repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter...

29
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja Menurut OHSAS 18001:2007 kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang menyebabkan kematian. Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda, atau properti maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008). Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Universitas Sumatera Utara

Transcript of repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter...

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Menurut OHSAS 18001:2007 kecelakaan kerja didefinisikan sebagai

kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera

atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau kejadian

yang menyebabkan kematian.

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan

kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang

mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan

kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No.3

Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah

kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju

tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu,

harta benda, atau properti maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses

kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan

kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan

terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

12

Maka dalam hal ini terdapat dua permasalahan penting, yaitu kecelakaan adalah

akibat langsung pekerjaan atau kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang

dilakukan (Suma’mur, 1987).

2.1.2 Teori Kecelakaan Kerja

Beberapa teori yang terkait dalam kecelakaan kerja menurut Goetsch

(2008) antara lain:

1. Teori Swiss Cheese

Pada teori ini, James Reason membagi penyebab kelalaian atau kesalahan

manusa menjadi 4 tingkatan:

a. Tindakan tidak aman (unsafe acts)

b. Pra-kondisi yang menyebabkan tindakan tidak aman (precondition for

unsafe acts)

c. Pengawasan yang tidak aman (unsafe supervision)

d. Pengaruh organisasi (organization influence)

Dalam swiss cheese model, berbagai macam tipe kesalahan manusia ini

merepresentasikan lubang pada sebuah keju. Jika keempat keju ini sama-sama

mempunyai lubang, maka kecelakaan menjadi tak terhindarkan.

2. Teori Domino

Fakor penyebab kecelakaan ini ditemukan oleh H.W.Heinrich dengan teori

dominonya yang menggolongkan atas:

a. Ancestery and sosial evironment : karakter negatif dari seseorang untuk

berperilaku tidak aman, seperti ceroboh. Selain itu pengaruh lingkungan

sosial juga dapat menyebabkan seseorang membuat kesalahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

13

b. Fault of person : karakter negatif yang menyebabkan kesalahan pada

seseorang yang mejadi penyebab melakukan tindakan tidak aman.

c. Unsafe act and/or mechanical or physical hazard : tindakan tidak aman

seseorang.

d. Accident : kejadian kecelakaan, seperti jatuh, terkena benda yang

menghasilkan penyebab kecelakaan .

e. Injury : cidera yang merupakan hasil dari kecelakan.

Penggunaan teori domino ini digunakan sebagai petunjuk pertama, satu

domino yang dapat menghancurkan empat domino yang lain, kecuali pada

titik tertentu sebuah domino diangkat untuk menghentikan rangkaian.

Domino yang paling mudah dan paling efektif dihilangkan adalah domino

yang tengah yang berlabel “ tindakan dan atau kondisi yang tidak aman”.

3. Human Factor Theory

Menurut Goetsch (2008) teori human faktor menyebutkan kecelakaan

karena kesalahan manusia.Teori ini dikembangkan oleh Ferel. Ada tiga faktor

yang menyebabkan kesalahan manusia yaitu : overload, inappropriate

respons, incompability dan inappropriate activites.

a. Overload adalah ketidakseimbangan anatara beban kerja dengan

kapasitas yang dimiliki pekerja dalam melakukan pekerjaan. Selain

beban kerja individu, terdapat juga beban tambahan dari faktor

lingkungan (contohnya kebisingan dan gangguan lainnya), faktor internal

(contohnya masalah pribadi, stress emosional, rasa cemas, dan lain-lain),

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

14

serta faktor situasi (misalnya tingkat risiko, instruksi yang tidak jelas, dan

lain-lain).

b. Respon yang tidak tepat adalah bagaimana seseorang menghadapi situasi

yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Bila seseorang mendeteksi

adanya bahaya namun tidak melakukan apa-apa untuk mencegahnya,

maka itu berarti dia telah melakukan respon yang tidak tepat.

c. Aktifitas yang tidak tepat adalah ketidaktahuan seseorang yang

mengerjakan suatu pekerjaan namun orang tersebut belum terlatih untuk

malakukan pekerjaan tersebut.

