8207b8a55ae3319be3d71f67fd26ef63

12
VALIDITAS KOMBINASI PENGUKURAN ALL – TLL DAN GREATER TROCHANTER – MEDIAL MALLEOLUS LENGTH PADA ESTIMASI MASALAH REGIO HIP JOINT ATAU FEMORAL THE VALIDITY OF A COMBINATION OF ALL – TLL AND GREATER TROCHANTER – MEDIAL MALLEOLUS LENGTH MEASUREMENT FOR DETERMINE HIP JOINT OR FEMORAL REGION PROBLEM Andi Sirfa 1 , Henry Yurianto 1 , M Ruksal Saleh 1 , Wilhelmus Supriyadi 1 , Burhanuddin Bahar 2 1 Bagian Orthopedi dan Traumatologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar 2 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi : Andi Sirfa Jalan Stadion Utara No.35 Makassar, 90125 HP : 08124202855 Email : [email protected]

description

8207b8a55ae3319be3d71f67fd26ef63

Transcript of 8207b8a55ae3319be3d71f67fd26ef63

Page 1: 8207b8a55ae3319be3d71f67fd26ef63

VALIDITAS KOMBINASI PENGUKURAN ALL – TLL DAN GREATER TROCHANTER – MEDIAL MALLEOLUS LENGTH PADA

ESTIMASI MASALAH REGIO HIP JOINT ATAU FEMORAL

THE VALIDITY OF A COMBINATION OF ALL – TLL AND GREATER TROCHANTER – MEDIAL MALLEOLUS LENGTH MEASUREMENT FOR

DETERMINE HIP JOINT OR FEMORAL REGION PROBLEM

Andi Sirfa1 , Henry Yurianto1, M Ruksal Saleh1, Wilhelmus Supriyadi1, Burhanuddin Bahar2

1 Bagian Orthopedi dan Traumatologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin,

Makassar 2 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin,

Makassar

Alamat Korespondensi : Andi Sirfa Jalan Stadion Utara No.35 Makassar, 90125 HP : 08124202855 Email : [email protected]

Page 2: 8207b8a55ae3319be3d71f67fd26ef63

ABSTRAK

Penentuan selisih panjang tungkai merupakan salah satu komponen penting dalam pemeriksaan pasien dengan kelainan muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan menentukan validitas kombinasi pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan teknik Appearance Leg Length – True leg Length (ALL – TLL) dan Greater Trochanter – Medial Malleolus Length dalam menentukan kejadian masalah pada regio hip joint ataukah regio femoral pada kejadian selisih panjang tungkai. Penelitian ini menggunakan metode diagnostik eksperimental dari hasil pengukuran pada pemeriksaan fisik, validitas pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan mengkombinasikan pengukuran konvensional Appearance Leg Length – True leg Length (ALL – TLL) dan pengukuran tambahan Greater Trochanter – Medial Malleolus Length dinilai dalam mengestimasi kejadian masalah pada regio hip joint ataukah regio femoral. Dari pemeriksaan fisik, selisih ALL – TLL > 0,5 cm dan selisih GML 0 – 0,5 cm diestimasi sebagai masalah pada regio hip joint dan selisih ALL – TLL dan GML > 0,5 cm diestimasi sebagai masalah pada regio femoral, yang divalidasi dengan hasil radiologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian dilakukan pada 36 pasien usia 15 – 84 tahun (rerata 35 tahun) yang dicurigai mengalami masalah pada regio hip joint atau femur penyebab selisih panjang tungkai. Terdapat korelasi tinggi antara estimasi masalah regio hip joint terhadap kondisi diagnostik sebenarnya (r =80%) begitu pula antara estimasi masalah regio femor terhadap diagnosis pastinya (r =84,6%). Dengan demikian, kombinasi ALL – TLL dan GML mampu menentukan estimasi penyebab selisih panjang tungkai apakah di regio hip joint atau femoral meskipun pemeriksaan radiologis belum dilakukan. Kata Kunci : Appearance Leg Length (ALL), True Leg Length (TLL), Greater Trochanter – Medial Malleolus

Length (GML), Leg Length Discrepancy (LLD).

