67038434 Referat Syncope
-
Upload
sonianazara -
Category
Documents
-
view
36 -
download
0
Transcript of 67038434 Referat Syncope
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sinkop merupakan salah satu penyebab penurunan kesadaran yang banyak
ditemukan di Unit Gawat Darurat (UGD). Sinkop adalah kehilangan kesadaran
sementara dengan awitan akut yang diikuti dengan jatuh, dan dengan pemulihan
spontan dan sempurna tanpa intervensi. Sinkop merupakan gejala dari suatu penyakit
sehingga harus dicari etiologinya.1
Di Amerika diperkirakan 3% dari kunjungan pasien di gawat darurat
disebabkan oleh sinkop dan merupakan 6% alasan seseorang datang ke rumah sakit.
Angka rekurensi dalam 3 tahun diperkirakan 34%. Sinkop sering terjadi pada orang
dewasa dan insiden sinkop meningkat dengan meningkatnya umur. Hamilton
mendapatkan sinkop sering pada umur 15-19 tahun, lebih sering pada wanita dari pada
laki-laki, sedangkan pada penelitian Framingham mendapatkan kejadian sinkop 3%
pada laki-laki dan 3,5% pada wanita, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan wanita.
Penelitian Framingham di Amerika Serikat tentang kejadian sinkop dari tahun 1971
sampai 1998 (selama 17 tahun) pada 7814 individu, bahwa insiden sinkop pertama kali
terjadi 6,2/1000 orang/tahun. Sinkop yang paling sering terjadi adalah sinkop vasovagal
(21,1%), sinkop cardiac (9,5%) dan 36,6% sinkop yang tidak diketahui penyebabnya.
Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan evaluasi dan pengobatan pasien
dengan sinkop tersebut dapat mencapai 800 juta dolar Amerika. Sedangkan di Eropa
dan Jepang kejadian sinkop adalah 1-3,5%. Sinkop vascular merupakan penyebab
sinkop yang terbanyak, kemudian diikuti oleh sinkop cardiac.1,2
Penatalaksanaan sinkop tergantung etiologinya. Untuk itulah tinjauan
kepustakaan ini ditulis agar dapat mendiagnosis sinkop berdasarkan etiologinya supaya
sinkop dapat dicegah ataupun diterapi.
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata syn dan koptein
yang artinya memutuskan. Sehingga definisi sinkop (menurut European Society
of Cardiology:ESC), adalah suatu gejala dengan karakteristik klinik kehilangan
kesadaran yang tiba-tiba dan bersifat sementara, dan biasanya menyebabkan
jatuh. Onsetnya relatif cepat dan terjadi pemulihan spontan. Kehilangan
kesadaran tersebut terjadi akibat hipoperfusi serebral. 1,2,3
II.2 Etiologi
Kegiatan sebelum sinkop dapat memberikan petunjuk mengenai penyebab
gejala. Sinkop dapat terjadi pada saat istirahat, dengan perubahan postur, pada
tenaga, setelah latihan, atau dengan situasi tertentu seperti batuk, atau berdiri
lama. Sinkop terjadi dalam waktu 3 menit berdiri menunjukkan hipotensi
ortostatik.1
Secara garis besar, penyebab sinkop dibagi menjadi dua. Akibat kelainan
jantung (cardiac sinkop) dan penyebab bukan kelainan jantung. Pembagian ini
sangat penting, karena berhubungan dengan tingkat risiko kematian. Penyebab
sinkop dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu vascular-cardiac,
neurologi, sinkop refleks, sinkop metabolik dan sinkop lain-lain.3
A. Jantung dan sirkulasi
1. Sinkop Vasodepressor.
Merupakan penyebab yang paling lazim cenderung bersifat
familial. Sinkop vasodepressor terjadi jika individu yang rentan
berhadapan dengan situasi yang membuat stress. Gejala prodromal:
kegelisahan, pucat, kelemahan, mendesah, menguap, diaphoresis, dan
nausea. Gejala-gejala ini mungkin diikuti dengan kepala terasa ringan,
penglihatan kabur, kolaps, dan LOC (loss of consciousness). Kadang-
kadang tejadi kejang klonik ringan, tetapi tidak diindikasikan penanganan
kejang, kecuali terdapat tanda-tanda lain yang menunjuk kearah ini.
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 2
Serangan berlangsung singkat dan cepat pulih jika berbaring. Episode ini
dapat berulang.
Sinkop Vasodepressor dapat terjadi pada:
Seseorang dengan kondisi normal yang dipengaruhi oleh emosi
yang tinggi
Pada seseorang yang merasakan nyeri hebat setelah luka,
khususnya pada daerah abdomen dan genitalia.