2.1.3 Penyebab Kecelakaan Kerja

Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah

faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor

manusia. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan

penyebab kecelakaan. Untuk menentukan sebab dari kecelakaan tersebut maka

dilakukanlah analisis kecelakaan.

Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokan menurut

keperluan dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab

kecelakaan dapat disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak,

dan perangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau

perkakas yang dipegang dengan tangan (manual), menginjak atau terbentur

barang, luka bakar oleh benda pijar dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari

kecelakaan yang menyebabkan kematian karena terjatuh, baik ditempat tinggi

maupun ditempat datar (Suma’mur, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

15

Menurut Djati (2001) penyebab kecelakaan dapat dibagi 2:

1. Kondisi tidak aman (unsafe condition)

Kondisi tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan

pekerja di lingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan dari Industrial

Hygiene, yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan sehat. Apabila

tempat kerja tidak mengikuti aturan kesehatan dan keselamatan kerja yang

telah ditentukan maka terjadilah konsisi yang tidak aman sebagai contoh,

lantai yang licin sehingga dapat menyebabkan jatuhnya seseorang, selang air

yang melintang di jalan, dan lain-lain.

2. Tindakan tidak aman (unsafe action)

Menurut penelitian hampir 85% kecelakaan terjadi disebabkan faktor manusia

yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman ini dapat

disebabkan oleh:

a. Karena tidak tahu

Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan

dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ada.

b. Karena tidak mampu/ tidak bisa

Yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja yang aman, bahaya-

bahaya yang ada tetapi karena belum mampu, kurang terampil dia

melakukan kesalahan.

c. Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja dan peraturan-

peraturannya serta yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

16

karena tidak mau melaksanakan maka terjadi kecelakaan, misalnya tidak

mau memakai alat keselamatan atau meleepas alat pengaman.

Menurut Rijanto (2010), penyebab-penyebab yang paling sering

menyebabkan kematian dan cedera adalah:

1. Jatuh

Orang-orang jatuh karena jalan yang menuju dan dari tempat kerja tidak baik,

atau tempat kerjanya itu sendiri tidak aman. Ada 5 kelompok pekerjaan

berisiko tinggi dimana jatuh merupakan akibat yang utama, yaitu: Pekerjaan

atap, pekerjaan pemasangan konstruksi baja, pekerjaan pemasangan rangka,

pengecoran beton, dan pekerjaan pembongkaran.

2. Benda-benda jatuh dan roboh

Orang dapat kejatuhan benda yang sedang ddiangkat, benda yang terguling

atau yang terlepas dari kedudukannya; kejatuhan atau tertimbun oleh bahan-

bahan saat penggalian, robohnya bangunan atau rangka.

3. Kecelakaan-kecelakaan akibat listrik

Orang-orang menderita syok listrik dan terbakar bila menggunakan peralatan

yang tidak aman dan bila tersentuh pada kabel-kabel listrik di atas kepala dan

kabel-kabel yang ditanam.

4. Alat berat yang bergerak

Konstruksi peralatan ini berat dan tempat dimana bidang pandang

operatornya tidak baik, orang yang berjalan di lokasi pekerjaan dapat cedera

atau meninggal disebabkan kendaraan yang bergerak, terutama saat mundur.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

17

2.1.4 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

A. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan:

1. Terjatuh

2. Tertimpa benda

3. Tertumbuk atau terkena benda-benda

4. Terjepit oleh benda

5. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

6. Pengaruh suhu tinggi

7. Terkena arus listrik

8. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi

B. Klasifikasi menurut penyebab :

1. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian

kayu, dan sebagainya.

2. Alat angkut, alat angkut darat, udara dan air.

3. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,

alat-alat listrik, dan sebagainya.

4. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, gas, zat-zat

kimia, dan sebagainya.

5. Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan dibawah

tanah).

