87827664 Impending Eklampsi

36
Presentasi Kasus IMPENDING EKLAMPSIA PADA SECUNDIGRAVIDA HAMIL PRETERM BELUM DALAM PERSALINAN Disusun Oleh : Devrisa Nova F. G0006066 Fitri Ika Ade G0006083 Dianika Rohmah Aprilia G0007058 Noor Anggrainy R. G0007216 Yohana Fillamina S. G0007237 Pembimbing : Dr. dr. Abkar Raden Sp.OG KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

description

hjhgj

Transcript of 87827664 Impending Eklampsi

Page 1: 87827664 Impending Eklampsi

Presentasi Kasus

IMPENDING EKLAMPSIA PADA SECUNDIGRAVIDA HAMIL

PRETERM BELUM DALAM PERSALINAN

Disusun Oleh :

Devrisa Nova F. G0006066

Fitri Ika Ade G0006083

Dianika Rohmah Aprilia G0007058

Noor Anggrainy R. G0007216

Yohana Fillamina S. G0007237

Pembimbing :

Dr. dr. Abkar Raden Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

RSUD DR MOEWARDI

SURAKARTA

2011

Page 2: 87827664 Impending Eklampsi

IMPENDING EKLAMPSIA PADA SECUNDIGRAVIDA HAMIL

PRETERM BELUM DALAM PERSALINAN

Abstrak

Impending eklampsia adalah preeclampsia yang disertai keluhan seperti;

nyeri epigastrium. Nyeri kepala frontal, scotoma, dan pandangan kabur (gangguan

susunan syaraf pusat), gangguan fungsi hepar dengan meningkatnya alanine atau

aspartate amino transferase, tanda-tanda hemolisis dan micro angiopatik,

trombositopenia < 100.000/ mm3, munculnya komplikasi sindroma HELLP.

Didapatkan sebuah kasus impending eklampsia pada sekundigravida hamil

preterm belum dalam persalinan. Pasien adalah seorang G2P1A0, usia 32 tahun,

usia kehamilan 33+1 minggu. Pasien merasa hamil 8 bulan. Kenceng-kenceng

teratur belum dirasakan Air kawah belum dirasakan keluar. Gerakan janin masih

dirasakan. Lendir darah (-). Keluhan pusing (+), pandangan kabur (+), mual (+),

muntah (-), nyeri ulu hati (+), nyeri depan kepala (+), BAB dan BAK (+) dalam

batas normal. Riwayat obstetri dan fertilitas baik. Janin tunggal, intrauterin,

memanjang, presentasi kepala, punggung kanan, kepala belum masuk panggul,

DJJ (+) reguler. Pada pasien ini dilakukan protap PEB, injeksi dexamethason 1

ampul, dan terminasi kehamilan dengan SCTP emergensi.

Kata kunci: impending eklampsia, SCTP

Page 3: 87827664 Impending Eklampsi

BAB I

PENDAHULUAN

Tiga penyebab utama kematian ibu dalam bidang obstetri adalah:

pendarahan 45%, infeksi 15%, dan preeklampsia 13%. Sisanya terbagi atas partus

macet, abortus yang tidak aman, dan penyebab tidak langsung lainnya. Dalam

perjalanannya, berkat kemajuan dalam bidang anestesia, teknik operasi,

pemberian cairan infus dan transfusi, dan peranan antibiotik yang semakin

meningkat, maka penyebab kematian ibu karena pendarahan dan infeksi dapat

diturunkan secara nyata. Sebaliknya pada penderita preeklampsia, karena

ketidaktahuan dan sering terlambat mencari pertolongan setelah gejala klinis

berkembang menjadi preeklampsia berat dengan segala komplikasinya, angka

kematian ibu bersalin belum dapat diturunkan.

Pada ibu hamil dikatakan terjadi preeklampsia apabila dijumpai tekanan

darah ≥ 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu disertai dengan proteinuria ≥

300 mg/24 jam atau pemeriksaan dengan dipstick ≥ 1+. Dalam pengelolaan klinis,

preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan, preeklampsia berat, impending

eklampsia, dan eklampsia. Disebut impending eklampsia apabila pada penderita

ditemukan keluhan seperti nyeri epigastrium, nyeri kepala frontal, skotoma, dan

pandangan kabur (gangguan susunan syaraf pusat), gangguan fungsi hepar dengan

meningkatnya alanine atau aspartate amino transferase, tanda-tanda hemolisis dan

mikroangiopatik, trombositopenia < 100.000/mm3, dan munculnya komplikasi

sindroma HELLP.

