A · Web viewpenelitian ini menggunakan validitas dengan analisis butir-butir, yaitu skor yang ada...
Transcript of A · Web viewpenelitian ini menggunakan validitas dengan analisis butir-butir, yaitu skor yang ada...
1
A. Proposal KTI
1. Identitas Penulis
Nama : Anita Nur Hapsari
NIM/Semester : 09.0.B.656/VB
2. Judul KTI
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG
DISMENORHEA DI SMA PGRI 1 SRAGEN
3. Latar Belakang
Setiap wanita dalam usia subur setiap bulannya akan mendapat
menstruasi (haid). Sering haid yang datang disertai dengan rasa nyeri pada
daerah perut atau pinggang. Rasa nyeri saat haid atau yang disebut dalam
istilah medisnya dengan dismenore, banyak dialami para wanita (Info sehat,
2008)
Nyeri saat haid (dismenore) ada dua bentuk yaitu dismenore primer
dan sekunder. Dismenore primer biasa timbul pada hari pertama atau kedua
dari menstruasi. Nyerinya bersifat kolik atau kram dan dirasakan pada
abdomen bawah. Beberapa faktor yang dikaitkan dengan dismenore primer
yaitu prostaglandin uterine yang tinggi, dan faktor emosi/psikologis.belum
diketahui dengan jelas bagaimana prostaglandin bisa menyebabkan
dismenore tetapi diketahui bahwa wanita dengan dismenore mempunyai
prostaglandin yang 4 kali lebih tinggi daripada wanita tanpa dismenore.
(Siswandi, 2007)
Dismenore sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan
kelainan anatomis yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah
haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, polip
serviks, pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). Untuk
menegakkan penyebab dismenore perlu konsultasi dengan dokter ahli
kandungan sehingga dapat memberi pengobatan yang tepat (Manuaba,
2009)
Menurut Journal Occupational and Enviromental, Di Amerika
Serikat, diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-
2
15% diantaranya mengalami dismenore berat yang menyebabkan wanita
tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Di Indonesia angka kejadian
dismenore terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore
sekunder. Biasanya gejala dismenore primer terjadi pada wanita usia
produktif 3-5 tahun setelah mengalami haid pertama dan wanita yang belum
pernah hamil (Info sehat, 2008)
Berdasarkan survei dan wawancara di SMA PGRI 1 Sragen dibulan
Februari 2012 didapat 7 dari 10 siswi yang mengalami dismenore tidak tahu
tentang dismenorhea maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang
dismenore pada remaja putri di SMA PGRI 1 Sragen kurang. Mengingat
sering timbulnya masalah dismenore pada remaja yang dapat mengganggu
aktivitas belajar mengajar bahkan tidak masuk sekolah. Maka peneliti
tertarik untuk mengambil penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja
putri tentang dismenorhea di SMA PGRI 1 Sragen.
4. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut “Bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang
pengertian dismenorhea?”
5. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang
dismenore di SMA PGRI 1 Sragen.
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian
dismenorhea.
2) Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang jenis
dismenorhea
3) Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang gejala
dismenorhea
4) Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang penyebab
dismenorhea
3
5) Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang penanganan
dismenorhea
6. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menambah referensi dan informasi
dalam bidang pendidikan kesehatan, serta dapat dijadikan tambahan ke
perpustakaan dalam pengembangan penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan remaja
putri tentang dismenorhea, karena dengan penerapan pengetahuan yang
baik dapat mendeteksi adanya kelainan dalam kesehatan reproduksi
remaja.
7. Tinjauan Teori
A. Teori yang relevan
1) Pengetahuan (Knowledge)
a) Pengetian
Pengatahuan (knowledge) adalah hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba yang sebagian besar di
pengaruhi oleh mata dan telinga, dan terdiri dari 6 tingkatan yaitu
tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application),
analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation)
(Notoatmodjo, 2007)
b) Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, meliputi :
(1) Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang
4
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Dapat diukur dengan menggunakan kata
kerja “menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya“
(2) Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap materi atau objek harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari
(3) Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi real
(sebenarnya)
(4) Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat melalui
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
(5) Sintesis (synthesis)
Menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada
5
(6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian-penilaian itu didasari pada suatu
kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.
