8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon...

33
6 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pembuatan Tempe Saga Pohon ( Adenanthera pavonina ) a. Saga Pohon ( Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina) merupakan tanaman dari suku polong-polongan yang buahnya menyerupai petai (tipe polong) dengan bijinya kecil berwarna merah dan memiliki daun menyirip ganda seperti tanaman anggota suku polong-polongan lainnya. Menurut Gembong Tjitrosoepomo (1959:173) klasifikasi saga pohon (Adenanthera pavonina) yaitu : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Class : Dicotyledonae Ordo : Polypetales Familia : Papilionaceae Genus : Adenanthera Spesies : Adenanthera pavonina Buah saga pohon berupa buah polong berwarna hijau, panjangnya mencapai 15 sampai 20 cm , polong yang tua berwarna coklat kehitaman dan akan kering kemudian pecah dengan sendirinya. Setiap polong saga pohon berisi 10 – 12 butir biji dengan biji yang mempunyai garis tengah 5 – 6 mm, berbentuk segitiga

Transcript of 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon...

Page 1: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pembuatan Tempe Saga Pohon ( Adenanthera pavonina )

a. Saga Pohon ( Adenanthera pavonina L.)

Saga pohon (Adenanthera pavonina) merupakan tanaman dari suku

polong-polongan yang buahnya menyerupai petai (tipe polong) dengan bijinya

kecil berwarna merah dan memiliki daun menyirip ganda seperti tanaman anggota

suku polong-polongan lainnya.

Menurut Gembong Tjitrosoepomo (1959:173) klasifikasi saga pohon

(Adenanthera pavonina) yaitu :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Class : Dicotyledonae

Ordo : Polypetales

Familia : Papilionaceae

Genus : Adenanthera

Spesies : Adenanthera pavonina

Buah saga pohon berupa buah polong berwarna hijau, panjangnya

mencapai 15 sampai 20 cm , polong yang tua berwarna coklat kehitaman dan akan

kering kemudian pecah dengan sendirinya. Setiap polong saga pohon berisi 10 –

12 butir biji dengan biji yang mempunyai garis tengah 5 – 6 mm, berbentuk

segitiga tumpul, keras dan berwarna merah mengkilap. Struktur morfologi polong

saga pohon yang sudah tua seperti pada Gambar 1.

Page 2: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

7

Gambar 1. Buah Polong Saga Pohon yang Sudah Tua Sumber: Novalia Anggraini (2007:5)

Secara umum, karakteristik polong dan biji saga pohon (Adenanthera

pavonina) seperti diungkapkan O.N Allen (2010) sebagai berikut :

The curved pods are long and narrow, 15-22 cm by 2 cm, with slight constrictions between seeds, and dark brown in color turning black upon ripening.  The leathery pods curve and twist upon dehiscence to reveal the 8-12 showy seeds characteristic of this species. The hard-coated seeds, 7.5-9.0 mm in diameter, are lens-shaped, vivid scarlet in color, and adhere to the pods. 

.Penjelasan di atas menunjukkan bahwa buah saga pohon berbentuk

polong memanjang dan membengkok dengan panjang antara 15-22 cm, berwarna

coklat gelap, dan berisi 8-12 biji. Biji berkulit keras dengan diameter 7,5 sampai 9

mm, berbentuk seperti lensa, berwarna merah, dan melekat pada polong. Struktur

biji saga pohon seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Biji saga pohon Sumber : Ivan Polunin (1987:122)

Kadar nutrisi pada biji saga pohon (Adenanthera pavonina) secara

umum sama dengan kedelai yaitu terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, dan air.

Perbandingan kadar nutrisi biji saga, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, dan

Page 3: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

8

kecipir berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Informasi Pertanian Ciawi

yang dikemukakan oleh Novalia Anggraini (2008:6) dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Biji Saga, Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Tanah, dan Kecipir Berdasarkan Penelitian di Balai Pertanian Ciawi (1985)

No Biji Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Air (%)1 Saga Pohon 48,2 22,6 10,0 9,12 Kedelai 34,9 14,1 34,8 8,03 Kacang Hijau 22,2 1,2 62,9 10,04 Kacang Tanah 25,3 42,8 21,1 4,05 Kecipir 32,8 17,0 36,5 10,0

Kandungan nutrisi pada biji saga pohon (Adenanthera pavonina)

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh I.E Ezeagu (2004:295) yaitu :

Analysis showed the seeds of Adenanthera pavonina contained appreciable amounts of proteins (29.44g/100g), crude fat (17.99g/100g), and minerals, comparable to commonly consumed staples. Total sugar was low (8.2g/100g) while starch (41.95g/100g) constitutes the major carbohydrates. Low levels of antinutrients were reported and methionine and cystine were the most deficient amino acids.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa kandungan nutrisi pada biji saga

pohon meliputi protein (29,44 gram/100 gram), lemak mentah (17,99 gram/ 100

gram), dan mineral. Biji saga pohon memiliki kandungan gula yang rendah (8,2

gram/100 gram), pati (41,95 gram/100 gram), dan beberapa jenis karbohidrat.

