89167596 Makalah Kasus 2 BPH
-
Upload
ilham-zulfichar-halim -
Category
Documents
-
view
38 -
download
6
Transcript of 89167596 Makalah Kasus 2 BPH
Asuhan Keperawatan Pada Tn. B
Dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Urinary
Disusun oleh :
Eva Herfianti 220110090128
Nissa Fadillah S 220110090132
Nuryani S 220110090123
Pepi Pratiwi 220110090129
Pratiwi Ayu P 220110090122
Rafika Tasya 220110090124
Suci Amalya F 220110090130
Sylvia Farmasya 220110090125
Vidy Octavianty 220110090133
Alfi Noviani 220110090140
Yuke Fathurohmah 220110090134
FAKULAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.Makalah ini berjudul “Makalah Kasus 2 BPH”.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan diajukan untuk memenuhi standart proses pembelajaran oada mata kuliah Sistem Urinary.
Dalam penyusunan makalah ini,penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang senantias memberi dukungan dan materil dalam proses penyusunan makalah ini.
Meskipun telah berusaha segenap kemampuan,namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi di hari kemudian.
Akhir kata,penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran dan bagi siapapun yang membacanya.
Jatinangor , Mei 2012
Penulis
IDENTIFIKASI KASUS
Tn. B seorang purnawirawan berusia 60 tahun,datang ke rumah sakit dengan keluhan tidak bisa BAK sejak 12 jam yang lalu.Setelah dilakukan anamnesa klien mengatakan nyeri pada daerah supra pubis yang menjalar ke pinggang.dari anamnesa diketahui sejak 2 minggu yang lalu,klien selalu merasa kesakitan apabila akan mulai berkemih.Apabila dipaksa dengan cara mengedan,urin keluar dengan meneres dan kadang terjadi hematuria.Klien juga mengeluh pancaran urin sewaktu miksi berkurang sejak 3 bulan yang lalu.klien datang ke rs karena sejak 12 jam yang lalu klien mengatakan miksi tidak keluar urin.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan ; tek.darah =160/110 mmHg, HR=98x/menit, RR=25x/menit, suhu= 370 C.
Klien tampak gelisah,tampak berkeringat di daerah dahi,saat dipalpasi terasa tegang dan keras di area suprapubik (area vesika urinaria),uji colok dubur (+++).
Hasil pemeriksaan lab : hematologi darah rutin ;
Hb: 14 g/dL, hematokrit: 42%, leukosit: 12.100/mm3 , trombosit: 224.000/mm3 ,
Kimia klinik :
Ureum: 37 mg/dL, kreatinin :1,08 mg/dL, natrium: 125 mEq, imunologi: PSA : 20 nanogram/ml.
Tn.B direncanakan dilakukan operasi open prostatektomi,tetapi saat akan mengisi persetujuan operasi Tn. B menolak.Karena dia pernah membaca bahwa operasi tersebut mempunyai resiko untuk terjadi gangguan ejakulasi dan impotensi.lagipula setelah dipasang selang kateter,urin keluar.
SGD step 1-5 kasus 2 BPH
Step 1
1.PSA (rafika)
2.Hematokrit (sylvia)
3.open prostatektomi (suci)
4.uji colo dubur (yani)
Jawaban :
3. pembedahan untuk membuka kelenjar prostat (eva)
4. uji colok dubur.setelah dubur dicolok,kotorannya keluar (sylvia)
Untuk mengetes spingter apakah masih bereaksi atau tidak (nisaa)
Step 2
1.diagnosa media ?(yani)
2. apakah indikasi operasi open prostatektomi ?(pepi)
3.hubungan antara anus dan urinaria ?(pratiwi)
4.berapa nilai normal dari pemeriksaan lab ? (eva)
5. farmakologi (alvi)
6.tindakan selain operasi? (rafika)
7. proses terjadinya hematuria dalam kasus? (dilla)
8.kenapa dilakukan operasi,apakah tidak cukup dengan pemasangan kateter? (sylvia)
9.Kenapa nyerinya menjalar?dan menjalar sampai mana? (sylvia)
10. hubungan pekerjaan dan penyakit? (yani)
11. Organ apa yg terkena dalam kasus ini? (dilla)
12. Prognosis? (pepi)
13. Apa hubungan dilakukan operasi dengan gangguan ejakulasi dan impotensi? (alfi)
14. Fase penyakit? (yani)
15. komplikasi ?( tiwi)
16.Pemeriksaan diagnostik lainnya? (dilla)
17. diagnosa keperawatan yang muncul? (rafika)
18. apa yg menyebabkan urine susah keluar? (sylvia)
19.faktor pencetus dan predisposisi? (yani)
20. penanganan pertama urine susah keluar? (sylvia)
21.Pencegahan? (dilla)
22.degeneratif atau tidak? (yani)
Step 3
1. BPH (benigna prostat hiperplasia) (eva)2. Untuk mengangkat benigna (rafika)3. Untuk mengetahui ada benjolan kelenjar prostat.6. tidak ada tindakan lain(alfi)
7. karena mengedan,sehingga terjadi tekanan yg tinggi → pembuluh darah pecah (eva)
8. beda kateter hanya untuk mengurangi urine.bukan mengurangi penyakit.(yani)
Karena kateter penanganan pertama.untuk mengurangi resiko penyebaran (dilla)
9.-pinggang
-abdomen kanan,kiri
-punggung belakang
-paha (tiwi)
10. ada hubungannya.kemungkinan terpapar sinar x ada.( dilla)
11. kelenjar prostat → uretra (rafika)
12. baik jika dioperasi,bila tidak benigna akan menyebar (dilla).
13. ada peran serta prostat dalam ejakulasi dini. (dilla)
Efek samping operasi,mengenai saraf untuk menstimulasi ejakulasi (eva)
15.batu ginjal,teflux (eva)
16. MRI, Ct-scan ( tiwi )
17. –gangguan nyeri
- gangguan eliminasi (eva)
-kurang pengetahuan (yani)
-anxietas (sylvia)
18. kelenjar prostat menjepit uretra (eva)
19. Predisposisi :pekerjaan,posisi duduk yang lama,celana ketat
Pencetus : degeneratif,defisit hormon dehidotetosteron (eva,yani,pratiwi).
