Abses Colli

24
LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ABSES COLLI DI RUANG KENANGA RUMAH SAKIT MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO Oleh: DYAH KURNIANINGSIH NIM. 1311040131

Transcript of Abses Colli

Page 1: Abses Colli

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ABSES COLLI

DI RUANG KENANGA RUMAH SAKIT MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO

Oleh:

DYAH KURNIANINGSIH

NIM. 1311040131

PROGRAM PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2014

Page 2: Abses Colli

KONSEP DASAR PENYAKIT ABSES COLLI

A. Pengertian

Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang

telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya

proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda

asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini

merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah

penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah

infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.

(Siregar, 2004).

Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari

infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu

campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah

mati yang dicairkan oleh enzim autolitik (Morison, 2003 dalam Nurarif &

Kusuma, 2013)

Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang

kemudian pecah; rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis,

meninggalkan jaringan parut yang kecil (Harrison, 2005)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses colli adalah

suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri / parasit atau karena adanya

benda asing (misalnya luka peluru maupun jarum suntik) dan mengandung

nanah yang merupakan campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel

darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik yang

timbul di dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam, akibat perjalanan

berbagai sumber infeksi seperti gigi, mulut, tenggorokan, sinus paranasal

dan telinga leher.

Page 3: Abses Colli

B. Anatomi dan Fisiologi leher

Leher terbagi atas dua bagian utama yang berbentuk segitiga, yaitu

anterior dan posterior, oleh otot sternomastoid yang berjalan menyerong

dari prosesus mastoid tulang pelipis ke sebelah depan klavikula dan dapat

diraba disepanjang tulang itu. Klavikula terletak pada dasar leher dan

memisahkan dari thorax.

Segitiga posterior leher disebelah depan dibatasi oleh otot

sternomastoid dan dibelakang oleh tepi anterior otot trapezius. Bagian ini

berisi sebagian dari plexus saraf servikal dan plexus brakhialis. Serangkaian

kelenjar limfe yang terletak posterior dai sternomastoid dan urat-urat saraf

dan pembuluh darah. Diatas segitiga ini terletak iga pertama dan diatas iga

ini berjalan arteri subklavia. Di tempat inilah penekanan arteri subklavia

dengan jari dapat dilakukan.

Segitiga anterior dari batang leher terbagai dalam beberapa segitiga

lagi yaitu segitiga karotis karena memuat arteri karotis beserta cabangnya

yaitu karotis interna dan externa dan juga vena jugularis internada dan

beberapa vena, arteri dan saraf lainnya terdapat disini.

Segitiga digastrik terletak dibawah rahang. Disini terdapat beberapa

bagian dari kelenjar submandibuler dan kelenjar parotis, cabang saraf

Page 4: Abses Colli

fasialis dan arteri fasialis dan struktur lainnya yang terletak lebih dalam

termasuk beberapa pembuluh karotis. Batang leher dari depan. Manubrium

sterni merupakan patokan penting, sebab dibelakangnya terletak sebagian

dari arkus aorta dan vena-vena innominata.

Trachea dimulai langsung dibawah tulang rawan krikoid dan berjalan

masuk ke rongga torax dan berakhir untuk bercabang menjadi bronchus

kanan dan kiri pada setinggi sudut sterna (sudul louis).

C. Jenis – jenis Abses

1. Abses Ginjal

Abses ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai

dengan pembentukan sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang

lebih besar yang disebabkan oleh infeksi yang menjalar ke jaringan

ginjal melalui aliran darah.

2. Abses Perimandibular

Bila abses menyebar sampai di bawah otot-otot pengunyahan,

maka akan timbul bengkak-bengkak yang keras, di mana nanah akan

sukar menembus otot untuk keluar, sehingga untuk mengeluarkan

nanah tersebut harus dibantu dengan operasi pembukaan abses.

