6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

14
Ahwan Fanani, Bank Air Susu Ibu (ASI) dalam Tinjauan Islam (83-96) 83 BANK AIR SUSU IBU (ASI) DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM Ahwan Fanani Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Jl. Walisongo No. 3-5 Ngaliyan Semarang Telp. 0247624334 / 0247604554 Fax: 024-7601293 E-mail: [email protected] Abstract: The phenomenon of modernity bring with it social changes, some of which are related to family structure. The open of public career for women leads to the broader role of women to participate in public work and to leave their domestic rule. The change has impact to the interpretation of Islamic teachings as well. The nature of Islamic teaching is closely related to social engineering and social control so that any social change will consequently challenge islamic experts (ulama) to formulate Islamic preceipt to meet moslem needs to deal with the new situation. One issue that raises the interest of ulama recently is human milk bank. Human milk bank is a system of providing and transferring donored human milk to those who need it, especially new infants. The system – having been devel- oping in developed-West countries for nearly one century— is now creeping into islamic society and raise the question on its compatibility to Islamic law. The paper is aimed to provide answer in the light of Islamic law to the question.Human Milk Banking may be categorize as branch law (furu’) due to the absent of dalil on it. However, there are abun- dant of dalils (Islamic legal sources) related to breastfeeding and to donor as well as transaction law. From the analysis and induction the the dalils, it can be inferred that basically Human Milk Banking is allowed according to Islamic law because there is not againts any dalil and muamalah (human relation) is basically allowed as far as no prohibitation. The permission if human milk banking does not mean that all processes employed by the bank are allowed as well. Breastfeeding to infant, in Islamic law, has impact of the relation between milk-owner mother and the baby in which all marriage between both or between the baby with some of milk-owner mother’s relatives is forbid- den. Therefore, the system of human milk bank has to fullfill several conditions, namely identity clairty and safety. Key words: human milk banking, Islamic law, human relation. Abstrak: Modernitas mengakibatkan terjadinya perubahan sosial, termasuk di kalangan umat Islam. Salah satu pranata sosial yang mendapatkan pengaruh dari perubahan tersebut adalah pranata keluarga. Perubahan sistem keluarga dari keluarga besar ke dalam sistem keluarga inti dan partisipasi wanita dalam ranah publik menjadi salah satu wajah perubahan pranata keluarga akibat modernisasi. Hal tersebut berdampak pula terhadap pemahaman ajaran Islam. Ajaran Islam sebagai petunjuk bagi umat manusia dituntut untuk mampu menjawab berbagai persoalan sosial agar fungsinya untuk rekayasa dan kontrol sosial tetap berjalan. Salah satu problem yang muncul belakangan ini adalah mengenai bank Air Susu Ibu (ASI). Bank Asi adalah sistem untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyalurkan air susu dari ibu-ibu yang kelebihan air susu kepada anak (bayi) yang kekurangan susu ibu atau memiliki problem kesehatan tertentu. Bank ASI telah berkembang

Transcript of 6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

Page 1: 6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

Ahwan Fanani, Bank Air Susu Ibu (ASI) dalam Tinjauan Islam (83-96) 83

BANK AIR SUSU IBU (ASI) DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

Ahwan FananiFakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

Jl. Walisongo No. 3-5 Ngaliyan Semarang Telp. 0247624334 / 0247604554Fax: 024-7601293

E-mail: [email protected]

Abstract: The phenomenon of modernity bring with it social changes, some of which arerelated to family structure. The open of public career for women leads to the broader roleof women to participate in public work and to leave their domestic rule. The change hasimpact to the interpretation of Islamic teachings as well. The nature of Islamic teaching isclosely related to social engineering and social control so that any social change willconsequently challenge islamic experts (ulama) to formulate Islamic preceipt to meet moslemneeds to deal with the new situation. One issue that raises the interest of ulama recently ishuman milk bank. Human milk bank is a system of providing and transferring donoredhuman milk to those who need it, especially new infants. The system – having been devel-oping in developed-West countries for nearly one century— is now creeping into islamicsociety and raise the question on its compatibility to Islamic law. The paper is aimed toprovide answer in the light of Islamic law to the question.Human Milk Banking may becategorize as branch law (furu’) due to the absent of dalil on it. However, there are abun-dant of dalils (Islamic legal sources) related to breastfeeding and to donor as well astransaction law. From the analysis and induction the the dalils, it can be inferred thatbasically Human Milk Banking is allowed according to Islamic law because there is notagaints any dalil and muamalah (human relation) is basically allowed as far as noprohibitation. The permission if human milk banking does not mean that all processesemployed by the bank are allowed as well. Breastfeeding to infant, in Islamic law, hasimpact of the relation between milk-owner mother and the baby in which all marriagebetween both or between the baby with some of milk-owner mother’s relatives is forbid-den. Therefore, the system of human milk bank has to fullfill several conditions, namelyidentity clairty and safety.

Key words: human milk banking, Islamic law, human relation.

Abstrak: Modernitas mengakibatkan terjadinya perubahan sosial, termasuk di kalanganumat Islam. Salah satu pranata sosial yang mendapatkan pengaruh dari perubahantersebut adalah pranata keluarga. Perubahan sistem keluarga dari keluarga besar kedalam sistem keluarga inti dan partisipasi wanita dalam ranah publik menjadi salah satuwajah perubahan pranata keluarga akibat modernisasi. Hal tersebut berdampak pulaterhadap pemahaman ajaran Islam. Ajaran Islam sebagai petunjuk bagi umat manusiadituntut untuk mampu menjawab berbagai persoalan sosial agar fungsinya untuk rekayasadan kontrol sosial tetap berjalan. Salah satu problem yang muncul belakangan ini adalahmengenai bank Air Susu Ibu (ASI). Bank Asi adalah sistem untuk mengumpulkan, mengolah,dan menyalurkan air susu dari ibu-ibu yang kelebihan air susu kepada anak (bayi) yangkekurangan susu ibu atau memiliki problem kesehatan tertentu. Bank ASI telah berkembang

Page 2: 6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 201284

PENDAHULUAN

Hukum Islam (utamanya fikih) adalah ilmuyang matang yang menjembatani antara alamteks (manqul), alam sosial, dan logika (ra’y)sehingga menjadi ilmu yang mapan. Dialektikaantara manqul dengan ra’yu/ma’qul dalamkonteks sosial itulah yang membuat hukum Is-lam mengalami dinamika dalam sejarahperkembangannya. Faktor sosial atau kontekspun turut mempengaruhi terjadinya dialektikatersebut karena sejak kemunculannya Islamadalah respon dari situasi sosial. Hukum-hukumIslam pun sebagian lahir dari respon terhadapkondisi sosial yang ada. Hal itu mengindikasikanbahwa perubahan atau perkembangan hukumIslam turut pula dipengaruhi oleh perubahan danperkembangan sosial.