6. Penyebab lain yang belum masuk tersebut diatas.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

18

C. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :

1. Patah tulang

2. Dislokasi (keseleo)

3. Regang otot (urat)

4. Memar dan luka dalam yang lain

5. Amputasi

6. Luka di permukaan

7. Geger dan remuk

8. Luka bakar

9. Keracunan-keracunan mendadak

10. Pengaruh radiasi

D. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :

1. Kepala

2. Leher

3. Badan

4. Anggota atas

5. Anggota bawah

6. Banyak tempat

7. Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut (Suma’mur,

1987).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

19

2.1.5 Kerugian yang Disebabkan Kecelakaan Kerja

Tiap Kecelakaan merupakan suatu kerugian, yang antara lain tergambar

dari pengeluaran dan besarnya biaya kecelakaan. Biaya yang dikeluarkan akibat

terjadinya kecelakaan seringkali sangat besar, biaya tersebut bukan semata-mata

beban perusahaan melainkan juga beban masyarakat dan negara secara

keseluruhan. Biaya ini dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi.

Biaya langsung ialah biaya P3K, pengobatan, dan perawatan, biaya rumah sakit,

biaya angkutan, biaya upah selama pekerja tidak mampu bekerja, kompensasi

cacat dan biaya kerusakan bahan, perlengkapan, peralatan dan mesin. Biaya

tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa

waktu pasca kecelakaan terjadi. Biaya ini meliputi terhentinya operasi perusahaan,

oleh karena pekerja lainya menolong korban atau berhenti bekerja, biaya yang

harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang ditimpa kecelakaan dan sedang

sakit serta berada dalam perawatan dengan orang baru yang belum bisa bekerja

pada tempat kerja tersebut. (Suma’mur,2009).

Menurut tarwaka, 2008 secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja

dapat dikelompokan menjadi :

a. Kerugian atau Biaya Langsung (direct cost)

Yaitu suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari mulai terjadi

peristiwa sampai dengan tahap rehabilitasi, seperti :

1) Penderitaan tenaga kerja yang mendapat kecelakaan dan keluarganya.

2) Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan.

3) Biaya pengobatan dan perawatan, dll.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

20

b. Kerugian atau Biaya Tidak Langsung atau Terselubung

Yaitu kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu yang tidak

terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan, biaya

tidak langsung ini antara lain mencakup :

1) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat kecelakaan.

2) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti rasa ingin tahu, dan

rasa simpati serta setia kawan untuk membantu dan memberikan

pertolongan bagi korban, mengantar ke rumah sakit, dll.

3) Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target,

kehilangan bonus, dll.

2.1.6 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan dapat dicegah, asal ada kemauan yang cukup untuk

mencegahnya dan pencegahan dilakukan atas dasar penegetahuan yang memadai

tentang sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan penguasaan teknik-teknologi

upaya preventif terhadap kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan disuatu perusahaan

diketahui dengan melakukan analisis disetiap kecelakaan yang terjadi. Selain

analisis mengenai penyebab terjadinya suatu kecelakaan, untuk pencegahan

kecelakaan kerja sangat penting dilakukan identifikasi yang terdapat dan mungkin

menimbulkan insiden kecelakaan perusahaan serta assessment besarnya risiko

kecelakaan kerja.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

21

Menurut Suma’mur (2009), pencegahan kecelakaan kerja ditujukan

kepada:

1. Lingkungan

Lingkungan harus memenuhi syarat lingkungan kerja yang aman serta

menunjukan persyaratan keselamatan, tata ruang yang baik, kondisi gedung

dan tempat kerja yang memenuhi syarat keselamatan. Syarat-syarat

lingkungan kerja meliputi hygiene umum, sanitasi, ventilasi udara,

pencahayaan dan penerangan di tempat kerja, dan pengaturan suhu ruangan di

tempat kerja.

2. Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan perencanaan yang baik.

Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pagar atau tutup pengaman

(guarding) pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang bergerak. Efektif

atau tidaknya pagar atau tutup pengaman terlihat dari bentuk dan ukurannya

yang sesuai dengan mesin atau alat serta perkakas yang memberikan

keselamatan bagi pekerja.

3. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi

pekerja alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kaca mata, sarung tangan,

harus cocok ukurannya sehingga nyaman dalam penggunaannya.

4. Faktor manusia

Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia harus memperhatikan

tentang betapa pentingnya peraturan kerja, mempertimbangkan batas

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

22

kemampuan dan keterampilan pekerja, meniadakan hal-hal yang mengurangi

konsentrasi pekerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari perbuatan yang

mendatangkan kecelakaan, serta menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik

dan mental (Suma’mur, 2009).

Menurut Ridley (2008), sasaran pencegahan kecelakaan adalah mencegah

terjadinya kecelakaan dan jika kecelakaan terjadi, mencegahnya agar tidak

terulang kembali.

Adapun prosedur pencegahan kecelakaan adalah:

1. Mengidentifikasi bahaya

2. Menghilangkan bahaya

3. Mengurangi bahaya hingga seminm mungkin jika penghilangan bahaya tidak

dapat dilakukan

4. Melakukan penilaian risiko residual

5. Mengendalikan risiko residual

Pencegahan cedera memiliki dua komponen utama: mengantisipasi potensi

bahaya dan desain tempat kerja. Sistem surveilans yang dikembangkan dengan

data yang baik dapat membantu perusahaan mengantisipasi cedera potensial, baik

itu kecelakaan atau tindak kekerasan. Cedera seharusnya tidak lagi dianggap

akibat yang dihasilkan dari berada di tempat yang salah pada waktu yang salah.

Sebaliknya, pengusaha harus menganggap mereka sebagai peristiwa-biaya tinggi

dalam hal biaya pengobatan dan kehilangan produktivitas, biaya yang dibayar

oleh pekerja, pengusaha dan akhirnya konsumen. Namun, banyak perusahaan

menganggap hal tersebut sekadar kepatuhan, bukan pencegahan proaktif. Selain

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

23

itu, jumlah saat ini yang dikeluarkan oleh pemerintah pada pencegahan cedera

kecil jika dibandingkan dengan uang yang dialokasikan untuk penyakit yang

paling kronis. Tetapi pengusaha beruapaya untuk memiliki program pencegahan

cedera yang dirancang dengan baik di tempat kerja (Healey dan Walker, 2009).

2.2 Bahaya

Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang

berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau

gangguan lainnya. Bahaya merupakan sifat yang melekat (inherent) dan menjadi

bagian dari suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan (Ramli, 2010)

Menurut Suma’mur (1987), bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam

hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut

disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan.

Jika kecelakaan telah terjadi, maka bahaya tersebut sebagai bahaya nyata.

2.2.1 Jenis Bahaya

Menurut Ramli (2010), jenis bahaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Bahaya Mekanis

Bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya

mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak.

Misalnya mesin gerinda, press, tempa, pengaduk, dan lain-lain,

Bahaya yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan

mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan, dan bentuk gerakan

lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan

seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

24

2. Bahaya Listrik

Merupakan sumber bahaya yang berasal dari energi listrik yang dapat

mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan

hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemkan bahaya listrik, baik

dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan

energi listrik.

3. Bahaya Kimiawi

Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan

kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya

yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain:

a. Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun (toxic).

b. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras,

cuka air aki, dan lainnya.

c. Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat

mudah terbakar dan meledak misalnya golongan senyawa hidrokarbon

seperti minyak tanah, premium, LPG, dan lainnya.

d. Polusi dan pencemaran lingkungan.

4. Bahaya Fisis

Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain:

a. Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera

pendengaran

b. Tekanan

c. Getaran

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

25

d. Suhu panas atau dingin

e. Cahaya atau penerangan

f. Radiasi dan bahan radioaktif, sinar ultra violet, atau infra merah

5. Bahaya Biologis

Di berbagai lingkungan terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis

seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari

aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan,

farmasi, pertanian dan kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.

