8961962 Pengetahuan Dasar Bauksit

download 8961962 Pengetahuan Dasar Bauksit

If you can't read please download the document

Transcript of 8961962 Pengetahuan Dasar Bauksit

PENGETAHUAN DASAR BIJIH BAUKSIT

Compile by : [email protected]

PENDAHULUAN

Bauxit

(Al2O3.2H2O), b ersistem oktahedral, terdiri dari 35 65 % Al2O3, 2 10 %

SiO2, 2 20 % Fe2O3, 1 3 % TiO2 dan 10 30 % air. Sebagai bijih alumina,

bauxit mengandung sedikitnya 35 % Al2O3, 5 % SiO2, 6 % Fe2O3 dan 3 % TiO2.

Sebagai mineral industri % silika kurang penting, tetapi besi dan titanium oksida

tidak lebih dari 3 %. Sebagai abrasif diperlukan silika dan besi oksida lebih dari 6 %.

Merupakan suatu campuran bahan-bahan yang kaya akan hidrat oksida aluminium,

dari bahan-bahan terseb ut dapat diambil logam aluminium secara ekonomis. Istilah

bauksit dikaitkan dengan laterit. Laterit adalah suatu bahan yang berup a konkresi

berwarna kemerahan, bersifat porous, menutupi hampir sebagian besar daerah tropis

dan subtropis, merupakan lapisan yan g kaya akan aluminium dan besi. Jika kadar

aluminanya lebih besar dibandingkan dengan kadar besi, sehingga warnanya menjadi

agak muda, kekunin g-k uningan samp ai keputih-putihan, maka laterit semacam ini

dinamakan aluminous laterit atau laterit bauksit.

Bauksit terbentuk dari batuan yang mepun yai kadar aluminium tinggi, kadar Fe

rendah dan sedikit kadar kuarsa bebas. Mineral silikat yang terubah akibat

pelakukan, mengakibatkan unsur silika terlepas dari ikatan kristal, dan sebagian

unsur besi juga terlepas. Pada proses ini terjadi penambahan air (H2O), sedangkan

alumina, bersama dengan titanium dan ferrik oksida (dan mungkin manganis oksida)

menjadi terkonstrasi sebagai endapan residu alumunium. Batuan yang memenuhi

persyar atan itu antara lain nepelin syenit dan sejenisn ya yang berasal dari batuan

beku, batuan lempung/ serpih. Batuan itu akan mengalami proses laterisasi (proses

pertukaran suhu secara terus menerus sehingga batuan men galami pelapukan).

Secara komersial bauxit terjadi dalam tiga bentuk :

1. Pissolitic atau oolitic disebut pula kernel yang berukuran diameter dari

sentimeter, sebagai amorfous trihydrate.

2. Sponge ore (Arkansas), porous, merupakan sisa dari batuan asal dan

komposisi utama gigsite

3. Amorphous atau bijih lempung.

15

PROSES PEMBENTUKAN DAN GENESA BAUKSIT

Genesa Bijih Bauksit

Alumina dapat bersumber dari batuan primer (magn etik dan hidrothermal)

maupun dari batuan sekunder (pelapukan dan metamorfosa). Namun secara luas yang

berada di permukaan bumi ini berasal dari batuan sekunder hasil proses pelapukan

dan pelindian.

1. Magnetik

Alumina yang bersumber dari proses magnetik dijumpai dalam bentuk batuan

yan g kaya akan kandungan alumina yang disebut dengan alumina-rich rock. Sebagai

contoh adalah miner al anortosite [(Na,K)AlSi

O

] dan mineral nefelin

3

8

[(Na

KAl

Si

O

] pada batuan syenit yang mengandung lebih dari 20% Al

O

.

3

4

4

16

2

3

Sumber alumina di Rusia yan g potensial dan telah dilakukan penambangan adalah

bersumber dari proses magnetik.

2. Hidrothermal

Alumina produk alterasi hidrothermal dari trasit (trach yte) dan riolit (rhyolite)

pada beberapa daerah vulkanik misalnya mineral alunit [KAl

(SO

)

(OH

)]

3

4

2

6

mengandung sampai 75% Al

O

dan dapat ditambang sebagai sumber alumina.