Selama latihan fisik yang keras pada orang-orang yang sensitive.3
2. Penyebab Hipotensi Orthostatik
Definisi Hipotensi Orthostatik adalah apabila terjadi penurunan
tekanan darah sistolik 20 mmHg atau tekanan darah diastolik 10 mmHg
pada posisi berdiri selama 3 menit. Pada saat seseorang dalam posisi
berdiri sejumlah darah 500-800 ml darah akan berpindah ke abdomen
dan eksremitas bawah sehingga terjadi penurunan besar volume darah
balik vena secara tiba-tiba ke jantung. Penurunan ini mencetuskan
peningkatan refleks simpatis. Kondisi ini dapat asimptomatik tetapi
dapat pula menimbulkan gejala seperti kepala terasa ringan, pusing,
gangguan penglihatan, lemah, berbedebar-debar, hingga sinkop. Sinkop
yang terjadi setelah makan terutama pada usia lanjut disebabkan oleh
retribusi darah ke usus.
Hipotensi ortostatik merupakan penurunan tekanan darah
seseorang sedang dalam posisi tegak. Keadaan ini terjadi berbagai
keadaaan:
a. Hipovolemia (perdarahan, muntah, diare,diuretik).
b. Gangguan pada reflex normal (nitrat, vasodilator, penghambat
kanal kalium, neuroleptik).
c. Kegagalan autonom. primer atau sekunder. Diabetes paling sering
menyebabkan neuropati otonom sekunder, sedangkan usia lanjut
merupakan penyebab lazim kegagalan otonom primer. Paling tidak
telah dicerminkan oleh tiga sindroma
Disautonomia akut atau subakut
Pada penyakit ini, seorang dewasa atau anak yang tampak sehat
mengalami paralisis parsial atau total pada system saraf
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 3
parasimpatis dan simpatis selama beberapa hari atau beberapa
minggu. Refleks pupil menghilang sebagaimana halnya dengan
fungsi lakrimasi, saliva serta perspirasi, dan terdapat impotensi,
paresis otot-otot kandung kemih dan usus serta hipotensi
ortostatik. Penyakit tersebut dianggap merupakan suatu varian
dari polyneuritis idiopatik akut yang ada hubungannya dengan
sindroma Guillain-Bard. Kesembuhan mungkin dapat
dipercepat dengan prednisone.
Insufisiensi autonom pascaganglionik kronis
Keadaan ini merupakan penyakit yang menyerang usia
pertengahan dan usia lanjut. Penderita berangsur-angsur
mengalami hipotensi ortostatik kronik yang kadang-kadang
bersamaan dengan gejala impotensi dan gangguan sfingter.
Gejala pucat atau mual. Laki-laki lebih sering terkena,
tampaknya ireversibel.
Insufisiensi autonom praganglionik kronis
Pada keadaan ini, gejala hipotensi ortostatik dengan anhidrosis
yang bervariasi, impotensi dan gangguan sfingter terjadi
bersama dengan kelainan yang mengenal system saraf pusat.
Kelainan tersebut mencakup (1) tremor, rigiditas
ekstrapiramidal serta akinesia (sindroma Shy-Drager), (2)
degenerasi serebelum progressive yang pada sebagian kasus
bersifat familial dan (3) kelainan sereberal serta ekstrapiramidal
yang lebih bervariasi (degenerasi striatonigra).3
3. Obstruksi aliran keluar. Stenosis aorta, stenosis mitral, stenosis
pulmonal. Pasien dapat dating dengan sinkop akibat latihan fisik.
Malfungsi katup secara mekanik juga dapat menyebabkan obstruksi
aliran keluar.
4. Infark atau iskemia miokardium
5. Aritmia
a. Bradiaritmia: sindrom sinus sakit (sick sinus syndrome, blok nodus
AV, dll)
b. Takiaritmia: PSVT, sindrom Wolf-Parkinson-White, takikardia
ventrikel, dll
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 4
Ada dua kelainan jantung yang sering menjadi penyebab pingsan.
Pertama adanya hambatan pada aliran darah di pompa jantung. Seperti
pada pompa air yang katupnya rusak, fungsi pompa jantung pun bisa
terganggu dan volume darah yang dihasilkan menurun.
Penurunan jumlah darah yang dikeluarkan oleh jantung ini akan
menyebabkan penurunan perfusi otak dan memicu pingsan. Hal ini
terjadi pada kondisi penyempitan katup- katup jantung, kelainan otot
jantung, penumpukan cairan di selaput jantung, tumor dalam jantung,
dan lain-lain. Kedua adalah gangguan irama jantung (aritmia).
