85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

46
PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS : RESPON IBU TERHADAP BAYI BARU LAHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan III Disusun Oleh : Kelompok 5 Yatty Erni Destiani 130103100008 Desy Rachmasari 130103100024 Lilis Suryani 130103100026 Tari Regia Pratiwi 130103100031 Yeni Silpia 130103100033 VI A PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Transcript of 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Page 1: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA

NIFAS : RESPON IBU TERHADAP BAYI BARU

LAHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan III

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Yatty Erni Destiani 130103100008

Desy Rachmasari 130103100024

Lilis Suryani 130103100026

Tari Regia Pratiwi 130103100031

Yeni Silpia 130103100033

VI A

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2012

Page 2: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................i

I. PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS MASA NIFAS

1.1 Adaptasi psikologis ibu masa nifas..................................................1

1.2 Gangguan Psikologis Postpartum....................................................5

1.2.1 PostPartum Blues....................................................................6

1.2.2 Depresi Postpartum.................................................................7

1.3 Kesedihan dan Duka Cita...............................................................12

II. RESPONS IBU DAN AYAH TERHADAP BAYI

2.1 Bounding Attachment....................................................................15

2.2 Respon Ayah Dan Keluarga Terhadap Bayi Baru Lahir...............18

2.3 Sibling Rivalry...............................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

i

Page 3: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

I. PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS MASA NIFAS

1.1 Adaptasi psikologis ibu masa nifas(2,4)

Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang

proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut,

kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik

dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang

rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran

seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.

Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas

adalah sebagai berikut:

Fungsi menjadi orang tua

Respon dan dukungan dari keluarga

Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan

Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:

a. Fase Dependen(8)

Selama satu sampai dua hari pertama setelah melahirkan, ketergantungan

ibu menonjol. Pada waktu ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya

dapat dipenuhi orang lain, ibu memindahkan energy psikologisnya kepada

anaknya. Rubin (1961) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase

menerima (taking in phase), suatu waktu dimana ibu baru memerlukan

perlindungan dan perawatan. Dalam penjelasan klasik Rubin, fase

menerima ini berlangsung selama dua sampai tiga hari. Penelitian yang

lebih baru (Ament, 1990) mendukung pernyataan Rubin, kecuali bahwa

wanita sekarang berpindah lebih cepat dari fase menerima. Fase menerima

yang kuat hanya terlihat pada 24 jam pertama setelah ibu melahirkan.

Selama beberapa jam atau beberapa hari setelah melahirkan, wanita sehat

yang dewasa tampaknya mengesampingkan semua tanggung jawab sehari-

1

Page 4: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

hari. Mereka bergantung kepada orang lain sebagai respons terhadap

kebutuhan mereka akan istirahat dan makanan.

Fase dependen ialah suatu waktu yang penuh kegembiraan dan

kebanyakan orang tua sangat suka mengomunikasikannya. Mereka merasa

perlu menyampaikan pengalaman mereka tentang kehamilan dan kelahiran

dengan kata-kata. Pemusatan, analisis, dan sikap yang menerima

pengalaman ini membantu orang tua untuk berpindah ke fase berikutnya.

Kecemasan dan keasyikan terhadap peran barunya sering mempersempit

tingkat persepsi ibu. Oleh karena itu, informasi yang diberikan pada waktu

ini mungkin perlu diulang.

Ketidaknyamanan yang biasanya dialami pada fase ini antara lain rasa

mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu

diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik

dan asupan nutrisi.(4)

Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah: (2,4)

Kekecewaan pada bayinya

Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami

Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya

Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya

b. Fase Dependen-Mandiri(8)

Apabila ibu telah menerima asuhan yang cukup selama beberapa jam atau

beberapa hari pertama maka pada hari kedua atau ketiga keinginan untuk

mandiri timbul dengan sendirinya. Dalam fase dependen mandiri ibu,

secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan

penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala

sesuatu secara mandiri. Ia berespons dengan penuh semangat untuk

memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi

atau jika ia adalah seorang ibu yang gesit, ia akan memiliki keinginan

2

Page 5: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

untuk merawat bayinya secara langsung. Rubin (1961) menjelaskan

keadaan ini sebagai fase taking-hold, yang berlangsung kira-kira 10 hari.

Dalam 6-8 minggu setelah melahirkan, kemampuan ibu untuk mengusai

tugas-tugas sebagai orang tua merupakan hal yang penting. Harapan yang

realistis mempermudah kelangsungan fungsi-fungsi keluarga selanjutnya

sebagai suatu unit.

