6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

14
KAMPUNG KERAJAAN SEBAGAI ELEMEN REVITALISASI KAWASAN PUSAT KOTA KALABAHI Amos Setiadi 1 ABSTRAK Kata Kunci: Revitaliasi, Kawasan PENDAHULUAN Dalam pembangunan kota, suatu rencana tata ruang (spatial planning) berperan sebagai salah satu perangkat pengelolaan pembangunan kota (urban management) yang memuat arahan pengembangan dan pemanfaatan fungsi kota. Upaya pengelolaan pembangunan perkotaan tidak terpisahkan dari ruang (lahan) yang harus dimanfaatkan. Lahan merupakan sumber daya utama kota yang sangat krusial, disamping semakin terbatas, sifatnya juga tidak memungkinkan untuk diperluas. Satu-satunya jalan keluar adalah mencari upaya yang paling sesuai untuk meningkatkan kemampuan daya tampung lahan yang ada agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar lagi bagi kelangsungan hidup kota yang lebih baik. Maka lahirlah upaya untuk mendaur-ulanglahan kota dengan tujuan untuk memberikan vitalitas baru, meningkatkan vitalitas yang ada atau bahkan menghidupkan kembali vitalitas kota (revitalisasi) yang pada awal mulanya pernah ada, namun telah memudar. Pembangunan di Kabupaten Alor khususnya kota Kalabahi tergolong cepat. Salah satu parameter yang bisa langsung dilihat adalah peningkatan pembangunan fisik baik yang berfungsi sebagai permukiman maupun fungsi-fungsi lain. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan Kabupaten Alor yang mengakibatkan kawasan kotanya menampung berbagai kegiatan yang tidak dapat ditampung seluruhnya. Pada saat ini kecenderungan pembangunan fisik (kantor pemerintahan, perdagangan, permukiman, stadion) mengarah ke luar kota, mendekati bandara di bagian timur kota Kalabahi di satu sisi, disisi lain mulai terasa menurunnya aktivitas di pusat kota lama. Pertumbuhan pusat kegiatan baru di luar kota (kota baru) serta menurunnya aktivitas di kota Kalabahi memerlukan telaah sebagai masukan bagi perencanaan penataan kawasan. Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Elemen fisik kota apa yang terdapat di kawasan pusat kota Kalabahi, yang dapat mendorong aktivitas di kota Kalabahi. 1 Staff Pengajar di Program Studi Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta Perkembangan dan pertumbuhan kota perlu diarahkan untuk menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi kota dengan mengatur intensitas penggunaan lahan, agar kota dapat tumbuh dan berkembang secara lebih terarah dan menciptakan suatu hubungan serasi antara manusia dan lingkungan, tercermin pada pola intensitas penggunaan ruang kota dan bagian wilayah kota. Bentuk kota tidak terlepas dari kondisi struktur fisik yang telah ada, yang mencakup struktur tata ruang dan bentuk bangunan. Penelitian tentang Revitalisasi Kawasan dimaksudkan untuk menemukan konsep penataan dan revitalisasi dari potensi-potensi yang dimiliki kawasan perencanaan, baik dari aspek sosiokultural, sosioekonomi, fisik dan lingkungan, untuk melindungi dan melestarikan kawasan, khususnya kawasan yang pada masa lalu memiliki aktivitas hidup namun pada saat sekarang menurun. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi bentuk dan struktur kota serta kajian sejarah perkembangan kota Kalabahi, disimpulkan ; kampung kerajaan (yang mencakup alun-alun dan pasar lama di kota Kalabahi) merupakan pembentuk struktur kota Kalabahi, dapat dihidupkan kembali sebagai pusat kegiatan kota Kalabahi.

Transcript of 6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

Page 1: 6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

KAMPUNG KERAJAAN SEBAGAI ELEMEN REVITALISASI

KAWASAN PUSAT KOTA KALABAHI

Amos Setiadi1

ABSTRAK

Kata Kunci: Revitaliasi, Kawasan

PENDAHULUAN

Dalam pembangunan kota, suatu rencana tata ruang (spatial planning) berperan sebagai salah satu

perangkat pengelolaan pembangunan kota (urban management) yang memuat arahan pengembangan

dan pemanfaatan fungsi kota. Upaya pengelolaan pembangunan perkotaan tidak terpisahkan dari ruang

(lahan) yang harus dimanfaatkan. Lahan merupakan sumber daya utama kota yang sangat krusial,

disamping semakin terbatas, sifatnya juga tidak memungkinkan untuk diperluas. Satu-satunya jalan

keluar adalah mencari upaya yang paling sesuai untuk meningkatkan kemampuan daya tampung lahan

yang ada agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar lagi bagi kelangsungan hidup kota yang

lebih baik. Maka lahirlah upaya untuk “mendaur-ulang” lahan kota dengan tujuan untuk memberikan

vitalitas baru, meningkatkan vitalitas yang ada atau bahkan menghidupkan kembali vitalitas kota

(revitalisasi) yang pada awal mulanya pernah ada, namun telah memudar.

