7 Tahapan Dakwah Fardiyah

download 7 Tahapan Dakwah Fardiyah

of 2

description

T tahapan dakwah fardiyah

Transcript of 7 Tahapan Dakwah Fardiyah

Bagaimana selanjutnya tahap-tahap dakwah fardiyah itu? Dan apa-apa saja yang diperlukan di dalamnya?

Pertama, membina hubungan yang baik dengan objek dakwah. Membina hubungan yang baik dengan objek dakwah, merupaka tahapan yang paling menentukan. Karena disinilah akan tercipta keterikatan hati (taliful qulb) antara sang dai dengan objek dakwahnya. Karena itulah tahap ini diletakkan pertama kali dalam tahapan dakwah fardiyah ini. Bila sudah tercipta keterikatan hati maka akan sangat mudah bagi kita memasukkan materi-materi atau nilai-nilai yang ingin kita dakwahi.

Kedua, membangkitkan keimanan yang mengendap dalam jiwa. Hal pertama kali yang terus ditanam oleh Nabi SAW kepada para sahabat adalah tauhidullah, keimanan yang kokoh kepada Allah. Tidak bergantung kepada selain Allah SWT. Hal ini bisa dilakukan dengan mengingatkan objek dakwah akan kebesaran dan nikmat-nikmat Allah yang bertebaran disekitarnya. Atau cara-cara lain yag sesuai dengan kondisi objek dakwah yang bersangkutan.

Ketiga, membantu memperbaiki keadaan dirinya dengan ibadah-ibadah yang diwajibkan. Selanjutnya, saat keimanan telah tumbuh, maka dai harus mulai memperhatikan baik kuantitas maupun kualitas ibadah objek dakwahnya. Karena dengan ibadah-ibadah yang disyariatkan Islam inilah seseorang bisa semakin dekat kepada Rabbnya dan semakin memperkokoh keimanan yang telah mulai tumbuh. Perhatikan, masalah ibadah disini hanya menyangkut ibadah mahdah atau ibadah ritual bukan ibdah secara umum.

Keempat, menjelaskan tentang kesyumulan ibadah, bahwa ibadah tidak hanya terbatas pada ritual-ritual shalat, puasa, zakat, dan haji saja. Akan tetapi aktivitas apapun yang dilakukan selama itu diniatkan karena Allah SWT, maka aktivitas tersebut adalah ibadah. Dengan demikian objek dakwah semakin merasa bahwa dirinya selalu diawasi oleh Allah SWT dan mulai merasakan lezatnya iman dan ibadah kepada Allah. Iman dan jiwanya menjadi hidup.

Kelima, menjelaskan kewajiban berdakwah kepada sesama muslim. Bahwa keberagamaan kita tidak cukup hanya dengan keislaman kita sendiri. Pada tahap inilah objek dakwah mulai berganti status menjadi subjek dakwah. Objek dakwah mulai dikenalkan bahwa berislam dan menjadi shaleh tidak cukup dinikmati sendiri. Tetapi Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk berbuat amar makruf nahi munkar. Disini juga mulai dikenalkan mengenai urgensi berdakwah kepada objek dakwah.

Keenam, menjelaskan bahwa kewajiban diatas tidak mungkin dilaksanakan secara individu (Infiradhi) tetapi harus dilaksanakan secara kolektifitas berjamaah (Amal Jamai). Setelah itu objek dakwah juga mulai diperkenalkan dengan amal jamai. Bahwa beban dakwah ini tidak mungkin dapat dipikul seorang diri. Tidak mungkin seorang menjadi superman dakwah tetapi yang ada adalah supertim dakwah yang bekerja dalam keteraturan dan harmonisasi kerja.

Ketujuh, mengenalkan dengan jamaah mana ia harus bergabung dan memberikan kontribusinya untuk keberlangsungan dakwah Islam. Ada beberapa karakteriskitik jamaah yang pantas dan benar untuk kita memberikan afiliasi kita kepadanya diantaranya adalah jamaah yang megikuti manhaj (metode) Rasullullah dalam dakwahnya, yaitu mempersiapkan seorang muslim untuk memiliki akidah yang kokoh, ibadah yang benar dan akhlak yang mempesona.

Disamping itu jamaah tersebut haruslah mengambil islam secara utuh dan integral, tidak parsial atau setengah-setengah. Begitu pula dalam melaksanakan islam. Selain itu jamaah yang patut diikuti adalah jamaah yang terorganisir dengan baik. Program-programnya teratur dan terencana sehingga mungkin untuk dilaksanakan.

Dalam melakukan dakwah fardiyah, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan para pelaksana dakwah fardiyah. Pertama, harus dilakukan secara tertib dan berurutan. Menyalahi urutan tahapan dakwah, dapat menyebabkan penolakan objek dakwah terhadap pesan-pesan dakwah. Kedua, janganlah terburu-buru dan tergesa-gesa dengan ingin melihat hasil bukan proses yang di jalankan.

Hanya karena ingin objek dakwah sampai kepada tahapan yang lebih tinggi, seorang dai lalu bertindak gegabah dalam meningkatkan tahapannya. Padahal ia belum mempunyai keyakinan dan penerimaan yang sempurna terhadap setiap tahapan yang dilalui.

Ketiga, jalan dakwah Islam harus benar-benar bersih. Bersih seluruh prasyaratnya dari prasangka negatif, bersih seluruh amal Islamnya dari nilai-nilai syubhat, dan tentunya bersih pengembannya dari maksiat. Wallahualam

Diringkas oleh: Pramana AsmadiredjaDari buku: 7 Tahapan Dakwah Fardiyah karya: Syaikh Mushthafa Masyhur (Al Itishom Cahaya Umat, 2001)