingkat

output maksimum dari tiap input. DEA berasumsi bahwa setiap UKE

menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

output yang berbeda pula. Sehingga setiap UKE akan memilih seperangkat

bobot yang mencerminkan keragaman bobot yang mencerminkan keragaman

tersebut. Secara umum UKE akan menetapkan bobot yang tinggi untuk input

yang penggunaannya sedikit untuk memaksimalkan output, dan sebaliknya.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang efisiensi perbankan sudah banyak dilakukan dalam

penelitian ekonomi. Penelitian tentang efisiensi perbankan ini dilakukan dengan

metodologi yang berbeda -beda, baik secara parametrik maupun nonparametrik.

Priyoggo Suseno, SE,MSc. (2008) Dalam analisis efisiensi dan skala ekonomi

pada industry perbankan syariah di Indonesia. Menggunakan input biaya bagi hasil,

biaya lainnya, aset. Dan ,menggunakan output pendapatan bunga, pendapatan

lainnya, volume kredit. Dengan sample 10 Bank syariah tahun 1999-2004. Dengan

hasil : jika dilihat kondisi efisiensi rata – rata selama enam tahun (1999-2004), tingkat

efisiensi perbankan syariah di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Rata –rata

efisiensi perbankan tahun 1999-2004 mencapai 93,19%. Meskipun demikian,

terdapat proses peningkatan efisiensi dari tahun ke tahun, dari 88,60% pada tahun

1999 menjadi 98,85%, pada tahun 2004. Tingkat efisiensi mengalami peningkatan

rata-rata 2,35% pertahun. Jika kinerja efisiensi ini diperbandingkan antara BUS dan

UUS, BUS memiliki tingkat efisiensi yang sedikit lebih tinggi 1,60% dari pada UUS.

Dimana BUS memiliki efisiensi rata-rata 94,47% dan UUS 92,87%. Intinya perbankan

syariah di Indonesia tahun 1999-2004 cukup efisien. Tidak ada perbedaan yang

signifikan antara tingkat efisiensi perbankan umum syariah dan UUS.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Akhmad Syakir Kurnia (2004) Penelitian ini mengukur efesiensi

intermediasi 11 bank terbesar di Indonesia dengan menggunakan metode Data

Envelopment Analysis (DEA). Ada pun variabel yang digunakan antara lain

yaitu simpanan, biaya operasional lain sebagai variabel input dan kredit,

aktiva lancar, pendapatan operasional lain sebagai variabel output. Hasil dari

penelitian ini menyatakan bahwa seluruh bank pemerintah mengalami

inefisiensi pada periode 2002. Pada periode 2003 hanya Bank Mandiri yang

mencapai efisiensi. Bank asing yang diwakili Citibank menunjukan efisiensi

pada batas frontier selama periode 2002 dan 2003. Selain itu dapat

disimpulkan bahwa bank-bank yang besar tidak lebih efisien dibandingkan

bank yang lebih kecil. Bank yang lebih besar dilihat dari sisi aset,

penghimpunan dan penyaluran dana tidak berarti efisien dalam menjalankan

fungsi intermediasi.

Fadzlan Sufian (2007) Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi relatif

antara bank Islam asing dan bank Islam domestik di Malaysia dengan

menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu total deposts, labour, fixed assets sebagai

varabel input dan total loans, income sebagai variabel output. Hasil dari

penelitian ini mengungkapkan bahwa perbankan Islam Malaysia mengalami

penurunan tingkat efisiensi pada periode 2002 dan kembali menjadi sedilkit

lebih baik pada periode 2003 dan 2004. Dan bank Islam domestik memiliki

tingkat efisiensi yang sedik lebih tinggi dibandingkan bank Islam asing.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Harjum Muharam dan Pusvitasari (2007) Penelitian ini berjudul

“Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di Indonesia“ dengan

menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input

yang digunakan dalam penelitian ini adalah simpanan dan biaya operasional

lain, sedangkan variabel output yang digunakan adalah pembiayaan, aktiva

lancar, dan pendapatan operasional lain. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah bank-bank syariah di Indonesia periode periode 2005.

Hasil dari penelitian menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nilai efisiensi

antara BUS dan UUS, tidak ada perbedaan efisiensi antara bank syariah

BUMN dan bank syariah Non BUMN, tidak ada perbedaan nilai efisiensi bank

syariah swasta non devisa dan bank syariah devisa. Hanya Bank BTN syariah,

Niaga Syariah, dan Permata Syariah selalu mencapai nilai efisien 100%

selama periode amatan.

Sari Yuniarti (2008) penelitian ini berjudul “Kinerja Efisiensi Bank

Berstratifikasi sesuai dengan visi arsitektur perbankan Indonesia”. Dengan

menggunakan data envelopment analysis, dengan variabel salary expense,

interest expense, other non interest expense, interest income, non interest

income. Penelitian ini menggunakan data sampel 30bank. Hasil penelitian ini

menunjukan dengan pendekatan intermediasi rata-rata kinerja efisiensi relative

pada bank bank go public dari tahun 2005-2007 mengalami peningkatan

efisiensi yang cukup baik. Rata rata bank yang tidak efisien secara input

terjadi pada variabel other non interest expense, interest expense dan salary

expense yang berarti bahwa bank - bank tersebut kurang mampu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

meminimisasi penggunaan sumberdaya input. sedangkan yang tidak efisien

secara output hanya terjadi pada variabel non interest income.

C. Kerangka Pemikiran Teoritis

Perbankan syariah di Indonesia berkembang baik dari segi kuantitas

maupun kualitas. Segi kuantitas perkembangan perbankan syariah dapat dilihat

dari semakin banyaknya jumlah kantor dan jaringannya, sedangkan segi kualitas

terlihat dari kinerjanya yang semakin baik dari tahun ke tahun. Perkembangan

tersebut tentunya didukung dari berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh

pemerintah dan khususnya otoritas moneter sebagai upaya optimalisasi peran

perbankan syariah, setelah penetapan sistem dual system banking.

Perkembangan bank syariah yang sangat pesat ternyata belum sesuai

harapan yang diinginkan. Perbankan syariah baru berperan 4% dari total asset

bank secara nasional (pada tahun 2011) dalam pangsa industry perbankan

nasional. Padahal potensi konsumen bank syariah di Indonesia sangatlah besar

karena mayoritas penduduk Indonesia beragama islam. Kecilnya peran yang baru

dimiliki oleh bank syariah disebabkan oleh berbagai factor, salah satunya dan

yang akan dibahas adalah perihal efisiensi perbankan syariah.

Perbankan syariah memerlukan perbaikan kinerja untuk mencapai target

yang ada. Efisiensi merupakan salah satu cara pengukuran kinerja yang populer di

lembaga keuangan, termasuk perbankan syariah. Efisiensi yang diukur dapat

meliputi efisiensi teknik, alokasi/harga dan ekonomi. Penelitian ini hanya

mengukur dan menganalisis efisiensi teknik, hal ini disebabkan metode analisis

yang digunakan adalah DEA.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Pendekatan intermediasi digunakan dalam peneltian ini. Fungsi tersebut

merupakan hal yang sangat penting bagi perbankan khususnya perbankan syariah.

Pendekatan tersebut yang menghubungkan variabel input dan output dalam

penelitian ini, di mana fungsi intermediasi sendiri berkaitan tentang bagaimana

dana yang dihimpun dari masyarakat dapat disalurkan kembali.

Penelitian ini menggunakan variabel-variabel input yang meliputi:

pertama, simpanan yang berarti jumlah dana masyarakat baik individu maupun

berbadan hukum yang dapat dihimpun oleh bank syariah. Kedua, aset milik bank

syariah. Ketiga, biaya tenaga kerja/personalia didefinisikan sebagai biaya gaji dan

tunjangan kesejahteraan, biaya pendidikan karyawan bank syariah.

Adapun variabel-variabel output yang mencakup: pertama, pembiayaan

yang berdefinisi produk penyaluran dana bank syariah kepada masyarakat dengan

menggunakan akad-akad muamalah. Kedua, pendapatan operasional adalah

pendapatan hasil dari kegiatan operasional bank syariah.

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui berapa dan bagaimana

perkembangan tingkat efisiensi teknik perbankan syariah dengan metode DEA.

Proses perhitungan dengan DEA memisahkan antara bank syariah yang tergolong

Bank Umum Syariah (BUS) dengan bank syariah yang termasuk Unit Usaha

Syariah (UUS). Hal ini karena DEA merupakan alat analisis yang

membandingkan UKE-UKE yang sebanding.

Gambar 2.24 Kerangka Pemikiran teoritis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Sumber : diadaptasi dari Muharam (2007)

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang

ditemukan salam masalah yang diteliti yang harus di buktikan kebenarannya.

Menurut Sumarni dan Wahyuni (2005 : 32) Hipotesis merupakan pernyataan atau

dugaan sementara yang diungkap secaran deklaratif.

Hipotesis dalam penulisan ini adalah :

1. Diduga bahwa Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

mempunyai kondisi kinerja keuangan yang efisien.

2. Diduga bahwa hasil analisis DEA antara Bank Umum Syariah dengan

Unit Usaha Syariah sudah dikatakan efisien secara statistik.

3. Diduga bahwa terdapat perbedaan tingkat efisiensi antara kelompok

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Penelitian dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) ini

menggunakan variabel input dan output. Variabel input ini meliputi

simpanan (X1), aset (X2) dan biaya tenaga kerja/personalia (X3),

sedangkan variabel-variabel outputnya terdiri dari pembiayaan (Y1),

pendapatan operasional (Y2).

2. Definisi Operasional

Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah

simpanan (X1), aset (X2), dan biaya tenaga kerja/personalia (X3), supaya

diperoleh kesamaan pemahaman terhadap konsep-konsep dalam penelitian

ini diperlukan penjelasan sebagai berikut:

a. Simpanan (X1) merupakan jumlah dana masyarakat baik individu

maupun berbadan hukum yang berhasil dihimpun oleh bank

syariah baik yang tergolong BUS maupun UUS melalui produk

penghimpunan dana dalam satuan jutaan rupiah. Jumlah simpanan

yang dihimpun dari dana masyarakat ini terbagai menjadi beberapa

jenis, yaitu:

1) Giro Syariah, dalam aplikasi perbankan dikenal adanya giro

yang dijalankan dengan prinsip mudharabah dan wadi’ah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

2) Deposito Syariah, pada produk ini terdapat dua prinsip utama,

yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.

