67869669-Kimia-Dasar-I

39
TATA TERTIB LABORATORIUM KIMIA Tata Tertib Mahasiswa Dalam melaksanakan praktikum kimia, praktikan diharuskan memperhatikan dan mengikuti ketentuan serta aturan berikut: 1. Praktikan diwajibkan mengenakan jas laboratorium berwarna putih. Bagi putri, sebaiknya ujung jilbab dimasukkan ke dalam jas laboratorium. 2. Tidak diperkenankan makan, minum dan menghidupkan alat komunikasi di dalam lab selama melakukan praktikum. 3. Dilarang membuang zat padat, asam-basa pekat, sampah, dan sisa larutan pereaksi ke dalam bak cuci. Buanglah sampah-sampah itu pada tempat yang telah disediakan. 4. Jangan melakukan kegiatan atau percobaan di luar petunjuk praktikum yang telah tercantum dalam panduan, tanpa izin dari Asisten Lab. 5. Setiap praktikan diwajibkan memiliki panduan praktiktikum. 6. Selama melakukan praktikum, praktikan akan dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil (5-10 orang perkelompok) yang akan ditentukan kemudian. 7. Setiap kelompok kecil masing-masing diharuskan membawa lap tangan, lap meja, korek api, pipet, sikat tabung dan sabun pada setiap kali praktikum. 8. Setiap kelompok kecil akan diberi peminjaman alat-alat setiap praktikum. 9. Setiap praktikan diwajibkan mengisi daftar hadir sebelum dan sesudah praktikum. Kehadiran praktikum 100% dari keseluruhan pertemuan. 10. Sebelum dan sesudah praktikum, alat yang digunakan harus dalam keadaan bersih, utuh dan disimpan kembali di tempat semula. Apabila ada alat yang rusak segera lapor kepada petugas dan harus diganti dengan alat yang sama oleh kelompoknya paling lambat pada praktikum selanjutnya. BUKU UKU P PANDUAN ANDUAN P PRAKTIKUM RAKTIKUM K KIMIA IMIA D DASAR ASAR FAKULTAS AKULTAS S SAINS AINS DAN DAN T TEKNOLOGI EKNOLOGI , UIN S , UIN SUNAN UNAN G GUNUNG UNUNG D DJATI JATI , B , BANDUNG ANDUNG 2007 2007 1

description

h

Transcript of 67869669-Kimia-Dasar-I

Page 1: 67869669-Kimia-Dasar-I

TATA TERTIB LABORATORIUM KIMIA

Tata Tertib MahasiswaDalam melaksanakan praktikum kimia, praktikan diharuskan memperhatikan dan mengikuti ketentuan serta aturan berikut:1. Praktikan diwajibkan mengenakan jas laboratorium berwarna putih. Bagi putri,

sebaiknya ujung jilbab dimasukkan ke dalam jas laboratorium.2. Tidak diperkenankan makan, minum dan menghidupkan alat komunikasi di

dalam lab selama melakukan praktikum.3. Dilarang membuang zat padat, asam-basa pekat, sampah, dan sisa larutan

pereaksi ke dalam bak cuci. Buanglah sampah-sampah itu pada tempat yang telah disediakan.

4. Jangan melakukan kegiatan atau percobaan di luar petunjuk praktikum yang telah tercantum dalam panduan, tanpa izin dari Asisten Lab.

5. Setiap praktikan diwajibkan memiliki panduan praktiktikum.6. Selama melakukan praktikum, praktikan akan dikelompokkan menjadi

kelompok-kelompok kecil (5-10 orang perkelompok) yang akan ditentukan kemudian.

7. Setiap kelompok kecil masing-masing diharuskan membawa lap tangan, lap meja, korek api, pipet, sikat tabung dan sabun pada setiap kali praktikum.

8. Setiap kelompok kecil akan diberi peminjaman alat-alat setiap praktikum.9. Setiap praktikan diwajibkan mengisi daftar hadir sebelum dan sesudah

praktikum. Kehadiran praktikum 100% dari keseluruhan pertemuan.10. Sebelum dan sesudah praktikum, alat yang digunakan harus dalam keadaan

bersih, utuh dan disimpan kembali di tempat semula. Apabila ada alat yang rusak segera lapor kepada petugas dan harus diganti dengan alat yang sama oleh kelompoknya paling lambat pada praktikum selanjutnya.

11. Sebelum meninggalkan laboratorium meja kerja harus bersih, kursi disimpan di atas meja, instalasi listrik dan gas harus dimatikan, dan ruangan harus bersih dari sampah.

Sanksi Terhadap PelanggaranApabila ada mahasiswa menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan akan dikenakan sanksi berupa: Tahap pertama teguran, jika tidak diindahkan, tahap kedua diperingati, jika masih tidak diindahkan, tidak diperkenankan mengikuti praktikum sampai batas waktu yang ditentukan kemudian.

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 200711

Page 2: 67869669-Kimia-Dasar-I

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI LABORATORIUM

Laboratorium kimia harus diusahkan merupakan tempat yang aman untuk bekerja dan bebas dari kekhawatiran terjadinya kecelakaan. Untuk itu para pekerja dan pengelola bersama-sama ikut bertanggung jawab, karena hanya dalaam laboratorium yang aman seseorang dapat bekerja dengan efektif dan efisien.JENIS-JENIS BAHAN KIMIA BERBAHAYA1. Kalsifikasi umum

Bahan kimia beracun (Toxic Substance)Adalah bahan kimia yang dapat menybeabkan bahaya terhaddap manusia atau menyebabkan kematian apabila terhisap kedalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan, atau kontak lewat kulit.Contoh: timbal, krom, benzena, asam sianida, karbon monoksida, dan debu asbesBahan kimia korosif (corrosive substance)adalah bahan kimia yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan hidup.Contoh: asam sulfat, gas klor, fenol, natrium hidroksida, formaldehid, nitrogen oksigen.Bahan kimia mudah terbakar (Flammable substance)Bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran. Kebakaran yang amat cepat dapat menimbulkan kebakaran.Contoh: aseton, fosfor, eter, benzene, heksena.Bahan kimia mudah meledak (Explosive substance)Suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya karena reksi kimia dapat menghasilkan gas dan tekanan yang besar dalam waktu pendek sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.Contoh: trinitrotoluene, nitrogliserin, ammonium nitrat.Bahan kimia oksidator (Oxidation Substance)Bahan kiamia yang dapat menghasilkan aoksigen sehingga menyebabkan kebakaran bahan-bahan lain.Contoh: kalium klorat, kalium permanganate, hydrogen peroksida, peroksida organik.Bahan kimia reaktif terhadap air (Water sensitive Substance)Bahan kimia yang amat reaktif terhadap air dan menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar.Contoh: logam natrium dan kalium.Bahan kimia reaktif terhadap asam (Acid sensitive Substance) Bahan kimia yang amat reaktif dengan asam, menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar dan beracun.Contoh: logam natrium, kalium, kalium permanganate, asam klorat.Gas bertekanan (Compresssed gas)Adalah gas yang disimpan di bawah tekanan tinggi.Contoh: Hodrogen, asetilen, nitrogen, etilenoksida.Bahan kimia radioakftif (Radioactive substance)Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktifitas lebih besar dari 0,002 microcurie/gram2. Dampak bahan kimia terhadap kesehatan

a. Keracunan sistemik artinya zat tersebut dapat beredar keseluruh tubuh meracuni sistem organ tubuh tertentu. contoh: benzena, timah, dan kadmium.

b. Gangguan pernafasan bagian atas, terutama disebabkan oleh gas-gas yang larut dalam air seperti amoniak, belerang dioksida, formaldehida, dan asam asetat.