2.2.2 Sumber Informasi Bahaya

Bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber

antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang pernah terjadi, pemeriksaan ke

tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari

pabrik atau asosiasi industri, data keselamatan bahan (material safety data sheet).

1. Kejadian Kecelakaan

Informasi berharga tentang sumber bahaya atau risiko adalah melalui

informasi kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, terutama dari hasil

penelitian dan kajian penyebabnya akan bermanfaat untuk mencegah kejadian

serupa.

Dari kasus kecelakaan banyak informasi berguna untuk mengenal bahaya

misalnya:

• Lokasi kejadian

• Peralatan atau alat kerja

• Pekerja yang terlibat dalam kecelakaan

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

26

• Data-data korban berkaitan dengan usia, pengamlaman, pendidikan, masa

kerja, kondisi kesehatan, dan kondisi fisik serta informasi lainnya.

• Waktu kejadian

• Bagian badan yang cedera

• Keparahan kejadian

2. Kecenderungan Kejadian

Identifikasi bahaya juga dapat dilakukan dengan mempelajari

kecenderungan atau trend kejadian dalam perusahaan. Misalnya dalam

periode setahun ditemukan banyak pekerja yang menderita penyakit

pernafasan, terkena semburan bahan kimia, atau jatuh dari tangga. Indikasi ini

dapat dipelajari untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di tempat

kerja (Ramli, 2010).

2.3 Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi

bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik

bahaya, kita dapat lebih berhati-hati, waspada dan melakukan langkah-langkah

pengamanan agar tidak terkena bahaya. Identifikasi bahaya adalah suatu teknik

komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem

(Ramli, 2010).

Menurut Rijanto (2011), untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya khusus

yang berhubungan dengan pekerjaan, maka dapat dimulai dengan mencari

bahaya-bahaya. Untuk itu perlu dijawab beberapa pertanyaan tentang setiap

langkahnya:

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

27

1. Apakah ada bahaya terbentur, terpukul, atau lainnya yang membuat luka,

dengan suatu objek?

2. Dapatkah pekerja terjepit pada, atau diantara objek?

3. Apakah ada potensi untuk terpeleset, atau tersandung? Apakah pekerja dapat

terjatuh, pada lantai yang sama atau yang lain?

4. Apakah ada ketegangan karena mendorong, menarik, membungkuk, atau

memelintir?

5. Apakah lingkungan membahayakan keselamatan atau kesehatan? Contohnya,

apakah ada konsentrasi gas racun, uap, asap, debu, panas, atau radiasi?

Pengamatan terhadap pekerjaan harus diulang sesering mungkin sesuai

dengan kebutuhan sampai semua bahaya dan potensi kecelakaan teridentifikasi.

Kadang risiko timbul secara tidak tetap, dan kondisi yang menunjukkan risiko

yang sebenarnya mungkin tidak timbul saat dilakukan pengamatan. Untuk itu

pekerja-pekerja dapat membantu mengidentifikasi risiko-risiko berdasarkan

pengalaman mereka.

Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan risiko

adalah melakukan penlaian setiap laporan survei dan/ atau inspeksi K3 atau

lingkungan yang berhubungan dengan lokasi. Sumber-sumber tambahan yang

mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko antara lain:

1. Analisis dan prosedur kerja yang dilaksanakan pada atau di dekat lokasi kerja.

2. Laporan kecelakaan/ insiden dari area umum di lokasi kerja.

3. Laporan pengamatan kerja.

4. Peraturan kerja khusus di lokasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

28

5. Kebutuhan alat pelindung diri.

6. Gambar, skema atau diagram alir berkaitan dengan lokasi.

2.3.1 Tujuan Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan

kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak

dapat ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat

dijalankan. Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain:

a. Mengurangi peluang kecelakaan

Identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan, dengan

melakukannya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu

kecelakaan dapat diketahui dan dihilangkan sehingga kecelakaan dapat

ditekan.

