repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN...

20
KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN PELABUHAN MAKASSAR SEBAGAI POROS MATRITIM DUNIA DI MASA AKHIR KOLONIAL BELANDA Prof Dr Abd. Rasyid Asba MA Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin [email protected] ABSTRAK Dalam dasawarsa pertama abad ke 20 Pemerintah Hindia Belanda telah berhasil mengintegrasikan Hindia Belanda , baik secara ekonomi maupun politik dengan nama Nederlandica Hindia Belanda . Integrasi tersebut didorong oleh adanya sinergitas teknologi Perkapalan, komoditi, ekportir importir dan kebijakan pelayaran dan perdagangan . Tulisan ini menekankan pada pemetaan komoditas unggulan regional di Indonesia Timur dalam Mewujudkan pelabuhan Makassar sebagai poros maritim Dunia .Penelitian ini mengunakan Metode penelitian sejarah yaitu dengan menyelusuri dokumen dokumen Arsip yang tersimpan di Arsip Naional RI, National Archief Denhaag dan berbagai arsip yang tela diterbitkan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Indonesia di Jakarta dan Perpustakaan Bung Hatta di Yogyakarta Penelitian ini berupaya menelaah dan merekonstruksi berbagai dokumen arsip tentang komoditi dan berbagai kebijakan poltik perdagangan sebuah upaya untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang bagaimana terciptanya unggulan komoditi pelabuhan penyangga Makassar dan berbagai problem kebijakan politik perdagngan sehingga membentuk makassar bagian dari ekonomi dunia . Pengungkapan melalui dokumen arsip, juga akan dilakukan penelitian lapangan khususnya untuk mengetahui pemetaaan komoditi dan berbagai regulasi kebijakannya hingga komoditi tersebut ajang pertikaiaan pada tahun 1950-an. Discontinuitas kebijakan perdagangan yang diperkuat politik nasionalisasi menjadikan Makassar tergiring dalam politik regionalis dengan berbagai pemberontakan regional melawan Pemerintah Pusat di Jakarta Kata Kunci: Komoditi, perdagangan dan regionalisme

Transcript of repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN...

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

PELABUHAN MAKASSAR SEBAGAI POROS MATRITIM DUNIA

DI MASA AKHIR KOLONIAL BELANDA

Prof Dr Abd. Rasyid Asba MA

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin

[email protected]

ABSTRAK

Dalam dasawarsa pertama abad ke 20 Pemerintah Hindia Belanda telah berhasil

mengintegrasikan Hindia Belanda , baik secara ekonomi maupun politik dengan nama

Nederlandica Hindia Belanda . Integrasi tersebut didorong oleh adanya sinergitas teknologi

Perkapalan, komoditi, ekportir importir dan kebijakan pelayaran dan perdagangan . Tulisan ini

menekankan pada pemetaan komoditas unggulan regional di Indonesia Timur dalam

Mewujudkan pelabuhan Makassar sebagai poros maritim Dunia .Penelitian ini mengunakan

Metode penelitian sejarah yaitu dengan menyelusuri dokumen dokumen Arsip yang

tersimpan di Arsip Naional RI, National Archief Denhaag dan berbagai arsip yang tela

diterbitkan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Indonesia di Jakarta dan

Perpustakaan Bung Hatta di Yogyakarta

Penelitian ini berupaya menelaah dan merekonstruksi berbagai dokumen arsip

tentang komoditi dan berbagai kebijakan poltik perdagangan sebuah upaya untuk mendapatkan

informasi yang mendalam tentang bagaimana terciptanya unggulan komoditi pelabuhan

penyangga Makassar dan berbagai problem kebijakan politik perdagngan sehingga

membentuk makassar bagian dari ekonomi dunia . Pengungkapan melalui dokumen arsip,

juga akan dilakukan penelitian lapangan khususnya untuk mengetahui pemetaaan komoditi

dan berbagai regulasi kebijakannya hingga komoditi tersebut ajang pertikaiaan pada tahun

1950-an. Discontinuitas kebijakan perdagangan yang diperkuat politik nasionalisasi

menjadikan Makassar tergiring dalam politik regionalis dengan berbagai pemberontakan

regional melawan Pemerintah Pusat di Jakarta

Kata Kunci: Komoditi, perdagangan dan regionalisme

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Makassar, sebuah pusat niaga di jazirah terselatan Pulau Sulawesi, menghadap ke

selat Makassar dan menghubungkan antara Pulau Sulawesi dengan Kalimantan. Berada pada

garis pantai yang memanjang dari barat daya ke timur laut. Pelabuhan ini terletak pada posisi

yang strategis sebagai dunia niaga di belahan timur ( Maluku dan Irian Jaya ), barat

(Kalimantan, Jawa , Sumatra, Jawa. Asia Selatan dan juga Eropa) dan dunia niaga di belahan

utara ( Filipina, Jepang, dan Cina) dan selatan (Nusa Tenggara dan Australia). Di sekitar

pelabuhan gelombang laut relatif tenang karena dilindungi oleh puluhan pulau-pulau kecil.

Pelabuhan ini diapit oleh dua buah sungai yakni, sungai Jeneberang dan Tallo yang dapat

menghubungkan dengan daerah-daerah pedalaman yang banyak menghasilkan beras. Pada

kawasan pantai , seperti pantai selat Makassar, Sulawesi Utara, Maluku dan Kalimantan Barat

adalah wilayah yang banyak menanam kelapa dalam yang menghasilkan kopra, kopi,rotan,

dan kapuk serta rempah rempah dari Maluku.

Pada haketnya, kopra berasal dari taman kelapa yang telah lama dikenal di Nusantara

sebagai tanaman komsumsi dalam negeri maupun tanaman industri. Mengenai kapan dan

bagaimana bibit kelapa itu masuk di Indonesia tidak jelas secara pasti. Dari berbagai sumber

menyebutkan bahwa tanaman kelapa awalnya di kenal di India, Srilangka dan Melayu sejak

abad pertama Masehi melalui perdaangan laut. Ada juga yang mengatakan kelapa itu berasal

dari Amerika Selatan yang kemudian di bawah oleh arus laut yang kemudian menyebar ke

Samudra Pasifik. Sumber-sumber itu pada prinsipnya memiliki argumentasi yang cukup

mendasar, tetapi tidak semua dapat diterima. Namun yang jelas bahwa tanaman kelapa sejak

akhir abad ke-19 telah menjadi tanaman ekspor yang penting bagi daerah-daerah pesisir pantai

seperti sepangjang Sumatra bagian Barat, Kalimantan Bara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara

dan Maluku.

