Abdi Seni JurnalPengabdianKepadaMasyarakat

12
74 Volume 3 No. 1 Juni 2011 Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Abdi Seni PELATIHAN TATARIAS DAN BUSANA DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS PARA GURU DALAM MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) KESENIAN DAERAH DI KARANGANYAR Tubagus M. Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Surakarta Abstract Service for Society is one of the duty that have to be done by a lecturer. The dance department gave this opportunity to the lecturers to make some links to do the Tri Dharma Higher Education, which one of it called Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM). The lecturers did this in a work with the relationship between the Dance department of ISI Surakarta and the arts teachers in the Kabupaten Karanganyar area. This work wanted to give the teachers how to develope their knowledge and their competence trough the improving skill, and creativity, related with skill of traditional make up, fantasy make up, dan how to wear costumes in the performance. Trough the teaching prosess and apresiation, for the teacher will be able to use this for the educational work in their class. This work also became a part of pubication for ISI Surakarta. The methode for this work is lecture demonstration. The training of make up and costume is really use full for the participants. Key words : skill, PPM, make up and costume PENDAHULUAN Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kurikulum yang dijabarkan dalam sebaran mata kuliah dan harus dilaksanakan oleh Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Kurikulum ini telah tertuang di dalam buku petunjuk 2008/2009. Demikian pula dalam tugas pokoknya adalah menyelenggarakan proses pembelajaran, secara operasional sebagai pegangan untuk melaksanakan sebuah kurikulum berbasis kompetensi. Mencermati sebaran persemester ternyata ada matakuliah-matakuliah yang membutuhkan aplikasi secara langsung di masyarakat, seperti Matakuliah Studi Lapangan (KKN). Selain matakuliah yang terdapat di dalam kurikulum, ternyata masih ada kegiatan seni yang memberikan pengalaman langsung yang juga masih diminati oleh masyarakat seperti Pergelaran- pergelaran tari, dan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Prinsipnya kegiatan-kegiatan yang secara langsung ada tindakan dapat dilihat dan dinikmati oleh masyarakat seperti pelatihan tari masih sangat diharapkan dan ditunggu oleh masyarakat, oleh karena itu Jurusan Tari memberikan kesempatan pada para dosen untuk membuat jejaring dalam rangka menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berbentuk Pengabdian Kepada Masyarakat, selain menjalankan tugas pokoknya mengajar. Begitu pula Pemerintah melalui Depdikbud dalam penyempurnaan Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) mengeluarkan kebijakan untuk tetap mempertahankan pendidikan seni sebagai bagian dari proses pendidikan atau bagian integral dari dunia pendidikan. Dalam UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propernas) disebutkan kegiatan pokok yang akan dilakukan, antara lain : (a) menciptakan iklim yang kondusif bagi timbulnya kreasi sastra, seni dan budaya, dan (b) meningkatkan apresiasi masyarakat dalam seni dan

Transcript of Abdi Seni JurnalPengabdianKepadaMasyarakat

Page 1: Abdi Seni JurnalPengabdianKepadaMasyarakat

74 Volume 3 No. 1 Juni 2011

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni

PELATIHAN TATARIAS DAN BUSANADALAM MENINGKATKANKREATIVITAS PARAGURU DALAM MUSYAWARAH GURU MATAPELAJARAN (MGMP) KESENIAN DAERAH DI KARANGANYAR

Tubagus M.

Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Surakarta

Abstract

Service for Society is one of the duty that have to be done by a lecturer. The dance department gavethis opportunity to the lecturers to make some links to do the Tri Dharma Higher Education, whichone of it called Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM). The lecturers did this in a work with therelationship between the Dance department of ISI Surakarta and the arts teachers in the KabupatenKaranganyar area. This work wanted to give the teachers how to develope their knowledge andtheir competence trough the improving skill, and creativity, related with skill of traditional makeup, fantasy make up, dan how to wear costumes in the performance. Trough the teaching prosessand apresiation, for the teacher will be able to use this for the educational work in their class. Thiswork also became a part of pubication for ISI Surakarta. The methode for this work is lecturedemonstration. The training of make up and costume is really use full for the participants.

Key words : skill, PPM, make up and costume

PENDAHULUAN

Kurikulumberbasiskompetensimerupakankurikulum yang dijabarkan dalam sebaran matakuliah dan harus dilaksanakan oleh Jurusan TariFakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia(ISI)Surakarta.Kurikulumini telah tertuangdidalambuku petunjuk 2008/2009. Demikian pula dalamtugas pokoknya adalah menyelenggarakan prosespembelajaran, secaraoperasional sebagai peganganuntuk melaksanakan sebuah kurikulum berbasiskompetensi. Mencermati sebaran persemesterternyata ada matakuliah-matakuliah yangmembutuhkan aplikasi secara langsung dimasyarakat, seperti Matakuliah Studi Lapangan(KKN). Selain matakuliah yang terdapat di dalamkurikulum, ternyata masih ada kegiatan seni yangmemberikan pengalaman langsungyang juga masihdiminati oleh masyarakat seperti Pergelaran-pergelaran tari, dan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

Prinsipnya kegiatan-kegiatan yang secara langsungada tindakan dapat dilihat dan dinikmati olehmasyarakat seperti pelatihan tari masih sangatdiharapkan dan ditunggu oleh masyarakat, olehkarena itu Jurusan Tari memberikan kesempatanpada para dosen untuk membuat jejaring dalamrangka menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggiyang berbentuk Pengabdian Kepada Masyarakat,selainmenjalankantugaspokoknyamengajar.Begitupula Pemerintah melalui Depdikbud dalampenyempurnaanGarisBesarProgram Pembelajaran(GBPP) mengeluarkan kebijakan untuk tetapmempertahankan pendidikan seni sebagai bagiandariprosespendidikanataubagianintegraldariduniapendidikan. Dalam UU No. 25Tahun 2000 tentangProgram Pembangunan Nasional (Propernas)disebutkan kegiatan pokok yang akan dilakukan,antaralain: (a)menciptakaniklimyangkondusifbagitimbulnya kreasi sastra, seni dan budaya, dan (b)meningkatkan apresiasi masyarakat dalam seni dan