3) Tabungan Syariah, dalam aplikasi perbankan dikenal dengan

produk tabungan yang berdasarkan prinsip wadi’ah dan

mudharabah mutlaqah.

b. Aset (X2) adalah jumlah aset total yang dimiliki bank syariah baik

yang tergolong BUS maupun UUS diukur dalam jutaan rupiah.

c. Biaya tenaga kerja (X3) atau biaya personalia adalah biaya gaji,

biaya pendidikan dan tunjangan kesejahteraan karyawan bank

syariah baik yang tergolong BUS maunpun UUS diukur dalam

jutaan rupiah.

Penelitian ini juga menggunakan variabel output yang terdiri atas

pembiayaan dan pendapatan operasional. Variabel-variabel tersebut

dijelaskan, sebagai berikut:

a. Pembiayaan (Y1) merupakan produk penyaluran dana bank syariah

baik yang tergolong BUS maupun UUS kepada masyarakat, baik

individu ataupun berbadan hukum dengan menggunakan akad-akad

muamalah dalam satuan jutaan rupiah. Variabel ini dalam aplikasi

produk bank syariah dikenal dengan produk yang menggunakan

akad-akad berikut, yaitu:

1) Pembiayaan dengan prinsip jual beli (tijaroh);

2) Pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah);

3) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (syirkah);

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

4) Pembiayaan dengan akad pelengkap (hiwalah, rahn, qardh,

wakalah, kafalah, dan lainnya).

b. Pendapatan Operasional (Y2) merupakan pendapatan hasil dari

kegiatan operasional bank syariah baik yang tergolong BUS

maupun UUS. Kegiatan operasional bank syariah, meliputi:

1) Pendapatan dari penyaluran dana, yaitu: pendapatan dari

jual beli (mudharabah, salam, dan istishna), sewa (ijarah),

bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), dan lainnya.

2) Pendapatan operasional lainnya, yaitu: pendapatan jasa

administrasi, jasa transaksi ATM, pembiayaan khusus, jasa

komisi, laba (rugi) transaksi valuta asing, fee sistem online-

payment point.

B. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah

data yang diperoleh dari orang lain yang melakukan penelitian dari sumber-

sumber yang telah ada (Hasan, 2000). Data sekunder diperoleh dari laporan

keuangan tahunan bank syariah baik yang dikategorikan BUS maupun UUS

berskala nasional pada tahun 2010.

Data sekunder yang dibutuhkan antara lain:

1. Jumlah simpanan diperoleh dari neraca dalam laporan

keuangan tahunan bank syariah baik BUS maupun UUS

bersangkutan selama periode pengamatan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

2. Jumlah aset yang diperoleh dari neraca dalam laporan

keuangan tahunan bank syariah baik BUS maupun UUS

bersangkutan selama periode pengamatan.

3. Biaya tenaga kerja atau biaya personalia diperoleh dari

laporan laba/rugi dalam laporan keuangan tahunan bank

syariah baik BUS maupun UUS bersangkutan selama periode

pengamatan.

4. Pembiayaan dari neraca dalam laporan keuangan tahunan

bank syariah baik BUS dan UUS bersangkutan selama

periode pengamatan.

5. Pendapatan operasional diperoleh dari laporan laba/rugi

dalam laporan keuangan tahunan bank syariah baik BUS dan

UUS bersangkutan selama periode pengamatan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah semua objek atas individu yang memiliki

karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2000).

Populasi dalam penelitian ini adalah bank-bank syariah baik yang termasuk

BUS maupun UUS yang terdaftar dalam Bank Indonesia pada tahun 2010.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya akan

diduga dan dianggap dapat mewakili populasinya. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini dilakukan secara purposive sampling artinya metode pemilihan

sampel dipilih berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang berarti

pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah bank syariah baik

yang tergolong BUS maupun UUS berskala nasional yang terdaftar di Bank

Indonesia pada tahun pengamatan, yaitu pada tahun 2010.

Adapun kriteria dalam pengambilan sampel meliputi:.

1. Bank syariah baik BUS maupun UUS yang secara konsisten

terdaftar sebagai bank yang menyajikan laporan keuangan tahunan

pada periode 2010.

2. Bank syariah baik BUS maupun UUS yang secara konsisten

terdaftar sebagai bank devisa maupun non-devisa dan termasuk

sebagai bank bank persero maupun swasta nasional pada periode

pengamatan, yaitu 2010.

Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling diperoleh

sebanyak 15 bank syariah yang layak diteliti, di mana bank-bank tersebut

termasuk BUS maupun UUS. Adapun 10 Bank Umum Syariah dalam

penelitian ini, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri

(BSM), Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI), Bank Negara Indonesia (BNI)

Syariah, Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank

Central Asia (BCA) Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Jabar Banten

Syariah. Dan 5 Unit Usaha Syariah dalam penelitian ini adalah Bank

Danamon Syariah, BII (Maybank), Bank Permata, Bank Tabungan Negara

(BTN), Bank Jateng. Bank-bank syariah yang dijadikan sampel tersebut secara

konsisten terdaftar sebagai bank syariah di Bank Indonesia, serta menyajikan

laporan keuangan tahunan pada periode pengamatan yaitu 2010.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

D. Metode Analisis

1. Metode Pengukuran Efisiensi dengan DEA

Efisiensi teknis perbankan diukur dengan menghitung rasio antara

output dan input perbankan. Data Envelopment Analysis (DEA) akan

menghitung bank yang menggunakan input n untuk menghasilkan

output m yang berbeda (Miller dan Noulas; 1996).

Efisiensi bank diukur sebagai berikut :

adalah efisiensi teknik bank s.

merupakan jumlah output i yang diproduksi oleh bank s

adalah jumlah input j yang digunakan oleh bank s

merupakan bobot output I yang dihasilkan oleh bank s

adalah bobot input j yang diberikan oleh bank s, dan I dihitung

dari 1 ke m serta j dihitung dari 1 ke n.

Persamaan (1) menunjukan adanya penggunaan satu variabel input dan

satu output. Rasio efisiensi ( ), kemudian dimaksimalkan dengan

kendala sebagai berikut :

Dimana N menunjukan jumlah bank dalam sampel. Pertidaksamaan

pertama menunjukan adanya efisiensi rasio untuk UKE lain tidak lebih

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

dari 1, sementara pertidaksamaan kedua berbobot positif. Angka rasio

akan bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien

apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya

jika mendekati 0 menunjukan efisiensi bank yang semakin rendah.

Pada DEA, setiap bank dapat menetukan pembobotnya masing –

masing dan menjamin bahwa pembobot yang dipilih akan

menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik. Beberapa bagian program

linier ditransformasikan kedalam program ordinary linier secara primal

atau dual sebagai berikut :

Kendala

Efisiensi pada masing-masing bank dihitung menggunakan

programasi linier dengan memaksimumkan jumlah output yang

dibobot dari bank s. kendala jumlah input yang dibobot harus sama

dengan satu untuk bank s, sedangkan kendala untuk semua bank, yaitu

jumlah output yang dibobot dikrangi jumlah input yang dibobot harus

kurang atau sama dengan 0 (nol). Hal ini berarti semua bank akan

berada atau dibawah refrensi kinerja frontier yang merupakan garis

lurus yang memotong sumbu origin (Insukindro, dkk, 2000:20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Programasi linier yang menunjukan asumsi VRS adalah :

Kendala

Dimana merupakan penggal yang dapat bernilai positif atau

negative. Transformasi juga dapat dilakukan secara dual dengan

minimisasi input sebagai berikut :

Minimisasi

Kendala

Dan bebas.

Variabel , merupakan efisiensi teknis dan bernilai antara 0

dan 1. Programasi linier pada persamaan (7) dan (8) diasumsikan

constant return to scale (CRS). Efisiensi teknis ( ) diukur sebagai

rasio KF/KS dan bernilai kurang dari satu. Sementara (1- )

menerangkan jumlah input yang harus dikurangi untuk menghasilkan

output yang sama sebagai bentuk efisiensi bank. Kedua perhitungan,

minimisasi input atau maksimisasi output, primal atau dual akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

memberikan hasil yang relative sama, sehingga dalam penelitian ini

akan menghitung efisiensi dari satu sisi yaitu maksimisasi output.

(Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, 2009 )

2. Input dan Output

Pengukuran efisiensi teknik DEA, langkah yang penting dilakukan

adalah penentuan variabel-variabel input dan variabel-variabel output.

Adapun variabel input-output yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dilihat di tabel 3.1. Variabel input dalam penelitian ini mencakup:

simpanan, aset dan biaya tenaga kerja/personalia. Penelitian ini juga

menggunakan variabel output, yaitu: pembiayaan dan pendapatan

operasional.

Tabel 3.1 Variabel input dan output

No Variable Jenis Variabel Satuan 1 Simpanan Input Juta Rupiah 2 Aset Input Juta Rupiah 3 Biaya Tenaga Kerja Input Juta Rupiah 4 Pembiayaan Output Juta Rupiah 5 Pendapatan Operasional Output Juta Rupiah

Adapun variabel-variabel pada tabel diatas akan digunakan dalam

penelitian ini untuk mengukur dan menganalisis efisiensi teknik perbankan

syariah di Indonesia dengan metode DEA. Pemilihan variabel tersebut

berkaitan dengan pendekatan yang digunakan yaitu intermediasi dan

kegiatan utama dari bank syariah sebagai suatu bank. Penelitian ini

berasumsi dana yang dikumpulkan dari masyarakat (simpanan), aset

secara keseluruhan dan biaya tenaga kerja akan digunakan sebagai input

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

serta dana yang disalurkan kepada masyarakat (pembiayaan) dan

pendapatan operasional sebagai output. Aktiva likuid tidak dimasukkan ke

dalam variabel input dengan mempertimbangkan bahwa kegiatan utama

bank adalah menyalurkan dana kredit (pembiayaan) (Fadzlan Sufian,

2006).