Beberapa awanita sulit menyesuaikan diri terhadap isolasi yang

dialaminya karena ia harus merawat bayi dan tidak suka terhadap

tanggung jawab dirumah dan merawat bayi. Ibu yang kelihatannya

memerlukan dukungan tambahan adalah sebagai berikut.

Primipara yang belum berpengalaman mengasuh anak.

Wanita karier.

Wanita yang tidak punya cukup banyak teman/keluarga untuk dapat

berbagi rasa.

Ibu yang berusia remaja.

Wanita yang tidak bersuami.

Pada fase ini tidak jarang terjadi depresi. Perasaan mudah tersinggung bisa

timbul akibat berbagai faktor. Secara psikologis, ibu mungkin jenuh

dengan banyaknya tanggung jawab sebagai orang tua. Ia bisa merasa

kehilangan dukungan yang pernah diterimanya dari anggota keluarga dan

teman-teman ketika dia hamil. Beberpa ibu menyesal tentang hilangnya

hubungan antara ibu dengana anak yang belum lahir. Beberpa yang lain

mengalami perasaan kecewa ketika persalinan dan kelahiran telah selesai.

Keletihan setelah melahirkan diperburuk pleh tuntutan bayi yang banyak

sehingga dengan mudah dapat timbul perasaan depresi. Dikatan bahwa

masa puerperium ini, kadar gluko kortikoid dalam sirkulasi dapat menjadi

redah atau terjadi hipotiroid subklinis. Keadaan fisiologis ini dapat

menjelaskan depresi pasca partum ringan (baby blues). Reaksi depresif

idak perlu diekspresikan secara verbal. Keadaan depresif biasanya ditandai

3

Page 6: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

oleh perilaku yang khas (menarik diri, kehilangan perhatian terhadap

sekeliling, dan menangis). Ketika tugas-tugas dan penyesuaian telah

dijalankan dan dapat dikendalikan, tercapailah suatu keadaan stabil. Pada

saat ini, tanggung jawab baru sebagai orang tua, yang harus dihadapi

selama hidup, mulai menjadi pusat perhatian.

Diharapkan bahwa pada akhir fase dependen-mandiri, tugas dan

penyesuaian rutinitas sehari-hari akan mulai menjadi suatu pola yang tetap.

Bayi mulai mengambil posisi tertentu dalam keluarga. Banyak persoalan

makan, yang berkaitan dengan pemberian susu ibu atau susu botol,

sebagian besar telah diatasi. Kekuatan dan energy fisik ibu pulih. Pada

minggu kelima, bayi telah diperiksa oleh petugas kesehatan dan ibu juga

gtelah diperiksa atau telah mengadakan perjanjian untuk melakukan

pemeriksaan. Sudah waktunya untuk berpindah ke fase penyesuaian

berikutnya.

Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui

yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan

kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.(4)

c. Fase Interdependen(8)

Pada fase ini perilaku interdependen muncul, ibu dan keluarganya

bergerak maju sebagai suatu sistem dengan para anggota saling

berinteraksi. Hubungan antar pasangan, walaupun sudah berubah dengan

adanya seorang anak, kembali menunjukan banyak karakteristik awal.

Tuntutan utama ialah menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan

anak, tetapi dalam beberapa hal, tidak melibatkan anak pasangan ini harus

berbagi kesenangan yang bersipat dewasa.

Kebanyakan suami istri memulai lagi hubungan seksualnya pada minggu

ketiga atau keempat setelah anak lahir. Beberapa memulai hubungan lebih

awal, yakni segera setelah hal itu dapat dilakukan tanpa wanita merasa

nyeri. Hibungan seksual meningkatkan pria-wanita pada suatu keluarga

4

Page 7: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

dan pasangan dewasa ini akan merasa dekat satu sama lain tanpa

terganggu oleh anggota keluarga lain. Banyak ayah baru yang mengatakan

bahwa ia mengalami perasaan disingkirkan ketika melihat keintiman

hubngan ibu anak dan beberapa mengungkapkan terbuka kecemburuan

terhadp bayi mereka. Dimulainy alagi hubungan perkawinan tanpaknya

membawa hubungan orang tua kembali kedalam focus perhatian.

Fase interdependen (letting go) merupakan fase yang penuh stress bagi

orang tua. Kesenangan dan kebutuhan sering terbagi dalam masa ini. Pria

dan wanita menyelesaikan efek dari perannya masing-masing dalam hal

mengasuh anak, mengatur rumah, dan membina karier. Suatu upaya

khusus harus dilakukan untuk memperkuat hubungan orang dewasa

dengan orang dewasa sebagai dasar keasatuan keluarga.

1.2 Gangguan Psikologis Postpartum(9)

Secara umum sebagian besar wanita mengalami gangguan emosional

setelah melahirkan. Bentuk gangguan postpartum yang umum adalah

depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional.

Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu

gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun

multipara.

Sebagian perempuan menganggap bahwa masa–masa setelah melahirkan

adalah masa–masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami

tekanan secara emosional. Gangguan–gangguan psikologis yang muncul

akan mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak

mempengaruhi hubungan anak dan ibu dikemudian hari. Hal ini bisa

muncul dalam durasi yang sangat singkat atau berupa serangan yang

sangat berat selama berbulan–bulan atau bertahun – tahun lamanya.

Postpartum blues atau sering disebut juga sebagai maternity blues yaitu

kesedihan pasca persalinan yang bersifat sementara. Postpartum

depression yaitu depresi pasca persalinan yang berlangsung saat masa

5

Page 8: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

nifas, dimana para wanita yang mengalami hal ini kadang tidak menyadari

bahwa yang sedang dialaminya merupakan penyakit.

Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988.

Depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan

menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan

kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan

suami). Tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan

ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami “kesedihan

sementara” yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini

disebut dengan the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang

paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2

keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat

keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.(9)

1.2.1 PostPartum Blues (4)

Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan

bayinya. Keadaan ini disebut dengan baby blues, yang disebabkan oleh

perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima

kahadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami

terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga karena perubahan fisik

dan emosional selama beberapa bulan kehamilan. Disini hormone

memainkan peranan utama dalam hal bagaimana ibu bereaksi terhadap

situasi yang berbeda.

6

Page 9: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Setelah melahirkan dan lepasnya plasenta dari diding rahim,tubuh ibu

mengalami perubahan besar dalam jumlah hormone sehingga

membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Disamping perubahan

fisik, hadirnya seorang bayi dapat membuat perbedaan besar dalam

kehidupan ibu dalam hubungannya dengan suami, orang tua, maupun

anggota keluarga lain. Perubahan ini akan kembali secara perlahan setelah

ibu menyesuaikan diri dengan peranan barunya dan tumbuh kembali

dalam keadaan normal.

Gejala-gejala Baby blues, antara lain menangis, mengalami perubahan

perasaan, cemas, kesepian, khawatir mengenai sang bayi, penurunan

gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang

ibu. Jika hal ini terjadi, ibu disarankan untuk melakukan hal-hal berikut

ini:

1. Mintalah bantuan suami atau keluarga jika ibu membutuhkan istrahat

untuk menghilangkan kelelahan

2. Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah

dukungan dan pertolongannya

3. Buang rasa cemas dan keckhawatiran akan kemampuan merawat bayi

4. Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri

1.2.2 Depresi Postpartum(9)

Depresi postpartum terjadi dalam 10-15% wanita pada populasi umum.

Depresi postpartum paling sering terjadi dalam 4 bulan pertama setelah

7

Page 10: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

melahirkan, tetapi dapat terjadi kapan pun pada tahun pertama. Depresi

postpartum tidak berbeda dari depresi yang dapat terjadi setiap saat

lainnya dalam kehidupan wanita. Masa pasca-melahirkan adalah waktu

yang paling rentan bagi wanita untuk mengembangkan penyakit kejiwaan.

Wanita yang menderita 1 episode depresi mayor setelah melahirkan

memiliki risiko kekambuhan sekitar 25%.

Perempuan resiko tertinggi adalah mereka dengan sejarah pribadi depresi,

episode sebelumnya depresi pasca melahirkan, atau depresi selama

kehamilan. Selain memiliki riwayat depresi, kehidupan yang penuh stress

akhir-akhir ini, stres sehari-hari seperti perawatan anak, kurangnya

dukungan sosial (terutama dari pasangan), kehamilan yang tidak

diinginkan, dan status asuransi telah divalidasi sebagai faktor risiko.

Biasanya, depresi pasca melahirkan berkembang secara diam-diam selama

3 bulan pertama pasca melahirkan, meskipun gangguan tersebut mungkin

memiliki onset yang lebih akut. Depresi postpartum lebih persistent dan

melemahkan daripada postpartum blues.

Faktor-faktor yang menyebabkan depresi postpartum(9)

Depresi postpartum tidak berbeda secara mencolok dengan gangguan

mental atau gangguan emosional. Suasana sekitar kehamilan dan kelahiran

dapat dikatakan bukan penyebab tapi pencetus timbulnya gangguan

emosional. Penyebab nyata terjadinya gangguan pasca melahirkan adalah

adanya ketidakseimbangan hormonal ibu, yang merupakan efek

sampingan kehamilan dan persalinan. Faktor lain yang dianggap sebagai

penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang

mungkin mengalami penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang

overprotective, kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan

ketidakpuasaan dalam pernikahan.