2

3

3. Metamorfosa

Alumina yang bersumber dari proses metamorfosa adalah sumber alumina

yan g tidak ekonomis. Saat ini masih dalam penelitian ekstraksi yang lebih maju.

Diharapkan dimasa mendatan g akan menjadi alumina yang potensial dan bernilai

ekonomis. Sebagai contoh adalah alumina silikat andalusit, silimanit dan kianit

(Al

SiO

).

2

5

4. Pelapukan

Alumina yang bersumber dari proses pelapukan, dijumpai sebagai ceb akan

residual dan disebut sebagai bauksit. Terbentuk oleh pelapukan feldspatik atau

batuan yan g mengandung nefelin.

16

KLASIFIKASI BIJIH BAUKSIT

A. Berdasarkan Genesanya

1. Bauksit pada batuan klastik yang kasar

Jenis ini berasal dari batuan beku yang telah berubah menjadi metamorf di daerah

yan g b eriklim tropis dan berumur Tersier Awal. Permukaan daerah nya telah

mengalami erosi dan dijumpai bauksit dalam bentuk boulder. Tekstur pisolitik dan

bentuknya menyudut dengan kadar bauksit tinggi dalam bohmit dengan posisi

letaknya sesuai dengan kemiringan lereng.

2. Bauksit pada terrarosa

Jenis terrarosa banyak terdapat di sekitar Mediterranian di Eropa Selatan yang

merupakan fraksi-fraksi kecil dari hasil pelapu kan batukapur atau dolomite dan

sebagian diaspor (Al

O

H

O). Jenis ini mempunyai ikatan monohidrat, karena itulah

2

3

2

endapan jenis tera rosa mempunyai kadar alumina yan g lebih besar dibandingkan

endapan jenis laterit.

3. Bauksit pada batuan sedimen klastik

Dijumpai pada lingkun gan pengendapan sungai stadium tua atau pada delta. Karena

tertransportasi, material rombakan terbawa ke laut. Sedimen klastik berada di atas

ketinggian dasar melapuk mengandung perlapisan gravel pasir, lempun g kaolinit dan

kadang lignit membentuk delta coron g. Deposit bauksit jenis ini yang ekonomis

adalah berumur Paleosen.

4. Bauksit pada batuan karbonat

Deposit bauksit pada batugamping kadarnya tinggi dan berumur Paleosen.

Perkembangann ya tidak berada di permukaan tetapi pada kubah-kubah gamping.

5. Bauksit pada batuan posfat

Al posfat berwarna abu-abu, putih kehijauan dan bersifat porous yang terisi oleh

berbagai material. Lapisan bawahn ya mengandung lempung antara montmorilonit

dengan atapulgit. Beberapa lapisan d alam bentuk Ca-posfat, berstruktur oolitik dan

dijumpai pula pseudo-oolitik fluorapatit. Di bagian atas lapisan ini mengandung Al-

posfat den gan mineral krandalit [(Ca Al

H(OH

/ (PO

)] yang sangat dominan

3

6

4

dibandingkan d engan augilit [(Al

(OH

) / (PO

)].

2

3

4

17

B. Berdasarkan Letak Depositnya

Selain kelima jenis deposit bauksit tersebut , maka berdasar letak depositnya,

deposit bauksit dapat dibedakan menjadi empat tipe, yaitu:

1. Deposit bauksit residual

Diasosiasikan dengan kemiringan lereng yang menengah sampai hampir datar

pada batuan nefelin syenit. Permukaan bauksit kemiringannya lebih dari 5 dan

batasan yang umum adalah 25. Pada batuan nefelin syenit bagian bawah bertekstur

granitik. Zona di atasn ya menunjukkan vermikuler, pisolitik dan tekstur konkresi

lainnya. Di bawah zona konkresi adalah zona pelindian dengan dasar fragmen

lempung kaolinit. Walaupun dasar zona pelindian ini melengkung, tidak dapat

menghilangkan tekstur granitis. Kaolinit nepelin syenit dipisahkan dengan bauksit

bertekstur granitis oleh kaolinit yang kompak d an kasar.