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 200722

Page 3: 67869669-Kimia-Dasar-I

c. Gangguan pernafasan paru-paru, sebagai akibat dari gas-gas yang sukar larut dalam air seperti klor, nitrogenoksida.

d. Aspiksiana sederhana, yakni sesak nafas karena kekurangan oksigen akibat adanya gas-gas inert seperti nitrogen, karbon monoksida, asetilen, gas metan.

e. Aspiksian kimia, sesak nafas akibat adanya gas yang beracun seperti CO , asam sianida, asam sulfida.

f. Pembiusan, atau hilangnya kesadran oleh adanya gas-gas seperti klorofoam, aseton, etanol, toluen.

g. Sensitasi, kepekaan pada bagian tubuh tertentu atau alergi sebagai akibat senyawa diisosianat, epoksi, formaldehid, dan debu.

h. Kanker, sebagai akibat masuknya zat karsinogenik kedalam tubuh seperti senyawa poliaromatik, aflatoksin, benzena, senyawa nitrogen organik, senyawa brom.

i. Pnemoconiosis, terjebaknya partikel-partikel seperti silika, serabut asbes dalam paru-paru.

3. Akibat-akibat dalam pengendalian

Tabel 1. Jenis penyakit akibat terpaan zat beracun

Jenis zat beracun Jenis bahan Akibat keracunan/gangguan1. Logam Pb(TEL, PbCO3)

Hg (senyawa organik dan anorganik)KadmiumKromArsen Pospor

Syaraf, ginjal dan darahSyaraf ginjal

Hati, ginjal, darahKankerIritasi, kankerMetabolisme karbohidrat, lemak, protein

2. Bahan pelarut Hidrokarbon alifatik(bensin, minyak tanah)HidrokarbonTerhalogenasi kloroformAlkohol(etanol, metanol)Hidrokarbon aromatik(benzen)Glikol

Pusing, koma

Hati dan ginjal

Penglihatan, koma, syaraf

Syaraf pusat, leukimia, saluran pernafasanGinjal dan hati

3. Gas beracun Aspiksian sederhana (N2, He, Ne)Aspiksian kimiaAsam sianida asam sulfida

karbon monoksida

Nitrogen oksdia

Sesak nafas kekurangan oksigen

Sesak nafas keracunanPusingSesak nafas, kejang, hilang kesadaranSesak nafas, otak, jantung, hilang kesadaranSesak nafas, iritasi, kematian

4. karsinogen BenzenaAsbesBensidinKromNitril aminVinil klorida

LeukimiaParu-paruKandung kencingBorokParu-paruHati, paru-paru, syaraf pusat,

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 200733

Page 4: 67869669-Kimia-Dasar-I

darah5. Pestisida Organoklorin

organofosfatPusing, kejangHilang kesadaran, kematian

4. Faktor-faktor kemudahan terbakarUntuk dapat mengenal kemudahan suatu zat untuk terbakar, perlu diketahui faktor-faktor yang menentukan kemudahan terbakar tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Batas konsentrasi bawah atau Lower Flammable Limit (LFL)Adalah batas konsentrasi zat terendah dalam udara yang dapat dibakar.

b. Batas konsentrasi atas atau Upper Flammable Limit (UFL)Adalah batas konsentrasi tertinggi suatu zat dalam udara yang masih dapat terbakar. Daerah antara FLF dan UFL merupakan konsentrasi mudah terbakar.

c. Titik didihAdalah suhu dimana tekanan uap zat cair sama dengan tekanan atmosfir. Semakin rendah titik didih semakin berbahaya karena semakin banyak uap yang dihasilkan pada suhu kamar.

d. Titik NyalaAdalah suhu dimana zat tersebut menghasilkan uap pada permukaanya sehingga dapat dinyalakan.

e. Titik bakar (Ignition Point)Adalah suhu dimana suatu zat dapat terbakar dengan sendirinya (tanpa dinyalakan).

PENANGANAN KECELAKAAN DI LABORATORIUMKecelakaan di laboratorium bisa saja terjadi walaupun tidak diharapkan. Oleh karena itu untuk bekerja di laboratorium perlu memiliki penetahuan tentang penangganan yang perlu diambil jika terjadi kecelakaan. Dalam hal ini, P3K merupakan pengetahuan terampil yang harus dimiliki oleh setiap praktikkan, sebagai upaya pencegahan dini dari dampak risiko yang lebih parah sebelum mendapatkan pengobatan intensif dari dokter.Berikut ini diberikan contoh beberapa macam kecelakaan di laboratorium dan penangganannya.Luka bakarJika luka bakar akibat benda panas olesi dengan salep livertan, mentega atau larutan pikrat 3%. Apabila lukanya cukup besar segera siram dengan larutan bikarbonat 1,0% dan segera pergi ke puskesmas.Kulit terkena asam pekatJika kulit terkena percikan asam sulfat, asam nitrat segera dilap dengan kertas tisue kemudian cuci dengan air dan larutan natrium bikarbonat. Keringkan dan olesi dengan salep livertan.Kulit terkena basa kuatSegera cuci dengan air banyak, kemudian dengan larutan asam asetat 1,0% dan cuci dengan air kembali. Setelah kering olesi dengan salep livertan.Kulia kena bromSegera cuci dengan benzena dan olesi dengan gliserin. Setelah beberapa saat cuci sisa gliserinnya dengan air dan olesi dengan salep livertan.Kulit terkena logam natriumSegera ambil logam natriumnya dengan bantuan pinset, lalu kulit yang terkena logam dicuci dengan asam asetat 1% kemudian olesi dengan livertan.Kulit terkena logam pospor

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 200744

Page 5: 67869669-Kimia-Dasar-I

Ambil pospor dengan pinset, bekasnya dicuci dengan air dingin sebanyak-banyaknya, kemudian olesi dengan larutan perak nitrat 1%.Kulit terkena zat organikJika kulit terkena zat organik yang korosif, segera dicuci dengan alkohol, kemudian cuci lagi memakai sabun dan air hangat.Mata terkena asam/basaa. Jika asamnya encer, cuci mata dengan larutan natrium bikaronat 1% mempergunakan alat

pencuci mata.b. Jika asamnya pekat, pertama cuci dengan air sebanyak-banyaknya, kemudian cuci dengan

larutan natrium bikarbonat 1%c. Jika mata terkena basa, cuci dengan air kemudian larutan asam borat 1%.Zat padat, zat cair, dan gas beracuna. Jika zat beracun masuk kemulut, tetapi tidak sampai tertelan. Segera zat tersebut dikeluarkan

dan berkumur dengan air sebanyak-banyaknya.b. Jika larutan asam tertelan segera munium air sebanyak-banyaknya, kemudian minum air kapur

atau bubur magnesia dan susu murn. Jika yang tertelan adalah basa kuat, segera minum sebanyak-banyaknya, kemudian minum larutan asam cuka encer, air jeruk, asam laktat. Setelah itu munum susu murni.

c. Senyawa arsen atau raksa tertelan, segera minu larutan garam dapur yang dibuat dengan melarutkan satu sendok garam dapur dalam segelas air hangat.

d. Jika gas klor atau brom terisap, buka pakaianatas segera menghusap amoniak atau berkumur dengan larutan bikarbonat. Selanjutnya menghisap mentol atau minum cairan hangat seperti pepermin.