Gambar 2.1 Rasio kecelakaan menurut Dupont

Menurut Dupont, rasio kecelakaan adalah:

1 : 30 : 300 : 3000 : 30.000

1

Fatal

30

kecelakaan berat

300

kecelakaan serius

3000

kecelakaan ringan

30.000

tindakan dan kondisi tidak aman

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

29

yang artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau tindakan tidak aman atau

kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan

berat, 300 kali kecelakaan serius, dan 3000 kali kecelakaan ringan.

Berdasarkan rasio ini dapat dilihat bahwa dengan mengurangi penyea

kecelakaan yang menjadi dasar piramida, maka peluang terjadinya kecelakaan

dapat diturunkan. Maka dari itu perlunya diupayakan mengidentifikasi

seluruh sumber bahaya di tempat kerja.

b. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja-manajemen dan

pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan

sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi

perusahaan.

c. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan

dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan menentukan skala prioritas

penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya

akan leih efektif.

d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam

perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan

demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko usaha yang

akan dilakukan (Ramli, 2010).

2.3.2 Persyaratan Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya harus dilakukan secara terencana dam komprehensif.

Ada beberapa hal yang mendukung keberhasilan program identifikasi bahaya

antara lain:

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

30

1. Identifikasi bahaya harus sejalan dan relevan dengan aktivitas perusahaan

sehingga dapat berfungsi dengan baik.

2. Identifikasi bahaya harus dinamis dan selalu mempertimbangkan adanya

teknologi dan ilmu terbaru.

3. Keterlibatan semua pihak terkait dalam proses identifikasi bahaya. Proses

identifikasi bahaya harus melibatkan atau dilakukan melalui konsultasi

dengan pihak terkait misalnya dengan pekerja. Identifikasi bahaya juga

berdasarkan masukan dari pihak lain misalnya konsumen atau masyarakat

sekitar.

4. Ketersediaan metoda, peralatan, referensi, data dan dokumen untuk

mendukung kegiatan identifikasi bahaya. Salah satu sumber informasi

misalnya data kecelakaan yang pernah terjadi baik internal maupun eksternal

perusahaan.

5. Akses terhadap regulasi yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan termasuk

juga pedoman industri dan data seperti MSDS (Material Safety Data Sheet)

(Ramli, 2010)

2.3.3 Teknik Identifikasi Bahaya

Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya adalah suatu teknik

komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau

sistem. Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat

diklasifikasikan atas:

a. Teknik pasif

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

31

Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara

langsung. Cara ini bersifat primitif dan terlambat, karena langkah pencegahan

diambil setelah kecelakaan terjadi. Metoda ini sangat rawan, kerena tidak

semua bahaya dapat menunjukkan eksistensinya sehingga dapat terlihat.

b. Teknik semi proaktif

Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak

perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini juga kurang efektif karena;

a) tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak

kejadian kecelakaan.

b) tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain

untuk diambil sebagai pelajaran.

c) kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian,

walaupun menimpa pihak lain.

Sejalan dengan hal ini, setiap sistem K3 mensyaratkan untuk melakukan

penyelidikan kecelakaan sebagai “lesson learning” agar kejadian serupa tidak

terulang kembali.

c. Teknik Proaktif

Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif atau

mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak

yang merugikan.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

32

Tindakan proaktif memiliki kelebihan;

1) Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan

kecelakaan atau cedera.

2) Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena

dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.

3) Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerja setelah mengetahui

dan mengenal bahaya di tempat kerja.

4) Mencegah pemborosan, karena bahaya dapat menimbulkan kerugian.