Pada biji saga pohon juga ditemukan adanya zat antinutrisi berupa asam amino

metionin dan sistein dalam kadar yang rendah.

b. Tempe Saga Pohon

Tempe adalah makanan yang dihasilkan dari proses fermentasi kapang

golongan Rhizopus. Pada proses fermentasi, komponen-komponen nutrisi yang

kompleks pada biji diproses oleh kapang dengan reaksi enzimatis dan dihasilkan

senyawa-senyawa yang lebih sederhana pada tempe (Wisnu Cahyadi,2003:41).

Proses pembuatan tempe menurut M. Lies Suprapti (2003:32) paling

sedikit membutuhkan empat spesies kapang dari jenis Rhizopus, antara lain

Rhizopus oligosporus, Rhizopus stolonifer, Rhizopus arrhizus, dan Rhizopus

oryzae. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa dalam proses fermentasi tempe

Page 4: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

9

ditemukan lebih dari satu kapang. Warna putih pada tempe disebabkan adanya

miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji. Tekstur kompak pada tempe

juga disebabkan oleh mise1ia jamur yang menghubungkan biji-biji tersebut.

Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi Rhizopus oligosporus

merupakan jamur yang paling dominan.

Pada pembuatan tempe dari biji saga pohon, jamur yang berperan dalam

proses fermentasinya adalah Rhizopus oligosporus (Novalia Anggraini, 2008:6).

Hal ini dapat diketahui dengan pengamatan dan identifikasi awal terhadap

inokulum (ragi) tempe yang digunakan yang disesuaikan dengan kunci

determinasi spesies dari golongan Rhizopus.

Rhizopus oligosporus memiliki koloni abu-abu sampai biru kecoklatan

dengan tinggi kurang lebih 1 mm. Rhizopus oligosporus memiliki sporangiofor

tunggal atau dalam kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit kasar,

dengan panjang lebih dari 1000µ m dan diameter 10-18µ m. Sporangia jamur ini

bersifat globosa yang pada saat masak berwarna hitam kecoklatan, dengan

diameter 100-180µ m sedangkan kolumelanya globosa sampai sub globosa

dengan apofisa apofisa berbentuk corong. Ukuran sporangiospora jamur ini tidak

teratur dapat globosa atau elip dengan panjang 7-10µ m (Gueh Yuh Liou,

2007:200).

Rhizopus oligosporus merupakan salah satu spesies jamur anggota divisi

Zygomycotina. Kedudukan Rhizopus oligosporus dalam taksonomi menurut

Gembong Tjitrosoepomo (1959:54) yaitu :

Kingdom : Fungi

Divisi : Zygomycotina

Class : Zygomycetes

Ordo : Mucorales

Familia : Mucoraceae

Genus : Rhizopus

Spesies : Rhizopus oligosporus

Page 5: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

10

Secara umum, morfologi Rhizopus oligosporus seperti terlihat pada

Gambar 3.

Gambar 3. Morfologi Rhizopus oligosporus Sumber : Philips Murders (2010)

Secara umum fungsi Rhizopus oligosporus seperti dikatakan J. Jennessen

(2008:547-563) adalah sebagai berikut :

The fungus Rhizopus oligosporus (R microsporus var. oligosporus) is traditionally used to make tempe, a fermented food based on soybeans. Interest in the fungus has steadily increased, as it can also ferment other substrates, produce enzymes, and treat waste material. R oligosporus belongs to the R microsporus group consisting of morphologically similar taxa, which are associated with food fermentation, pathogenesis, or unwanted metabolite production (rhizonins and rhizoxins).

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa jamur Rhizopus oligosporus (R.

microsporus var oligosporus) secara tradisional digunakan dalam pembuatan

tempe, makanan hasil fermentasi dengan bahan dasar kedelai. Perhatian terhadap

jamur ini meningkat karena ternyata jamur ini juga mampu memfermentasikan

substrat yang lain, memproduksi enzim, dan membuang material sampah.

Rhizopus oligosporus adalah salah satu spesies yang secara umum dihubungkan

dengan fermentasi makanan, pathogenesis, atau produksi metabolit yang tidak

diharapkan (rhizonins dan rhizoxin).

