94261301-Makalah-sengketa-internasional.docx
-
Upload
ilham-sipala -
Category
Documents
-
view
234 -
download
0
description
Transcript of 94261301-Makalah-sengketa-internasional.docx
![Page 1: 94261301-Makalah-sengketa-internasional.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082708/55cf9b5b550346d033a5c0c4/html5/thumbnails/1.jpg)
MAKALAH PKN
SENGKETA JEPANG TERHADAP RUSIA
DI SUSUN OLEH :
Adi Dimas P
Aditya Prakasa
Maulida Bintang N
M.Gandhi G
Wanda Mardhotillah
XI IPA-4
SMAN 1 MAJALENGKA
Jl. K.H. Abdul Halim nomor 113 45418
2011/2012
![Page 2: 94261301-Makalah-sengketa-internasional.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082708/55cf9b5b550346d033a5c0c4/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perjanjian Shimoda 1855 adalah perjanjian resmi pertama Rusia-Jepang mengenai
status Sakhalin dan Kepulauan Kuril. Pasal 2 Perjanjian Shimoda yang menjelaskan
perjanjian mengenai perbatasan, mencantumkan "Mulai sekarang, perbatasan kedua negara
ditetapkan terletak antara Pulau Etorofu dan Pulau Uruppu. Seluruh Pulau Etorofu merupakan
milik Jepang; dan Kepulauan Kuril, yang berada di utara dan termasuk di dalamnya Pulau
Uruppu merupakan milik Russia." Pulau-pulau seperti Kunashiri, Shikotan, dan Kepulauan
Habomai yang berada di selatan Etorofu tidak secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian,
dan dimengerti pada waktu itu sebagai wilayah teritorial Jepang yang tidak dalam sengketa.
Perjanjian Shimoda juga mencantumkan Pulau Sakhalin/Karafuto tidak untuk dibagi dua
melainkan berada di bawah pengawasan bersama Rusia-Jepang.
Pada perjanjian Rusia-Jepang yang berikutnya yakni Perjanjian Saint Petersburg
1875, Jepang setuju untuk menghentikan semua tuntutan atas Sakhalin, dengan imbalan
Rusia memberikan semua hak atas Kepulauan Kuril kepada Jepang.
Perang Rusia-Jepang 1904-1905 merupakan kekalahan militer bagi Rusia. Perjanjian
Portsmouth 1905 yang mengakhiri Perang Rusia-Jepang memberikan setengah Pulau
Sakhalin kepada Jepang.
Walaupun Jepang menduduki wilayah teritorial Timur Jauh Rusia dalam Perang
Saudara Rusia yang terjadi setelah Revolusi Oktober, Jepang tidak secara formal
menganeksasi wilayah-wilayah teritorial Rusia, dan Jepang menarik mundur pasukannya
pada pertengahan 1920-an.
Selanjutnya praktis tidak ada lagi permusuhan antara Uni Soviet dan Jepang antara
Pertempuran Khalkhin Gol yang mengakhiri Perang Perbatasan Soviet Jepang 1939 dan
Operasi Ofensif Strategis Manchuria pada 8 Agustus 1945. Setelah merebut Kepulauan Kuril
dalam Invasi Kepulauan Kuril yang terjadi antara 18 Agustus 1945 dan 3 September 1945,
dua tahun kemudian, Uni Soviet mengusir penduduk Jepang yang bermukim di Kepulauan
Kuril.
![Page 3: 94261301-Makalah-sengketa-internasional.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082708/55cf9b5b550346d033a5c0c4/html5/thumbnails/3.jpg)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi penyebab sengketa jepang terhadap rusia mengenai kepulauan
kuril ?
2. Bagaimana dampak bagi kedua negara tersebut ?
3. Apa solusi dari sengketa jepang terhadapa rusia mengenai kepulauan kuril ?
C. Tujuan
1. Ingin mengetahui latar belakang terjadinya persengketaan jepang dengan rusia.
2. Ingin mengetahui tentang dampak bagi kedua negara dari persengketaan tersebut.
3. Ingin mengetahui solusi untuk menyelesaikan persengketaan.
D. Metode Dan Teknik
Metode : dengan menggunakan deskriptiv analisis.