Dari berbagai sumber menjelaskan bahwa tanaman kelapa dalam ( cocos) berasal dari

bahasa Arab, yaitu “ Gauzoz Indi” Kata ini sering digunakan oleh pedagang Arab dengan

menyebutnya “ Djauz Al- hindi yang artinya buah keras dari India. Kata Djauz secara dialek

disebut juga dengan gauz atau gaoz. A. Reyne menjelaskan bahwa orang –orang Arab

menawarkan kepada orang-orang Portugis dengan memakai nama yang umum yaitu gauz-

gauz atau goz-goz, dan dari nama inilah dapat diduga bahwa orang portugis memberinya

nama coquos. Pada masa VOC, ia menyebutnya cocos atau calappus, suatu penyimpangan

dari kata kalapa yang kemudian menjadi kelapa yang merupakan sebutan umum di Indonesia

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

Sesungguhnya pada masa VOC tanaman kelapa sudah dikembangkan di Jawa, namun

hasilnya tidak memuaskan. Tanaman kelapa baru mendapat perannanya setelah revolusi

industri berkembang dengan pesatnya, yaitu ketika minyak kelapa bukan saja sebagai

kebutuhan nabati yang banyak mengandung lemak, tetapi juga kebutuhan industri minyak

kapal.. Itulah sebabnya pada tahun 1859 Perseroan Dagang Nederland (Nederlandsche

Handels Maatschappij) di Amsterdam untuk pertama kali menerima kopra dari Hindia

Belanda untuk di perdagangkan

Dalam tahun 1847 kebijaksanaan ekonomi yang monopolistik dihentikan dan diganti

dengan kebijakan ekonomi liberal. Berbagai langkah yang dilakukan untuk melaksanakan

kebijakan itu, di antaranya adalah diterapkan peraturan tarif non diferensial pada tahun 1865

di bidang pelayaran, pembebasan wajib pajak setiap pelabuhan dan penunjukan pelabuhan-

pelabuhan penyangga (provider) yang dapat mendukung setiap pelabuhan utama untuk ekspor.

Itulah sebabnya sejak perempatan terakhir abad ke-19 telah terbuka peluang bagi munculnya

kekuatan-kekuatan ekonomi yang dapat menciptakan perubahan-perubahan besar dalam peta

perekonomian Indonesia.1

Perubahan–perubahan penataan politik perdagnagan Hindia Belanda diawali dengan

diterapkannya Kebijakan Etis yang implikasinya dapat menghasilkan kebijakan-kebijakan

baru dalam membangkitkan kekuatan ekonomi periphery wilayah-wilayah di luar Jawa.

Sulawesi Selatan misalnya, dijadikan sebagai pusat lumbung pangan untuk wilayah Timur

Besar. Tujuannya adalah untuk memacu perdagangan antar pulau. Kebijakan itu dilakukan

berupa pembangunan irigasi di Sulawesi Selatan secara besar-besaran pada tahun 1930-an.

Irigasi itu seperti Bila, Bengo, Leworang, Palakka, Tempe, Sidenreng, Tallo dan Jeneponto.2

Pembangunan irigasi itu dapat meningkatkan luas persawahan yang tidak tergantung dari air

tadah hujan, yaitu 20.500 ha. menjadi 57. 000 ha dari luas areal 227.193 ha pada akhir tahun

1936 Meningkatnya areal persawahan itu dapat meningkatkan nilai ekspor beras Makassar

yang berjumlah f. 300.000 naik menjadi f 3..300.000 .3

Di bidang pelayaran dan perdagangan kebijakan yang diterapkan adalah perluasan

dermaga pelabuhan Makassar, kebijakan jalur subsidi, pembebasan non tarif pajak pelayaran

1 Indisch Staatsblad, 1865, no. 76 2 ANRI Makassar , Memorie van Overgave van Gouverneur Celebes en

Onderhoorigheden Laporan F.O Van Deursen 11 Oktober 1931 3 ANRI, Makassar, no.23. Memorie van Overgave van Gouverneur Celebes en

Onderhoorigheden 24 Feb.1940.

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

rakyat, desentralisasi pelabuhan Makassar dan penetapan pelabuhan Makassar sebagai

pelabuhan negara. Kebijakan-kebijakan itu membuat Makassar semakin penting sebagai pusat

perdagangan. Itu ditandai dengan meningkatnya jaringan perdagangan antar pulau dan antar

pelabuhan di wilayah Timur Besar. Hal itu membuat perubahan besar dalam penataan

perkonomian Hindia Belanda. Jika pada awal abad ke-19 prioritas pendapatan ekonomi

Pemerintah Hindia Belanda lebih banyak dipusatkan di Pulau Jawa. Pada awal abad ke-20

lebih diarahkan pada terintegrasinya perdagangan wilayah-wilayah di luar Jawa guna

memacu masuknya secara langsung kapal-kapal asing seperti di pelabuhan Makassar .4

Untuk mendukung perdagangan antar pulau sejumlah pelabuhan di luar Makassar

menampung komuditi ekspor yang kemudian sewaktu-waktu dikapalkan untuk diekspor

melalui pelabuhan Makassar. Pelabuhan-pelabuhan itu merupakan pelabuhan penyangga (

provider) seperti Menado, Donggala, , Selayar, Ternate, Ambon; Majene , Timor, Bali,

Balikpapan, Pare-Pare dan Palime. Tujuannya adalah untuk menampung komuditi hasil-hasil

ekspor seperti kopra, rotan dan kopi. Dalam tahun 1883 untuk pertama kalinya kopra

diumumkan dalam statistik Kolonial sebagai produk ekspor. Menurut laporan kolonial, sejak

tahun 1880 di Minahasa, Gorontalo, pantai Barat Sulawesi, pesisir teluk Bone, Selayar,

Kalimantan barat, Sumatra Barat dan Maluku penduduknya telah membuat kopra untuk tujuan

ekspor.

Dalam fase kedua abad ke-20 perdagangan di Makassar semakin mendapat

perhatian. Misalanya saja dalam tahun 1918 sebuah perusahaan kopra Denmark membuka

cabangnya di Makassar dengan nama Produksi Kopra Makassar ( Makassar Produce

Compani). Perusahaan ini mulai bekerja pada tahun 1921 dan setiap tahunnya mengekspor

kopra sekitar 30 ribu sampai 50 ribu ton. Pada 1930 eksportir kopra di Makassar telah

berjumlah antara 30 sampai 40 buah. Kebanyakan eksportir itu adalah milik orang-orang

Belanda, Denmark, Italia, Ingeris, Amerika , Jepang serta Cina, Arab dan India

Penelitian yang telah dilakukan Heather A. Sutherland dan Edward L. Poelinggomang

membuka cakrawala dan mendorong saya untuk meneliti dan mengkaji periode lanjutan yaitu,

kurun waktu Makassar berada dalam kekuasaan Pemerintah Belanda yang dilanjutkan dengan

4 J. Thomas Lindblad. The Contribution of Foreign Trade to Colonial State Formation in

Indonesia, 1900

-1930 dalam buku Robert Cribb. ed. The Late Colonial State in Indonesia ; Political and

Economic

Foundantions of the Netherland Indies 1880-1940 : Leiden: KITLV Press. 1994. Hal.

95.

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

masa pergolakan regional (1905-1958). Selama kurung waktu ini beberapa peneliti

menganggap penting untuk mengkaji masa lampau Indonesia. Tambahan pula perdagangan

Makassar pada periode itu belum mendapat perhatian atau dikaji oleh ilmuwan, bahkan

keterangan tentang periode itu yang dapat diketahui melalui penerbitan seperti surat kabar,

majalah, laporan perdagangan sangat terbatas. Hal itu dapat mempengaruhi pula munculnya

pernyataan taktis seperti yang telah diungkapkan. Bahkan lebih celaka lagi bila para ilmuwan

juga melakukan hal yang sama – menyatakan sesuatu yang dipastikan kenyataannya, namun

tidak diketahui kenyataan yang sesungguhnya

Penelitian Perkembangan ekonomi Makassar pda periode 1905-1958 sangat penting

dalam mengkaji pondasi dasar ekonomi Indonesia. Lindblad yang meneliti perkembangan

ekonomi wilayah-wilayah di luar Jawa pada masa kolonial sebagai akibat munculnya

diversifikasi ekspor dan meningkatnya hubungan korelasi antara ekspor dan impor dan

penerapan wajib pajak berbagai pelabuhan. Jika pada awal abad ke-19 prioritas perekonomian

Pemerintah Hindia Belanda lebih banyak dipusatkan di Pulau Jawa melalui Sistem Tanam

Paksa, maka pada awal abad ke-20 lebih ditekankan pada diversifikasi komoditi ekspor. 5

Robert Cribb mengemukakan bahwa awal abad ke-20 sebagai babak baru munculnya respon

politik dan ekonomi untuk menuju negara Indonesia modern .6 Di pihak lain Andrian B.