PPENGENALANENGENALAN A ALATLAT DANDAN B BAHANAHAN

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 200755

Page 6: 67869669-Kimia-Dasar-I

DIDI L LABORATORIUMABORATORIUM K KIMIAIMIA

I. Pendahuluan

Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui bagaimana cara menggunakan berbagai peralatan yang ada di laboratorium dan mengenal beberapa zat kimia yang umum.

Pada praktikum ini anda akan mengerjakan bagaimana cara penggunaan sebagian alat-alat dan mengamati zat-zat kimia yang biasa ada di laboratorium kimia. Sebagian alat-alat dan zat-zat kimia hanya akan didemonstrasikan oleh asisten.

Semua alat gelas yang akan digunakan untuk parktek harus dalam keadaan bersih. Alat-alat gelas dicuci dengan larutan deterjen dengan menggunakan sikat yang sesuai. Air panas dapat digunakan untuk membersihkan kotoran yang sulit dibersihkan dengan air dingin. Larutan asam atau basa encer dapat digunakan bila kotoran sangat sulit dibersihkan dengan air dan deterjen. Oksidator kuat seperti larutan kalium dikromat juga dapat digunakan sebagai langlah akhir usaha membersihkan alat dengan cara merendam alat tersebut pada larutan kalium dikromat

Selanjutnya harus dilakukan pengeringan dari sisa-sisa air yang menempel pada gelas. Cara yang paling sederhana adalah didiamkan di udara terbuka dengan posisi alat terbalik supaya sisa air menetes ke bawah. Cara ini hanya bisa dilakukan bila kita memiliki waktu yang cukup sampai alat tersebut akan digunakan. Bila penggunaannya segera, pengeringan harus dilakukan pada oven untuk alat-alat gelas yang tidak memiliki skala kuantitatif. Bila alat tersebut memiliki skala yang kuantitatif, pengeringan harus dilakukan dengan menggunakan blower.

II. Mengenal Beberapa Alat Gelas Beserta Cara Menggunakannya

Prosedur

1. Cucilah alat-alat berikut ini dan keringkan; batang pengaduk, tabung reaksi, pipet volume, buret, corong gelas, labu ukur, labu erlermeyer, gelas piala (beaker glass), dan gelas ukur.

2. Dengan menggunakan neraca yang ada di laboratorium, timbanglah sejumlah 1,25 gram CaCO3. Larutkan dalam sejumlah 20 mL akuades dalam gelas piala. Saringlah campuran tersebut sehingga terpisah antara filtrat dan endapannya.

3. Pindahkan sebanyak 10 mL filtrat dengan menggunakan pipet volume ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL.

4. Isilah buret ukuran 50 mL dengan akuades sampai tanda batas. Keluarkan akuades sebanyak 24,1 mL dan ditampung dengan labu Erlenmeyer 100 mL.

5. Lakukanlah semua langkah-langkah di atas sesuai dengan instruksi dan bimbingan asisten.

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 200766

Page 7: 67869669-Kimia-Dasar-I

Untuk alat-alat lainnya akan diperagakan oleh asisten

III. Mengenal Bahan-bahan Kimia Umum di Laboratorium Kimia

Zat-zat kimia perlu diketahui dengan baik, sifat maupun kegunaannya. Sebagian besar zat kimia yang ada di laboratorium adalah berbahaya bila tidak mengetahui sifat-sifat dan cara penanganannya. Oleh karena itu, anda hanya akan diperkenalkan dan diterangkan oleh asisten. Walaupun demikian, anda harus mencatat semua alat beserta kegunaannya dan zat-zat kimia beserta ciri-ciri fisiknya yang nampak dan beri keterangan bila perlu pada tabel yang tersedia. Beserta dengan alat, pengenalan langsung zat-zat kimia akan dilakukan bertahap sesuai dengan modul praktek.

IV. Pengamatan

DAFTAR NAMA DAN FUNGSI ALAT-ALAT LABORATORIUM KIMIA

NO NAMA ALAT FUNGSI KETERANGAN

DAFTAR NAMA, RUMUS, DAN CIRI FISIK BEBERAPA ZAT KIMIA YANG UMUM

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 200777

Page 8: 67869669-Kimia-Dasar-I

NO NAMA SENYAWARUMUSKIMIA

CIRI FISIK KETERANGAN

Bandung, / /20 Paraf Asisten

RREAKSIEAKSI K KIMIAIMIA

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 200788

Page 9: 67869669-Kimia-Dasar-I

I. Pendahuluan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui indikasi-indikasi terjadinya reaksi kimia atau perubahan kimia. Praktikan diharapkan mampu membedakan indikasi perubahan antara zat-zat asal (reaktan) dengan hasil reaksi (produk)nya.

Reaktan-reaktan yang bereaksi akan menghasilkan zat-zat hasil reaksi yang dapat teramati melalui sifat fisik dan kimia yang ditampilkan oleh adanya zat-zat hasil reaksi yang dimaksud. Sebagai akibat dari terjadinya suatu reaksi yang menghasilkan senyawa hasil reaksi, berbagai perubahan dapat teramati pada sistem reaksi, seperti terjadinya perubahan suhu atau perubahan panas, terjadinya perubahan warna, terbentuknya endapan ataupun terbentuknya gas berwarna maupun yang tak-berwarna.

Terjadinya perubahan suhu, atau perubahan panas dapat diamati melalui pengukuran suhu sistem reaksi, misalnya melalui pengukuran suhu larutan dimana terjadinya reaksi pada keadaan sebelum dan sesudah berlangsungnya reaksi. Terjadi perubahan warna dan juga terjadinya endapan dapat diamati secara langsung. Gas yang terjadi sebagai indikasi terjadinya reaksi, dapat diamati secara langsung dari gelembung gas yang timbul terutama dari media reaksi yang berupa larutan, ataupun dari gas berwarna yang dihasilkan. Untuk gas tak berwarna yang juga tidak nyata dalam hal pembentukan gelembung, pengamatan dapat dilaksanakan melalui baunya yang khas.

Dalam hal ini, penegasan mengenai terjadinya gas sebagai hasil suatu reaksi, perlu dilaksanakan melalui cara mereksikan gas yang dimaksud dengan pereaksi kimia tertentu yang dapat menegaskan terjadinya gas melalui pembentukan warna, pembentukan endapan maupun perubahan fisik atau kimia lainnya. Hasil reaksi dari zat berwarna, kemungkinan akan membentuk larutan ataupun endapan yang berwarna, akan banyak membantu dalam penegasan hasil reaksi yang mungkin terjadi.

II. Alat dan Bahan

Tabung reaksi Batang pengaduk Rak tabung reaksi Pembakar BunsenNa2CO3 1%NaHCO3 1%

HCl encerLarutan Ca(OH)2

Logam ZnNaOH 1 MKlO3 1 MKI 10%

H2SO4 encerFeCl3 10%KSCN 1 MCuSO4 0,1 MNH4OH 6 MAgNO3 0,1 M

NaCl 0,1 MK2CrO4 10%HgCl 10%Kertas lakmus merahKertas kanji iodida

III. Prosedur

Reaksi yang menghasilkan gas

1. 1 ml larutan Na2CO3 atau NaHCO3 dalam tabung reaksi ditambah beberapa tetes HCl encer, amati gas yang terjadi. Gas hasil reaksi dikenakan pada batang pengaduk yang telah dibasahi dengan

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 200799

Page 10: 67869669-Kimia-Dasar-I

larutan Ca(OH)2, amati perubahan yang terjadi pada permukaan batang pengaduk.