ABSTRACT

Determining the difference in the length of an individual's legs is often an important component of a musculoskeletal examination but can not determine whether the injury is occur in hip joint or femoral region using the conventional ALL – TLL measurement.The aim of the study is to determine the validity ALL – TLL and “greater trochanter – medial malleolus length (GML)” measurement to determine hip joint or femoral region problem in leg length discrepancy.The method of the study is a diagnostic experimental study from physical finding measurement. The validity of leg length discrepancy from a combination of conventional ALL – TLL and “greater trochanter – medial malleolus length (GML)” were measured to estimate whether the problem is in hip joint or femoral. From physical examination, discrepancy of ALL – TLL > 0,5 cm and GML discrepancy is 0 – 0,5 cm as hip joint problem and discrepancy of ALL – TLL and GML > 0,5 cm as femoral problem, which is validated with radiological findings.The results of the research indicated that a total of 36 patient between 15 – 84 years old (mean: 35 years) with a suspect of hip joint or femoral region problems causing leg length discrepancy were examined. There is a strong correlation between the hip joint region problem and the real diagnostic condition (r =80%), and also between femoral region problem and the diagnosis (r =84,6%). Therefore, a combination of ALL – TLL and GML can determine whether hip joint injury or femoral problems even if the radiological imaging had not been performed.

Keywords : Appearance Leg Length (ALL), True Leg Length (TLL), Greater Trochanter – Medial Malleolus

Length (GML), Leg Length Discrepancy (LLD).

Page 3: 8207b8a55ae3319be3d71f67fd26ef63

PENDAHULUAN

Penentuan selisih panjang tungkai merupakan salah satu komponen penting dalam

pemeriksaan pasien dengan kelainan muskuloskeletal. Selisih panjang tungkai dapat dibagi

ke dalam dua kelompok etiologi : 1. Selisih panjang tungkai struktural : berhubungan dengan

pemendekan dari struktur tulang, 2. Selisih panjang tungkai fungsional : hasil dari gangguan

perubahan mekanik tungkai bawah. (Gurney B, 2002; Subotnick S, 2001)

Selisih panjang tungkai dapat berupa perbedaan nyata dari panjang tungkai ataupun

akibat kemiringan dari pelvis. Perbedaan nyata ini dapat terjadi akibat dari pemendekan atau

pemanjangan dari femur maupun tibia, atau keduanya. Meskipun pengukuran menggunakan

pita ukur tergolong mudah dilakukan, namun validitas pengukuran ini belum diketahui pasti

dan belum terdapat panduan penentuan letak masalah apakah pada regio hip joint atau regio

femoral berdasarkan hasil pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita

ukur teknik konvensional Appearance Leg Length dan True Leg Length (ALL – TLL).

(Woerman AL et al., 2004; Guichet JM et al., 2001; Blake RL et al., 1992)

Belum adanya panduan untuk penentuan letak masalah apakah terdapat pada regio hip

joint ataukah regio femoral berdasarkan hasil pemeriksaan fisis pengukuran selisih panjang

tungkai menggunakan metode pita ukur teknik konvensional Appearance Leg Length dan

True Leg Length (ALL – TLL) menjadikan dasar pemikiran untuk menentukan validitas

pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur pada estimasi kejadian

masalah di regio hip joint dan regio femoral. Oleh karena itu peneliti bertujuan untuk menilai

validitas pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur dengan

mengkombinasikan pengukuran konvensional Appearance Leg Length – True leg Length

(ALL – TLL) dan pengukuran tambahan Greater Trochanter – Medial Malleolus Length

pada estimasi kejadian masalah di regio hip joint dan regio femoral, menilai kesesuaian

estimasi masalah regio hip joint dan regio femoral berdasarkan pengukuran selisih panjang

tungkai menggunakan metode pita ukur terhadap hasil pemeriksaan radiologi, serta menilai

peluang penggunaan pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur

dengan mengkombinasikan pengukuran konvensional Appearance Leg Length – True leg

Length (ALL – TLL) dan pengukuran tambahan Greater Trochanter – Medial Malleolus

Length sebagai prediktor klinis kejadian masalah pada regio hip joint ataukah regio femoral.