Dewasa ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi bahaya

yang bersifat proaktif antara lain:

1. Daftar periksa dan audit atau inspeksi K3

2. Hazops (Hazard and Operability Study)

3. Analisa Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Analysis-JSA)

4. Analisa Risiko Pekerjaan (Task Risk Analysis-TRA)

2.3.4 Pemilihan Teknik Identifikasi Bahaya

Teknik identifikasi bahaya yang digunakan harus sesuai, karena sangat

menentukan efektivitas identifikasi bahaya yang dilakukan. Ada beberapa

pertimbangan dalam menentukan teknik identifikasi bahaya yang tepat antara lain:

1) Sistematis dan terstruktur

2) Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang belum

pernah dikenal sebelumnya.

3) Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan perusahaan.

4) Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

33

Sumber bahaya di tempat kerja dapat berasal dari unsur-unsur produksi antara

lain:

1. Manusia

Manusia berperan menimbulkan bahaya di tempat kerja yaitu pada saat

melakukan aktivitasnya masing-masing.,

2. Peralatan

Semua peralatan di tempat kerja seperti mesin, pesawat uap, alat angkut, dan

lainnya dapat menjadi sumer bahaya bagi manusia yang menggunakannya.

3. Material

Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan antara atau hasil

produksi mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan sifat dan

karakteristik masing-masing.

4. Proses

Semua kegiatan dalam proses produksi mengandung bahaya baik bersifat fisis

atau kimia. Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang terlalu tinggi dapat

menimbulkan bahaya peledakan atau kebakaran.

5. Sistem dan Prosedur

Secara langsung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat

mendorong timbulnya bahaya yang potensial. Contohnya seorang pekerja

yang bekerja secara terus menerus selama 8 jam maka akan menimbulkan

kelelahan yang akan mendorong terjadinya kondisi yang tidak aman,

misalnya menurunnya konsentrasi pada akhirnya mendorong terjadinya

kecelakaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

34

Tidak ada teknik identifikasi yang mampu menjangkau 100% bahaya

yang ada tetapi dapat dibagi sesuai kondisi umum, sifat kegiatan, sumber bahaya

dominan, dan unsur produksi yang merupakan objek penelitian.

Gambar 2.2 Program identifikasi bahaya yang dapat menjangkau seluruh potensi

bahaya yang ada dalam kegiatan perusahaan

2.4 Job Safety Analysis (JSA)

Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu teknik yang dipakai untuk

menganalisa suatu pekerjaan secara sistematis untuk bisa mengenali bahaya

disetiap langkahnya sehingga bisa dikembangkan solusi untuk mencegah

terjadinya kecelakaan.

Job Safety Analysis (JSA) pada dasarnya adalah penganalisaan aktivitas

kerja dan tempat kerja untuk menentukan tindakan pencegahan yang memadai di

tempat kerja. Dengan kata lain, JSA sebagai sistematis identifikasi potensi bahaya

Lain-lain

What If, Hazid, dll Proses

Hazops, FTA, What

If, PHA Manusia

JSA-TRA Sistem dan

Prosedur

JSA What If, dll

Peralatan/ Teknis

Failure Mode and

Effect Analysis, What If

Universitas Sumatera Utara

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

35

di tempat kerja sebagai langkah untuk mengendalikan risiko yang mungkin akan

terjadi disuatu lingkungan kerja.

Job Safety Analysis (JSA) digunakan untuk meninjau metode kerja dan

menemukan bahaya yang :

1. Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain

permesinan, peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses.

2. Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau personel.

3. Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai.

Job Safety Analysis (JSA) sangat diperlukan dalam setiap pekerjaan.

Kriteria pekerjan yang memerlukan kajian Job Safety Analysis (JSA) menurut

Ramli (2010) adalah sebegai berikut :

1. Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau memiliki angka

kecelakaan yang tinggi.

2. Pekerjaan berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal misalnya industri

pertambangan

3. Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui secara persis

bahaya yang ada.

4. Pekerjaan yang rumit atau komplek dimana sedikit kelalaian dapat berakibat

kecelakaan atau cidera.

Pekerjaan yang memerlukan kajian JSA diantaranya pekerjaan pada

proyek konstruksi, pembersih kaca gondola, mengganti bola lampu, melepas

saringan, memasang AC.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

36

2.4.1. Manfaat Job Safety Analysis (JSA)

Analisa keselamatan kerja atau JSA bermanfaat dalam keamaan kerja dan

melindungi produktivitas pekerja. Manfaatnya adalah :

1. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di tempat kerja.