Page 6: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

11

Pada proses fermentasi biji saga pohon, jamur Rhizopus oligosporus

menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks

menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat

dapat dipergunakan oleh tubuh. Enzim yang dihasilkan oleh Rhizopus oligosporus

salah satunya adalah enzim protease yang berfungsi merombak senyawa

kompleks protein menjadi senyawa yang lebih sederhana (Endang S. Rahayu,

2010:3).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novalia Anggraini (2008:8)

menunjukkan bahwa mekanisme pembentukan tempe saga pohon (Adenanthera

pavonina) melalui fermentasi Rhizopus oligosporus secara umum sama dengan

mekanisme pembentukan tempe kedelai yaitu :

1) Perkecambahan spora

Perkecambahan spora Rhizopus oligosporus berlangsung melalui dua

tahapan yaitu pembengkakan dan penonjolan keluar tabung kecambah. Kondisi

optimal perkecambahan spora adalah pada suhu 42º C dan pH 4,0. Pada awal

proses pembengkakan memerlukan senyawa karbohidrat tertentu agar

pembengkakan spora dapat terjadi. Pembengkakan diikuti dengan penonjolan

keluar tabung kecambah bila tersedia sumber-sumber karbon dan nitrogen dari

luar. Senyawa yang dapat menjadi pendorong terbaik agar terjadi proses

perkecambahan yang optimum adalam asam amino berupa prolin dan alanin, serta

senyawa gula berupa glukosa, annosa, dan xilosa.

2) Proses miselia menembus jaringan biji

Pada proses ini, hifa Rhizopus oligosporus menembus biji saga yang

keras kemudian enzim protease yang dihasilkan oleh Rhizopus oligosporus

memecah kompleks protein pada biji saga menjadi seyawa-senyawa yang lebih

sederhana berupa asam amino. Penetrasi miselia ke dalam biji melalui sisi luar

keping biji yang cembung dan terjadi hanya pada permukaan saja.

Proses fermentasi Rhizopus oligosporus dalam pembuatan tempe saga

pohon menurut Dinda (2009) yaitu :

Page 7: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

12

1) Fase pertumbuhan cepat

Fase pertumbuhan cepat Rhizopus oligosporus pada kedelai berlangsung

antara 0 sampai 30 jam fermentasi sedangkan pada biji saga pohon berlangsung

antara 0 sampai 36 jam fermentasi. Pada fase pertumbuhan cepat terjadi kenaikan

jumlah asam lemak bebas, suhu, dan pertumbuhan jamur cepat, terlihat dengan

terbentuknya miselia pada permukaan biji yang semakin lama semakin banyak

sehingga menunjukkan masa yang lebih kompak.

Gambar 4. Foto Mikrograf Miselia Rhizopus oligosporus pada Fase Pertumbuhan Cepat

Sumber : William Shurtleff (2010)2) Fase transisi

Fase transisi pada substrat biji kedelai terjadi antara 30-50 jam

fermentasi sedangkan pada biji saga pohon terjadi antara 36-60 jam fermentasi.

Pada fase transisi terjadi penurunan suhu, jumlah asam lemak yang dibebaskan

dan pertumbuhan jamur hampir tetap atau bertambah sedikit sehingga rasa tempe

lebih spesifik dan teksturnya kompak.

Gambar 5. Foto Mikrograf Miselia Rhizopus oligosporus pada Fase Transisi

Sumber : William Shurtleff (2010)

Page 8: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

13

3) Fase pembusukan atau fermentasi lanjutan

Fase pembusukan atau fermentasi lanjutan pada kedelai terjadi antara

50-90 jam fermentasi sedangkan pada biji saga pohon terjadi antara 60-90 jam

fermentasi. Pada fase pembusukan atau fermentasi lanjutan terjadi kenaikan

jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan jamur menurun, dan pertumbuhan jamur

terhenti pada kadar air tertentu, terjadi perubahan rasa karena degradasi protein

lanjut yang membentuk amonia.

2. Kemampuan Afektif Siswa Melalui Penggunaan Strategi Pembelajaran

Active Knowledge Sharing disertai Modul

a. Kemampuan Afektif

Sikap merupakan reaksi (respons) seseorang dalam menghadapi suatu

objek. Respons siswa dalam menghadapi suatu objek dibedakan menjadi

cognitive responses, affective responses, dan behavioral responses. Cognitive

responses berkaitan dengan apa yang diketahui siswa tentang objek tersebut,

affective responses berkaitan dengan perasaan atau emosi seseorang yang

berkaitan dengan objek sikap, sedangkan behavioral responses berkaitan dengan

tindakan yang muncul dari seseorang ketika menghadapi objek sikap (Eko P.

Widoyoko, 2009 :114-115).