Salah satu perkembangan sosial yangterjadi dan paling besar mendapatkan perhatiandalam hukum Islam adalah masalah (hukum)keluarga. Ayat-ayat hukum dalam al-Quran yang

cukup detail uraiannya dibandingkan denganpersoalan hukum lain adalah menyangkut hukumkeluarga tersebut, seperti pernikahan danwarisan. Itu menunjukkan bahwa al-Quransangat memperhatikan persoalan keluargakarena keluarga adalah benteng dari pranata-pranata sosial lain, seperti pendidikan, agama,hukum, dan pemerintahan. Ketika al-Quranmemberikan perhatian besar terhadap persoalankeluarga, maka persoalan keluarga memiliki artipenting bagi umat Islam dan patut mendapatkanperhatian kelestarian dan kemaslahatannya.

Saat ini pranata keluarga telah mengalamipergeseran akibat perubahan sosial. Pergeserantersebut disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah modernisasi. Modernisasi danpembangunan mengakibatkan terjadinyaperubahan wajah keluarga. Perubahan pertamaadalah bergesernya sistem extended family(keluarga besar) menjadi nucleur familiy(keluarga inti).1 Sistem keluarga besar banyak

lama di dunia Barat dan mulai masuk dan dikenal di kalangan masyarakat muslim.Keberadaan bank ASI menimbulkan pertanyaan dari sebagian kalangan muslim mengenaikeabsahannya menurut hukum Islam. Makalah ini mencoba untuk memberikan tinjauanterhadap bank ASI menurut hukum Islam.Persoalan bank ASI dalam hukum Islam dapat dikategorikan sebagai persoalan furukarena tiadanya dalil langsung yang mengacu kepada sistem tersebut. Bank ASIsebenarnya hanya sarana untuk donor ASI, meskipun tidak tertutup kemungkinan bankASI dijalankan secara komersial. Berdasarkan tinjauan terhadap hukum-hukum pokokyang terkait dengan penyaluran ASI, yaitu hukum radla’ah (penyusuan) dan muamalah(jual beli/ hibah) tampak bahwa penyaluran ASI adalah praktek yang mubah. Hanyasaja penyaluran ASI menimbulkan dampak hukum, yaitu adanya hubungan hukum antarabayi penerima dan ibu pemberi ASI. Oleh karena itu, kebolehan bank ASI diikuti dengansyarat-syarat untuk menjamin tidak dilanggarnya larangan pernikahan dan terjadikejelasan hubungan antara bayi penerima dengan ibu pemberi susu dan kerabatnyayang secara langsung terkena dampak hukum dari hubungan persusuan.

Kata kunci: bank ASI, hukum Islam, muamalah.

1Keluarga inti (nuclear family), menurut Murdock, adalah sistem keluarga yang terdiri atas dua atau lebihorang dewasa yang berbeda jenis kelamin dan hidup serumah dalam hubungan seksual yang diakui masyarakatdengan satu atau lebih anak kandung atau anak angkat.Keluarga inti umumnya adalah keluarga dua generasiyang hidup satu rumah. Sementara keluarga besar adalah keluarga dari lebih dari dua generasi yang tinggal disatu tempat tinggal yang sama. Sebagaimana dijelaskan ulang oleh Malcolm Waters and Rodney Crook, SociologyOne. (Melbourne: Longman Cheshire. 1990), hlm. 145-158.

Page 3: 6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

Ahwan Fanani, Bank Air Susu Ibu (ASI) dalam Tinjauan Islam (83-96) 85

dianut dalam masyarakat tradisional, termasukdi dunia Arab masa Nabi Muhammad. Keluargabesar terdiri atas suami, isteri, anak, bapak, ibu,paman, bibi, anak paman, sampai kepada cucu,sedangkan keluarga inti hanya terdiri atas ayah,ibu, dan anak.

Perubahan kedua adalah status dan peranakibat tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup danaspirasi emansipasi wanita. Saat ini peranpencari nafkah dan peran hubungan sosial danpublik tidak hanya menjadi monopoli laki-laki.Perempuan tidak lagi hanya berperan dalamurusan dapur, sumur, dan kasur, tetapi juga turutberkarir dalam berbagai lapangan kerja danmeninggalkan sebagian kekuasaan domestik-nya.

Realitas tersebut tentu tidak bisa ditolakbegitu saja atau dibiarkan tanpa tuntunan hukumIslam. Hukum Islam memiliki fungsi sebagaisarana untuk melakukan social engineering(rekayasa sosial) dan social control (kontrolsosial)2 sehingga hukum Islam pun perlumerespon berbagai persoalan keluarga agarhidup keluarga berada dalam garis tuntutanagama meskipun telah mengalami transformasi.Itu berarti hukum Islam harus menjawabpersoalan aktual keluarga dengan menjembataniantara idealitas nilai agama dan realitas sosialyang ada.

Salah satu persoalan mengenai keluargayang saat ini perlu mendapatkan jawaban hukumIslam adalah mengenai bank air susu ibu (bankASI). Bank ASI saat ini muncul sebagai akibatdari perubahan sistem keluarga yang membuatkaum ibu turut terjun dalam dunia kerja dandunia karir dan akibat peningkatan kesadaran

mengenai arti penting susu ibu bagi perkembang-an anak. Kebutuhan terhadap bank ASI bisajuga muncul karena faktor medis atau fisik,seperti adanya penyakit tertentu atau susu ibutidak keluar secara lancar. Di satu sisi munculhambatan untuk menyusui anak dan di sisi lainkebutuhan dan kesadaran terhadap pentingnyaASI meningkat.

Artikel ini mencoba memberikan rumusanjawaban atas persoalan bank ASI dalamperspektif hukum Islam. Jawaban tersebut bisamenjadi pemicu dalam diskusi mengenai statushukum bank ASI menurut hukum Islam.

SEKILAS MENGENAI BANK ASI

Sebelum melangkah kepada pembahas-an hukum bank ASI terlebih dahulu perludiperjelas secara konseptual apakah yang di-maksud dengan Bank ASI. Prosedur ini adalahprosedur umum dalam istimbath hukum Islamklasik, yang telah diinspirasi oleh logika, dalammembuat proposisi mengenai kesimpulanhukum. Proposisi Bank ASI halal, Bank ASIharam, Bank ASI mubah, atau Hukum BankASI perlu ditafsil (dirinci) hukumnya seyogyanyaberangkat kejelasan konsep (tasawwur) yangmembangun proposisi tersebut. Kesahihankesimpulan hukum ditentukan oleh kesahihanproposisi dan kesahihan proposisi dibangun diatas kejelasan konsep.3 Prosedur tersebut tentutidak bisa dilepaskan dari pemahaman dalilsecara bayani (beradasarkan analisis dalalahnas) karena hukum Islam pada dasarnya digalidari dalil syar’i,4 dengan tidak meninggalkankejelasan persoalan yang dikaji. Oleh karena

2Kontrol sosial adalah sistem untuk mengembalikan orang yang “menyimpang” agar sejalan dan menyesuaikandiri dengan sistem atau nilai sosial. Lihat penjelasan lebih lanjut dalam Ibid., hlm. 109-112.