Perempuan yang memiliki riwayat masalah emosional rentan terhadap

gejala depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan

8

Page 11: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan

munculnya gejala depresi. Karakteristik wanita yang berisiko mengalami

depresi postpartum adalah : wanita yang mempunyai sejarah pernah

mengalami depresi, wanita yang berasal dari keluarga yang kurang

harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau

orang–orang terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan, wanita

yang jarang berkonsultasi dengan dokter selama masa kehamilannya

misalnya kurang komunikasi dan informasi, wanita yang mengalami

komplikasi selama kehamilan.

Depresi pascasalin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai

akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang

terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin

perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.

Karakteristik ibu, yang meliputi :

o Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang

tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara

20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal

bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang

bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan

dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi

seorang ibu.

o Faktor pengalaman. Depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan

pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu

dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang

sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres.

o Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi

menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan

sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau

9

Page 12: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka

sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak–anak mereka.

o Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya

persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses

persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan

pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis

yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan

akan menghadapi depresi pascasalin.

o Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada

saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu

karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.

Gejala-gejala depresi postpartum(9)

Depresi merupakan gangguan yang betul–betul dipertimbangkan sebagai

psikopatologi yang paling sering mendahului bunuh diri, sehingga tidak

jarang berakhir dengan kematian. Gejala depresi seringkali timbul

bersamaan dengan gejala kecemasan. Manifestasi dari kedua gangguan ini

lebih lanjut sering timbul sebagai keluhan umum seperti : sukar tidur,

merasa bersalah, kelelahan, sukar konsentrasi, hingga pikiran mau

bunuh diri. Keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan

yang terdapat pada kelainan depresi lainnya. Hal yang terutama

mengkhawatirkan adalah pikiran – pikiran ingin bunuh diri, waham–

waham paranoid dan ancaman kekerasan terhadap anak–anaknya. Tetapi

dibandingkan dengan gangguan depresi yang umum, depresi postpartum

mempunyai karakteristik yang spesifik antara lain :

Mimpi buruk. Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena mimpi-

mimpi yang menakutkan, individu itu sering terbangun sehingga dapat

mengakibatkan insomnia.

Insomnia. Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang

mendasarinya seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain

yang terjadi dalam hidup manusia.

10

Page 13: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Fobia. Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan

yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun

diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya. Ibu yang melahirkan

dengan bedah Caesar sering merasakan kembali dan mengingat

kelahiran yang dijalaninya. Ibu yang menjalani bedah Caesar akan

merasakan emosi yang bermacam–macam. Keadaan ini dimulai

dengan perasaan syok dan tidak percaya terhadap apa yang telah

terjadi. Wanita yang pernah mengalami bedah Caesar akan melahirkan

dengan bedah Caesar pula untuk kehamilan berikutnya. Hal ini bisa

membuat rasa takut terhadap peralatan peralatan operasi dan jarum.

Kecemasan. Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang

timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak

menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahuinya.

Meningkatnya sensitivitas. Periode pasca kelahiran meliputi banyak

sekali penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu

harus pulih kembali dari persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana

merawat bayi, ibu perlu belajar merasa puas atau bahagia terhadap

dirinya sendiri sebagai seorang ibu. Kurangnya pengalaman atau

kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir, atau waktu dan

tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu.

Perubahan mood. Depresi postpartum muncul dengan gejala sebagai

berikut : kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak

berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa

terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri,

anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak

mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan

dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk

mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta

mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan

dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang

benar–benar memusuhi bayinya. Depresi postpartum sering disertai

11

Page 14: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

gangguan nafsu makan dan gangguan tidur, rendahnya harga diri dan

kesulitan untuk mempertahankan konsentrasi atau perhatian.

1.3 Kesedihan dan Duka Cita(6)

Berduka yang paling besar adalah disebabkan karena kematian bayi

meskipun kematian terjadi saat kehamilan. Bidan harus memahami

psikologis ibu dan ayah untuk membantu mereka melalui pasca berduka

dengan cara yang sehat.

Berduka adalah respon psikologis terhadap kehilangan. Proses berduka

terdiri dari tahap atau fase identifikasi respon tersebut. Tugas berduka,

istilah ini diciptakan oleh Lidermann, menunjukkan tugas bergerak

melalui tahap proses berduka dalam menentukan hubungan baru yang

signifikan. Berduka adalah proses normal, dan tugas berduka penting agar

berduka tetap normal. Kegagalan untuk melakukan tugas berduka,

biasanya disebabkan keinginan untuk menghindari nyeri yang sangat berat

dan stress serta ekspresi yang penuh emosi. Seringkali menyebabkan

reaksi berduka abnormal atau patologis.