2. Deposit bauksit koluvial

Diselubungi oleh kaolinit, nefelin, syenit. Deposit ini terletak di bawah

lempung dan termasuk swamp bauxite dengan tekstur pisolitik dan oolitik yang

masih terlihat jelas serta berad a di daerah lembah. Di bagian atas deposit, kaolinit

terus berkembang, dap at memotong secara mendatar atau menggantikan matriks

yan g tebal dari tekstur pisolitik. Di beberapa tempat, lapisan lignit yang

mendatangkan lempun g dapat pula memotong badan bijih bauksit sehingga bauksit

tersebut menjadi alas d ari lapisan lignit ini.

3. Deposit bauksit alluvial pada perlapisan

Dapat berupa perlapisan silang siur, dipisahkan dengan gravel yang

bertekstur pisolitik. Bauksit tipe ini halus dan tertutup oleh alur runtuhan dari tipe

deposit bauksit koluvial.

4. Deposit bauksit alluvial pada konglomerat kasar

Deposit tipe ini umumnya menutupi bauksit boulder dengan konglomerat

kasar, terutama dari lempung karbonat dan pasir.

Bauksit yang terdapat di daerah penelitian termasuk jenis residual deposit

bauksit atau dikenal dengan laterit bauksit. Laterit bauksit banyak terdapat di daerah

tropis yang merupakan hasil pelapukan dari batuan yang berkomposisi alumina

tinggi. Bauksit di daerah penelitian mengandung komponen utama Al

O

, Fe

O

,

2

3

2

3

18

SiO

dan TiO

. disamping keempat komponen utama tersebut, terdapat komponen K,

2

2

Na, Ca, Mg, P, S dalam jumlah yan g san gat kecil.

SYARAT TERBENTUKNYA BIJIH BAUKSIT

Beberapa Kondisi yang mempunyai peranan penting dalam proses p embentukan

bauxit adalah :

1. Iklim humid tropis datau subtropis

o

Pada temper atur di atas 20

C, mak a SiO2 terlarut dan Fe2O3 d an Al2O3

menyertainya. pH ikut berperan penting dalam hal ini, dimana untuk kelarutan

alumina diperlukan pH antara 4 9, dan kelarutan SiO2 dengan pH di bawah 10.

Sebagai akibat rendahnya pH < 3 dan Eh rendah menyebabkan terlepasnya unsur

besi dan terjadi pengk ayaan alumina. Akumulasi CO2 bebas di permukaan terjadi

pada musim basah. Pada musim basah pada iklim tropis, maka larutan menjadi lebih

asam, sehingga terbentuk akumulasi Al2O3 dan Fe2O3. Pada iklim musim kering

unsur alkali dalam larutan terjadi subtitusi dengan silika.

2. Batuan sumber mengand ung alumina tinggi

Batuan silikat alumina tinggi, rendah besi dan kuarsa bebas, seperti : nepheline

syenite, endapan batu lempung hasil pelapuk an kristal batuan metamorfik.

3. Reagent yang sesu ai pH dan Eh, sehingga mampu merubah silikat.

Asam sulfurik atau sodium carbonate merupakan reagent yang mampu merubah

batuan menjadi lempung. Pada daerah tropis, tumbuhan asam/ humus, hujan, karbon

dioksida merupakan reagent yang baik, sehingga batuan menjadi terubah. Karbon

dan asam organik sangat berkompeten melarutkan silikat dan menghasilkan alkali

karbonat yang men gandung silika. Karbon dioksika dalam air hujan mampu

melarukan batugamping. Bakteri dalam larutan juga membantu proses pelapukan,

yan g mengakibatkan terjadinya redeposisi alumina. Hal ini dikarenakan aluminum

sulfat dalam larutan terhidrolisa menghasilkan sulfat. Prose tersebut juga dapat

berlangsung dalam larutan hidrotermal.

19

4. Infiltrasi air meteo rik permukaan secara lambat

5. Kondisi bawah permukaan (larutan bawah permukaan) yang mampu

melarutkan unsur batu an yang dilaluinya

6. Stabilitas tektonik yan g b erlan gsung lama

7. Preservation

Batuan asal mengalami laterisasi karena pergantian temperatur secara terus menerus

sehingga men galami pelapukan, dan pada permulaan pelapukan, alkali tanah serta

sebagian silikat dilitifikasi, silikat pada tanah dengan pH 5 - 7 akan larut secara b aik.