3. One Sample Test

One sample t test merupakan teknik analisis untuk membandingkan

satu variabel bebas. Teknik ini digunakan untuk menguji apakah nilai

tertentu berbeda secara signifikan atau tidak dengan rata-rata sebuah

sampel. Uji One Sample t-Test yaitu pengujian terhadap nilai rata-rata

suatu observasi, apakah secara statistik berbeda dari nol atau sama dengan

nol. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata efisiensi

yang digunakan sebagai pembanding dengan rata-rata sebuah sampel. Dari

hasi uji ini akan diketahui apakah rata-rata efisiensi yang digunakan

sebagai pembanding berbeda secara signifikan dengan rata-rata sebuah

sampel, jika ada perbedaan, rata-rata manakah yang lebih tinggi.

Pengujian satu sampel ini pada prinsipnya ingin menguji apakah suatu

nilai tertentu berbeda secara nyata ataukah tidak dengan rata-rata sebuah

sampel dan karena jumlah sample yang diambil di bawah 30 sampel

(Santoso, 2009). Pada penulisan ini pengujian hipotesis untuk rata-rata

abnormal return, dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dan t-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

tabel, lalu membuat kesimpulan. Di bawah ini merupakan kriteria dalam

pengujian hipotesis pada penulisan ini, yaitu sebagai berikut.

Untuk hipotesis pertama, digunakan uji kanan:

Ho1 diterima jika t hitung < t- tabel

Ha1 ditolak jika t hitung > t- tabel

Untuk hipotesis kedua, digunakan uji kiri:

Ho2 diterima jika t hitung > -t- tabel

Ha2 ditolak jika t hitung < -t- tabel

4. Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test)

Uji normalitas ini dilakukan sebagai syarat untuk melakukan uji beda

independent sample T-test. Uji normalitas ini dapat dilakukan dengan

analisis statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S

dilakukan dengan membuat hipotesis:

· H0: Data residual berdistribusi normal.

Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas tidak

signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol diterima yang

berarti data residual terdistribusi normal.

· HA: Data residual tidak berdistribusi normal.

Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas

signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti

data residual terdistribusi tidak normal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

5. Uji Beda Independent Sample T-Test

Pengolahan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik

statistik yang berupa uji beda dua rata-rata (independent sample t-test).

Perbedaan antara rata-rata hitung dua sampel dicari dengan

menghitung rasio t. Rasio t dihitung dengan cara mencari selisih antara

rata-rata hitung kelompok sampel ke-2 dibagi simpangan baku perbedaan

rata-rata hitung kelompok sampel ke-1 dan ke-2 .

Cara yang dimaksud dapat dituliskan sebagai berikut :

Rumus untuk mencari simpangan baku perbedaan rata-rata hitung

adalah sebagai berikut :

Maka rumus t-test dapat dituliskan :

Keterangan :

= rata-rata hitung efisiensi BUK ( ) dan BUS ( ) berdasarkan

hasil analisis menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) selama

periode amatan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

= simpangan baku perbedaan rata-rata hitung BUK dan BUS

= varian populasi

= jumlah subjek kelompok BUK dan jumlah subjek kelompok

BUS .

Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada

penelitian ini adalah untuk verifikasi kebenaran/kesalahan hipotesis, atau

dengan kata lain menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah

dibuat. Signifikasi yang akan dipakai adalah sebesar 95%.

Dimana :

Jika > maka hipotesis diterima ( ditolak)

Jika < maka hipotesis ditolak ( diterima)

Gambar 3.1

Daerah Pengujian t

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan

dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam

kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan

alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat

Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan

konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat

secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi

sektor-sektor perekonomian nasional.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi

berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan

yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan

aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,

mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam

berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi

keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa

perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif,

perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa

terkecuali.

Pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan

berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan

hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan

harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya

penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung

kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-

transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem

keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka

menengah-panjang.

Diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan

industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum

yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat

lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai

rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun

terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam

mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.

Perjalanan Bank syariah di Indonesia dimulai dengan didirikannya

Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 dengan dasar UU No. 7

tahun 1992, walaupun pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

hanya sepintas diuraikan. Sistem bank syariah baru mulai dilirik sejak

terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998. Ketika itu, Bank Indonesia

melakukan uji kelayakan terhadap semua bank nasional, dan BMI yang

baru berumur beberapa tahun dan sebagai satu-satunya bank yang

beroperasi berdasarkan prinsip syariah menempati peringkat ke 43 dari 208

bank yang ada. Sejak itulah banyak bank konvensional mulai jatuh hati

dengan bank syariah dan mulai memberikan dan menyelenggarakan

pelatihan dalam bidang perbankan syariah bagi stafnya. Sebagian bank

tersebut ingin menjajaki untuk baik dengan mengkonversi bank

konvensionalnya dengan menjadi bank syariah sepenuhnya maupun hanya

dengan membuka divisi atau cabang syariah.

Hingga saat itu perkembangan perbankan syariah di Indonesia

dapat terbilang cukup pesat, apalagi sejak diberlakukannya Undang-

Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal

16 Juli 2008, yang membuat pengembangan industri perbankan syariah

nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan

mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Untuk mengetahui

seberapa besar perkembangan perbankan syariah selama 5 tahun terakhir,

mari kita lihat tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Aset Gabungan BUS dan UUS

Tabel Total Aset Gabungan Bank Umum Syariah

dan Unit Usaha Syariah (milyar rupiah)

2006 26.722

2007 36.538

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

2008 49.555

2009 66.090

2010 97.519

2011 145.467

2012 143.888

Sumber : biro perbankan syariah, Bank Indonesia

Menurut data Bank Indonesia, terdapat 11 Bank Umum Syariah

(BUS) yang beroperasi di Indonesia dengan nilai aset per Januari 2012

adalah sebesar Rp115,3 Triliun tumbuh 46% dibandingkan pada Januari

2011 yang senilai Rp78,2 Triliun. Sedangkan aset 24 Unit Usaha Syariah

(UUS) per Januari 2012 adalah Rp28,6 Triliun tumbuh 63 persen

dibandingkan Januari 2011 yang hanya berjumlah Rp17,9 Triliun dan aset

155 Bank Perkreditan Rakyat Syariah per Januari 2012 adalah Rp3,61

Triliun dibanding posisi Januari 2011 yaitu Rp2,77 Triliun sehingga

meningkat 30,1%

Industri perbankan syariah dapat bertahan dari krisis global karena

tidak terkait dengan mekanisme pasar dan tanpa spekulasi. Di tahun 2010

pertumbuhan aset perbankan syariah global mencapai 8,9 persen dengan

total aset sebesar 900 miliar dolar AS. Dengan mayoritas penduduk

Indonesia yang beragama islam, seharusnya, pertumbuhan perbankan

syariah di Indonesia dapat lebih meningkat dan tumbuh secara signifikan.

Tentu saja masih banyak yang harus disiapkan oleh semua pihak yang

terlibat, instrumen penting dalam perkembangan perbankan syariah antara

lain pemenuhan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, peningkatan

inovasi produk dan layanan kompetitif serta berbasis kekhususan untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

kebutuhan masyarakat dan keberlangsungan program sosialisasi serta

edukasi kepada masyarakat. Jika ketiga unsur itu dapat dipenuhi dan

didukung dengan sarana infrastruktur yang memadai untuk

mempromosikan program syariah serta peningkatan instrumen syariah

yang terkait, harapannya adalah terwujudnya iklim dan situasi yang ideal

bagi perkembangan perbankan syariah di Indonesia.

Pertumbuhan perbankan pun mengalami kenaikan yang cukup

menggembirakan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 hanya ada 3 Bank

Umum Syariah (BUS), 19 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 92 Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), sedangkan hingga September 2011

sudah terdapat 11 BUS, 23 UUS, dan 154 BPRS. Hal ini dimungkinkan

dengan adanya UU No. 2 Tahun 2008 tentang batas waktu tahun 2023 bagi

UUS untuk menjadi BUS.

Perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang dan

layanannya telah dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan

statistik perbankan Indonesia tahun 2012, jumlah Bank Umum Syariah

(BUS) ada 11 unit, Unit Usaha Syariah (UUS) ada 24 unit dan Bank

Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sebesar 155 unit.

Tabel 4.2

Jaringan Kantor Perbankan Syariah

2009 2010 2011 2012

Bank Umum Syariah

Jumlah Bank 6 11 11 11

Jumlah Kantor 711 1215 1401 1435

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Unit Usaha Syariah

Jumlah Bank 25 23 24 24

Jumlah Kantor 287 262 336 378

Bank Perkreditan Rakyat

Syariah

Jumlah Bank 138 150 155 155

Jumlah Kantor 225 285 364 389

Total Kantor 1223 1763 2101 2202

Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2012

B. Analisis Variabel Input dan Output.

Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling, akan tetapi sampel tersebut bersifat secara spesifik yang

berarti bahwa sampel tersebut bersifat secara spesifik yang berarti bahwa

sampel tersebut mencerminkan Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) yang diteliti

dan tidak mencerminkan atau mewakili populasi secara umum. Beberapa bank

syariah baik BUS maupun UUS merupakan objek dalam penelitian ini, di

mana sampel yang diambil telah menyediakan laporan keuangan tahunan

selama objek pengamatan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, objek penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi 10 Bank Umum Syariah, dan 5 Unit Usaha Syariah :

a. Bank Umum Syariah (BUS), terdiri dari: BCA Syariah, BNI Syariah, BRI

syariah, Bank Jabar Banten Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank

Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Syariah Mandiri, Bank

Syariah Mega Indonesia, Bank Victoria Syariah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

b. Unit Usaha Syariah (UUS), terdiri dari : Bank Permata, Bank

Danamon Indonesia, BII (Maybank), Bank Jateng, dan Bank Tabungan

Negara (BTN)

Efisiensi yang digunakan dalam pengukuran penelitian ini adalah tingkat

teknis yang diperoleh dari rasio input yang digunakan terhadap output yang

dihasilkan. Hasil olahan data input – output dengan menggunakan data

envelopment analysis (DEA) terhadap 10 BUS dan 5UUS. Hasil analisis ini

dibagi menjadi 2 kategori yakni bank yang efisien dan bank yg inefisien. Bank

yang efisien ditunjukan dengan score efisiensi yang sudah mencapai 100%

yang berarti penggunaan input untuk menghasilkan output sudah optimal.