2. 1 ml larutan HCl dalam tabung reaksi ditambah 1 butir logam Zn, amati gas yang terjadi, jika perlu dapat dibantu dengan pemanasan.

3. 1 ml larutan garam amonium dalam tabung reaksi ditambah 1 ml larutan NaOH encer. Gas yang terbentuk dapat diamati dengan mencium bau gas yang terbentuk. Penegasan dilakukan pula dengan mengenakan gas yang terjadi pada kertas lakmus merah yang telah dibasahi air. Amati perubahan warna yang terjasi pada kertas lakmus yang dimaksud.

4. 1 ml larutan KIO3 ditambah 1 ml larutan KI encer dan beberapa tetes larutan H2SO4 encer. Amati gas berwarna yang terbentuk. Gas yang terbentuk juga dikenakan pada kertas kanji iodida. Amati perubahan warna yang terjadi pada kertas kanji iodida.

Reaksi yang menghasilkan larutan berwarna.

1. 1 ml larutan yang mengandung FeCl3 ditambah beberapa tetes larutan H2SO4 encer dan beberapa tetes larutan KSCN. Amati warna larutan hasil reksi tersebut.

2. 1 ml larutan CuSO4 dalam tabung reaksi, ditambah larutan NH4OH tetes demi tetes hingga larutan berbau amoniak. Amati perubahan yang terjadi sejak awal penetesan NH4OH hingga penambahan NH4OH berlebih.

Reaksi yang menghasilkan endapan

1. 1 ml larutan yang mengandung NaCl ditambah beberapa tetes larutan AgNO3. Amati perubahan yang terjadi.

2. 1 ml larutan AgNO3 dalam tabung raksi ditambah beberapa tetes larutan K2CrO4. Amati perubahan yang terjadi.

3. 1 ml larutan HgCl2 dalam tabung reaksi, ditambah beberapa tetes larutan KI encer. Amati perubahan yang terjadi. Tambahkan lagi larutan KI sampai terjadi perubahan.

IV. Pengamatan

NoReaksi yang

menghasilkan gasPengamatan hasil

1.2.3.4.

NoReaksi yang

menghasilkan larutan berwarna

Pengamatan hasil

1.2.

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20071010

Page 11: 67869669-Kimia-Dasar-I

NoReaksi yang

menghasilkan endapanPengamatan Hasil

1.2.3.

V. Tugas

1. Kemukakan berbagai contoh reaksi lainnya yang menghasilkan gas, minimal 10 contoh reaksi.

2. Kemukaan berbagai contoh reaksi lainnya yang menghasilkan larutan berwarna, minimal 10 contoh reaksi.

3. Kemukakan berbagai contoh reaksi lainnya yang menghasilkan endapan, minimal 10 contoh reaksi.

VI. Kesimpulan

Bandung, / / 20Paraf Asisten

AANALISISNALISIS V VOLUMETRIOLUMETRI A ASAMSAM-B-BASAASA

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20071111

Page 12: 67869669-Kimia-Dasar-I

I. Pendahuluan

Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara menentukan kadar zat yang bersifat asam atau basa. Dasar-dasar teori yang perlu difahami untuk melakukan percobaan ini adalah teori asam-basa, kesetimbangan asam-basa dalam air, pH, dan stoikiometri.

Istilah analisis volumetri mengacu pada analisis kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan. Larutan dengan konsentrasi yang diketahui tepat itu disebut larutan baku. Bobot zat yang ingin ditetapkan, dihitung dari volume larutan standar yang digunakan dan hukum-hukum stoikiometri yang diketahui.

Larutan baku biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret. Proses penambahan larutan baku sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Larutan pereaksi yang ditambahkan disebut titran. Saat di mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekivalen. Lengkapnya titrasi harus bisa terdeteksi oleh suatu perubahan yang dapat dilihat secara visual yang dihasilkan oleh reaktan itu sendiri atau zat lain yang ditambahkan untuk membantu melihat perubahan ini. Zat seperti ini dinamakan indikator, dan bila perubahan visual itu dapat diperoleh dari reaktannya sendiri, maka reaktan itu bertindak sebagai auto-indikator. Saat di mana terjadi perubahan visual pertama kali disebut titik akhir titrasi. Analisis volumetri dengan cara titrasi ini disebut analisis titrasi.

Ada beberapa macam analisis titrasi berdasarkan jenis reaksinya. Hampir semua jenis reaksi yang terjadi dalam larutan dapat digunakan untuk analisis titrasi. Reaksi-reaksi tersebut adalah: reaksi penetralan, pengendapan dan pembentukan kompleks. Titrasi yang melibatkan reaksi penetralan disebut titrasi asam-basa. Karena titrasi asam-basa dimaksudkan untuk mengetahui bobot/konsentrasi/kadar suatu asam atau suatu basa, cara ini sering disebut juga sebgai asidi-alkalimetri. Bila zat yang akan ditentukan adalah suatu basa, maka reaktan untuk menetapkannya adalah suatu asam, disebut asidimetri; Sebaliknya, bila reaktan yang menetapkannya adalah suatu basa, disebut alkalimetri.

Perhitungan kadar pada titrasi asam-basa adalah berdasarkan stoikiometri reaksi penetralan asam dan basa itu. Perhitungan stoikiometri dengan menggunakan satuan-satuan mol atau molar merpersyaratkan persamaan reaksi yang telah diseimbangkan, sehingga satuan konsentrasi yang lebih umum dipakai untuk keperluan titrasi adalah dalam sataun konesentrasi normal (N) yang desebut juga mol ekivalen (mol jumlah ion yang harus dinetralkan) per liter (V). Maka, dalam titrasi berlaku rumus:

V1N1 = V2N2

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20071212

Page 13: 67869669-Kimia-Dasar-I

Bila simbol subskrip 1 dinyatakan sebagai volume atau normalitas asam, maka simbol subskrip 2 adalah basanya. Atau sebaliknya, 1 adalah asam dan 2 adalah basa.

Bila kita plotkan perubahan pH terhadap setiap mL volume reaktan pada titrasi asam-basa, kita akan memperoleh kurva-kurva seperti terlihat pada Gb. 1, 2 dan 3. Konsentrasi semua asam dan basa yang dipakai pada ploting ini adalah 0,1 N. Kurva pada Gb. 1, mewakili titrasi asam kuat oleh basa kuat, yakni HCl oleh NaOH. Karena keduanya adalah elektrolit kuat, ion-ionnya terionisasi sempurna, sehingga perubahan pH dekat titik ekivalen sangat tajam dan lebar.

Pada Gb. 2 dan 3, salah satu reaktan merupakan elektrolit lemah, karena asam lemah atau basa lemahnya terionisasi sebagian dengan memiliki tetapan kesetimbangan asam, Ka, atau basa, Kb, yang lebih

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20071313

Gb. 1. Kurva Titrasi HCl oleh NaOH

Gb. 1. Kurva Titrasi CH3COOH oleh NaOH

Page 14: 67869669-Kimia-Dasar-I

kecil. Dengan demikian, kurva dari kedua jenis titrasi tersebut memiliki perubahan pH yang kurang tajam dan lebar pada titik ekivalennya dibandingkan dengan titrasi asam kuat oleh basa kuat seperti pada Gb. 1.