3Lihat uraian mengenai relasi konsep, definisi, proposisi dan silogisme serta penggunaannya dalam hukumIslam dalam Abu Hamid al-Ghazali, Al-Mustashfa fi Ilm al-Ushul. (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1993), danIbnu Qudamah, Rawdah al-Nazir wa Jannah al-Munazir. (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 1994).

4Untuk disebut sebagai hukum syar’i suatu hukum harus didasarkan atas dalil syar’i. Hukum yang tidakberasal dari dalil syar’i melainkan berasal dari dalil akal semata disebut dengan dalil akli, dan kalau berasal daridalil kebiasaan dan tradisi semata, maka disebut sebagai dali addi. Lihat al-Dusuki, Hasyiyah al-Dusuki alaUmm al-Barahin Syarh al-Sanusi. (Beirut: Dar al-Kutub a-Ilmiyyah, 2008), hlm. 43-44.

Page 4: 6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 201286

itu, bank ASI perlu diungkap terlebih dahuluhakekat dan wujudnya agar pembahasanmengenainya berangkat dari konteks yang jelaspula.

Istilah Bank ASI (Human Milk Bank)mengacu kepada sistem penyediaan ASI bagibayi yang prematur maupun tidak prematur yangibunya tidak memiliki ASI cukup atau tidak bisamenyusui karena satu alasan. Bank ASI yangberjalan selama ini umumnya menerima ASIdonor, atau ASI yang dihibahkan olehpemiliknya, yaitu ibu atau perempuan yangkelebihan ASI.5 Bank ASI ini awalnyaberkembang di wilayah Amerika Utara, yaituAmerika Serikat, Meksiko, dan Kanada.Asosiasi Bank ASI telah berdiri pada tahun1985 dengan nama The Human Milk Bank-ing Association of North America(HMBANA). Asosiasi tersebut dimaksudkanuntuk menyediakan panduan profesional bagipelaksanaan, pendidikan, dan penelitianmengenai Bank ASI di Amerika Serikat,Kanada and Meksiko. Asosasi merupakankelompok penyedian layanan kesehatan yangberisifat multidisipliner yang mempromosikan,menjaga, dan mendukung donor Bank ASI danmenjadi perantara antara Bank-Bank ASIdengan lembaga pemerintah. Asosiasi tersebutmemiliki sekitar 11 anggota Bank ASI.6

Keberadaan Asosiasi Bank ASI AmerikaUtara tersebut merupakan bukti bahwa bankASI telah berkembang pada tahun 1980-anyang kemudian mengalami perkembangan pesatpada tahun 1990-an. HMBANA kemudianmembuat prosedur penanganan donor ASI.

Prosedur yang dibuat oleh HMBANA antaralain untuk menjaga kualitas ASI dari pendonorsampai ke tangan yang membutuhkan.Langkah-langkah tersebut adalah:1. Identifikasi dan screening donor, termasuk

sejarah rinci penyakit dan tes darah2. Susu hibah dikirimkan kepada bank ASI

dalam kondisi membeku3. Susu kemudian dicairkan dan dicampurkan

dengan sisi dari donor lainnya4. Susu diseterilkan pada suhu suhu 62,5 o

celcius selama 30 menit5. Bakteri yang bermanfaat dibiakkan untuk

menjamin hasil sterelisasi6. Analisis kandungan susu, seperti lemak,

karbohidrat, dan laktosa7. Susu yang steril dibekukan pada suhu 20o

celcius.8. Susu disalurkan dengan resep dokter.

Biaya yang dikenakan sesuai dengan biayaproses dan pengiriman. Pendonor tidakmemperoleh ganti uang.7

Praktek screening dan tes darah rutinbagi pedonor juga dipraktekkan di Norwegia.Pedonor setiap tiga bulan dites dari kemungkin-an terjangkit virus HIV, Hepatitis B dan C,CMV, dan virus leukimia (HTLV) 1 dan 2. BankASI harus memiliki sistem untuk melacak arusdonor susu dari pedonor kepada penerima,namun Bank ASI merahasiakan identitaspedonor dan penerima.8

Meskipun ada prosedur ketat dalamhibah proses, tapi praktek donor asi terus ber-jalan. Keberadaan bank ASI terus bertambahsejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan

5FDA Working Group. “Backgrounder on Banked Human Milk.” Dalam www.fda.govdown loadsAdvisoryCommitteesCommitteesMeetingMaterialsPediatricAdvisoryCommitteeUCM235642.pdf diunduh tanggal 25 Juni2012

6Jan Kennaugh MD1 and Laraine Lockhart-Borman, “The Increasing Importance of Human Milk Banks.” E-Journal of Neonatology Research. Sebagaimana dimuat dalam httpwww.neonatology research.comwp-contentuploads201109Human-Milk-Banking2.pdf. diunduh tanggal 23 Juni 2012, hlm. 120.

7Ibid., hlm. 122.8Anne Hagen Grøvslien and Morten Grønn. “Donor Milk Banking and Breastfeeding in Norway.” Journal of

Human Lactation. J. Hum Lact. 25(2), 2009. h. 208. Sebagaimana diunduh dari httpwww.eatsonfeets.orgdocsDonor_Milk_Banking_and_Breastfeeding_in_Norway.pdf pada tanggal 25 June 2012.

Page 5: 6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

Ahwan Fanani, Bank Air Susu Ibu (ASI) dalam Tinjauan Islam (83-96) 87

ASI. Bantuan ASI dibutuhkan oleh bayi denganberbagai masalah, seperti bayi adopsi, prematur,bayi yang alergi terhadap susu formula, bayiyang mengalami kelainan kromosom, dan lain-lain. Pemberian ASI dari bank ASI bisa puladiberikan kepada bayi yang baru lahir olehperawat, meskipun hal ini sering memunculkanpersoalan etis.

Praktek bank ASI saat ini terusmengalami perkembangan di berbagai negara.Bank ASI yang awalnya muncul di Wina Aus-tria pada tahun 1909 dan kemudian merambahke Jerman dan Boston Amerika sepuluh tahunkemudian, kini telah berkembang di ke berbagainegara. Pada tahun 2009, tercatat bahwa bankASI berkembang di 38 negara, dengan lebihdari 300 bank ASI. Perkembangan bank ASItersebut juga merambah ke negara-negaraberpenduduk muslim, meskipun praktekpemberian susu oleh perempuan bukan ibu telahberjalan sejak lama di beberapa negara,termasuk di Kuwait. Namun pelaksanaan bankASI di negara berpenduduk muslim tidak lepasdari kontroversi, utamanya menyangkutdampak dari pemberian ASI terhadap hubunganantara pemberi dan penerima ASI dan istilahbank yang digunakan untuk menyebut institusiyang mengumpulkan dan menyalurkan ASItersebut.9

Sejauh yang tercatat, ASI yang dikumpul-kan dan disalurkan oleh bank ASI berasal daridonor dengan akad hibah. Namun tidakmenutup kemungkinan bahwa bank ASIberoperasi dengan sistem jual beli ketikakebutuhan terhadap bank ASI membesar danmenjadi lahan bagi bisnis. Berbagai persoalanitulah menuntut jawaban dari kalangan muslimagar praktis bank ASI tidak menimbulkandampak moral dan hukum bagi umat Islam.