Lapian dalam disertasinya tentang sejarah kawasan Laut Sulawesi abad ke-19 , menyatakan

kurun waktu itu sangat strategik untuk dipelajari karena keadaan sekarang banyak ditentukan

oleh perkembangan yang terjadi pada waktu itu . Pernyataan ini dipandang dari sudut kegiatan

perdagangan, patut diakui ketepatannya perluasan wilayah pemerintah Belanda yang meliputi

wilayah yang kini merupakan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memperoleh

bentuk ketika itu. Perluasan itu merupakan desakan dan tuntutan kepentingan politik dan

terutama ekonomi. Tambahan pula penataan perdagangan sekarang masih dapat dijajaki pada

bekas-bekas strategik ekonomi pemerintah Belanda untuk membangun Indonesia Timur

seperti masa jayanya Negara Indonesia Timur.

Batasan ini bermula ketika Kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan sudah ditempatkan

di bawah kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda. Batasan politik itu berimplikasi pada

5 J. Thomas Lindblad. The Contribution of Foreign Trade to Colonial State Formation in

Indonesia, 1900-1930 dalam buku Robert Cribb. ed. The Late Colonial State in Indonesia ;

Political and Economic Foundantions of the Netherlanda Indies 1880-1940 : Leiden:

KITLV Press. 1994. Hal. 95. 6 Robert Cribb, ed. The Late Colonial State in Indonesia; Political Economic Foundantions

of the Netherlands Indies 1880-11942. Leiden: KITLV Press. hal .4

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

munculnya perubahan dari berbagai kebijakan pada pelabuhan Makassar. Misalnya, tahun

1906 Makassar beralih posisinya dari pelabuhan bebas menjadi pelabuhan wajib pajak. Pada

periode itu pula posisi pelabuhan Makassar dikurangi sebagai pelabuhan bertolak bagi kapal-

kapal yang kemudian dipindahkan ke Surabaya dan Singapura.7 Hal itu dapat mengurangi

wilayah pemasaran komoditi ekspor dari pelabuhan Makassar. Pada tahun 1918 menjadi

pelabuhan entrepot untuk Timur Besar, 1922 terjadi desentralisasi pelabuhan Makassar, 1927

ditetapkan sebagai salah satunya pelabuhan ekspor kopra untuk wilayah Timur Besar, 1931

Makassar ditetapkan sebagai pelabuhan Negara. Dari berbagai kebijakan tentang pelabuhan

Makassar di atas berimplikasi pada munculnya fluktuasi ekspor impor di Makassar. Bahkan

kebijakan itu berimplikasi masalah-masalah potitik seperti munculnya keresahan - keresahan

sosial, bahkan pergolakan. Misalnya saja ketika Makassar ditepkan sebagai pelabuhan wajib

pajak daerah-daerah pelabuhan yang di bawah kontrol pelabuhan Makassar menolak

penerapan wajib pajak. Hal itu juga mendorong munculnya konflik antara pelayaran rakyat dan

monopoli KPM dalam pelayaran dan perdagangan di tahun 1931. Batasan temporal terakhir

penelitian ini adalah tahun 1958 karena merupakan masa hancurnya perdagangan Makassar.

Kehancuran itu dipengaruhi oleh adanya pemindahan pusat Yayasan Kopra dari Makassar ke

Jakarta. Hal itu sangat beralasan karena 80 % ekpornya tergangtung dari kopra. Alasan-alasan

itu banyak berkaitan dengan nasionalisasi KPM, awal keterlibatan militer dalam perdagangan

dan munculnya berbagai pergolakan politik seperti Permesta dan DI.TII.

MASALAH PENELITIAN

Kajian tentang Pola Perdagangan pelayaran di Wilayah Indonesia bagian timur,

pada masaakhir Kolonial Belanda hingga kini belum banyak mendapat perhatian di kalangan

ilmuan Indonesia, meskipun disadari bahwa pola perdagangan dan pelayaran antar pulau

menjadi bagian yang penting bagi sebuah negara kepulauan. Kajian ini bertujuan untuk

menemukan model kebijakan ekonomi dalam pembangunan ekonomi kepulauan, yaitu

mengkaji secara khusus terintegrasinya pulau-pulau di Indonesia bagian timur, baik

hubungannya dengan Makassar maupun pasar dunia. Fokus kajiannya adalah ditujukan pada

7 Sebelum KPM beroperasi 18 Januari 1891 ada enam jalur pelayaran yang pusatnya

berkedudukan di pelabuhan Makassar yaitu tiga jalur di pusatkan di pelabuahan Surabaya dan

dua jalur dipusatkan di Singapura. Misalnya jalur Bantaeng Bulukumba, Selayar Sinjai,

Palopo Buton Kendari sebelumnya berpusat di Makassar pendah ke Surabaya; Jalur Surabaya,

Ambon, Banda, Buru, Bacan, Ternate Gorong talo, Menado /Kema , Amurang. Toli-Toli, Palu,

Pare-Pare sebelumnya berpusat ke Makassar beralih ke Singapura

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

Jaringan perdagangan komoditi dan berbagai kebijakan politik Perdagangan

dalammendunkung Makassar sebagai poros mritim dunia di masa kolonial

Kebijakan ini menjadikan Makassar sebagai pusat perdagangan di Wilayah Timur Besar8.

Ini mengandung arti bahwa penataan politik tidak cukup jika tidak diikuti oleh tindakan

ekonomi. Salah satu langkah kebijakan yang ditempuh adalah ditetapkannya Makassar

sebagai salah satunya pelabuhan ekspor di Wilayah Timur Besar. Kebijakan ini juga diikuti

pengembangan prasarana pelabuhan Makassar. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa

pelabuhan Makassar merupakan pintu depan untuk pelabuhan ekspor, di samping perannya

sebagai pusat perdagangan antar pulau di Wilayah Timur Besar.

Akibat berbagai kebijakan di atas perkembangan ekonomi daerah-daerah luar Jawa

semakin pesat. Pada tahun 1905 ekspor daerah-daerah luar Jawa berjumlah f.165.000.000.

Jumlah itu meningkat sampai f. 280.000.000 pada tahun 1925 dan menjadi f. 495.000.000

pada tahun 19409. Kenaikan yang pesat ini menunjukkan bahwa sumbangan daerah luar

Jawa terhadap ekspor Hindia Belanda cukup besar, yaitu dari 29 % tahun 1905 menjadi 54

% pada tahun 1925 dan lalu menjadi 60 % pada tahun 194010.

Untuk mendukung perdagangan antar pulau sejumlah pelabuhan di luar Makassar

menampung komuditi ekspor yang kemudian sewaktu-waktu dikapalkan untuk diekspor

melalui pelabuhan Makassar. Pelabuhan-pelabuhan itu merupakan pelabuhan penyangga (

provider) seperti Menado, Donggala, , Selayar, Ternate, Ambon; Majene , Timor, Bali,

Balikpapan, Pare-Pare dan Palime. Tujuannya adalah untuk menampung komuditi hasil-hasil

ekspor seperti kopra, rotan dan kopi.