Sedangkan, bank yang belum efisien secara teknis atau inefisien ditunjukan

dengan score efisiensi yang belum mencapai 100% dimana penggunaan input

menghasilkan output belum maksimal. Hasil pengolahan data ini juga

menunjukan target yang seharusnya dicapai. Target ini terdiri dari 5 objek,

yaitu :

a. Variable, merupakan nama nama variable input dan output yang

digunakan dalam analisis dan sebagai objek yang akan di evaluasi

tingkat efisiennya.

b. Actual, merupaka nilai dari variabel input dan output yang terjadi secara

rill dalam operasional bank.

c. Target, merupakan nilai yang seharusnya dicapai oleh variabel input dan

output untuk mencapai tingkat efisiensi maksimal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

d. To Gain, merupakan presentase nilai yang masih bias dimaksimalkan

oleh variabel input untuk mencapai produktivitas maksimal, sedangkan

untuk variabel output merupakan presentase nilai yang belum dicapai.

e. Achieved, bagi variabel input adalah presentase nilai yang sudah

dimanfaatkan, sedangkan untyk variabel output merupakan presentase

nilai yang sudah dicapai.

Variabel – Variabel yang digunakan dalam penelitian.

Perhitungan efisiendi perbankan syariah dengan analisis DEA ini

menggunaksn tiga variabel input, yaitu : Simpanan, Aset, Biaya tenaga kerja /

beban operasional. Variabel outputnya meliputi pembiayaan dan pendapatan

operasional.

1) Simpanan

Variabel input pertama, simpanan yaitu jumlah dana masyarakat

baik individu maupun berbadan hukum yang dapat di himpun oleh bank

syariah (baik BUS / UUS)

Table 4.3 Simpanan

Bank Umum Syariah Kode Bank Simpanan Wadiah

(X₁) Bank Syariah Mandiri BSM 4.174.663.897.074 Bank Syariah Bukopin BSB 95.501.632.957

Bank Victoria Syariah BVS 2.776.000.000 Bank Mega Syariah BMS 1.182.822.000.000 Bank Jabar Banten Syariah BJBS 171.250.704.000 BNI Syariah BNIS 644.624.000.000 Bank Muamalat Indonesia BMI 2.514.428.195.000 Bank Panin Syariah BPS 15.335.161.000 BCA Syariah BCAS 96.610.518.088

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

BRI Syariah BRIS 1.054.006.000.000

Unit Usaha Syariah Kode Bank Simpanan Wadiah

(X₁) BII (Maybank) BIIUUS 46.344.000.000 Bank Danamon BDUUS 275.663.000.000 Bank Permata BPUUS 241.016.000.000 Bank Jateng BJUUS 33.525.058.846 Bank Tabungan Negara BTNUUS 16.305.236.000 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2010.

Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah simpanan yang terdiri

atas tabungan syariah, deposito, dan giro syariah pada kesepuluh Bank

Umum Syariah (BUS) dalam penelitian ini. Bank Mandiri Syariah

mempunyai jumlah simpanan terbanyak yaitu 4,174 Triliyun rupiah, ini

artinya Bank Syariah Mandiri paling banyak menghimpun dana dari

masyarakat. Sedangkan Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah

oertama yang ada di Indonesia menduduki tingkat kedua dalam jumlah

dana simpanan, yakni sebesar 2,514 Triliyun rupiah. Jumlah simpanan

yang paling kecil dalam penelitian ini adalah Bank Victoria Syariah yaitu

sebesar 2,776 Milyar rupiah. Pada Unit Usaha Syariah dari lima Bank yang

diteliti dapat dilihat bahwa jumlah simpanan terbesar adalah Bank

Danamon, yakni sebesar 275,663 Miliar rupiah.

2) Aset

Berikut tabel jumlah aser Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit

Usaha Syariah (UUS) pada tahun 2010.

Tabel 4.4 Aset

Bank Umum Syariah Kode Bank Aset (X₂)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Bank Syariah Mandiri BSM 6.161.825.512.494 Bank Syariah Bukopin BSB 435.475.788.699 Bank Victoria Syariah BVS 12.025.000.000 Bank Mega Syariah BMS 830.999.000.000 Bank Jabar Banten Syariah BJBS 309.999.286.000 BNI Syariah BNIS 1.568.756.000.000 Bank Muamalat Indonesia BMI 2.535.765.945.000 Bank Panin Syariah BPS 140.162.674.000 BCA Syariah BCAS 186.494.416.670 BRI Syariah BRIS 945.204.000.000

Unit Usaha Syariah Kode Bank Aset (X₂)

BII (Maybank) BIIUUS 640.290.000.000 Bank Danamon BDUUS 157.540.000.000 Bank Permata BPUUS 817.592.000.000 Bank Jateng BJUUS 14.746.123.152 Bank Tabungan Negara BTNUUS 5.841.535.000 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2010.

Tabel 4.4 diatas dapat dilihat jumlah aset yang dimiliki Bank

Umum Syariah (BUS) maupun Unit Usaha Syariah (UUS). Adapun jumlah

aset Bank Umum Syariah (BUS) yang paling besae adalah aset Bank

Syariah Mandiri sebesar 6,161 Triliyun rupiah. Hal ini menunjukan

kinerja yang semakin baik dari sebuah bank. Sedangkan aset yang paling

kecil pada penelitian ini adalah bank 12,025 miliyar rupiah. Dari tabel 4.4

juga dapat dilihat aset yang dimiliki kelima Unit Usaha Syariah (UUS)

pada tahun 2010. Jumlah aset terbesar pada semua Unit Usaha Syariah

(UUS) adalah sebesar 817,592 Miliyar rupiah yang merupakan aset Bank

Permata. Sedangkan jumlah aset terendah Unit Usaha Syariah (UUS)

sejumlah 5,841 Miliyar rupiah yang merupakan aset Bank Tabungan

Negara.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

3) Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja / personalia didefinisikan sebagai gaji, biaya

pendidikan, dan tunjangan kesejahteraan karyawan bank syariah. Berikut

merupakan tabel biaya tenaga kerja Bank Syariah (baik BUS atau UUS)

tahun 2010.

Tabel 4.5 Biaya Tenaga Kerja

Bank Umum Syariah Kode Bank Biaya Tenaga Kerja

(X₃) Bank Syariah Mandiri BSM 1.593.254.907.021 Bank Syariah Bukopin BSB 81.229.390.134 Bank Victoria Syariah BVS 14.090.000.000 Bank Mega Syariah BMS 566.115.000.000 Bank Jabar Banten Syariah BJBS 77.960.993.000 BNI Syariah BNIS 169.559.000.000 Bank Muamalat Indonesia BMI 788.653.131.000 Bank Panin Syariah BPS 21.922.530.000 BCA Syariah BCAS 32.321.415.096 BRI Syariah BRIS 455.838.000.000

Unit Usaha Syariah Kode Bank Beban Operasional

(X₃) BII (Maybank) BIIUUS 73.194.000.000 Bank Danamon BDUUS 71.365.000.000 Bank Permata BPUUS 107.668.000.000 Bank Jateng BJUUS 4.049.017.781 Bank Tabungan Negara BTNUUS 2.247.211.000 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2010.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa dari kesepuluh Bank Umum

Syariah (BUS) tersebut biaya tenaga kerja yang paling besar adalah Bank

Mandiri Syariah yakni sebesar 1,593 Triliyun rupiah. Sedangkan biaya

tenaga kerja terendah menurut penelitian ini adalah Bank Victoria Syariah,

yakni sebesar 14,090 Miliyar rupiah. Dari kelima Unit Usaha Syariah

(UUS) yang diteliti dalam penelitian ini, biaya tenaga kerja yang paling

besar adalah Bank Permata, yakni sebesar 107,668 Miliar rupiah, dan biaya

tenaga kerja terendah dalam penelitian ini adalah bank tabungan negara,

yakni sebesar 2,247 Miliyar rupiah.

4) Pembiayaan

Selanjutnya adalah variabel output dari penelitian ini ada dua

variabel. Adapun variabel output yang pertama adalah pembiayaan.

Pembiayaan yang berarti produk penyaluran dana Bank Syariah (baik

BUS/UUS) kepada masyarakat baik individu maupun berbadan hokum

dengan menggunakan akad-akad mudharabah / musyarakah. Berikut

adalah tabel jumlah variabel output pembiayaan pada Bnak Umum Syariah

(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) pada tahun 2010.

Tabel 4.6 Pembiayaan

Bank Umum Syariah Kode Bank Pembiayaan

(Y₁) Bank Syariah Mandiri BSM 8.394.986.953.161 Bank Syariah Bukopin BSB 2.451.077.163 Bank Victoria Syariah BVS 1.640.000.000

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Bank Mega Syariah BMS 140.095.000.000 Bank Jabar Banten Syariah BJBS 466.051.846.000 BNI Syariah BNIS 677.767.000.000 Bank Muamalat Indonesia BMI 7.343.577.959.000 Bank Panin Syariah BPS 181.836.742.000 BCA Syariah BCAS 138.797.000.000 BRI Syariah BRIS 1.309.790.000.000

Unit Usaha Syariah Kode Bank Pembiayaan

(Y₁) BII (Maybank) BIIUUS 180.592.000.000 Bank Danamon BDUUS 561.978.000.000 Bank Permata BPUUS 1.399.000.000 Bank Jateng BJUUS 97.109.167.287 Bank Tabungan Negara BTNUUS 40.732.954.000 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2010.

Dari tabel 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah pembiyaan

terbesar Bank Umum Syariah (BUS) adalah pembiayaan Bank Syariah

Mandiri yaitu sebesar 8,394 Triliyun rupiah. Dengan jumlah pembiayaan

yang besar berarti Bank Syariah Mandiri telah melaksanakan peran

intermediasi yang semakin baik. Sedangkan pembiayaan terendah dalam

penelitian ini adalah pembiayaan sejumlah 1,640 Miliyar rupiah yang

merupakan pembiayaan Bank Victoria Syariah. Untuk Unit Usaha Syariah

pembiayaan terbesar adalah pembiayaan pada Bank Danamon yakni

sebesar 561,978 Miliyar rupiah, sedangkan pembiayaan terendah dalam

penelitian ini adalah Bank Permata yakni sebesar 1,399 Miliar rupiah.