Pembangunan di Kabupaten Alor khususnya kota Kalabahi tergolong cepat. Salah satu parameter

yang bisa langsung dilihat adalah peningkatan pembangunan fisik baik yang berfungsi sebagai

permukiman maupun fungsi-fungsi lain. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan Kabupaten Alor yang

mengakibatkan kawasan kotanya menampung berbagai kegiatan yang tidak dapat ditampung

seluruhnya. Pada saat ini kecenderungan pembangunan fisik (kantor pemerintahan, perdagangan,

permukiman, stadion) mengarah ke luar kota, mendekati bandara di bagian timur kota Kalabahi di satu

sisi, disisi lain mulai terasa menurunnya aktivitas di pusat kota lama. Pertumbuhan pusat kegiatan baru

di luar kota (kota baru) serta menurunnya aktivitas di kota Kalabahi memerlukan telaah sebagai

masukan bagi perencanaan penataan kawasan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Elemen fisik kota apa yang terdapat di kawasan pusat kota Kalabahi, yang dapat mendorong aktivitas

di kota Kalabahi.

1 Staff Pengajar di Program Studi Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Perkembangan dan pertumbuhan kota perlu diarahkan untuk menciptakan keserasian dan

keseimbangan fungsi kota dengan mengatur intensitas penggunaan lahan, agar kota dapat

tumbuh dan berkembang secara lebih terarah dan menciptakan suatu hubungan serasi antara

manusia dan lingkungan, tercermin pada pola intensitas penggunaan ruang kota dan bagian

wilayah kota. Bentuk kota tidak terlepas dari kondisi struktur fisik yang telah ada, yang

mencakup struktur tata ruang dan bentuk bangunan. Penelitian tentang Revitalisasi Kawasan

dimaksudkan untuk menemukan konsep penataan dan revitalisasi dari potensi-potensi yang

dimiliki kawasan perencanaan, baik dari aspek sosiokultural, sosioekonomi, fisik dan

lingkungan, untuk melindungi dan melestarikan kawasan, khususnya kawasan yang pada masa

lalu memiliki aktivitas hidup namun pada saat sekarang menurun. Penelitian ini menggunakan

pendekatan studi bentuk dan struktur kota serta kajian sejarah perkembangan kota Kalabahi,

disimpulkan ; kampung kerajaan (yang mencakup alun-alun dan pasar lama di kota Kalabahi)

merupakan pembentuk struktur kota Kalabahi, dapat dihidupkan kembali sebagai pusat

kegiatan kota Kalabahi.

Page 2: 6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

METODOLOGI

Kawasan pusat kota Kalabahi di tinjau dari segi keruangan khususnya dengan pendekatan bentuk

dan struktur kawasan. Melalui pembacaan sejarah kota Kalabahi dan kondisi serta permasalahan yang

ada pada kawasan pada masa sekarang, selanjutnya dengan cara deduktif dilakukan analisis dan

penarikan kesimpulan untuk mengungkap apa elemen fisik kota yang perlu diperhatikan dalam

revitalisasi kawasan pusat kota Kalabahi.

REVITALISASI

Revitalisasi kawasan adalah rangkaian upaya untuk menata kawasan yang tidak teratur,

meningkatkan kawasan yang memiliki potensi dan nilai strategis dan mengembalikan vitalitas kawasan

yang telah atau mengalami penurunan, agar kawasan-kawasan tersebut bisa mendapatkan nilai tambah

yang optimal terhadap produktifitas ekonomi, sosial dan budaya kawasan perkotaan.

Revitalisasi kawasan dilakukan melalui pengembangan kawasan-kawasan tertentu yang layak untuk

direvitalisasi baik dari segi setting kawasan sehingga kawasan perkotaan akan lebih terintegrasi dalam

satu kesatuan yang utuh dengan sistem kota, terberdayakan pertumbuhan ruang ekonominya,

meningkatkan prasarana sarana dan kenyamanan lingkungan kota, yang pada akhirnya berdampak pada

peningkatan kualitas hidup masyarakat.