Teknik : memakai studi pustaka.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
![Page 4: 94261301-Makalah-sengketa-internasional.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082708/55cf9b5b550346d033a5c0c4/html5/thumbnails/4.jpg)
A. Hal-hal yang Menyebabkan Sengketa Internasional
1.Terorisme
Penyebab pertama sengketa internasional adalah terorisme. kita sendiri tahu,
terorisme sebagai hal yg ditakutkan tiap negara, karena bisa mengganggu stabilitas
keamanan negara tersebut, bahkan keamanan Internasional. Ambil contoh tragedi
World Trade Center di Amerika Serikat yg diserang kelompok teroris yg diduga
berasal dr Timur Tengah. Semenjak kejadian yg mengahantam harga diri Amerika
Serikat tersebut, Amerika dengan gencar mengincar kelompok teroris tersebut.
bahkan meyerukan kepada dunia kalau terorisme tersebut sangat berbahaya dan
menjadi musuh bersama sebagai penjahat Internasional.
2.Rezim yang berkuasa di suatu negara
Masalah yg disebabkan rezim pemimpin yg berkuasa dlm suatu negara, yg
memimpin terlalu lama tapi memberikan dampak buruk terhadap perkembangan
negara nya. Dan menyebabkan pemberontakan oleh rakyat nya sendiri agar mundur dr
rezim nya. Contoh paling hot adalah Rezim Hosni Mubarak di Mesir, juga hingga saat
ini yg belum terselesaikan, Rezim Mohammad Khadaffi di Libya, yg menjadi
Sengketa Internasional dan mulai diselesaikan oleh pihak ketiga, yaitu tentara koalisi
sekutu pimpinan Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, atas dasar resolusi PBB
3.budaya
Masalah ketiga yg jadi penyebab Sengketa Internasional adalah masalah
budaya. Ane ambil contoh dari masalah yg dialami negara tercinta kita Indonesia, atas
negara tetangga yg selalu bersitegang, M(alay)sia. Masalah dimulai akibat anggapan
sepihak dr pihak tetangga yg mengklaim beberapa budaya khas Indonesia, seperti
batik, reog ponorogo, makanan daerah, serta lagu daerah. Mungkin masih banyak lagi.
Yg paling hot masalah batik. Pihak Indonesia sampai melaporkan masalah ini ke PBB
yg mengurusi bagian budaya yaitu UNESCO, untuk menyelesaikan masalah ini. Dan
akhirnya, batim resmi adalah hak cipta dan milik Indonesia
4.wilayah teritorial
![Page 5: 94261301-Makalah-sengketa-internasional.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082708/55cf9b5b550346d033a5c0c4/html5/thumbnails/5.jpg)
Penyebab selanjutnya adalah disebabkan oleh Wilayah Teritorial. tak usah
dipungkiri, kita semua tahu, banyak konflik antar negara atau pun antar kelompok
dalam satu negara memperebutkan wilayah kekuasaan atau teritorial. contoh paling
mendunia adalah masalah perbatasan Korea, antara Korea Selatan dan Utara yg
akhirnya berpisah menjadi dua negara. Begitu juga di Veitnam, yg bahkan
menyebabkan pecahnya perang Vietnam. Begitu juga perebutan jalur Gaza oleh pihak
Israel dan Palestina.
5.Intervensi suatu negara yerhadap kedaulatan negara lain
Masalah ini ane anggap sebagai ulah "jahil" atau ulah "iseng" suatu negara yg
ingin mengusik kedaulatan suatu negara. yg biasanya didasarkan kepentingan tertentu.
ambil contoh Intervensi dan invasi Amerika Serikat ke Irak, atas dasar tujuan ingin
menguasai minyak di negara tersebut. hasilnya, negara Irak sekarang menjadi porak
poranda dan ditinggalkan begitu saja oleh pihak Amerika dan sekutunya. Masalah ini
sempat menjadi sengketa Internasional yg berlarut-larut beberapa tahun yg lalu.