2. Menemukan bahaya fisik yang ada di lingkungan kerja.

3. Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang memungkinkan dalam

metode kerja.

4. Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah dan meningkatkan

produktivitas.

5. Penentuan standar-standar yang diperlukan untuk keamanan, termasuk

petunjuk dan pelatihan tenaga kerja manusia.

6. Memberikan pelatihan individu dalam hal keselamatan dan prosedur kerja

efisien.

2.4.2. Kelebihan Job Safety Analysis (JSA)

1. Sebagai upaya pencegahan kecelakaan

2. Sebagai alat kontak safety (safety training) terhadap tenaga kerja baru

3. Melakukan review pada Job prosedur setelah terjadi kecelakaan

4. Memberikan pre job intruction pada pekerjaan yang baru

5. Memberikan pelatihan secara pribadi kepada karyawan

6. Meninjau ulang SOP sesudah kecelakaan atau nearmiss accident terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

37

2.4.3. Langkah melakukan Job Safety Analysis (JSA)

Occupational Health and Safety (OSH, 2013) menjelaskan langkah Job

Safety Analysis (JSA) adalah sebagai berikut :

1. Memilih pekerjaan ( Job selection)

Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan

harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa,

hal penting yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Frekuensi kecelakaan.

Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan

prioritas utama dalam JSA.

b. Tingkat cedera yang menyebabkan cacat.

Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA.

c. Kekerasan potensi

Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah kecelakaan namun

mungkin berpotensi untuk menimbulkan bahaya.

d. Pekerjaan baru

Untuk setiap pekerjaan baru harus memiliki JSA. Analisa tidak boleh

ditunda hingga kecelakaan atau kejadian hampir celaka terjadi.

e. Mendekati bahaya

Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA.

Hal ini dimaksudkan agar potensi bahaya yang sering terjadi itu berubah

menjadi kecelakaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

38

2. Menguraikan pekerjaan ( Job breakdown)

Pekerjaan yang akan dianalisis harus diuraikan berdasarkan tahapan-tahapan

pekerjaannya. Tahapan setiap pekerjaan harus dijelaskan secara jelas dari

tahap awal sampai akhir. Hindari keselahan-kesalahan yang sering terjadi

seperti :

a. Terlalu rinci dalam menentukan langkah pekerjaan, sehingga dapat

menimbulkan langkah yang tidak penting.

b. Terlalu umum dalam menguraikan langkah pekerjaan, sehingga langkah-

langkah dasar tindak dapat dibedakan.

3. Mengidentifikasi bahaya (Hazard identification)

Proses identifikasi bahaya merupakan bagian yang sangat penting dalam

keberhasilan suatu analisa keselamatan kerja. Dalam upaya identifikasi semua

potensi bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi

dapat ditanggulangi. Ada beberapa pertanyaan yang dapat menggambarkan

indentifikasi bahaya diantaranya :

a. Apakah metode kerja dan sikap pekerja aman dalam bekerja?

b. Apakah lingkungan kerja membahayakan pekerja?

c. Apakah kapasitas beban pekerja terlalu besar?

d. Apakah pekerja berpotensi tertusuk, terpotong, tergelincir, tergilas,

terjepit, terpukul, tertanduk, terseruduk, dan lain sebagainya.

e. Apakah pekerja berpotensi terperangkap, tertanam, tertimbun dan potensi

membahayakan pekerja lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 68201 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 ...tempat kerja dan pulang

39

4. Pengendalian bahaya (Hazard control)

Pada tahap terakhir dari dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan

pengendalian bahaya dengan menemukan solusi alternatif yang dapat

mengembangkan suatu prosedur keselamatan dalam bekerja sehingga

pekerjaan dapat dikerjakan secara aman, efektif dan efisien.

Universitas Sumatera Utara