Impending eklampsia merupakan masalah yang serius dalam kehamilan

karena komplikasi-komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada

janin. Komplikasi pada ibu antara lain gagal ginjal akibat nekrosis tubuler akut,

nekrosis kortikal akut, gagal jantung, edema paru, trombositopenia, DIC, dan

cerebrovascular accident. Sedangkan komplikasi pada janin antara lain

prematuritas ekstrem, intrauterine growth retardation (IUGR), abruptio plasenta,

dan asfiksia perinatal. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan secara cepat dan

tepat apabila dijumpai kasus kehamilan dengan impending eklampsia.

Page 4: 87827664 Impending Eklampsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PRE EKLAMPSIA DAN IMPENDING EKLAMPSIA

Preeklampsia adalah kelainan multisystem spesifik pada kehamilan yang

ditandai oleh timbulnya hipertensi dan proteinuria setelah umur kehamilan 20

minggu. Kelainan ini dianggap berat jika tekanan darah dan proteinuria

meningkat secara bermakna atau terdapat tanda-tanda kerusakan organ

(termasuk gangguan pertumbuhan janin)

Preeklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

a. Preeklampsia ringan

Tekanan darah 140/90 mmHg yang diukur pada posisi terlentang;

atau kenaikan sistolik 30 mmHg; atau kenaikan tekanan diastolik

15 mmHg.

Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan

dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.

Oedem umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan

1 kg per minggu.

Proteinuria kuantitatif 0,3 gram/liter; kualitatif 1+ atau 2+ pada urin

kateter atau mid stream.

b. Preeklampsia berat

Definisi: preeklamsi dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan

tekanan darah diastolik ≥110 mmHg disertai proteinuria lebih dari 5

gram/24 jam.

Dibagi menjadi:

- Preeklamsia berat dengan impending eklampsia

- Preeklamsia berat tanpa impending eklampsia

Page 5: 87827664 Impending Eklampsi

Pre eklampsia digolongkan berat bila terdapat satu atau lebih gejala:

a. Tekanan sistole 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastole 110

mmHg atau lebih dan tidak turun walaupun sudah menjalani

perawatan di RS dan tirah baring

b. Proteinuria 5 gr atau lebih per jumlah urin selama 24 jam atau +4

dipstik

c. Oliguria, air kencing kurang dari 500 cc dalam 24 jam.

d. Kenaikan kreatinin serum

e. Gangguan visus dan serebral; penurunan kesadaran, nyeri kepala,

skotoma, dan pandangan kabur

f. Nyeri di daerah epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen

karena teregangnya kapsula Glisson

g. Terjadi oedema paru-paru dan sianosis

h. Hemolisis mikroangiopatik

i. Terjadi gangguan fungsi hepar peningkatan SGOT dan SGPT

j. Pertumbuhan janin terhambat

k. Trombositopenia berat (< 100.000 sel/mm3) atau penurunan trombosit

dengan cepat

l. Sindroma Hellp.

Menurut Organization Gestosis, impending eklampsia adalah gejala-gejala

oedema, protenuria, hipertensi disertai gejala subyektif dan obyektif. Gejala

subyektif antara lain, nyeri kepala, gangguan visual dan nyeri epigastrium.

Sedangkan gejala obyektif antara lain hiperrefleksiia, eksitasi motorik dan

sianosis.

1. Diagnosis

Diagnosis gangguan hipertensi yang menjadi penyulit kehamilan.

Hipertensi gestasional

o TD > 140/90 mmHg untuk pertama kali selama kehamilan

o Tidak ada proteinuria

o TD kembali normal setelah <12 minggu postpartum.