20. Kateter( yani)
Anatomi Fisiologi Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan mengelilingi bagian
tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar walnut dan akan membesar sejalan dengan
pertambahan usia. Prostat mengeluarkan sekret cairan yang bercampur secret dari testis,
perbesaran prostate akan membendung uretra dan menyebabkan retensi urin. Kelenjar prostat,
merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu:
Lobus posterior
Lobus lateral
Lobus anterior
Lobus medial
Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara di kanan dari verumontanum
dibagian posterior dari uretra pars prostatika. Di sebelah depan didapatkan ligamentum pubo
prostatika, di sebelah bawah ligamentum triangulare inferior dan di sebelah belakang
didapatkan fascia denonvilliers.
Fascia denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat dengan prostat dan
vesika seminalis, sedangkan lembar belakang melekat secara longgar dengan fascia pelvis
dan memisahkan prostat dengan rektum. Antara fascia endopelvic dan kapsul sebenarnya dari
prostat didapatkan jaringan peri prostat yang berisi pleksus prostatovesikal.
Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari :
1. Kapsul anatomis
Sebagai jaringan ikat yang mengandung otot polos yang membungkus kelenjar prostat.
2. Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler
3. Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:
a) Bagian luar disebut glandula principalis atau kelenjar prostat sebenarnya yang
menghasilkan bahan baku sekret.
b) Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga sebagai
adenomatous zone
c) Di sekitar uretra disebut periurethral gland atau glandula mukosa yang merupakan
bagian terkecil. Bagian ini serinng membesar atau mengalami hipertrofi pada usia
lanjut.
Pada BPH, kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis :
1. kapsul anatomis
2. kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat yang sebenarnya
(outer zone) sehingga terbentuk kapsul
3. kapsul yang terbentuk dari jaringan fibromuskuler antara bagian dalam (inner zone)
dan bagian luar (outer zone) dari kelenjar prostat.
BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung banyak
jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian posterior daripada lobus
medius (lobus posterior) yang merupakan bagian tersering terjadinya perkembangan suatu
keganasan prostat. Sedangkan lobus anterior kurang mengalami hiperplasi karena sedikit
mengandung jaringan kelenjar.
Secara histologis, prostat terdiri atas kelenjar-kelenjar yang dilapisi epitel thoraks selapis dan
di bagian basal terdapat juga sel-sel kuboid, sehingga keseluruhan epitel tampak menyerupai
epitel berlapis.
Vaskularisasi Prostat
Vaskularisasi kelenjar prostat yanng utama berasal dari a. vesikalis inferior (cabang dari a.
iliaca interna), a. hemoroidalis media (cabang dari a. mesenterium inferior), dan a. pudenda
interna (cabang dari a. iliaca interna). Cabang-cabang dari arteri tersebut masuk lewat basis
prostat di Vesico Prostatic Junction. Penyebaran arteri di dalam prostat dibagi menjadi 2
kelompok , yaitu:
a. Kelompok arteri urethra, menembus kapsul di postero lateral darivesico prostatic
junction dan memberi perdarahan pada leher buli-buli dan kelompok kelenjar
periurethral.
b. Kelompok arteri kapsule, menembus sebelah lateral dan memberi beberapa cabang
yang memvaskularisasi kelenjar bagian perifer (kelompok kelenjar paraurethral).
Aliran Limfe
Aliran limfe dari kelenjar prostat membentuk plexus di peri prostat yang kemudian bersatu
untuk membentuk beberapa pembuluh utama, yang menuju ke kelenjar limfe iliaca interna ,
iliaca eksterna, obturatoria dan sakral.
Persarafan
Sekresi dan motor yang mensarafi prostat berasal dari plexus simpatikus dari Hipogastricus
dan medula sakral III-IV dari plexus sakralis.
Fungsi Prostat: menyekresi cairan alkali yang encer, seperti susu, yang mengandung asam
sitrat, kalsium, dan beberapa zat lain, yang berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap
sifat asam yang terapat pada uretra dan vagina. Selama pemancaran kapsula kelenjar prostate
berkontraksi serentak dengan kontraksi vas deferens dan vesika seminalis sehingga cairan
kelenjar prostate yang encer, seperti susu menambah massa semen. Sifat alkali cairan prostate
mungkin sangat penting untuk keberhasilan fertilisasi ovum, karena cairan vas deferens
relatif asam karena adanya hasil akhir metabolisme sperma dan akibatnya menghambat
fertilitas dan motilitas sperma. Sekret vagina pada wanita juga asam (pH 3,5 sampai 4,0).
Sperma tidak dapat bergerak optimum sampai pH cairan sekitarnya meningkat sekitar 6
sampai 6,5. Akibatnya, mungkin bahwa cairan prostate menetralkan keasaman cairan lain
tersebut setelah ejakulasi dan sangat meningkatkan pergerakan dan fertilisasi sperma.
Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm.
fungsinya hampir sama dengan kelenjar prostat.
PEMBAHASAN BPH
Pengertian
Pembesaran Prostat Jinak (BPH, Benign Prostatic Hyperplasia) adalah pertumbuhan jinak
pada kelenjar prostat, yang menyebabkan prostat membesar. Pembesaran prostat sering
terjadi pada pria di atas 50 tahun.
Prostat adalah kelenjar sebesar buah kenari yang letaknya tepat di bawah kandung kemih dan
hanya ada pada kaum pria. Prostat adalah penghasil sebagian besar cairan di dalam air mani
(semen) yang menjaga sperma agar tetap hidup. Kelenjar prostat mulai berkembang sebelum
bayi lahir dan akan terus berkembang hingga mencapai usia dewasa. Perkembangan prostat
dipengaruhi oleh hormon seks pria, yaitu androgen. Hormon androgen yang utama adalah
testosteron. Seiring dengan meningkatnya usia, testosteron akan menyebabkan prostat secara
perlahan membesar. Prostat yang membesar tersebut dapat menghambat aliran air seni
melewati uretra (pembuluh yang membawa air seni dari kandung kemih), sehingga
mempersulit atau memperlambat keluarnya air seni sewaktu buang air kecil. Kondisi ini
disebut pembesaran prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia/BPH), namun pembesaran
prostat jinak bukanlah kanker. Disebut sebagai kanker prostat jika sel-sel kelenjar prostat
berkembang secara abnormal tidak terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan di
sekitarnya. Menurut American Cancer Society, pada umumnya, kanker prostat berkembang
dengan perlahan. Berdasarkan hasil otopsi di Amerika, pria usia lanjut yang meninggal
karena suatu penyakit, ternyata juga menderita kanker prostat tetapi mereka tidak
menyadarinya. Dalam studi ini juga dijelaskan sekitar 70-90% penderita kanker prostat
tersebut berusia 80 tahun.
Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau benigna prostate hyperplasia (BPH) merupakan salah
satu penyakit yang tidak ditularkan dan insidensinya sangat berhubungan dengan usia.
Artinya, semakin panjang usianya semakin besar kemungkinan mendapatkan penyakit PPJ
ini. PPJ simtomatik diperkirakan angkanya sebesar 42 persen pada usia 60 tahun dan menjadi
80 persen pada usia 80 tahun, Kelenjar prostat hanya dimiliki oleh kaum laki-laki, bentuknya
seperti buah pala atau seperti bangunan pyramid yang terbalik, beratnya pada aorang dewasa
sekitar 20 gram, terletak tepat di bawah leher kandung kemih. Persisnya di belakang
berbatasan dengan usus besar yang disebut rectum di bagian depannya yang dilindungan oleh
tulang yang sangat kuat yaitu tulang pubis atau kemaluan. Selain itu juga dilindungi oleh
tulang-tulang lainnya seperti tulang ilium atau ususu dan tulang akrum, tulang koksigeus
membentuk bersama-sama sebagai tulng panggul. Kelenjar prostate dilalui oleh uretra
eksterna. Uretra merupakan suatu saluran berbentuk pipa memanjang mulai dari leher
kandung kencing dan bermuara pada lubang uretra eksterna. Sesuai hasil dari kuesioner IPS-
S pasien PPJ simtomatis dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu skor 0-7 ringan pada pasien
ini tidak dilakukan pengobatan maupun tindakan (waithfull waiting), skor 8-18 sedang diberi
terapi medikamantosa dengan syarat berat kelanjar prostate 40 gram. Obat dapat berupa
finasteride (enzim 5 alfa reductase inhibitor) atau dutasteride/dual finasteride dengan tujuan
untuk mencegah terbentuknya dehidrotestosteron (DHT) dari hormon testosteron oleh enzim
5 alfa reductase yang nantinya DHT ini akan diikat oleh reseptor androgen pada inti sel
kelenjar prostat yang seterusnya akan mendorong terjadinya hyperplasia.
Etiologi
BPH adalah tumor jinak pada pria yang paling sering ditemukan. Pria berumur lebih dari 50
tahun, kemungkinannya memiliki BPH adalah 50%. Ketika berusia 80–85 tahun,
kemungkinan itu meningkat menjadi 90%. BPH sangat sering terjadi. Separuh laki-laki lebih
dari 50 tahun mengalami gejala BPH, tetapi hanya 10% yang memerlukan intervensi medis
atau pembedahan.
Penyebab yang pasti dari terjadinya Benign Prostat Hyperplasia sampai sekarang belum
diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya Prostat
Hyperplasia yaitu testis dan usia lanjut. Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan
beberapa hipotesa yang diduga timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain
1. Teori DHT (dihidrotestosteron).
Reduktase dikonversi menjadi DHT yang merangsang pertumbuhan kelenjar prostat.
Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari
kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh
globulin menjadi sex hormon binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam
keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam “target
cell” yaitu sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di
dalam sel, testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase menjadi 5
dehidrotestosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi
“hormone receptor complex”. Kemudian “hormone receptor complex” ini mengalami
transformasi reseptor, menjadi “nuclear receptor” yang masuk kedalam inti yang
kemudian melekat pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini
akan menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar
prostat.Testosteron dengan bantuan enzim 5-
2. Teori Reawakening.
Teori ini berdasarkan kemampuan stroma untuk merangsang pertumbuhan epitel
3. Teori stem cell hypotesis.
Stem sel akan berkembang menjadi sel aplifying. Sel aplifying akan berkembang
menjadi sel transit yang tergantung secara mutlak pada androgen, sehingga dengan
adanya androgen sel ini akan berproliferasi dan menghasilkan pertumbuhan prostat
yang normal. Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada
seorang dewasa berada dalam keadaan keseimbangan “steady state”, antara
pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar
testosteron tertentu dalam jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem
sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat
bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel
stem sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel
kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan.
4. Teori growth factors.
Faktor pertumbuhan ini dibuat oleh sel-sel stroma di bawah pengaruh androgen.
Adanya ekspresi berlebihan dari epidermis growth factor (EGF) dan atau fibroblast
growth factor (FGF) dan atau adanya penurunan ekspresi transforming growth factor-.
(TGF-), akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pertumbuhan prostat dan
menghasilkan pembesaran prostat.
5. Teori Hormonal
Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu
antara hormon testosteron dan hormon estrogen. Karena produksi testosteron menurun
dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer
dengan pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang
terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron
diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang
berperan untuk perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi
relatif testosteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor
pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat. Pada
keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon
androgen testis yang akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin
bertambahnya usia, akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis)
yang akan menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen. Hal ini
mengakibatkan hormon gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormon
estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional histologis, prostat terdiri dari dua
bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian perifer
yang tidak bereaksi terhadap estrogen.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai
Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
1. Gejala Obstruktif yaitu :
a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan
mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan
waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya
tekanan dalam uretra prostatika.
b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena
ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika
sampai berakhirnya miksi.
c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor
memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
2. Gejala Iritasi yaitu :
a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada
malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.
Pemeriksaan Diagnos tik
Untuk menegakkan diagnosis BPH dilakukan beberapa cara antara lain
1. Anamnesa
Kumpulan gejala pada BPH dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms)
antara lain: hesitansi, pancaran urin lemah, intermittensi, terminal dribbling, terasa
ada sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi dan gejala iritatif dapat berupa urgensi,
frekuensi serta disuria.
2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi dapat meningkat
pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut, dehidrasi sampai syok pada retensi
urin serta urosepsis sampai syok - septik.
i. Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk mengetahui
adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis. Pada daerah supra simfiser pada
keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi terasa adanya ballotemen dan klien
akan terasa ingin miksi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
residual urin.
ii. Penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose meatus, striktur uretra,
batu uretra, karsinoma maupun fimosis.
iii. Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis
iv. Rectal touch / pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk menentukan
konsistensi sistim persarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat. Dengan
rectal toucher dapat diketahui derajat dari BPH, yaitu :
a). Derajat I = beratnya ± 20 gram.
b). Derajat II = beratnya antara 20 – 40 gram.
c). Derajat III = beratnya > 40 gram.
3. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula digunakan untuk
memperoleh data dasar keadaan umum klien.