2. Kekuasaan Timur Besar ( Groote Oost) selama masa kolonial meliputi wilayah:

Sulawesi Selatan dan Tenggara, Minahasa, Sangihe Talaud, Sulawesi Tengah, Bali,

Lombok, Sumbawa, Flores, Timor Barat dan Kepulauan, Maluku Utara dan Maluku

Selatan. Untuk lebih jelasnya lihat Arsip Negara Indonesia Timur, Reg.195.

9 Allen, Sievers. The Mystical World of Indonesia - Culture and Economic Development

in Conflict,

Baltimore and Londong : John Hopkins of university Press. 1987. hal .138-139.

10 A. H. P. Clemens & J.T.H. Lindblad, Het Belang van de Buitengewesten-

Economische Expansie

en Koloniale Staatvorming in de Buitengewesten van Nederlands-Indie, 1870-1942.

Amsterdam:

NEHA, 1989 . hal 10.

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

Jika pada awal abad ke-19 prioritas perekonomian Pemerintah Hindia Belanda lebih

banyak dipusatkan di Pulau Jawa melalui Sistem Tanam Paksa, maka pada awal abad ke-20

lebih ditekankan pada diversifikasi komoditi ekspor. 11 Robert Cribb mengemukakan bahwa

awal abad ke-20 sebagai babak baru munculnya respon politik dan ekonomi untuk menuju

negara Indonesia modern .12 Di pihak lain Andrian B. Lapian dalam disertasinya tentang

sejarah kawasan Laut Sulawesi abad ke-19 , menyatakan kurun waktu itu sangat strategik

untuk dipelajari karena keadaan sekarang banyak ditentukan oleh perkembangan yang terjadi

pada waktu itu . Pernyataan ini dipandang dari sudut kegiatan perdagangan, patut diakui

ketepatannya perluasan wilayah pemerintah Belanda yang meliputi wilayah yang kini

merupakan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memperoleh bentuk ketika itu.

Perluasan itu merupakan desakan dan tuntutan kepentingan politik dan terutama ekonomi.

Tambahan pula penataan perdagangan sekarang masih dapat dijajaki pada bekas-bekas

strategik ekonomi pemerintah Belanda untuk membangun Indonesia Timur seperti masa

jayanya Negara Indonesia Timur.

Sampai sekitar akhir perempatan abad ke-19, pusat kekuatan ekonomi Hindia Belanda

masih berpusat di Pulau Jawa melalui Sistem Tanam Paksa. Namun dapat dianggap berhasil

karena membawa kemajuan ekonomi Nederland. Ketika pelaksanaan Tanampaksa (1849-

1870) wilayah-wilayah di luar Jawa dapat dianggap kurang mendorong bagi peningkatan

pendapatan Hindia Belanda. Itulah sebabnya sejak awal abad ke-20 Kebijakan Etis dapat

dianggap sebagai langkah terobosan baru untuk memacu pertumbuhan ekonomi melalui

ekspansi perluasan wilayah-wilayah di luar Jawa melalui munculnya usaha perkebunan. Usaha

itu diwujudkan melalui diversivikasi ekspor. Kebijakan itu diharapkan dapat memacu

terintegrasinya perdagangan antar pulau. 13

11 J. Thomas Lindblad. The Contribution of Foreign Trade to Colonial State Formation in

Indonesia, 1900-1930 dalam buku Robert Cribb. ed. The Late Colonial State in Indonesia ;

Political and Economic Foundantions of the Netherlanda Indies 1880-1940 : Leiden:

KITLV Press. 1994. Hal. 95. 12 Robert Cribb, ed. The Late Colonial State in Indonesia; Political Economic Foundantions

of the Netherlands Indies 1880-11942. Leiden: KITLV Press. hal .4 13 A.H.P. Clemens en J.T.H. Lindblad, Het Belang Van De Buitengewesten:

Economische Expansie en Koloniale Staatsvorming in the Buitengewesten van

Nederlands-Indie,1870-1942. Neha Amsterdam 1989. hal. 2-22. Lihat pula, H.W. Dick, The

Emergence of a National economy 1808-1990s dalam J.Th. Lindblad,ed. New Challenges

in the Modern Economic History of Indoneisa, Programme of Indonesian Studies, Leiden

1993, hal. 21-25. J. TH. Lindblad, ed, Historical Foundations of a National Economy in

Indonesia 1890s-1990s. Royal Netherlands Academy of Arts and Sciences: Amsterdam

1994, hal .39-43

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

Dalam memacu perdagangan dan pelayaran berbagai langkah yang ditempuh seperti

perluasan prasarana pelabuhan yang diikuti dengan berbagai kebijakan perdagangan.

Kebijakan itu bertujuan untuk membangkitkan perdagangan antar pulau. Itulah sebabanya

ekspor-impor terus meningkat. Misalnya saja, dalam tahun 1905 ekspor daerah-daerah luar

Jawa berjumlah f.165.000.000. Jumlah itu meningkat sampai f. 280.000.000 pada tahun

1925 dan menjadi f. 495.000.000 pada tahun 194014. Kenaikan yang pesat ini menunjukkan

bahwa daerah luar Jawa bukan lagi peri-perial atau pelengkap perekonomian Hindia Belanda.

Ini tampak bahwa sumbangan daerah luar Jawa terhadap ekspor Hindia Belanda cukup besar,

yaitu dari 29 % tasn 1905 menjadi 54 % pada tahun 1925 dan lalu menjadi 60 % pada tahun

194015.

Meningkatnya ekspor daerah-daerah di luar Jawa menunjukkan bahwa kontribusi

peranan ekonomi wilayah-wilayah di luar Jawa semakin meningkat Dalam tahun 1920-an.

Sebagai contoh ekspor-kopra dari Wilayah Timur Besar melalui pelabuhan Makassar terus

meningkat, bahkan wilayah itu dapat mengangkat posisi Hindia Belanda sebagai penghasil

kopra terbesar dunia. Selama kurun waktu 1909-1950 produksi kopra Hindia Belanda rata-rata

menghasilkan setiap tahunnya berjumlah 103.000 ton.16. Dengan jumlah ini Indonesia

merupakan pemasok kopra terbesar dengan jumlah 26 % dari kebutuhan pasar kopra dunia.

Pada tahun 1946 posisi pelabuhan Makassar ditata kembali yaitu sejalan dengan situasi

politik Negara Indonesia Timur yang menetapkan kembali Makassar sebagai pusat pelabuhan

Negara Indonesia Timur. Pada masa itulah Makassar kembali mencapai sukses

kegemilangannya di bidang perdagangan Kegemilangan Makassar dalam perdagangan

tampaknya juga berkaitan semakin membaiknya perdagangan antara pulau. Itulah sebabnya

membuat Makassar semakin penting untuk mengundang masuknya kapal-kapal asing di

pelabuhan Makassar. Dorongan masuknya kapal-kapal asing itu disebabkan oleh itu

munculya kopra sebagai komuditas utama bagi pelabuhan Makassar , di samping kopi dan

rotan. Munculnya diversifikasi ekspor itu juga didorong oleh munclnya Makassar sebagai

satu- satunya pelabuhan ekspor di wilayah Timur Besar pada tahun 192717

14 Allen, Sievers. The Mystical World of Indonesia - Culture and Economic

Development in Conflict, Baltimore and Londong : John Hopkins of university Press.

1987. hal .138-139.

