Web viewSemoga makalah ini dapat bermanfaat ... Hadis riwayat Abu Hurairah ... ilmu yang merupakan...
Transcript of Web viewSemoga makalah ini dapat bermanfaat ... Hadis riwayat Abu Hurairah ... ilmu yang merupakan...
HUBUNGAN IBADAH DENGAN IMAN DAN
MACAM-MACAM IBADAH
Disusun Oleh :
M Musthafa Kamal (1221010050)
Dosen Pembimbing
Adrianto, S.HI, M.HI
AL-AHWAL ASY SYAKSIYAH
FAKULTAS SYARI’AH
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 1433 H 2012 M
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yg
berjudul ”Hubungan Ibadah dengan Iman dan Macam-Macam Ibadah” .
Penulis menyadari sepenuhnya dalam pembuatan dan penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri
dan umumnya bagi pembaca.
Wasalamualaikum Wr. Wb
Bandar Lampung, 02 September 2012
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan Teori................................................................................. 3
BAB III KESIMPULAN.................................................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 5
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Untuk membentuk pribadi yang bermoral harus dibentengi dengan keimanan dan
sedini mungkin sesuai tingkat perkembangan kemampuan anak . kepribadian
dalam islam adalah ketakwaan, maka setiap proses pembentukan kepribadian
menuju kepada takwa kepada Allah SWT.
Takwa disini dimaksud meliputi keimanan kepada Allah, ibadah kepada Allah dan
berhubungan sesama manusia dan lingkungannya , termasuk kemasyaraktan dan
kenegaraan .
B . Rumusan Masalah
a. Hubungan iman dengan ibadah
b. Macam-Macam Ibadah
BAB II. PEMBAHASANHUBUNGAN IMAN DENGAN IBADAH
A. Hubungan Iman dengan Ibadah
Iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan
serta mengamalkan dengan perbuatan. Yang dimaksud membenarkan dengan
hati yaitu mempercayai dan meyakini segala yg dibawa rasulullah. Yang
dimaksud dengan mengikrarkan dengan lisan adalah mengucap dua kalimah
syahadat. Sedangkan maksud dari mengamalkan dengan perbuatan yaitu hati
mengamalkan dalam bentuk keyakinan dan badan mengamalkan dalam bentuk
ibadah jika syarat – syarat diatas terpenuhi maka seorang dapat dikatakan
“Mukmin”.
Ibadah berasal dari kata ‘abd secara bahasa berarti “hamba sahaya”,
“anak panah yang pendek dan lebar”, dan “tumbuhan yang memiliki aroma
yang harum”. Pengerttian tersebut mengisyaratkan bahwa ibadah mengandung
ciri-ciri kekokohan dan kelemahlembutan, maksudnya pelaksanaan ibadah
harus diiringi oleh kesetiaan yang kuat dan kehalusan. Secara bahasa ibadah
diartiakan seagai penyembahan,pengabdian, dan ketaatan.
Hubungan iman dengan ibadah adalah sejauh mana keimanan dapat
mempengaruhi ibadah dan etika atau moral dan sebaliknya. Keimanan atau
akidah adalah fondasi dari semua ajaran Islam, yaitu akidah, syariah dan
akhlak.
Seseorang yang telah beriman atau barakidah harus mengimplentasikan
keimanannya dengan syariah yaitu beribadah kepada Allah dan bermuamalah
dengan sesama manusia dan alam sekitar.
Akidah diwujudkan dalam pengucapan dua kalomat syahadat, diimani,
diyakii dan dibenarkan dalam hatinya. Sebagai wujud keimannnya kepada
Allah, dia harus melaksanakan syariah berupa ibadah atau ibadah madhah dan
ibadah muamalah ghairu madhah. Yang mana ibadah madhah artinya
penghambaan yang mu€rni hanya merupakan hubung an antara hamba dengan
Allah secara langsung. Sedangakan ibadah muamalah ghairu madhah artinya
segala amalan yang diizinkan oleh Allah, misalnya ibadaha ghairu mahdhah
ialah belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya.
Orang yang beriman disebut mukmin. Sedangkan seorang mukmin
yang teah melakukan ibadah dan muamalah disebut muslim. Seseorang
mukmin belum dapat disebut muslim apabila dia belum melaksanakan ibadah,
baik ibadah mahdhah maupun ibadah gairu madhah. Keimanan dan keislaman
seseorang harus dilengkapi dengan ibadah dalam rukun Islam yaitu syahadat,
shlat, zakat, puasa dan haji.