5) Pendapatan Operasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Output selanjutnya adalah pendapatan operasional. Pendapatan

operasional adalah pendapatan hasil dari kegiatan operasional Bank

Syariah (baik BUS atau UUS)

Pendapatan Operasional terbesar pada Bank Umum Syariah (BUS)

adalah pada Bank Syariah mandiri yaitu sebesar 2,768 Triliyun rupiah.

Sedangkan pendapatan terendah adalah pendapatan operasional Bank

Victoria Syariah yakni sebesar 18,864 Miliyar rupiah. Untuk Unit Usaha

Syariah (UUS) jumlah pendapatan operasional terbesar adalah Bank

Permata sejumlah 258,312 Miliyar rupiah. Dan pendapatan operasional

terendah dalam penelitian ini adalah Bank Tabungan Negara, yakni sebesar

6,498 Miliyar rupiah. Berikut tabel Pendapatan Operasional.

Tabel 4.7 Pendapatan Operasional

Bank Umum Syariah Kode Bank Pendapatan Operasional

(Y₂) Bank Syariah Mandiri BSM 2.768.071.921.323 Bank Syariah Bukopin BSB 198.406.443.095 Bank Victoria Syariah BVS 18.864.000.000 Bank Mega Syariah BMS 971.497.000.000 Bank Jabar Banten Syariah BJBS 118.747.138.000 BNI Syariah BNIS 417.661.000.000 Bank Muamalat Indonesia BMI 1.608.141.129.000 Bank Panin Syariah BPS 21.368.741.000 BCA Syariah BCAS 22.969.445.315 BRI Syariah BRIS 643.736.000.000

Unit Usaha Syariah Kode Bank Pendapatan Operasional (Y₂)

BII (Maybank) BIIUUS 65.489.000.000 Bank Danamon BDUUS 138.738.000.000 Bank Permata BPUUS 258.312.000.000 Bank Jateng BJUUS 22.030.970.290 Bank Tabungan Negara BTNUUS 6.498.752.000

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2010.

C. Analisis Data dan Pembahasan.

Efisiensi merupakan salah satu pencerminan kinerja perbankan, dimana

suatu bank dikatakan memiliki kinerja yang tinggi apabila dapat meningkatkan

efisiensinya dengan menggunakan variabel yang seuai untuk memberikan hasil

yang maksimal. (Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, 2009)

Penelitian ini dilakukan terhadap 10 Bank Umum Syariah (BUS) dan 5

Unit Usaha Syariah (UUS). Penggunaan data Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah Indonesia. BUS dan UUS tersebut relative lengkap menyampaikan

laporan keuangannya kepada Biro Syariah Bank Indonesia, sebagai lembaga

pengawasan perbankan. Disamping itu struktur biaya BUS dan UUS bervariasi

disbanding Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Adapun BPRS tidak

termasuk ke dalam penelitian ini karena laporan keuangannya tidak lengkap.

Bank sebagai UKE, dikatakan efisiensi secara relative apabila nilai dualnya

sama dengan satu (nilai efisiensi = 100%). Sebaliknya, nilai dualnya yang kurang

dari satu maka UKE bersangkutan dianggap tidak efisien (inefisien) secara relative

(Silkman, 1986; Nugroho, 1995 dalam Huri M.D. dan Indah Susilowati, 2004).

1. Hasil Analisis Efisiensi Perbankan Syariah Secara DEA

a. Bank Umum Syariah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Hasil olah data terhadap 10 Bank Umum Syariah menunjukan

bahwa 4 Bank yang belum efisien yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Jabar

Banten Syariah, BCA Syariah, BRI Syariah. 6 Bank yang sudah efisien

secara teknis yaitu Bank Syariah Bukopin, Bank Victoria Syariah, Bank

Mega Syariah, BNI Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Panin

Syariah.

Berdasarkan perhitungan metode DEA dengan software DEAWIN.

Dapat dilihat tingkat efisiensi teknis BUS – BUS di Indonesia pada tabel

4.8. Hasil perhitungan tersebut menggambarkan pencapaian nilai tingkat

efisiensi masing-masing bank sangat beragam.

Tebel 4.8

Hasil Pengolahan BUS Menggunakan DEA

Bank Umum Syariah Kode Bank Nilai Efisien Keterangan

Bank Syariah Mandiri BSM 80,45% Inefisien Bank Syariah Bukopin BSB 100% Efisien Bank Victoria Syariah BVS 100% Efisien Bank Mega Syariah BMS 100% Efisien Bank Jabar Banten Syariah BJBS 83,28% Inefisien BNI Syariah BNIS 100% Efisien Bank Muamalat Indonesia BMI 100% Efisien Bank Panin Syariah BPS 100% Efisien BCA Syariah BCAS 46,52% Inefisien BRI Syariah BRIS 78,40% Inefisien sumber : hasil olahan DEA

Data statistik pada tabel 4.8 menunjukan bahwa BUS – BUS yang

belum mencapai tingkat efisiensi teknik 100% (inefisien) pada tahun 2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

adalah Bank Syariah Mandiri (80,45%), Bank Jabar Banten Syariah

(83,28%), BCA Syariah (46,52%), dan BRI Syariah (78,40%). Sedangkan

BUS yang sudah mencapai tingkat efisiensi adalah Bank Syariah Bukopin,

Bank Victoria Syariah, Bank Mega Syariah, BNI Syariah, Bank Muamalat

Indonesia, dan Bank Panin Syariah.

Perhitungan DEA tidak hanya mengukur nilai efisiensi dari masing-

masing bank syariah yang ada dalam sampel, tetapi juga memberikan

refrensi atau acuan bank bagi bank yang berada dalam kondisi inefisien

menjadi efisien (Harjun Muharam dan Pusvitasari, 2007) tabel 4.9

menunjukan bahwa beberapa BUS yang efisien menjadi acuan (refrensi)

perbaikan untuk BUS lainnya yang inefisien.

Tabel 4.9

BUS-BUS Acuan bagi BUS-BUS yang Inefisien Tahun 2010

Bank Umum Syariah Kode Bank

Nilai Efisien Benchmarks

Bank Syariah Mandiri BSM 80,45% BSB

4.669 BNIS 0.021

BMI 1.140

Bank Syariah Bukopin BSB 100% Bank Victoria Syariah BVS 100% Bank Mega Syariah BMS 100%

Bank Jabar Banten Syariah BJBS 83,28% BSB

0.109 BVS

0.334 BMI

0.049 BPS

0.596 BNI Syariah BNIS 100% Bank Muamalat Indonesia BMI 100% Bank Panin Syariah BPS 100%

BCA Syariah BCAS 46,52% BMI

0.018 BPS

0.055

BRI Syariah BRIS 78,40% BSB

0.007 BVS

2.568 BMS 0.327

BMI 0.172

sumber : hasil olahan DEA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Bank – bank yang inefisien, dapat dikatakan bahwa bank tersebut

belum dapat memaksimalkan nilai input dan output yang dimilikinya. Hal

ini berarti nilai input dan output yang dicapai oleh bank yang inefisien

belum dapat meraih target yang sebenarnya (Harjum Muharam Dan

Pusvitasari, 2007).

Pada tabel 4.9 menunjukan ada enam bank yang sudah efisien,

yaitu Bank Syariah Bukopin, Bank Victoria Bukopin, Bank Mega Syariah,

BNI Syariah, Bank Muamalat Indoensia, Bank Panin Syariah. Dan empat

bank yang belum efisien yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Jabar Banten,

BCA Syariah, dan BRI Syariah. Bank yang belum efisien harus

berpatokan (benchmark) kepada bank Yang telah efisien, agar bank

tersebut menjadi efisien.

b. Unit Usaha Syariah

Hasil olah data terhadap 5 Unit Usaha Syariah menunjukan bahwa 1 Bank

yang belum efisien yaitu Bank Danamon. 4 Bank yang sudah efisien secara teknis

yaitu Bank Permata, BII (maybank), Bank Jateng, Bank Tabungan Negara.

Tabel 4.10

Hasil Pengolahan UUS Menggunakan DEA

Unit Usaha Syariah Kode Bank Nilai Efisien Keterangan

BII (Maybank) BIIUUS 100% Efisien Bank Danamon BDUUS 74,49% Inefisien Bank Permata BPUUS 100% Efisien

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Bank Jateng BJUUS 100% Efisien Bank Tabungan Negara BTNUUS 100% Efisien sumber : hasil olahan DEA

Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik Unit

Usaha Syariah (UUS) di Indonesia Tahun 2010. Data Statistik tabel 4.10

menunjukan bahwa UUS yang belum mencapai tingkat efisiensi teknik

100% (inefisien) pada tahun 2010 adalah Bank Danamon (74,49%).

Sedangkan UUS yang sudah mencapai tingkat efisiensi adalah BII

(Maybank), Bank Permata, Bank Jateng, dan Bank Tabungan Negara.

Tabel 4.11

UUS – UUS Acuan bagi UUS – UUS yang Inefisien Tahun 2010

Unit Usaha Syariah Kode Bank Nilai

Efisien Benchmarks

BII (Maybank) BIIUUS 100% Bank Danamon BDUUS 74,49% BPUUS 0.038 BJUUS 5.852 Bank Permata BPUUS 100% Bank Jateng BJUUS 100% Bank Tabungan Negara BTNUUS 100% sumber : hasil olahan DEA

Tabel 4.11 menunjukan ada empat bank yang sudah efisien, yaitu

BII (Maybank), Bank Permata, Bank Jateng, dan Bank Tabungan Negara.