(Etnier JR et al., 2008; Moseley CF et al., 2006; Shapiro F, 2001)

Page 4: 8207b8a55ae3319be3d71f67fd26ef63

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Waktu

pengambilan data sampel penelitian selama bulan September 2013. Desain penelitian ini

menggunkan study experimental diagnostik untuk mengukur tingkat kesesuaian estimasi

masalah pada regio hip joint atau regio femoral berdasarkan hasil pengukuran yang

menunjukkan selisih panjang tungkai pada pengukuran Appearance Leg Length (ALL), True

Leg Length (TLL) dan greater trochanter-medial malleolus length (GML) dibandingkan

dengan hasil pemeriksaan radiologis.

Populasi dan Sampel

Populasi yang termasuk dalam penelitian ini adalah semua pasien usia 15 tahun atau

lebih yang dicurigai menderita masalah kesehatan pada area sendi panggul maupun tulang

femur dan ditemukan selisih panjang tungkai dari pemeriksaan klinis penderita di UGD,

Poliklinik maupun ruang perawatan RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Didapatkan

36 sampel, dengan sebaran laki-laki 24 orang dan perempuan 12 orang, yang dicurigai

mengalami masalah kesehatan pada hip joint ataupun femur yang bisa menyebabkan selisih

panjang tungkai. Sampel selanjutnya dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok estimasi

masalah regio hip dan kelompok estimasi masalah regio femur berdasarkan hasil pengukuran

panjang tungkainya. Masing-masing kelompok akan dikonfirmasi kesesuaian estimasi

regional masalahnya dengan hasil pemeriksaan X-Ray.

Metode pengumpulan data

Data yang dikumpulkan, dianalisis menggunakan bantuan komputer program excel

dan dianalisis statistic terhadap variable-variabel yang diteliti dengan bantuan program

Statistical Package for Social Sciences (SPSS) for Windows.

Analisis data

Data yang dikumpul diolah melalui analisis statistik, untuk melihat validitas

pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur pada estimasi kejadian

masalah di regio hip joint dan regio femoral terhadap hasil pemeriksaan X-Ray dengan

menggunakan uji Korelasi Pearson, uji Korelasi Spearman, uji Tabulasi silang dan uji Non

Parametrik Chi-square dengan nilai p < 0,01 adalah signifikan.

Page 5: 8207b8a55ae3319be3d71f67fd26ef63

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 menunjukkan sebaran data berdasarkan umur dan selisih ALL,TLL dan GML

dari 36 jumlah sampel dengan sebaran umur antara 15 – 84 tahun dengan rerata 35 tahun,

sebaran selisih ALL 1.0 – 9.0 cm dengan rerata 2.7 cm, sebaran selisih TLL 0.5 – 10.0 cm

dengan rerata 2.7 cm, dan sebaran selisih GML 0 – 10.0 cm dengan rerata 1.9 cm.

Tabel 2 menunjukkan Uji statistik menurut Uji Korelasi Pearson didapatkan bahwa

selisih panjang tungkai berdasarkan pengukuran Greater trochanter – Medial Malleolus

Length (DGML) memiliki korelasi signifikan dengan penentuan estimasi lokasi masalah

apakah timbul pada regio hip joint atau femoral (p<0.01). Demikiain pula estimasi lokasi

masalah apakah timbul pada regio hip joint atau femoral memiliki nilai korelasi signifikan

terhadap kejadian masalah sebenarnya pada regio hip joint ataupun regio femoral (p<0.01).