TINJAUAN DAN DAN PEMBAHASAN

Kabupaten Alor adalah salah satu dari 16 Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kabupaten ini merupakan wilayah kepulauan dengan 15 pulau yaitu 9 pulau yang telah dihuni dan 6

pulau lainnya belum atau tidak berpenghuni. Luas wilayah daratan 2.864,64 km², luas wilayah perairan

10.773,62 km² dan panjang garis pantai 287,1 km. Secara geografis daerah ini terletak di bagian utara

dan paling timur dari wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara administrasi wilayah Kabupaten

Alor berbatasan dengan: Sebelah utara adalah Laut Flores, Sebelah Selatan adalah Selat Ombay,

Sebelah timur adalah Selat Wetar dan perairan Republik Timor Leste, dan Sebelah barat adalah Selat

Alor (Kabupaten Lembata). Hingga akhir tahun 2005 telah terjadi pemekaran kecamatan dari 9 menjadi

17 (tujuhbelas) kecamatan.

Gambar 1. Wilayah Kabupaten Alor (Sumber: dokumentasi penulis)

Pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun di Kabupaten Alor tergolong rendah yaitu 0,88 persen.

Mayoritas penduduk Kabupaten Alor bermatapencaharian sebagai petani. Dari distribusi tenaga kerja

Page 3: 6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

terhadap lapangan kerja utama yang ada di Kabupaten Alor, sektor pertanian adalah yang paling tinggi

menyerap tenaga kerja dengan persentase 88,78 persen. Sedangkan sektor lainnya berturut-turut adalah

jasa 10,07 persen; perdagangan 3,58 persen; industri pengolahan 1,41 persen; angkutan 0,89 persen;

pertambangan dan penggalian 0,17 persen; dan jasa lainnya 1,09 persen.

Bentuk dan Struktur Kota Kalabahi

Kawasan dapat dilihat sebagai suatu bentuk interaksi morphologis ruang terbangun dan ruang

terbuka, sebagai jalinan morphologis ruang terbangun dan ruang terbuka. Analisis yang menekankan

pada pola jalinan ruang terbangun dan ruang terbuka, serta mencoba memformulasikan tema

morphologis yang mendasari jalinan tersebut dapat mengungkap elemen primer kawasan dan tema-

tema yang ada di dalamnya.

Melalui analisis bentuk dan struktur kota Kalabahi, dapat diidentifikasi struktur kota dibentuk oleh

hubungan antar aktivitas perdagangan dan jasa, budaya, rekreasi dan permukiman. Derajat pembangkit

kegiatan pada kawasan kota Kalabahi terbentuk dari elemen ”sumbu” yang menghubungkan antara

alun-alun hingga pelabuhan sebagai berikut: Bagian Pertama, terletak di pusat kawasan (kawasan

bersejarah yang merupakan bekas kraton dan alun-alun); Bagian Kedua, merupakan titik pertemuan

antara area perkantoran, pendidikan dan religius; Bagian Ketiga terletak pada simpul pasar lama dan

pantai reklamasi. Ketiga bagian kawasan kota (lama) Kalabahi secara struktur dihubungkan oleh

”sumbu” kawasan. Berdasarkan bagian-bagian pembangkit kegiatan pada kawasan tersebut, maka

pada saat ini, pengembangan nilai dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan menghidupkan

kembali nilai yang dikandung oleh pusat kota Kalabahi ke dalam tema kawasan.

Melalui telaah bentuk dan struktur kota Kalabahi dapat diidentifikasi keberadaan situs kraton, alun-

alun dan pasar lama, serta pelabuhan sebagai elemen primer (primary elements) di pusat kota karena

unsur-unsur kota tersebut ada sejak kota Kalabahi terbentuk, yaitu sebagai kota yang bercikal bakal

dari kraton/kerajaan (beserta alun-alun dan pasar lama) dan pelabuhan (transportasi laut/bahari).

Kemampuan suatu unsur kebudayaan untuk tetap bertahan dalam sudut pandang antropologi

diungkap oleh Linton. Linton, yang membedakan unsur-unsur kebudayaan yang mudah berubah dan

yang sukar berubah bila dihadapkan pada pengaruh asing. Unsur-unsur tersebut dikelompokkan dalam

dua bagian, yaitu bagian inti dari suatu kebudayaan (covert culture) dan bagian perwujudan lahirnya

(overt culture) (Linton, 1936). Bagian inti dari suatu kebudayaan, antara lain; a) sistem nilai-nilai

budaya, b) keyakinan-keyakinan keagamaan yang dianggap keramat, c) tradisi yang dipelajari dalam

proses sosialisasi individu, d) beberapa tradisi yang mempunyai fungsi luas dalam masyarakat. Unsur-

unsur kebudayaan yang lambat berubahnya dan sulit diganti dengan unsur-unsur asing adalah bagian

covert culture. Sedangkan unsur-unsur yang mudah berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur

kebudayaan asing adalah bagian dari overt culture. Teori tersebut membantu dalam menjelaskan

keberadaan oponim kampung kerajaan di kawasan Pusat Kota Kalabahi sebagai elemen primer.