Tahap-tahap berduka:

1. Syok

12

Page 15: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

2. Berduka

3. Resolusi

1. Syok

Merupakan respon awal individu terhadap kehilangan. Manifestasi

perilaku dan perasaan meliputi: penyangkalan, ketidakpercayaan, putus

asa, ketakutan, ansietas, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian,

kesepian, isolasi, mati rasa, intoversi (memikirkan dirinya sendiri)

tidak rasional, bermusuhan, kebencian, kegetiran, kewaspadaan akut,

kurang inisiatif, tindakan mekanis, mengasingkan diri, berkhianat,

frustasi, memberontak dan kurang konsentrasi.

Manifestasi klinis:

Gel distress somatik yang berlangsung selama 20-60 menit

Menghela nafas panjang

Penurunan berat badan

Anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan, dan gelisah

Penampilan kurus dan tampak lesu

Rasa penuh di tenggorokan, tersedak, nafas pendek, nyeri dada,

gemetaran internal

Kelemahan umum dan kelemahan tertentu pada tungkai

2. Berduka

Ada penderitaan, fase realitas. Penerimaan terhadap fakta kehilangan

dan upaya terhadap realitas yang harus ia lakukan terjadi selama

periode ini. Contohnya orang yang berduka menyesuaikan diri dengan

lingkungan tanpa ada orang yang disayangi atau menerima fakta

adanya pembuatan penyesuaian yang diperlukan dalam kehidupan dan

membuat perencanaan karena adanya deformitas.

13

Page 16: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Nyeri karena kehilangan dirasakan secara menyeluruh dalam realitas

yang memanjang dan dalam ingatan setiap hari, setiap saat dan

peristiwa yang mengingatkan. Ekspresi emosi yang penuh penting

untuk resolusi yang sehat. Menangis adalah salah satu bentuk

pelepasan yang umum. Selain masa ini, kehidupan orang yang berduka

terus berlanjut. Saat individu terus, melanjutkan tugas berduka.

Dominasi kehilangna secara bertahap menjadi ansietas terhadap masa

depan

3. Resolusi

Fase menentukan hubungan baru yang bermakna. Selama periode ini

seseorang yang berduka menerima kehilangan, penyesuaian telah

komplet dan individu kembali pada fungsinya secara penuh. Kemajuan

ini berasal dari penanaman kembali emosi seseorang pada hubungan

lain yang bermakna.

Manifestasi perilaku reaksi berduka abnormal atau patologis

meliputi:

Menghindari dan distorsi pernyataan emosi berduka normal

Depresi agitasi, kondisi psikosomatik, mengalami gejala penyakit

menular atau terakhir yang diderita orang yang meninggal

Aktivitas yang merusak keberadaan sosial ekonomi individu

Mengalami kehilangan pola interaksi sosial

Tanggung jawab utama bidan dalam peristiwa kehilangan adalah membagi

informasi tersebut dengan orang tua. Bidan juga harus mendorong dan

menciptakan lingkungan yang aman untuk pengungkapan emosi berduka.

Jika kehilangan terjadi pada awal kehamilan. Bidan dapat dipanggil untuk

berpartisipasi dalam perawatan.

14

Page 17: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Kemurungan Masa Nifas

Kemurungan masa nifas disebabkan perubahan dalam tubuh selama

kehamilan, persalinan dan nifas. Kemurungan dalam masa nifas

merupakan hal yang umum, perasaan-perasaan demikian akan hilang

dalam dua minggu setelah melahirkan. Tanda-tanda dan gejala

kemurungan masa nifas antara lain: emosional, cemas, sedih, khawatir,

mudah tersinggung, cemas, hilang semangat, mudah marah, sedih tanpa

sebab, sering menangis.

Kemurungan dapat menjadi semakin parah akibat ketidaknyamanan

jasmani, rasa letih, stress, maupun kecemasan.

Terciptanya Ikatan Ibu Dan Bayi

Menciptakan ikatan ibu dan bayi dilakukan segera setelah kelahiran

dengan cara memotivasi pasangan orang tua untuk memegang dan

menyentuh bayinya, memberi komentar positif, meletakkan bayi di

samping ibunya.

II. RESPONS IBU DAN AYAH TERHADAP BAYI

2.1 Bounding Attachment(7)

Pengertian Bounding Attachment

Menurut Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara

nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam

pertama segera bayi setelah lahir.

15

Page 18: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Menurut Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik

fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan

yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu

hubungan emosi dan fisik yang akrab.