Bentuk-bentuk kurva sangat ditentukan oleh harga Ka dan Kb. Dengan mengetahui harga Ka dan Kb ini kita dapat membuat sendiri kurva titrasinya. Kurva titrasi ini nantinya akan sangat berguna dalam pemilihan indikator titrasi asam-basa, atau disaebut indikator asam-basa atau indikator pH.

Indikator asam-basa merupakan senyawa asam atau basa organik lemah yang memiliki warna yang berbeda dengan asam atau basa konjugatnya. Terbentuknya asam atau basa konjugat ini karena ia juga memiliki kesetimbangan dalam air. Konsentrasi asam atau basa lingkungannyalah yang mempengaruhi arah kesetimbangan, sehingga akan memperngaruhi terhadap terjadinya dominasi warna di antara konjugat-konjugatnya, yang akhirnya kita lihat sebagai perubahan warna dari larutan pada titik ekivalen. Karena indikator-indikator pH memiliki harga Ka atau Kb yang berbeda, mereka juga akan memiliki rentang kerjanya. Rentang kerja dari beberapa indikator pH untuk titrasi asam basa seperti ditunjukkan pada Tabel 1.

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20071414

Gb. 3. Kurva Titrasi NH3 oleh HCl

Page 15: 67869669-Kimia-Dasar-I

Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, ada lagi yang perlu diperhatikan, yakni masalah larutan baku. Berdasarkan kepentingan pemakaiannya, terdapat dua jenis larutan baku, yakni larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer adalah larutan baku yang dibuat dari bahan yang (terutama) memiliki kemunian yang tinggi dan (relatif) memiliki berat ekivalen yang besar, sehingga kita tidak meragukan tentang keakuratan dalam menyatakan konsentrasinya setelah penimbanagn bahan dan melarutkannya dalam sejumlah tepat air, maka kita dapat langsung memakainya untuk titrasi; sedangkan syarat bahan untuk larutan baku sekunder tidak diharuskan demikian. Dalam menyatakan konsenstrasi pada larutan baku sekunder, kita tidak bisa langsung menentukannya secara tepat berdasarkan berat penimbangan dan pelarutannya dalam sejumlah tertentu air. Kita dapat menemui yang berisifat demikian pada bahan-bahan yang kurang stabil di udara terbuka atau memiliki berat ekivalen yang rendah. Maka, pada larutan yang sifatnya demikian haruslah dilakukan pembakuan dulu oleh larutan baku primer sebelum pemakaian untuk titrasi.

II. Alat dan Bahan

Alat BahanErlenmeyerBeaker glassPipet tetesLabu ukurNeraca

Asam oksalatNaOHHClIndikator Fenolftalein

III. Prosedur

Pembuatan Larutan Baku Primer Asam Oksalat 0,1 N

- Timbang sebanyak 1,575 gram H2C2O42H2O- Masukkan ke dalam labu ukur 250 mL, lalu tambahkan akuades

sampai tanda batas, larutkan dengan baik. Beri label.

Pembuatan Larutan Baku Sekunder NaOH 0,1 N

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20071515

Tabel 1. Warna Indikator dan Rentang Kerja pH-nya

IndikatorWarna

Rentang pHDalam

asamDalam basa

Timol Biru Merah Kuning 1,2 – 2,8Bromofenol Biru

Kuning Ungu-biru 3,0 – 4,6

Metil Oranye Oranye Kuning 3,1 – 4,4Metil Merah Merah Kuning 4,2 – 6,3Klorofenol Biru Kuning Merah 4,8 – 6,4Bromotimol Biru

Kuning Biru 6,0 – 7,6

Kresol Merah Kuning Merah 7,2 – 8,8

Page 16: 67869669-Kimia-Dasar-I

- Timbang sebanyak 4,0 gram NaOH- Masukkan ke dalam beaker gelas 1000 mL, lalu tambahkan air

sampai 1000 mL sampai larut.- Pasangkan buret 50 mL dengan menggunakan statif dan klem,

lalu isilah dengan larutan NaOH tersebut sampai tanda batas nol.- Siapkan 25 mL larutan baku asam oksalat yang telah dibuat

sebelumnya, lalu masukan ke dalam erlermeyer 250 mL. tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein ke dalamnya.

- Lakukan titrasi dengan cara menambahkan NaOH dari buret ke dalam larutan asam oksalat sampai didapatkan perubahan warna larutan pada saat pertama kali menjadi merah muda, dan segera hentikan penambahan NaOH. Lakukan 2-3 kali dengan larutan asam oksalat yang baru, sampai dapat meyakinkan atas perubahan warna yang pertama kalinya. (Cara titrasi yang benar bisa ditanyakan kepada asisten). Catat, berapa volume NaOH yang dikeluarkan.

- Hitunglah konsentrasi NaOH tersebut.

Penentuan Konsentrasi HCl

- Siapkan 25 mL sampel larutan HCl dalam erlermeyer 250 mL. Tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein ke dalamnya.

- Lakukan titrasi seperti yang telah dilakukan pada pembuatan larutan baku sekunder NaOH.

- Hitunglah konsentrasi sampel asam oksalat tersebut.

IV. Data Pengamatan dan Perhitungan

V. Kesimpulan

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20071616

Page 17: 67869669-Kimia-Dasar-I

Bandung, / /20Paraf Asisten

KKRISTALISASIRISTALISASI

I. Pendahuluan

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui cara penumbuhan kristal senyawa dalam larutan untuk memperoleh padatan kristalnya yang terpisah dari (campuran) larutan induknya.

Setiap molekul atau senyawa memiliki struktur ikatan, apakah ikatannya itu ionic atau kovalen, apakah fasanya gas, cair, atau padat. Berdasarkan keteraturan strukturnya, terdapat dua jenis padatan, yakni padatan kristal dan padatan amorf. Zat padat kristal memiliki keteraturan dalam keberulangan strukturnya. Sedangkan pada padatan amorf tidak terdapat pola keteraturan dalam strukturnya.

Banyak sekali senyawa-senyawa padat, baik senyawa organik maupun anorganik, yang memiliki struktur kristal. Contoh yang paling banyak kita jumpai sehari-hari dari senyawa organik yang memiliki struktur kristal adalah glukosa, dan pada senyawa anorganik seperti garam NaCl.

Kristal bisa tumbuh pada suatu larutan yang jenuh. Bila suatu larutan dijenuhkan, apakah melalui penguapan pelarutnya, pemakaian pelarut campuran yang memiliki kepolaran yang berbeda, atau penambahan ion sejenis pada larutan, maka pengintian molekul-molekul akan dimulai. Masing-masing molekul yang terlarut akan menggabungkan dirinya dengan yang lainnya yang lambat laun menjadi padatan (endapan) yang keluar dari larutan induknya. Bila padatan yang terbentuk adalah kristal, maka proses ini dinamakan kristalisasi. Sehingga, kristalisasi dapat digunakan sebagai salah satu metode pemurnian zat padat. Proses untuk mendapatkan padatan kristal yang lebih murni lagi melalui pelarutan kembali dinamakan rekristalisasi.