Page 6: 87827664 Impending Eklampsi

o Diagnosis akhir hanya dapat dibuat postpartum

o Mungkin memperlihatkan tanda-tanda lain preeklamsi, misalnya

nyeri epigastrium atau trombositopenia

Preeklamsia

Kriteria minimum

TD > 140/90 mmHg setelah gestasi 20 minggu

Proteinuria > 300mg/24 jam atau > +1 pada dipstik

Peningkatan kepastian preeklamsi

TD > 160/100 mmHg

Proteinuria > 0,2g/24 jam atau > +2 pada dipstik

Kreatinin serum > 1,2 mg/dl kecuali apabila telah diketahui

meningkat sebelumnya

Trombosit <100.000/mm3

Hemolisis mikroangiopati (LDH meningkat)

SGPT (ALT) atau SGOT (AST) meningkat

Nyeri kepala menetap atau gangguan serebrum atau penglihatan

lainnya

Nyeri epigastrium menetap

Eklampsia

Kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita

dengan preklamsi

Preeklamsi pada hipertensi kronik

Proteinuria awitan baru > 300 mg/24 jam pada wanita pengidap

hipertensi tetapi tanpa proteinuria sebelum gestasi 20 minggu

Terjadi peningkatan proteinuria atau tekanan darah atau hitung

trombosit < 100.000 /mm3 secara mendadak pada wanita dengan

hipertensi dan proteinuria sebelum gestasi 20 minggu

Hipertensi kronik

Page 7: 87827664 Impending Eklampsi

TD > 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis

sebelum gestasi 20 minggu

Hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah gestasi 20

minggu dan menetap setelah 12 minggu postpartum.

Diagnosis dari preeklamsia berat dapat ditentukan secara klinis maupun

laboratorium.

Klinis :

- Nyeri epigastrik

- Gangguan penglihatan

- Sakit kepala yang tidak respon terhadap terapi konvensional

- Terdapat IUGR

- Sianosis, edema pulmo

- Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau ≥ 110 mmHg untuk tekanan

darah diastolik (minimal diperiksa dua kali dengan selang waktu 6 jam)

- Oliguria (< 400 ml selama 24 jam)

Laboratorium :

- Proteinuria (2,0 gram/24 jam atau > +2 pada dipstik)

- Trombositopenia (<100.000/mm3)

- Creatinin serum >1,2 mg/dl kecuali apabila diketahui telah meningkat

sebelumnya

- Hemolisis mikroangiopatik (LDH meningkat)

- Peningkatan LFT (SGOT,SGPT)

2. Differential Diagnosis

a. Hipertensi gestasional

b. Hipertensi kronik

3. Penanganan

Page 8: 87827664 Impending Eklampsi

Prinsip penatalaksanaan preeklamsia berat adalah mencegah timbulnya

kejang, mengendalikan hipertensi guna mencegah perdarahan intrakranial serta

kerusakan dari organ-organ vital dan melahirkan bayi dengan selamat.

Pada preeklamsia berat, penundaan merupakan tindakan yang salah. Karena

preeklamsia sendiri bisa membunuh janin.

PEB dirawat segera bersama dengan bagian Interna dan Neurologi, dan

kemudian ditentukan jenis perawatan/tindakannya. Perawatannya dapat

meliputi :

a. Perawatan aktif, yang berarti kehamilan segera diakhiri.

Indikasi :

Bila didapatkan satu atau lebih dari keadaan berikut ini

1). Ibu :

a). Kehamilan lebih dari 37 minggu

b). Adanya tanda-tanda terjadinya impending eklampsia

c). Kegagalan terapi pada perawatan konservatif.

2). Janin :

a). Adanya tanda-tanda gawat janin

b). Adanya tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat.

3). Laboratorium :

Adanya sindroma HELLP .

Pengobatan Medikamentosa

1). Infus D5% yang tiap liternya diselingi dengan larutan RL 500 cc

(60-125 cc/jam)

2). Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

3). Pemberian obat : MgSO4.

b. Pengelolaan Konservatif, yang berarti kehamilan tetap

dipertahankan

Indikasi

Kehamilan kurang bulan (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda

impending eklamsi dengan keadaan janin baik.

Medikamentosa

Page 9: 87827664 Impending Eklampsi

Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan secara aktif.

Hanya dosis awal MgSO4 tidak diberikan i.v. cukup i.m. saja (MgSO4

40% 8 gr i.m.).

Penggunaan obat hipotensif pada preeklamsia berat diperlukan

karena dengan menurunkan tekanan darah kemungkinan kejang dan

apopleksia serebri menjadi lebih kecil. Namun, dari penggunaan obat-

obat antihipertensi jangan sampai mengganggu perfusi uteropalcental.