Dan satu bank yang belum efisien yaitu Bank Danamon. Bank yang belum

efisien harus berpatokan (benchmark) kepada bank Yang telah efisien, agar

bank tersebut menjadi efisien.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

2. Hasil Analisis Efisiensi Perbankan Syariah Secara Statistik.

Tabel 4.12

One-Sample Test

Test Value = 100

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

efisiensi-2.271 14 .039 -9.12400 -17.7420 -.5060

Tabel 4.12 Memperlihatkan hasil one sample test. Dengan

membandingkan t-hitung dan t-tabel, yakni t hitung sebesar -2.271 dan t

tabel 2.271, maka harus dilakukan uji dua sisi (two tailed test) sehingga

diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.039 (lebih kecil dari 0.05). Artinya

rata rata sampel tidak berbeda secara statistik dengan rata rata hipotesis

100. Pada pengujian ini menghasilkan kesimpulan membenarkan secara

statistik efisiensi perbankan syariah.

3. Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha

Syariah

Ada tidaknya perbedaan efisiensi yang signifikan antara Bank

Umum Syariah dengan Unit Usaha Syari’ah diuji secara statistik

menggunakan teknik independent samples t test. Teknik tersebut

merupakan metode statistik parametrik yang digunakan dengan syarat data

memenuhi asumsi normalitas.

a) Uji Normalitas

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas (One Sample Kolmogorov-Smirnov Test)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Kelompok Sampel Z p

Bank Umum Syariah

Unit Usaha Syariah

1,051

1,057

0,219

0,214

Sumber: Hasil Olah Data

Tabel 4.13 memperlihatkan hasil uji normalitas data efisiensi

yang dibagi ke dalam 2 kelompok sampel. Pengujian dilakukan pada

taraf signifikansi 5% sehingga data pada setiap kelompok dinyatakan

berdistribusi normal apabila nilai Z terletak di antara –1,96 dan 1,96

atau nilai p > 0,05. Berdasarkan tabel terlihat bahwa data kedua

kelompok memiliki nilai Z yang terletak di antara –1,96 dan 1,96 (yaitu

1,051 dan 1,057) atau memiliki nilai p > 0,05 (yaitu 0,219 dan 0,214).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data efisiensi kedua

kelompok sampel berdistribusi normal, yang berarti bahwa syarat

penggunaan uji t terpenuhi.

b) Uji t

Tabel 4.14 Hasil Uji Beda (Independent Samples T Test)

Kelompok Sampel Mean Mean

Difference

t df p

Bank Umum Syariah

Unit Usaha Syariah

89,265

94,898

5,633 0,654 13 0,525

Sumber: Hasil Olah Data

Tabel 4.14 memperlihatkan hasil perhitungan uji perbedaan

efisiensi antara Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Berdasarkan rata-rata diketahui bahwa efisiensi Unit Usaha Syariah

(94,898%) lebih tinggi dibandingkan efisiensi Bank Umum Syariah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

(89,265%). Terdapat selisih sebesar 5,633%. Apabila selisih tersebut

diuji diperoleh nilai uji statistik t sebesar 0,654 dengan p sebesar 0,525.

Pengujian dilakukan dengan derajat bebas (df) sebesar 13 dan pada

taraf signifikansi sebesar 5%. Dengan demikian selisih efisiensi

dinyatakan signifikan apabila nilai t > 2,160 atau t < –2,160 atau

apabila nilai p < 0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t dan

p tidak memenuhi kriteria tersebut yang berarti bahwa selisih efisiensi

tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat

perbedaan efisiensi antara Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Dengan kata lain

efisiensi kedua kelompok dapat dikatakan sama.

4. Hasil Perhitungan Inefisien Perbankan Syariah a. Bank Syariah Mandiri (Bank Umum Syariah)

Tabel 4.15

Hasil perhitungan efisiensi variabel input dan output BANK SYARIAH MANDIRI

VARIABLE ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

-SW (X1) 4.174.663.897.100

3.325.296.607.800 20,3% 79,7%

-ASET (X2) 6.161.825.512.500

4.956.895.059.000 19,6% 80,4%

-BO (X3) 1.593.254.907.000

1.281.697.665.800 19,6% 80,4%

+PEMBIAYAAN (Y1) 8.394.986.953.200 8.394.986.953.100 0,0% 100,0%

+PO (Y3) 2.768.071.921.300

2.768.071.921.300 0,0% 100,0%

sumber : hasil olah DEA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Tabel 4.15 memperlihatkan bahwa ketidak efisienan pada BSM

bersumber dari alokasi input simpanan, aset dan biaya tenaga kerja.

Tingkat efisiensinya baru mencapai 79,7% (simpanan), 80,4% (aset), dan

80,4% (biaya tenaga kerja), sehingga peningkatannya dibutuhkan sebesar

20,3% (simpanan), 19,6% (aset), dan 19,6% (biaya tenaga kerja). Target

input yang dibutuhkan seharusnya hanya berjumlah 3.325 Triliyun rupiah

(simpanan), 4.956 Triliyun rupiah (aset), dan 1.281 Triliyun rupiah (biaya

tenaga kerja). Namun input dialokasikan sebesar 4.174 Triliyun rupiah

(simpanan), 6.161 Triliyun rupiah (aset) dan 1.593 Triliyun rupiah (biaya

tenaga kerja). Adapun output yang dihasilkan BSM sudah tergolong

efisien.

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Efisiensi dengan menggunakan Benchmark

BANK SYARIAH MANDIRI (dalam Juataan rupiah)

VARIABEL BANK

SYARIAH BUKOPIN

BNI SYARIAH

BANK MUAMALAT INDONESIA

TOTAL

Simpanan Wadiah 445.919.694

13.854.359 2.865.522.553

3.325.296.606

Asset 2.033.339.376

33.715.949 2.889.839.733

4.956.895.058

Biaya Operasional 379.279.219

3.644.188 898.774.257

1.281.697.664

Pembiayaan 11.444.658

14.566.674 8.368.975.620

8.394.986.952 Pendapatan Operasional 926.406.573

8.976.435 1.832.688.912

2.768.071.920

sumber : hasil olah data

Tabel 4.16 menunjukan bahwa Bank Syariah Mandiri akan

mencapai teknis dengan menggunakan banktuan dari Benchmarknya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Acuan input – output Bank Syariah Bukopin sebesar 4.669, BNI Syariah

sebesar 0.021, dan Bank Muamalat Indonesia sebesar 1.140.

b. Bank Jabar Banten Syariah (Bank Umum Syariah)

Tabel 4.17

Hasil perhitungan efisiensi variabel input dan output BANK JABAR BANTEN SYARIAH

VARIABLE ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

.-SW (X1)

171.250.704.000

142.620.030.740 16,7% 83,3%

.-ASET (X2)

309.999.286.000

258.171.830.350 16,7% 83,3%

.-BO (X3)

77.960.993.000

64.927.027.795 16,7% 83,3% +PEMBIAYAAN (Y1)

466.051.846.000

466.051.846.000 0,0% 100,0%

.+PO (Y3)

118.747.138.000

118.747.138.000 0,0% 100,0% sumber : hasil olah DEA

Tabel 4.17 memperlihatkan bahwa ketidak efisienan pada Bank

Jabar Banten Syariah bersumber dari alokasi input simpanan, aset dan

biaya tenaga kerja. Tingkat efisiensinya baru mencapai 83,3% (simpanan),

83,3% (aset), dan 83,3% (biaya tenaga kerja), sehingga peningkatannya

dibutuhkan sebesar 16,7% (simpanan), 16,7% (aset), dan 16,7% (biaya

tenaga kerja). Target input yang dibutuhkan seharusnya hanya berjumlah

142.620 Miliyar rupiah (simpanan), 258.171 Miliyar rupiah (aset), dan

64.927 Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja). Namun input dialokasikan

sebesar 171.250 Miliyar rupiah (simpanan), 309.999 Miliyar rupiah (aset)

dan 77.960 Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja). Adapun output yang

dihasilkan Bank Jabar Banten sudah tergolong efisien.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Tabel 4.18

Hasil Perhitungan Efisiensi dengan menggunakan Benchmark BANK JABAR BANTEN SYARIAH (dalam Juataan rupiah)

VARIABEL BANK

SYARIAH BUKOPIN

BANK VICTORIA SYARIAH

BANK MUAMALAT INDONESIA

BANK PANIN

SYARIAH TOTAL

Simpanan Wadiah 10.386.390 926.198 122.160.589 9.146.852 142.620.029 Asset 47.360.674 4.012.080 123.197.258 83.601.817 258.171.829 Biaya Operasional 8.834.196 4.701.057 38.315.801 13.075.973 64.927.027 Pembiayaan 266.569 547.177 356.779.251 108.458.847 466.051.844 Pendapatan Operasional 21.577.922 6.293.877 78.129.678 12.745.658 118.747.135 sumber : hasil olah data

Tabel 4.18 menunjukan bahwa Bank Jabar Banten Syariah akan

mencapai teknis dengan menggunakan banktuan dari Benchmarknya.

Acuan input – output Bank Syariah Bukopin sebesar 0.109, Bank Victoria

Syariah sebesar 0.334, Bank Muamalat Indonesia sebesar 0.049. dan Bank

Panin Syariah sebesar 0.596.

c. BCA Syariah ( Bank Umum Syariah)

Tabel 4.19

Hasil perhitungan efisiensi variabel input dan output BCA SYARIAH

VARIABLE ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEV

ED

.-SW (X1)

96.610.518.088

44.947.530.763 53,50% 46,50%

.-ASET (X2)

186.494.416.670

52.175.146.551 72,00% 28,00%

.-BO (X3)

32.321.415.096

15.037.366.822 53,50% 46,50% +PEMBIAYAAN (Y1) 138.797.000.000

138.797.000.000 0,00% 100,00%

.+PO (Y3)

22.969.445.315

29.381.604.260 27,90% 78,20%

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

sumber : hasil olah DEA

Tabel 4.19 memperlihatkan bahwa ketidak efisienan pada BCA

Syariah bersumber dari alokasi input simpanan, aset dan biaya tenaga

kerja. Tingkat efisiensinya baru mencapai 46.50% (simpanan), 28.00%

(aset), dan 46.50% (biaya tenaga kerja), sehingga peningkatannya

dibutuhkan sebesar 53.50% (simpanan), 72.00% (aset), dan 53.50% (biaya

tenaga kerja). Target input yang dibutuhkan seharusnya hanya berjumlah

44,947 Miliyar rupiah (simpanan), 52,175 Miliyar rupiah (aset), dan

15,037 Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja). Namun input dialokasikan

sebesar 96,610 Miliyar rupiah (simpanan), 186,494 Miliyar rupiah (aset)

dan 32,321 Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja).