POSISI DAN SUMBER HUKUM BANKASI

Untuk memudahkan istimbath mengenaihukum bank ASI, perlu diletakkan persoalanbank ASI dalam ranah hukum Islam, yaituapakah persoalan bank ASI tersebut ditunjuksecara langsung oleh petunjuk (dalalah) nasssecara eksplisit (mantuq), secara tidak eksplisit(mafhum), atau dideduksikan dari kasus-kasuslain yang mendapat petunjuk dari nass – baikqiyas terhadap kasus yang telah ada dalil danhukumnya, disimpulkan dari kaidah dan dlabit(kaidah spesifik) hukum, atau melalui analogiterhadap keputusan hukum yang telah ada(ilhaq/yurisprudensi). Dengan meletakkanpersoalan ASI pada ranah tersebut, makapersoalan bank ASI – tanpa mempersoalankantingkat kepentingannya – bisa dimasukkandalam kategori persoalan hukum pokok ataupersoalan hukum furu’.

Berdasarkan pembacaan terhadapberbagai karya hukum Islam klasik, tampakbahwa persoalan bank ASI belum ditemukanpembahasannya. Hal itu menunjukkan bahwapersoalan bank ASI tidak ditunjuk secaralangsung maupun mafhum oleh nass sehinggamerupakan persoalan furu’. Persoalan-per-soalan yang terkait dengan bank ASI dapatditemukan dalam hukum-hukum lain, yangketika berdiri sendiri tidak jelas terkait denganbank ASI dan baru terkait dengan bank ASIketika persoalan-persoalan tersebut diharmoni-sasikan. Persoalan-persoalan tersebut adalahpersoalan radla’ah, persoalan muamalah: jualbeli dan hibah.

1. Radla’ahHal pertama yang terkait langsung dengan

bank ASI adalah persoalan persusuan

9Noraida Ramli, Nor Roshidah Ibrahim, Van Rostenberghe Hans. “Human Milk Banks: The Benefits andIssues in an Islamic Setting.” Eastern Journal of Medicine 15 (2010), hlm. 163-167.

Page 6: 6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 201288

(radla’ah). Radla’ah, ridla’ah, radla’, atauridla’ secara bahasa, menurut Jalal al-Din al-Suyuti adalah:10

Istilah (yang menunjuk) pada menghisappayudara dan meminum susu darinya

Pengertian radla’ah secara bahasa ter-sebut menegaskan bahwa persusuan terjadisecara langsung oleh bayi kepada payudara ibusehingga meminumkan susu yang telah diperahdari ibu secara bahasa tidak disebut denganradla’ah.11

Namun pengertian radla’ah secara teknis(syara’) berkembang secara lebih luas.Menurut istilah, al-Suyuthi mendefinisikanradla’ah dengan:

Istilah (yang menunjuk) pada sampainyasusu dari (seorang) perempuan ataubenda yang dihasilkan dari susu tersebutke dalam perut atau otak/sumsum anak-anak

Definisi senada dikemukakan olehAbdurrahman al-Jaziry. Al-Jaziry menegaskanbahwa pengertian radla’ah adalah:13

Sampainya susu manusia ke rongga anakyang usianya tidak melewati dua tahun

Definisi al-Jaziry ini telah memasukkanpenjelasan yang lebih spesifik mengenaipersusuan (yang mengandung konsekuensihukum), yaitu susu manusia yang masuk keperut bayi yang belum berusia dua tahun ataulebih. Patokan usia dua tahun sebagai bataspersusuan yang membawa akibat hukummerupakan hasil pembacaan dalil danberdasarkan mafhum (makna tidak langsung)dari al-Quran, yang didukung oleh hadis-hadislainnya, seperti hadis riwayat al-Turmudzi:

Tidak ada persusuan kecuali yangmembuat usus terbuka (kenyang), yaitusebelum usia dua tahun (HR al-Tirmidzidan dihasankan olehnya)

Sementara itu, hadis tentang perintahRasulullah kepada Sahlah binti Suhail agarmenyusui Salim meskipun sudah berusia balighagar bebas masuk ke rumah sebagaimanamahram dipandang sebagai dalil yang dinasakhatau dalil yang marjuh (dikalahkan).14

Definisi al-Suyuthi dan Abdurrahman al-Jaziry mengenai persusuan di atas dapat dilacakakarnya dari pemahaman mengenai persusuandalam fikih Islam. Abu Zakariyya Yahya al-Nawawi, misalnya, melakukan pemetaanmengenai mengenai elemen (rukun) persusuan.Al-Nawawi memetakan tiga elemen persusuan,yaitu 1) orang yang menyusui, 2) susu, 3) tempatsusu itu masuk.

Elemen pertama, yaitu orang yangmenyusui dispesifikasi lebih lanjut oleh al-

10Jalal al-Din al-Suyuthi, Muntaqa al-Yunbu’ fi ma Zada ‘ala al-Rawdlah min al-Furu’. Dicetak bersamaRwadlah al-Talibin li al-Nawawi. Jilid VI. (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, [tt.h]), hlm. 418.

11Lihat pula uraiannya dalam Abdurrahman al-Jazary, Kitab al-Fiqh ala Madhahib al-Arba’ah. (Beirut: DarIbn Hazm. 2001), hlm. 947.

12 Jalal al-Din al-Suyuthi. Muntaqa...., hlm. 41813Abdurrahman al-Jazary. Kitab al-Fiqh…, hlm. 94714 Hadis al-Turmudzi di atas didukung pula oleh hadis al-Baihaqi. Lihat Ibid., hlm. 949 dan Mustafa Dib al-

Bigha, Al-Tadzhib fi Adillah Matn al-Ghayah wa al-Taqrib. (Surabaya: al-Haramain, [t.th]), hlm. 184-185.

Page 7: 6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

Ahwan Fanani, Bank Air Susu Ibu (ASI) dalam Tinjauan Islam (83-96) 89

Nawawi dengan tiga syarat: a) perempuan, b)hidup, dan c) sudah mungkin melahirkan.Elemen kedua, yaitu susu tidak disyaratkan susuyang telah terpisah dari payudara itu harus tetapberbentuk susu, melainkan bisa berubah dalamwujud lain atau bahkan bercampur denganbenda lain.