Page 2: Abdi Seni JurnalPengabdianKepadaMasyarakat

75Volume 3 No. 1 Juni 2011

Tubagus M. : Pelatihan Tata Rias dan Busana dalam Meningkatkan Kreativitas Para Guru dalam MGMP

budaya. Mengingat pentingnya pendidikan seniseperti telah kami sebutkan tadi, maka kebijakanini perlu mendapat dukungan penuh. Walaupunbegitu, sikap kritis apresiatif tetap pentingdikedepankan untuk melihat bagaimana realisasikebijakan tersebut di sekolah-sekolah.

Atas dasar dari pemikiran tersebut, melaluiProgram Pengabdian Kepada Masyarakat yangdiselenggarakan oleh Lemabaga PenelitianPengabdian Kepada Masyarakat danPengembangan Pendidikan (LPPMPP), melaluiDana DIPA tahun 2011, penulis dosen Tari GayaSunda bermaksud melaksanakan PengabdianKepada Masyarakat. Pengabdian ini diharapkandapat membantu memberikanpelatihan tentang tatarias dan busana yangsangat dibutuhkan, mengingatpara guru kesenian yang berada dibawah naunganMusyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)Kesenian Daerah Karanganyar amat membutuhkanmateri tata rias dan busana.

Guru-guru yang memberikan matapelajaran kesenian daerah tidak semuanya lulusanIntitut Seni IndonesiaSurakarta, akan tetapiada jugasekelompok guru kesenian daerah yang berasal darilulusan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan(IKIP) baik yang negeri maupun swasta. Secarakompetensi para guru mata pelajaran keseniandaerah mempunyai keahlian dalam bidangseni tari,tetapi untuk tata rias dan busana mereka masihbanyak yang belum memahami dan menguasaimengenai tatariasdanbusana,sehinggamerekaperlumeningkatkan kemampuannyauntuk mengusai tata

riasdanbusana.Hal ini sangat diperlukanmengingattata rias dan busana dalam tari harus mempunyaikeahlian khusus, selain itu penataan rias dalam taridiperlukanpeñata riasbusanayangdapatmenunjangdi dalam mendukung suatu karakter tarian maupungarapan tari. Apabila para guru yang bernaungdibawah wadah MGMP akan menggarap sebuahgarapan tari, tentunyadibutuhkan penata riasbusanayang handal.Aktivitas tata rias dan busana dalamtari yangmenarikadalah proses pelaksanaan meriassesuai dengan karakter tari. Berdasarkan hasil

wawancarabahkandidapat informasibahwasampaisaat ini guru-guru eks IKIP masih kurang mampuunutk merias suatu tarian apalagi kalau ada karyaatau susunan tari baru mereka merekrut orang yangsudah biasa merias tari. Berangkat dari kondisitersebut Trubus selaku ketua MGMPKaranganyarmempunyai inisiatifuntukmengadakanpelatihantatarias dan busana yang diperuntukan bagi guru-guruMGMP Kesenian Daerah Karanganyar tersebut.Atas antusias dari para guru berjumlah 67 orangbersediamengikutipelatihanpeningkatankreativitasdalam bidang tata rias dan busana tari. Dari hasilpelatihan tata rias dan busana merekanantinya akanmempraktekkan dalam lomba tari kreasi maupunpergelaran tari serta untuk tontonan masyarakatmaupun bagi mereka yang sudah bisa merias akanselalu dibutuhkan padaacara-acara resmi baik yangdiselenggarakan oleh sekolah dimana merekamengajar ataupun instansi-instansi yangmembutuhkan.

Disayangkan bahwa dengan minat yangsangat tinggi, peñata rias busana yang ada dilingkungan MGMP Kesenian Daerah Karanganyarsangat terbatas jumlahnya. Hal ini sangatmemprihatinkan karena sebetulnya tata rias danbusanadalamtari sangatmembutuhkanketrampilandan kreativitas yang tinggi demi suksesnya suatupertunjukan maupunkualitas tampilan tari.

Agenda akhir dari pelatihan tata rias danbusanaadalahketrampilan.Perwujudanketrampilanini dapat dilihat pada pergelaran tari. Secara realitapada waktu akan diadakan pergelaran tari selalu

membutuhkan waktu banyak untuk persiapanberhias dan berbusana para penari yang kadang-kadang jumlahnya lebih dari 50 orang. Karenahampir semua sekolah belum mempunyai tenagayang berkompeten dalam menangani tata rias danbusana, maka sekolah dengan terpaksa mencaripenata rias dari luar. Permasalahan lain yang seringmuncul adalah ketika guru-guru sekolah tersebutmenangani suatu pergelaran tari untuk acara-acaraformal seperti acara perpisahan sekolah, maupunmengikuti lomba tari yang diadakan oleh Dinas

Page 3: Abdi Seni JurnalPengabdianKepadaMasyarakat

76 Volume 3 No. 1 Juni 2011

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni

Pendidikan dan Kebudayaan melalui Pekan OlahRaga dan Seni, hal ini menjadi permasalahantersendiri.