Keberadaanya sebagai elemen primer kawasan kota terkait dengan bentuk dan struktur kawasan

pusat kota Kalabahi di masa lampau hingga saat ini. Kraton sebagai elemen primer kawasan dalam hal

ini merupakan elemen patologis karena pada saat ini keberadaan kraton tetap ada namun tidak lagi

berperan mendorong pertumbuhan kawasan sekitarnya. Pelabuhan sebagai elemen primer pada saat ini

masih berfungsi dengan kegiatan transportasi laut dan menjadi salah satu gerbang kabupaten Alor

selain bandara. Unsur-unsur kawasan tersebut perlu dipertimbangkan sebagai bagian nilai kesejarahan

kawasan kota Kalabahi.

Persoalan keruangan di pusat kota Kalabahi yaitu minimnya lahan datar/rata yang dapat dijadikan

sebagai ruang publik. Reklamasi Pantai yang telah dilakukan merupakan upaya untuk memperoleh

lahan datar namun tidak ditujukan sebagai ruang publik (milik pelabuhan). Fenomena menarik yaitu

meningkatnya aktivitas perdagangan khususnya sektor informal di ruang reklamasi. Tumbuhnya

pedagang kakilima yang menyediakan makanan khas hasil laut merupakan pergeseran aktivitas

kegiatan pedagang kakilima yang semula menempati ruang trotoar dan jalan di sekitar alun-alun.

Page 4: 6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

Gambar 2. Struktur Ruang Kawasan Pusat Kota (lama) Kalabahi

(Sumber: dokumentasi penulis)

Arah kebijaksanaan pembangunan Kota Kalabahi saat ini ditekankan pada upaya-upaya

pengendalian perkembangan kegiatan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan permukiman dan

perdagangan. Peningkatan kebutuhan ruang publik kota direkomendasikan untuk diwadahi sesuai

dengan pembagian zona yang telah ditentukan yaitu bagian kota. Dalam konteks regional, pusat kota

Kalabahi merupakan kawasan yang masuk dalam katagori strategis karena terletak pada jalur utama

sirkulasi kota dan memiliki daya tarik pariwisata melalui potensi wisata bahari (selam).

Peran dan fungsi kawasan kota Kalabahi pada masa lalu menjadi pertimbangan perencanaan fungsi

dan peran kawasan tsb di masa mendatang untuk menghidupkan kembali pusat kota, sebagai berikut :

1. Fungsi Kawasan :

kawasan yang memiliki elemen cagar budaya (heritage) dengan fokus pada objek toponim

”kampung kerajaan”.

kawasan dengan peningkatan pemanfaatan untuk menampung kebutuhan ruang dengan fungsi

komersial (perdagangan dan jasa), fungsi-fungsi pendukung kawasan dan permukiman

campuran

2. Peran Kawasan, dapat dirumuskan sebagai berikut :

kawasan yang merupakan bagian pusat kota dengan katagori kawasan permukiman campuran,

pelayanan, budaya, dan perdagangan regional

Sebagai upaya untuk menghidupkan kembali aktivitas sesuai dengan tingkat kebutuhan dan pelayanan

dari aktivitas masyarakat, perlu mempertimbangkan :

Pada saat ini, kawasan

ini merupakan kawasan

dengan karakteristik

yang khusus sebagai

kota lama

Keberadaan

(bekas) kerajaan

pada kawasan ini

merupakan elemen

primer struktur

kawasan

Struktur kawasan selanjutnya

di perkuat oleh kegiatan

perdagangan, yang didukung

oleh keberadaan pelabuhan

sebagai fasilitas transoptrasi

utama pada masa lalu.

Page 5: 6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

Pengembangan permukiman campuran (pola ekstensifikasi maupun densifikasi) di wilayah

kantong-kantong permukiman yang ada dengan memperhatikan dan menjaga segi kontekstual

bangunan objek cagar budaya di sekitarnya

Penataan Bangunan dan Lingkungan dalam konteks kawasan cagar budaya

Guna Lahan Kawasan Pusat Kota Kalabahi

Guna lahan di kawasan pusat kota Kalabahi sebagian besar digunakan untuk permukiman dan

sisanya untuk penggunaan fungsi-fungsi lainnya seperti perdagangan, perkantoran, jalan dan jalur

hijau, lapangan terbuka, dan peribadatan. Pola perkembangan Pusat Kota Kalabahi diidentifikasikan

sebagai pola intensif (pemadatan) dan pola ekstensif (perluasan) dengan pola campuran antara Linier

(mengikuti jalur sirkulasi utama), Grid (terbentuk oleh formasi jalan) dan Kipas (fan shape

development, terbentuk oleh kondisi topografis perbuktian dan dilatari laut/pantai). Perubahan pola

intensif terjadi pada bagian kota khususnya di kawasan yang dianggap sebagai Central Bussiness

District (CBD) seperti di segmen jalan sekitar pelabuhan hingga pantai reklamasi. Sedangkan pola

ekstensif terjadi di bagian pantai dengan elemen utama pantai reklamasi.