Tabel 3 menunjukkan uji statistik menurut Uji Korelasi Spearman didapatkan bahwa

selisih panjang tungkai berdasarkan pengukuran Greater trochanter – Medial Malleolus

Length (DGML) memiliki korelasi signifikan (p<0.01 ) terhadap selisih panjang tungkai

berdasarkan pengukuran Appearance Leg Length (DALL) dan selisih panjang tungkai

berdasarkan pengukuran True Leg Length (DTLL) dalam penentuan estimasi lokasi masalah

apakah timbul pada regio hip joint atau femoral. Demikiain pula selisih panjang tungkai

berdasarkan pengukuran Greater trochanter – Medial Malleolus Length (DGML) memiliki

korelasi signifikan baik terhadap estimasi lokasi masalah apakah timbul pada regio hip joint

atau femoral maupun terhadap bukti kejadian masalah sebenarnya pada regio hip joint

ataupun regio femoral (p<0.01).

Tabel 4 menunjukkan Uji Tabulasi Silang, estimasi lokasi masalah apakah terjadi di

regio hip joint atau femoral terhadap bukti kejadian masalah terjadi di regio hip joint ataukah

regio femoral ditemukan bahwa nilai validitas estimasi terhadap kejadian selisih panjang

tungkai akibat masalah di regio hip joint atau femoral memiliki nilai validitas tinggi.

Kemampuan estimasi terhadap kejadian selisih panjang tungkai akibat masalah di regio hip

joint adalah 80% dan kemampuan estimasi terhadap kejadian selisih panjang tungkai akibat

masalah di regio femoral adalah 86.4%. Secara keselurahan, rerata validitas estimasi terhadap

kejadian selisih panjang tungkai akibat masalah di regio hip joint atau femoral adalah 82,3%.

Tabel 5 menunjukkan nilai validitas menurut uji Tabulasi Silang di atas juga

menampilkan signifikansi bermakna pada uji Pearson Chi-Square (p<0.01).

Page 6: 8207b8a55ae3319be3d71f67fd26ef63

PEMBAHASAN

Dari penelitian ini ditemukan korelasi tinggi antara estimasi masalah regio hip joint

terhadap kondisi diagnostik sebenarnya (r =80%) begitu pula antara estimasi masalah regio

femor terhadap diagnosis pastinya (r =84,6%) berdasarkan pengukuran selisih panjang

tungkai menggunakan metode pita ukur dengan mengkombinasikan pengukuran

konvensional Appearance Leg Length dan True Leg Length (ALL – TLL) dan pengukuran

tambahan Greater Trochanter – Medial Malleolus Length. Hal ini memberikan suatu bentuk

analisa hasil pemeriksaan klinis yang lebih mendalam untuk menegakkan diagnosis.

Penggunaan metode pemeriksaan klinis dan radiologis yang akurat dalam penilaian

selisih panjang tungkai merupakan hal vital dalam merencakan pemberian terapi yang tepat.

(Sabharwal S et al., 2008)

Salah satu metode pemeriksaan klinis dalam menilai selisih panjang tungkai yakni

dengan menggunakan pita ukur dapat diterima validitasnya dan diandalkan sebagai

pemeriksaan skrining untuk menilai selisih panjang tungkai. Namun, terdapat beberapa hal

yang dapat menyebabkan kesalahan dalam metode pengukuran semacam ini. (Eichler J,

2007; Sabharwal S et al., 2008; Terry MA, 2005)

Penggunaan hasil pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur

dengan metode konvensional Appearance Leg Length dan True Leg Length (ALL – TLL)

selama ini telah memberikan panduan apakah kejadian selisih panjang tungkai timbul akibat

kelainan struktural tulang sepanjang tungkai (selisih panjang tungkai struktural) ataukah

hanya akibat gangguan fungsi serta kelainan mekanik pada tulang belakang, pelvis maupun

tungkai bawah (selisih panjang tungkai fungsional). Sama halnya dengan pemeriksaan klinis

pada selisih panjang tungkai menggunakan metode Galeazzi sign, hanya mampu

menggambarkan kemungkinan letak penyebab selisih panjang tungkai apakah timbul

pemendekan di regio femoral atau akibat pemendekan di regio cruris. Kedua metode

penilaian ini belum dapat memberikan panduan pemeriksaan klinis untuk prediksi penyebab

selisih panjang tungkai apakah timbul akibat adanya masalah di regio hip joint ataukah di

regio femoral. (Solomon L et al., 2010; Nagayam S, 2010)