Kegiatan MGMP Kesenian DaerahKaranganyar yang didukungoleh pihaksekolah danDinas PendidikandanOlahRagamempunyai minatyang cukup besar demi meningkatkan kemampuanmerekasendiri,melaluipelatihantatariasdanbusanadiharapkan dapat meningkatkan ketrampilan sertamenambah keahlian dibidang tata rias dan busanakhususnya tatarias tari.Pelatihantatariasdanbusanamuncul dari diri mereka sendiri tanpa adanyapaksaan dari orang lain bahkan pihak DinasPendidikan dan Olah Raga juga merestui, hal initerungkap ketika para guru MGMP KesenianDaerah Kota Surakarta megadakan workshop taripada tanggal 17 dan 18 Maret 2011, bertempat diTeater Besar kampus ISI Surakarta yangdiselenggarakan kepala DinasPendidikan dan OlahRaga bekerja sama dengan Jurusan Tari ISISurakarta yang diwakili oleh bapak Kelikmenyatakan bahwa pendidikan sekarang harusditunjang oleh bidang seni budaya selain tari jugatata riasdan busana,karena hal ini sangat diperlukanoleh paragurukeseniandaerahkhususnyadan dapatmeningkatkankreativitas sertakeahlian khusus bagipara guru itu sendiri. Kondisi mata pelajaranKesenian Daerah yang sangat membutuhkanketrampilan khususnya dalam bidang tata rias yangmendukung pergelaran tari. Dengan demikiankondisi guru tari pada umumnya setelah mengajarmereka membutuhkan ketrampilan lain seperti tata

rias dan busana yang dapat digunakan sebagaipendukung profesi guru tari, selain itu dapatdigunakan juga untuk ketrampilan merias di luarpentas tari seperti untuk rias kecantikan. Terkaitdengan materi tata rias dan busana perlu diketahuibahwa medium yang dugunakan adalah medium(visual art) meliputi garis, warna, tekstur, bentuk,hingga mengarah padadesain. Pemahaman tata riasdan busana adalah satu cara untuk merubah wajahdenganbagian-bagiannya, jugabagian-bagian tubuhyang lain, dari bentuk asli, alami, menjadi lebih“indah”, lebih estetis dan artistik. Rias wajah bukan

merupakan hal yang baru untuk dikenal ataudipergunakan. Sejak ribuan tahun yang lalu riaswajahsudahdikenaldandigunakanolehkaumwanitakhususnya, dimana setiap negara dan bangsamempunyaiciri-ciri dantanda-tandaataupunstandartertentu akan arti “cantik”. Warna-warni untuk riaswajah yangdikenal sejak zaman dulu adalah warnaputih, merah dan hitam, yang diambil dari daun-daunan, kulit pohon yang ditumbuk, atau batu-batuan berwarna yang dihaluskan dan dikenakanpada wajah. Nenek moyangkita mengenal cengkehyangdibakaruntukmenghitamkanalis, bubukberasdan telur untuk bedak. Semua digunakan untukmempercantik diri diambil dari alam sekelilingnya.Perkembangan zaman, manusia mulai mengenallistrik, mengenal film baik hitam putih maupunberwarna. Sesuai perkembangan zamanberkembang pula teknologi sehingga warna-warnidi dalam dunia rias merias juga makin meningkat,karena segala macam warna dapat diserapoleh filmberwarna. Sejalan dengan itu produk kosmetikmakin banyak. Pengertian merubah dalam tata riasdan busana yangdimaksud adalah merubah sedikit,bahkan merubah total dari bentuk asli hinggamenjadi bentuk yang dikehendaki berdasarkankebutuhan ungkap.

Rias karakter dimaksud untuk membantupenarimenggambarkansuatuperanatauwatakyangakan dimainkan.Untuk mengungkapkan gambaranwatak tersebut dapat dilakukan rias wajah yangmenonjolkan secara realistis maupun non realistis.Rias karakter dipergunakan untuk persiapan-

persiapan bagi acara siaran TV, Film, Sandiwara,maupun pertunjukan tari modern. Rias wajahkarakter inimempunyaiciri-ciri antara lain:(a)garis-garis wajah yang tajam, (b) warna-warna yangdikenakan dipilih yang menyolok dan kontras, dan(c) alas bedak yang digunakan lebih tebal.Sehubungan dengan hal tersebut, makapemberdayaan masyarakat pada bidang seni yangberupa pelayanan dan pendampingan sangatdibutuhkanseperti halnyakegiatanpelatihan tata riasdanbusanauntukmenumbuhkembangkanbagiyangpunya bakat dan minat sehingga akan sangat

Page 4: Abdi Seni JurnalPengabdianKepadaMasyarakat

77Volume 3 No. 1 Juni 2011

Tubagus M. : Pelatihan Tata Rias dan Busana dalam Meningkatkan Kreativitas Para Guru dalam MGMP

bermanfaat bagi para siswa maupun mendukungdaerah yang punya potensi seni. Keberadaan dankeberlangsungan MGMP Kesenian DaerahKaranganyar sangat dibutuhkankarena akan sangatmendukung Program Dinas Pendidikan dan OlahRaga melalui peningkatan pelatihan kreativitas tatabusana bagi guru-guru matapelajaran keseniandaerah yangmana telahmenentukanvisiyaituuntukmeningkatkan kecerdasan bangsa melalui pelatihantata rias busana.