OAH yang dapat digunakan adalah hydralazine, labetolol, dan

nifedipin.

Apabila terdapat oligouria, sebaiknya penderita diberi glukosa 20

% secara intravena. Obat diuretika tidak diberikan secara rutin.

Pemberian kortikosteroid untuk maturitas dari paru janin sampai saat

ini masih kontroversi.

Untuk penderita preeklamsia diperlukan anestesi dan sedativa

lebih banyak dalam persalinan. Namun, untuk saat ini teknik anestesi

yang lebih disukai adalah anestesi epidural lumbal.

Pada kala II, pada penderita dengan hipertensi, bahaya perdarahan

dalam otak lebih besar, sehingga apabila syarat-syarat telah terpenuhi,

hendaknya persalinan diakhiri dengan cunam atau vakum. Pada gawat

janin, dalam kala I, dilakukan segera seksio sesarea; pada kala II

dilakukan ekstraksi dengan cunam atau ekstraktor vakum.

4. Prognosis

Prognosis PEB dan eklampsia dikatakan jelek karena kematian ibu

antara 9,8 – 20,5%, sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yaitu 42,2 –

48,9%. Kematian ini disebabkan karena kurang sempurnanya pengawasan

antenatal, disamping itu penderita eklampsia biasanya sering terlambat

mendapat pertolongan. Kematian ibu biasanya karena perdarahan otak,

decompensatio cordis, oedem paru, payah ginjal dan aspirasi cairan

lambung. Sebab kematian bayi karena prematuritas dan hipoksia intra

uterin.

Page 10: 87827664 Impending Eklampsi

B. KEHAMLAN PRETERM

Kehamilan preterm adalah suatu kehamilan yang terjadi pada seorang

wanita dengan usia kehamilan antara 20 minggu sampai 37 minggu,

sedangkan persalinan preterm atau kurang bulan didefinisikan sebagai masa

kehamilan yang terjadi sesudah 20 minggu dan sebelum genap 37 minggu.

WHO (1979) membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 hari)

2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu

lengkap (259 hari sampai 293 hari).

3. Postterm : 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih)

C. SEKUNDIGRAVIDA

Sekundigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk kedua kalinya.

D. BELUM DALAM PERSALINAN

Tanda-tanda dalam persalinan (in partu) yaitu:

1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

2. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

BAB III

STATUS PENDERITA

Page 11: 87827664 Impending Eklampsi

A. ANAMNESIS

Tanggal 17 Agustus 2011 jam 13.00 WIB

1. Identitas Penderita

Nama : Ny. P

Umur : 32 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Alamat : Gandu 2/5 Bolong, Karanganyar

Status Pernikahan : Menikah

HPMT : 27 Desember 2010

HPL : 4 Oktober 2011

UK : 33 +1 minggu

Tanggal Masuk : 17 Agustus 2011

No.CM : 01082503

2. Keluhan Utama

Nyeri depan kepala

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Datang seorang G2P1A0, 32 tahun, UK = 33+1 minggu, kiriman Sp OG

Karanganyar dengan keterangan impending eklampsia. Pasien merasa

hamil 8 bulan lebih, kenceng-kenceng teratur belum dirasakan, air kawah

belum dirasakan keluar, gerak janin (+) masih dirasakan, lendir darah (-),

nyeri depan kepala (+), pandangan kabur (+), mual (+), muntah (-), nyeri

ulu hati (+), kejang (-). BAB dan BAK tidak ada kelainan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Page 12: 87827664 Impending Eklampsi

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal

Riwayat Minum Obat Selama Hamil : Disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal

Riwayat Sakit Serupa : Disangkal

6. Riwayat Fertilitas

Baik

Riwayat Obstetri

I. Perempuan, 9 tahun, BBL = 2800 gram, lahir spontan di bidan

II. Sekarang

Kesimpulan: riwayat obstetri baik

7. Riwayat Ante Natal Care (ANC)

Teratur, pertama kali periksa ke Puskesmas pada usia kehamilan 1 bulan.