15 A. H. P. Clemens & J.T.H. Lindblad, Het Belang van de Buitengewesten-

Economische Expansie en Koloniale Staatvorming in de Buitengewesten van

Nederlands-Indie, 1870-1942. Amsterdam: NEHA, 1989 . hal 10. 16. Dokumentasi dan Penerangan Kementerian Warta Berita Ekonomi Indonesia Timur.

Economische

Berichten Oost Indonesie. 1949, hal. 4 17 Kekuasaan Timur Besar ( Groote Oost) selama masa kolonial meliputi wilayah: Sulawesi

Selatan dan Tenggara, Minahasa, Sangihe Talaud, Sulawesi Tengah, Bali, Lombok, Sumbawa,

Flores, Timor Barat dan Kepulauan, Maluku Utara dan Maluku Selatan. Untuk lebih jelasnya

lihat Arsip Negara Indonesia Timur, Reg.195.

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

Selama kurang lebih “delapan dasawarsa” ekonomi Makassar banyak tergantung

dari kopra (“emas hijau”) 17. Bagaimanapun penduduk Indonesia Timur, khususnya Sulawesi

Selatan, kopra telah menjadi komoditi dagang yang penting , sejak tahun 1880-an yaitu, ketika

bangsa-bangsa Eropa menggunakan kopra sebagai bahan dasar yang penting dalam pembuatan

sabun dan mentega. Dari jumlah ekspor kopra Indonesia Timur 17, 60 persen pendapatan

daerah tergantung dari kopra dan sekitar 70 % di antaranya diekspor melalui pelabuhan

Makassar. 17 Karena itu bukannya tidak beralasan jika J.C. Westermann dan W.C. Houck

mengatakan bahwa pada dekade kedua abad ke-20 Makassar tampil sebagai kekuatan

perdagangan di Asia Pasifik, bahkan pada fase tersebut Makassar dapat menyaingi kembali

Singapura sebagai kota dagang karena menghasilkan kopra 17.

PRODUKSI KOPRA DI INDIA BELANDA

Di sejumlah daerah di luar Makassar, kopra juga mempunyai arti penting sebagai

komoditi ekspor bagi penduduknya. Di Pulau Toedjoeh Riau pada tahun 1908, sekitar 24 ribu

orang mata pencahariannya tergantung dari kopra. Pada umumnya kopra didominasi oleh

para keluarga bangsawan. Beberapa keluaraga bangsawan memiliki pohon kelapa hingga

mencapai 20 ribu pohon. Itulah sebabnya para bangsawan di Pulau itu, mendatangkan buruh

dari Singapura untuk bekerja di kebun mereka. Untuk membatasi lonjakan buruh masuk ke

Pulau Toedjoeh, maka Pemerintah Belanda menerapkan biaya imigrasi tinggi yaitu sekitar

f 25 setiap orang. Para buruh memperoleh upah dari bangsawan atas bantuan kredit dari

para pedagang Cina di Singapura. Dalam tahun 1919 ekspor kopra dari Pulau Toedjoeh

mencapai 12.283 ton dengan nilai f. 3,8 juta. Dari ek Di Hindia Belanda sesungguhnya

ekspor kopra paling tinggi diduduki oleh Makassar, melebihi kapasitas Menado, Burneo Barat

dan Sumatra Barat. Dalam tahun 1896 jumlah ekspor kopra di keempat wilayah itu masing-

masing adalah: Makassar 8,76 ton dengan nilai f.983.820, Kalimantan Barat 6,28 ton dengan

nilai f 756.800, Menado 6 ton dengan nilai f.607.000 dan Sumatra Barat 5.7 ton dengan nilai

f.539.000 17

Sejak tahun 1880-an permintaan minyak masak di Eropa meningkat tajam. Banyak

perusahaan minyak mencari alat masak baru seperti minyak kopra yang mengandung lemak

tinggi 17. Mentega yang semula banyak memakai lemak dari hewani direproduksi kembali

agar lebih banyak memakai lemak yang terbuat dari nabati. Itulah sebabnya dalam dekade

awal abad ke-20 para negara imperialis menekankan pada pentingnya kopra dalam mengatasi

kekurangan bahan-bahan dasar munculnya pabrik industri mentega dan sabun di negara-

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

negara Eopa dan Amerika. Pemakaian mentega semakin meningkat , mentega telah menjadi

makanan ekslusif bagi negara-negara industri. Selain itu, kopra juga digunakan dalam

pembutan sabun. Sabun pemakaiannya meningkat karena sebagai bahan dasar dalam

pembuatan bom dalam menghadapi Perang Dunia Pertama17. Sejak itulah kopra terus

meningkat di wilayah-wilayah jajahan negara tropis, termasuk Hindia Belanda 17

Ketika harga kopra mencapai puncaknya di pasaran dunia pada tahun 1920, jumlah

ekspor kopra Makassar mencapai 50. 792 ton dengan nilai f.13.713.840. Menado berada pada

posisi kedua, yaitu 46,250 ton dengan nilai f.12.487.500 Kalimantan barat 39,722 ton dengan

nilai f 10.724.940 dan Sumatra Barat 19,234 ton dengan nilai f 5.192.91017 Secara

keseluruhan nilai ekspor kopra dari empat wilayah tersebut mencapai f.42.119.190 di luar

Jawa dan Madura.

Dalam tahun 1920 nilai ekspor kopra Hindia Belanda mencapai f.58.272.000. Itu

berarti nilai ekspor kopra berada pada peringkat ketiga setelah gula dan karet. Komoditi lain

yang juga memberikan andil nilai ekspor Hindia Belanda berturut-turut adalah lada sejumlah

f. 49 juta , ketela tapioka f. 21 juta , rami f. 21 juta, kapok f.16 juta , minyak kelapa sawit f.

13 juta, Jagung f.12 juta, kina f. 10 juta, damar dan rotan f 10 juta dan minyak serai f 3 juta.

17

Bila dibandingkan dengan lima negara-negara pengekspor kopra terbanyak dunia

maka Hindia Belanda berada pada peringkat pertama, kemudian berturut-turut diikuti oleh

Filipina, Malaya Inggeris dan Ceylon.. Sebelum Perang Dunia Pertama antara tahun

1909-1913 jumlah ekspor Hindia Belanda mencapai 2,38 juta ton, disusul berturut-turut

Filipina 1,30 juta ton, Malaya Inggeris 0,72 dan Ceylon 0,42 ton. Selanjutnya antara tahun

1924-1928, ketika kopra di pasaran dunia membaik negara-negara tersebut jumlah ekspor

kopranya naik, Hindia Belanda tetap menduduki posisi tertinggi yaitu 3,64 juta ton,

kemudian berturut-turut disusul Filipina 1,82 juta ton, Malaya Inggeris 1,67 dan Ceylon

1,06 ton

Usaha pemerintah Belanda untuk membangun Makassar sebagai kota Industri di Asia

Pasifik pada fase kedua abad ke 20, tampaknya bukan hanya dilatari oleh kepentingan ekonomi

semata, tetapi lebih bersifat politis global, yaitu munculnya persaingan ekonomi antara

pemerintah Hindia Belanda dengan Pemerintah Inggris untuk menanamkan pengaruhnya di

Hindia Timur. Hal itu ditunjukkan ketika Makassar ditetapkan sebagai pelabuhan bebas tahun

1847. Awal pertarungan kedua bangsa kulit putih itu tanpaknya tidak cukup hanya masalah

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

kebijakan penataan pelabuhan di daerah jajahan masing-masing, tetapi juga sampai pada

dibangunnya industri di Makassar yang bertujuan mengimbangi Singapura. Dalam

mengimbangi Singapura Pemerintah Belanda tidak hanya membangun Makassar sebagai

pelabuhan niaga seperti telah diuraikan di atas, tetapi juga dibangun industri Oliefabrieken

Insulinde Makassar. Memelalui kebijakan tersebut Pemerintah Belanda berharap agar

Singapura tergantung pada Makassar khususnya industri minyak kelapa. Kopra dari Indonesia

Timur cukup diolah di Makassar kemudian dikirim secara langsung ke Eropa dan Amerika

tanpa melalui Singapura.