Berbicara mengenai potensi “tata rias danbusana” lebih difokuskan pada pentingnya tata riasdalam tari demi merangsang pengembanganimajinasi,memotivasikreativitas, sertamemberikankebebasan berekspresi bagi para guru MGMPKesenian Daerah untuk menemukan suatu jatidirinya melalui tata rias dan busana. Dengandemikian untuk mewujudkannya harus melaluipelatihan ketrampilan tata rias dan busana, terkaitdengan hal tersebut akan terjadi kesulitan bagipeñata rias karena berkaitan dengan kemampuanseseorang dalam langkah-langkah kerja kreatifnya.Selanjutnyadalamrangkamenindaklanjuti kegiatanyang ada di sekolah-sekolah para guru MGMPKesenian Daerah Karanganyar membutuhkan parapelaku seni bisa meriasdan berbusanasendiri secaraprofesional danbagi siswanya, tanpa tergantungdariorang lain. Dengan demikian secara garis besardapat dikatakan bahwa dalam rangka persiapanmenjadi guru kesenian yang profesional, makaMGMP Kesenian Daerah Karanganyar sangatmembutuhkan tenaga pelatih tata rias dan busana,

tujuan akhir dari pelatihan tata riasdan busana yangdiselenggarakan oleh MGMP Kesenian Daerah seKaranganyar adalah menggunakan tata rias danbusanadalamprosesmeningkatkankretativitasyangmendukungproses pembelajaran Kesenian Daerah.Sehubungandenganhalituketrampilanyangdimilikioleh para guru dapat diajarkan kepada anakdidiknya ketika mereka memberikan pelajaran didalam kelas maupun untuk persiapan pergelaransetiap saat yang dilakukan di sekolah masing-masing.

Dengandemikiandapatdisimpulkanbahwapada saat ini permasalahan yang dihadapi olehMuyawarah Guru MataPelajaran Kesenian DaerahKaranganyar adalah (a) terbatasnya kemampuanguru dalam merias tari dan kreativitas garapan tari,(b) belum mempunyai tenaga ahli sebagai narasumber yang berkompeten dalam bidang tata riasdan busana khususnya rias tari dan kreativitasgarapan tari.

Tujuan yang akan dicapai dalam kegiatanPengabdian Kepada Masyarakat ini adalah:1. Menambah pengetahuan dan ketrampilan bagi

guru-guru mata pelajaran kesenian daerah yangberada di wilayah Karanganyar untukmeningkatkan ketrampilan, kreativitas danapresiasi, khususnya tata rias tari tradisi, riasfantasi, dan menggunakan busana tari.

2. Memanfaatkanpotensikesenian khususnya tatarias tari tradisi dan rias fantasi sebagai materipengajaran dan apresiasi seni di SMP se-Karanganyar

3. Melaksanakan salah satu unsur Tri DharmaPerguruan Tinggi yakni bidang PengabdianKepada Masyarakat, terkait erat dengankepedulian ISI Surakarta terhadap potensikesenian.

TINJAUAN PUSTAKA

Guna menunjang kelancaran kegiatanPengabdian Kepada Masyaraka ini, perlu mengacuberbagai pustaka yang akan digunakan sebagai

pegangandanpenuntun agarpelatihanTataRias danBusana berhasil dengan baik. Sumber tertulis padaacuan pustaka yakni mempelajari beberapa buku/karangan tentang tata rias dan busana tari maupunrias fantasi sebagai acuan atau dasar-dasar yangdigunakan untuk memperluas wawasan dalamproses.Adapun buku-buku yang dijadikan sumberacuan adalah buku Laporan PelaksanaanPemagangan Pembelajaran Tata Rias dan Busana,ditulis oleh Dewi Kristiyanti, S.Kar., M.Sn., dalambuku ini diuraikan tentang proses pembelajaran tata

Page 5: Abdi Seni JurnalPengabdianKepadaMasyarakat

78 Volume 3 No. 1 Juni 2011

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni

rias dan busana. Penguasaan teknik meriasmerupakan hal penting yang harus dikuasai olehseorang perias. Dalam buku ini dijelaskan pulabahwauntukmenjadiperiasprofesionalharustrampildan memahami tentangrias danbusana.Begitu jugauntuk kelompok MGMPKaranganyar, semoga dariulasan tersebut bisamenjadikan acuan dan motivasiserta menambah wawasan dalam bidang tata vriasbusana. Selain itu juga diharapkan nantinya dapatmengaplikasikan ke dalam setiap pementasandengan merias dan memakai busana sendiri sertasaling membantu sesama guru-guru padakelompoknya, sehingga dapat menghemat waktu,tenaga, dan biaya (dalam arti tidak perlumendatangkan perias dari luar kelompok).

Buku Face Art yang ditulis oleh YoyokBudiman (2010), dari buku ini diterangkan tentangteknik-teknik dan cara rias Fantasi dengan berbagaimodel kreative untuk kebutuhan pentas dan gayamenampilan di atas panggung sehingga warna yanglebihberanidanmencoloksehinggaakanmenambaheksotik dalam penampilan sekaligus sebagai upayapenyesuaian dengan tuntutan tema ceritera yangakan dibawakan/ditampilkan. Rias fantasi jugamempunyai perbedaan dengan penampilan sehari-hari, sebagai contoh kita tidak akan puas apabilarias dan busana yang ditampilkan tidak adaperbedaan atau polos tanpa hiasan apapun. Dengandemikian rias fantasi pada penampilan selalu penuhkejutan dan “wah”dari pada rias sehari-hari, hal inidikarenakan banyaknya vafriasi serta sentuhan atautambahan hiasan seperti bunga-bunga, dedaunan,

garis-garis yang kontras, warna-warna yangmencolok. Buku berjudul Mode dalam sejarah:Riasan Wajah dan Tubuh (2010), yang ditulis olehHelen Renold dipergunakan pula sebagai acuanuntuk mengenal bagaimana cara atau juga teknik-teknik riasanpadaobjekatau tubuhyangdisesuaikandengan kebutuhan penampilannya.