(Notoatmodjo, 2007)
c) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yaitu :
(1) Umur
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada
umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan
berkurang.
(2) Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara
mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk
berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah
sehingga ia mampu menguasai lingkungan . Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang
akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
6
(3) Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan
memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana
seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-
hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam
lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang
akan berpengaruh pada pada cara berfikir seseorang.
(4) Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam
hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang
mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu
pengetahuan.
(5) Pendidikan
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin baik pula pengetahuannya.
(6) Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki
pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi
yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat
kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang.
(7) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah
tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
7
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu
(Notoatmodjo, 2010)
d) Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
(1) Baik, bila 76-100%
(2) Cukup, bila 56-75%
(3) Kurang, bila < 56%
(Nursalam, 2008)
e) Cara Memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh
pengetahuan dibagi menjadi dua cara, yaitu cara tradisional atau
non ilmiah dan cara modern atau ilmiah
(1) Cara tradisional atau non ilmiah
Ada 10 cara tradisional yang digunakan yaitu :
(a) Cara coba salah (trial and error)
Cara ini dilakukan dengan mencoba-coba beberapa
kemungkinan. Bila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil.
(b) Secara kebetulan
Terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan.
(c) Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan dari hasil menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa
terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya
(d) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman seseorang dapat digunakan sebagai
upaya memperoleh pengetahuan
8
(e) Cara akal sehat
Cara akal sehat atau common sense kadang-kadang
dapat menemukan teori atau kebenaran.
(f) Kebenaran melalui wahyu
Pengetahuan dari ajaran agama yang di yakini oleh
pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari
pengetahuan tersebut rasional atau tidak.
(g) Kebenaran secara intuitif
Pengetahuan yang diperoleh seseorang hanya
berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
(h) Melalui jalan pikiran
Menggunakan penalaran untuk memperoleh
pengetahuan. Dengan berkembangnya jaman, cara
berpikir manusia juga berkembang.
(i) Induksi
Proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.
(j) deduksi
Proses penarikan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus.
(2) Cara modern atau ilmiah
Cara untuk memperoleh pengetahuan dengan
mengadakan pengamatan langsung, kemudian hasil
pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan
kemudian diambil kesimpulan umum. Dalam memperoleh
kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi
langsung, dan membuat pencatatan terhadap semua fakta
sehubungan dengan objek yang diamatinya (Notoatmodjo,
2010)
2) Remaja dan batasannya
Remaja didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang mencakup aspek
9
biologi, kognitif, dan perubahan social yang berlangsung antara 10-19
tahun.
Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia remaja adalah
antara 10-18 tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa
remaja terbagi atas:
a) Masa remaja awal (10-13 tahun)
b) Masa remaja tengah (14-16 tahun)
c) Masa remaja akhir (17-19 tahun)
Yang dimaksud dengan remaja awal (early adolescense) adalah masa
yang ditandai dengan berbagi perubahan tubuh yang cepat, sering
mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri, dan pada saat ini
remaja mulai mencari identitas diri. Remaja menengah (middle
adolescense) ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai
orang dewasa. Remaja akhir (late adolescense) ditandai dengan
pertumbuhan biologis yang sudah melambat tetapi masih
berlangsung di tempat-tempat lain. Emosi, minat, kosentrasi, dan cara
berpikir remaja akhir mulai stabil. Kemampuan dalam menyelesaikan
masalah sudah mulai meningkat (Poltekkes depkes, 2010)
3) Haid dan siklusnya
Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium.
Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid
yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Panjang siklus haid yang
normal atau dianggap silkus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi
variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga
pada wanita yang sama. Siklusnya tidak terlalu sama. Lama haid
biasanya 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit
kemudian, dan ada yang 7-8 hari. Usia gadis remaja pada waktu
pertama kalinya mendapat haid pertama (menarche) bervariasi, yaitu
10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan
10
bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan
kesehatan umum (Sarwono, 2007)
4) Dismenorhea
a) Pengertian Dismenorhea
Dismenorhea adalah rasa nyeri saat menstruasi yang
mengganggu kehidupan sehari-hari wanita (Manuaba, 2009)
derajat rasa nyerinya bervariasi mencakup Ringan
(berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivitas
sehari-hari), Sedang (karena sakitnya diperlukan obat untuk
menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat meneruskan
pekerjaannya), Berat (rasa nyerinya demikian beratnya sehingga
memerlukan istirahat dan pengobatan untuk menghilangkan
nyerinya) (Manuaba, 2008)
b) Jenis Dismenorhea
Terdapat dua jenis dismenorhea yaitu:
(1) Dismenorhea Primer
Nyeri yang terjadi sesudah 12 bulan atau lebih pasca
menarche (menstruasi pertama). Hal itu karena siklus
menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarche
biasanya bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri. Rasa
nyeri timbul sebelum atau bersamaan dengan menstruasi dan
berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa
kasus dapat berlangsung sampai beberapa hari.