Menurut Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk

mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya

segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara

spesifik sepanjang waktu.

Elemen-Elemen Bounding Attachment

Sentuhan – Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh

orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi

baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung

jarinya.

Kontak mata – Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional

mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan

lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu

mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih

dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).

Suara – Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan

bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya

dengan tegang.

Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik

(Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat

untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).

Entrainment – Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur

pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat

kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa

mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak

mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif

16

Page 19: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang

positif.

Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan

senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi

baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat

membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten

dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku

yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan

kesempatan bayi untuk belajar.

Kontak dini – Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang

menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang

penting untuk hubungan orang tua–anak.

Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis

yang dapat diperoleh dari kontak dini :

Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.

Reflek menghisap dilakukan dini.

Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.

Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth

(kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi

hormonal).

Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment

Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).

Sentuhan orang tua pertama kali.

Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke

anak.

Kesehatan emosional orang tua.

Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.

Persiapan PNC sebelumnya.

Adaptasi.

17

Page 20: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat

anak.

Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi

kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa

nyaman.

Fasilitas untuk kontak lebih lama.

Penekanan pada hal-hal positif.

Perawat maternitas khusus (bidan).

Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga,

teman dan pasangan.

Informasi bertahap mengenai bounding attachment.

Keuntungan Bounding Attachment

Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap

sosial.

Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.

Hambatan Bounding Attachment

Kurangnya support sistem.

Ibu dengan resiko (ibu sakit).

Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).

Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

2.2 Respon Ayah Dan Keluarga Terhadap Bayi Baru Lahir

Respons setiap ibu dan ayah terhadap bayinya dan terhadap pengalaman

dalam membesarkan anak berbeda-beda dan mencakup seluruh spectrum

reaksi dan emosi, mulai dari tingginya kesenangan yang tidak berbatas

hingga dalamnya keputusasaan dan duka. Situasi yang bahagia didapatkan

apabila kelahiran tersebut diinginkan dan diharapkan sebaliknya bila

kelahiran tidak diinginkan atau tidak sesuai dengan harapan maka respon

mereka menjadi tidak bahagia dan kecewa.(10)

18

Page 21: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Bidan yang masuk dalam situasi menyenangkan akan menemukan harapan

atau kebahagiaan atau setidaknya kepuasan. Jika respons tersebut tidak

menyenangkan, bidan perlu memahami apa yang sedang terjadi dan

memfasilitasi proses pemberian respons yang sehat untuk kesejahteraan

setiap orang tua, bayi, dan keluarga. Hal tersebut membantu mengingat

beberapa pemikiran dasar:

1. Perlekatan tidak dimulai pada saat lahir. Ibu merawat bayinya

sepanjang kehamilan. Ibu dan ayah memfantasikan tentang bayinya

selama kehamilan (dan seringkali sebelumnya).

2. Kelahiran adalah momentum dalam kontinum ikatan ibu dengan

bayinya.

3. Hubungan antara ibu dan bayi bersifat simbiosis masing-masing saling

membutuhkan.

Peran ayah saat ini(3)

Tema umum pada sebagian besar model perkembangan bayi adalah

kurangnya perhatian mengenai peran para ayah (Biller, 1993; Marsiglio,

1995). Bukti yang tak dapat dihindari adalah bahwa faktor-faktor yang

membuat para ibu menjadi penting bagi anak-anak mereka juga

merupakan faktor-faktor yang membuat para ayah menjadi penting (Lamb

dan Lamb, 1976)

Penenlitian tentang peran pria tetap kurang berkembang dan berakar dalam

nilai-nilai budaya dan stereotype, yang mempertahankan pria untuk tetap

berada dalam peran mencari nafkah (Hawkins, et al. 1995)

Nama calon ibu adalah “ibu hamil “ namun tidak ada nama yang sesuai

diberikan untuk seorang calon ayah. Calon ayah digambarkan sebagai

seseorang yang menunjukkan perhatian pada kesejahteraan emosional,

serta fisik janin dan ibunya. Ia tidak hanya mempunyai tanggung jawab

sebagai orang  tua terhadap anak, tetapi jika ini merupakan pertama

kalinya ia menjadi ayah, pria juga menjalani sebuah transisi peran.

19

Page 22: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Transisi menjadi orang tua merupakan hal  yang menimbulkan stres dan

pria membutuhkan banyak dukungan sebagai mana wanita. Transisi di

gambarkan sebangai “suatu periode krisis identitas yang melibatkan

terjadinya serangkaian perubahan kehilangan dan ansietas yang

berhubungan dengan  dunia esternal dan internal seseorang.”