Program Pengabdian Kepada Masyarakatyang berupa pelatihan tata rias dan busana bagiMusyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)Kesenian Daerah Karanganyar ini merupakanbentuk kepedulian ISI Surakarta, khususnya

Jurusan Tari. Kebetulan penulis juga berasal daridaerah Jaten Karanganyar dengandemikian penulismengetahui tentang kondisi MGMPKaranganyar,yang perlu mendapatkanbantuan tenaga pelatih tatarias dan busana. Oleh sebab itu program pelatihantata rias dan busana yang singkat ini dirancangsedemikian rupa sehingga kegiatan ini membawamanfaat yang besar, baik bagi kelompok MGMPyang bersangkutan maupun ISI Surakarta. Bentukpelatihan dan materi yang diberikan disusunberdasarkan hasil kesepakatan anatar penulisdengan peserta latihan, sehingga tidak terdapatkendala dalam pelaksanannya. Selain itu hubunganantara pelatih dan para peserta latihan sepertihubungan kekeluargaan, dimana beberapa pesertapelatihan kebanyakan meruapakan alumnus STSI-ISI Surakarta. Dengan demikian suasan menajadilebih akrab.Dengan kondisi seperti ini maka materiyang disampaikan bisa lebih samntai penuhkekeluargaan dengan demikian materi yangdiberikan dapat diserap dengan baik loleh parapeserta. Pelatihan semacam ini diharapkan puladapat menarik minatgenerasi –generasi selanjutnyauntuk melanjutkan ke ISI Surakarta. Dengandemikianakan terdapatkeberlanjutan tenaga pelatihdi daerah, sehingga kegairahan untuk berkreativitasketarmpilan tata rias busana tari di daerah semakinmeningkat.

METODE PELAKSANAAN

Kegiatan Pengabdian Kepada Mayarakat

yangberupapelatihan tata riasdanbusana dirancanguntuk dilaksanakan diKaranganyar, dengan sasaranMGMP se- Karanganyar. Peserta yang mengikutipelatihan ini merupakan guru-guru SekolahMenengah Pertama. Bentuk kegiatannya adalahpelatihan tatariasdanbusanabertempatdiAulaSMPNegeri5Karanganyar.Metodeyangakandigunakandalam pelatihan ini adalah metode inquiry,ceramah,dan demonstrasi yang mampu menggiring pesertadidik untuk menyadari apa yang telah didapatkanselama belajar. Inquiry menempatkan peserta didiksebagai subyek belajar yang aktif. Kendatipun

Page 6: Abdi Seni JurnalPengabdianKepadaMasyarakat

79Volume 3 No. 1 Juni 2011

Tubagus M. : Pelatihan Tata Rias dan Busana dalam Meningkatkan Kreativitas Para Guru dalam MGMP

metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik,namun pelatih tetap memegang peranan pentingsebagai pembuat desainpengalaman belajar. Pelatihberkewajiban menggiring peserta didik untukmelakukan kegiatan. Kadang kala pelatih perlumemberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan,memberikan komentar, dan saran kepada pesertadidik.Pelatihberkewajibanmemberikankemudahanpeserta pelatihan melalui penciptaan iklim yangkondusif, dengan menggunakan fasilitas media danmateri pembelajaran yang bervariasi. Inquiry padadasarnya adalah cara menyadari apa yang telahdialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didikberfikir. Metode ini melibatkan mereka dalamkegiatan intelektual. Metode ini menuntut pesertadidik memproses pengalaman peserta pelatihanmenjadi suatu yang bermakna dalam kehidupannyata. Dengandemikian,melalui metode ini pesertapelatihan dibiasakan untuk produktif, analitis, dankritis. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkansikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dansebagainya.Akhirnyadapatmencapaisimpulanyangdisetujui bersama. Bila siswa melakukan semuakegiatan di atas berarti siswa sedang melakukaninquiry.

Teknik inquiry inimemilikikeunggulanyaitu: (a) Dapat membentuk dan mengembangkankonsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapatmengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebihbaik. (b) Membantu dalam menggunakan ingatandan transfer pada situasi proses belajar yang baru.(c)Mendorongsiswa untukberfikir danbekerjaatas

inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, danterbuka. (d)Mendorongsiswauntukberpikir intuitifdan merumuskan hipotesanya sendiri. (e) Memberikepuasan yang bersifat intrinsik. (f) Situasipembelajaran lebih menggairahkan. (g) Dapatmengembangkanbakatataukecakapan individu. (h)Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. (i)Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional. (j)Dapat memberikan waktu kepada siswasecukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasidan mengakomodasi informasi.

Selain metode inquiry dalampelatihan jugadigunakan metode discovery, metode ini memilikikebaikan-kebaikan seperti diungkapkan olehSuryosubroto (2002:200) yaitu (a) Dianggapmembantu siswa mengembangkan ataumemperbanyak persediaan dan penguasaanketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikatasiswaitudilibatkanterusdalampenemuanterpimpin.Kekuatan dari proses penemuan datang dari usahauntukmenemukan, jadiseseorangbelajarbagaimanabelajar itu, (b) Pengetahuan diperoleh dari strategiini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakansuatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam artipendalaman dari pengertian retensi dan transfer, (c)Strategi penemuan membangkitkan gairah padasiswa, misalnya siswa merasakan jerih payahpenyelidikannya, menemukan keberhasilan dankadang-kadang kegagalan, (d) metode ini memberikesempatan kepada siswa untuk bergerak majusesuai dengan kemampuannya sendiri, (e) metodeini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri carabelajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dantermotivasi sendiriuntukbelajar,palingsedikit padasuatu proyek penemuan khusus, (f) Metodediscovery dapat membantu memperkuat pribadisiswa dengan bertambahnya kepercayaan pada dirisendiri melalui proses-proses penemuan. Dapatmemungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisiyang mengecewakan, (g) Strategi ini berpusat padaanak,misalnyamemberikesempatanpadasiswadanguru berpartisispasi sebagai sesama dalam situasipenemuan yang jawabannya belum diketahui

sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswamenuju skeptissisme yangsehat untuk menemukankebenaran akhir dan mutlak.