Sesuai dengan taksonomi Bloom menurut Nana Sudjana (1991:22),

kemampuan siswa dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Kemampuan siswa pada ranah afektif pada dasarnya mencakup watak

perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai yang dapat menentukan

keberhasilan belajarnya. Ranah afektif menurut Ella Yulaelawati (2004:61)

dibagi dalam 5 tingkatan hierarkis yang dinamakan taksonomi Krathwohl yaitu :

1) Penerimaan (receiving)

Kemampuan afektif tingkat penerimaan (receiving) merupakan

kesadaran atau kepekaan yang disertai keinginan untuk bertoleransi terhadap

suatu gagasan, benda, atau gejala. Hasil belajar penerimaan merupakan

Page 9: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

14

kemampuan siswa untuk membedakan dan menerima perbedaan, contohnya

adalah : menunjukkan penerimaan dengan mengiyakan, mendengarkan, atau

menanggapi sesuatu. Penerimaan (receiving) menurut W. Gulo (2002:155)

memiliki beberapa unsur yaitu kesadaran (awareness), kemauan menerima

(willingness to receive), dan pemusatan perhatian (controlled/ selected attention).

Kata kerja untuk tingkat kemampuan penerimaan menurut Ella

Yulaelawati (2004:63) yaitu menerima, mempertanyakan, memilih, mengikuti,

memberi, menganut, mematuhi, dan meminati.

2) Penanggapan (responding)

Kemampuan afektif tingkat penanggapan (receiving) merupakan

kemampuan memberikan tanggapan atau respon terhadap suatu gagasan, benda,

bahan atau gejala tertentu. Hasil belajar penanggapan merupakan suatu komitmen

untuk berperan serta berdasarkan penerimaan. Unsur-unsur penanggapan

(responding) seperti yang diungkapkan W. Gulo (2002:155) yaitu kesediaan

menanggapi (acquiescence in responding), kemauan menanggapi (willingness to

respons), dan kepuasan dalam menanggapi (satisfaction in response).

Kata kerja untuk tingkat kemampuan penanggapan menurut Ella

Yulaelawati (2002:63) antara lain menanggapi, bertanggung jawab, membantu,

mengkompromikan, mengajukan, menyenangi, menyambut, mendukung,

menyetujui, menampilkan, melaksanakan, melaporkan, mengatakan, membuat

pertanyaan, memilih, dan menolak.

3) Perhitungan atau penilaian (valuing)

Kemampuan afektif tingkan penilaian (valuing) merupakan kemampuan

memberikan penilaian atau perhitungan terhadap gagasan, bahan, benda, atau

gejala. Hasil belajar perhitungan atau penilaian merupakan keinginan untuk

diterima, diperhitungkan, atau dinilai orang lain. Unsur-unsur penilaian (valuing)

antara lain penerimaan suatu nilai (acceptance of value), pemilihan suatu nilai

(preference for value), dan keterikatan (commitment) (W. Gulo, 2002:156).

Kata kerja untuk tingkat kemampuan perhitungan atau penilaian menurut

Ella Yulaelawati (2002:63) antara lain bekerjasama, mengasumsikan, meyakini,

melengkapi, meyakinkan, memperjelas, membedakan, beriman, memprakarsai,

Page 10: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

15

mengundang, menggabungkan, berperan serta, mengusulkan, menekankan,

berbagi, menyumbang, dan bekerja keras.

4) Pengaturan atau pengelolaan (organizing)

Kemampuan afektif tingkat pengaturan (organizing) merupakan

kemampuan mengatur atau mengelola berhubungan dengan tindakan penilaian

dan perhitungan yang telah dimiliki. Hasil belajar pengaturan (organizing) berupa

kemampuan mengatur dan mengelola sesuatu secara harmonis dan konsisten

berdasarkan pemilikan filosofi yang dihayati. Pengaturan atau pengelolaan

(organizing) menurut W. Gulo (2002:156) memiliki unsur-unsur seperti konsep

kita terhadap nilai (conceptualization of value) dan pola mengorganisasi ke dalam

sistem nilai (organization of value system).

Kata kerja untuk tingkat kemampuan pengaturan atau pengelolaan

menurut Ella Yulaleawati (2002:63) antara lain mengubah, menata,

mengklasifikasikan, mengkombinasikan, mempertahankan, membangun,

membentuk pendapat, menunjukkan dengan, memadukan, mengelola, menimbang

alternatif, menegosiasi, berembuk, dan bersilang pendapat.

5) Bermuatan nilai atau mempribadikan nilai (characterizing)

Kemampuan afektif tingkat bermuatan nilai ini merupakan tindakan

puncak dalam perwujudan perilaku seseorang secara konsisten sejalan dengan

nilai atau seperangkat nilai-nilai yang dihayatinya secara mendalam. Hasil belajar

bermuatan nilai merupakan perilaku seimbang, harmonis, dan bertanggung jawab

dengan standar nilai yang tinggi. Unsur-unsur mempribadikan nilai menurut W.

Gulo (2002:156) antara lain menggeneralisasikan (generalized set) dan

mempribadikan (characterization).