Mengacu pada Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten Alor Tahun 2005-

2009, Pemerintah Kabupaten Alor merumuskan strategi pembangunan daerah yang disebut “Gerakan

Kembali ke Desa Pertanian dan Kelautan” (GERBADESTAN). Melalui GERBADESTAN

diharapkan bahwa meningkatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya partisipasi masyarakat,

meningkatnya aksesibilitas masyarakat dan berkembangnya relasi sosial dan budaya yang produktif

dan harmonis merupakan akumulasi kinerja pembangunan dari pelbagai tujuan dan sasaran

pembangunan sebagaimana telah dikemukakan di atas. Kinerja pembangunan tersebut bertumpu pada 4

(empat) pilar pemberdayaan yang menjadi agenda pembangunan daerah kabupaten Alor tahun 2005-

2009. Keempat kinerja pembangunan yang direncanakan diperoleh dari strategi GERBADESTAN

sebagaimana dikemukakan di atas adalah prasyarat yang harus diciptakan untuk mewujudkan apa yang

menjadi Visi dan Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Alor.

Intensitas pemanfaatan ruang kawasan Pusat Kota (lama) Kalabahi perlu mempertimbangkan :

a. Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan.

Macam pemanfaatan ruang kawasan ada yang membutuhkan ruang yang cukup luas, menengah

dan sempit. Demikian juga dengan tingkat aksesibilitas yang dapat dibedakan menjadi tinggi,

sedang dan rendah.

b. Potensi dan Kendala

Potensi dan keterbatasan yang ada mengarahkan pada pengaturan intensitas pemanfaatan ruang

atas kepadatan bangunan dan tinggi bangunannya, sehingga diperoleh potensi pengembangannya

baik dalam hal peningkatan kegiatan ataupun dalam hal ketersediaan lahan / ruang datar dan

ruang terbuka.

c. Nilai Ekonomis Lahan.

Tata nilai ekonomis ruang kawasan dipengaruhi oleh tata letaknya. Nilai ekonomis tertinggi

terdapat pada lahan di pusat kawasan Pusat Kota (lama) Kalabahi, semakin keluar menjauhi

pusat Kota Lama Kalabahi akan semakin berkurang nilainya. Arahan perumusan rencana

kepadatan yang tinggi terletak pada daerah pusat-pusat aktivitas dan semakin berkurang / rendah

di daerah pinggiran Kota (lama) Kalabahi.

d. Sebaran Objek Cagar Budaya

Kawasan Kota (lama) Kalabahi merupakan kawasan permukiman, perdagangan, dan budaya,

dengan berbagai fungsi dan peruntukan bangunan baik di masa lalu maupun pada masa kini.

Disamping objek secara fisik juga terdapat objek non fisik (seni-tradisi) dan toponim (kampung

Kerajaan).

e. Aspek Arsitektural

Pada kawasan Pusat Kota (lama) Kalabahi terdapat beberapa bangunan lama dengan berbagai

langgam dan fungsi. Berdasarkan fungsi dan peran bangunan pada hakekatnya dapat

dikelompokkan menjadi kompleks kampung kerajaan, rumah rakyat dan fasilitas umum.

Page 6: 6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

Sedangkan dari sisi langgam arsitektur dapat dibedakan menjadi bangunan tradisional dan

modern.

Tata Bangunan pada Kawasan Pusat Kota Kalabahi

Penataan kawasan pusat kota Kalabahi, dalam rangka menghidupkan kembali aktivitas kawasan

mempertimbangkan antara lain :

1. Elemen yang terdapat pada kawasan didorong untuk semakin potensial dalam

menghidupkan kawasan tersebut.

2. Meningkatkan fungsi kawasan yang saat kini mulai menurun vitalitasnya dan yang belum

berkembang sebagai kawasan tumbuh di area pantai reklamasi dan kawasan Budaya (taman

kota Kalabahi).

3. Optimalisasi fungsi kawasan kota dengan menyiapkan dan mengatur pemanfaatan ruang,

baik ruang publik maupun privat. Meningkatkan identitas dan citra kawasan melalui

penataan bangunan dan lingkungan, sehingga tercipta suatu kawasan dengan penekanan

pada pelayanan kepariwisataan, permukiman campuran dan perdagangan skala regional.

Pengembangan tata bangunan pada kawasan pusat kota Kalabahi mempertimbangkan:

Upaya mengembalikan vitalitas pusat kota Kalabahi

Upaya penyebaran tingkat konsentrasi aktivitas di perkotaan dan sebagai pusat pertumbuhan sesuai

dengan tingkat kebutuhan.