Bayangkan apabila irama jantung tiba-tiba melambat. Tentu saja terjadi
penurunan aliran darah di otak. Begitu pula jika ia memompa terlalu
cepat. Pengisian ruang-ruang jantung menjadi tidak maksimal, dan
kekuatan pompa menurun drastis. Contoh melambatnya irama adalah
sick sinus syndrome (SSS).3
6. Hipersensitivitas sinus karotis. Sinkop dapat terjadi saat bercukur atau
memakai kerah yang ketat. Hal ini umum terjadi pada pria dengan usia
lebih dari 50 tahun. Aktivasi dari baroreseptor sinus karotis meningkatan
impuls yang dibawa ke badan Hering menuju medulla oblongata. Impuls
afferen ini mengaktivkan saraf simpatik efferen ke jantung dan
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan sinus arrest atau Atrioventricular
block, vasodilatasi. Pemijatan salah satu atau kedua sinus karotikus,
khususnya pada orang usia lanjut, menyebabkan (1) perlambatan jantung
yang bersifat refleks (sinus bradikardia, sinus arrest, atau bahkan blok
atrioventrikel), yang disebut respons tipe vagal, dan (2) penurunan
tekanan arterial tanpa perlambatan jantung yang disebut respons tipe
depressor. Kedua tipe respons sinus karotikus tersebut dapat terjadi
bersama-sama.3
B. Etiologi Metabolik
Episode biasanya diperkuat jika mengerahkan tenaga tetapi dapat
terjadi jika pasien berbaring. Awitan dan pemulihan biasanya lama.
Penyebab Sinkop Metabolik Penyebab metabolik pada sinkop sangat jarang,
hanya berkisar 5% dari seluruh episode sinkop.
Hipoksia, seperti pirau pada penyakit jantung congenital
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 5
Hiperventilasi, menyebabkan vasokontriksi serebrum dengan gejala
kesulitan bernafas, ansietas, parestesia tangan atau kaki, spasme
karpopedal, dan kadang-kadang nyeri dada unilateral atau bilateral.
Pasien dapat mengalami serangan ulangan jika melakukan
hiperventilasi dalam lingkungan yang terkendali.
Hipoglikemia, Jika gejala terjadi secara bertahap selama periode
beberapa menit, hiperventilasi atau hipoglikemia sebaiknya
dipertimbangkan. Keadaan hipoglikemia yang berat biasanya terjadi
akibat seuatu penyakit yang serius, seperti tumor pada sel pulau
langerhan ataupun penyakit adrenal, hipofise atau hepar yang lanjut,
atau akibat pemberian insulin dalam jumlah yang berlebihan.
Gambaran klinisnya berupa gejala kebingunan atau bahkan penurunan
kesadaran. Kalau keadaaannya ringan, sebagaimana lazim terjadi pada
hipoglikemia. Diagnosis keadaan ini bergantung pada hasil anamnesis
riwayat medis dan pengukuran gula darah pada waktu serangan.
Intoksikasi alcohol
C. Etiologi neurologic 1
Ada beberapa sindrom sinkop yang dimediasi reflex diantaranya adalah
hipersensitivitas sinus karotis, sinkop yang dimediasi persyarafan, sinkop
glossofaringeal, situasional (batuk, mengunyah, dan berkemih) serta sensitive
terhadap adenosine. Pada setiap kasus reflek timbul akibat pencetus (pada
afferent limb) dan respon (pada efferent limb). Akibat dari reflex tersebut akan
timbul peningkatan aktivitas vagal dan umpan balik pada simpatis perifer
sehingga terjadi bradikardi, vasodilatasi dan pada akhirnya hipotensi, presinkop
atau sinkop. Penyebab reflek yang paling sering adalah hipersensitivitas sinus
karotis dan hipotensi yang dimediasi persyarafan. Pencetus yang khusus dari
masing-masing keadaan misalnya pada sinkop akibat berkemih disebabkan oleh
aktivasi mekanoreseptor pada kandung kemih. Sinkop akibat defekasi timbul
akibat input neural dari reseptor tekanan pada dinding usus, sedangkan sinkop
akibat mengunyah timbul akibat impuls saraf aferen yang berada di saluran
cerna bagian atas.
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 6
D. Sinkop refleks
Sinkop refleks disebabkan oleh gangguan pengisian jantung sebelah
kanan dan hipoperfusi serebral keseluruhan. Pasien biasanya sedang berdiri
tegak sebelum suatu episode karena pengumpulan darah akibat gravitasi
berperan dalam penyebabnya. Penyebab yang potensial antara lain, emboli
atau infark paru, tamponade pericardium, hipertensi paru, uterus hamil karena
menekan vena kava inferior dan batuk, yang menurunkan beban awal dengan
meningkatkan tekanan intrathoraks.