Sifat nyeri pada dismenorhea ini adalah kejang yang
berjangkit-jangkit di perut bagian bawah, dapat merambat ke
daerah pinggang dan paha. Nyeri dapat disertai mual, muntah,
sakit kepala, dan diare. Menstruasi yang menimbulkan rasa
nyeri pada remaja sebagian besar disebabkan oleh dismenore
primer. (Dokter kita, 2007)
11
(2) Dismenorhea Sekunder
Nyeri haid yang disebabkan suatu kelainan kongenital atau
kelainan organik di pelvis. Rasa nyeri yang timbul disebabkan
karena adanya kelainan pelvis, misalnya endometriosis, mioma
uteri (Dokter kita, 2007)
c) Penyebab Dismenorhea
Beberapa faktor penyebab dismenore primer, antara lain:
1) Faktor kejiwaan
Gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi
jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang
proses haid, mudah timbul dismenorhea
2) Faktor konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan yang
dapat juga menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor-faktor
ini adalah anemia, penyakit menahun, dan sebagainya.
3) Faktor obstruksi kanalis servikalis (leher rahim)
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan
terjadinya dismenore primer adalah stenosis kanalis servikalis.
Sekarang hal tersebut tidak lagi dianggap sebagai faktor
penting sebagai penyebab dismenore primer, karena banyak
perempuan menderita dismenore primer tanpa stenosis
servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi atau
hiperretrofleksi.
4) Faktor endokrin
Umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang
berlebihan. Endometrium dalam fase sekresi memproduksi
prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos.
Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan kedalam
peredaran darah, maka selain dismenorhea, dijumpai pula efek
umum, seperti diare, nausea, muntah, flushing (Sarwono, 2007)
12
Beberapa penyebab Dismenorhea sekunder karena adanya
keluhan sakit sewaktu haid akibat kelainan-kelainan organik,
misalnya:
(a) Endometriosis (endometrium atau selaput dinding rahim
berada di luar tempat yang seharusnya)
(b) Fibroid (tumor rongga panggul yang letaknya dekat
endometrium)
(c) Mioma uteri (adanya tumor dalam rongga rahim)
(d) Peradangan pada tuba falopi
(e) Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut
(f) Pemakai IUD atau AKDR
(Astri, 2010)
d) Gejala Dismenorhea
(a) Nyeri pada perut bagian bawah
(b) Nyeri menjalar pada punggung bagian bawah dan tungkai
(c) Kram terasa hilang timbul, terkadang terus menerus ada
(d) Nyeri timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi
(e) Nyeri mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan 2 hari
akan menghilang
(f) Sering disertai sakit kepala
(g) Sering disertai sembelit atau diare dan sering berkemih
(h) Sering disertai mual kadang sampai terjadi muntah
(Medicastore, 2006)
e) Penanganan Dismenorhea
Ada beberapa cara untuk menangani dismenorhea, yaitu:
(a) Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa
dismenorhea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk
kesehatan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat,
istirahat yang cukup, dan olah raga mungkin berguna.
13
(b) Pemberian obat analgesik
Obat analgesik yang sering diberikan adalah
preparat kombinasi aspirin, fanasetin, dan kafein. Obat-obat
paten yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan,
acet-aminophen dan sebagainya
(c) Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi.
Tindakan ini bersifat sementara dengan mkasud untuk
membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenorhea
primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan
pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan
ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil
kombinasi kontrasepsi
(d) Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
Contoh obat ini adalah ibuprofen, dan naproksen.
Dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau
mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan
diberikan 1-3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid
(e) Dilatasi kanalis servikalis
Dapat meringankan karena memudahkan
pengeluaran darah haid dan prostaglandin didalamnya
(Sarwono, 2007)
Selain cara di atas, ada beberapa cara lain yang biasa
dilakukan untuk menghilangkan atau membantu mengurangi
nyeri haid yaitu:
a) Memberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya
ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). Obat ini akan
sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi
dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi.
b) Selain dengan obat-obatan rasa nyeri juga bisa dikurangi
dengan: istirahat yang cukup, olahraga yang teratur,
14
pemijatan, yoga, orgasme pada aktivitas seksual, dan
kompres hangat di daerah perut.
c) Untuk mengatasi mual dan muntah diberikan obat anti
mual, tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika
kramnya telah teratasi.
d) Jika nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-
hari, maka diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung
estrogen dan progesteron atau diberikan
Medroksiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut untuk
mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi
pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya akan
mengurangi beratnya dismenorhea. Jika masih tidak efektif
juga maka dilakukan pemeriksaan tambahan (Laparoskopi).
e) Jika dismenorhea dirasakan sangat berat dilakukan ablasio
endometrium, yaitu prosedur dimana lapisan rahim dibakar
atau diuapkan dengan alat pemanas.
f) Pengobatan untuk dismenorhea sekunder tergantung kepada
penyebabnya.
(Medicastore, 2006)
8. Metode Penelitian
a. Desain Penelitian
Jenis penelelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Penelitan deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan,
yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto,
2010).
Pendekatan cross sectional adalah penelitian pada beberapa
populasi yang diamati pada waktu yang sama.penelitian jenis ini sangat
cocok untuk penelitian deskriptif dan tidak cocok untuk penelitian
bersifat analitis atau eksplanatif maupun kausalitas (Hidayat, 2007)
15
b. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 1 Sragen dan waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012.
c. Populasi Dan Sampel
1) Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semua siswi SMA PGRI 1 Sragen yang
berjumlah 201 orang
2) Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi itu sendiri (Sugiyono,
2010).
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara
pengambilan subjek bukan didasrkan atas strata, random atau daerah
tetapi didasarkan atas tujuan tertentu (Arikunto, 2010).
Untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 dapat
digunakan formula yang lebih sederhana sebagai berikut:
n =
Keterangan:
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan 5%
(Notoatmodjo, 2005)
n =
16
n =
n =
n =133
Dengan menggunakan rumus besar sampel diatas didapatkan
jumlah sampel adalah 133 siswi SMA PGRI 1 Sragen.
d. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuanm penelitian tentang
suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010) dalam penelitian
ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan remaja putri
tentang dismenorhea di SMA PGRI 1 Sragen, yang dimasukkan yaitu
segala sesuatu yang diketahui oleh remaja putri tentang dismenorhea
Definisi oprasional adalah uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2010) dalam penelitian ini definisi operasional tentang
variabel “pengetahuan” remaja putri adalah tingkat pengetahuan remaja
putri tentang dismenorhea
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Skala
ordinal yaitu data yang disusun atas dasar jenjang dalam atribut tertentu.
Variabel Definisi
Operasional
Alat ukur Kriteria Skala
Tingkat
pengetahuan
remaja putri
tentang
dismenorhea
Tingkat
pengetahuan
remaja putri
tentang
dismenorhea
Kuesioner BaikcukupKurang
Ordinal
17
e. Instrumen dan Tehnik Pengumpulan Data
1. Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Instrument penelitian dapat berupa kuesioner (daftar
pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan
dengan pencatatan data dan sebainya (Notoatmodjo, 2010)
2. Tehnik pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner
atau sering disebut “daftar pertanyaan”dengan bentuk pertanyaan tertutup
(closed ended) yang mempunyai keuntungan mudah mengarahkan
jawaban responden dan juga mudah diolah (ditabulasi)
(Notoatmodjo, 2010)
Tabel 1. Kisi-kisi kuesioner tingkat pengetahuan remaja putri tentang
dismenorhea
Variabel penelitian
Indikator Jumlah soal
Item soal
Tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenorhea
Pengertian JenisPenyebab GejalaPenanganan
2510
310
1, 2 3, 4, 5, 6, 78, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,16, 1718, 19, 2021, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
Jumlah 30
Uji Validitas
Validitas yaitu alat ukur yang digunakan untuk mengukur
apa yang hendak diukur dan juga instrumen yang jika digunakan
beberapa kali untuk mengukur data yang sama (Arikunto, 2006).