Mendukung konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Pengembangan permukiman campuran di wilayah kantong-kantong permukiman yang ada dengan

memperhatikan kondisi sosial

Penataan Bangunan yang meliputi aspek fisik dan non fisik sesuai dengan peruntukan dan

pemanfaatan ruang yang telah ditentukan.

Tata bangunan pada kawasan kota Kalabahi mempertimbangkan persoalan yang diperkirakan akan

timbul di masa mendatang. Hal ini dilakukan dengan cara mempertimbangkan potensi-potensi yang

dimiliki baik fisik, ekonomi maupun sosial-budaya.

Kecenderungan perkembangan pemanfaatan ruang yang terjadi menunjukkan perkembangan yang

stagnan dan cenderung menurun kualitasnya dan sporadis. Keadaan tersebut lambat laun berakibat

pada berkurangnya kualitas ruang, dan bahkan tidak efektif dan efisien. Oleh sebab itu pengendalian

tata bangunan di kawasan pusat kota Kalabahi dapat menjaga agar pemanfaatan ruang kawasan dapat

berlangsung secara optimal dalam suatu tatanan yang berkesinambungan.

Fungsi dan Peran Kawasan

Dalam konteks regional, kawasan pusat kota Kalabhi merupakan kawasan yang masuk dalam

katagori menurun vitalitasnya. Dalam posisinya yang berada di jalur yang sangat strategis sebagai

pusat kota, terhubung antara pelabuhan laut dan rencana pusat pemerintahan (lokasi baru) serta

bandara, maka fungsi dan peran kawasan di masa mendatang adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Kawasan :

kawasan dengan peningkatan pemanfaatan untuk menampung kebutuhan ruang untuk fungsi

perdagangan dan jasa, fungsi-fungsi pendukung kawasan dan permukiman campuran

sebagai kawasan budaya dengan fokus pada objek fisik dan non fisik

2. Peran Kawasan :

pengembangan pusat kota (lama) Kalabahi dengan kategori kawasan budaya dan penekanan

pada fungsi pelayanan budaya, dan perdagangan regional

peran kawasan dalam tiga kategori karakter penting, yaitu:

- kawasan civic centre, yaitu zona perkantoran, militer, pendidikan dan peribadatan, dibagian

utara inti Kota Lama Kalabahi, pada sepanjang jalan Dr. Sutomo dan jalan A. Yani, dari

kompleks GMIT hingga lapangan OR

- kawasan culture centre – public amenitiy, pada bagian tengah Kota Lama Kalabahi yaitu

open space (lapangan OR) dan taman kota serta toponim kampung kerajaan.

Page 7: 6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

- kawasan business centre, yaitu zona perdagangan dan jasa, berupa pertokoan, pergudangan,

pasar, hotel, restaurant dan sektor informal (PKL) dsb., yang berada pada zona sepanjang

koridor jalan RE. Martadinata (Gambar 3 s/d gambar 9).

Gambar 3. Segmen kawasan Alun-alun (Sumber: dokumentasi penulis)

Page 8: 6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

Gambar 4. Segmen kawasan Jalan Dr. Sutomo dan Jalan A. Yani (Sumber: dokumentasi penulis)

Page 9: 6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

Gambar 5 & 6. Segmen Jalan A.Yani, D.Sartika dan RA.Kartini (Sumber: dokumentasi penulis)

Page 10: 6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

Gambar 7 & 8. Segmen Jalan Pelabuhan (Sumber: dokumentasi penulis)

Page 11: 6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

Gambar 9. Segmen Jalan Pelabuhan (Sumber: dokumentasi penulis)

Page 12: 6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

Menghidupkan kembali aktivitas dan bangunan pada kawasan pusat kota Kalabahi perlu

mempertimbangkan aspek konservasi. Aspek konservasi tersebut tidak terbatas pada penyelesaian

persoalan fisik saja, melainkan merupakan penggabungan antara fisik dan non fisik yang meliputi seni,

tradisi dan budaya yang berkembang pada masyarakat. Aspek ini diharapkan dapat dipakai sebagai

pendorong hidupnya aktivitas di sekitar kawasan meskipun dengan skala kegiatan yang lebih kecil.

Pada akhirnya, diharapkan akan tercipta suatu kondisi kawasan inti, pusat kota Kalabahi sebagai

pusatnya dan kawasan penyangga dengan kegiatan-kegiatan pendukungnya menyatu membentuk

karakteristik ruang yang terpadu.