Ketidak efisienan BCA Syariah juga bersumber dari output, yaitu

pendapatan operasional mencapai tingkat efisiensi sebesar 78.20%,

efisiensi dapat tercapai apabila pendapatan operasional diperbaiki sebesar

27.90%. jumlah output pendapatan operasional yang telah tercapai adalah

sebesar 22,969 Miliyar rupiah, sedangkan targetnya sebesar 29,381

Miliyar rupiah.

Tabel 4.20

Hasil Perhitungan Efisiensi dengan menggunakan Benchmark

BCA SYARIAH (dalam Juataan rupiah)

VARIABEL BANK

MUAMALAT INDONESIA

BANK PANIN SYARIAH

TOTAL

Simpanan Wadiah 44.105.593 841.937 44.947.530

Asset 44.479.879 7.695.267 52.175.146

Biaya Operasional 13.833.767 1.203.599 15.037.366

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Pembiayaan 128.813.726 9.983.273 138.796.999

Pendapatan Operasional 28.208.409 1.173.195 29.381.604

sumber : hasil olah data

Tabel 4.20 menunjukan bahwa BCA Syariah akan mencapai teknis

dengan menggunakan banktuan dari Benchmarknya. Acuan input – output

Bank Muamalat Indonesia sebesar 0.018, dan Bank PaninSyariah sebesar

0.055.

d. BRI Syariah (Bank Umum Syariah)

Tabel 4.21 memperlihatkan bahwa ketidak efisienan pada BRI

Syariah bersumber dari alokasi input simpanan, aset dan biaya tenaga

kerja. Ketiga input tersebut telah mencapai tingkat efisiensinya sebesar

78,4%, sehingga peningkatannya dibutuhkan sebesar 21,6%.

Tabel 4.21 Hasil perhitungan efisiensi variabel input dan output BRI SYARIAH

VARIABLE ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

.-SW (X1)

1.054.006.000.000

826.309.984.920 21,6% 78,4%

.-ASET (X2)

945.204.000.000

741.012.387.960 21,6% 78,4%

.-BO (X3)

455.838.000.000

357.363.706.570 21,6% 78,4% +PEMBIAYAAN (Y1)

1.309.790.000.000

1.309.790.000.000 0,0% 100,0%

.+PO (Y3)

643.736.000.000

643.736.000.000 0,0% 100,0% sumber : hasil olah DEA

Target input yang dibutuhkan seharusnya hanya berjumlah 826.309

Miliyar rupiah (simpanan), 741.012 Miliyar rupiah (aset), dan 357.363

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja). Namun input dialokasikan sebesar

1.504 Triliyun rupiah (simpanan), 945,204 Miliyar rupiah (aset) dan

455,838 Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja).

Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Efisiensi dengan menggunakan Benchmark

BRI SYARIAH (dalam Juataan rupiah)

VARIABEL BANK

SYARIAH BUKOPIN

BANK VICTORIA SYARIAH

BANK MEGA

SYARIAH

BANK MUAMALAT INDONESIA

TOTAL

Simpanan Wadiah 687.954 7.129.852 387.172.079 431.320.098 826.309.983

Asset 3.136.988 30.884.897 272.010.168 434.980.334 741.012.387 Biaya Operasional 585.143 36.188.624 185.305.922 135.284.016 357.363.705

Pembiayaan 17.656 4.212.160 45.857.172 1.259.703.010 1.309.789.998 Pendapatan Operasional 1.429.238 48.450.121 317.999.254 275.857.386 643.735.999 sumber : hasil olah data

Tabel 4.22 menunjukan bahwa BRI Syariah akan mencapai teknis

dengan menggunakan banktuan dari Benchmarknya. Acuan input – output

Bank Syariah Bukopin sebesar 0.007, Bank Victoria Syariah sebesar 2.568,

Bank Mega Syariah sebesar 0.327, dan Bank Muamalat Indonesia sebesar

0.172.

e. Bank Danamon ( Unit Usaha Syariah)

Tabel 4.23

Hasil perhitungan efisiensi variabel input dan output BANK DANAMON (UUS)

VARIABLE ACTUAL TARGET TO

GAIN ACHIEVED

.-SW (X1)

275.663.000.000.

205.344.314.840 25,5% 74,5%

.-ASET (X2)

157.540.000.000

117.353.229.710 25,5% 74,5%

.-BO (X3)

71.365.000.000

27.784.966.392 61,1% 38,9%

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

+PEMBIAYAAN (Y1)

561.978.000.000 568.335.614.050 1,1% 98,9%

.+PO (Y3)

138.738.000.000

138.738.000.000 0,0% 100,0% sumber : hasil olah DEA

Tabel 4.23 memperlihatkan bahwa ketidak efisienan pada Bank

Danamon (UUS) bersumber dari alokasi input simpanan, aset dan biaya

tenaga kerja. Tingkat efisiensinya baru mencapai 74,5% (simpanan),

74,5% (aset), dan 38,9% (biaya tenaga kerja), sehingga peningkatannya

dibutuhkan sebesar 25,5% (simpanan), 25,5% (aset), dan 61,1% (biaya

tenaga kerja). Target input yang dibutuhkan seharusnya hanya berjumlah

205.344 Miliyar rupiah (simpanan), 117.353 Miliyar rupiah (aset), dan

27.784 Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja). Namun input dialokasikan

sebesar 275.663 Miliyar rupiah (simpanan), 157.540 Miliyar rupiah (aset)

dan 71.365 Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja).

Ketidakefisienan Bank Danamon juga bersumber dari output, yaitu

pembiayaan mencapai tingkat efisiensi sebesar 98,9%, efisiensi dapat

tercapai apabila pendapatan operasional diperbaiki sebesar 1,1%. Jumlah

output pembiayaan yang telah tercapai adalah sebesar 561.978 Miliyar

rupiah, sedangkan targetnya sebesar 568.335 Miliyar rupiah.

Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Efisiensi dengan menggunakan Benchmark

BANK DANAMON UUS (dalam Juataan rupiah)

VARIABEL BANK

PERMATA (UUS)

BANK JATENG

(UUS) TOTAL

Simpanan Wadiah

9.155.801

196.188.513

205.344.314 Asset

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

31.058.974 86.294.255 117.353.229

Biaya Operasional

4.090.130

23.694.836

27.784.966

Pembiayaan

53.145

568.282.468

568.335.613

Pendapatan Operasional

9.812.847

128.925.152

138.737.999 sumber : hasil olah data

Tabel 4.24 menunjukan bahwa Unit Usaha Syariah Bank Danamon

akan mencapai teknis dengan menggunakan banktuan dari Benchmarknya.

Acuan input – output Unit Usaha Syariah Bank Permata sebesar 0.038,

dan Unit Usaha Syariah Bank Jateng sebesar 5.852.

D. Interpretasi Hasil

Menurut Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari (2009), pengukuran

efisiensi teknik cenderung terbatas pasa hubungan teknik dan operasional dalam

proses konversi input menjadi output. Hal ini menyebabkan untuk meningkatkan

tingkat efisiensi teknik hanya memerlukan kebijakan makro yang bersifat internal,

yaitu pengendalian dan alokaso sumber daya yang optimal.

Implikasi saran dan kebijakan yang dapat disampaikan dalam penelitian ini

adalah Bank-bank syariah yang tidak efisien dapat melakukan perbaikan kebijakan

mikro untuk pencapaian efisiensi tekniknya. Adapun kebijakan mikro yang dapat

diupayakan.

Pertama, ketidakefisienan penggunaan input simpanan oleh bank-bank

syariah adalah dengan mengalokasikan kelebihan input simpanan ke bagian input

aset total khususnya aset yang bersifat produktif. Jumlah input (simpanan) yang

masih lebih besar dibandingkan targetnya. Hal ini menandakan perannya sebagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

input yang tidak maksimal untuk menghasilkan output. Upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan mengalokasikan kelebihan input simpanan ke bagian

input aset total khususnya aset yang bersifat produktif. Cara ini dapat dilakukan

oleh bank-bank syariah dengan peningkatan jumlah penyaluran dana/pembiayaan

(seperti pembiayaan jual beli, sewa, bagi hasil, dan lainnya) kepada masyarakat.

Hal ini berarti dana yang terkumpul dari masyarakat (seperti simpanan) dapat

disalurkan kembali ke masyarakat melalui pembiayaan. Adapun cara lainnya

adalah kenaikan biaya administrasi pada dana simpanan, sehingga pendapatan

operasional bank syariah dapat diperbaiki. Sejalan dengan kenaikan biaya

administrasi, bank syariah juga memerlukan peningkatan kualitas jasa pelayanan

sehingga bank syariah tetap dapat bersaing.

Kedua, penyebab ketidakefisienan input aset total adalah penggunaan

jumlah aset total yang lebih besar dibandingkan target yang dibutuhkan. Aset total

bank syariah meliputi jumlah kas, penempatan pada Bank Indonesia, penempatan

pada bank lain, surat berharga yang dimiliki. Solusi yang dapat ditempuh adalah

dengan memperbaiki pengelolaan alokasi jumlah aset total yang dimiliki bank

syariah. Kelebihan penggunaan input aset total tidak perlu dialihkan ke input

lainnya, namun pola pengelolaannya dirubah dengan memperbesar pengalokasian

porsi aset produktif/pembiayaan yang merupakan bagian dari aset total sendiri.