Demikian juga k aolin bebas akan larut dalam air yang bersifat asam. Proses ini

meninggalkan basa-basa lemah (komponen Laterit) dari aluminium besi dan titan

yan g kemudian membentuk endapan aluvial. Selanjutn ya unsur-unsur yang mudah

larut seperti Na, K, Mg, dan Ca dihanyutkan oleh air, maka warna hidroksida besi

lambat laun berubah dari hitam menjadi coklat kemerahan dan akhirnya menjadi

merah. Litifikasi akan membentuk laterit yang selanjutnya mengalami proses

pengk ayaan hidroksida aluminium (Al (OH)

), dilanjutkan dengan proses dehidrasi

3

sehingga mengeras menjadi bauksit. Bauksit yang terdapat di Pulau Bintan dan

sekitarnya berasal dari hornfels, sejenis batuan yang berwarna hitam, afanitik,

berbentuk breksi..

METODE EKSPLORASI BAUKSIT

Tahapan eksplorasi bauk sit meliputi :

penguku ran dan pemetaan,

pembuatan sumur uji dan pengambilan conto laterit bauksit. Perhitungan

jumlah cadan gan), ketebalan tanah penutup, swell factor dan fakctor konkresi

Metode Pengambilan Conto Pada Test Pit (Sumur Uji)

Sumur uji merupakan suatu metode untuk mengambil conto bijih bauksit

yan g berada di bawah permukaan. Adapun ukuran sumur uji ini adalah 0,8 x 1,2 m.

Untuk menentukan titik sumur uji ini berdasar d ari hasil analisis laboratorium dari

conto indikasi bauksit dipermukaan. Secara garis besar pembuatan sumur uji ini

sangat sederhana, yaitu :

20

1. Penentuan titik, apakah secara acak, jarak 200m, 100m, 50 m ataupun

25 m.

2. Selanjutnya dilakukan penggalian oleh tenaga penduduk sekitar

3. Penggalian ini dihentikan bila telah mencapai lapisan lempung yang

biasa disebut dengan kata kon g.

Setelah luban g sumur uji telah siap, maka langkah berikutnya yaitu melakukan

sampling (pengambilan conto bijih bauksit) dengan tenaga harian dari penduduk

sekitar, adapun metode pengambilannya seb agai b erikut:

1. Menentukan kedalaman sumur uji dengan cara diukur dengan meteran.

2. Menentukan batas antara lapisan lempung (kong) dengan bijih bauksit.

3. Menentukan tebal lapisan bijh bauksit.

4. Menentukan batas antara over burden (lapisan penutup) dengan bijih

bauksit.

5. Melakukan pemerian bijih bauksit dilapangan.

6. Pengambilan sample beserta labeling pada pita dan plastik sample agar

memudahkan dalam administrasi data pada saat analisa laboratorium.

Tahap Preparasi

Setelah pengambilan conto selesai maka kemudian dibawa ke bagian

preparasi untuk dilakukan langakah-langkah selanjutnya yaitu :

1. Penimbangan b erat conto awal.

2. Pencucian conto dengan air agar matriks (butiran yang lolos pada

mesh 100) dan pengotorn ya hilang.

3. Pengeringan. Bisa dilakukan dengan cara mengangin-anginkan atau

dengan men ggunakan oven.

4. Crushing (pengh ancuran ). conto yang telah dikeringkan dihancurkan

sampai pada ukuran kerikil.

5. Penimbangan berat conto setelah dicuci (dari perbandingan berat

setelah dicuci dan sebelum dicuci didapatkan faktor konkresi)

6. Quartering (pencampuran 4 bagian). Setelah itu diambil 3-3,5 kg dari

conto yang tersisa. (Gambar 3.3).

7. Dari 3-3,5 kg tersebut kemudian dilakukan quartering lagi agar

menjadi lebih homogen, dan kemudian diambil 0,15-0,2 kg.

21

8. Kemudian dilakukan penghalusan, kemudian conto tersebut diayak

dengan ukuran mess 200, sample yang lolos kemudian siap untuk

dianalisis di laboratorium.