E. Lain-lain
1. Sinkop batuk
Keadaan ini merupakan keadaan langka yang terjadi akibat
serangan batuk yang mendadak dan biasanya dijumpai pada laki-
laki yang menderita bronchitis kronis. Setelah batuk-batuk kuat,
pasien tiba-tiba lemah dan kehilangan kesadarannya untuk
sementara. Tekanan intrathorakal meninggi dan mennganggu vena
balik ke jantung sebagaimana halnya pada maneuver valsava
(ekshalasi dengan glottis tertutup).
2. Sinkop pascamiksi
Suatu keadaan yang biasanya terlihat pada lansia selama atau
sesudah urinasi. Khususnya setelah bangkitan dari posisi
berbaring, barangkali merupakan tipe khusus sinkop
vasodepressor. Diperkirakan bahwa pelepasan tekanan
intravesikuler menyebabkan vasodilatasi mendadak yang
diperberat lagi dengan berdiri, dan bahwa bradikardia yang terjadi
lewat mediator vagal merupakan factor yang turut menyebabkan
sinkop tersebut.4
3. Psikogenik
Serangan ansietas atau kecemasan acapkali diinterpretasikan
sebagai perasaan mau pingsan tanpa kehilangan kesadaran yang
sesungguhnya. Gejala tersebut tidak disertai dengan wajah yang
pucat dan juga tidak menghilang setelah pasien dibaringkan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala lain yang menyertai, dan
bagian dari serangan tersebut dapat ditimbulkan kembali dengan
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 7
hiperventilasi. Dua mekanisme yang diketahui terlibat dalam
proses terjadinya serangan tersebut adalah penurunan kadar
karbon dioksida sebagai akibat hiperventilasi dan pelepasan
hormone epineprin. Hiperventilasi akan mengakibatkan
hipokapnia, alkalosis, peningkatan resistensi serebrovaskuler dan
penurunan aliran darah serebral. 4
4. Nyeri ligamentosa atau visceral berat
5. Dapat juga terjadi sebagai kelanjutan vertigo berat.
II.3 Patofisiologi 6
Pingsan (sinkop) adalah kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, biasanya
hanya beberapa detik atau menit, karena otak tidak mendapatkan cukup oksigen
pada bagian-bagian otak yang merupakan bagian kesadaran. Terdapat penurunan
kesadaran aliran darah, pengisian oksigenasi cerebral, resistensi serebrovaskuler
yang dapat ditunjukkan. Jika iskemia hanya berakhir beberapa menit, tidak
terdapat efek pada otak. Iskemia yang lama mengakibatkan nekrosis jaringan
otak pada daerah perbatasan dari perfusi antara daerah vaskuler dari arteri
serebralis mayor.
Patofisiologi dari sinkop terdiri dari tiga tipe:
1. Penurunan output jantung sekunder pada penyakit jantung intrinsic atau
terjadi penurunan klinis volume darah yang signifikan.
2. Penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan atau venous return.
3. Penyakit serebrovaskular klinis signifikan yang mengarahkan pada
penurunan perfusi serebral. Terlepas dari penyebabnya, semua kategori ini
ada beberapa factor umum, yaitu gangguan oksigenasi otak yang memadai
mengakibatkan perubahan kesadaran sementara.
II.4 Manifestasi klinis 6
Sebelum pingsan, pusing, atau kepala ringan terjadi pada 70% pasien
mengalami sinkop. Gejala lain, seperti vertigo, kelemahan, diaforesis,
ketidaknyamanan epigastrium, mual, penglihatan kabur atau pudar, pucat, atau
parestesia, mungkin juga terjadi pada periode presinkop
Suatu serangan sinkop ( pingsan ) mempunyai ciri- ciri sebagai berikut :
1. Teriakan waktu serangan tidak ada.
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 8
2. Lama serangan berlangsung beberapa detik.
3. Tidak ada ngompol.
4. Setelah serangan biasanya penderita sadar penuh, meskipun ada perasaan
lemas dan lemah.
5. Gigitan lidah tidak terjadi.
6. Muka pucat.
7. Sinkop jarang timbul pada saat pasien berbaring.
Sebelum sinkop biasanya ada rasa lapar, capek atau stress.
Posisi saat awitan serangan. Epilepsi dan serangan sinkop disebabkan
hipoglikemia, hiperventilasi, atau blok jantung mungkin tidak tergantung pada
sikap tubuh. Kelemahan yang disertai dengan penurunan tekanan darah
(termasuk serangan karotis) dan dengan takikardia ektopik hanya terjadi pada
posisi duduk atau berdiri, sedangkan kelemahan yang disebabkan oleh hipotensi
ortostatik cenderung terjadi segera setelah perubahan posisi dari berbaring
menjadi berdiri.