Bagian-bagian sebelumnya menyebutkan ketidaksetaraan gender dan

berfokus pada kaum wanita dalam menjadi orang tua. Harus diingatkan

bahwa seperti yang dikatakan Raphael-Leff (1991) pria mempunyai

kebutuhan pribadi yang unik selama dan sesudah masa transisi mengenai

penampilannya dalam menjadi orang tua.

Menurut Barbour (1990) para ayah harus membuat kemajuan yang

sungguh-sungguh dalam memperkuat posisi mereka pada saat kelahiran,

para ayah kini perlu membuat kemajuan tersebut di periode antenatal dan

pascanatal jika keluarga yang baru akan diperkuat secara sukses.

Perilaku orang tua yang mempengaruhi adanya ikatan kasih sayang :

a. Perilaku menfasilitasi, meliputi :

Menatap, mencari ciri khas anak

Kontak mata

Memberikan perhatian

Mengganggap anak sebagai individu yang unik

Menganggap anak sebagai anggota keluarga

memberikan senyuman

Berbicara/bernyayi

Menunjukkan kebanggaan pada anak

Mengajak anak pada acara keluarga

Memahami prilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak

Bereaksi positif terhadap prilaku anak.

20

Page 23: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

b. Perilaku penghambat

Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya,

menghindar, menolak untuk menyentuh anak.

Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain,

tidak memberikan nama pada anak.

Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.

Tidak menggenggam jarinya.

Terburu-buru dalam menyusui.

Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi

kebutuhannya.

Faktor Yang Mempengaruhi Respons Orangtua(8)

Cara orangtua berspons terhadap kelahiran anaknya dipengaruhi berbagai

faktor, meliputi usia, jaringan, social, budaya, keadaan sosioekonomi, dan

aspirasi pribadi tentang masa depan.

Usia Maternal Lebih dari 35 Tahun

Usia ibu sangat mempengaruhi hasil akhir kehamilan. Ibu dan bayi

umumnya dianggap beresiko tinggi jika ibu berusia remaja atau

berusia lebih dari 35 tahun. Kehamilan pada masa remaja merupakan

masalah yang penting di Amerika Utara.

Masalah dan kekhawatiran yang terkait dengan kelompok ibu berusia

lebih dari 35 tahun semakin banyak muncul pada decade terakhir ini.

Penelitian menunjukan beberapa faktor tertentu yang mempengaruhi

respons orangtua pada kelompok yang lebih tua ini. Keletihan dan

kebutuhan untuk lebih bnayak istirahat tampaknya telah menjadi

maslaha utama pada orangtua yang sudah berusia ini (Queenam, 1987;

Winslow, 1987).

Tindakan yang bertujuan membantu ibu memperoleh kembali

kekuatan dan tonus otot (misalnya, latihan senam prenatal dan

pascapartum) sangat dianjurkan. Beberapa ibu yang telah berusia

21

Page 24: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

merasa bahwa merawat bayi baru lahir melelahkan secara fisik. (Scott,

Meredith, Angwin, 1986).

Jaringan sosial

Primipara dan multipara memiliki kebutuhan yang berbeda. Multipara

akan lebih realistis dalam mengantisipasi keterbatasan fisiknya dan

dapat lebih mudah beradaptasi terhadap peran dan interaksi sosialnya.

Primipara mungkin memerlukan dukungan yang lebih besar dan tindak

lanjut yang mencakup rujukan ke badan bantuan dalam masyarakat.

Keluarga dan teman-teman orangtua dan anak baru lahir ini

membentuk dimensi penting dalam jaringan social orangtua, yang

sebagian besar mungkin tergantung pada keadaan budaya. Jaringan

social member suatu system dukungan, di mana orangtua dapat

meminta bantuan (Crawford, 1985; Cronenwett, 1985a, b). Hubungan

cinta dan emosi yang positif tampaknya sangat penting untuk

memperkaya kemampuan menjadi orangtua dan mengasuh anak

(Gottlieb, 1980; Schornkoff, 1984). Jaringan social meningkatkan

potensi pertumbuhan anak dan mencegah kekeliruan dalam

memperlakukan anak. Pada beberapa kelompok budaya, suatu jaringan

kekerabatan yang luas dapat menjadi unsur pendukung yang penting.

Budaya

Kepercayaan dan praktik budaya menjadi determinan penting dalam

perilaku orangtua. Kedua hal tersebut mempengaruhi interaksi orang

tua dengan bayi, demikian juga dengan orangtua atau keluarga yang

mengasuh bayi.