Kelarutan tidak semata-mata dipengaruhi oleh kepolaran pelarut dan konsentrasi (kejenuhan) larutan, ia juga dipengaruhi oleh suhu. Suatu padatan akan menjadi lebih larut dalam pelarutnya pada suhu yang lebih tinggi. Fenomena perbedaan kelarutan yang berbeda pada suhu yang berbeda ini sering digunakan untuk memurnikan padatan dari pengotor-pengotornya yang tak larut dalam pelarut panasnya. Atau, dengan suhu yang lebih tinggi, pelarut dibiarkan menguap agar

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20071717

Page 18: 67869669-Kimia-Dasar-I

diperoleh suatu larutan jenuh yang akan memulai pengintian terbentuknya kristal-kristal padat. Prinsip proses yang terakhir inilah yang kita sering lihat pada usaha tambak garam.

Pada bagian ini kita akan melakukan contoh percobaan bagaimana proses kristalisasi itu berlangsung dan bagaimana cara menanganinya. Kita akan membuat garam timbal (II) kromat dari reaksi antara garam timbal yang mudah larut dengan kalium kromat dalam pelarut air.

II. Alat dan Bahan

Neraca analitik, gelas ukur, labu ukur, termometer, beaker glass, kertas saring, corong Buchner, Erlenmeyer, Pb(NO)3 atau Pb-asetat dan K2CrO4, dan akuades.

III. Prosedur

1. Buatlah 50 mL larutan Pb(NO)2 atau Pb-asetat 0,15 M dan 100 mL larutan K2CrO4 0,15 M.

2. Masukkan 50 mL larutan Pb(NO)2 atau Pb-asetat yang telah dibuat ke dalam beaker glass 250 mL. Tambahkan larutan kalium kromat yang telah dibuat sebanyak 50 mL. Hangatkan secara perlahan dengan api kecil sekitar 3 menit. Usahakan suhu pemanasan tidak lebih dari 50 C.

3. Bila larutan keruh, saring dengan menggunakan kertas saring dan corong pemisah Buchner. Filtratnya adalah larutan kuning jernih. Tambahkan 1 mL lagi kalium kromat, hangatkan kembali seperti pada langklah 2. Bila larutan telah jernih tak-berwarna yang menandakan kalium kromat sudah berlebih, diamkan larutan sampai dingin pada suhu ruangan, atau kalau perlu dapat memakai penangas es agar lebih cepat membentuk kristal.

4. Saring kristal tersebut dan cucilah beberapa kali dengan masing-masing 10 mL akuades.

5. Bila ingin dilakukan rekristalisasi, larutkan kembali kristal timbal (II) kromat tersebut dalam air panas, bila perlu saring kembali untuk memastikan tidak ada zat padat yang bercampur. Biarkan menjadi dingin dan membentuk kristal kembali. Setelah tahap ini, kristal disaring, dikeringkan dan ditimbang untuk mengetahui rendemennya.

IV. Hasil Pengamatan dan Perhitungan

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20071818

Page 19: 67869669-Kimia-Dasar-I

V. Kesimpulan

Bandung, / / 20Paraf Asisten

DESTILASI

I. Pendahuluan

Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan campuran dua zat atau lebih berdasarkan perbedaan titik didihnya. Praktikan diharapkan mampu mempraktekkan teknik destilasi secara mandiri sebagai salah satu pilihan metode pemisahan zat kimia.

Destilasi, atau distilasi (distillation), adalah sebuah proses fisika yang biasa digunakan untuk memisahkan campuran yang sedikitnya mengandung satu cairan. Destilasi bekerja karena masing-masing zat dalam campuran tersebut memiliki titik didih yang khas. Sehingga, apabila suatu campuran dipanaskan, suhu campurannya meningkat sampai menjangkau suhu zat yang memiliki titik didih terendahnya dalam campuran tersebut. Zat yang memiliki titik didih terendah tentu saja akan mendidih dan menguap pertama kali. Sementara komponen-komponen yang lainnya dalam campuran tetap tinggal pada keadaannya semula, apakah padat atau cair, sampai komponen yang mendidih pada suhu yang paling rendah tersebut habis menguap. Selanjutnya, suhu akan meningkat menuju pada titik didih komponen lainnya pada campuran sampai komponen yang kedua terendah titik didihnya ini menguap meninggalkan campuran asalnya. Begitulah seterusnya, sampai semua komponen dalam campuran habis bila suhu pemanasan yang digunakan dapat menjangkau titik didih komponen yang memiliki titik didih tertinggi.

Bila campuran asal mengandung suatu padatan dan suatu cairan, cairannya tersebut akan mendidih kalau campuran tersebut dipanaskan. Kalau cairan itu medidih, ia berubah menjadi gas. Bila kita dapat mengeluarkan gas itu dari wadahnya semula dan kemudian mendidinginkannya, gas tersebut akan dapat mengembun kembali menjadi bentuknya semula, yakni cairan. Kemudian, padatannya dari campuran semula akan tetap berada pada wadahnya, sedangkan cairannya semula pada wadah yang lain. Bila demikian, pemisahan menjadi lengkap.

Cara terakhir yang disebutkan adalah jenis destilasi yang paling sederhana, suatu metode untuk memurnikan air alami. Anda pasti

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20071919

Page 20: 67869669-Kimia-Dasar-I

pernah mempelajari siklus air di alam pada saat anda di SMA. Bila panas dari matahari menghangatkan air-air di bumi, cairan air berubah menjadi uap air, meninggalkan ketidakmurnian apapun yang terlarut. Uap air kemudian didinginkan oleh atmosfir, mengalami pengembunan, dan kemudian kembali lagi ke bumi sebagai suatu cairan yang kita ketahui sebagai hujan.

Bila campuran asalnya adalah suatu campuran cairan, masing-masing komponennya akan mendidih dan menguap pada titik didihnya, dan didinginkan akan memperoleh satu bagian komponen dari campuran asalnya. Cara ini dikenal dengan nama destilasi terfraksi. Minyak bumi mentah, suatu campuran dari beberapa zat yang bersifat cair, disuling dengan cara ini.

II. Alat dan Bahan

Alat destilasi KMnO4

Termometer AirErlenmeyerBatu didih porselenPembakar Bunsen

III. Prosedur

1. Rangkailah perangkat peralatan destilasi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.

2. Suhu yang digunakan haruslah memiliki skala yang setidak-tidaknya dapat membaca suhu sampai 110 C.

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20072020

Page 21: 67869669-Kimia-Dasar-I

3. Masukkan air suling ke dalam labu destilasi hingga setengah penuh, masukkan pula beberapa keping-keping kecil batu didih porselen. Kemudian panaskan menggunakan pembakaran Bunsen pada nyala api sedang. Bila air mulai terdestilasi, catatlah temperatur yang ditunjukkan pada skala termometer dan juga tekanan udara yang ditunjukkan pada skala barometer yang ada di dalam ruangan. Catatlah kedua parameter ini berselang dua menit selama sepuluh menit. Lakukanlah hal ini hingga tercatat keadaan yang relatif stabil untuk lima set pencatatan. Bandingkan data yang diperoleh dengan zat yang ada pada buku referensi atau “handbook”.

4. Setelah diperoleh keadaan yang stabil, tambahkan air secukupnya untuk menggantikkan air yang telah terdestilasi dan juga 0,2 gram padatan kalium permanganat (KMnO4) untuk setiap kelipatan 100 ml air yang ada dalam labu destilasi. Padatan akan melarut. Tambahkan lagi beberapa keping batu didih yang baru ke dalam labu destilasi.