Berdasarkan hasil penelitian ini, pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan

metode pita ukur dengan mengkombinasikan pengukuran konvensional Appearance Leg

Length – True leg Length (ALL – TLL) dan pengukuran tambahan Greater Trochanter –

Medial Malleolus Length ternyata mampu memberikan gambaran klinis dan panduan dalam

melalukan estimasi penyebab selisih panjang tungkai apakah timbul di regio hip joint ataukah

regio femoral. Dengan demikian, metode kombinasi ini dapat pula dijadikan prediktor klinis

Page 7: 8207b8a55ae3319be3d71f67fd26ef63

penyebab kejadian masalah pincang apakah pada regio hip joint ataukah regio femoral.

Sementara itu, metode pemeriksaan klinis Bryant’s triangle dan Roser-Nelaton line yang

merupakan bagian pemeriksaan klinis pada regio hip joint bersama-sama dapat digunakan

dalam memprediksi kemungkinan penyebab kejadian timbulnya selisih panjang tungkai yang

timbul di regio hip joint. (Solomon L et al., 2010; Nagayam S, 2010)

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa hasil pengukuran selisih panjang tungkai

berdasarkan Appearance Leg Length – True leg Length (ALL – TLL) dan pengukuran

tambahan Greater Trochanter – Medial Malleolus Length (GML) yang tidak sesuai dengan

formula estimasi masalah regio hip joint – femoral. Pada kasus AVN Femoral Head kanan,

ditemukan selisih panjang tungkai yang besar pada ketiga pemeriksaan (ALL – TLL – GML),

hal ini diduga akibat proses yang berlangsung kronis dan telah mengakibatkan soft tissue

kontraktur pada beberapa sendi sepanjang tungkai bawah disertai atropi otot sepanjang

tungkai tersebut akibat dari kurangnya aktifitas pembebanan karena nyeri. Dengan demikian,

timbul perbedaan keliling tungkai kanan dan kiri serta adanya perbedaan posisi tungkai akibat

kontraktur membuat pengukuran selisih panjang tungkai tidak sesuai dengan formula estimasi

berdasarkan hipotesis dasar. Hal ini sesuai dengan yang telah dikemukakan bahwa terdapat

beberapa keadaan yang menggambarkan beberapa kondisi yang dapat mengganggu

pengukuran menggunakan metode pita ukur. Adanya perbedaan pada ukuran keliling dari

kedua tungkai dapat menimbulkan selisih jarak keduanya, sebagaimana halnya

penyimpangan axis panjang tungkai di satu sisi akibat dari genu valgus ataupun genu varus.

Sebagai tambahan, ada pendapat bahwa pelvis yang asimetris dapat pula mengakibatkan

kesalahan dalam pengukuran ini. (Eichler J, 2007; Beattie P, 2000)

Hal lain yang mengganggu pengukuran panjang tungkai dengan metode pita ukur ini

adalah kondisi permukaan yang tidak sama rata dari paha, lutut ataupun betis (seperti asimetri

akibat bengkak, atropi otot atau obesitas) dapat pula mengganggu posisi pita ukur secara

bermakna yang pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya bias pengukuran panjang

tungkai. (Beattie P, 2000; Knutson GA, 2005)

Kekurangan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kondisi pasien yang overweight

ataupun obesitas dengan lapisan lemak bawah kulit yang tebal yang menyebabkan sulitnya

menentukan lokasi penonjolan tulang femur area Greater Trochanter dengan cara palpasi

secara tepat. Sama halnya dengan kondisi di atas, pasien yang datang dalam fase akut setelah

trauma dengan kondisi inflamasi yang jelas dan udem jaringan di sekitar hip joint,

menjadikan penetapan titik tonjolan tulang sulit untuk diidentifikasi sehingga menjadi

perancu dalam perhitungan selisih panjang tungkai berdasarkan panjang Greater Trochanter