Kata kerja untuk tingkat kemampuan bermuatan nilai atau

mempribadikan nilai menurut Ella Yulaleawati (2002:63) antara lain menghayati,

bertindak, mengubah perilaku, berakhlak mulia, berfilosofi, mempengaruhi,

menimbang masalah, mendengarkan, mengajukan usulan, mempertanyakan,

melayani, menunjukkan kematangan, memecahkan, dan membuktikan kembali.

b. Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing

Page 11: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

16

Strategi pembelajaran Active Knowledge Sharing merupakan bagian dari

pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif adalah suatu proses pembelajaran dengan

tujuan untuk memberdayakan siswa agar belajar dengan menggunakan berbagai

cara/ strategi secara aktif. Pembelajaran aktif (active learning) bertujuan untuk

mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa

dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi

yang mereka miliki serta menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses

pembelajaran (Badri Rhofiki, 2009:20).

Strategi pembelajaran Active Knowledge Sharing menurut Hisyam

Zaini (2007:22) merupakan salah satu strategi yang dapat membawa siswa untuk

siap belajar materi pembelajaran dengan cepat. Strategi ini dapat digunakan untuk

melihat tingkat kemampuan siswa dan membentuk kerjasama tim. Strategi ini

dapat diterapkan pada hampir semua mata pelajaran.

Strategi Active Knowledge Sharing merupakan sebuah strategi

pembelajaran dengan memberikan penekanan kepada siswa untuk saling

membantu menjawab pertanyaan yang tidak diketahui teman lainnya yang artinya

bahwa siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan diberi kesempatan untuk

mencari jawaban dari teman yang mengetahui jawaban tersebut dan siswa yang

mengetahui jawabannya ditekankan untuk membantu teman yang kesulitan

(Sutaryo, 2008:2).

Prinsip-prinsip strategi pembelajaran Active Knowledge Sharing menurut

Badri Rhofiki (2009:28) antara lain :

1) Stimulus belajar yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

guru berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut merangsang siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas

sehingga siswa lebih cepat menerima materi pelajaran.

1) Perhatian dan motivasi yang diperoleh siswa melalui kegiatan saling tukar

pengetahuan (knowledge sharing) dengan siswa yang lain sehingga kegiatan

belajar menjadi menarik dan menyenangkan.

Prinsip saling tukar pengetahuan (knowledge sharing) seperti diungkapkan oleh Aurilla Arntzen Bechina (2006:110) adalah sebagai berikut :

Page 12: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

17

Knowledge sharing has been defined as providing one’s knowledge to other as well as receiving knowledge from others. A more pragmatic description of knowledge sharing is “the process through which one unit is affected by the experience of another”. Knowledge sharing process also defined as exchange of knowledge between at leats two parties in a reciprocal process allowing reshaping and sense-making of knowledge in the new context.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa saling tukar pengetahuan

merupakan proses mentransfer pengetahuan seseorang kepada orang lain yang

dipengaruhi oleh pengalaman yang dimiliki baik oleh pentransfer maupun

penerima transfer pengetahuan. Saling tukar pengetahuan juga didefinisikan

sebagai suatu proses pertukaran pengetahuan antara paling sedikit dua orang

melalui suatu proses timbal balik. Aplikasi penjelasan tersebut dalam proses

pembelajaran yaitu siswa yang tahu menyampaikan apa yang tidak diketahui oleh

temannya sedangkan siswa yang tidak tahu berusaha mencari tahu pada teman

lebih tahu agar dapat memecahkan suatu permasalahan yang timbul pada proses

pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran dalam strategi pembelajaran Active

Knowledge Sharing Hisyam Zaini (2007:22-23) yaitu :

1) Guru membuat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran

yang akan diajarkan. Pertanyaan dapat berupa :

a) Definisi suatu istilah

b) Pertanyaan dalam bentuk multiple choice

c) Mengindentifikasi seseorang

d) Menanyakan sikap atau tindakan yang mungkin dilakukan

e) Melengkapi kalimat

2) Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan dengan sebaik-baiknya.

3) Guru meminta siswa untuk berkeliling mencari teman yang dapat membantu

menjawab pertanyaan yang tidak diketahui atau diragukan jawabannya. Guru

menekankan pada siswa untuk saling membantu.

4) Guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk mereka kemudian

memeriksa jawaban mereka. Guru menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

Page 13: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

18

tidak dapat dijawab oleh siswa dan menggunakan jawaban-jawaban yang

muncul sebagai topik yang penting dalam kelas.

Konsep strategi pembelajaran Active Knowledge Sharing secara umum

hampir sama dengan strategi Every One is Teacher (Badri Rhofiki,2009:22).