CONTO

1. Eksplorasi

2. Produksi (Unwashed dan Washed)

3. Export (Pershift dan Kumulatif Kadar (mixing)

DISUSUN DAN DITIMBANG

PENCUCIAN

(tehadap pengotor seperti clay /

pasir kuarsa pada permukaan bijih < 2mm)

DRYING OVEN

( 80 C)

DITIMBANG CF = (Berat lapangan / berat bersih) x 100 %

(Untuk mendapatkan % CF)

CRUSHING

(size 5 mm 10 mm)

REDUCTION (QUARTERING)

(150 300 gr)

Arsip Conto (Duplo) = 3 3,5 kg

CRUSHING

(size : mesh 200)

PENGAYAKAN (SIEVE SHAKER)

TAILING

LOLOS 200 MESH

ANALISIS

(SiO2, Fe2O3, TiO2, Al2O3, Moisture Content (MC))

Gambar 3.3.

Bagan alir tahap preparasi Conto

22

PERHITUNGAN CADANGAN

Cadangan bauksit dapat dihitung berdasarkan p eta cadan gan yang mencantumkan

nomor uji, tebal lapisan tanah penutup, tebal lapisan bijih, kadar SiO

, Kadar TiO

,

2

2

Fe

O

, Al

O

dan faktor konkresi. Berdasarkan analisa kadar masin g-masing unsur

2

3

2

3

yan g terdapat dalam bijih bauksit, Cadangan bauksit dapat dibagi menjadi tiga

golongan, yaitu golongan A,B dan C (Tabel 1).

Tabel. 1 Pembagian Kelas Cadangan

Kelas

Al2O3 Kadar

Cadangan

SiO2

A = 50,00 % = 6,00 %

B 48,00

6,00

50,00 %

13,00 %

C = 48,00 % = 13,00 %

(Sumber d an Literatur PT.Aneka Tambang)

Terminologi sumber daya dan cadangan menurut Mc Kelvey (1973) vide Abdul Rauf

(1998) bahwa yang dimaksud dengan sumber daya mineral adalah sebagai

konsentrasi bijih atau gugusan bijih yang mempunyai nilai ekonomis.

Pembagian Sumber Daya Mineral

Sumber daya mineral dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource)

Sumber daya mineral tereka adalah sumber daya mineral yang merup akan

hasil eksplorasi awal dengan skala besar. Dengan menggunakan metode eksplorasi

endapan bauksit yaitu dengan menggunakan sumur uji, maka diharapkan mampu

mendeliniasi penyebaran endapan estimasi awal besarn ya cadangan bauksit pada

suatu daerah. Adapun dalam penentuan titik sumur uji menggunakan metode random

sampling.

2. Sumber Daya Mineral Terindikasi (Indicated Mineral Resource)

Sumber daya mineral yang merupakan hasil eksplorasi tahap semi detil

dengan skala yang lebih kecil, dengan fokus daerah eksplorasi yang leb ih sempit.

Metode yang digunakan lebih rinci dari eksplorasi awal yaitu perencanaan

23

pemasangan titik sumur uji dengan jarak 100 x 100 m dan 50 x 50 m. Hasil dari

eksplorasi ini diharapkan mampu memberi gambaran awal dimensi penyebaran

endapan dan besarnya cadangan bauksit yan g lebih rinci.

3. Sumber Daya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource)

Sumber daya mineral dari hasil eksplorasi yang lebih detil dengan skala yang

lebih kecil. Pemasangan titik sumur uji dilakukan dengan lebih detil yaitu dengan

jarak 25 x 25 m. Pada tahap eksplorasi ini diharapkan akan mengetahui 3 dimensi

dari sebaran mineral sehingga dapat dikalkulasikan den gan tingk at akur asi yang lebih

tinggi dan lebih mendek ati kebenaran dari kondisi bijih bauksit dibawah per mukaan.

Cadangan Mineral (Ore Reserves)

Cadangan mineral merupakan bagian dari Sumber Daya Mineral, yaitu hubungan

antara identifikasi sumber daya mineral dengan cadangan bijih yang terukur dan

telah lulus studi kelayakan, yang meliputi ekonomi, penambangan, metalurgi,

pemasaran, hukum, lingkungan, sosial dan pemerintah sehin gga akan menghasilkan

suatu cadan gan bijih, yaitu cadangan yan g siap untuk ditambang.