6.Sumber daya Alam
Masalah dan penyebab terakhir menurut ane adalah, tentang Sumber Daya
Alam (SDA) . masalah ini pernah dialami oleh negara kita, yaitu ketika proses yg
melibatkan negara tetangga (lagi-lagi) memperebutkan blok ambalat, yg kita ketahui
disitu memiliki SDA minyak yg tinggi. yg ane tahu, masalah ini belum terselesaikan.
contoh lain mungkin seperti kasus sebelumnya diatas, ketika Amerika menyerang Irak
untuk mengambil minyak disana.
B. Peranan Mahkamah Internasional dalam Menyelesaikan Sengketa Internasional
Mahkamah Internasional (MI) merupakan organ hukum utama PBB. Didirikan
pada tahun 1945 di bawah piagam PBB. Lembaga ini memutuskan kasus hukum
antarnegara dan memberikan pendapat hukum bagi PBB dan lembaga-lembaga
hukum Internasional. Bermarkas di Den Haag, Belanda. Seluruh anggota PBB
otomatis jg anggota MI.
Sengketa Internasional bisa dibawa ke MI dengan dua hal, pertama melalui
keputusan khusus antarpihak, kedua melalui permohonan sendiri pihak yg bertikai.
![Page 6: 94261301-Makalah-sengketa-internasional.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082708/55cf9b5b550346d033a5c0c4/html5/thumbnails/6.jpg)
Setelah permohonan dilakukan, maka diadakan pemerikasaan perkara dan diputuskan
mana yg bersalah dan akan diselesaiakan berdasarkan pasal-pasal hukum
Internasional.
C. Prosedur Penyelesaian Sengketa Internasional oleh Mahkamah Internasional
Sangketa Internasional dapat diselesaikan oleh Mahkamah Internasional
dengan melalui Prosedur berikut :
1. Telah terjadi pelanggaran HAM atau kejahatan Humaniter (kemanusiaan) di suatu
Negara terhadap Negara lain atau rakyat Negara lain.
2. Ada pengaduan dari Korban (Rakyat) dan pemerintahan Negara yang menjadi
Korban terhadap Pemerintahan dari Negara yang bersangkutan karena di dakwa telah
melakukan pelanggaran HAM atau kejahatan Humaniter lainnya.
3. Pengaduan disampaikan ke Komisi Tinggi HAM PBB atau melalui lembaga-
lembaga HAM internasional lainnya
4. Pengaduan ditindaklanjuti dengan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan.
Jika ditemui bukti-bukti kuat terjadinya pelanggaran HAM atau kejahatan
kemanusiaan lainnya, maka pemerintah dari Negara yang didakwa melakukan
kejahatan humaniter dapat diajukan ke Mahkamah Internasional
5. Dimulailah Proses peradilan sampai dijatuhkan sanksi. Sanksi dapat dijatuhkan
bila terbukti bahwa pemerintahan atau Individu yang bersangkutan telah melakukan
pelanggaran terhadap Konvensi-konvensi Intenasional berkaitan dengan palanggaran
HAM atau kajahatan humaniter; mempunyai wewenang untuk mencegah terjadinya
pelanggaran itu, tetapi tidak dilakukan; dan tidak melakukan apa-apa untuk mencegah
terjadinya perbuatan itu.
Mahkamah Internsional memutuskan sangketa berdasarkan hukum. Keputusan dapat
dilakukan berdasarkan kepantasan dan kebaikan apabila disetujui oleh Negara yng
bersangketa. Keputusan Mahkamah Internasional bersifat mengikat, final, dan tanpa
banding. Keputusan Mahkamah Internasional mengikat para pihak yang bersangketa
dan hanya utnuk perkara yang disangketakan.