Kondisi Sosioekonomi

Keluarga yang mampu membayar pengeluaran tambahan dengan

hadirnya bayi baru ini mungkin hampir tidak merasakan beban

keuangan. Keluarga yang menemukan kelahiran seorang bayi suatu

beban financial dapat mengalami peningkatan stress. Stress ini bisa

22

Page 25: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

mengganngu perilaku orangtua sehingga membuat masa transisi untuk

memasuki masa menjadi orangtua menjadi lebih sulit.

Aspirasi Personal

Bagi beberapa wanita, menjadi orangtua mengganggu kebebasan

pribadi atau kemajuan karier mereka. Apabila rasa kecewa ini tidak

terselesaikan, hal ini akan berdampak pada cara mereka merawat dan

mengasuh bayinya dan bahkan mereka bisa menelantarkan bayinya.

Atau sebaliknya, hal tersebut bisa membuat mereka menunjukkan rasa

khawatir yang berlebihan atau menetapkan standar yang sangat tinggi

terhadap diri mereka dalam memberi perawatan dan juga pada

kemampuan perkembangan bayi mereka.(Shainess, 1970).

2.3 Sibling Rivalry(1,7)

Pengertian Sibling Rivalry

Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglo-saxon sib dan

ling bentuk kecil)anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara

laki-laki atu perempuan. Disebut juga sib. Rivalry keadaan kompetisi atau

antagonisme. Sibling rivalry adalah kompetisi antarasaudara

kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu

23

Page 26: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang

lebih.

Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara

saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang

tua yang mempunyai dua anak atau lebih.

Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut

adalah hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan

kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu.

Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-anak seusia seperti itu bersifat

ambivalent dengan love hate relationship.

Penyebab Sibling Rivalry

Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:

1. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka,

sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.

2. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau

mendengarkan dari orang tua mereka.

3. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh

kedatangan anggotakeluarga baru/ bayi.

4. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat

mempengaruhi proseskedewasaan dan perhatian terhadap satu sama

lain.

5. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai

pertengkaran.

6. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau

memulai permainan dengan saudara mereka.

7. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.

8. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang

berlebihan dalam keluargaadalah normal.

24

Page 27: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

9. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan

anggota keluarga.

10. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.

11. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.

12. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang

terjadi pada mereka.

Segi Positif Sibling Rivalry

Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada

segi positifnya, antara lain:

1. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan

beberapa keterampilan penting.

2. Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.

3. Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.

Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang

tua harus menjadi fasilitator.

Mengatasi Sibling Rivalry

Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling

rivalry, sehingga anakdapat bergaul dengan baik, antara lain:

1. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.

2. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.

3. Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.

4. Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara

satu sama lain.

5. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa

terjadi.

6. Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan

perhatian dari satu sama lain.

25

Page 28: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

7. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan

kebutuhan anak. Sehingga adil bagianak satu dengan yang lain

berbeda.

8. Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua

orang.

9. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan

kebebasan mereka sendiri.

10. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda

akan kekerasanfisik.

11. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-

anak, bukan untukanak-anak.

12. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak

menyalahkan satu sama lain.

13. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.

14. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik

dari perilaku orang tua sehari-hari adalah cara pendidikan anak-

anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.

Peran Bidan

Peran bidan dalam mengatasi sibling rivalry, antara lain:

1. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam

jam pertama pascakelahiran.

2. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan

respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan

tindakan.

26

Page 29: 85058259 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

DAFTAR PUSTAKA

1. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

(hlm: 87-96).

2. Irhami. 2010.Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa. (online). (Nifas.zikra-

myblog.blogspot.com.htm, diakses 25 februari 2012)

3. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba

Medika (hlm: 63-69).

4. Lusa. 2010. Adaptasi Psikologis Ibu Nifas. (online).

(http://www.lusa.web.id/adaptasi-psikologis-ibu-masa-nifas.htm, diakses

25 Februari 2012)

5. Web Pustaka. 2010. Adaptasi Psikologis Ibu Nifas. (online).

(http://webpustaka.com/berita/proses-adaptasi-psikologis-ibu-masa-

nifas.htm, diakses 25 februari 2012)

6. Lusa. 2010. Kesedihan dan Duka Cita. (online).

(http://www.lusa.web.id/kesedihan-dan-duka-cita.htm, diakses 25 februari

2012)

7. Lusa. 2010. Sibling Rivalry. (online). (http://www.lusa.web.id/sibling-

rivalry.htm, diakses 25 februari 2012)

8. Bobak, Lowdermilk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4.

Jakarta: EGC

9. Dr.cantik. 2011. Depresi Postpartum. (online).

(http://www.artikelkedokteran.com/776/depresi-postpartum.html, diakses

25 Februari 2012)

10. Varney, Helen, et.al. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4 Volume

2. Jakarta: EGC