3. Abses Rahang gigi

Radang kronis, yang terbungkus dengan terbentuknya nanah

pada ujung akar gigi atau geraham. Menyebar ke bawah selaput tulang

(sub-periostal) atau di bawah selaput lendir mulut (submucosal) atau

ke bawah kulit (sub-cutaneus). Nanah bisa keluar dari saluran pada

permukaan gusi atau kulit mulut (fistel). Perawatannya bisa dilakukan

dengan mencabut gigi yang menjadi sumber penyakitnya atau

perawatan akar dari gigi tersebut.

4. Abses Sumsum Rahang

Bila nanah menyebar ke rongga-rongga tulang, maka sumsum

tulang akan terkena radang (osteomyelitis). Bagian-bagian dari tulang

tersebut dapat mati dan kontradiksi dengan tubuh. Dalam hal ini nanah

akan keluar dari beberapa tempat (multiple fitsel).

Page 5: Abses Colli

5. Abses dingin (cold abcess)

Pada abses ini, karena sedikitnya radang, maka abses ini

merupakan abses menahun yang terbentuk secara perlahan-lahan.

Biasanya terjadi pada penderita tuberkulosis tulang, persendian atau

kelenjar limfa akibat perkijuan yang luas.

6. Abses hati

Abses ini akibat komplikasi disentri amuba (Latin: Entamoeba

histolytica), yang sesungguhnya bukan abses, karena rongga ini tidak

berisi nanah, melainkan jaringan nekrotik yang disebabkan oleh

amuba. Jenis abses ini dapat dikenali dengan ditemukannya amuba

pada dinding abses dengan pemeriksaan histopatologis dari jaringan.

7. Abses (Lat. abscessus)

Rongga abnormal yang berada di bagian tubuh, ketidaknormalan

di bagian tubuh, disebabkan karena pengumpulan nanah di tempat

rongga itu akibat proses radang yang kemudian membentuk nanah.

Dinding rongga abses biasanya terdiri atas sel yang telah cedera, tetapi

masih hidup. Isi abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah

putih dan jaringan yang nekrotik dan mencair. Abses biasanya

disebabkan oleh kuman patogen misalnya: bisul.

D. Etiologi

Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses

melalui beberapa cara:

1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan

jarum yang tidak steril

2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain

3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan

tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya

abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi

2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang

Page 6: Abses Colli

3. Terdapat gangguan sistem kekebalan

Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus

E. Manifestasi Klinis

Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru,

mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau

tepat dibawah kulit terutama jika timbul diwajah.

Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada

lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa

berupa:

1. Nyeri

2. Nyeri tekan

3. Teraba hangat

4. Pembengakakan

5. Kemerahan

6. Demam

Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak

sebagai benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan

tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan

lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh,

sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Paling

sering, abses akan menimbulkan Nyeri tekan dengan massa yang berwarna

merah, hangat pada permukaan abses , dan lembut.

1. Abses yang progresif, akan timbul "titik" pada kepala abses sehingga

Anda dapat melihat materi dalam dan kemudian secara spontan akan

terbuka (pecah).

2. Sebagian besar akan terus bertambah buruk tanpa perawatan. Infeksi

dapat menyebar ke jaringan di bawah kulit dan bahkan ke aliran darah.

Jika infeksi menyebar ke jaringan yang lebih dalam, Anda mungkin

mengalami demam dan mulai merasa sakit. Abses dalam mungkin lebih

menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.

Page 7: Abses Colli

F. Patofisiologi

Jika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi

suatu infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang

berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang

merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak kedalam

rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati, sel

darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga

tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan

terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi

dinding pembatas. Abses dalam hal ini merupakan mekanisme tubuh

mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam

tubuh, maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah

permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses. (Utama, 2001).