Metode ceramah adalah penuturan ataupenerangan secara lisan oleh guru terhadap kelas.Alat interaksi yang terutama dalam hal ini adalah“berbicara”. Dalamlingkunganpendidikanmodern,ceramah sebagai metode mengajar telah menjadisalah satu persoalan yang cukup seringdiperdebatkan.Sebagianorangmenolaksamasekalidengan alasan bahwacarasebagaimetode mengajar

Page 7: Abdi Seni JurnalPengabdianKepadaMasyarakat

80 Volume 3 No. 1 Juni 2011

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni

kurangefisiendanbertentangandengancaramanusiabelajar.Sebaliknya,sebagianyangmempertahankanberdalih,bahwa ceramah lebihbanyakdipakai sejakdulu dandalam setiap pertemuan dikelas guru tidakmungkin meninggalkan ceramah walaupun hanyasekadar sebagai kata pengantar pelajaran ataumerupakan uraian singkat di tengah pelajaran.Metode ceramah merupakan metode yang palingbaik, dikatakan demikian karena metode ceramahsangat membantu guru untuk menguasai arahpembicaraan seluruh kelas. Kalau kelas sedangberdiskusi, sangatlah mungkinbahwaseorangsiswamengajukan pendapat yang berbeda dengananggota kelompok yang lain, hal ini dapatmempengaruhi suasana dan diskusi jadiberkepanjangan bahkan sering menyimpang daripokok bahasan.Tetapi pada metode ceramah hanyaguru yang berbicara, maka ia dapat menentukansendiri arah pembicaraan. Organisasi kelassederhana.Denganceramah, persiapansatu-satunyabagi guruadalah buku catatannya. Pada seluruh jampelajaran ia berbicara sambil berdiri atau kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam halpengaturan kelas, jikadibandingkandengan metodedemonstrasi dimana guru harus mengatur alat-alatatau dibandingkan dengan kerja kelompok, dimanaguru harus membagi kelas ke dalam beberapakelompok, ia harus merubah posisi kelas.

Metode demonstrasi adalah metodemengajar dengan cara memperagakan barang,kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatukegiatan, baik secara langsung maupun melalui

penggunaan media pengajaranyangrelevan denganpokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.Metodedemonstrasi adalahmetode yangdigunakanuntukmemperlihatkansesuatuprosesataucarakerjasuatu benda yang berkenaan dengan bahanpelajaran. Manfaat psikologipedagogis dari metodedemonstrasi adalah;a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkanb. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi

yang sedang dipelajari.c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil

pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa

Kelebihan metode demonstrasi sebagaiberikut;a. Membantu anak didik memahami dengan jelas

jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.c. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil

ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatandan contoh konkret, dengan menghadirkanobyek sebenarnya.

Penerapan metode demonstrasi di MGMPKaranganyar penulis gunakan karena pesertapelatihan rata-rata alumnus STSI-ISI Surakartayang telah memiliki dasar tata rias dan busana olehkarena itu merekasetidaknyamemiliki kemampuanuntuk mempraktekkan ketrampilan tata rias danbusana lebih baik. Pelatihan tata rias dan busanayang bersifat praktek atau ketrampilan yang pokokadalah meniru wujud yang telah ada sehinggadibutuhkandemonstrasi.Hal tersebutsejalandenganpendapat Suhartin bahwadalambelajarketrampilanpraktek tampilan pokok adalah meniru, dengandemikian cara mengajar praktek termasuk juga tatarias dan busana tari yang penting adalah membericontoh. Setelah siswa dapat menirukan dengantepat, baru secara terus menerus dimintamemperagakanagarsiswadidikmengulang-ngulangatau mempraktekkannya sendiri. Disamping itu,mereka mampu membagibagian-perbagian tata riasdan busana yang dipelajarinya, dengan demikianpenataan riasdanbusana dilakukan secara bertahap,atau perbagian, kemudian secara keseluruhan

dengan ketrampilan serta kemampuan kreativitasyangdimilikinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PelatihanTataRiasdan Busanamempunyaitarget luaran dapat menjawab permasalahan yangdihadapi oleh MGMP Kesenian Daerah se-Kabupaten Karanganyar. Luaran yang ditargetkanadalah para guru yang berada dibawah naunganMGMP Kesenian Daerah, diharapkan memilikiketrampilan tata rias dan busana khususnya tata rias

Page 8: Abdi Seni JurnalPengabdianKepadaMasyarakat

81Volume 3 No. 1 Juni 2011

Tubagus M. : Pelatihan Tata Rias dan Busana dalam Meningkatkan Kreativitas Para Guru dalam MGMP

tari. Selain itu para guru kesenian daerah yangmengikuti pelatihan tata rias dan busana dapatmengenaldan menguasaibeberapa teknik atau cara-cara yangbiasa dilakukan dalamtata riasdanbusanatari seperti:- Mengenal teknik-teknikmeriasuntukkebutuhan

tata rias tari.- Mengenal bahan-bahan untuk tata rias dan

busana tari.- Mengenalcaramenggunakanbahan tata riasdan

busanan tari.- Dapat mempraktekkan merias tari tradisi

maupun rias fantasi dan menggunakan busanatari sesuaikreativitas masing-masing.

Untuk lebih jelasnya mengenai luaran atauhasil yang didapat dari kegiatan pelatihan tata riasdan busana dapat dilihat pada gambar 1 sampaidengan gambar 14.