Keimanan kepada Allah menyebabkan keiman kepada malaikat, Allah,
kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, hari kiamat dan qadha dan qadar Allah.
Iman yang baik dan benar harus diwujudkan dalam amaliyah yang sesuai
hukum-hukum Allah, antara lain melaksanakan rukun Islam yang lima barusan.
Maka keimanan seseorang sangat erat kaitannya dengan ibadah. Bahkan tujuan
akhir dari ibadah adalah beriman kepada Allah SWT, dan kepada rukun iman
yang enam barusan.
Syahadat diucapkan dengan lisan, dibenarkan dengan hati, dan
dibuktikan dengan amaliyah berupa ibadah. Keeratan hubungan iman dengan
ibadah dinyatakan Allah dengan menyebutkan iman(aamanu) selalu diiringi
dengan amal shaleh (aamilush shaliahat).
Iman dengan ibadah juga memiliki hubungan kausalitas (sebab akibat).
Kualitas iman seseorang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ibadah orang
tersebut. Makin tinggi kualitas ibadah seseoarang (misal shalat makin khusu’,
mengurangi atau menghilangkan syirik kepada Allah). Dan kuantitasnya
( misal menambah shalat wajib dengan shalat sunnah, banyak bershadaqah)
akan menambah dan mempertebal iman seseorang, makin mngurangi dan
mempertipis, bahkan dapat menghilangkan kualitas iman seseorang kepada
Allah SWT.
Pelaksanaan ibadah yang dilandasi iman yang kuat memberikan
dampak positif terhadap sikap dan perilaku seorang muslim.
Allah berfirman :
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Ankabut 45)
Shalat itu mengandung dua hikmah, yaitu dapat menjadi pencegah diri dari
perbuatan keji dan perbuatan munkar. Maksudnya dapat menjadi pengekang
diri dari kebiasaan melakukan kedua perbuatan tersebut dan mendorong
pelakunya dapat menghindarinya.
Denagn keimanan seeorang akan tunduk dan patuh kepada aturan-aturan Allah.
Dengan demikian sesungguhnyalah sangat erat hubungan dan saling
mempengaruhi antara iman dengan ibadah kepada Allah SWT.
. Berikut hadis yang menjelaskannya :
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang
Nasrani maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang
melahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang
terpotong hidungnya?.”
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang
Nasrani maupun seorang musyrik.” Lalu seorang laki-laki bertanya: “Ya
Rasulullah! Bagaimana pendapat engkau kalau anak itu mati sebelum itu?”
Beliau menjawab: “Allah lebih tahu tentang apa yang pernah mereka
kerjakan.”
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu:
Bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang anak orang-orang musyrik, lalu
beliau menjawab: Allah lebih tahu tentang apa yang pernah mereka kerjakan.
Untuk membentuk pribadi yang bermoral harus dibentengi dengan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah, yang dimulai dari lingkungan
keluarga dan dilakukan sedini mungkin sesuai tingkat perkembangan
kemampuan anak. Kepribadian dalam Islam adalah ketakwaan, maka setiap
proses pembentukan kepribadian menuju kepada takwa kepada Allah SWT.
Takwa disini dimaksud meliputi keimanan kepada Allah, ibadah kepada Allah
dan berhubungan sesama manusia dan lingkungannya, termasuk
kemasyarakatan dan kenegaraan. Pembentukan kepribadian dimulai dengan
penanaman ketauhidan kepada anak, sebab :
1. Tauhid memberikan ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari
kesesatan dan kemusyrikan.
2. Tauhid membentuk sikap dan perilaku keseharian seseorang.
3. Tauhid sebagai aqidah dan falsafah hidup.
4. Tauhid sebagai ilmu yang merupakan hasil pengkajian para ulama terhadap
apa yang tersurat dan tersirat di dalam al qur’an dan hadits.
5. Tauhid sebagai sebagian sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan
keutamaan.
6. Tauhid membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong
mereka untuk mengerjakan ibadat dengan penuh keikhlasan.
7. Tauhid mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan
kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan.