Kedua strategi pembelajaran tersebut pada dasarnya memiliki konsep bahwa ilmu

pengetahuan yang didapat tidak selamanya hanya berasal dari seorang guru saja

akan tetapi setiap siswa juga bisa memberikan ilmu atau informasi kepada teman-

teman yang lainnya. Perbandingan antara strategi pembelajaran Active Knowledge

Sharing dan Every One is Teacher menurut Hisyam Zaini (2007:22) yaitu:

Tabel 2. Perbandingan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing dan Every One is Teacher

Pembeda Active Knowledge Sharing Every One is TeacherTujuan Umum

Mengaktifkan kelompok siswa (Group Learning)

Mengaktifkan individu (Individual Learning)

Tujuan Khusus

Melibatkan peserta didik secara langsung dalam pembelajaran, membangun perhatian & minat, membangkitkan rasa ingin tahu, dan merangsang berpikir.

Memperoleh partisipasi kelas yang secara keseluruhan dan tanggung jawab individu.

Stimulus Pertanyaan dari guru berkaitan dengan materi pelajaran yang akan dibahas.

Pertanyaan berasal dari siswa yang dituliskan pada kartu indeks. Kartu kemudian diba-gikan secara acak pada siswa lain untuk dibahas dalam dis-kusi kelas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gloria Yi (2008:93-94)

menyatakan bahwa melalui kegiatan saling tukar pengetahuan (knowledge

sharing) siswa lebih termotivasi untuk memperluas pengetahuannya. Hasil

penelitian tersebut juga mengindikasikan beberapa hal antara lain :

1) Melalui kegiatan knowledge sharing dapat meningkatkan partisipasi aktif

siswa dalam pembelajaran.

2) Kegiatan knowledge sharing berpengaruh positif pada hasil belajar siswa baik

pada ranah kognitif (remember, understand, application, analyze, dan create)

maupun pada faktor-faktor afektif dan motivasi.

Page 14: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

19

c. Modul

Modul menurut E. Mulyasa (2006:148) merupakan paket belajar mandiri

yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang

secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Modul

adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang

disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta

didik, disertai pedoman penggunaannya oleh para guru. Tujuan utama sistem

modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di

sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara

optimal.

Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri

sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk

membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan

jelas (Nasution, 1988:203).

Sistem pembelajaran dengan modul (modular instruction) menurut

Winkel (2007:472) merupakan strategi tertentu dalam menyelenggarakan

pengajaran individual secara menyeluruh. Pembelajaran dengan menggunakan

modul merupakan salah satu bentuk pengajaran individual sebab tingkat

pemahaman dalam mempelajari modul yang dimiliki oleh tiap siswa berbeda-

beda. Pembelajaran individual ini biasanya dilaksanakan secara mandiri antara

lain dengan metode diskusi untuk memperjelas materi-materi yang belum

dipahami oleh sebagian siswa melalui pembahasan bersama.

Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik seperti yang

diungkapkan E. Mulyasa (2004:148) sebagai berikut:

1) Setiap modul harus memberikan informasi dan memberikan petunjuk

pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang peserta

didik, bagaimana melakukannya, dan sumber belajar apa yang harus

digunakan.

2) Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk

melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam hal ini setiap

modul harus: memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar

Page 15: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

20

sesuai dengan kemampuannya; memungkinkan peserta didik mengukur

kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan memfokuskan peserta didik pada

tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur.

3) Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik

mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta

memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif tidak

sekedar mebaca dan mendengar, tetapi lebih dari itu, modul memberikan

kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi, dan berdiskusi.

4) Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta

didik dapat mengetahui kapan dia memulai dan kapan mengakhiri suatu

modul, dan tidak menimbulkan pertanyaan mengenai apa yaang harus

dilakukan, atau dipelajari.

5) Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar

peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik

dalam mencapai ketuntasan belajar. Pengukuran ini juga merupakan suatu

kriteria atau standard kelengkapan kelengkapan modul.

Tugas utama guru didalam sistem pembelajaran dengan modul adalah

mengorganisasi dan mengatur proses belajar antara lain seperti yang diungkapkan

E. Mulyasa (2006:150) sebagai berikut :

1) menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif

2) membantu peserta didik yang mengalami kesulitan di dalam memahami isi

modul atau pelaksanaan tugas

3) melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta didik

Memperhatikan tugas guru dalam pembelajaran modul seperti yang

tercantum dalam uraian di atas maka dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran

modul siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dengan

penggunaan sistem pembelajaran modul dalam proses belajar mengajar biologi

siswa Sekolah Menengah Atas diharapkan mampu meningkatkan peran aktif

siswa dalam pembelajaran.

Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul menurut E. Mulyasa

(2006:149) akan melibatkan beberapa komponen sebagai berikut :

Page 16: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

21

1) lembar kegiatan peserta didik,

2) lembar kerja,

3) kunci lembar kerja,

4) lembar soal,

5) lembar jawaban, dan

6) kunci jawaban.