Pendapat berbeda disampaikan olehSayyid Sabiq. Sabiq berpendapat bahwapersusuan yang mengakibatkan terjadinyapengharaman (dalam pernikahan) akibatterjadinya hubungan persaudaraan adalahpersusuan yang sempurna, yaitu persusuan yangterjadi dengan bayi menyusu langsung kepayudara ibu. 15 Elemen ketiga, yaitu tempat susumasuk, dispesifikasi oleh al-Nawawi dengantiga syarat: a) perut, b) anak kecil (kurang daridua tahun), c) masih hidup.16

Elemen-elemen persusuan di atas dapatmembantu untuk melihat berbagai dimensipersusuan yang diinduksikan dalil syar’ikemudian dirumuskan secara sistematis menjadifikih. Tiga elemen persusuan yang dikemukakanoleh al-Nawawi tersebut membentuk tiga rukunmenyusui, yang pada masing-masing rukunterdapat syarat-syarat.Dalam hukum Islam, persusuan menjadi hakdan tuntutan bagi ibu. Akan tetapi hal itu tidakbersifat mutlak karena persusuan bisa jugadilakukan oleh perempuan selain ibu.

a. Persusuan oleh ibuPersusuan oleh ibu sangat dianjurkan

al-Quran, sebagaimana tersebut dalamsurat al-Baqarah (2) ayat 233:

Para Ibu hendaklah menyusui anaknyaselama dua tahun penuh, bagi yang inginmenyempurnakan penyusuannya

Ayat di atas menunjukkan bahwamenyusui anak adalah anjuran, namunbukan kewajiban. Itu berarti ibu boleh sajamemilih untuk tidak menyusui anaknya,meskipun hal tersebut berarti tidakmelakukan yang lebih utama.

Tradisi persusuan oleh ibu jugaditunjukkan oleh al-Quran dalam surat al-Ahqaf (46) ayat 15, yang berbunyi:

Kami perintahkan kepada manusiasupaya berbuat bagi kepada kedua or-ang tuanya. Ibunya mengandungnyadengan susah payah. Ia mengandung-nya dan menyapihnya selama tiga puluhbulan

Ayat tersebut menunjukkan bahwaanak diperintahkan untuk menghormatikedia orang tua, khususnya ibu. Ibumengandung dan menyapih selama adalah30 bulan. Angka tiga puluh bulan tersebutdiperoleh dari jangka minimal untukmengandung (6 bulan) dan jangka menyusuihingga menyapih (24 bulan).

Meskipun terdapat perintah kepadapara ibu untuk menyusui anak dalam suratal-Baqarah 233, namun hukum bagi ibuuntuk menyusui anak diperselisihkan paraulama. Abu Bakar al-Jassas, misalnya,

15Lihat Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid III. (Beirut: Dar al-Fikr,1983), hlm. 6616Lihat Abu Zakariyya Yahya al-Nawawi, Rawdlah al-Talibin, Jilid VI. (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,

[t.th]), hlm. 419-423. Lihat penjelasan senada dalam Taqi al-Din al-Husayni, Kifayah al-Akhyar fi Hall Ghayahal-Ikhtishar, Juz II. (Surabaya: al-Hidayah, [t.th]), hlm. 137-139.

Page 8: 6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 201290

berpendapat bahwa surat al-Baqarah ayat223 berisi dua kemungkinan:1) Jumlah khabariyah dalam surat al-

Baqarah di atas bermakna amr (perin-tah), yang menunjukkan kewajibanseorang ibu untuk menyusui anak.

2) Jumlah khabariyah tersebut menunjuk-kan hak seorang ibu untuk menyusui.Konsekuensinya ayah wajib memberi-kan nafkah kepada ibu. Seandainyaayah enggan untuk memberi nafkahketika masa menyusui (2 tahun), ia bisadipaksa untuk melakukannya. Semen-tara itu, ibu bisa memilih untukmenyusui atau anak disusui oleh or-ang lain yang disewa oleh ayah.17

Sementara itu, Abu Ya’la al-Farra’berpendapat bahwa perintah di atasmengacu kepada ayah untuk memberinafkah dalam masa persusuan ibu.18

Muhammad bin Ali Al-Syawkani ber-pendapat bahwa ibu wajib menyusui ketikaanak tidak mau menerima susu dari oranglain.19 Sementara itu, Ilkiya al-Harasyberpendapat bahwa ayat di atas secaraimplisit menunjukkan hak hadlanah ibuketika anak belum mencapai usia 2 tahun.20

Perbedaan pendapat di atas dapatdisimpulkan bahwa hukum menyusui anakoleh ibu kandung berada di antara hukumkewajiban dan hak. Hukum dasar kewajib-an adalah wajib, sedangkan hukum dasarhak adalah mubah. Jadi, hukum persusuanoleh ibu adalah antara hukum wajib danmubah, yaitu sunnah. Sunnah bagi ibuuntuk menyusui tersebut sangat ditekankanoleh nass.

b. Persusuan oleh perempuan selain ibuPersusuan oleh selain ibu telah di-

praktekkan masyarakat Arab sejak sebe-lum datangnya Islam dan terus berlanjutdalam masa keislaman. Rasulullah sendiriketika kecil disusui oleh Halimah al-Sa’diyah. Rasulullah sendiri mengisyaratkanpengakuan terhadap persusuan olehperempuan selain ibu, sebagaimana tampakdalam hadits berikut:

Riwayat dari Ibnu Abbas R.A. bahwaNabi SAW dikehendaki untuk menikahdengan anak Hamzah, beliau menja-wab: Dia (anak Hamzah) haram bagikukarena dia anak saudara sesusuanku.Diharamkan karena persusuan seba-gaimana diharamkan karena hubungandarah (nasab)

Hadis di atas menceritakan mengenaiperjodohan Nabi Muhammad dengan anakHamzah, paman Nabi Muhammad, yangditolak oleh Nabi Muhammad. Beliaumenolak karena Hamzah, meskipunpaman, tetapi juga saudara sesusuannya.Nabi Muhammad pernah disusui olehTsaubah, hamba Abu Lahab, yang sebelum-nya pernah menyusui Hamzah.21 Haltersebut juga menunjukkan bahwa Nabi

17Abu Bakar al-Jassas, Ahkam al-Quran, Juz I. (Beirut: Dar al-Fikr, 1993), hlm. 549-550.18Abu al-Faraj Jamal al-Din al-Jawzi, Zad al-Masir fi Ilm al-Tafsir, Juz I. (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,

1994), hlm. 225-226.19Muhammad bin Ali al-Syawkani, Fath al-Qadir, Juz I. (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994), hlm. 306.20Ilkiya al-Harasy (Imad al-Din ibn Muhammad al-Thabary), Ahkam al-Quran., Jilid I, Juz I. (Beirut: Dar al-

Kutub al-Ilmiyyah, 1983), hlm. 187.21Lihat Muhammad bin Ismail al-Kahlani al-Shan’ani, Subul al-Salam, Juz III, Jilid II. (Semarang: Toha

Putera, [t.th]), hlm. 217.