- Pemeriksaan urin lengkap dan kultur.
- PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan adanya
keganasan.
4. Pemeriksaan Uroflowmetri
a. Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara obyektif
pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian :
Flow rate maksimal > 15 ml / dtk = non obstruktif.
Flow rate maksimal 10 – 15 ml / dtk = border line.
Flow rate maksimal < 10 ml / dtk = obstruktif.
5. Pemeriksaan Imaging dan Rontgenologik
i. BOF (Buik Overzich ) :Untuk melihat adanya batu dan metastase pada tulang.
ii. USG (Ultrasonografi), digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan
besar prostat juga keadaan buli – buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat
dilakukan secara transrektal, transuretral dan supra pubik.
iii. IVP (Pyelografi Intravena)
Digunakan untuk melihat fungsi exkresi ginjal dan adanya hidronefrosis.
iv. Pemeriksaan Panendoskop
Untuk mengetahui keadaan uretra dan buli – buli.
Stadium BPH
Stadium I : Ada obstruksi, tetapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.
Stadium II : • Ada retensio urine, tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kurang lebih 50-150- cc • Ada rasa tidak enak pada saat buang air kecil /disuria • Nokturia
Stadium III : Setiap buang air kecil urine selalu tersisa 150 cc atau lebih
Stadium IV : Retensio urine total, buli-buli penuh, pasien kesakitan, urine menetes secara periodic (over flow incontinentia)
Penatalaksanaan
Mekanisme dan efek samping terapi antiandrogenik untuk BPH
Obat Mekanisme Efek samping
Ablasi androgen
Agonis GnRH
(nafarelin, leuproid,
buserelin, goserelin)
Menghambat sekresi LH
hipofisis, menurunkan T dan
DHT. Mengurangi volume
prostat sebesar 35%.
Penurunan libido, impotensi.
Antiandrogen sejati
(flutamid, bikalutamid)
Inhibisi reseptor androgen. Nyeri tekan pada payudara,
insiden impotensi tidak
terlalu bermakna.
Inhibitor 5 alfa-
reduktase
(finasterid, dutasterid)
Menurunkan DHT, tidak
terjadi perubahan pada T atau
LH. Mengurangi volume
prostat sebesar 20%.
Insiden impotensi dan
penurunan libido 3-4%.
Mekanisme kerja
campuran
Progestin (megestrol
asenat medrogeston)
Menghambat sekresi LH
hipofisis, menurunkan T dan
DHT dengan derajat
bervariasi, inhibisi reseptor
androgen.
Berkurangnya libido,
impotensi, intoleransi panas.
Blokade reseptor alfa untuk BPH
Obat Mekanisme dan tempat kerja Efek samping
Fenoksibenzamin Blokade alfa1, alfa2, dan
pascasinaps
Hipotensi
Prazosin, terazosin,
doksazosin,
alfuzosin
Blokade alfa1, pascasinaps Hipotensi
Tamsulosin Alfa1a, pascasinaps Hipotensi
Penanganan pada kasus BPH biasanya dilakukan sesuai dengan derajat dari penyakitnya :
- Derajat 1, biasanya belum memerlukan tindakan bedah dan hanya diberikan
pengobatan konservatif misalnya dengan obat-obatan penghambat adrenoreseptor
seperti prazosin atau fazosin
- Derajat 2, ini merupakan suatu indikasi untuk dilakukannya pembedahan. Biasanya
dianjurkan reseksi endoskopik melalui uretra, TUR (transurethral resection).
Mortalitas TUR sekitar 1% dan morbiditas sekitar 8%. Kadang derajat 2 bisa dicoba
dengan pengobatan konservatif.
- Derajat 3, reseksi endoskopik harus dilakukan oleh ahli bedah yang cukup
berpengalaman, pada derajat ini bisa dilakukan pembedahan terbuka.
- Derajat 4, tindakan pertama yang harus segera dilakukan adalah membebaskan
penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter. Setelah itu biasanya
dilakukan terapi definitif dengan TUR atau pembedahan terbuka.
- Prostatektomi dengan melalui insisi suprapubisdapat dilakukan pengangkatan
adrenoma saja, baik dengan membuka kelenjar prostat secara langsung (prostatektomi
millins atau retropubika) maupun lewat kandung kemih (prostatektomi transvesikal).
Pengobatan lain yang invasif minimal ialah dengan pemanasan prostat dengan gelombang
mikro yang disalurkan ke kelenjar prostat melalui antena yang dipasang pada ujung kateter.
Cara ini disebut denga TUMT (transurethral microwave thermotherapy), dengan cara ini
hasil perbaikan sekitar 75% untuk gejala objektif. Pada penanggulangan invasif minimal lain
digunakan cahaya laser yang disebut TULIP (transurethral ultrasound guided laser
induced prostatectomy). Uretra di daerah prostat juga dapat di dilatasi dengan carabalon
yang dikembangkan di dalamnya, TUBD (transurethral balloon dilatation).
Pencegahan BPH
1. Banyak mengkonsumsi vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam
mencegah pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH
dapat berkembang menjadi kanker prostat. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan
dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan
organ tubuh lain tidak terlalu berat
2. Mengurangi makanan kaya lemak hewan
3. Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan
laut), vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai)
4. Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari
5. Berolahraga secara rutin
6. Pertahankan berat badan ideal
7. Jangan sering manahan air kencing
Prognosis
Pada hiperplasia nodular yang paling penting ialah kecenderungan terjadinya
obstruksi uretra karena desakan prostat yang membesar meskipun pada umumnya begitu,
tidak lebih dari 10% pria dengan keluhan ini memerlukan tindakan pembedahanuntuk
mengurangi obstruksi. Diperkirakan penderita dengan hiperplasia nodular memiliki
kecenderungan besar untuk timbulnya kanker dikemudian hari walaupun kini tidak dapat
dibenarkan bahwa hiperplasia nodular prostat sebagai suatu lesi praganas.