Dalam Pasal 57 statuta, hakim Mahkamah Internasional dapat mengemukan pendapat
terpisah atau Dissenting Opinion (Pendapat seorang hakim yang tidak menyetujui
suatu keputusan dan menyatakan keberatannya terhadap motif-motif yang diberikan
dalam keputusan tersebut).
![Page 7: 94261301-Makalah-sengketa-internasional.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082708/55cf9b5b550346d033a5c0c4/html5/thumbnails/7.jpg)
Cara Menyelesaikan sengketa Internasional, yaitu :
a. Metode-metode Diplomatik
1. Negosiasi
Merupakan metode Penyelesaian sengketa yang paling tradisional dan sederhana. Dalam
metode negosiasi, penyelesaian sengketa tidak melibatkan pihak ketiga. Pada Dasarnya
negosiasi hana berpusat pada diskusi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait.
2. Mediasi
Mediasi artinya perantaraan, yakni salah satu cara penyelesaian sengketa internasional di
mana adanya keterlibatan atau campur tangan sengketa atau perselisihan dan menghasilkan
penyelesaian yang dapat di terima oleh pihak-pihak yang bersengketa. Mediasi merupakan
Bentuk lain dari Negosiasi. Perbedaanya, Mediasi melibatkan Pihak ketiga yang bertindak
sebagai pelaku mediasi (Mediator). Seseorang mediator merupakan pihak ketiga memiliki
peran aktif untuk mencari solusi yang tepat dalam melancarkan terjadinya kesepakatan di
antara pihak-pihak yang terkait.
3. Inquiry
Metode ini digunakan untuk mencapai penyelesaian sebuah sengketa dengan cara
mendirikan sebuah Komisi atau badan yang bersifat Internasional untuk mencari dan
mendengarkan semua bukti-bukti yang relavan dengan permasalahan.
4. Konsiliasi
Pengertian konsiliasi adalah suatu cara untuk menyelesaikan sengketa internasional
mengenai keadaan apapun di mana suatu komisi yang di bentuk oleh pihak-pihak, baik yang
bersifat tetap atau ad hoc untuk menangani suatu sengketa, berada pada pemeriksaan yang
tidak memihak atas sengketa tersebut dan berusaha untuk menentukan batas penyelesaian
yang dapat di terima oleh pihak-pihak, atau memberi pihak-pihak, pandangan untuk
menyelesaikannya, seperti bantuan yang mereka minat. Semua komisi konsiliasi mempunyai
fungsi yang sama, yaitu untuk menyelidiki sengketa dan menyarankan batas penyelesaian
yang mungkin. Tugas komisi ialah mendukung dan menyusun agenda dialog-dialog, sambil
memberi mereka bantuan apa saja yang mungkin berguna untuk mencapai kesimpulan yang
tepat dan berhasil.
BAB III
![Page 8: 94261301-Makalah-sengketa-internasional.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082708/55cf9b5b550346d033a5c0c4/html5/thumbnails/8.jpg)
PEMBAHASAN
A. Penyebab Sengketa Jepang Terhadap Rusia
Awal mula munculnya masalah hubungan antara Rusia dan Jepang tentang kepulauan
ini adalah adanya perjanjian Shimoda (1855), dalam pasal 2 yang menyatakan bahwa
"Selanjutnya batas antara kedua negara akan terletak antara pulau Etorofu dan Uruppu.
Seluruh Etorofu harus milik Jepang; dan Kepulauan Kuril,yang terletak di sebelah utara dan
termasuk Urup, akan menjadi milik Rusia.” Pulau Kunashir, Shikotan dan Kepulauan
Habomai, yang terletak di sebelah selatan Iturup, tidak secara eksplisit disebutkan dalam
perjanjian dan dianggap sebagai pulau-pulau yang tidak disengketakan. Namun masalah
bermula ketika terjadi perang Rusia-Jepang tahun 1904-1905 dimana mereka saling
memperebutkan wilayah Manchuria. Kemudian, pada tahun 1905 Perjanjian Porsmouth
merupakan solusi awal yang menyebutkan dimana setengah dari kepulauan shakalin selatan
mejadi milik Jepang dan Kuril menjadi milik uni soviet.