عن ابن عباس رضي اهللا عنهما أن النبي ص.م .أريد على ابنة حمزة فقال :إنها ال تحل لي إنها ابنة أخي من الرضاعة .و يحرم من الرضاعة ما يحرم من النسب

)متفق عليه(

Page 9: 6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

Ahwan Fanani, Bank Air Susu Ibu (ASI) dalam Tinjauan Islam (83-96) 91

Muhammad mengakui dan menyetujuipraktek persusuan oleh perempuan bukanibu sehingga beliau menghindari laranganyang menjadi konsekuensi dari praktekpersusuan oleh perempuan bukan ibu.

Konsekuensi yang lahir dari persusuanadalah munculnya larangan dan kebolehandalam beberapa hal. Hal yang dilarangakibat hubungan persusuan adalahpernikahan, yaitu antara anak yang disusuidengan 1) ibu susu, 2) ibu dari ibu susu, 3)ibu dari bapak susu, 4) saudari ibu susu,5) saudari bapak susu, 6) cucu dari ibususu, dan 7) saudari sesusuan.22 Hal yangdiperbolehkan akibat hubungan persusuanadalah bolehnya melihat wajah, berkhlawat,dan melakukan perjalanan bersamaperempuan bukan mahram.23 Kebolehanberkhalwat itu didasarkan atas hubunganpersusuan, yaitu persusuan di masa kecilsehingga susu tersebut bisa mengenyangi,sebagaimana disebutkan oleh hadis berikut:

Riwayat dari Aisyah RA bahwa NabiSAW masuk (menemui) Aisyah ketika ditempat Aisyah ada seorang laki-laki.Tampak wajah Nabi Muhammad ber-ubah, sepertinya beliau tidak berkenan.Aisyah lalu berkata: “Dia saudaraku”.Nabi Muhammad menjawab: “Lihatlahsiapa yang menjadi saudaramu. Se-sungguhnya persusuan itu — berdam-pak hukum jika terjadi — karena lapar.”

Hadis di atas menunjukkan beberapapengertian, khususnya yang terkait denganmasalah radla’ah. Pertama, Rasulullahmenegaskan bahwa persusuan yangmembawa dampak berupa hubungan per-saudaraan adalah persusuan yang dilaku-kan ketika susu yang diminum mengenyangirasa lapar. Menurut Mustafa Dib al-Bigha,persusuan yang mengenyangi rasa laparhanya terjadi pada masa susu membuatseseorang merasa lapar (ketika tidak me-minumnya) dan merasa kenyang (setelahmeminumnya). Hal itu hanya terjadi padamasa kecil.24 Kedua adalah bahwa per-susuan oleh orang lain selain ibu hukumnyaboleh.

Kesimpulan ketiga itu bisa disimpulkanpula dari al-Quran surat al-Talak ayat 6,yang berbunyi:

... Jika mereka menyusui anak-anakmumaka berikanlah mereka upahmenyusui, dan musyawarahkanlah diantara kamu segala sesuatunya denganbaik. Jika kamu menemui kesulitan,perempuan lain boleh menyusui anaktersebut untukmu.

Ayat di atas menunjukkan bahwamenyusui adalah pilihan bagi ibu. Ketikaibu menyusui, ia wajib mendapatkan upahdan nafkah, namun ketika ibu enggan atauada hambatan menyusui, maka bayi bisadisusui oleh perempuan lain.25 Ayat di atassecara eksplisit menunjukkan kebolehanmenyusui anak oleh perempuan bukan ibu.

22Sayyid Sabiq. Fikih…., hlm. 6623Ibid.24Lihat Mustafa Dib al-Bigha, Al-Tadzhib.…, hlm. 184.25Abu Bakar al-Jassas, Ahkam…., hlm. 550.

Page 10: 6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 201292

2. Hukum Muamalah: Hibah dan JualBeli

Akad yang umum digunakan dalam bankASI, sebagaimana berlaku di bank-bank ASIdi Barat, adalah akad donor (hibah). Pe-nyumbang susu tidak menerima imbalan uangdari susu yang ia hibahkan melalui bank ASI.Uang yang dikeluarkan oleh penerima hibah ASIadalah sebagai ganti atas biaya transportasi danbiaya perawatan dan pengolahan ASI. Namuntidak tertutup kemungkinan pemberian ASI olehperempuan lain dilakukan dengan akadmumalah lainnya, khususnya jual beli.

Karena itu, sebelum membahas hukumbank ASI perlu juga didudukkan hukum dasarhibah dan jual beli. Hibah dan jual beli dalamhukum Islam bisa dimasukkan dimasukkan kedalam wilayah muamalah. Dalam persoalanmuamalah, berlaku kaidah-kaidah umum:

Kaidah kaidahnya segala persoalanadalah boleh

Pada dasarnya tidak ada (tidak adalarangan atau tidak ada kewajiban).

Secara terperinci terdapat dalil-dalil yangmenunjukkan atas kebolehan muamalah jual belidan muamalah hibah.26 Kebolehan muamalahjual beli ditegaskan oleh al-Quran surat al-Baqarah ayat 275:

Allah menghalalkan jual beli danmengharamkan riba

Kebolehan hibah didasarkan oleh hadisNabi Muhammad SAW riwayat al-Bukhari danMuslim:

Dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAWjika diberi makanan, beliau menanyakanmengenai (asal) makanan tersebut. Jikadijawab bahwa makanan itu dari hadiah,maka beliau maka. Jika dijawab berasaldari zakat, beliau tidak mau memakan

Hadis di atas menegaskan bahwa hibahboleh dilakukan dan Rasulullah sendiri menerimaproduk dari hibah.27

HUKUM BANK ASI

Hukum bank ASI, sebagaimana disebut-kan di atas, dapat dikategorikan sebagai hukumfuru’. Hukum furu’ disimpulkan dari hukum-hukum lain yang telah jelas hukumnya atau telahdibahas statusnya oleh para ahli hukum Islam.Penetapan status hukum terhadap perbuatan-perbuatan dalam hukum furu’ ini dilakukandengan berdasarkan konsekuensi logis dankoherensi logis dari relasi berbagai hukumdalam kasus-kasus yang lain.

Jika permasalahan bank ASI dikembali-kan kepada hukum dasar dari persusuan danmuamalah akan disimpulkan beberapa hukumsebagai berikut:1. Hukum dasar muamalah, baik jual beli

maupun hibah adalah boleh2. Hukum dasar persusuan, yaitu ibu

menyusui atau tidak menyusui adalah boleh

26Dalil-dalil tentang jual beli dan hibah ini mengacu kepada dalil-dalil dalam Mustafa Dib al-Bigha. Al-Tadzhibfi... , hlm. 184.