Gejala penyerta. Gejala seperti palpitasi mungkin terjadi jika serangan
disebabkan oleh kecemasa atau hiperventilasi, takikardia ektopik, atau
hipoglikemia. Keadaan mati rasa atau perasaan perih pada tangan dan wajah
akibat sering timbul karena hiperventilasi. Kejang yang asli selama serangan
kadang-kadang terjadi dengan blok jantung, asistol, atau takikardia ventrikuler.
Jika durasi serangan singkat, misalnya beberapa detik sampai beberapa menit,
sinkop sinus karotis atau salah satu dari beberapa bentuk hipotensi postual adalah
mungkin. Durasi lebih dari beberapa menit tetapi kurang dari satu jam
menunjukkan hipoglikemia atau hiperventilasi.6
II.5 Uji Diagnostik
a. Anamnesis
Anamnesis merupakan bagian evaluasi yang paling penting. Pasien dan saksi
harus ditanyakan tentang keadaan pencetus, gejala prodromal, perjalanan waktu
awitan dan pemulihan, serta riwayat pemberian obat-obatan. Dapat membantu
membedakan sinkop kardiogenik atau nonkardiogenik.
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 9
Tabel 1. Pertanyaan pada anamnesis pasien dengan sinkop.
b. Pemeriksaan Fisik 1
Pemeriksaan fisik lengkap adalah syarat bagi semua pasien yang datang
di UGD. Perhatian khusus harus diberikan pada aspek-aspek tertentu dari
pemeriksaan fisik pada pasien yang datang dengan sinkop.
Selalu menganalisis tanda-tanda vital (Tekanan darah dan nadi pada
posisi berbaring dan berdiri)
Auskultasi arteri subklavia dan arteri karotis
Pemeriksaan jantung yang menyeluruh dan lengkap dapat memberikan
gambaran mengenai etiologi sinkop.
Pemeriksaan neurologis yang cermat sebagai barometer perbaikan
ataupun perburukan gejala. Status mental biasanya normal.
Identifikasi trauma
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 10
Pemeriksaan Neurologi 5
Disfungsi otonom
Pada disfungsi otonom, system saraf otonom tidak mampu
menyesuaikan pada perubahan posisi sehingga menyebabkan hipotensi
ortostatik dan sinkop. Derajat sinkop didasarkan pada lamanya pasien
dapat berdiri sebelum akhirnya duduk. Impotensi dan gangguan miksi
merupakan jenis disfungsi otonom lainnya.
Test mengangkat kepala
Test dengan mengangkat kepala pasien sementara dalam posisi berbaring
merupakan tekhnik provokatif untuk mendiagnosis sinkop vasodepressor.
Pengangkatan kepala hingga mencapai sudut maksimum 60 sampai 700
biasanya akan mencetuskan hipotensi simtomati atau sinkop dalam waktu
10 hingga 30menit pada pasien sindroma ini.
Gangguan Serebrovaskular
Steal Syndrome
TIA
NonSyncopal Attack
Epilepsi
Katapleksi
Drop attack
Evaluasi Psikiatri
c. Laboratorium Studi 6
Saat ini, tidak ada pengujian khusus memiliki kekuatan yang cukup untuk
benar-benar ditunjukkan untuk evaluasi sinkop. rekomendasi pedoman berbasis
penelitian dan konsensus tercantum di bawah ini. Pemeriksaan laboratorium
harus diarahkan oleh anamnesa dan pemeriksaan fisik, tetapi tidak semuanya.
Pemeriksaan darah rutin seperti elektrolit, enzim jantung, kadar gula darah
dan hematokrit memiliki nilai diagnostik yang rendah, sehingga pemeriksaan
tersebut tidak direkomendasikan pada pasien dengan sinkop kecuali terdapat
indikasi tertentu dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis, misalnya
pemeriksaan gula darah untuk menyingkirkan kemungkinan hipoglikemia dan
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 11
kadar hematokrit untuk mengetahui kemungkinan adanya perdarahan dan lain-
lain. Pada keadaan sindrom QT memanjang keadaan hipokalemia dan
hipomagnesemia harus disingkirkan terlebih dahulu. Tes kehamilan harus
dilakukan pada wanita usia reproduksi, terutama yang akan menjalani head-up
tilt testing atau uji elektrofisiologi. 6
Sinkop akibat hipoglikemi adalah hilangnya kesadaran yang berhubungan
dengan kadar gula darah dibawah 40mg/dL dan disertai gelaja tremor, bingung,
hipersalivasi, keadaan hiperadrenergik dan rasa lapar.6
Studi Imaging 7
Head CT scan (noncontrast)
Head CT scan tidak diindikasikan pada pasien nonfocal setelah
peristiwa syncopal. Tes ini memiliki hasil diagnostik rendah sinkop. Dari 134
pasien prospektif dievaluasi untuk sinkop menggunakan CT scan, 39 pasien
temuan abnormal pada scan. Hanya 1 CT scan kepala adalah diagnostik pada
pasien tidak diharapkan memiliki patologi intrakranial. Dari scan yang tersisa,
5 menunjukkan hematoma subdural dianggap sekunder untuk sinkop. Head
CT scan mungkin secara klinis diindikasikan pada pasien dengan defisit
neurologis baru atau pada pasien dengan trauma kepala sekunder sinkop.