Page 8: 8207b8a55ae3319be3d71f67fd26ef63

– Medial Malleolus Length. Hal inilah yang telah dijelaskan sebelumnya yang berpendapat

bahwa kesulitan dalam penentuan lokasi tonjolan tulang dengan cara palpasi dapat pula

mengakibatkan kesalahan dalam pengukuran ini. (Fisk JW, 2005; Cleveland RH et al., 2008)

KESIMPULAN DAN SARAN

Pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur dengan

mengkombinasikan pengukuran konvensional Appearance Leg Length, True Leg Length dan

Greater Trochanter – Medial Malleolus Length memiliki nilai validitas tinggi sebagai bagian

dari pemeriksaan klinis untuk memprediksi kemungkinan letak masalah kesehatan yang

menjadi penyebab timbulnya selisih panjang tungkai apakah terjadi pada regio hip joint atau

regio femoral, dapat dijadikan sebagai prediktor klinis meskipun belum didukung dengan

pemeriksaan radiologis serta dapat dijadikan panduan diagnostik kemungkinan letak masalah

kesehatan yang menjadi penyebab timbulnya selisih panjang tungkai apakah terjadi pada

regio hip joint atau regio femoral. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan

menggunakan sampel yang jauh lebih besar guna meningkatkan nilai validitas uji diagnostik

ini.

Page 9: 8207b8a55ae3319be3d71f67fd26ef63

DAFTAR PUSTAKA

Beattie P, Isaacson K, Riddle DL, Rothstein JM. (2000). Validity of derived measurements of leg-length differences obtained by use of a tape measure. Phys Ther. 70:150–157.

Blake RL, Ferguson B. (1992). Limb length discrepancies. J Am Pediatric Med Assoc. 82:33 – 8.

Cleveland RH, Kushner DC, Ogden MC, Herman TE, Kermond W, Correia JA. (2008). Determination of leg length discrepancy. A comparison of weight-bearing and supine imaging. Invest Radiol. 23:301– 4.

Eichler J. (2007). Methodological errors in documenting leg length and leg length discrepancies. In: Der Orthopade. New York, NY, Springer-Verlag New York Inc. vol 1, pp 1420 (translated from German).

Etnier JL, Landers DM. (2008). Motor performance and motor learning as a function of age and fitness. Res Q Exerc Sport. 69:136 – 46.

Fisk JW, Baigent ML. (1975). Clinical and radiological assessment of leg length. N Z Med J. 81:477– 80.

Gurney B. (2002). Leg length discrepancy. Gait and Posture.15:195 – 206. Guichet JM, Spivak JM, Trouilloud P, Grammont PM. (2001). Lower limb-length

discrepancy. An epidemiologic study. Clin Orthop. 272:235 – 41. Knutson GA. (2005). Anatomic and functional leg-length inequality: A review and

recommendation for clinical decision making. Part I, anatomic leg-length inequality: prevalence, magnitude, effects and clinical significance. Chiropractic & Osteopathy. 13: 11.

Moseley CF. (2006). Leg length discrepancy. In: Morissy RT, Weinstein SL, eds. Lovell and Winter’s Pediatric Orthopaedics. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 1213 – 56.

Nagayam S. (2010). Injury of The Hip and femur. In : Solomon L, Warmick D, Nagayam S, eds. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures 9th Ed.Londok, UK: Hodden Arnold an Hachette UK Company: 843 – 74.

Shapiro F. (2001). Pediatric Orthopedic Deformities. Basic Science, Diagnosis, and Treatment. San Diego, CA: Academic Press; 606–732.

Sabharwal S, Kumar A. (2008). Methods for assessing leg length discrepancy. Clin Orthop Relat Res. 466: 2910 – 22.

Solomon L,Ganz R, Leunig M, Marsell F. (2010). The Hip. In : Solomon L, Warmick D, Nagayam S, eds. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures 9th Ed.Londok, UK: Hodden Arnold an Hachette UK Company; 493 – 5.