27Uraian lebih lanjut mengenai hukum muamalah dalam Islam bisa dibaca dalam Sayyid Sabiq. Fiqh al-Sunnah… Juz. III. hlm. 125-245.

Page 11: 6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

Ahwan Fanani, Bank Air Susu Ibu (ASI) dalam Tinjauan Islam (83-96) 93

kalau persusuan dipandang sebagai hakikhtiari seorang ibu dan menjadi kewajibanayah untuk memenuhinya dengan melaluiibu atau melalui perempuan lain.

3. Persusuan terhadap seorang bayi olehperempuan selain ibu pun hukumnya boleh,sebagaimana tampak dari penjelasan diatas.

Bagan Hukum Dasar Muamalah (Hibah dan

Berdasarkan hukum-hukum dasar di atasdapat disimpulkan bahwa seandainya tidak adapertimbangan (qarinah) lain, hukum pemberi-an/donor atau jual beli susu adalah mubah.Kesimpulan tersebut didasarkan atas hukumdasar hibah dan jual beli — yaitu boleh — dandidasarkan atas tidak adanya syarat atau rukunyang dilanggar dalam praktek donor atau jualbeli susu ibu.28

Yang menjadi persoalan adalah bahwapersusuan oleh perempuan selain ibu memilikikonsekuensi hukum. Konsekuensi-konsekuensihukum tersebut antara lain:1. Munculnya hubungan hukum antara ibu

susu dengan anak yang disusui.2. Hubungan hukum tersebut meniscayakan

a) pengharaman nikah antara ibu susu atauanak kandung ibu susu dengan anaksusuannya dan b) penghalalan khalwatantara ibu susu dengan anak susu atauanak susu dengan saudara sepersusuannya.

Jual Beli) dan Menyusui

Hukum Bank ASI?

Hukum Muamalah: Jual Beli dan hibah

Boleh

Hukum anak disusui selain oleh ibu

Boleh

Hukum Ibu Menyusui:

Boleh/Sunnah

Konsekuensi-konsekuensi tersebut perlumendapatkan perhatian karena ajaran Islamsangat memperhatikan persoalan kehormatandan keturunan. Oleh karena itu, salah satu tujuansyariat Islam adalah memelihara kehormatan/keturunan ( ). Hal ditunjuk-kan melalui hukum iddah bagi perempuan yangditalak atau ditinggal mati suami dan telah digaulioleh suami yang bertujuan untuk mengetahuikondisi rahim. Demikian pula dengan laranganperzinaan yang mengakibatkan rusaknyahubungan nasab.

Persoalannya, dalam praktik bank ASIsebagaimana terjadi dalam praktek Bank ASIdi dunia Barat menimbulkan ketidakjelasanhubungan antara anak susu dengan ibu sususehingga terbuka bagi terjadinya pernikahanantara anak susu dengan anak kandung ibu susu.Bila hal itu terjadi, maka nikahnya tidak sahkarena melanggar larangan yang menyangkutakad dalam muamalah. Pelanggaran terhadap

28Untuk syarat dan rukun hibah serta jual beli lihat dalam Sayyid Sabiq, Fikih Juz III…, hlm. 127-131 dan 388-391.

Page 12: 6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 201294

larangan yang menyangkut akad dalammuamalah menyebabkan batalnya muamalah,sebagaimana dikatakan oleh kaidah ushul:

Larangan dalam muamalah menunjuk-kan atas batalnya hal yang dilaranganjika larangan tersebut menyangkutsubstansi akad

Apabila terjadi pernikahan antara duaorang yang memiliki hubungan persusuan karenaketidaktahuan, maka pernikahan keduanyabatal demi hukum ketika mereka mengetahuihubungan persusuan mereka. Kondisi tersebuttentu tidak diinginkan, terlebih ketika keduabelah pihak telah memiliki anak yang lahir daripernikahan yang batal tersebut.

Bank ASI, dalam konteks ini, merupakansarana bagi terjadinya hubungan persusuan.Meskipun sarana pada dasarnya netral hukum,namun hukum sarana bisa saja bergerak sesuaidengan tujuan atau konsekuensi yangditimbulkannya ( ). Terlebihdalam hukum Islam, terdapat prinsip sadd al-dzariah (menutup jalan yang membawa kepadamadharat dan larangan).

Persoalan muncul ketika bank ASImembuka pintu bagi ketidakjelasan hubunganpersusuan tersebut atau terjadinya percampuransusu. Pertanyaannya adalah bagaimana jikaterjadi percampuran susu dan apa konsekuensihukumnya.

Dalam menilai status hukum bank ASI,ada baiknya dilihat keputusan terhadap kasus-kasus sejenis dalam tradisi fikih Islam (al-asybah wa al-nadzair/yurisprudensi). Haltersebut berguna untuk memberikan bahanpertimbangan dalam membuat keputusan

hukum mengenai bank ASI. Pertanyaanmengenai percampuran susu tersebut telahmelahirkan pembahasan di kalangan ulama.Salah satu kasus adalah sebagaimana di-kemukakan oleh Ibnu Qudamah dalam al-Mughni, yaitu mengenai kasus persusuan olehumm al-walad.29

Jika seorang laki-laki memiliki lima ummal-walad yang kelimanya memiliki susu,kemudian ada anak yang menyusu masing-masing satu kali susuan kepada lima umm al-walad tersebut, maka para umm al-waladtersebut tidak menjadi ibu mereka. Namunmajikan mereka menjadi ayah bagi anaktersebut. Ini adalah pendapat Ibn Hamid denganalasan anak itu menyusu dari susu milik majikantersebut lima kali. Ada pendapat lain yang tidakmenegaskan hubungan bapak-anak karenapersusuan yang terjadi adalah persusuan yangtidak melahirkan hubungan ibu-anak sehinggatidak melahirkan hubungan bapak-anak.30

Dalam kasus di atas Ibnu Qudamahmentarjih pendapat pertama. Jadi, percampuransusu menurut Ibn Qudamah tidak melahirkanhubungan ibu dan anak ketika kurang dari limasusuan. Mafhumnya adalah bahwa percampur-an susu melahirkan konsekuensi hukum jikalebih dari lima susuan, meskipun telah mengalamipercampuran susu. Mafhum itu kemudianditegaskan oleh Ibnu Qudamah sendiri dalamkasus pencampuran susu antara beberapawanita untuk diberikan kepada seorang anak.Menurutnya, pencampuran demikian konse-kuensi hukumnya sama dengan meminum darisatu per satu perempuan, yaitu menimbulkanpengharaman sebagaimana haramnya nasab.Hal itu ia analogkan dengan percampuran susudengan benda lain, seperti susu atau air, yangtetap menimbulkan konsekuensi hukumpengharaman.31

29Umm al-walad adalah budak perempuan yang melahirkan anak dari majikannya.30Ibn Qudamah, Al-Mughni ala Muktashar al-Khiraqi, Juz VII. (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. 1994),

hlm. 360.31Ibid.