Gambar 1. Salah seorang perserta pelatihansedang mempraktekkan membuat garis untukmempertebal bentuk alis penari. (Foto: Iwan)

Gambar 2. Salah seorang perserta pelatihansedang mempraktekkan membuat garis untuk

mempertebal bayangan mata (Foto: Iwan)

Gambar 3. Salah seorang perserta pelatihansedang mempraktekkan mempertebal bibir

dengan memakai lipstik warna merah, sehinggabibir akankelihatan lebih menonjol

(Foto: Iwan)

Gambar 4. Satu kelompok akanmempresentasikan hasil dari pelatihan tata rias dan

busana dengan asesoris cangkul (Foto: Iwan)

Gambar 5. Contoh lain dari tata rias dan busanamenggunakan rias Cantik, model salah seorang

penari Pra Opening dari Delegasi ISIYogyakarta,dalam acara pentas FKI ke VII di halaman

Pendopo ISI Surakara(Foto: koleksiTubagus Mulyadi).

Page 9: Abdi Seni JurnalPengabdianKepadaMasyarakat

82 Volume 3 No. 1 Juni 2011

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni

Hasil atau keluaran dari kegiatan ini jugatermotivasinya para guru kesenian daerah untukmeningkatkanketrampilandankreativitasdalamtatarias busana tari. juga memberikan pengalamanlangsung bagaimana berekspresi, berkreasi, danberinteraksi melalui ketrampilan dengan caramempraktekkansecara langsungtata riasdanbusanatari.Hasildaripelatihanini jugamendapat tanggapanpositifdariparagurukeseniandaerah.Hal ini, diakuioleh paraguru kesenian yang berada dalam MGMP

tidak semuanya mempunyai kemampuan di bidangtata rias busana tari. Dengan adanya kendala sepertiitu, penulis mencoba menyarankan kepada parapeserta agar mereka yang belum mengusai riasbusana diberi porsi yang lebih, dalammempraktekkan ketrampilan riasnya sehinggamereka tidak merasa ditinggalkan atau diasingkanoleh teman-teman yang lain dengan demikiankeakraban maupun kerjasama terjalin dengan baik.

Gambar 6. Para perserta pelatihan sedangmempraktekkan menata busana dan rias wajah

fantasi (Foto: koleksi Iwan)

Gambar 7. Para perserta pelatihan sedangmempraktekkan menata busana dan rias wajah

fantasi (Foto: koleksi Iwan)

Gambar 8. Peserta pelatihan sedangmembawakan tari Belalang, rias yang digunakan

memakai rias fantasi dengan menggunakantopeng, warna perak, sampur hijau dan busana

warna hitam. (Foto: koleksi Iwan)

Gambar 9. Contoh lain dari rias dan tata busanafantasi, yang dipentaskan dalam acara Pra

Opening FKI ke VII di halaman Pendopo ISISurakarta. (Foto: koleksi Tubagus Mulyadi).

Page 10: Abdi Seni JurnalPengabdianKepadaMasyarakat

83Volume 3 No. 1 Juni 2011

Tubagus M. : Pelatihan Tata Rias dan Busana dalam Meningkatkan Kreativitas Para Guru dalam MGMP

Gambar 12. Salah satu bentuk tata rias danbusana pemusik putri dan putra yang dipakai

dalam acara pentas MGMP Karanganyar dalamFKI ke VII d Pendopo ISI Surakarta.

(Foto: koleksiTubagus Mulyadi)

Busana yang dipakai para pemusik putripada bagian kepala menggunakan kerudung warnahitam, busana yang digunakan terbuat dari bahankaos ketat lengan panjang warna hitam, sedangkanuntuk bagian bawah memgunakan jarit bermotiflerengdenganwarnadasarputih. Sedangkanbusanayang dipakai oleh para pemusik pria bagian kepalamemakai iket dengan motif barangbang semplak,untuk busana yang dipakai pemusik pria memakaikaos warna hitam.

Gambar 13. Salah satu penampilan yangdibawakan oleh guru-guru dari MGMP

Karanganyar pada FKI ke VII d Pendopo ISISurakarta. (Foto: koleksi Tubagus Mulyadi)

Gambar 10. Para peserta pelatihan sedangmempresentasikan hasil pelatihan, tema karya tari

“Timbangan”, para penari mengunakan riasnatural sedangkan busananya menggunakan

busana sehari-hari. (Foto: koleksi Iwan)

Gambar 11. Hasil pelatihan sedang dipresentasikan, dengan tema karya tari Nakal, tata

busana memakai seragam sekolah, sedangkangurunya memakai baju batik, tata rias dan busana

yang digunakan rias sehari-hari,(Foto: koleksi Iwan).

Satu hal yang sangat menggembirakan darihasil pelatihan tata rias dan busana, ternyata parapeserta dapat mempraktekkan tata rias dan busanasesuaidengankreativitasnyamasing-masing,merekadapat mendemonstrasikan rias cantik maupun riasfantasi. Selain itu hasil dari pelatihan tata rias danbusana juga dipertunjukan dalam acara FestivalKesenian Indonesia yang ke VII pada tanggal 16Oktober 2011 bertempat di Pendopo ISISurakarata. Lihat gambar 12, 13, dan 14.

Page 11: Abdi Seni JurnalPengabdianKepadaMasyarakat

84 Volume 3 No. 1 Juni 2011

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni

Tata busana yang dipakai oleh para penariputri pada bagian kepala menggunakan kerudungwarna hitam yang dikombinasikan dengan warnamerah dan juga ada yang dikombinasikan denganwarna putih,ungu, dan coklat serta kerudungwarnahitam saja, sedangkan untuk busana bahan yangdigunakan penariputri terbuat dari bahan kaos ketatlenganpanjangwarnahitam,kemudianuntukbagianbawah menggunakan jarit rmotif lereng denganwarna coklat dan putih. Sedangkan busana yangdipakai oleh penari putra bagian kepala memakaiiket dengan motif barangbang semplak, untukbusananyamenggunakankaos lenganpendekwarnahitam.