ASUHAN KEPERAWATAN
I.PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
1) Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Tn. B
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : -
Suku : -
Status Marital : -
Pekerjaan : Purnawirawan
Alamat : -
Diagnosa Medis : BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
b. Identitas Penanggungjawab
-
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh tidak bisa BAK sejak 12 jam yang lalu.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Setelah dilakukan anamnesa klien mengatakan nyeri pada daerah supis yang menjalar ke pinggang. Sejak 2 minggu yang lalu, klien selalu merasa kesakitan apabila akan memulai berkemih. Apabila dipaksa dengan cara mengedan, urin keluar dengan menetes dan kadang terjadi hematuria. Klien juga mengeluh pancaran urin sewaktu berkurang sejak 3 bulan yang lalu. Klien datang ke rumah sakit karena sejak 12 jam yang lalu, klien mengatakan miksi tidak keluar urin.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : -
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
-
3) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klien tampak gelisah, tampak berkeringat di daerah dahi
b. TTV; TD : 160/110 mmHg BB : -
HR : 98x/menit TB : -
RR : 25x/menit
T : 37,8 0 C
c. Sistem Pernapasan
Frekuensi napas 25x/menit.
d. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah 160/110 mmHg, denyut nadi 98x/menit.
e. Sistem Gastrointestinal
-
f. Sistem Urinaria
Hasil palpasi di area suprapubik teraba tegang dan keras. Uji colok dubur (+++)
g. Sistem Reproduksi
-
h. Sistem Muskuloskeletal
-
I Sistem Integumen
-
J. Sistem Endokrin
-
k. Sistem Persyarafan
-
4) Istirahat dan tidur
-
5) Aspek Psikologis
-
6) Aspek Sosial
-
7) Aspek Spiritual
-
8) Data Penunjang
a. Laboratorium
NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL1. Hb 14 g/dl 14-16 g/dl2. Hematokrit 42% 40-54%3. Leukosit 12.100/mm3 5.000-10.000/mm3
4. Trombosit 224.000/mm3 150.000-400.000/mm3
5. Ureum 37 mg/dl 20-40 mg/dl6. Kreatinin 1,08 mg/dl 0,8-1,7 mg/dl7. Natrium 125 mg/dl 135-145 mg/dl8. PSA 20 ng/ml 0-4,5 ng/ml (60-69
thn)
b. Terapi
Pemasangan kateter/Katerisasi
c. Rencana
Operasi open prostatectomy (Tn. B menolak)
Patofisiologi BPH
Usia tua
(klien berusia 60 tahun)
↓
Perubahan hormonal
↓
Perubahan ketidakseimbangan antara androgen dan esterogen
↓
Bagian lobus tepi prostat
↓
Androgen ↑
↓
Pertumbuhan sel abnormal
Ansietas ↓
Terbentuk neoplasma ↓ produksi cairan semen
↓
Kurang pengetahuan Pembedahan BPH Adenoma progresif kehilangan kontraksi kapsul kelenjar prostat
↓
Mendesak jaringan prostat normal kerusakan penghasil enzim fosfatase
↓
Menekan kapsula sejati menekan jaringan normal hematuria
↓ ↓ ↑
Kapsula bedah nekrosis jaringan → tercampur urin miksi
↓ ↓
Perluasan daerah tertahan merangsang neurotransmitter → nyeri(suprapubik)
↓ (histamin serotonin)
Perluasan daerah melebar kearah lumen ↓
↓ ke arah ms. 3&4 nyeri
Pengeluaran urin terhambat ↓
↓ nyeri menjalar ke pinggang
nyeri Penumpukan urin di vesika urinaria
↑ ↓
spasmus ↑tekanan
↑ ↓
Obstruksi kandung kemih ← Serat muskulus destrusor hipertrofi
↓
dilatasi Trabekulasi
(penebalan mukosa dalam kandung kemih)
Terbentuk tonjolan, ↓
kecil(sakula) besar (diferkel) Urin tertahan
↓
Kontraksi tidak efektif Urin dipksa keluar dengan mengedan diuresis perubahan pola eliminasi urin
↓
Resiko infeksi bakteri ↑tekanan sfringter
↓
Resiko komplikasi uretitis Ulcer
↓
Berlangsung lama Hematuria
Retensi urin total
Hidronefrosis (air dan elektrolit tidak diserap)
Kerusakan organ kemih atas
Analisa Data
NO
DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS:- Klien tidak bisa
BAK sejak 12 jam yang lalu
- Urin keluar dengan menetes dan kadang terjadi hematuria apabila dipaksa dengan cara mengedan
- Klien mengatakan ,pancaran urin sewaktu miksi tidak keluar urin
DO:- Saat dipalpasi
teraba tegang dank eras di area suprapubik
- Uji colok dubur (+++)
- Leukosit: 12.100/mm3
- Natrium: 125 mg/dl
- Pemasangan kateter
Adanya adenoma progresif
Mendesak jaringan prostat normal
Perluasan daerah melebar kearah lumen
Pengeluaran urin terhambat
Penumpukan urin di vesika urinaria
↑tekanan
Trabekulasi
Urin tertahan
Urin dipaksa keluar dengan mengedan
Diuresis
Pemasangan Kateter
PERUBAHAN POLAELIMINASI
Perubahan Pola Eliminasi Urin
2. DS:- Klien
mengatakan nyeri pada daerah suprapubis yang menjalar ke pinggang
- Sejak 2 minggu yang lalu, klien selalu merasa kesakitan apabila akan memulai berkemiih
DO:- TD: 160/110
mmHg- HR: 98x/menit- RR: 25x/menit
BPH
Menekan jaringan normal
Nekrosis jaringan
Merangsang neurotransmitter (histamine, serotonin)
Ke arah medulla spinalis III dan IV
Impuls disampaikan ke hipotalamus ke cortex serebri
NYERI
Nyeri
3. DS:Klien menolak persetujuan operasi karena klien pernah membaca bahwa operasi open prostatectomyberisiko terjadi gangguan ejakulasi dan impotensiDO:
- Klien tampak gelisah, berkeringat di area dahi
Rencana operasi open prostatectomy
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan prosedur perawatan
Stressor
Koping individu tidak efektif
ANSIETAS
Ansietas
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. B Alamat : -
Diagnosa Medis : BPH Umur : 60 tahun
No.Medrek : - Ruang : -
NO DIAGNOSAKEPERAWATAN
PERENCANAANTUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Perubaha n pola eliminasi urin berhubungan dengan
TUPAN: Pola eliminasi urin mengalami perbaikan setelah 6x24 jam intervensi
TUPEN:Setelah 3x24 jam intervensi, mengalami perbaikan ploa eliminasi urin dengan kriteria:- Klien dapat
beradaptasi dengan terpasangnya kateter
- Warna urin jernih
- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
1. Lakukan perawatan kateter
2. Cegah obstruksi dengan:- Hindari
lipatan- Hindari
lengkungan pada kateter
3. Observasi kelancaran cairan urin yang keluar dari kateter
4. Berikan dorongan kepada klien untuk mengambil posisi normal (duduk untuk berkemih)
1. Untuk mempertahankan posisi kateter
2. Untuk menjamin kelancaran pengeluaran urin
3. Dengan mengobservasi kelancaran urin berguna untuk mengobservasi ada atau tidaknya obstruksi dan dapat menentukan tindakan yang tepat.