8. Tauhid mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.
Oleh sebab itu upaya membentuk kepribadian manusia dengan
memantapkan, menguatkan dan mengokohkan akidah dalam diri manusia.
Denagn akidah yang kuat, pikiran manusia menjadi tenang, emosinya stabil
dan jiwanya tenteram, sehingga kepribadiannya juga mantap.
Dengan akidah yang kuat mentalnya juga kuat dan tangguh, tidak
tergoda oleh perhatian, cinta kasih dan kepedulian orang lain yang menjauhi
akidah seseoarang. Baginya yang penting adalah perhatian, kasih sayang dan
kepedulian dari Allah SWT, yang diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan
positif.
B. Macam – Macam Ibadah
Praktek ibadah sangatlah beragam, tergantung dari sudut mana kita meninjaunya.
1. Dilihat dari segi umum dan khusus, maka ibadah dibagi dua macam:
a) Ibadah Khoshoh adalah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan
dalam nash (dalil/dasar hukum) yang jelas, yaitu sholat, zakat, puasa, dan
haji;
b) Ibadah Ammah adalah semua perilaku baik yang dilakukan semata-
mata karena Allah SWT seperti bekerja, makan, minum, dan tidur sebab
semua itu untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan jasmani
supaya dapat mengabdi kepada-Nya.
2. Ditinjau dari kepentingan perseorangan atau masyarakat, ibadah ada dua
macam:
a) ibadah wajib (fardhu) seperti sholat dan puasa;
b) ibadah ijtima’i, seperti zakat dan haji.
3. Dilihat dari cara pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi tiga:
a) ibadah jasmaniyah dan ruhiyah (sholat dan puasa)
b) ibadah ruhiyah dan amaliyah (zakat)
c) ibadah jasmaniyah, ruhiyah, dan amaliyah (pergi haji)
4. Ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi:
a) ibadah yang berupa pekerjaan tertentu dengan perkataan dan
perbuatan, seperti sholat, zakat, puasa, dan haji;
b) ibadah yang berupa ucapan, seperti membaca Al-Qur’an, berdoa, dan
berdzikir;
c) ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti
membela diri, menolong orang lain, mengurus jenazah, dan jihad;
d) ibadah yang berupa menahan diri, seperti ihrom, berpuasa, dan i’tikaf
(duduk di masjid); dan
e) ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan utang,
atau membebaskan utang orang lain.
1. Wajib
Yang dimaksud dengan wajib dalam pengertian hukum islam adalah ketentuan
syar’I yang menuntut para mukallaf untuk melakukanya dengan tuntutan yang
mengikat serta diberi imbalan pahala bagi yang melakukanya dan ancaman
dosa bagi yang meninggalkanya
2. Sunnah
Yang dimaksud dengan sunnah adalah ketentuan Syar’I tentang berbagai
amaliah yang harus dikerjakan mukallaf dengan tuntutan yang tidak mengikat.
Dan pelakunya diberi imbalan pahala tanpa ancaman dosa bagi yang
meninggalkanya.
3. Haram
Yang dimaksud dengan haram adalah tuntutan syar’i kepada mukallaf untuk
meninggalkanya dengan tuntutan yang mengikat., beserta imbalan pahala bagi
yang menaatinya dan balasan dosa bagi yang melanggarnya.
Secara garis besar, ibadah itu dibagi dua yaitu : ibadah pokok yang dalam
kajian ushul fiqh dimasukkan dalam hukum wajib, baik wajib ‘ain atau wajib
kifayah. Termasuk kedalam kelompok ibadah pokok itu adalah apa yang
menjadi rukun islam dalam arti akan dinyatakan keluar dari islam bila sengaja
meninggalkannya yaitu:
1. Ibadah Sholat
Secara lughawi sholat mengandung beberapa arti yaitu berarti do’a, memberi
berkah. Secara terminologi yaitu serangkaian dan perbuatan tertentu yang
dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam. Hukum melaksanakan sholat
adalah wajib ‘ain dalam arti kewajiban ditujukan kepada setiap orang yang
telah dikenai beban hukum (mukallaf) dan tidak lepas kewajiban seseorang
dalam sholat kecuali bila telah dilakukannya sendiri sesuai dengan
ketentuannya.
2. Ibadah Zakat
Dalam bahasa arab zakat berarti kebersihan, perkembangan dan berkah.