Perjanjian damai Jepang atau yang lebih dikenal dengan perjanjian San Francisco
tanggal 8 September 1951, di dalamnya memuat pasal-pasal yang menunjukkan tanggung
jawab Jepang sebagai negara yang harus menanggung beban biaya yang ditimbulkan selama
masa penjajahan. Dalam perjanjian San Francisco juga tertuang pasal tentang wilayah yang
harus dikembalikan kepada negara asal. Akibat dari perjanjian tersebut yakni pernyataan
bahwa Jepang harus menghentikan semua klaim terhadap Kepulauan Kuril, namun perjanjian
tersebut juga tidak mengakui kedaulatan Uni Soviet atas Kepulauan Kuril. Rusia bertahan
pada sikapnya, bahwa kedaulatan Uni Soviet atas kepulauan-kepulauan tersebut diakui
dengan adanya perjanjian-perjanjian pada akhir Perang Dunia II namun klaim Rusia ditolak
Jepang.
Masalah ini berdampak terhadap hubungan bilateral kedua negara dimana masalah ini
sudah hampir berlanjut selama 65 tahun. Selama itu kedua negara ini melakukan konfrontasi
secara Sehingga konflik ini terus bertahan hingga puncaknya pada tahun 2007 sebuah kapal
patroli Rusia melakukan tembakan terhadap nelayan Jepang di kawasan tersebut dengan
alasan bahwa nelayan tersebut telah masuk kedalam wilayah yuridiksi Rusia. Tokyo meminta
kepada Moskow untuk meminta maaf dalam insiden tersebut namun justru Moskow
melakukan penambahan kekuatan militer di kawasan tersebut. Kunjungan Presiden Dmitri
![Page 9: 94261301-Makalah-sengketa-internasional.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082708/55cf9b5b550346d033a5c0c4/html5/thumbnails/9.jpg)
Medvedev ke Kepulauan tersebut dianggap Tokyo sebagai salah satu bentuk provokasi dari
Rusia, kemudian reaksi dari Jepang adalah menarik duta besar dari Moskow dan juga
memprotes keras kedutaan Rusia di Tokyo.
Menurut Wohlforth negara sering kali harus bertindak egois, terutama bila
dihadapkan pada pilihan kepentingan diri sendiri dan kepentingan kolektif. Dalam kondisi
anarkis seperti ini setiap negara harus menolong dirinya sendiri (self-help). Maka cara yang
dilakukan oleh Jepang dalam memperjuangkan kepulauan Kuril tersebut cukup beralasan dan
masuk akal. Jepang tidak ingin kehilangan wilayah tersebut sebab selain bisa memperluas
wilayahnya, di sisi lain kepentingan Jepang akan kepulauan tersebut juga cukup besar. Di
gugusan kepulauan tersebut selain terdapat potensi perikanan yang cukup besar juga terdapat
unsur mineral yang bisa mendongkrak perekonomian negara, sehingga apapun akan
dilakukan oleh Jepang dalam memperebutkan pulau tersebut.