Berbagai komponen penyusun modul seperti yang disebutkan di atas

selanjutnya dikemas dalam format modul sebagai berikut :

1) Pendahuluan

Bagian pendahuluan berisi deskripsi umum, seperti materi yang

disajikan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan dicapai setelah belajar;

termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul

tersebut.

2) Tujuan Pembelajaran

Bagian tujuan pembelajaran berisi tujuan-tujuan pembelajaran khusus

yang harus dicapai oleh setiap peserta didik setelah mempelajari modul.

3) Tes awal

Tes awal berguna untuk menetapkan posisi peserta didik, dan

mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan dari mana ia harus memulai

belajar, apakah perlu untuk mempelajari modul tersebut atau tidak.

4) Pengalaman belajar

Bagian pengalaman belajar merupakan rincian materi untuk setiap tujuan

pembelajaran khusus, yang berisi sejumlah materi, diikuti dengan penilaian

formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang tujuan belajar yang dicapainya.

5) Sumber belajar

Pada bagian ini disajikan tentang sumber-sumber belajar yang dapat

ditelusuri peserta didik. Penetapan sumber belajar ini perlu dilakukan dengan baik

oleh pengembang modul, sehingga peserta didik tidak kesulitan memperolehnya.

6) Tes akhir

Tes akhir instrumennya sama dengan isi tes awal hanya lebih difokuskan

pada tujuan terminal setiap modul.

Page 17: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

22

Penyusunan modul dengan memperhatikan komponen-komponen yang

telah diuraikan di atas dilakukan agar diperoleh modul yang lengkap dan

terstruktur sehingga mempermudah peserta didik dalam mempelajari materi

pembelajaran yang terdapat dalam modul tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Michael E. Rogers (2004: 37)

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan modul dapat berpengaruh positif

terhadap aktivitas belajar yang dilakukan siswa. Aktivitas belajar siswa akan

meningkat dengan digunakannya modul sebagai sumber belajar siswa.

Penggunaan modul sebagai sumber belajar siswa dapat memberikan kesempatan

pada siswa untuk mengembangkan pengetahuannya.

Manfaat pembelajaran dengan modul seperti yang diungkapkan dalam

hasil penelitian oleh Maxima J. Acelado (2005:294-312) :

Using the modular teaching approach as intervention, this study yielded the following conclusions : (1) the use of modular teaching approach has made significant improvement in the learners’ achievement, persistence, and confidence in learning, regardless of their abilities. (2) The modular teaching approach has positive effects on the respondents’ achievement, persistence, and confidence levels most especially among the respondents from the low ability group.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan modul dalam

pembelajaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perbaikan prestasi

belajar siswa. Pembelajaran dengan modul juga berpengaruh positif terhadap

aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya ketekunan dan rasa

percaya diri siswa.

Page 18: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

23

B. KERANGKA PIKIR

Proses belajar mengajar Biologi di kelas X-1 SMA Negeri 3 Surakarta

menunjukkan bahwa kemampuan afektif (affective response) siswa yang masih

kurang sedangkan kemampuan kognitif sudah cukup tinggi. Kemampuan afektif

siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Surakarta ditandai dengan hasil observasi

kurangnya kemampuan siswa dalam membedakan dan menerima perbedaan,

kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan atau respons terhadap suatu

gagasan, kemampuan siswa dalam memberikan penilaian atau perhitungan

terhadap gagasan yang diungkapkan sesama siswa, kemampuan dalam membuat

pertanyaan, kemampuan dalam memecahkan masalah, dan kemampuan

membentuk kerjasama tim. Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa proses

pembelajaran Biologi di SMA Negeri 3 Surakarta belum optimal pada aspek-

aspek afektif.

Kemampuan afektif (affective responses) siswa terbagi menjadi lima

tingkatan yaitu penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian

(valuing), pengelolaan atau pengaturan (organizing), dan pengkarakterisasian atau

bermuatan nilai (characterizing).

Kemampuan siswa dalam membedakan dan menerima perbedaan

berkaitan dengan aspek penerimaan (receiving) pada ranah afektif. Kemampuan

siswa pada aspek tersebut ditandai dengan tindakan siswa yang menunjukkan

penerimaan seperti mengiyakan, mendengarkan, dan mempertanyakan sesuatu.

Kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan atau respons

terhadap suatu gagasan berkaitan dengan aspek penanggapan (responding) pada

ranah afektif.. Kemampuan siswa pada aspek penanggapan ditandai dengan peran

serta (partisipasi) siswa pada proses pembelajaran seperti mematuhi semua aturan

dalam proses pembelajaran, mengikuti proses pembelajaran dengan baik, dan

memberikan tanggapan terhadap gagasan yang disampaikan baik oleh guru

maupun sesama siswa.