Pada
penelitian ini menggunakan validitas dengan analisis butir-
butir, yaitu skor yang ada pada butir yang dimaksud korelasikan
18
dengan skor total. Skor butir yang dipandang sebagai nilai X dan
skor total dipandang sebagai nilai Y. Selanjutnya dihitung
menggunakan tehnik korelasi product moment dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:
rxy : Koefisiensi korelasi antara variabel dan y
N : Jumlah subjektif / banyaknya anggota sampel
y : Skor total
x : Skor pertanyaan
xy : Skor pertanyaan dikalikan jumlah responden yang diteliti
(Arikunto, 2006)
Sesudah didapat nilai korelasi tersebut signifkan signifikan/
tidak kita lihat signifikan product moment. Butir soal dikatakan
valid apabila rhitung lebih besar dari rtabel (Arikunto, 2006).
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan
(Notoatmodjo, 2010). uji reliabilitas menggunakan rumus Hoyt,
sebagai berikut:
Ket:
r11 : reliabilitas instrument
Vr : varians responden
Vs : varians sisa
Setelah diperoleh harga r11 hasil dikonsultasikan dengan
harga rtabel. Jika harga r11 lebih besar dari rtabel. Maka butir soal
dikatakan reliabel (Arikunto, 2006).
19
f. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1) Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
pengolahan data. Pengolahan data dilakukan secara manual. Tujuan
pengolahan data adalah menyederhanakan seluruh data yang
terkumpul dan menyajikannya dalam susunan yang lebih baik dan
rapi. Pengolahan data manual ini melalui 4 tahapan :
a) Editing (penyuntingan data)
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau
dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih
dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang
tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang,
maka kuesioner tesebut dikeluarkan (droup out).
b) Coding (pengkodean)
Instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam data
secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor
responden, dan nomor-nomor pertanyaan.
c) Data entry (memasukkan data)
Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode
atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing
pertanyaan.
d) Tabulasi
Membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian yang diinginkan oleh peneliti.
(Notoatmodjo, 2010)
2) Analisa Data
Analisa data mengunakan analisa deskriptif untuk
menentukan penyebaran tingkat pengetahuan responden atau subyek
penelitian tentang dismenorhea.
Bentuk presentase untuk melihat derajat pengetahuan dapat
digunakan rumus :
20
P = x x 100%
n
Keterangan :
P : Presentase
X : Jawaban yang benar
n : Jumlah pertanyaan
(Arikunto, 2006)
Untuk mengkategorikan baik, cukup, kurang maka
menggunakan parameter:
(4) Baik, bila 76-100%
(5) Cukup, bila 56-75%
(6) Kurang, bila < 56%
(Nursalam, 2008)
10. DAFTAR PUSTAKA
21
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 170, 191, 281
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 3, 183
Astri, 2010. Nyeri Menstruasi (Dismenorhea). http://astriaje.blogspot.com/2010/07/nyeri-menstruasi-dismenore.html Diposkan tanggal 14 Februari 2012
Dokter kita, 2007. Waspada Nyeri Pada Haid. http://egosumquesum.wordpress.com/2008/03/01/waspada-nyeri-pada-haid/ Diposkan tanggal 14 Februari 2012
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal 50
Info sehat, 2008. Nyeri Haid. http://infosehat.com/inside_level2.asp?artid=829&secid=&intid=4Diposkan tanggal 11 Februari 2012
Manuaba, I.B.G. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. Hal 59
Manuaba, I.B.G. 2009. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal 40
Manuaba, I.B.G. 2008. Gawa- Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan . Jakarta: EGC. Hal 289-290
Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Keshatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 10-18, 87, 103, 112, 130, 159, 168, 174-176
Notoadmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 143-146
22
Notoadmojo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 92
Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 103-104, 229-231
Poltekkes Depkes Jakarta 1. 2010. Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika. Hal 1, 66
Siswandi, Y. 2007. Klien Gangguan Sistem Reproduksi Dan Seksualitas . Jakarta : EGC. Hal 9
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung ALFABETA. Hal 297