Menurut istilah berarti menyerahkan harta secara putus yang telah ditentukan
syari’at kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Hukum zakat adalah
bersifat wajib. Yang telah disebutkan dalm QS.Al-Muzzammil:20.
Hikmah mengeluarkan zakat bagi harta yang dikeluarkan zakatnya bisa
menjadikannya bersih, berkembang dengan berkah, terjaga dari berbagai
bencana, dan dilindungi oleh Alla dari kerusakan, keterlantaran dan kesia-
siaan.
3. Ibadah Puasa
Puasa menurut pengertian bahasa ialah menahan diri dan menjauhi diri dari
segala sesuatu yang bisa membatalkan, secara mutlak. Menurut pengertian
syari’at puasa ialah menahan diri dari sesuatu yang dianggap dapat
membatalkan, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat puasa,
oleh orang muslim yang berakal dan tidak sedang mengalami haid atau nifas.
4. Ibadah Haji
Haji secara etimologi berarti tujuan, kedatangan, dan pencegahan. Secara
terminology haji berarti kepergian menuju mekkah pada bulan-bulan tertentu
untuk melaksanakan bentuk-bentuk ibadah tertentu demi karena Allah.
Apapun macam ibadah yang akan kita lakukan, yang pasti selalu menghadapi
godaan baik yang berasal dari hawa nafsu kita sendiri maupun dari setan baik
dari golongan jin dan manusia, antara lain:
perasaan malas yang luar biasa, entah karena ingin menyelesaikan
pekerjaan dengan segera, atau karena kelelahan.
terhalang pekerjaan yang menumpuk. Dalam hal ini ada memang oknum
yang menghalang-halangi kita beribadah. Misalnya dengan mendesak agar
tugas itu harus kita selesaikan secepatnya. Sehingga kita abaikan sholat
Dhuhur atau Ashar. Orang yang menghalangi orang lain beribadah
mendapat mendapat siksaan dunia akhirat. Dan siapakah yang lebih aniaya
(selain) dari orang- orangyang menghalangi menyebut nama Allah dalam
masjid-masjid dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak
sepatutnya masukke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut.
Mereka di dunia mendpaat kehinaan dan di akhirat mendapat azab yang
besar. (QS. 2/Al-Baqoroh: 114)
BAB III
KESIMPULAN
Oleh sebab itu upaya membentuk kepribadian manusia dengan memantapkan,
menguatkan dan mengokohkan Ibadah dalam diri manusia. dengan Ibadah yang
kuat, pikiran manusia menjadi tenang, emosinya stabil dan jiwanya tenteram,
sehingga kepribadiannya juga mantap.
DAFTAR PUSTAKA
http://jumadiacmilannaruto.blogspot.com/2011/11/hubungan-iman-dengan-
ibadah-html
http://rumahislam.com/kenal-islam/29-basic-islam/278-macam-macam-
ibadah.html
www.berryhs.com/2011/12/macam-dan-hukum-hukum-ibadah.html
Pertanyaan :
1. Apakah sama pengertian Mukmin dan Muslim, berikan contohnya ?
(Syaifulloh)
Jawab : berbeda, karena Mukmin adalah percaya kepada rukun iman
sedangkan muslim orang yang menjalankan rukun islam .
Contohnya -Muslim : melaksanakan ibadah seperti sholat , puasa , zakat
dll.
-Mukmin: orang yang mempercayai adanya Allah SWT ,
Malaikat Allah , kitab-kitab Allah, Rasul-Rasul Allah,hari
akhir dan Qada dan Qadar.
2. Berikan contoh Ghairu Madhah dan Madhah ? (syayi Dati Tanjung Sari)
Jawab: - Ghairu Madhah : belajar, dakwah , tolong menolong dll .
- Madhah : bertawakal dan berserah diri kepada Allah SWT .
3. Apakah seorang beriman bisa dikatakan ahli ibadah begitu pun
sebaliknya ? (Ari Anggara)
Jawab: bisa karena sesungguhnya orang yang beriman semestinya
beribadah dan karena ibadah itu buah dari iman.
4. Bagaimana ketika seseorang yang tidak beriman melakukan ibadah
diterima atau tidak pahalanya ? (kendy Kharisma)
Jawab: tidak diterima pahalanya , karena iman itu adalah kunci dari
segala-galanya.