Oliefabrieken Insulinde Makassar (OFI. Makassar) adalah perusahaan minyak Hindia

Belanda yang beroperasi di Makassar. OFI. Makassar didirikan pada tahun 1913 dan merupakan

bagian dari beberapa perusahaan minyak yang telah dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda.

Oliefabrieken Insulinde adalah perusahaan industri yang cukup diperhiungkan di Hindia

Belanda sebelum Perang Dunia Pertama.17 Secara keseluruhan di Hindia Belanda telah berdiri

Oliefabrieken Insulinde seperti Oliefabrieken Insulinde Kediri, Sontono, Blitar ,Tulung Agung,

Banyuangi, Kebumen, Rangkas Bitung, Bandung, Padang dan Makassar.17 Setiap tahun

Oliefabrieken Insulinde tersebut secara teratur mengekspor minyak kelapa ke luar negeri.,

misalnya dalam tahun 1924 jumlah ekspor minyak kelapa ke Eropa sekitar 7.96 juta liter,

tahun 1925 menjadi 10,93 juta liter dan pada tahun 1928 meningkat menjadi 36.66 juta.

liter, dan tahun 1930 turun menjadi 16.01 juta liter (grafik)

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

Perkembangan Ekspor Minyak Kelapa Periode Tahun 1924 -1930

Sumber: Amsterdam, Gemeentearchief, Oliefabrieken Insulinde Makassar No.Inv.

590. Lihat pula R,N.J Kamerling. De N.V. Olifabrieken Insulinde in Nederlands-

Indie,Uitgeverij T. Wever B.V. Franeker. 1982. hal, 65-71. lihat juga Mededeeling van het

Centraal Kantoor voorde Statistiek, Afdeelingen Landbouw en Handelsstatistiek, dalam

Economisch Weekblad 14 April 1933, hal, 1700

Grafik di atas menunjukkan ekspor minyak kelapa Hindia Belanda lebih banyak berasal

dari Pulau Jawa. Hal itu disebabkan karena pulau Jawa lebih diprioritaskan untuk mengekspor

minyak. Sedangkan luar Jawa lebih banyak mengespor dalam bentuk kopra. Ekspor minyak

kelapa tidak selamanya meningkat, seperti halnya pada tahun 1927 yang kemudian terus

berlanjut sampai pada tahun 1929 dan tahun 1930 . Menurunnya ekspor minyak pada tahun 1927

lebih disebabkan oleh kurangnya permintaan minyak di pasaran Eropa akibat cadangan minyak

tahun sebelumnya belum habis. Para industri pabrik mentega sebagai pasokan pemakaian minyak

kelapa menurun karena stock produksi pada tahun sebelumnya masih cukup. Lain halnya

penurunan yang terjadi pada tahun 1929 dan 1930 lebih disebabkan karena depresi ekonomi,

yang berdampak pada menurunnya permintaan minyak kelapa.

Meskipun pada umumnya minyak kelapa Hindia Belanda berasal dari Pulau Jawa, bukan

berarti daerah-daerah luar Jawa tidak menghasilkan minyak kelapa. OFI. Makassar dalam

tahun 1915 telah mengeskpor minyak kelapa ke Amerika sebanyak 280 ribu liter. Ekspor

minyak kelapa Makassar ke Amerika sebagai berikut

1924 1925 1926 1927 1928 1929 1930

Hindia Belanda 7.96 10.4 16.56 9.67 36.66 34.44 16.1

Jawa & Madura 7.93 10.93 16.5 9.65 36.62 34.43 16.03

Luar Jawa 0.03 0.01 0.06 0.02 0.04 0.01 0.07

05

10152025303540

Vo

lum

e (

jt l

iter)

Tahun

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

Dari tiga jenis ekspor di atas menunjukkan bahwa kopra merupakan komuditas utama

dalam perdagangan antar pulau yang selanjutnya untuk di ekspor melalui pelabuhan Makassar,

di samping rotan dan kopi. Ketiga jenis komoditas ekspor itu menduduki posisi yang

dominann. Jumlah komuditi belum termasuk dari wilayah Sulawesi Selatan seperti kopi

Bunging dari Toraja, rotan di kaki pegunungan Latimojong dan Bawakaraeng,kopra dari dari

Majene, Palopo, Bulukumba, Sinjai dan Selayar. Mengenai Jumlah ekspor kopra

Dalam menganalisis kopra sebagai komoditas dagang yang penting, maka peranan

eksportir, perantara dan petani kelapa harus dilihat secara utuh. Namun bila kita menjelaskan

Ekspor Minyak Kelapa Makassar ke Amerika

Pada Tahun 1915-1924

Sumber: NAD, NHM Makassar tahun 1915-1924. No, Inv.5112. Lihat Juga

Rapporten WGH. Ensenrin De Administrateur OFI. Makassar 1924, No. Inv. 590

Grafik di atas menunjukkan ekspor minyak kelapa dari Makassar ke Amerika selama

tiga tahun terus meningkat ( 1915-1917) kecuali pada tahun 1918. Menurunnya ekspor minyak

kelapa Makassar pada tahun 1918 lebih disebabkan oleh adanya gangguan perang yang

berdampak pada semakin sulitnya pengapalan. Penurunan yang terus terjadi tahun 1921 hingga

pada tahun 1924 lebih disebabkan karena mesin-mesin OFI Makassar kurang produktif lagi.

Hal itu disebabkan karena mesin–mesinnya sudah tua, selain itu tingkat komsumsi lokal terus

bertambah, sehingga konsentrasi ekspor semakin berkurang.

1915 1916 1917 1918 1919 1920 1921 1922 1923 1924

M.KELAPA 280, 560, 570, 190, 270, 337, 187, 163, 140, 135,

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

Vo

lum

e (

dala

m r

ibu

an

lit

er)

Tahun

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

mengapa kopra mampu menembus pasaran dunia maka pelaku ekonominya lebih banyak

diperankan oleh pihak eksportir. Pada tingkat perdagangan kopra lebih banyak didominasi

oleh pedagang-pedagang Cina sebagai perantara dan orang Eropa bertindak sebagai eksportir