Penilaian terhadap gagasan yang diungkapkan oleh sesama siswa

berkaitan dengan aspek penilaian (valuing) pada ranah afektif. Aspek penilaian

Page 19: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

24

mencakup kemampuan memberi penilaian atau perhitungan terhadap gagasan,

benda, bahan, atau gejala tertentu.

Kemampuan siswa dalam membuat pertanyaan berkaitan dengan aspek

penanggapan (responding). Aspek penanggapan mencakup kemampuan siswa

dalam memberikan tanggapan terhadap gagasan yang disampaikan oleh siswa lain

salah satunya membuat pertanyaan tentang gagasan tersebut.

Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berkaitan dengan

aspek pengaturan (organizing) dan bermuatan nilai (characterization). Aspek

pengaturan mencakup kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan terhadap

gagasan yang kemampuan siswa dalam mendiskusikan dan memecahkan

permasalahan pada topik yang sedang dibicarakan, serta pada aspek bermuatan

atau mempribadikan nilai mencakup kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah.

Kemampuan siswa dalam membentuk kerjasama tim bekaitan

dengan aspek penilaian pada ranah afektif. Aspek penilaian mencakup

kemampuan siswa untuk bekerjasama melakukan penilaian atau perhitungan

terhadap gagasan yang disampaikan oleh siswa yang lain dan bekerjasama untuk

memecahkan permasalahan pada topik yang sedang dibicarakan.

Strategi pembelajaran Active Knowledge Sharing (Saling Tukar

Pengetahuan) memungkinkan siswa untuk berlatih menyampaikan pendapat,

menanggapi pendapat siswa lain, dan bekerjasama untuk memecahkan

permasalahan yang muncul pada topik yang sedang dibicarakan.

Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian

pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk

membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Penggunaan modul sebagai

paket belajar mandiri menuntut siswa untuk membaca, mengerti, dan memahami

sendiri materi pembelajaran yang telah disusun dalam bentuk modul sehingga

dalam proses pembelajaran menggunakan modul memungkinkan peserta didik

untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak hanya membaca dan

mendengar.

Page 20: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

25

Penggunaan strategi pembelajaran Active Knowledge Sharing (Saling

Tukar Pengetahuan) disertai modul hasil penelitian dapat membantu siswa

mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien serta memungkinkan

peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak hanya membaca

dan mendengar tetapi juga memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih

berdiskusi, berpartisipasi, bekerjasama, serta memecahkan masalah-masalah

tertentu berkaitan dengan materi pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan kolaborasi dengan guru Biologi

siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Surakarta untuk meningkatkan kemampuan afektif

siswa. Kolaborasi diwujudkan dalam proses pembelajaran Biologi melalui

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan strategi Active Knowledge

Sharing (Saling Tukar Pengetahuan) disertai modul hasil penelitian pada topik

Zygomycotina.

Alur kerangka berpikir dalam melaksanakan kegiatan penelitian secara

sederhana dapat digambarkan pada Gambar 6.

Page 21: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

26

Gambar 6. Kerangka Berpikir Penggunaan Modul dan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing

MASALAH DALAM PEMBELAJARAN

Kurangnya Kemampuan Afektif Siswa

PENYEBAB/AKAR MASALAH

Strategi yang digunakan guru kurang bervariasi.

Sumber belajar masih terpaku pada buku paket dan hand out dari guru.

AKIBAT

Siswa tidak berani dalam menyampai-kan gagasan.

Siswa tidak berani mengajukan perta-nyaan.

Siswa tidak dapat menanggapi gagasan yang disampaikan teman.

Siswa kurang dapat menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran.

PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARANACTIVE KNOWLEDGE SHARING DISERTAI

MODUL HASIL PENELITIAN

PROSEDUR

Pembagian kelompok siswa dan modul sebagai sumber belajar.Pemberian pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran.Sharing baik antar anggota kelompok maupun dengan kelompok yang lain.

MANFAAT

Memberi kesempatan siswa untuk bertukar pengetahuan dengan temannya.

Melatih siswa untuk berani menyampaikan gagasan dan menilai gagasan yang telah disampaikan siswa yang lain.

TARGET

Kemampuan afektif siswa meningkat

Page 22: 8/SKRIPSI KAKAK... · Web viewLANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Pembuatan Tempe Saga Pohon (Adenanthera pavonina) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga pohon (Adenanthera pavonina)

27

C. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan tinjauan pustaka dihubungkan dengan permasalahan yang

ada pada proses pembelajaran Biologi, maka diambil hipotesis tindakan sementara

yaitu penggunaan strategi pembelajaran Active Knowledge Sharing disertai modul

hasil penelitian pada sub pokok bahasan Zygomycotina dapat meningkatkan

kemampuan afektif siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran

2010/2011.