Porsi jumlah pembiayaan yang semakin besar akan memperlancar proses

intermediasi bank syariah dan memperbaiki pendapatan operasional terutama

pendapatan dari penyaluran dana. Perbaikan porsi aktiva tetap yang digunakan

baik secara kuantitas maupun kualitas agar pendapatan operasional bank syariah

dapat meningkat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Ketiga, ketidakefisienan input biaya tenaga kerja adalah besarnya biaya

tenaga kerja yang dikeluarkan dari yang dibutuhkan. Besarnya biaya tenaga kerja

dapat diakibatkan tingginya jumlah tenaga kerja yang digunakan. Kasus pada

bank-bank syariah sama seperti pada bank-bank konvensional, di mana

peningkatan jumlah tenaga kerja yang tidak diimbangi dengan skill yang memadai

menyebabkan bank mengalami penurunan produktivitas (Adrian Sutawijaya dan

Etty Puji Lestari, 2009). Kondisi ini sesuai dengan teori the law of diminishing

marginal return, di mana penambahan tenaga kerja akan menurunkan marjinal

tenaga kerja (secara kuantitas). Di sisi lain, besarnya biaya tenaga kerja dapat pula

dipengaruhi biaya pendidikan SDM bank syariah. Kasus bank-bank syariah terkait

tingginya biaya pendidikan, karena jumlah sumber daya manusia (SDM) yang

paham tentang ekonomi syariah masih di bawah dari kebutuhan yang ada (secara

kuantitas maupun kualitas). Biaya pendidikan yang masih relatif tinggi dapat

dilihat pada lampiran E. Hal ini sejalan dengan pendapat Ascarya, Diana Y. dan

Guruh S. R. (2008) tentang biaya pendidikan masih relatif tinggi, disebabkan

perguruan tinggi yang menyiapkan SDM (baik tingkat S1 dan S2) ekonomi

syariah berjumlah kecil dibandingkan kebutuhan yang ada. Upaya yang dapat

dilakukan dengan kerjasama antara bank-bank syariah dengan perguruan tinggi

baik negeri maupun swasta dalam pemenuhan kebutuhan SDM bank syariah baik

secara kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini akan memperkecil biaya tenaga kerja

yang dikeluarkan oleh bank-bank syariah serta peningkatan produktivitas SDM

yang ada karena tersedianya SDM yang semakin berkualitas.

Ketidakefisienan output terjadi pada pembiayaan dan pendapatan

operasional. Pertama, jumlah pembiayaan masih lebih kecil dibandingkan target

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

yang ditentukan pada bank-bank syariah yang mengalami inefisiensi. Hal ini

disebabkan adanya prinsip kehati-hatian yang diberlakukan oleh bank-bank

tersebut, namun kelebihan proporsi penerapan prinsipnya akan menghambat target

jumlah pembiayaan yang seharusnya dilakukan. Solusi dari permasalahan ini

adalah penerapan prinsip kehati-hatian yang ada tidak menjadikan jumlah

pembiayaan terhambat, namun perlunya pengawasan yang lebih ketat, sehingga

output pembiayaan dapat lebih optimal. Di sisi lain, variasi bentuk produk

pembiayaan yang diinginkan masyarakat perlu ditambah dengan tidak melanggar

prinsip-prinsip syariah yang ada.

Kedua, jumlah pendapatan operasional masih jauh dari potensinya.

Perbaikan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, peningkatan jumlah

pembiayaan (inovasi produk) dan biaya pelayanan jasa yang terkait dengan input

simpanan. Kedua, perbesar porsi jumlah aset produktif dari total aset yang

dimiliki untuk penambahan jumlah pembiayaan, optimalisasi peran pembiayaan

dan aktiva tetap (perbaikan kuantitas dan kualitas pelayanan jasa), berdampak

positif yaitu penambahan pendapatan operasional yang terdiri dari pendapatan

penyaluran dana dan operasional lainnya. Ketiga, perbaikan kualitas SDM untuk

peningkatan pendapatan operasional, karena ini berkaitan dengan produktivitas

tenaga kerja dalam mengelola input yang ada (tertentu) untuk menghasilkan ouput

yang maksimal.

Permasalahan tentang pangsa pasar yang masih kecil, di mana hal ini

terbukti dengan kecilnya jumlah simpanan, pembiayaan dan aset. Kondisi ini

dapat diperbaiki dengan peningkatan optimalisasi input yang digunakan dan

output yang dihasilkan bagi bank-bank syariah yang tidak efisien. Kinerja yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

relatif semakin baik akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat, oleh karenanya

jumlah simpanan dan pembiayaan bertambah semakin meningkat. Di sisi lain,

bank-bank syariah yang telah efisien dapat diperluas jangkauannya ke masyarakat

dengan dukungan kebijakan pemerintah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi kinerja pada Bank

Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) pada Bank Konvensional

tahun 2010, dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).

Untuk mengetahui apakah Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah

termasuk dalam kategori efisien, dan untuk mengetahui variabel-varianel apa saja

yang memungkinkan untuk ditingkatkan efisiensinya.

1. Hasil penelitian menunjukan dengan pendekatan Data Envelopment

Analysis (DEA) yang menganalisis 10 Bank Umum Syariah efisien ada 6

Bank Umum syariah yang sudah mencapai efisiensi yaitu Bank Syariah

Bukopin, Bank Victoria Syariah, Bank Mega Syariah, BNI Syariah, Bank

Muamalat Indonesia, dan Bank panin syariah, sedangkan 4 Bank Umum

Syariah yang belum mencapai efisiensi yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank

Jabar Banten Syariah, BCA Syariah, dan BRI syariah sedangkan diantara

5 Unit usaha syariah yang diteliti dalam penelitian ini ada 4 bank yang

sudah efisien yaitu UUS Bank Internasional Indonesia (Maybank), UUS

Bank Permata, UUS Bank Jateng, dan UUS Bank Tabungan Negara. Dan

hanya 1 Unit Usaha Syariah yang belum efisien yaitu UUS Bank

Danamon.

Dari ke lima variabel input dan output yang digunakan sebagai

komponen penentu efisiensi pada setiap bank dalam kelompok bank yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

menjadi sampel dapat diketahui bahwa variabel input menunjukan peluang

perbaikan yang bervariasi antara 28.0% sampai 80.4%. Hal ini

mengindikasikan bahwa variabel input tersebut masih dapat dioptimalkan

penggunaanya dengan menggurangi penggunaan input sebesar presentase

yang dianjurkan. Sedangkan variabel output nilainya berkisar 0% sampai

29.7% nilai tersebut menunjukan bahwa pencapaian output belum

maksimal karena itu perlu ditingkatkan sebesar angka tersebut.

2. Hasil penelitian analisis efisiensi perbankan syariah membenarkan secara

statistik efisiensi perbankan syariah.

3. Meskipun terdapat perbedaan efisiensi antara Bank Umum Syariah dan

Unit Usaha Syariah namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Dengan

kata lain efisiensi kedua kelompok dapat dikatakan sama.

B. Saran

Implikasi saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bank-bank syariah yang tidak efisien dapat melakukan perbaikan

kebijakan mikro untuk pencapaian efisiensi tekniknya. Adapun kebijakan

mikro yang dapat diupayakan adalah:

a. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan input

simpanan adalah dengan mengalokasikan kelebihan input

simpanan ke bagian input aset total khususnya aset yang bersifat

produktif. Cara ini dapat dilakukan oleh bank-bank syariah

dengan peningkatan jumlah penyaluran dana/pembiayaan (seperti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

pembiayaan jual beli, sewa, bagi hasil, dan lainnya) kepada

masyarakat. Adapun cara lainnya adalah kenaikan biaya

administrasi pada dana simpanan, sehingga pendapatan

operasional bank syariah dapat diperbaiki. Seiring dengan

kenaikan biaya administrasi, bank syariah juga memerlukan

peningkatan kualitas jasa pelayanan sehingga bank syariah tetap

dapat bersaing.

b. Ketidakefisienan yang berasal dari input aset total dapat

diperbaiki dengan memperbaiki pengelolaan alokasi jumlah aset

total yang dimiliki bank syariah. Kelebihan penggunaan input

aset total tidak perlu dialihkan ke input lainnya, namun pola

pengelolaannya dirubah dengan memperbesar pengalokasian

porsi aset produktif/pembiayaan yang merupakan bagian dari aset

total sendiri. Di sisi lain, perbaikan porsi aktiva tetap yang

digunakan baik secara kuantitas maupun kualitas agar

pendapatan operasional bank syariah dapat meningkat.

c. Ketidakefisienan yang bersumber dari input biaya tenaga kerja

dapat perbaiki dengan kerjasama antara bank-bank syariah

dengan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dalam

pemenuhan kebutuhan SDM bank syariah baik secara kuantitas

maupun kualitasnya. Hal ini akan memperkecil biaya tenaga

kerja yang dikeluarkan oleh bank-bank syariah serta peningkatan

produktivitas SDM yang ada karena tersedianya SDM yang

semakin berkualitas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

d. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan output

pembiayaan adalah adalah penerapan prinsip kehati-hatian yang

ada tidak menjadikan jumlah pembiayaan terhambat, namun

perlunya pengawasan yang lebih ketat (pencegah terjadinya

moral hazard), sehingga output pembiayaan dapat lebih optimal.

Di sisi lain, variasi bentuk produk pembiayaan yang diinginkan

masyarakat perlu ditambah dengan tidak melanggar prinsip-

prinsip syariah yang ada.

e. Ketidakefisienan output juga bersumber dari output

pendapatan operasional, sehingga upaya yang dapat dilakukan

beberapa langkah. Pertama, peningkatan jumlah pembiayaan

(inovasi produk) dan biaya pelayanan jasa yang terkait dengan

input simpanan. Kedua, perbesar porsi jumlah aset produktif dari

total aset yang dimiliki untuk penambahan jumlah pembiayaan,

optimalisasi peran pembiayaan (pengurangan NPF akibat moral

hazard) dan aktiva tetap (perbaikan kuantitas dan kualitas

pelayanan jasa), berdampak positif yaitu penambahan pendapatan

operasional yang terdiri dari pendapatan penyaluran dana dan

operasional lainnya. Ketiga, perbaikan kualitas SDM untuk

peningkatan pendapatan operasional, karena ini berkaitan dengan

produktivitas tenaga kerja dalam mengelola input yang ada

(tertentu) untuk menghasilkan ouput yang maksimal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

2. Bank-bank syariah yang telah efisien, memperlihatkan jumlah input dan

ouput yang relatif kecil. Untuk memperbesar kapasitas dan jangkauan

bank-bank syariah, diperlukan peran dari pemerintah dan otoritas moneter

dalam pengeluaran yang kebijakan yang mendukung hal tersebut. Peran ini

sangat penting berkaitan dengan keberhasilan penerapan dual system

banking di Indonesia.