4. Posisi yang normal memberikan kondisi rileks yang kondusif untuk berkemih
2. Nyeri berhubungan dengan
TUPAN:Nyeri dapat diatasi setelah 6x24 jam intervensi
TUPEN:Setelah 2x24 jam intervensi, nyeri dapat berkurang atau hilang dengan kriteria:- Klien
menyatakan rasa nyerinya berkurang
- Ekspresi wajah klien rileks
- Posisi tubuh klien nyaman
- TTV normal
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Ajarkan dan demonstrasikan teknik relaksasi
3. Kompres hangatdi daerah abdomen
4. Libatkan keluarga dalam support system
KOLABORASI:
Berikan analgesik atau opioid dengan jadwal teratur sesuai yang diresepkan(Katrasic 50 mg/PO)
1. Dengan mengobservasi tanda-tanda vital akan membantu mengetahui peningkatan rasa nyeri
2. Teknik relaksasi dapat melemaskan otot-otot dan persyarafannya yang tegang sehingga dapat menurunkan ambang nyeri
3. Untuk mengontrol spasme kandung kemih
4. Secara psikologis dapat memberikan ketenangan sehingga dapat mengurangi respon klien terhadap ambang nyeri
Analgesik mengubah persepsi nyeri dan memberikan rasa nyaman
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang diagnosis, rencana
TUPAN:Ansietas dapat diatasi setelah 4x24 jam
1. Lakukan pendekatan pada klien/bina trust dengan
1. Dengan pendekatan, menjadikan klien percaya
pengobatan, dan prognosis
intervensi
TUPEN:Setelah 2x24 jam intervensi, ansietas teratasi dengan kriteria:- Klien tidak
cemas- Klien
tampak tenang
- Klien mendukung setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan
berbincang-bincang
2. Berikan penjelasan tentang penyakit, prosedur perawatan, dan pengobatan
3. Beri motivasi dan dukungan pada klien
sehingga mau mengungkapkn kecemasannya
2. Klien dapat mengerti sehingga kecemasannya akan berkurang dan klien mempunyai motivasi untuk melaksanakan perawatan
3. Dengan dukungan maka klien akan lebih sabar menghadapi penyakitnya sehingga mempercepat proses penyembuhan
PEMBAHASAN CA PROSTAT
Definisi
Kanker prostat adalah keganasan yang terjadi di dalam kelenjar prostat. Beberapa dokter
mempercayai kanker prostat dimulai dengan perubahan sangat kecil dalam ukuran dan bentuk
sel-sel kelenjar prostat. Perubahan ini dikenal sebagai PIN (prostatic intraepithelial
neoplasia). Hampir setengah dari semua orang yang memiliki PIN setelah berusia diatas 50
tahun mengalami perubahan tampilan sel-sel kelenjar prostat pada mikroskop. Perubahan ini
ada beberapa tingkat, dari tingkat rendah (hampir normal) hingga bermutu tinggi (abnormal).
Etiologi
1. Faktor genetik
Diduga bila pada keluarga misalnya ayah/kakak (first degree relative) dan kakek/paman
(second degree relative) didapat karsinoma prostat maka resiko keganasan prostat tiga
kali (Robin). Kulit hitam di Amerika Serikat mempunyai mortality rate dua kali
dari kulit putih (Douglas E Johnsons).
Tetapi apakah faktor lingkungan mempengaruhi juga faktor genetik sukar untuk
ditentukan.
2. Faktor hormonal
Aksi androgen pada sel epithel prostat, testosteron yang bebas masuk ke dalam sel
menjadi dehidrotestosteron dengan bantuan enzim 5 alpha reduktase. Steroid reseptor
kompleks dengan DNA akan mengakibatkan spesifik mRNA dan sintesa protein yang
mempunyai efek metabolik dan proliferatif (Ronijn).
3. Faktor diet dan lingkungan
Faktor diet yaitu diet yang banyak mengandung lemak binatang dan perbedaan insiden
kanker prostat pada populasi dengan ras dan lingkungan yang berbeda, sebagai contohnya
generasi kedua dan ketiga orang Jepang yang bertempat tinggal di Amerika memiliki
insiden yang sama dengan orang di Amerika Utara, sedangkan insiden kanker prostat di
Jepang hanya 10% dari insiden di Amerika.
4. Faktor infeksi
Diduga bakteri dan virus dapat mempengaruhi terjadinya ca prostat, tetapi faktor ini
masih menjadi perdebatan.
Diantara faktor-faktor risiko tersebut, faktor risiko herediter (genetik) dan faktor diet yang
telah terbukti sebagai risiko untuk karsinoma prostat. Bila ada salah satu pria
hubungan keluarga segaris yang menderita karsinoma prostat, maka kemungkinan
terkena karsinoma prostat menjadi 2 kali dan bila ada 2 pria segaris menderita karsinoma
prostat maka kemungkinan terkena karsinoma prostat menjadi 5-11 kali.
Untuk faktor resiko diet, yaitu banyak mengandung lemak binatang. Pria Jepang jarang
menderita karsinoma prostat, tetapi setelah pindah ke daratan Amerika dan pola konsumsi
dietnya berubah maka insiden karsinoma prostat pada imigran Jepang
sama dengan masyarakat kulit putih Amerika.
Manifestasi Klinis
Kanker prostat stadium dini tidak menimbulkan gejala. Setelah kanker berkembang, baru
muncul gejala tetai tidak khas. Gejala yang muncul menyerupai gejala BPH (benign rostatic
hyperplasia), yaitu penyakit pembesaran prostat jinak yang sering dijumpai pada pria usia
lanjut. Akibatnya, kedua penyakit ini sulit dibedakan dan diperlukan pemeriksaan yang dapat
mendeteksi dini sekaligus membedakan antara kanker prostat dan BPH.
Berikut beberapa gejala yang sering ditemui pada penderita kanker prostat:
Sering ingin buang air kecil, terutama pada malam hari (nokturia)
Inkontinensia urine
Kesulitan untuk memulai buang air kecil atau menahan air seni
Aliran air seni lemah atau terganggu
Perasaan nyeri atau terbakar saat buang air kecil
Adanya darah pada air seni atau air mani (hematuria)
Gangguan seksual lain, seperti sulit ereksi atau nyeri saat ejakulasi
Sering nyeri atau kaku di punggung bawah, pinggul, atau paha atas.