8. Riwayat Haid

- Menarche : 2 tahun

- Lama menstruasi : 6 hari

- Siklus menstruasi : 28 hari

9. Riwayat Perkawinan

Menikah sekali dengan suami sekarang selama 11 tahun

Page 13: 87827664 Impending Eklampsi

10. Riwayat Keluarga Berencana

Pil

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Interna

a. Keadaan Umum : Baik, CM, Gizi cukup

b. Tanda Vital :

- Tensi : 190/110 mmHg

- Nadi : 96 x / menit

- Respiratory Rate : 24 x/menit

- Suhu : 36,7 0C

c. Kepala : Mesocephal

d. Mata : Conjuctiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

e. Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-/-)

f. THT : Tonsil tidak membesar, Pharinx hiperemis (-)

g. Cor

- Inspeksi : Iktus Cordis tidak tampak

- Palpasi : Iktus Cordis tidak kuat angkat

- Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar

- Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising

(-), gallop (-)

h. Pulmo

- Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

- Palpasi : Fremitus raba dada kanan = kiri

- Perkusi : Sonor/Sonor

- Auskultasi : Suara dasar (vesikuler +/ vesikuler +), Ronki

basah kasar (-/-), Ronkhi Basah Halus (-/-), Suara Tambahan

(-/-).

i. Abdomen:

Page 14: 87827664 Impending Eklampsi

Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, stria gravidarum (+)

Auskultasi : Peristaltik (+) normal

Perkusi :Tympani pada bawah processus xipoideus, redup pada

daerah uterus

Palpasi : Supel, NT (-), hepar lien tidak membesar

Genital : Lendir darah (-) ,air ketuban (+) berwarna kuning keruh

dan berbau

Ekstremitas :

Oedema Akral dingin

2. Status Obstetri

Abdomen :

Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, stria gravidarum (+)

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), his (-). Pemeriksaan Leopold:

I. Teraba bagian lunak, kesan bokong.

II. Di sebelah kanan teraba bagian keras, rata,

memanjang, kesan punggung.

Di sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil, kesan

ekstremitas.

III. Teraba bagian keras dan bulat, kesan kepala.

IV. Kepala janin belum masuk panggul.

Perkusi : Tympani, redup pada daerah processus xiphoideus.

Auskultasi : DJJ (+) 12-11-12 / regular.

Genital eksterna : Vulva/uretra tidak tampak kelainan, peradangan (-),

tumor (-), lendir darah (-).

USG: janin tunggal, IU, memanjang, presentasi kepala, punggung kanan

- -

- -

- -

- -

Page 15: 87827664 Impending Eklampsi

BPD 71 AC 270 FL 56 EFBW 1560

Pemeriksaan Dalam:

VT: vulva/uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio

lunak, mecucu di belakang, pembukaan serviks: - cm, efficement:

10%, floating. KK dan penunjuk janin belum dapat dinilai. AK (-),

STLD (-).

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Darah tanggal 23 Agustus 2011

Hb : 14,4 gr/dl

Hct : 42,5 %

Eritrosit : 4,69 x 106/uL

Leukosit : 12,1 x 103/uL

Trombosit: 139 x 103/uL

Gol Darah : A

GDS : 80 mg/dL

Ureum : 31 mg/dL

Creatinin : 0,6 mg/dL

Na : 136 mmol/L

K : 3,5 mmol/L

Cl : 106 mmol/L

Albumin : 3,4

SGOT : 18

SGPT : 9

HbS Ag : negatif

LDH : 408

Ewitz : + 3

D. KESIMPULAN

Seorang G2P1A0, 32 tahun, UK 33+1 minggu, riwayat fertilitas baik, nilai

obstretri baik, teraba janin tunggal, intra uterin memanjang, punggung di

sebelah kanan, presentasi kepala, kepala janin belum masuk panggul. Nitrazin

Test (-), His (-), DJJ (+/ reg ), kenceng-kencng teratur belum dirasakan , air

kawah belum dirasakan keluar, gerakan janin masih dirasakan, portio lunak,

mencucu di belakang, pembukaan : - cm, eff: 10%, lendir darah (-), sakit

depan kepala (+), pandangan kabur (+), mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati

(+), TBJ: 1800 gr

Page 16: 87827664 Impending Eklampsi

E. DIAGNOSA AWAL

Impending eklampsia pada sekundigravida hamil preterm belum dalam

persalinan.