Cadangan mineral dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Cadangan Terkira (Probable Ore Reserves)

Suatu cadangan hasil dari studi kelayakan dari sumber daya terindikasi

(Indicated Mineral Resource). Lokasi penyebaran sudah diketahui, tetapi tingkat

kekayaan serta ekonomisnya belum diteliti dengan baik.

2. Cadangan Terbukti (Proved Ore Reserves)

Cadangan yang merupakan hasil dari studi k elayakan dari sumber d aya

mineral terukur (M easured Mineral Resource). Merupakan cadangan bijih yang

layak dan siap untuk ditambang serta telah memenuhi batas kadar minimum (Cut off

Grade).(gambar 3.4.).

24

Identifikasi Sumber Daya Mineral Cadangan Bijih

(Insitu) (Dapat ditambang)

Tereka Terindikasi

Terkira

Berd asarkan nilai ekonomis, tambang,

Metalurgi, pemasaran, hukum dan

Sosial, lingkungan d an pemerintah

Terukur

Terbukti

Gambar 3.4.

Hubungan antara Identifikasi Sumber Daya Mineral dengan Cadangan Bijih.

(Mc Kelvey, 1 973).

Metode Perhitungan Cadangan

Perhitungan cadan gan pada tahap eksplorasi pendahuluan berbeda dengan tahap

eksplorasi detil dan eksplorasi lanjut. Berbeda metode eksplorasi dan tingkat

kepercayaan data. Untuk inventarisasi atau perancangan suatu prospek maka tidak

perlu prosedur yang rumit dan waktu yang lama. Untuk konstruksi atau perancangan

tambang diperlukan akurasi perhitungan cadangan yang tinggi, sehingga prosedurnya

lebih rumit dan memerlukan waktu yang lama.

Metode perhitungan cadangan dikategorikan menjadi:

1. Metode Konvensional

2. Metode Non Konvernsional

1. Metode Konvensional

Metode ini tertua dan paling umum digunakan, mudah diterapkan,

dikomunikasikan dan d ipahami. Selain itu mudah diadaptasikan dengan semua

enadapan mineral, hanya saja kelemahannya sering menghasilkan perkiraan yang

salah karena cenderung menilai kadar tin ggi saja. Kadar suatu luasan diasumsikan

konstan sehingga tidak eksak/optimal secara matematis.

Metode yang sering dipakai pada metod e konvensional yaitu metode luas dan faktor

rata-rata. Metode ini memberikan asumsi bahwa segmen / blok didasarkan kesamaan

25

geologi endapan sehingga kesamaan geologi mencerminkan kesamaan ekonomi dan

kesamaan teknik penambangannya. Metode ini diterapkan pada endapan berbentuk

pipih, mendatar dan perlapisan, misalnya bijih bauksit, endapan bijih besi, endapan

batubara, endapan timah dan endapan fosfat. Parameter yang dipakai sebagai dasar

dari perhitun gannya adalah ketebalan, luas dan kadar diman a perubahan tersebut

diatas dari satu titik ke titik lainnya relatif kecil sehingga d engan perataan yang

sederhana ak an diperoleh hasil perhitungan yang akurat.

2. Metode Non Konvensional

Merupakan metode pengembangan dari teori matematik dan statistik yang secara

teoritis akan lebih optimal, akan tetapi kelemahannya rumit dan hasil tidak akan

maksimal apabila data yang ada terbatas. Pen ggu naan ini sangat bergantung kep ada

software yang ada dan biasanya hasil yan g ada tidak mempun yai fleksibilitas

terhadap k eadaan nyata dilapangan.

Perhitungan Cadangan

Perhitungan cadangan bauksit berdasarkan kepada data penyebaran bauksit,

ketebalan, dan jarak antar test pit, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :

Volume = luas area x tebal lapisan bauksit .(1)

Raw ore = Volume x Specific gravity (SG) ..(2)

Concretion Factor (CF) = Berat sample seteleh dicuci x 100% .(3)

Ber at sample sebelum dicuci

Whased ore = (raw ore x CF).....................................................................(4)

100

Keterangan :

- Grid = Jarak antar test pit

- Luas area = Luas jarak antar grid

- Tebal = Tebal lapisan ore bauksit diukur pada test pit

- SG = Berat jenis bauksit (1,6)

- Raw ore = Berat sample per luasan daerah sumur uji sebelum dicuci

26

- Concretion fact

or(CF) = Merupakan persen berat bauksit bersih tanpa

Pengotor.