Thorax CT / scan Abdomen
Studi imaging ditunjukkan hanya dalam kasus-kasus pilih, seperti kasus
di mana diseksi aorta, ruptur aneurisma aorta abdominal, atau embolus paru
diduga.
Brain MRI / arteriografi resonansi magnetik (MRA)
Tes-tes ini mungkin diperlukan dalam kasus-kasus pilih untuk
mengevaluasi pembuluh vertebrobasilar dan yang lebih tepat dilakukan secara
rawat inap dengan konsultasi dengan ahli saraf atau seorang ahli bedah saraf.
Ventilasi-perfusi (V / Q) scanning
Tes ini cocok untuk pasien yang diduga pulmonary embolus.
Echocardiography
Pada pasien dengan penyakit jantung diketahui, fungsi ventrikel kiri dan
fraksi ejeksi telah ditunjukkan untuk mempunyai hubungan prediksi yang akurat
dengan kematian. Echocardiography merupakan ujian pilihan untuk
mengevaluasi penyebab yang dicurigai jantung mekanik sinkop.
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 12
d. Tes Lainnya
Elektrokardiografi
Mendapatkan EKG 12-lead standar di sinkop. Ini adalah tingkat A rekomendasi
konsensus 2007 pedoman Acep untuk sinkop. EKG digunakan di sebagian besar
setiap aturan pengambilan keputusan klinis 8
Tabel 2. Gambaran EKG yang menunjukan sinkop akibat aritmia.8
Pada pasien dengan kelemahan atau sinkop yang ditandai dengan
bradikardia, seseorang harus membedakan yang disebabkan oleh kegagalan
refleks neurogenik atau kardiogenik (Stokes-Adam). Ekg harus bersifat
menentukkan, tetapi meskipun tanpa EKG, serangan Stokes-Adam dapat
diketahui secara klinis dapat diketahui durasinya lebih lama, dan sifat denyut
jantung lambat yang menetap, adanya bunyi yang sinkron yang dapat
didengarkan dengan kontraksi atrial, dengan gelombang kontraksi atrial pada
pulsasi vena jugularis, dan dengan berbagai intensitas bunyi jantung pertama
yang nyata walaupun ritme teratur.
Holter monitor / loop recorder acara
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 13
Ini adalah tes rawat jalan. Di masa lalu, semua pasien dengan sinkop dimonitor
selama 24 jam di rumah sakit. Kemudian, loop recorder dan sinyal-rata-rata
perekam acara diperbolehkan untuk pemantauan selama periode waktu lebih
lama, yang meningkatkan hasil mendeteksi aritmia.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa umur-cocok populasi asimptomatik
memiliki jumlah setara dengan peristiwa arrhythmic dicatat oleh pemantauan
berjalan. perekam Loop memiliki hasil diagnostik yang lebih tinggi dari evaluasi
monitor Holter dengan penghematan biaya marjinal.10
Elektroensefalografi
Elektroensefalografi (EEG) dapat dilakukan pada kebijaksanaan ahli saraf jika
kejang dianggap sebagai diagnosis alternatif yang mungkin. 10
Stress test
Stress test studi elektrofisiologik / (EPS) memiliki hasil diagnostik yang lebih
tinggi dibandingkan dengan monitor Holter dan harus diperoleh untuk semua
pasien dengan aritmia yang diduga sebagai penyebab sinkop. Sebuah tes stres
jantung sesuai untuk pasien yang diduga sinkop jantung dan yang memiliki
faktor risiko untuk aterosklerosis koroner. Tes ini dapat membantu dengan
stratifikasi risiko jantung dan dapat membimbing terapi masa depan. 9,10
II.6 PENGOBATAN 10,11
Pada sebagian besar kasus, keadaan mau pingsan atau fainting relative
bersifat benigna. Dalam menghadapi pasien yang pernah mengalami serangan
ini, pertama-tama dokter harus memikirkan sebab-sebab pinsan yang
memerlukan emergensi. Diantara pelbagai keadaan yang bisa memerlukan
emergenci terdapat perdarahan internal yang bersifat massif serta infark
miokard yang dapat terjadi tanpa nyeri dan aritmia jantung. Pada usia lanjut
tanpa penyebab yang jelas curiga kemungkinan blok jantung total atau
takiaritmia.