5. Panaskan sistem dengan pembakar Bunsen sedemikian rupa agar api hanya menyebar sedikit pada kawat kasa. Setelah pendidihan bermulai, teruskan pendidihan hingga terdestilasi seperempat atau sepertiga cairan yang ada dalam labu destilasi ke dalam labu penampung. Catatlah suhunya pada saat sebelum pemanasan, pada saat labu sudah tidak dapat dipegang, pada saat cairan mulai mendidih dengan kuatnya, dan pada saat destilasi dihentikan. Masukkan data pengamatan pada tabel data.

6. Setelah destilasi dihentikan, pindahkan 5 ml larutan yang tersisa dalam labu destilasi ke dalam cawan penguapan dan uapkan larutan tersebut melalui pemanasan hingga kering. Uapkan juga hingga

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20072121

Gambar 1. Susunan Alat Destilasi

Page 22: 67869669-Kimia-Dasar-I

kering 10 ml air yang terdestilasi dalam bejana penampung (Erlenmeyer). Amati semua proses yang dilakukan.

IV. Pengamatan

V. Kesimpulan

Bandung, / /20Paraf Asisten

TETAPAN GAS DAN MOLAR GAS

I. PendahuluanKeadaan gas dapat dinyatakan dalam suatu persamaan yang menunjukkan hubungan

antara tekanan (P), suhu (T), volume (V), dan jumlah mol (n). Secara matematik persamaan keadaan untuk gas ideal adalah:

PV=nRT

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20072222

Page 23: 67869669-Kimia-Dasar-I

Dengan anggapan bahwa gas bersifat ideal, maka harga tetapan gas (R) pada suhu tertentu dapat dihitung bila volume dan massa dari gas tersebuat dapat diketahui pada tekanan tertentu.

Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan tetapan gas dan volume molar oksigen hasil reaksi. Oksigen dapat diperoleh dengan memanaskan kalium klorat dengan mangan oksida sebagai katalis menurut reaksi sebagai berikut:

2 CLO3 → 2 KCL (p) + 3 O2 (g)Volume gas oksigen yang terbentuk dapat diukur melalui percobaan sehingga R dapat

dihitung, jika harga R telah dapat ditentukan, maka volume molar gas oksigen dapat dihitung.

Definisi volume molar gas adalah volume satu mol gas sembarang yang diukur pada keadaan standar, yakni pada suhu 00 dan tekan 1 atm, volume molar untuk tiap gas adalah 22,4 L.

II. Alat dan bahan1) Alat

Labu dasar rata 500 mL gelas kimia 500 mL Tabung reaksi pyrex gelas ukur 250 mL Prop tabung reaksi 1 lubung termometer 1500 C Pemanas spirtus klem dan statif Barometer timbangan (neraca analitis) Prop tabung reaksi 2 lubang

2) Bahan Kalium klorat Mangan oksida

III. Prosedur1) Susun alat-alat yang diperlukan2) Masukkan kurang lebih 0,7 gram serbuk kalium klorat dan tambahkan seujung

spatula serbuk mangan oksida. Masukkan campuran tersebut kedalam tabung reaksi A yang bersih dan kering. Timbang campuran dan tabung reksi dengan ketelitian 3 desimal.

3) Isi labu B dengan air dan masukkan sedikit air kedalam bejana D4) Isi selang C dengan air, dengan cara meniup ujung pipa A. Jika terdapat gelembung

udara pada selang C keluarkan dengan cara menaikkan atau menurunkan labu B atau bejana D. Usahakan agar air jangan sampai masuk kedalam pipa yang menuju tabung B.

5) Jepit selang c dengan klem penjepi, kemudian pasangkan tabung reaksi pada pipa kaca diujung A.

6) Buka penjepit selang, dan atur agar permukaan air didalam labu B dan bejana D sama tingginya.

7) Setelah C dijepit, keluarkan air yang terdapat dalam bejana D dengan hati-hati.

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20072323

Page 24: 67869669-Kimia-Dasar-I

8) Buka kembali klem selang C sehingga beberapa tetes air yang keluar. Jika air terus menetes berarti ada kebocoran. Perbaiki kebocoran itu dengan merekonstruksi ulang alat-alat atau tambahkan vaselin pada sambungan antar alat.

9) Panaskan tabung reaksi A dengan hati-hati sampai semua kalium klorat terurai. Gas yang terbentuk akan mengalir kedalam labu B dan mendorong air menuju bejana D.

10) Jika gas tidak terbentuk lagi, hentikan pembakaran dan biarkan sampai suhu alat sama dengan suhu kamar.

11) Kemudian tekanan didalam alat disamakan dengan tekanan luar, dengan cara menaikkan dan menurunkan bejana D sehingga permukaan air didalam labu B dan bejana D sama tinggi.

12) Jepit selang C rapat-rapat dan keluarkan bejana D.13) Ukur suhu dalam labu B, dengan membuka sumbat labu secara hati-hati, masukkan

termometer tanpa menyentuh permukaan air dalam labu.14) Ukur volume air yang terdapat dalam bejana D dengan gelas ukur. Timbang

kembali tabung reksi A.15) Catat tekanan udara luar dengan melihat barometer dan pergunakan handbook

untuk mengetahui tekanan udara pada suhu tersebut.

IV. Pengamatan dan Perhitungan

V. Kesimpulan

Bandung, / /20Paraf Asisten

TERMOKIMIA

I. PendahuluanTermokimia membahas tentang perubahan energy yang menyertai suatu reaksi kimia

yang dimanisfestasikam sebagai kalor reaksi. Perubahan energy yang terjadi dapat berupa pelepasan energy (reaksi eksoterm). Kalor reaksi dapat digolongkan dalam kategori yang

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20072424

Page 25: 67869669-Kimia-Dasar-I

lebih khusus (1) Kalor pembentukan, kalor pembakaran, (3) Kalor pelarutan, dan (4) kalor netralisasi.

Perubahan energy yang terjadi bersifat kekal, artinya tidak ada energy yang hilang selama reksi berlangsung, melainkan berubah bentuk dari bentuk energy yang satu ke bentuk energy yang lain. Adanya kekekalan energy ini ditunjukkan oleh selisih penyerapan dan pelepasan energy, yang disebut energy internal. Sebagai gambaran, jika pada suatu system reaksi diberikan sejumlah energy dalam bentuk kalor (q), maka system akan melakukankerja (W) sebesar W=P x V. setelah melakukan kerja system masih menyimpan sejumlah energy yang disebut energy internal (U). secara matematis perubahan energy dalam dapat dituliskan sebagai berikut:

U = q ± P VDalam percobaan ini akan ditentukam kalor reaksi yang menyertai suatu reaksi kimia

pada tekanan tetap (qp). perubahan kalor yang dilakukan pada tekanan tetap disebut perubahan entalpi (H). Karen asistem yang diukur hanya melibatkan zat padat dan zat cair, dimana perubahan volumenya kecil (V ∞ 0), maka besarnya kerja yang dilkukan system dapat diabaikan (PV = 0). Dengan demikian U = H.

Besarnya kalor yang terlibat dalam reaksi kkimia dfapat diukur dengan alat yang disebut kalorimeter. Besarnya kalor yang diserap kalorimeter untuk menaikkan suhu satu derajat dinamakan tetapan kalorimeter atau harga air kalorimeter, dengan satuan JK-1. Dalam percobaan ini akan digunakan suatu kalorimeter sederhana yang disusun dari suatu wadah sederana yang terbuat dari plastik.