Struktur ruang kota Kalabahi dijaga oleh pembagian antara kawasan inti dan kawasan penyangga,

penyebaran dan karakteristik objek fisik bangunan cara budaya (heritage), penyebaran dan karakteristik

dari potensi objek non fisik, toponim dan penggal-penggal ruas jalan yang membentuk struktur

kawasan.

Kawasan Toponim kampung kerajaan dibatasi oleh Jalan RE Martadinata pada sisi selatan dan Jalan

Dr. Sutomo, merupakan poros utama pembentuk karakteristik kawasan. Jalan Dr.Sutomo diwarnai

dengan bangunan-bangunan berlanggam modern pada bagian utara, pada sisi timur merupakan ruang

terbuka dan bank. Pada sisi selatan terdapat sebaran bangunan modern tidak bertingkat yang

merupakan fungsi tempat ibadah dan penginapan.

Kawasan pusat kota Kalabahi di bagian selatan memiliki potensi aktivitas komersial/perdagangan,

menjadi bagian yang diharapkan dapat memperkuat dan menghidupkan kawasan kota Kalabahi. Lahan

pantai reklamasi yang berkembang menjadi pusat jajan (pedagang kakilima) dipertahankan (melalui

penataan) sebagai magnet-magnet ikutan (supporting activity) yang dapat memperkuat revitalisasi

kawasan, serta sebagai penggerak dari tumbuh dan berkembangnya tata ruang pada setiap bagian Pusat

Kota (lama) Kalabahi.

Karakteristik objek Bangunan Cagar Budaya (BCB) yang ada di kawasan Pusat Kota (lama)

Kalabahi dapat di kelompokkan berdasarkan :

a. Typologi bangunan seperti bangunan bangunan rumah tinggal baik yang bercorak lama

(tradisional maupun baru/modern, bangunan Kolonial dan bangunan fasilitas umum

b. Lokasi dan letak bangunan cagar budaya

c. Lokasi dan letak toponim kampung kerajaan

Kawasan inti pusat kota Kalabahi terbentuk oleh keberadaan bekas kraton dan alun-alun serta

permukiman disekitarnya (kampung kerajaan), Pasar lama, dan Pelabuhan. Kegiatan-kegiatan yang

berlangsung pada area ini merupakan kegiatan yang terkait dengan kebudayaan dan dalam konteks

upaya-upaya pemberdayaan objek bangunan cagar budaya (BCB) dan kegiatan perdagangan serta jasa.

Upaya-upaya untuk mengembangkan citra kejayaan kawasan pada masa lalu dengan cara menjadikan

kampung kerajaan (heritage) sebagai pusat toponim.

Kawasan pusat kota Kalabahi dapat dikembangkan sebagai pusat kegiatan yang berhubungan

dengan kebudayaan, sedangkan kawasan penyangga (supporting area) nantinya diharapkan dapat

menjadi berkembang sejalan dengan kawasan inti dan sesuai dengan karakteristik dari masing-masing

objek cagar budaya baik fisik maupun non fisik.

Dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan bangunan cagar budaya, tentunya tidak bisa

dilepaskan dari perkembangan pemanfaatan ruang yang telah dan sedang terjadi pada saat kini dan

Rencana Tata Ruang Kota Alor. Dalam kondisi saat ini yang terlihat menurun, jalan keluar yang dapat

dilakukan adalah bagaimana mengupayakan agar tercipta suatu kompromi yang tidak saling

merugikan, melainkan bersifat saling melengkapi antara satu kepentingan konservasi (heritage) dengan

kepentingan komersial dan pengembangan yang lain (pariwisata). Tujuannya tidak lain adalah

terciptanya suatu kawasan kota yang hidup, menampung aktivitas dan kebutuhan ruang perkotaan

untuk waktu yang akan dating sesuai dengan kebutuhan.

Prinsip konservasi pada suatu kawasan lama tidak berarti bahwa kawasan (dan bangunan di

dalamnya) sekedar dikembalikan ke bentuk dan fungsi aslinya semata-mata. Suatu kawasan lama bila

Page 13: 6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

hanya sekedar dilestarikan tanpa “suntikan” fungsi-fungsi baru yang tanggap terhadap tuntutan

kebutuhan masa kini, justru yang akan terjadi adalah proses penghancuran secara perlahan-lahan. Bisa

saja di dalam kawasan lama tersebut bangunan-bangunan yang ada beralih fungsi ataupun dirombak

dan dimodifikasi susunan tata ruangnya dengan tujuan agar bisa menghasilkan keuntungan finansial

untuk merawat vitalitas kawasan itu sendiri. Dengan kata lain, kepentingan budaya perlu dipadukan

dengan kepentiungan ekonomi.