Pasien stadium awal diletakkan dalam posisi biasanya berbaring
mendatar merupakan satu-satunya cara untuk mengembalikan kesadaran
penderita. Mengangkat kaki (tinggikan tungkainya kurang lebih 20 cm) dapat
mempercepat pemulihan karena bisa meningkatkan aliran darah ke jantung
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 14
dan otak. Longgarkan pakaian yang ketat agar aliran darahnya tak terganggu.
Jangan memberikan apa pun lewat mulut apabila penderita belum sadar.
Pastikan bahwa jalan napasnya terbuka, napasnya lancar, dan denyut nadinya
teraba kuat dan teratur. Jika penderita terlalu cepat duduk atau
disangga/digendong dalam posisi duduk, dapat terjadi episode pingsan lain.
Namun, pada kasus-kasus yang terus berulang dapat dibantu dengan bantuan
obat-obatan. Dokter mungkin meresepkan obat tekanan darah, antidepresan,
pembuluh darah dan penggunaan terapi tertentu.10
Pencegahan tergantung pada mekanisme yang terlibat. Pada keadaan
sinkop vasovagal yang biasanya ditemukan diantara para remaja dan
cenderung terjadi pada saat mengalami guncangab emosional, keletihan,
perasaan lapar, dll. Tindakan yang menganjurkan pasien untuk menghindari
semua keadaan ini sudah memadai. Pada pasien hipotensi postural, pasien
harus diingatkan agar tidak bangkit secara mendadak dari tempat tidur.
Sebaiknya pasien tidur dengan ranjang yang ditinggikan sampai 8 hingga 12
inci bagian kepala oleh ganjal kayu dan mengenakan sabuk perut elastic serta
stocking elastis. Obat golongan dari efedrin dapat bermanfaat jika
pemakaiannya tidak menimbulkan insomnia.
Pada sindroma hipotensi postural yang kronis, preparat
mineralkortikoid yang khusus (tablet fludrohidrokortison asetat 0,1 hingga 0,2
mg/hari dalam dosis terbagi).11
Penanganan sinkop sinus karotikus meliputi pasien harus memakai
pakaian kerah baju yang longgar dan belajar berpaling dengan memutar
seluruh badan serta bukan dengan memutar kepala saja. Obat golongan
atropine dan efedrin harus digunakan masing-masing pada pasien bradikardia,
pemasangan pacemaker dapat dilakukan pada ventrikel kanan 11
Lebih lanjut Rawat Inap
Evaluasi Sinkop di Bagian Gawat Darurat Studi (Seeds) Data menunjukkan
bahwa unit sinkop khusus dengan pendekatan protokol untuk
mengesampingkan penyebab jantung dari sinkop mengurangi biaya rumah
sakit dan lama tinggal tanpa mengorbankan kualitas pelayanan.11
Pertimbangan merawat pasien sinkop dirumah sakit didasarkan pada 2
tujuan, yaitu 1.tujuan diagnosis, dan 2.terapi. Kasus sinkop yang pada evaluasi
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 15
awal belum diketahui penyebabnya dapat dirawat dirumah sakit. Untuk pasien
yang telah didiagnosis pada evaluasi klinis awal, keputusan merawat pasien
dirawat dirumah sakit bergantung pada prognosis dari etiologinya yang
mendasari sinkop dan/atau perawatan yang dibutuhkan.12
II.7 Prognosis
Sinkop dari setiap etiologi pada pasien dengan kondisi jantung (untuk
dibedakan dari sinkop jantung) juga telah ditunjukkan untuk menyiratkan
prognosis buruk. Pasien dengan kelas fungsional NYHA III atau IV yang
memiliki jenis sinkop memiliki tingkat kematian setinggi 25% dalam waktu 1
tahun. Namun, beberapa pasien melakukannya dengan baik setelah perawatan
bedah definitif atau penempatan alat pacu jantung. 12
Sinkop noncardiac tampaknya tidak berpengaruh pada tingkat
kematian keseluruhan dan termasuk sinkop karena respon vasovagal,
insufisiensi otonom, situasi, dan posisi ortostatik. 12
Sinkop Vasovagal memiliki prognosis seragam yang sangat baik.