Morgenthau juga mengatakan bahwa setiap kegiatan negara dalam kegiatan politik
hubungan internasional atau dalam konteks hubungan dengan negara lain, adalah
melakukanstruggle of Power yang memiliki makna bahwa setiap negara akan melakukan
perebutan kekuasaaan agar kepentingan negaranya tercapai[8]. Hal yang dilakukan Jepang
dalam rangka mencapai tujuan nasional, yaitu mendapatkan wilayah tersebut dengan cara
meminta dukungan Amerika Serikat dan melakukan tekanan terhadap pemerintah Rusia
dengan mengajak pihak Rusia melakukan hubungan bilateral guna membahas kepulauan
tersebut. Selain itu Jepang juga menggunakan hukum internasional untuk menekan Rusia
dalam kepemilikan kepulauan tersebut. Jepang melakukan klaim atas kepemilikan kepulauan
tersebut dengan dasar perjanjian Shimoda, namun menurut Rusia klaim itu hilang setelah
Jepang melakukan perang dengan Rusia pada tahun 1905. Perang tersebut mengakibatkan
putusnya hubungan diplomatik yang berarti semua produk hukum diantara kedua negara
tersebut batal, sehingga pada akhirnya langkah yang diambil dalam konteks kepemilikan
kedua negara atas kepulauan Kuril adalah siapa yang terakhir menduduki kepulauan tersebut
adalah yang berhak memiliki, dan yang terakhir menduduki kepulauan tersebut adalah Rusia.
Jika dilihat dari perkembangan hubungan negara Jepang dan Rusia terhadap masalah
perbatasan terseebut, dapat dipastikan kata damai atas kepulauan tersebut antara kedua negara
masih jauh dari harapan. Meskipun kedua negara sering melakukan pertemuan tingkat tinggi,
kedua negara tidak pernah mencapai kata sepakat, karena tidak ada negara yang akan
![Page 10: 94261301-Makalah-sengketa-internasional.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082708/55cf9b5b550346d033a5c0c4/html5/thumbnails/10.jpg)
memberikan wilayahnya kepada negara lain secara percuma. Puncaknya bahkan hingga
terjadi perang diantara kedua negara yang berkonflik.
Sengketa ini juga akan membuat proses remiliterisasi dalam negera Jepang semakin
kuat. Meskipun dalam konstitusi Jepang artikel 9 yang mengatakan bahwa Jepang tidak akan
memiliki kekuatan militer selamanya, dan tergantung atas militer Amerika Serikat. Melihat
prospek ancaman dari negara lain selain dengan Rusia cukup besar, diantaranya konflik
perbatasan dengan Korea Selatan yakni pulau Doko dan RRC, konflik dengan Taiwan atas
kepemilikan senkyuku, serta nuklir Korea Utara merupakan ancaman serius yang harus
dipikirkan dan tentunya tidak akan bisa terus bergantung terhadap negara lain. Tidak
menutup kemungkinan dilakukannya amandemen terhadap konstitusi tersebut. Karena
sampai kapan Jepang akan bergantung terhadap kekuatan Amerika Serikat dalam hal
pertahanan. Meskipun isu remiliterisasi ini menyebabkan beberapa Perdana Menteri harus
meletakkan jabatannya, tidak menutup kemungkinan isu ini menguat karena ancaman akan
kedaulatan negara Jepang semakin terlihat
B. Dampak Bagi Kedua Negara
Masalah ini berdampak terhadap hubungan bilateral kedua negara dimana masalah ini
sudah hampir berlanjut selama 65 tahun. Selama itu kedua negara ini melakukan
konfrontasi secara Sehingga konflik ini terus bertahan hingga puncaknya pada tahun 2007
sebuah kapal patroli Rusia melakukan tembakan terhadap nelayan Jepang di kawasan
tersebut dengan alasan bahwa nelayan tersebut telah masuk kedalam wilayah yuridiksi
Rusia. Tokyo meminta kepada Moskow untuk meminta maaf dalam insiden tersebut
namun justru Moskow melakukan penambahan kekuatan militer di kawasan tersebut.
Kunjungan Presiden Dmitri Medvedev ke Kepulauan tersebut dianggap Tokyo sebagai
salah satu bentuk provokasi dari Rusia, kemudian reaksi dari Jepang adalah menarik duta
besar dari Moskow dan juga memprotes keras kedutaan Rusia di Tokyo.