II. Alat dan bahan1. Alat-alat

Kalorimeter (1) Gelas kimia 1000 mL (2) Termometer 1000C (2) Pipete volumetrik 25 mL (1) Batang pengaduk (1)

2. Bahan-bahan Serbuk Zn CuSO4 1.00 M NaOH 2.05 M HCL 2.00 M Pb(NO3)2 0.2 M NaCL 2.00 M

III. Prosedur1. Penentuan Tetapan Kalorimeter

a) Masukkan 25 mL air kedalam kalorimeter dengan menggunakan pipet volumetri. Catat suhunya selama 3 menit samapai konstan (t1).

b) Panaskan 25 mL air dalam gelas kimia sampai suhunya lebih tinggi di atas suhu kamar (±500C). Catat suhunya (t2).

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20072525

Page 26: 67869669-Kimia-Dasar-I

c) Masukkan air panas ini ke dalam kalorimeter yang telah berisi air dingin, kemudian kocok sambil suhu campuran diukur setiap 30 detik.

2. Penetuan kalor reaksi Zn-CuSO4

IV. Pengamatan dan Perhitungan

V. Kesimpulan

Bandung, / /20Paraf Asisten

PEMISAHAN MENGGUNAKAN METODA

KROMATOGRAFI

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20072626

Page 27: 67869669-Kimia-Dasar-I

I. Pendahuluan

Kromatografi adalah metoda yang digunakan untuk memisahkan campuran molekuler

berdasarkan distribusi molekul-molekul dalam campuran tersebut dengan fasa diam

(adsorben) dan fasa ferak (eluen). Distribusi molekul dapat berupa distribusi fasa adsorpsi

atau distribusi fasa partisi.

Kromatografi dapat digunakan untuk menetukan konsentrasi suatu sampel dan

menetukan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu sampel melaui harga RF dari

masing-masing kompoenen. RF adalah jarak tempuh suatu zat pada saat elusi dengan cara

berikut:

Rf =______Jarak titik awal ke titik noda_____

Jarak titik awal ke titik pergerakan eluen

Metoda kromatografi sebagian dikelompokkan berdasarkan macam frasa yang

digunakan dan sebagian berdasarkan mekanisme pada distribusi fasa. Jenis-jenis

kromatografi:

Kromatografi kertas, merupakan kromatografi cairan-cairan dimana

sebagian fas diam adalah lapisan tipis air yang diserap oleh kertas dari lembab udara.

Kromatografi lapis tipis, menggunakan gelas atau lempeng alumunium yang

dilapisi dengan lapisan tipis alumunia, silika atau bahan serbuk lainnya sebagai fasa

diam.

Kromatografi penukar ion, menggunakan suatu resin sintetik dengan sifat

dapat menukar ion sebagai fasa diam.

Elektroforesis merupakan kromatografi yang diberi medan listrik disatu sisi

dan tegak lurus aliran fasa gerak.

Kromatografi cairan-padat atau kromatografi serapan, menggunakan kolom

Kromatografi gas, menggunakan alat khusus dimana gas berperan sebagai

fasa gerak

II. Alat dan bahan

1. Alat

Kaca ukuran 10 cm x 20 cm

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20072727

Page 28: 67869669-Kimia-Dasar-I

Pipa kapiler

Lumpang dan alu

Kertas saring ukuran 4 cm x 10 cm

2. Bahan

Ekstrak dari bahan bunga, daun, kulit atau akar tumbuhan dengan pelarut air

Pelarut heksan, asam asetat, atau alkohol 10 mL

Aquades

Campuran Toluen-kloroform-asam asetat (50:40:10)

Bahan penyerap : silika gel

Spidol warna

III. Prosedur

Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pembuatan lapisan silika gel G atau GF254

(Pembuatan plat KLT tidak dilakukan oleh praktikan dan dicantumkan di langkah kerja

untuk memberikan pengetshuan tentang proses pembuatan plat KLT silika gel)

1. Masukkan 30.0 g silika gel G (GF254 ) kedalam mortal porselin

kering tidak berserat bergaris tengah 10 cm.

2. Tambahkan 10 mL air suling, aduk perlahan-lahan dengan alu

sampai membentuk suspsensi seragam tanpa gelembung atau gumpalan.

3. Tambahkan 20 mL air suling lagi sambil diaduk perlahan-

lahan. Pembentukan suspensi tidak boleh lebih dari 90 detik.

4. Fluida suspensi tuangkan kedalam kotak penyaput, lalu

saputkan dengan tangan. Jumlah fluida ini cukup untuk menyaput 5 buah pelat kaca

20 cm x 20 cm dengan tebal lapisan 0,3 mm.

5. Keringkan 8 – 12 jam dalam ruangan. Keringkan dengan kipas,

dan aktifkan dengan pengeringan pada 1100 C dalam oven.

6. Pelat kering kemudian disimpan dalam desikator berisi gel

biru. Hindari kelembaban dan uap lab.

Penyiapan fasa gerak

Masukkan campuran Toluen-kloroform-asam asetat (50:40:10) sebanyak 100 mL

kedlam bejana pengembang, tutup dengan kaca arloji/kaca hingga jenuh uap.

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20072828

Page 29: 67869669-Kimia-Dasar-I

Penotolan pelat KLT:

1. Tandai dengan pensil garis 15 mm dari ujung bawah pelat

dan 15 mm dari ujung atas pelat dan berikan angka penanda tempat penotolan

1,2,.... dengan jarak 3-5 mm.

2. Dengan pipa kapiler, buat totolan ekstrak air, alkohol, asam

asetat, atau heksan, dan bahan yang akan diperksa.

3. Posisikan pelat di atas larutan pengembang, pada posisi

awal titik penotolan jangan sampai terendam.

4. Biarkan pengembang naik, dan hentikan tepat di garis akhir

yang telah dibuat.

5. Tiriskan pelat pada suhu kamar sekitar 5 menit.

6. Masukkan dalam bejana jenuh yodium , atau semprotkan

halus pereaksi.

7. Amati dan ukur RF noda-noda yang terluhat langsung, atau

yang baru terlihat setelah berfluorosen dengan lampu UV 250 atau 350 mm.

Kromatografi Kertas

1. Ambil kertas saring ukuran 4 cm x 12 cm,. Tandai dengan

garis 1,5 cm di tepi bawah dan 2 cm di tepi atas.

2. Totoli pada gairs tepi bawah dengan tinta spidol berwarna.

3. Lubangi tepi atas untuk menggantungkan kertas tersebut

pada penyangga.

4. Isi bejana dengan gelas air, tempatkan penyangga yang

telah digantungi kertas saring pada bejana,

5. Atur sehingga air hanya mencapai sekitar 0,5 cm dari tepi

bawah kertas, sehingga titik penotolan tidak sampai terendam.

6. Biarkan eluen naik, dan hentikan tepat di garis batas tepi

atas.

7. Amati noda-noda yang terbentuk, berikan argumentasi

anda.

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20072929

Page 30: 67869669-Kimia-Dasar-I

IV. Pengamatan

V. Kesimpulan

Bandung, / /20Paraf Asisten

BBUKUUKU P PANDUANANDUAN P PRAKTIKUMRAKTIKUM K KIMIAIMIA D DASARASAR

FFAKULTASAKULTAS S SAINSAINS DANDAN T TEKNOLOGIEKNOLOGI, UIN S, UIN SUNANUNAN G GUNUNGUNUNG D DJATIJATI, B, BANDUNGANDUNG 2007 20073030