Page 8: Abses Colli

Nyeri(Pre Operasi)

Nyeri(Post Operasi)

G. Pathways

Bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus Streptococcus mutans)

Mengeluarkan enzim hyaluronidase dan enzim koagulase

merusak jembatan antar sel

transpor nutrisi antar sel terganggu

Jaringan rusak/ mati/ nekrosis

Media bakteri yang baik

Jaringan terinfeksi

Peradangan Sel darah putih mati

Demam Jaringan menjadi abses

& berisi PUS

Pecah

Reaksi Peradangan

(Rubor, Kalor, Tumor, Dolor, Fungsiolaesea)

Sumber : Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, 2001

Pembedahan

Luka InsisiResiko Penyebaran Infeksi

(Pre dan Post Operasi)

Gangguan

Thermoregulator

(Pre Operasi)

Page 9: Abses Colli

H. Komplikasi

Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan

sekitar atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang

ekstensif (gangren). Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat

sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya

diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses

dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal. Meskipun jarang, apabila abses

tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang

dapat menekan trakea. (Siregar, 2004).

I. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan jumlah sel darah putih.

2. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan

rontgen, USG, CT Scan, atau MRI.

J. Penatalaksanaan Medis

Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan

antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan

intervensi bedah dan debridement.

Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi

penyebabnya, terutama apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda

asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing,

biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan

pemberian obat analgetik dan antibiotik.

Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan

apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi

tahap nanah yang lebih lunak. Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan

cairan abses yang senantiasa diproduksi bakteri.

Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang

kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan

terakhir yang perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat dan

Page 10: Abses Colli

meninggikan posisi anggota gerak dapat dilakukan untuk membantu

penanganan abses kulit.

Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus

aureus, antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin

sering digunakan. Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus

resisten Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik

biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat

melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin, trimethoprim-

sulfamethoxazole, dan doxycycline.

Adapun hal yang perlu diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan

menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang merupakan

tindakan yang efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak

mampu masuk ke dalam abses, selain itu antibiotik tersebut seringkali tidak

dapat bekerja dalam pH yang rendah.

K. Pencegahan

Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat

anti-bakteri merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi atau

mencegah penularan.

L. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

Abses bisa menyerang siapa saja dan dari golongan usia

berapa saja, namun yang paling sering diserang adalah bayi dan

anak-anak.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Nyeri, panas, bengkak, dan kemerahan pada area abses.

Page 11: Abses Colli

2) Riwayat kesehatan sekarang

a) Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah

dikenali, sedangkan abses dalam seringkali sulit

ditemukan.

b) Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak

steril atau terkena peluru, dll.

c) Riwayat infeksi (suhu tinggi) sebelumnya yang secara

cepat menunjukkan rasa sakit diikuti adanya eksudat

tetapi tidak bisa dikeluarkan.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit menular dan kronis, seperti TBC dan

diabetes mellitus.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan :

a. Luka terbuka atau tertutup

b. Organ / jaringan terinfeksi

c. Massa eksudat dengan bermata

d. Peradangan dan berwarna pink hingga kemerahan

e. Abses superficial dengan ukuran bervariasi

f. Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa fluktuaktif.

3. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik

a. Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel

darah putih.

b. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan

pemeriksaan rontgen, USG, CT, Scan, atau MRI.

4. Diagnosa Keperawatan

Tahap selanjutnya yang harus dilakukan setelah memperoleh data

melalui pengkajian adalah merumuskan diagnosa. Pengertian dari

diagnosa keperawatan itu sendiri adalah sebuah pernyataan singkat

dalam pertimbangan perawat menggambarkan respon klien pada

masalah kesehatan aktual dan resiko. Menurut Herdman (2007),

diagnosa keperawatan untuk abses adalah :

Page 12: Abses Colli

a. Pre operasi

1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologi

2) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

b. Post Operasi

1) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan

2) Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan luka

terbuka

3) Kerusakan Intergritas kulit berhubungan dengan trauma

jaringan.

5. Perencanaan Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan dengan menetapkan tujuan,

kriteria hasil, dan menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan :

a. Pre operasi

1) Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri

teratasi.

Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan secara verbal

rasa nyeri berkurang, klien dapat rileks,

klien mampu mendemonstrasikan

keterampilan relaksasi dan aktivitas

sesuai dengan kemampuannya, TTV

dalam batas normal; TD : 120 / 80

mmHg, Nadi : 80 x / menit, pernapasan :

20 x / menit.

Intervensi Rasional

1) Observasi TTV

2) Kaji lokasi, intensitas, dan lokasi

nyeri.