Gambaran klinis sesuai dengan stadium dari Ca prostat :
Ca prostat yang masih terlokalisr :
1. asimptomatic
2. peningkatan PSA
3. pancaran lemah
4. sensasi sisa urin
5. frekunsi
6. urgensi
Ca prostat lokal lanjut
1. Hematuri
2. Disuri
3. Nyeri suprapubik dan perineal
4. Impotence
5. Incontinence
6. gejala gagal ginjal
7. haemospermia.
Ca prostat yang sudah metastasis
1. Nyeri tulang atau isialgia
2. paraplegi
3. pembesaran limfonodi
4. anuri
5. letargi (anemia,uremia)
6. berat badan turun dan caceksia
7. perdarahan pada usus dan kulit
Pemeriksaan Diagnostik
1. Inspeksi buli-buli: ada/ tidaknya penonjolan perut di daerah supra pubik ( buli-buli penuh / kosong )
Palpasi buli-buli: Tekanan didaerah supra pubik menimbulkan rangsangan ingin kencing bila buli-buli berisi atau penuh.Terasa massa yang kontraktil dan “Ballottement”.
Perkusi: Buli-buli yang penuh berisi urin memberi suara redup.
2 . Colok dubur.
Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok
dubur harus di perhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat jinak konsistensinya kenyal), adakah asimetris adakah nodul pada prostat , apa batas atas dapat diraba .
Dengan colok dubur besarnya prostat dibedakan :
- Grade 1 : Perkiraan beratnya sampai dengan 20 gram.
- Grade 2 : Perkiraan beratnya antara 20-40 gram.
- Grade 3 : Perkiraan beratnya lebih dari 40 gram.
Laboratorium.
- Darah lengkap sebagai data dasar keadaan umum penderita .
- Gula darah dimak sudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetus militus
yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli nerogen).
- Faal ginjal (BUN, kreatinin serum) diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas .
- Analisis urine diperiksa untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi atau
inflamasi pada saluran kemih .
- Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebadkan infeksi
dan sekligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa anti mikroba yang
diujikan.
Flowmetri Flowmetri adalah alat kusus untuk mengukur pancaran urin dengan satuan ml/detik. Penderita dengan sindroma protalisme perlu di periksa dengan flowmetri sebelum dan sesudah terapi.
Penilaian :
Fmak <10ml/detik ——–àobstruktif
Fmak 10-15 ml/detik—–àborderline
Fmak >15 ml/detik——-ànonobstruktif
Radiologi.- Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli, adanya batu atau kalkulosa prostat dan kadang kadang dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine.
Pielografi intra vena
dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis, dan hidroureter, fish hook appearance ( gambaran ureter berkelok kelok di vesikula ) inclentasi pada dasar buli-buli, divertikel, residu urine atau filling defect divesikula.
Ultrasonografi (USG)
dapat dilakukan secara transabdominal atau trasrektal (trasrektal ultrasonografi = TRUS) Selain untuk mengetahui pembesaran prostat < pemeriksaan USG dapatpula menentukan volume buli-buli, meng ukur sisa urine dan keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor dan batu .Dengan TRUS dapat diukur besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan dengan USG suprapubik.
Cystoscopy (sistoskopi)
pemeriksaan dengan alat yang disebut dengan cystoscop. Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran kemungkinan tumor dalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen didalam vesika. Selain itu dapat juga memberi keterangan mengenahi besarprostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjalan prostat kedalam uretra.
Kateterisasi
Mengukur “rest urine “ Yaitu mengukur jumlah sisa urine setelah miksi sepontan dengan cara kateterisasi . Sisa urine lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada hiper tropi prostat .
Penatalaksanaan
Hanya dengan dilakukan prostatektomi yang merupakan reseksi bedah bagian prostat yang memotong uretra untuk memperbaiki aliran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut, ada beberapa alternatif pembedahan meliputi :
1. Transsurethral resection of prostate (TURP)Dimanan jaringan prostat obstruksi dari lobus medial sekitar uretra diangkat dengana sistoskop/resektoskop dimasukkan melalui uretra
2. Suprapubic /open prostatektomiDengan diindikasikan untuk massa lebih dari 60 g/60 cc. penghambat jaringan prostat diangkat melalui insisi garis tengah bawah dibuat melalui kandung kemih,pendekatan ini lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih. Pedekatan ini lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih.
3. Retropubic prostatektomiMassa jairingan prostat hipertropi (lokasi tinggi dibagian pelvis) diangkat melalui insisi abdomen bawah tanpa pembukaan kandung kemih
4. Perineal prosteatektomiMassa prostat besar dibawah area pelvis diangkat melalui insisi diantara skrotum dan rektum, prosedur radikal ini dilakukan untuk kanker dan dapat mengakibatkan impotensi.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan Pielonefritis
Faktor Resiko
Laki-laki usia >55 tahun yang mempunyai riwayat famili menderita kanker prostat1. Makanan terbiasa mengandung asam lemak jenuh.2. Kontak dengan logam berat seperti cadmium.3. Ras Afrika yang tinggal di Amerika.4. Kebiasaan hidup kurang melakukan gerakan fisik atau olah raga5. Kebiasan merokok
↑ tekanan intra uretra
Obstruksi uretra
Terbentuk tonjolan lobus lateralis & medialis (papil) dalam lumen uretra
Penyempitan uretra
Nyeri supra Pubis
Paru - paru
panggulNyeri pada panggul
Hati
Bermetastase
Poliferasi Sel Maligna
Transformasi sel maligna
Agen Karsinogen
(Zat Kimia, Radiasi, Virus)
↑ Pertumbuhan Sel
Menstimulus Saraf nyeri
Distensi Kandung Kemih
Hipertrofi kandung kemih
Sulit untuk berkemih
Kandung Kemih Penuh
Kanker Prostat
urgency
↑ aktivitas otot detrusorUrin tidak dapat keluar
Perluasan ke leher kandung kemih kemih
Gangguan Pola Berkemih
Perluasan Kedaerah Uretra
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Klien mengeluh tidak bisa
BAK sejak 12 jam yang lalu Pancaran urin sedikit, dan
menetes. Pancaran urin berkurang sejak
3 bulan yang lalu.DO:
Daerah suprapubik (area vesika urinaria) terasa keras dan tegang.