F. PROGNOSA

Jelek

G. TERAPI

Terminasi kehamilan: usul SCTP- emergency

Protap PEB: - O2 3L/menit

- MgSO4; 8 gr initial dose dilanjutkan 4 gr/ 6 jam dalam 24

jam (jika syarat terpenuhi)

- Nifedipin 10 mg jika TD ≥ 180/110 mmHg.

- Pasang DC

- Infus RL 16 tpm

Edukasi

H. LAPORAN OPERASI

- Out come :

Neo♀, BB: 1600 gr, PB: 38 cm, LK: 28 cm, LD: 25cm, Apgar Score: 4-5-

7

- Diagnosa post operasi :

Post SCTP-emergency a/i impending eklampsia pada secundigravida

hamil preterm

I. DIAGNOSIS AKHIR

Post SCTP-emergency atas indikasi impending eklampsia pada

secundigravida hamil preterm

Page 17: 87827664 Impending Eklampsi

FOLLOW UP

Follow up tanggal 24 Agustus 2011

Kel : -

KU : baik, CM, gizi kesan cukup

VS : T: 160/90 mmHg Rr: 24 x/ menit

N: 88 x/ menit t: 36,50C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen: supel, NT (-), luka bekas operasi tertutup verband (+), TFU 2 jari

bawah pusat, kontraksi baik

Genital : perdarahan (-), lochia (+) rubra

Dx : Post SCTP-emergency DPH I atas indikasi impending eklampsia pada

secundipara

Tx.:

Awasi KU/VS

Infus RL

Injeksi Ceftriaxon 1g/12 jam

Infus Metronidazole 500 mg/8 jam

Injeksi allinamin 1 amp/8jam

Injeksi Ketorolac 1 amp/8 jam

Injeksi Asam traneksamat 1 amp/8 jam

Injeksi Vitamin C 1 amp/12 jam

Injeksi Vitamin B complex 2 cc/24 jam

Nifedipine 10 mg 3x1

Captopril 12,5 mg 3x1

Plan: injeksi MgSO4 40% 4 gr/6 jam/24 jam

Hasil Laboratorium Tanggal 4 Januari 2008

Hb : 13.9 gr/dl

Hct : 42 %

AE : 4.52 juta/ul

AL : 23.4 ribu/uL

AT : 156 ribu/uL

Follow up tanggal 25 Agustus 2011

Page 18: 87827664 Impending Eklampsi

Kel : -

KU : baik, CM, gizi kesan cukup

VS : T: 140/90 mmHg Rr: 22 x/ menit

N: 60 x/ menit t: 36,50C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen : supel, NT (-), luka bekas operasi tertutup, verband (+), TFU 2 jari

bawah pusat, kontraksi baik

Genital : perdarahan (-), lochia (+)

Dx : Post SCTP-emergency DPH II atas indikasi impending eklampsia

pada secundipara

Tx.:

Awasi KU/VS

Infus RL 20 tpm

Injeksi Ceftriaxon 1g/12 jam

Infus Metronidazole 500 mg/8 jam

Injeksi allinamin 1 amp/8jam

Injeksi Ketorolac 1 amp/8 jam

Injeksi Asam traneksamat 1 amp/8 jam

Injeksi Vitamin C 1 amp/12 jam

Injeksi Vitamin B complex 2 cc/24 jam

Nifedipine 10 mg 3x1

Captopril 12,5 mg 3x1

Follow up tanggal 26 Agustus 2011

Kel : -

KU : baik, CM, gizi kesan cukup

VS : T: 130/90 mmHg Rr: 24 x/ menit

N: 100 x/ menit t: 370C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Page 19: 87827664 Impending Eklampsi

Abdomen : supel, NT (-), luka bekas operasi tertutup, verband (+), TFU 2 jari

bawah pusat, kontraksi baik

Genital : perdarahan (-), lochia (+)

Dx : Post SCTP-emergency DPH III atas indikasi impending

eklampsia pada sekundipara

Tx.:

Awasi KU/VS

Cefadroxil 2 x 500 mg

Metronidazole 3 x 500 mg

Vitamin C 3 x 100 mg

Follow up tanggal 27Agustus 2011

Kel : -

KU : baik, CM, gizi kesan cukup

VS : T: 130/90 mmHg Rr: 24 x/ menit

N: 110 x/ menit t: 370C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen : supel, NT (-), luka bekas operasi tertutup, verband (+), TFU 2 jari

bawah pusat, kontraksi baik

Genital : perdarahan (-), lochia (+)