Gambar 14. Salah satu tata rias busana penariyang dipakai adalah rias sehari-hari. KelompokMGMP Karanganyar sedang mempertunjukanhasil pelatihan PKM dalam acara FKI ke VII

di Pendopo ISI Surakarta.(Foto: koleksiTubagus Mulyadi)

Kegiatan pelatihan tata rias dan busana diMGMP Kesenian DaerahKaranganyar secara tidaklangsungjugaikutmenyebarluaskaninformasitentangkeberadaan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakartakhususnya Jurusan Tari kepada para guru-gurukesenian daerah dan masyarakat pada umunya.

JADWALKEGIATAN

Pelaksanaan Pengabdian KepadaMasyarakat dosen, berdasarkan musyawarah

bersama untuk menentukan hari, tanggal maupunjam. Sesuai kesepakatan diputuskan, bahwa PKMdilaksanakan dari tanggal 14 Juli sampaidengan 16September 2011. Setiap pelatihan dilakukanmasing-masing 4 jam, dengan perincian sebagaiberikut:

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkansebelumnya maka kegiatan Pelatihan tata rias danbusana di MGMP Karanganyar sebagai bentukPengabdian Kepada Masyarakat perludilaksanakan. Karena tidaksetiap guru mempunyaiketrampilan di bidang tata rias dan busana yangmampu menjadi perias profesional dalam rias tari.Upaya untuk menumbuh kembangkan kreativitasserta meningkatkan ketrampilan bagi guru yang

berada dibawah naungan MGMP untuk menggalipotensi yang dimiliki oleh para guru sehinggapengajaran kesenian khususnya tata rias dan busanamendapat tempat di hati para siswa.

Bagi para peserta, mereka memperolehbekal yang cukup untuk melakukan kegiatan tatarias dan busana khususnya rias sehari-hari dan riasfantasi.Keberhasilandarikegiatanpelatihan tata riasdan busana adalah guru-guru kesenian daerah yangberada diwilayahKaranganyar telah mampu meriastaribaik iturias tradisimaupunriasfantasiyangdapatdiapresiasikan kepada guru-guru di lingkungan

N0 BULAN MATERI KEGIATAN

1Juli 2011

Pertengah - akhir bulanPersiapan dan Koordinasi

2 Juli 2011

Minggu ke 4

Pemilihan Peserta

-Rapat Persiapan

-Sosialisasi

-Pendaftan Peserta

3 Agustus

Minggu ke 3-4

Kegiatan Pelatihan

-Penyusunan Jadwal

-Pelatihan 1 Minggu 1 kali

4September

Minggu ke 1-2

Latihan Rutin

5September

Minggu ke 3-4

Evaluasi dan Penerapan pada

Karya Tari

6 Tanggal 16 Oktober

2011

Pentas Bersama di Pendopo ISI

Surakarta

Page 12: Abdi Seni JurnalPengabdianKepadaMasyarakat

85Volume 3 No. 1 Juni 2011

Tubagus M. : Pelatihan Tata Rias dan Busana dalam Meningkatkan Kreativitas Para Guru dalam MGMP

Sekolah Menengah Pertama yang berada dibawahnaungan MGMP Karanganayar. Para pesertapelatihan juga memiliki bekal kemampuanketrampilan tata rias dan busana secara langsunglewat pengalaman langsung praktik, dalam hal inipelatihanmerias tarimaupunrias fantasi.Materiyangdiberikan ternyata cukup mampu membantukelancaran proses pelatihan ini. Tahapan-tahapanyang ada dalam metode ceramah,

inquiry, dan demonstrasi yang diterapkanoleh penulis ternyata mampu ditangkap dandipraktekkan peserta dengan baik.

Hambatanyangdihadapidalampelaksanaanpelatihan tatariasdanbusanabagi MGMPKesenianDaerah Karanganyar pada prinsipnya tidakmengalami hambatan yang berarti, namun sedikitkendalayangpenulishadapai adalahmasalah waktupelaksanaan pelatihan dan kehadiran sebagian parapeserta pelatihan, karena para peserta pelatihanadalahguru-guru,mereka yangtidak bisahadir tepatwaktu karena mereka juga harus melaksanakantugas disekolahnya yangbersamaan dengan jadwalpelatihan tata rias dan busana.

Untuk harapan ke depan Institut SeniIndonesia Surakarta dapat lebih menyentuh seluruhlapisan masyarakat luas agar dapat dikenali dandimengerti oleh berbagai lapisan masyarakat.Pelatihan ini sangat besar manfaatnya bagi ISISurakarta, khususnya JurusanTari serta MGMPse-Karanganyar. Perlu dibangun hubungan yang lebihbaik demi peningkatan kerjasama antara MGMP

Karanganyar dan ISI Surakarta, selain itu jugasebagai ajang promosi memperkenalkan ISISurakarta kepada masyarakat melalui MGMPKaranganyar. Mengingat pentingnya kegiatanPengabdian Kepada Masyarakat, maka saran dankritikdariberbagaipihaksangatkamiharapkandemikesempurnaan dalam pelaksanaan PPM dimasayang akan datang dengan pelatihan tata rias danbusana di MGMPKaranganyar.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Kristiyanti. 1985. “Tata RiasTari Tradisi danWayang Orang”. Kertas Penyajian,Akademi Seni Karawitan Indonesia,Surakarta.

Yoyok Budiman. 2010. Face Art. Jakarta: PT.Gramedia.

Martha Tilaar. 2011. Maximize Your Beauty.Jakarta: PT. Creative Stylemandiri.

Helen Renold. 2010. Mode dalam sejarah”RiasanWajah dan Tubuh”. Jakarta: PT. PustakaGramedia.

Tim Konsultan Fakultas Teknik. 2004. “MeriasWajah Pengantin Barat dan PengantinYogya Corak Putrik”. Modul RiasBusana., Universitas Negeri Malang.