, sebaliknya petani kelapa sebagai produsen. Kelompok pedagang Cina lebih senang

bertindak sebagai agen-agen sekaligus sebagai pemasok barang impor. Namun golongan

pribumi yang mempunyai modal banyak membuka juga gudang-gudang dekat pelabuhan dan

mengapalkan melalui kapal sendiri ke pelabuhan Makassar. Di samping itu mereka membeli

barang dengan rupa-rupa barang kebutuhan sehari-hari. Kehidupan ekonomi pada tingkat ini

juga terdapat bangsa Arab yang tinggal di Makassar, namun perbedaannya pada umumnya

kelompok bumiputra banyak memiliki perahu sendiri. Meskipun pada umumnya golongan

bumiputra sedikit memperoleh kesempatan ekonomi, tetapi ada perkecualian dan beberapa

bumiputra menduduki kelas menengah. Pada umumnya garis ekonomi mereka memang tidak

sebaik dengan golongan Cina dan Eropa.18

Tumbuh dan berkembangnya pengusaha Cina di Makassar diuntungkan karena para

eksportir Eropa lebih gampang berhubungan dengan pedagang Cina sebagai pedagang

perantara. Namun pada masa munculnya pertanian kelapa rakyat sebagai komoditi ekspor

yang utama pedagang-pedagang Cina menguasai aktivitas ekonomi Makassar. Hal itu

ditunjukkan pada penguasaan modal usaha seperti grafik dibawah ini

18 M.R. Fernando, David Bulbeck Chinese Ecenomic Activity in Nederlands Indie Selected

Translation From the Ducth ( Institute of Southeast Asian Studies Singapura) 1992, hal 202-

203

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

Perkembangan Kepemilikan Modal Usaha di Makassar

Pada Tahun 1817-1948

Sumber : ANRI. Arsip Makassar No.354 1846; Algemeen,1869 . Memorie van Overgave 1937-

1941. Laporan Perdagangan NIT.1949

Grafik di atas menunjukkan bahwa sejak pertengahan abad ke-19 kekuatan ekonomi

Cina di Makassar semakin kuat bahkan menggeser peran kekuatan ekonomi pribumi pada

urutan kedua. Pedagang Cina di Makassar secara umum dapat dipandang sebagai golongan

menengah. Mereka pada umumnya menjadi pedagang perantara antara pihak eksportir

dengan perekonomian tradisonal, dan mengendalikan arus masuknya barang impor sampai

ke pelosok pedalaman Sulawesi Selatan. Sebagai contoh sejak pertengahan abad ke 19

pedagang-pedagang Cina sudah menguasai ekonomi Makassar khususnya kopra di Selayar

atas nama surat kuasa dari residen Makassar. 19

Peran golongan Cina yang berkembang terus pada masa kolonial membuat mereka

pada pasca kemerdekaan banyak menguasai kanton-kanton kekuatan ekonomi seperti

membuka pabrik beras, membuka pabrik minyak, monopoli pembelian kopra di pedalaman

Bugis atas dukungan pemerintah kolonial. Sebelum Perang Dunia Kedua di Makassar

19Christiaan Heersink Op-Cit. Hal. 129.: M. R Fernando Op-Cit, hal 241-243.

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

1817 1867 1907 1925 1932 1935 1939 1940 1948

Mo

dal U

sah

a d

ala

m G

uld

en

Tahun

Pribumi Cina Suku yang lain

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

terdapat 16 perkumpulan Cina antara lain : Tiong Ang Tong/Lok Siang Sia, Shiong Tih Hui,

Exelsion/Nam Hwa Federatie, Hwa Kiao Im Gak Hwee, Paotere, Tabaringen, Chung Hwa,

Tjiong Boe Hwee, Chie Mei hwee.20

Sikap politik Cina di Makassar selama tahun 1920-an memperlihatkan ambivalensi

yang sulit ditebak. Meskipun beberapa kelompok Cina yang muncul di Makassar sejak

semula telah memberikan dukungan terhadap Republik, tetapi kebanyakan mereka lebih

cenderung berorientasi kedalam arti untuk mempertahankan ekonomi Cina itu sendiri.

Ketidak jelasan sikap politik masyarakat Cina pada awal revolusi menyebabkan kelompok

Republik di Makassar menuduhnya sebagai kaki tangan NICA. Menurut Jochen Ropke

sebelum tahun 1940 jumlah penduduk asing yang menguasai produk domestik tidak lebih

dari 30%, kemudian di tahun 1960 an naik meningkat 50% hingga mencapai 70% pada tahun

1980 an.21 Dari presentase itu sekitar 70 % modal usaha nasional dikuasai oleh para pedagang

besar yang umumnya adalah pedagang Cina..22

Daftar Pustakaan:

Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) Kode 2.20.58.01. Inventarisa‘tie, no. 1-

44; 57-89.

Memorie van Overgave van Gouverneur Celebes en Onderhoorigheden oleh

Koereman, 1883

Memorie van Overgave van Gouverneur Celebes en Onderhoorigheden, oleh Swart,

1908

Memorie van Overgave van Gouverneur Celebes en Onderhoorigheden, oleh

F.C.Vorstman,1924

Memorie van Overgave van Gouverneur Celebes en Onderhoorigheden, oleh Couvreur,

1929

Memorie van Overgave van Gouverneur Celebes en Onderhoorigheden, Beterhoven

de Haan 1932

Memorie van Overgave van Gouverneur Celebes en Onderhoorigheden, oleh Dimonti,

1936

Memorie van Overgave van Gouverneur Celebes en Onderhoorigheden, oleh

Nooteboom, 1937

Memorie van Overgave van Gouverneur Celebes en Onderhoorigheden, oleh Chabot,

1950.

Nederlandsche Handel- Maatschappij (NHM). Kode 2.20.01 Inventarisa‘tie, no. 5111-

5114.

I. Gemeentearchief Amsterdam di Amsterdam:

20 NAD, NHM Makassar Tahun 1949. No. 5113 21 Pemberitaan Indonesia Times. 1 November 1977. hal.1. 22 Jochen Ropke. Kebebasan yang Terhambat Perkembangan Ekonomi dan Prilaku

Kegiatan Usaha di Indonesia ( Jakarta. PT. Gramedia 1988) hal. 212.

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

Berekening van de Afschryving of Debituren Oliefabrieken Makassar Inventarisa‘tie no.

561.

Bergrooting der kosten van ontginning eener Klapper onderneming op een perceel Woeste

groden groot Inventarisa‘tie no. 531

De Vertegentwoordinger de Oliefabriken Insulinde. Copra Export Celebes 5 Juni, 1918

Gewisselde Telegrammen Tusschen Bandoeng en Makassar van af 16 tot 22 dezer.

Inventarisa‘tie no. 533.

III. Archief Ministerie Buitenlandse Zaken Den-Haag

Agreement Netherlands East Indies Goverments the Commodity Credit Coorporation and

Official Embassy of the United States of America, January 1947. Inventarisa‘tie

no.1992

Memorandum no.25 dd.12 Juli 1952 inzake “Minister President der “RMS” Wairisal

Inventarisa‘tie no.2015

Ontwerptelegram van Minister van Boetzelaeraan Veldmaarschalk Smuts Inventarisa‘tie

no.1992

Rapporten De Ambassadeur W.G.A. Louden 17 Maart 1947 Copra Uitvoer uit

Nederlandsch Indie. Inventarisa‘tie no.1992

Rapporten Mr. J.G. Kist. Zeeroverij in de Celebes Zee. Inventarisasi no.6306

Rapporten Dr.J. Cator, Copra Smokkel van Overste Warouw en Majoor Worang

Inventarisa‘tie no.2024

Rechtsgeding van de “RMS” Betreffende partij Copra te Sorong Inventarisa‘tie no.2015

Reisrapport heer Crawford 12 maret 1947. Inventarisa‘tie no.1992

Het Hulpkantoor te Palopo tot een zelfstandigkantoor te Verheven en het Tolkantoor

te Malili terug te brengen tot een Hulpkantoor van het op te richten, Besluit

No.29 , 3 Februari, 1913

Het Verslag van den Directeur den Burgerlijke Openbare Werken van 24 Desember

1923 Besluit 24 Desember 1923.

In-En Uitvoerrechten en Accijhzen Celebes Onderhoorigheden Opheffing van Het

Tolkantoor te Boenta Besluit 21 April 1921 No. 44.