Dx : Post SCTP-emergency DPH IV atas indikasi impending

eklampsia pada sekundipara

Tx.:

Awasi KU/VS

Cefadroxil 2 x 500 mg

Metronidazole 3 x 500 mg

Vitamin C 3 x 100 mg

Hb : 12.1 gr/dl

Hct : 38%

Eritrosit : 4.00 x 106/uL

Leukosit : 11.1 x 103/uL

Page 20: 87827664 Impending Eklampsi

Trombosit: 144 x 103/uL

GDS : 84 mg/dL

Ureum : 30 mg/dL

Creatinin : 0,5 mg/dL

Na : 145 mmol/L

K : 3,5 mmol/L

Cl : 111 mmol/L

Albumin : 3.1

SGOT : 20

SGPT : 10

Follow up tanggal 28Agustus 2011

Kel : -

KU : baik, CM, gizi kesan cukup

VS : T: 130/80 mmHg Rr: 24 x/ menit

N: 110 x/ menit t: 370C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen : supel, NT (-), luka bekas operasi tertutup, verband (+), TFU 2 jari

bawah pusat, kontraksi baik

Genital : perdarahan (-), lochia (+)

Dx : Post SCTP-emergency DPH V atas indikasi impending eklampsia

pada sekundipara

Tx.:

Awasi KU/VS

Cefadroxil 2 x 500 mg

Metronidazole 3 x 500 mg

Vitamin C 3 x 100 mg

BAB IV

ANALISIS KASUS

Page 21: 87827664 Impending Eklampsi

A. Analisa Status

Pada pembuatan status ini sudah dilakukan pemeriksaan obstetri yang

cukup lengkap meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang guna mendukung penegakkan diagnosis

B. Analisa Kasus Diagnosis

1. Preeklamsia Berat (PEB) dan impending eklampsia

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,

proteinuria dan edema. Preeklamsia digolongkan berat apabila terdapat

salah satu atau lebih gejala dan tanda di bawah ini :

a. Tekanan darah : pasien dalam keadaan istirahat tekanan sistolik ≥ 160

mmHg dan tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.

b. Proteinuria : ≥ 5 gr/jumlah urin selama 24 atau dipstick 4+.

c. Oliguria : produksi urin < 400-500 cc/24 jam.

d. Kenaikan kreatinin serum.

e. Edema paru dan sianosis.

f. Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen. Hal ini

disebabkan karena teregangnya kapsula Glisone. Nyeri dapat sebagai

gejala awal ruptur hepar.

g. Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepala, scotomata,

dan pandangan kabur.

h. Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanine atau aspartate amino

transferase.

i. Hemolisis mikroangiopatik.

j. Trombositopenia : < 100.000 /mm3

k. Adanya Sindroma HELLP

Menurut Organization Gestosis, impending eklampsia adalah gejala-

gejala oedema, protenuria, hipertensi disertai gejala subyektif dan obyektif.

Gejala subyektif antara lain, nyeri kepala, gangguan visual dan nyeri

epigastrium. Sedangkan gejala obyektif antara lain hiperrefleksia, eksitasi

motorik, dan sianosis.

Page 22: 87827664 Impending Eklampsi

Faktor yang meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia dibagi

menjadi tiga, yaitu:

a. Risiko yang berhubungan dengan partner laki-laki

1) primigravida

2) primipaternity

3) umur yang ekstrim: terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan

4) patner laki-laki yang pernah menikahi wanita yang kemudian hamil

dan mengalami preeklamsia

5) pemaparan terbatas terbatas terhadap sperma

6) inseminasi donor dan donor oocyte

b. Resiko yang berhubungan dengan riwayat penyakit terdahulu dan

riwayat penyakit keluarga

1) riwayat pernah preeklamsia

2) hipertensi kronik

3) penyakit ginjal

4) obesitas

5) diabetes gestational, diabetes mellitus tipe I

6) antiphospholipid antibodies dan hiperhomocysteinemia

c. Resiko yang berhubungan dengan kehamilan

1) mola hidatidosa

2) kehamilan multiple

3) infeksi saluran kencing pada kehamilan

4) hydrops fetalis

Pada kasus ini diagnosis impending eklampsia ditegakkan dari :

a. Tekanan darah ibu mencapai 190/110 mmHg dalam keadaan istirahat

b. Proteinuria > +3 sudah termasuk kategori PEB. Edema tidak lagi

dianggap menjadi suatu tanda yang valid untuk preeklamsia.

c. Adanya keluhan pusing bagian depan, mual, pandangan kabur, nyeri

pada ulu hati.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Page 23: 87827664 Impending Eklampsi

Didapatkan proteinuria +3 pada pemeriksaan dipstick dari urine

acak tengah. Pada kasus ini didapatkan adanya hipoalbuminemia

(Albumin: 3.0 g/dl berdasarkan hasil lab tanggal 23 Agustus 2011).

