Perkembangan Tangibility Assets Ratio Pada Perusahaan Sektor ...
9. industrialisasi dan perkembangan sektor industri
Transcript of 9. industrialisasi dan perkembangan sektor industri
INDUSTRIALISASI DAN PERKEMBANGAN SEKTOR
INDUSTRI
Nama : FAHMINIM : 12140388Kelas: 5P-AK
Konsep industrialisasi dalam sejarah pembangunan ekonomi berawal dari proses revolusi industri dengan serangkaian penemuan-penemuan baru yang inovativ. Industrialisasi merupakan proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, dan perdaganan antarnegara yang pada gilirannya sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat yang mendorong perubahan struktur ekonomi.
A. Konsep dan Tujuan Industrialisasi
MenurutRiedel (1992) : Industrialisasi bukanlah tujuan tapi strategi untuk mendukung proses pembangunan untuk mencapai peningkatan perdapatan perkapita.Chenery (1992) : Industrialisasi merupakan tahapan logis dari perubahan struktur industri yang diujudkan melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, produksi, ekspor, dan kesempatan kerja.
Sektor industri manufaktur di negara berkembang (LDCs) berkembang pesat. Pertumbuhan output yang tinggi ini terutama disebabkan oleh permintaan eksternal yang kuat dengan rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar 9,3% pertahun pada periode 1970-1995.
Bahkan kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara dijuluki a miraculous economy karena kinerja ekonominya yang sangat menakjubkan pada periode 1970-1995, dengan pertumbuhan rata-rata PDB 7,4% (dunia = 2,9%, LDCs = 4,6%). Industri manufaktur menjadi kontributor utama pertumbuhan dengan rata-rata 9,4% pertahun. Pangsa manufaktur dalam PDB naik dari 17,2% menjadi 26,9%.
B. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional
Indonesia masih berada pada tahap awal industrialisasi tapi dengan kecepatan yang sangat pesat. Sejak tahun 1983 hingga dekade 1990-an peran sektor-sektor primer cenderung menurun, sementara sektor-sektor sekunder (industri manufaktur, listrik, gas, dan air, serta konstruksi) dan sektor-sektor tersier (perdagangan, hotel dan restoran, transportasi dan komunikasi, bank dan keuangan, dan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya) terus meningkat.
lanjutan
Kontribusi Terhadap PDB
NTM = Nilai Tambah Manufaktur; ME = Ekspor Manufaktur, E4 = ekspor empat produk unggulan: kayu lapis, tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki.
Dalam kelompok Asean, share output industri terhadap PDB Indonesia masih relatif kecil meski pertumbuhan output rata-ratanya tinggi. Ini menandakan bhw Indonesia belum memiliki tingkat industrialisasi yang tinggi dibanding dengan misalnya Malaysia dan Thailand.
Nilai Tmbah Menufaktur Eksfor
Kontribusi Terhadap Perkembangan Ekspor Nonmigas (Juta US$)
Sektor pertanian merupakan komoditi ekspor yang akan memperbesar devisa negara
Negara-negara yang memiliki sumberdaya yang rendah akan memenuhi kebutuhan (khususnya pangan) penduduknya melalui kegiatan perdagangan (impor)
Berdasarkan nilai tambah sektor industri manufaktur (NTSIM) per kapita peringkat Indonesia pada tahun 1965 paling bawah dibanding LDCs lain. Negara-negara yang lebih awal memulai industrialisasinya seperti Meksiko, Brasil dan Turki memiliki NTSIM 15-30 kali NTSIM Indonesia. Pada dekade 1980-an dan 1990-an peringkat Indonesia naik hingga berada diatas Cina dan India. Sedangkan perbandingan dengan negara-negara Meksiko, Brasil, dan Turki tinggal menjadi 5-6 kali dibawahnya.
Berdasarkan nilai tambah sektor industri
Pangsa ekspor manufaktur dari seluruh ekspor dipengaruhi oleh tingkat kemajuan industri yang terdapat disuatu negara. Meski ditahun 1980-an tumbuh cepat, tahun 1995 nilai pangsa ekspor manufaktur terhadap seluruh ekspor menjadi hanya sekitar 4% yang mana hampir sama dengan di Turki, Brasil, dan Malaysia. Cina dan India memiliki angka 50% dan Korea 60%.
Ukuran lain adalah rasio NTSIM terhadap nilai tampah sektor pertanian yang menunjukkan kecendrungan untuk terus meningkat.
Pangsa ekspor manufaktur
Secara umum industri manufaktur di LDCs relatif masih terbelakang disebabkan faktor-faktor keterbatasan teknologi, kualitas SDM, Dana pemerintah dan swasta, intensitas kerja sama antar instittusi, dan lain-lain.
Indikator keterbatasan teknologi salah satunya adalah tingkat produktifitas baik secara parsial ataupun keseluruhan yang disebut Total Faktor Productivity (TFP). Misal dalam kurun waktu 1968-1988 TFP Indonesia turun dari 5% menjadi 1%. Pada saat yang sama TFP Korea Selatan naik dari 3,4% menjadi 5%. Pada periode 1982-1988 TFP Indonesia hanya seperempat TFP Korsel.
PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI MANUFAKTUR
Gejala deindustrialisasi terjadi untuk industri padat karya
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
45.0
Textile Furniture Garment Footwear
Komoditi
%
1990 1993 1996 2000 2001 2003
Setidaknya 467 perusahaan tekstil, pemintalan, pencelupan, dan garmen di Jawa-Bali menutup usaha (API, 2006). Ditutupnya perusahaan berarti menambah panjang barisan pengangguran Indonesia.
Masalah: Kenaikan harga BBM dan
UMK Banjir impor dari China dll Tak ada peremajaan
mesin Selundupan
Ketidak siapan bahan baku dan tenaga kerja Kompetisi pasar kecil atau tidak ada Ketergantungan pada impor tinggi Pilihan teknologi produksi yang salah Nilai tambah yang terus menurun Proteksi yang tidak mendidik
PENYEBAB KEGAGALAN (menurut Hasibuan, 1993)
STRATEGI PROMOSI EKSPOR
SYARAT EFEKTI
F
ADA SIGNAL HARGA YANG JELAS DI PASAR
PROTEKSI
IMPOR RENDAH
NILAI
TUKAR MATA UANG YANG REALISTIS
INSENTIF YANG MANTAP DALAM PENINGKATAN EKSPOR
SEKIAN TERIMAKASIH