6. Anestesi - Dr. Mordekai Laihad, Span - Kuliah Modul Bencana Perut
-
Upload
christan-chaputtra -
Category
Documents
-
view
162 -
download
15
Transcript of 6. Anestesi - Dr. Mordekai Laihad, Span - Kuliah Modul Bencana Perut
PENANGANAN ANESTESI PERIOPERATIF PASIEN DENGAN
BENCANA PERUT
MORDEKHAI LEOPOLD LAIHAD
KULIAH ANESTESIMODUL BENCANA PERUT
PENDAHULUAN
• TIU :– Memahami penanganan anestesi perioperatif
pasien dengan bencana perut• TIK :– Memahami penanganan anestesi praoperatif
pasien dengan bencana perut– Memahami penanganan anestesi intraoperatif
pasien dengan bencana perut– Memahami penanganan anestesi pascaoperatif
pasien dengan bencana perut
PENDAHULUAN
• Bencana perut kondisi darurat• Penanganan :– Non operatif– Operatif penanganan anestesi perioperatif
• Penanganan anestesi perioperatif meliputi – Penanganan praoperatif– Penanganan intraoperatif– Penanganan pascaoperatif
PENDAHULUAN
• Pasien untuk pembedahan darurat tidak sama dengan pembedahan elektif
• Untuk pembedahan elektifkondisi fisik & mental optimal, diagnosis bedah yg definitif , penyakit penyerta terkontrol, dikerjakan pada waktu yg terencana baik dgn sumber daya yg memadai, cukup waktu pemeriksaan
• Untuk pembedahan darurat kebalikan dari kondisi pada pembedahan elektif.
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Tujuan – Penilaian untuk untuk menentukan status medis
praoperatif/praanestesia – Melakukan resusitasi yang adekuat– Menentukan tindakan anestesi yg akan dilakukan– Pemberian informasi serta permintaan
persetujuan bagi pasien yang akan memperoleh tindakan anestesia
– Persiapan pra anestesi (premedikasi,peralatan)
• Penilaian status medis praoperatif– Anamnesis• Bencana perutkondisi darurat• Pada kasus darurat memperoleh data sebanyak
mgkn tanpa menunda pembedahan/resusitasi• Data minimal yang diperlukan yaitu riwayat penyakit
dahulu , obat-obatan yang sedang dikonsumsi, riwayat alergi• Aloanamnesis dan heteroanamnesis• Semua pasien daruratdianggap lambung penuh
PENANGANAN PRAOPERATIF
– Pemeriksaan Fisik• Informed consent secara lisan, meminta ijin kepada
pasien/keluarga• Dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan
kenyamanan pasien• Bisa dilakukan secara simultan dengan anamnesis• Mengidentifikasi disfungsi maupun abnormalitas yang
dapat mempengaruhi/mempersulit tindakan anestesi
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Pemeriksaan Fisik– Tanda vital • Tekanan darah (sistolik, diastolik, MAP, tekanan nadi),
Nadi (kecepatannya, kuat angkatnya, keteraturannya), laju napas, suhu badan, derajat nyeri (VAS/Visual Analogue Scale nilai 0-10)
– Berat Badan, Tinggi Badan, BMI (Body Mass Index). Berat badan seringkali sulit ditentukan karena kondisi pasien. Bisa diperoleh data dari anamnesis (Berat Badan aktual).
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Pemeriksaan Fisik– Prediksi berat badan dpt dihitung dengan rumus:• Laki-laki 50 + 2,3{TB(inchi)-60}atau 50+0,91{TB(cm)-
152,4}• Perempuan 45,5+ 2,3{TB(inchi)-60}atau
45,5+0,91{TB(cm)-152,4}• Anak-anak {2xumur(tahun)} + 8
– BMImenentukan underweight,overweight,obesitas
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Pemeriksaan Fisik– B1 (Breathing) sistem respirasi• Jalan napas (airway) skor mallampati (1-4), jarak
thyromental (>6 cm), gerak fleksi-ekstensi cervical spine, susunan gigi geligi (gigi palsu, gigi ompong), ukurang mandibula (mikrognatia), ukuran lidah (makroglosia), kemampuan buka mulut (trismus, gangguan persendian temporo mandibular), ukuran tonsil (T3-T4), adanya tumor dalam mulut, deviasi trakea (tumor leher)
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Pemeriksaan Fisik– B1 (Breathing)• Spontan, dibantu atau kendali, suplemen O2 +/-
• Keselarasan gerakan antara paru kiri dan kanan• Jenis pernapasan (thoraco abdominal dsb)• Suara pernapasan (bronkovesikuler, bronkial, ada
tidaknya suara napas tambahan seperti ronkhi, wheezing, stridor, snoring, gargling)• Saturasi oksigen (SpO2) bila tersedia
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Permeriksaan Fisik– B2 (Blood)sistem kardiovaskuler• Bunyi jantung (reguler/tidak, ada/tidaknya bising )
– B3 (Brain)sistem saraf pusat• Derajat kesadarannya (GCS)• Refleks pupil/cahaya, isokor/anisokor
– B4 (Bladder)sistem urinarius• Produksi urin per jam (normal 0,5-1 cc/kgBB/jam)
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Pemeriksaan Fisik– B5 (Bowel)sistem gastrointestinal
• Cembung/datar, ada tidaknya nyeri tekan, perabaan hepar dan lien, bising usus (+/-, normal /↓)
• Bila terpasang NGT (nasogastric tube)jumlah cairan yg keluar, warnanya
– B6 (Bone)sistem muskuloskletal dan kulit• Ada/tidaknya fraktur, kelemahan anggota gerak, ada
tidaknya tanda-tanda gangguan kardiorespirasisianosis, akral, capilary refill, jari tabuh, edema
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Pemeriksaan Penunjang– Biasanya sudah ada beberapa pemeriksaan
penunjang pd saat dikonsulkan ke bagian anestesi– Pemeriksaan penunjang biasanya disesuaikan dgn
sifat pembedahan (emergency atau urgent), penyakit penyerta pasien & komplikasi medik akibat bencana perut yg dialami
– Pasien usia muda tanpa peny. penyertabiasanya tidak memerlukan pemeriksaan penunjang
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Prediksi resiko operasi– Status fisik ASA (American Society of
Anesthesiologists) suatu sistem klasifikasi status fisik yang terdiri dari 6 kategori yang digunakan untuk menilai seorang pasien pada periode preoperatif.