Dengan mempertimbangkan karakteristik kawasan sebagai salah satu kawasan yang telah ditetapkan

sebagai kawasan bersejarah (cagar budaya) dengan potensi dari berbagai ragam objek cagar budaya

baik fisik maupun non fisik yang tersebar pada kawasan kota Kalabahi, serta kecenderungan

pemanfaatan ruang kawasan, maka ditetapkan beberapa prioritas fungsi sebagai berikut :

Fungsi Cagar Budaya, diarahkan pada kampung Kerajaan. Kegiatan-kegiatan yang akan

dikembangkan pada area tersebut harus terkait dan mempunyai tingkat hubungan dengan

pengembangan kebudayaan yang telah berkembang di lingkungan pusat kota Kalabahi.

Pada area tersebut juga terdapat beberapa peninggalan Toponim yang sangat kental dengan

nuansa historis pada masa lalu yang terkait dengan eksistensi keberadaan kota Kalabahi

sebagai kawasan inti. Bangunan-bangunan bekas kraton, alun-alun dan toponim diarahkan

sebagai daya tarik pengembangan aktivitas dalam upaya pengembangan tata ruang kawasan.

Fungsi Perdagangan, diarahkan pada sepanjang Jalan RE Martadinata, Jalan Tenggiri,

Jalan Cakalang, Jalan Mujahir. Bangunan-bangunan di bagian sisi jalan tersebut, meskipun

tidak memiliki karakteristik khas langgam arsitektur, diharapkan dapat memperkuat citra

kawasan dengan berbagai ragam fungsi bangunan baik fungsi permukiman maupun fungsi-

fungsi komersial, perdagangan, dan jasa.

Fungsi Permukiman Campuran, dipertahankan pada kawasan disekitar pantai reklamasi.

Kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan pada bagian ini dapat dikembangkan

sebagai penunjang pariwisata pantai dan dapat membentuk suatu sentra perdagangan khas

hasil tangkapan laut.

Fungsi Peribadatan, Pendidikan, dan Perkantoran, dipertahankan pada bagian utara

pusat kota Kalabahi.

KESIMPULAN

Struktur ruang kawasan pusat kota Kalabahi terbentuk dari adanya kawasan inti sebagai pusat

kawasan pusat kota Kalabahi. Kawasan inti merupakan bagian kawasan yang memiliki eleven-elemen

primer kawasan, yang keberadaannya merupakan cikal-bakal terbentuknya kawasan pusat kota

Kalabahi. Penentuan kawasan inti diungkap melalui sejarah kota Kalabahi, yang dimulai dengan

keberadaan suku-suku dan dipimpin oleh raja sehingga saat ini dapat dijumpai situs kampung kerajaan,

yang terdiri atas bekas kraton, alun-alun dan pasar lama serta permukiman penduduk.

Berkembangnya permukiman diperkuat oleh keberadaan pelabuhan sebagai elemen pendorong

perkembangan kawasan pada masa berikutnya, demikian pula pada segi perekonomian. Dengan

demikian, kampung kerajaan, bekas kraton, pasar lama dan pelabuhan merupakan elemen primer

kawasan pusat kota Kalabahi. Struktur kawasan juga dapat diidentifikasi melalui keberadaan jalan yang

dari segi pola dan dimensinya cukup kuat sebagai elemen pembatas dan pembentuk ruang kawasan,

meliputi jalan RA Kartini, jalan Dewi Sartika, jalan Dr. Sutomo, Jalan Ahmad Yani, dan jalan RE

Martadinata.

Pada area sekitar elemen primer kawasan, merupakan daerah penyangga yang terdiri atas

fungsi. Untuk menghubungkan antara masing-masing area diperlukan suatu perencanaan pergerakan

berbagai aktivitas dan infrastruktur pendukungnya.

Fleksibilitas fungsi ruang pada kawasan pusat kota Kalabahi ditujukan khususnya pada

penggunaan ruang pada saat ini, namun dengan menyelaraskan sesuai dengan ketentuan/rencana yang

sudah ada dengan tetap berorientasi pada tujuan menghidupkan kembali (revitalisasi) aktivitas kawasan

melalui elemen primer kota, kampung kerajaan.

Page 14: 6-Jurnal Revitalisasi Kota Kalabahi-Amos Setiadi

DAFTAR PUSTAKA

Rossi, Aldo (1982) The Architecture of te City, The MIT Press, Cambrigde

Bacon, Edmund N (1976) Design of Cities, Thames and Hudson, London

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata

Perdesaan, 2004, Pedoman Teknis Penataan dan Revitalisasi Kawasan

Linton, Ralph., 1936, The Study of Man; An Introduction, New York: Appleton Century Crofts, Inc

Pemerintah Kabupaten Alor, Rencana Strategis Pembangunan Daerah 2005-2009

Trancik, Roger (1986) Finding Lost Space, Van Nostrand Reinhold, New York, USA