Adanya hipoalbuminemia pada pasien ini karena adanya proteinuri.

C. Analisis Penatalaksanaan Kasus

Pada kasus ini dilakukan terminasi kehamilan. Terminasi kehamilan

pada preeklampsi berat dilakukan atas indikasi:

a. Indikasi ibu

Usia kehamilan 37 minggu atau lebih.

Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia atau eklampsia

tanpa memandang usia kehamilan.

Kegagalan terapi konservatif, yaitu:

• setelah 6 jam pengobatan medikasi terjadi kenaikan TD, atau

• setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo

(tidak ada perbaikan).

b. Indikasi janin

Adanya tanda-tanda gawat janin

Adanya tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat

c. Laboratorium

Adanya HELLP syndrome.

Usia kehamilan pada kasus ini adalah kehamilan preterm.

Penatalaksanaan impending eklampsia adalah penanganan aktif yaitu

terminasi kehamilan tanpa memandang berapa pun umur kehamilan. Begitu

pula pada kasus ini, walaupun usia kehamilan masih preterm, namun

kehamilan harus segera diakhiri karena pada ibu didapati tanda-tanda

impending eklampsia. Terminasi dilakukan dengan sectio caesaria emergensi

atas indikasi ibu karena impending eklampsia merupakan gejala awal

terjadinya eklampsia sehingga apabila tidak dilakukan terminasi secara

emergensi dikhawatirkan dapat menimbulkan kematian pada ibu.

BAB V

Page 24: 87827664 Impending Eklampsi

SARAN

1. Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas diperlukan antenatal care sedini

mungkin dan secara teratur di unit pelayanan kesehatan khususnya mengenai

pemeriksaan tentang kondisi jantung pasien, tekanan darah dan kadar

hemoglobin serta keadaan janin intrauterin.

2. Edukasi kepada pasien mengenai pengetahuan tentang penyakit, gejala,

komplikasi dan penatalaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: 87827664 Impending Eklampsi

Angsar MD. 2003. Hipertensi Dalam Kehamilan. Bagian Obstetri Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Pp: 3-8

Kelompok Kerja Penyusunan. 2005. Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam

Kehamilan di Indonesia. Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam

Kehamilan di Indonesia Edisi Kedua. Pp: 4-19

Lana K. Wagener, M.D. 2004. Diagnosis and Management of Preeklampsia.

American Family Physician. Volume 70, Number 12 Pp : 2317-

24.http://www. Aafp.org

Marjono AB. 1999. Hipertensi pada Kehamilan Pre-Eklampsia/Eklampsia.

Kuliah Obstetri/Ginekologi FKUI.

http://www.geocities.com/yosemite/rapids/1744/cklobpt 2 . html

Rambulangi J. 2003. Penanganan Pendahuluan Prarujukan Penderita

Preeklampsia Berat dan Eklampsia. Cermin Dunia Kedokteran No. 139.

Jakarta. Pp : 16-19.

Rustam Mochtar. 1998. Seksio Sesarea. Sinopsis Obstetri Jilid II Editor: Delfi

Lutan, EGC, Jakarta. Pp: 117-21

Sarwono Prawirohardjo dan Wiknjosastro. 2002. Ilmu kandungan. FK UI, Jakarta.

Sudinaya, I Putu. 2003. Insiden Preeklampsia-Eklampsia di RSU Tarakan

Kalimantan Timur 2002. Cermin Dunia Kedokteran No. 139. Jakarta. Pp :

13-15.

Wibowo B, Rachimhadhi T. 2005. Preeklampsia-Eklampsia. Dalam Wiknjosastro

H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Ketujuh. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 281-94

Page 26: 87827664 Impending Eklampsi