Kondisi ini tidak meningkatkan angka kematian, dan jarang kambuh.
Situasional dan sinkop ortostatik juga memiliki prognosis yang sangat baik.
Mereka tidak meningkatkan risiko kematian, namun kambuh memang terjadi
dan kadang-kadang menjadi sumber morbiditas yang signifikan dalam hal
kualitas hidup dan cedera sekunder. 12
Sinkop etiologi tidak diketahui umumnya memiliki prognosis
menguntungkan, dalam 1 tahun menunjukkan kejadian kematian mendadak
rendah (2%), kemungkinan 20% dari sinkope berulang, dan tingkat remisi
78%. 12
BAB III
KESIMPULAN
Terminologi sinkop berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kata “syn” dan
“koptein” yang berarti memutuskan. Secara medis, definisi dari sinkop adalah
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 16
kehilangan kesadaran dan kekuatan postural tubuh serta kemampuan untuk berdiri
karena pengurangan aliran darah ke otak bersifat sementara. Berkurangnya aliran
darah ini terjadi bila tubuh tidak dapat segera mengkompensasi suatu penurunan
tekanan darah. Pingsan bisa didahului oleh pusing atau perasaan melayang, terutama
pada saat seseorang sedang dalam keadaan berdiri.
Secara garis besar, penyebab pingsan dibagi menjadi dua. Akibat kelainan
jantung (cardiac sinkop) dan penyebab bukan kelainan jantung. Pembagian ini sangat
penting, karena berhubungan dengan tingkat risiko kematian.
Pertolongan pertama sinkop, baringkan penderita di lantai atau tempat tidur
dengan posisi kepala miring. Apabila terjadi di lapangan upacara, carilah tempat yang
teduh. Tinggikan tungkainya kurang lebih 20 cm. Longgarkan pakaian yang ketat agar
aliran darahnya tak terganggu. Jangan memberikan apa pun lewat mulut apabila
penderita belum sadar. Pastikan bahwa jalan napasnya terbuka, napasnya lancar, dan
denyut nadinya teraba kuat dan teratur. Setelah ia membaik, sarankan untuk menemui
dokter keluarga atau ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat. Tetapi bila dalam
waktu 10 menit penderita belum mulai sadar, segeralah panggil ambulan atau dokter.
Pasien yang mengalami sinkop akan mengalami penurunan kualitas hidup.
Prognosis dari sinkop sangat bervariasi tergantung dari diagnosis etiologinya.
Individu yang mengalami sinkop termasuk sinkop yang tidak diketahui penyebabnya
mempunyai tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak pernah
mengalami episode sinkop. Mortalitas tertinggi disebabkan oleh sinkop cardiac,
sedangkan sinkop yang berhubungan dengan persyarafan termasuk hipotensi
ortostatik dan sinkop yang berhubungan dengan obat-obatan tidak menunjukan
peningkatan angka kematian.
Daftar Pustaka
1. Kasim R, Sally AN. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. 2006. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
2. Anonim, sinkop neurologis. From http://medicastore.com/penyakit/633/Pingsan_sinkop.html.diakses tanggal 18 Agustus 2011
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 17
3. Anonym, Epidemiologi Sinkop. From: http://www.mentorhealthcare.com/news.php?nID=197&action=detail. Diakses tanggal 18 Agustus 2011
4. Sidharta, Priguna (2008). Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian Rakyat.
5. Sidharta, Priguna & Mardjono, Mahar. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.
6. Anonym, gejala sinkop. From: http://www.seputarkesehataninstitute.com/2010/07/sinkop-pingsan.html. diakses tanggal 19 Agustus 2011
7. Anonym, semua tentang sinkop. From: http://afristianismadraga.wordpress.com/2009/12/22/ganguan-kesadaran/. Diakses tanggal 19 Agustus 2011
8. Anonym, penyebab pingsan. From: http://majalahkesehatan.com/7-penyebab-pingsan/. Diakses tanggal 20 Agustus 2011
9. Ginsberg, Lionel (2008). Kedaruratan Neurologis. Jakarta : Erlangga.
10. Anonym, penatalaksanaan sinkop. From: http://www.blueclassy.com/kesehatan-pingsan-sinkop.html. diakses tanggal 19 Agustus 2011
11. Anonym, Perawatan pingsan. From: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9483298. diakses tanggal 20 Agustus 2011
12. Peck, Peggy (2002). Prognosis sinkop. From : http://www.midwestheart.com/resourceseducation/patienteducation/sinkop/neurogenic-and-nonneurogenic-sinkop. diakses 20 Agustus 2011
Fakultas Kedokteran UPN”Veteran”Jakarta Page 18