- Whased ore = berat sample per luasan daerah sumur uji setelah

dicuci

- Tebal lapisan bauksit diukur pada masing-masin g test pit.

Kemudian dari hasil analisis laboratorium masing-masing unsur dikalikan dengan

whased ore, maka ak an didapatkan volume masing-masing unsur.

METODE PENAMBANGAN

Tambang bauksit berupa surface mining. Endapan bauksit di setiap lokasi

mempunyai k adar yang berbeda-beda, sehingga penambangannya dilakukan secara

selektif dan pencampuran merupakan salah satu cara untuk memenuhi persyaratan

ekspor.

Sistem Penambangan

Metode dan urutan penambangan bijih bauksit secara umum adalah :

a. Pembersihan lokal (land clearing)

dari tumbuh tumbuhan yang terdapat

diatas endapan bijih bau ksit.

b. Pengupasan lapisan penutup (Stripping of overburden)

yang umumnya

memiliki ketebalan 0,2 meter. Untuk pen gupasan lapisan penutup digun akan

bulldozer.

c. Penggalian (Digging)

endapan bauksit dengan excavator dan pemuatan

bijih dengan dump truck.

Penambangan dilakukan dengan sistem tambang terbuka dengan metode berjenjang

yan g terbagi dalam beb erapa blok prospek, sehingga untuk kemajuan penambangan

setiap blok disesuaikan den gan blok rencana penambangan pad a peta tambang.

Dalam pemb agian blok, penamban gan direncanakan pada p eta eksplorasi dengan

skala 1 : 1000. Hal tersebut bertujuan untuk memperkirakan jumlah tonase b auksit

tercuci yang ak an diperoleh dan bijih bauksit kadar tinggi saja yang diambil,

sehingga dengan cara pencampuran (mixing) akan dapat memperpanjang umur

tambang dan diharapkan hasil yang diperoleh sesuai dengan persyaratan dari pembeli

yan g telah ditentukan seb elumnya.

27

Bagan alur proses penambangan bauksit di Kijang mulai dari p enamban gan

sampai dengan pengapalan

Pencucian

Proses pencucian yang dilakukan pada instalasi pencucian bertujuan untuk

meliberasi bijih bauksit dari unsur-unsur pengotornya yang umumnya berukuran < 2

mm berupa tanah liat dan pasir kuarsa. Hasil pencucian tersebut mempertinggi

kualitas bijih bauksit, dimana akan didapatkan kadar alumina yang lebih tinggi

dengan men gu rangi kadar silika, oksida besi, oksida titan dan mineral pengotor

lainnya.

Instalasi pencucian dipergunakan untuk mencuci bijih bauksit langsung dari front

yan g diangkut dengan tongkang. Peralatan pencucian terdiri dari ayakan putar

(tromol rail atau rotary grizzly), ayakan getar (vibrating screen. Ayakan putar

berfun gsi untuk mencuci bijih bauksit yang masuk melalui hopper (stationary

grizzly), sedan gk an ayakan getar berfungsi untuk mencuci bijih bauksit yang keluar

dari ayakan putar. Ayakan getar mempun yai d ua tingkat ayakan, dimana ayakan

tingkat pertama (bagian atas) mempunyai lebar lubang bukaan 12,5 mm dan ayakan

tingkat kedua (bagian bawah) mempun yai lebar bukaan 2mm sehingga alat ini sering

disebut system ayakan getar bertingkat (vibration horizontal double deck screen).

Dengan demikian selama proses pencucian, bijih mengalami tiga tahap proses

pencucian (Gambar 5), yaitu:

- Proses penghancuran untuk memper-kecil ukuran bijih bauksit yang berasal

dari front penamban gan.

28

- Proses pembebasan (liberasi) bijih bauksit dari unsur-unsur pengotor.

- Proses pemisahan (sorting) terhadap bijih bauksit yang berdasarkan perbedaan

ukuran dan pemisahan terhadap fraksi yang tidak diinginkan (