Uji colok dubur (+++)
Gangguan pola berkemih b.d. perluasan ukuran prostat ke leher kandung kemih d.d. klien mengeluh tidak bisa
BAK sejak 12 jam lalu, urin sedikit, menetes, suprapubik teraba keras, dan uji colok
dubur (+++)
2 DS: Klien mengeluh nyeri ketika
akan berkemih Klien merasakan nyeri di
daerah suprapubik menjalar ke pinggang
DO: Berkeringat di daerah dahi TD 160/110 mmHg T: 37,8oC RR 25x/menit, HR 98x/menit
Nyeri supra pubik b.d. parluasan/metastase kanker d.d klien mengeluh nyeri
ketika akan berkemih, nyeri di daerah suprapubik dan
menjalar ke pinggang, berkeringat, dan TTV
meningkat.
Kanker Prostat
Kandung Kemih PenuhPerluasan ke leher
kandung kemih
↑ aktivitas otot detrusorUrin tidak dapat keluar
urgencySulit untuk berkemih
Gangguan Pola Berkemih
Kanker Prostat Perluasan Kedaerah Uretra
Penyempitan uretra
Terbentuk tonjolan lobus
lateralis & medialis
(papil) dalam lumen uretra
↑ tekanan intra uretra
Obstruksi uretra
Distensi Kandung Kemih
Hipertrofi kandung kemih
Nyeri supra Pubis
Menstimulus Saraf nyeri
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa KeperawatanPerencanaan
Tujuan Intervensi Rasional1 Gangguan pola berkemih
b.d. perluasan ukuran prostat ke leher kandung kemih d.d. klien mengeluh tidak bisa BAK sejak 12 jam lalu, urin sedikit, menetes, suprapubik teraba keras, dan uji colok dubur (+++)
TUPAN:Setelah 7x24 jam intervensi, pola berkemih klien mengalami perbaikan/mendekati normal.TUPEN:Setelah 3x24 jam intervensi, pola berkemih klien berangsur baik dengan criteria:
Berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba distensi kandung kemih
Menujukkan residu cairan pasca berkemih kurang dari 50 ml dengan tidak adanya tetesan/kelebihan cairan.
Mempertahankan masukan dan haluaran yang seimbang
1. Tetapkan pola fungsi urianarius pasien yang lazim.
2. Kaji terhadap tanda dan gejala retensi urine: jumlah dan frekuensi urin, distensi suprapubis, keluhan tentang dorongan untuk berkemih, dan ketidaknyamanan.
3. Lakukan kateterisasi pada pasien untuk menentukan jumlah urin residu
4. Lakukan tindakan untuk mengatasi retensi:
a. Berikan dorongan untuk mengambil posisi normal untuk berkemih.
b. Rekomendasi penggunaan maneuver valsava
c. Berikan preparat
1. Merupakan nilai dasar untuk perbandungan dan penetapan tujuan lebih lanjut.
2. Berkemih 20-30 ml dengan teratur dan haluaran kurang dari masukan yang menandakan retensi.
3. Menetapkan jumlah urine yang tersisa
4. Tujuan tindakan:
a. Posisi yang normal memberikan kondisi rileks yang kondusif untuk berkemih.
b. Mengeluarkan tekanan cenderung untuk mendorong urin keluar dari kandung kemih.
c. Menstimulasi
kolinergik yang diresepkan
d. Pantau efek-efek medikasi.
5. Konsultasikan dengan dokter mengenai kateterisasi intermiten atau indwelling, bantu saat prosedur sesuai yang dibutuhkan.
6. Pantau fungsi kateter; pertahankan sterilisasi system tertutup; irigasi sesuai kebutuhan
7. Siapkan pasien untuk pembedahan jika diindikasikan
kontraksi kandung kemih.
d. Jika tidak berhasil, tindakan lainnya mungkin diperlukan.
5. Kateterisasi akan meredakan retensi urin hingga penyebab spesifik ditemukan; penyebab tersebut dapat saja obstruksi yang dapat diperbaiki hanya melalui pembedahan.
6. Fungsi kateter yang adekuat akan menjamin tercapainya tujuan dan untuk mencegah infeksi.
7. Pengangkatan obstruksi melalui tindakan bedah mungkin diperlukan.
2 Nyeri supra pubik b.d. perluasan/metastase kanker d.d klien mengeluh nyeri ketika akan berkemih, nyeri di daerah suprapubik dan menjalar ke pinggang, berkeringat, dan TTV meningkat.
TUPAN:Setelah 6x24 jam intervensi, nyeri klien hilangTUPEN:Setelah 3x24 jam intervensi, nyeri klien berkurang dengan criteria:
Skala nyeri berkurang (maksimal hanya berada pada skala 3 dari 10
1. Evaluasi sifat nyeri pasien dan letak serta instensitasnya dengan menggunakan skala nyeri.
1. Menentukan sifat, penyebab, dan intensitas nyeri membantu untuk memilih modalitas peredaan yang sesuai dan memberikan dasar untuk perbandingan kemudian.
skala) Tanda-tanda vital
normal; TD 120/80 mmHg, RR 18-24x/menit, HR 60-100x/menit, Suhu 36-37,5oC
2. Hindari aktivitas yang mencetuskan atau memperburuk nyeri
3. Karena nyeri biasanya berhubungan dengan metastasis tulang, pastikan bahwa tempat tidur pasien mempunyai papan tempat tidur dan kasur yang kencang.
Juga lindungi pasien dari jatuh dan cedera.
4. Berikan sanggahan pada ekstremitas yang sakit.
5. Siapkan pasien untuk terapi radiasi bila diresepkan
6. Berikan analgesik atau opioid dengan jadwal yang teratur sesuai yang diresepkan.
2. Terbentur di tempat tidur adalah satu contoh tindakan yang dapat memperkuat nyeri pasien.
3. Hal ini akan memberikan sanggaan tambahan dan lebih memberikan kenyamanan. Melindungi pasien dari cedera artinya melindungi pasien dari nyeri tambahan
4. Lebih banyak sanggaan dibarengi dengan mengurangi gerakan pada bagian yang sakit akan membentu mengontrol nyeri
5. Terapi radiasi mungkin efektif dalam mengontrol nyeri.
6. Analgesik mengubah persepsi nyeri dan memberikan rasa nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Jakarta: EGC
Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
http://medicastore.com/penyakit/558/Kanker_Prostat.html