1) Sebagai data awal untuk melihat

keadaan umum klien

2) Sebagai data dasar mengetahui

seberapa hebat nyeri yang dirasakan

klien sehingga mempermudah

intervensi selanjutnya

Page 13: Abses Colli

3) Observasi reaksi non verbal dari

ketidaknyamanan.

4) Dorong menggunakan teknik

manajemen relaksasi.

5) Kolaborasikan obat analgetik sesuai

indikasi.

3) Reaksi non verba menandakan nyeri

yang dirasakan klien hebat

4) Untuk mengurangi ras nyeri yang

dirasakan klien dengan non

farmakologis

5) Mempercepat penyembuhan

terhadap nyeri

2) Gangguan thermoregulator berhubungan dengan

proses peradangan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan Hipertermi dapat teratasi.

Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36 0C –

37 0C).

Intervensi Rasional

1) Observasi TTV, terutama suhu

tubuh klien.

2) Anjurkan klien untuk banyak

minum, minimal 8 gelas / hari.

3) Lakukan kompres hangat.

4) Kolaborasi dalam pemberian

antipiretik.

1) Untuk data awal dan memudahkan

intervensi

2) Untuk mencegah dehidrasi akibat

penguapan tubuh dari demam

3) Membantu vasodilatasi pembuluh

darah sehingga mempercepat

hilangnya demam

4) Mempercepat penurunan demam

b. Post Operasi

1) Nyeri berhubungan dengan luka insisi akibat

pembedahan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri

teratasi.

Page 14: Abses Colli

Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan secara verbal

rasa nyeri berkurang, klien dapat rileks,

klien mampu mendemonstrasikan

keterampilan relaksasi dan aktivitas

sesuai dengan kemampuannya, TTV

dalam batas normal; TD : 120 / 80

mmHg, Nadi : 80 x / menit, pernapasan :

20 x / menit.

Intervensi Rasional

1) Observasi TTV

2) Kaji lokasi, intensitas, dan lokasi

nyeri.

3) Observasi reaksi non verbal dari

ketidaknyamanan.

4) Dorong menggunakan teknik

manajemen relaksasi.

5) Kolaborasikan obat analgetik sesuai

indikasi.

1) Sebagai data awal untuk melihat

keadaan umum klien

2) Sebagai data dasar mengetahui

seberapa hebat nyeri yang dirasakan

klien sehingga mempermudah

intervensi selanjutnya

3) Reaksi non verba menandakan

nyeri yang dirasakan klien hebat

4) Untuk mengurangi ras nyeri yang

dirasakan klien dengan non

farmakologis

5) Mempercepat penyembuhan

terhadap nyeri

6. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan

ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

Tujuan dari pelaksanaan yaitu mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan

dan memfasilitasi koping.

Pelaksanaan Keperawatan untuk abses adalah Drainase abses

dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses telah

berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah

Page 15: Abses Colli

yang lebih lunak, Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri

Staphylococcus aureus, antibiotik antistafilokokus seperti

flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan, kompres hangat bisa

membantu mempercepat penyembuhan serta mengurangi peradangan

dan pembengkakan.

7. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil. Evaluasi

Keperawatan pada klien dengan abses adalah :

a. Klien melaporkan rasa nyeri berkurang

b. Rasa nyaman klien terpenuhi

c. Daerah abses tidak terdapat pus

d. Tidak ditemukan adanya tanda – tanda infeksi ( pembengkakan,

demam,kemerahan )

e. Tidak terjadi komplikasi.

Page 16: Abses Colli

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall & Moyet, Buku Saku; Diagnosis Keperawatan, 13 th

Edition, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2013

Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa Inggris : kurt

J. Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie. Edisi 13.

jakarta : EGC. 2005.

Nanda International, Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2012

Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma, Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA; NIC-NOC, Mediaction

Publishing, Jakarta, 2013

Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2.

Jakarta:EGC,2004.

Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah

Bruner and Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa

Indonesia :Monica Ester. Edisi 8 jakarta : EGC,2007.