Page 13: 6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

Ahwan Fanani, Bank Air Susu Ibu (ASI) dalam Tinjauan Islam (83-96) 95

Kesimpulannya, praktek bank ASIadalah praktek penyampaian susu dari ibu do-nor kepada anak yang membutuhkan, khusus-nya melalui akad hibah, secara tidak langsungatau melalui perantara. Pada dasarnya, hibahdan memberi susu kepada anak orang lainadalah perbuatan yang mubah. Ketika air susudiminum oleh anak yang berusia kurang danatau sama dengan dua tahun, maka air susutersebut menimbulkan hubungan hukum, baiksusu tersebut dicampur dengan susu dari banyakperempuan/ibu atau pun dari satu perempuan/ibu saja. Hubungan hukum yang timbul adalahterjadinya larangan menikahi sebagaimanalarangan untuk menikahi saudara berdasarkanhubungan nasab.

KESIMPULAN

Hukum bank ASI perlu dirinci sesuaidengan konsekuensi yang lahir dari prosespenyampaian susu donor kepada penerima susu(anak). Hukum bank ASI adalah sebagaiberikut:1. Hukum bank ASI dengan akad hibah

maupun jual beli adalah boleh jika prosesdonor ASI tidak menimbulkan kekaburanhubungan persusuan antara ibu susu dananak susu sehingga menimbulkan potensiterjadinya pernikahan terlarang, yaitu antaraanak susu dengan saudara sesusuannyaatau dengan kerabat ibu susu.

2. Hukum bank ASI tidak boleh jikamenimbulkan kekaburan hubungan

persusuan antara ibu dan anak sususehingga menimbulkan resiko terjadinyapernikahan terlarang yang membawamadlarat bagi tata sosial masyarakat Islam.

3. Donor ASI yang perlu diperjelas asal usuldonor dan penerima donornya adalah do-nor bagi bayi atau anak yang berusia kurangatau sama dengan dua tahun.

4. Jumlah ASI minimal yang menimbulkanhubungan hukum antara anak dengan ibususu adalah jumlah ASI yang ekuivalendengan jumlah ASI yang bisa dihisap anakdalam lima kali hisapan atau dipersangka-kan membuat anak kenyang.

Kesimpulan hukum ini mengandung unsur“bersyarat” mengingat realitas sosialnya jugatidak bersifat eksak, melainkan bisa berubahdan diubah. Operasionalisasi bank-bank ASIdipersyaratkan untuk memenuhi asas kejelasanidentitas, yaitu dengan 1) adanya informasikepada pemberi donor ASI tentang identitaspenerima ASI dan sebaliknya dan adanya buktiserah terima ASI untuk menghindari untukterjatuh dalam praktek yang dilarang agama,dan 2) menghindari percampuran ASI antarasatu ibu susu dengan lainnya yang potensialmengaburkan hubungan persusuan.

Komersialisasi ASI pada dasarnya adalahperbuatan mubah dan menyangkut persoalansarana (wasilah). Namun perbuatan mubahtersebut harus dilakukan dengan tidakmenimbulkan resiko terjadinya pelanggaran ataslarangan Islam, khususnya menyangkut hubung-an kekerabatan dan hubungan pernikahan.

DAFTAR PUSTAKA

Bigha, Mustafa Dib al-. [t.th.]. Al-Tadzhib fi Adillah Matn al-Ghayah wa al-Taqrib. Surabaya: al-Haramain.

Borman, dan Jan Kennaugh MD, Laraine Lockhart. [t.th.] “The Increasing Importance of HumanMilk Banks.” E-Journal of Neonatology Research. dimuat dalam httpwww.neonatologyresearch.comwp-contentuploads201109 Human-Milk-Banking2.pdf. diunduhtanggal 23 Juni 2012.

Page 14: 6. Bank Air Susu Ibu Ahwan

Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 201296

Crook, dan Malcolm Waters, Rodney. 1990. Sociology One. Melbourne: Longman Cheshire.

Dusuki, Muhammad bin Ahmad al-. 2008. Hasyiyah al-Dusuki ala Umm al-Barahin Syarh al-Sanusi. Beirut: Dar al-Kutub a-Ilmiyyah.

FDA Working Group. “Backgrounder on Banked Human Milk.” Dalamwww.fda.govdownloadsAdvisoryCommitteesCommitteesMeetingMaterialsPediatricAdvisory CommitteeUCM235642.pdf diunduh tanggal 25 Juni 2012 .

Ghazali, Abu Hamid al-. 1993. Al-Mustashfa fi Ilm al-Ushul. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

Gronn, dan Anne Hagen Grøvslien, Morten. 2009. “Donor Milk Banking and Breastfeeding inNorway.” Journal of Human Lactation. J. Hum Lact. 25(2) Sebagaimana diunduh darihttpwww.eatsonfeets.orgdocsDonor_ Milk_Banking_and_Breastfeeding_in_Norway.pdfpada tanggal 25 June 2012.

Hans, dan Noraida Ramli, Nor Roshidah Ibrahim, Van Rostenberghe. 2010. “Human Milk Banks:The benefits and issues in an Islamic Setting.” Eastern Journal of Medicine 15.

Husyayni, Taqi al-Din al-. [t.th.]. Kifayah al-Akhyar fi Hall Ghayah al-Ikhtishar. Juz II. Surabaya:al-Hidayah.

Jazary, Abdurrahman al-. 2001. Kitab al-Fiqh ala Madhahib al-Arba’ah. Beirut: Dar Ibn Hazm.

Jawzi, Abu al-Faraj Jamal al-Din al-. 1994. Zad al-Masir fi Ilm al-Tafsir. Jilid I. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.

Jassas, Abu Bakar al-. 1993. Ahkam al-Quran. Juz I. Beirut: Dar al-Fikr.

Nawawi, Abu Zakariyya Yahya al-[t.th.]. Rawdlah al-Thalibin. Jilid VI. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.

Qudamah, Ibnu. 1994. Al-Mughni ala Muktashar al-Khiraqi. Juz VII . Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.

______________. 1994. Rawdah al-Nazir wa Jannah al-Munazir. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

Sabiq, Sayyid. 1983. Fikih Sunnah. Jilid II dan III. Beirut: Dar al-Fikr.

Shan’ani, Muhammad bin Ismail al-Kahlani al-. [t.th.]. Subul al-Salam. Jilid II, Juz III. Semarang:Toha Putera.

Suyuthi, Jalal al-Din al-. [t.th.]. Muntaqa al-Yunbu’ fi ma Zada ‘ala al-Rawdlah min al-Furu’.Dicetak bersama Rwadlah al-Talibin li al-Nawawi. Jilid VI. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.

Syawkani, Muhammad bin Ali al-. 1994. Fath al-Qadir. Juz I. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.

Thabary, Ilkiya al-Harasy (Imad al-Din bibn Muhammad al-). 1983. Ahkam al-Quran. Jilid I, Juz I.Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.