Inlijving van het Landschap Gowa bij het Rechtstreeks Bestuurd Gebied en daarmede

Verband Houdende Voorzieningen Besluit No. 38 . 3 November 1910

Instructie voor den Hoofdinspecteur van Scheepvaart, Vastgesteld bij het besluit van

12 Maart 1912 no.19 te bepalen dat de verlichting van het haventerrein te

Makassar.Besluit No.5 27 Januari 1910

Inventaris van Het Archief van de Algemeen Secretarie en Het Kabinet van de Governeur

Generaal 1944-1950 Het Openbaar Archief M.G.H.A. de Graaff; A.M.

Tempelaars , Verklaring Ingevoerde copra-belasting Negara Oost Indonesia,

Makassar, 1947

Inventaris van Het Archief van de Algemene Secretarie en Het Kabinet van de Governeur

Generaal 1944-1950 Het Openbaar Archief M.G.H.A. de Graaff; A.M.

Tempelaars , Departement van Financien van Heffing Belasting van Copra

Door Oost Indonesie, Batavia 25 Maret, 1949

Inventaris van het Archief van de Algemeen Secretarie en het Kabinet van de Governeur

Generaal 1944-1950 Het Openbaar Archief M.G.H.A. de Graaff; A.M.

Tempelaars, President van Oost Indonesie, Wet op de Coprabelasting,

Makassar 6 Juni , 1949

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

Inventaris van het Archief van de Algemeen Secretarie en het Kabinet van de Governeur

Generaal 1944-1950 Het Openbaar Archief M.G.H.A. de Graaff; A.M.

Tempelaars , Ministerie van Financien van Oost Indonesie, Wet op de

Coprabelasting, Batavia: 2 Juli, 1949

Inventaris van Het Archief van de Algemene Secretarie en Het Kabinet van de Governeur

General 1944-1950 Het Openbaar Archief M.G.H.A. de Graaff; A.M.

Tempelaars. Memorandum Copra Belasting Voor Zijne Excellentie de Hoge

Vertegenwoordiger van de Kroon voor Indonesie, Batavia, 13 Juli 1949

Inventaris van Het Archief van de Algemene Secretarie en Het Kabinet van de Governeur

General 1944-1950 Het Openbaar Archief M.G.H.A. de Graaff; A.M.

Tempelaars; Financieel Economische Raad 28 Desember, 1948

Sumber-Sumber Arsip Yang Diterbitkan:

Karangan Buku

Asba, A Rasyid , Kopra Makassar: Perebutan Antara Pusat dan Daerah, Kajian Sejarah

Ekonomi Politik Regional di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor 2007

_________, Katalog Sejarah Lisan Jepang Sulawesi Selatan. Jepan: Tokyo University Of

Foreign Studies . 2007

Abdul Qahhar Mudzakkar 1960 ” Presepsi Demokrasi Indonesia” Tanpa Penerbit.

Clemens, A.H.P & Lindblad J.Th.

1989 Het Belang van de Buitengewesten Economische Expansie en Koloniale

Staatsvorming in de Buitengewesten van Nederlands Indie. 1870-1942,

Amsterdam: Neha.

Cornelius

1973 “Tropical Science, Tropical Products Institute”, London: Vol.15 No. 1

1966 The Natural History of Palms, ( London: Weidenfeld & Nicolson

Creutzberg, P.

1979 Expenditure on Fixed Assest ( Changing Economy in Indonesia,vol.3). The Hague:

Nijhoff, 1979

Creutzberg, Pieter dan J.T.M. Van Laanen

1987 Sejarah Statistik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Daeng Malewa, Nadjamoedin

1947 ”Politik Manifest Kabinet Nadjamoedin”, Pidato Pada Sidang Pertama Parlement

Indonesia Timur

1975 “Perahu Shipping in Eastern Indonesia”. Bulletin of Indonesian Economic Studies

23,1 104-121

Djojohadikusumo, Sumitro

1994 Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Ekonomi

Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES. 1994 Cet. Kedua.

Dol, J.

1949 “ Copra en Coprafonds in Oost –Indonesie” Landbouw 21.85-102.

Furnivaal, J.S.

1939 Nederlands India: A Study of Plural Economy. Canbridge: Cambridge University

Press.

G. Alting Du Cloux .

Gegevens Export Copra en Pamolie

1937 Gegevens Betreffende den Nederlandsch Indischen export van Copra en Palmolie.,

( Departement van Economische Zaken)

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 24891... · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN …2017-07-27 · KOMODITAS UNGGULAN REGEONAL DALAM PEMBENTUKAN

Harvey , Barbara Sillars

1984, Permesta, Pemberontakan Setengah Hati Jakarta: Grafiti Prees.

Heersink, Christiaan.G

1995, “The Green Gold of Selayar A Socio Economic History of an Indonesia

Coconut Island C. 1600 –1950: Perspectives from a Periphery” Academisch

Proefschrift ter Verkrijging van de Graad van Doctor Aan de Vrije Universiteit

te Amsterdam.

Higgins, Benyamin. 1957 Indonesia’s Economic Stabilization and Development New York:

Institute of Pacific Relation

Hunger, F.W.T.

1916 “ Cocos Nucifera: Handboek voor de Kennis van den Cococs Palm in

Nederlandsch-Indie, Zijn Geschiedenis, Beschrijving, Cultuur, en Producten,

Amsterdam: Scheltema & Hlpkema’ s Boekhandel.

-----------1938 “De Paruw in De Wetgeving en In Het Adatrecht” dalam Koloniale Studien.

John O. Sutter.

1959. “Indonesianisasi Politics a Changing Economy, 1940-1950 Volume II.

The Indonesian Economi During The Revolution” Department of Far Eastrn

Stdies Cornell University, Itaca New York Jilid.II

Kahin, Audrey R

1990, Pergolakan Daerah pada awal Kemerdekaan. Jakarta: Grafiti.

Kahin, George Mc.Turnan

1995, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik Nasionalisme dan Revolusi

Indonesia Jakarta: Universitas Sebelas Maret Press

Kamerling, R.N.J.

1982. De. N.V. Oliefabrieken Insulinde in Nederlands-Indie.Bedrijfsvoering in de verte,

(Franeker wever)

Kementrian Penerangan RI.

1953. Peringatan 125 Tahun Berdirinya De Javasche Bank 182-1953

Knaap,Gerrit J. Ed

1989. Changing Economy in Indonesia, Vol. 9 Transport 1819-1949. Amsterdam: Royal

Tropical Institute.

Leirissa. R.Z.

1991 PRRI Permesta Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis Jakarta: Grafiti .

1994. The Copracontracten “An Indication of Economic Development in Minahasa

During the Late Colonial Period” Koninklijke Nederlandsche Academie van

Wetenschappen , Amsterdam

Lindblad, J.Th

1989 “Economic Growth in the Outher Island, 19191940”, Holland:New Challenge

1989 Het Belang van de Buitengewesten: Economische Expansie en Koloniale

Staatsvorming in de Buitengewesten van Nederlands- Indie, 1870-1942.

Amsterdam: Neha

1993, New Challenges in the Modern Economic History of Indonesia. Leiden:

Programme of Indonesian Studies.

1996 Historical Foundations of a National Economy in Indonesia, 1890-1990,

Amsterdam : North Holland