Subotnick SI. (2001). Limb length discrepancies of the lower extremity (the short leg syndrome). J Orthop Sports Phys Ther. 3:11 – 5.

Terry MA, Winell JJ, Green DW, Schneider R, Peterson M, Marx RG, Widmann RF. (2005). Measurement variance in limb length discrepancy: Clinical and radiographic assessment of interobserver and intraobserver variability. J Pediatr Orthop. 25:197 – 201.

Woerman AL, Binder-MacLeod SA. (2004). Leg length discrepancy assesment: accuracy and precision in five clinical methods of evaluation. J Orthop Sports Phys Ther. 5: 230 – 8.

Page 10: 8207b8a55ae3319be3d71f67fd26ef63

Tabel 1. Sebaran Umur, Selisih ALL, Selisih TLL, Selisih GML N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Umur 36 15 84 35 20.11964

ALLD 36 70.0 96.0 82.3 6.61234

ALLS 36 71.0 99.0 82.7 6.58177

DALL 36 1.0 9.0 2.7 1.60128

TLLD 36 67.0 88.5 76.6 5.89141

TLLS 36 67.5 89.0 76.4 5.37696

DTLL 36 0.5 10.0 2.7 1.89878

GMLD 36 63.5 83.5 72.0 5.59017

GMLS 36 62.5 85.0 72.0 5.53623

DGML 36 0 10.0 1.9 2.12595

Page 11: 8207b8a55ae3319be3d71f67fd26ef63

Tabel 2. Uji Korelasi Pearson terhadap Pengukuran Selisih ALL, TLL, GML, Estimasi Lokasi Masalah dan Regio Lokasi Masalah

DALL1 DTLL1 DGML1 ESTIMASI REGIO

ESTIMASI Pearson Correlation .218 .220 .548** 1 .614**

Sig. (2-tailed) .202 .197 .001 .000

N 36 36 36 36 36

Sig. (2-tailed) .626 .936 .113 .000

N 36 36 36 36 36

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 3. Uji Korelasi Spearman terhadap Pengukuran Selisih ALL, TLL, GML, Estimasi Lokasi Masalah dan Regio Lokasi Masalah

DALL1 DTLL1 DGML1 ESTIMASI REGIO

DALL1 Correlation Coefficient 1.000 .877** .480** .193 .028

Sig. (2-tailed) . .000 .003 .259 .873

N 36 36 36 36 36

DTLL1 Correlation Coefficient .877** 1.000 .481** .182 .079

Sig. (2-tailed) .000 . .003 .288 .647

N 36 36 36 36 36

DGML1 Correlation Coefficient .480** .481** 1.000 .813** .482**

Sig. (2-tailed) .003 .003 . .000 .003

N 36 36 36 36 36

ESTIMASI Correlation Coefficient .193 .182 .813** 1.000 .614**

Sig. (2-tailed) .259 .288 .000 . .000

N 36 36 36 36 36

REGIO Correlation Coefficient .028 .079 .482** .614** 1.000

Sig. (2-tailed) .873 .647 .003 .000 .

N 36 36 36 36 36

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 12: 8207b8a55ae3319be3d71f67fd26ef63

Tabel 4. Uji Tabulasi Silang Estimasi Lokasi Masalah Terhadap Regio

Lokasi Masalah

REGIO

Total HIP FEMORAL

ESTIMASI HIP Count 8 4 12

% within REGIO 80.0% 15.4% 33.3%

FEMORAL Count 2 22 24

% within REGIO 20.0% 84.6% 66.7%

Total Count 10 26 36

% within REGIO 100.0% 100.0% 100.0%

Tabel 5. Uji Validitas Estimasi Lokasi Masalah Terhadap Regio Lokasi Masalah

Value Df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 13.569a 1 .000

Continuity Correctionb 10.817 1 .001

Likelihood Ratio 13.496 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association 13.192 1 .000

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.33.

b. Computed only for a 2x2 table

Sumber : Data Primer