![Page 11: 94261301-Makalah-sengketa-internasional.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082708/55cf9b5b550346d033a5c0c4/html5/thumbnails/11.jpg)
C. Solusi dari Sengketa Jepang Terhadap Rusia
1. Arbitrase
Arbitrasi berperan untuk memberi pihak-pihak yang bersengketa kesempatan
mendapatkan keputusan dari hakim atau hakim-hakim berdasarkan pilihan mereka
sendiri. Arbitrasi memberikan keputusan yang mengikat. Akibatnya tidak akan timbul
masalah penafsiran, pembatalan dan sebagainya, keputusan arbitrasi akan
memutuskan sengketa. Merills menyatakan bahwa kelebihan dari arbitrasi adalah
arbitrasi dapat digunakan untuk menghasilkan penyelesaian atas masalah yang dipilih
dan berlandaskan pada suatu dasar yang di setujui. Cara-cara penyelesaian
perdamaian mempunyai kelebihan di samping juga adanya kekurangan. Tentu saja
bagi setiap negara yang bersengketa menghendaki jalan keluar yang terbaik dan
menghindari penyelesaian dengan cara kekerasan, seperti peperangan. Karena cara
kekerasan ini justru akan mendatangkan malapetaka baru bagi kehidupan masyarakat
dan mengganggu kedamaian masyarakat internasional secara umum.
2. Mahkamah Internasional
Merupakan Pengadilan yang memiliki yurisdiksi atas berbagai macam persoalan
internasional. Mahkamah Internasional berwenang untuk memutuskan suatu kasus
melalui persetujuan dari semua Pihak yang bersengketa.
3. Pengadilan-pengadilan Lainnya
Salah satu Persoalan hukum yang acapkali timbul dalam era Globalisasi adalah
Persengketaan dalam perdagangan internasional. WTO sebgai sebuah Organisasi
perdagangan dunia memiliki sistem peradiln tersendiri dalam kaitannya dengan
Penyelesaian sengketa.
![Page 12: 94261301-Makalah-sengketa-internasional.docx](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082708/55cf9b5b550346d033a5c0c4/html5/thumbnails/12.jpg)
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Awal mula munculnya masalah hubungan antara Rusia dan Jepang tentang kepulauan
ini adalah adanya perjanjian Shimoda (1855), dalam pasal 2 yang menyatakan bahwa
"Selanjutnya batas antara kedua negara akan terletak antara pulau Etorofu dan Uruppu.
Seluruh Etorofu harus milik Jepang; dan Kepulauan Kuril,yang terletak di sebelah utara dan
termasuk Urup, akan menjadi milik Rusia.”
Namun masalah bermula ketika terjadi perang Rusia-Jepang tahun 1904-1905 dimana
mereka saling memperebutkan wilayah Manchuria. Kemudian, pada tahun 1905 Perjanjian
Porsmouth merupakan solusi awal yang menyebutkan dimana setengah dari kepulauan
shakalin selatan mejadi milik Jepang dan Kuril menjadi milik uni soviet.
Persengketaan mereka berlangsung hampir 65 tahun, hal ini menyebabkan hubungan
kedua negara ini tidak berjalan dengan harmonis. puncaknya pada tahun 2007 sebuah kapal
patroli Rusia melakukan tembakan terhadap nelayan Jepang di kawasan tersebut dengan
alasan bahwa nelayan tersebut telah masuk kedalam wilayah yuridiksi Rusia. Tokyo meminta
kepada Moskow untuk meminta maaf dalam insiden tersebut namun justru Moskow
melakukan penambahan kekuatan militer di kawasan tersebut. Kunjungan Presiden Dmitri
Medvedev ke Kepulauan tersebut dianggap Tokyo sebagai salah satu bentuk provokasi dari
Rusia, kemudian reaksi dari Jepang adalah menarik duta besar dari Moskow dan juga
memprotes keras kedutaan Rusia di Tokyo.
B. Saran
Jika masalah ini sudah dibicarakan tetapi tidak menemukan titik temu perdamaian
secara nyata, lebih baik masalah ini di bawa ke Mahkamah Internasional supaya masalah ini
terselesaikan.