– Status fisik ASA secara umum dikorelasikan dengan angka mortalitas perioperatif
PENANGANAN PRAOPERATIF
Vacanti 1970 Marx 1973
• Masalah-masalah medis yang mungkin ditemui pada kasus bencana perut :– Sistem respirasi penekanan diafragma oleh
perut yg distended, takipnu (nyeri, asidosis),resiko aspirasi, gagal napas pd tahap lanjut
– Sistem kardiovaskuler syok hipovolemik (dehidrasi berat,perdarahan,)syok septik, hipertensi (nyeri), disritmia/aritmia (asidosis, imbalance electrolite)
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Masalah-masalah medis yang mungkin ditemui pada kasus bencana perut :– Sistem saraf pusat pe↓ kesadaran (syok,
asidosis, imbalance elektrolit)– Sistem urinariusgagal ginjal (syok yg tdk
terkoreksi)– Sistem gastrointestinaliskemik usus. translokasi
kuman menyebabkan sepsis, regurgitasi asam lambung, mual, muntah menyebabkan imbalance elektrolit
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Masalah-masalah medis yang mungkin ditemui pada kasus bencana perut :– Sistem muskuloskletal dan kulitkelemahan
anggota gerak (imbalance electrolite), sianosis (gangguan kardiorespirasi), edema (gangguan pompa jantung, hipoalbumin), akral dingin, capilary refill lambat (hipoperfusi)
• Masalah-masalah yg telah disebutkan dpt menjadi lebih buruk bila disertai adanya penyakit penyerta
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Resusitasi– Tindakan resusitasi yg dilakukan tergantung pd
kondisi medis pasien– Tindakan resusitasi yg paling sering dilakukan pd
kasus bencana perut adalah resusitasi cairan tubuh akibat syok hipovolemik (dehidrasi berat) yg dialami pasien
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Resusitasi– Pada kasus yg lebih berat bila terjadi gagal napas
ataupun henti jantung preoperatif dilakukan resusitasi kardiopulmoner
– Pada kasus urgent tindakan pembedahan dapat ditunda 1-2 jam sampai tindakan resusitasi dapat menstabilkan pasien
– Akan tetapi pada kasus emergency tindakan resusitas dapat dilakukan bersamaan dengan tindakan pembedahan
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Penentuan jenis anestesi– Jenis anestesi yang akan dipilih secara umum
tergantung pada beberapa faktor :• Faktor pasien : kondisi medis pasien, permintaan
pasien• Faktor prosedur pembedahan : lokasinya, posisinya,
durasinya, derajatnya• Faktor ahli bedah : keterampilan dan pengalaman• Faktor ahli anestesi : keterampilan dan pengalaman
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Penentuan jenis anestesi– Jenis anestesi yang dapat dilakukan pada kasus
bencana perut :• General anestesi • Neraxial block (subaraknoid blok, epidural anestesi,
kaudal anestesi)• Kombinasi (GA dan epidural/kaudal anestesi,
CSE/Combined Spinal Epidural anestesi)
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Pemberian informasi dan permintaan persetujuan (Informed Consent) tertulis– Untuk melakukan tindakan anestesi dibutuhkan
persetujuan baik dari pasien maupun keluarganya– Sebelumnya pasien dan keluarga harus diberikan
informasi yang selengkapnya mengenai :• Tindakan yang akan dilakukan• Komplikasi atau efek samping yang mungkin terjadi• Alternatif tindakan yang akan dilakukan dan komplikasi
dan efek sampingnya
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Premedikasi– Pemberian obat-obatan dalam kurun waktu 1-2
jam sebelum induksi anestesi– Tujuan premedikasi secara umum :• Mengurangi kecemasan (benzodiazepine)• Mengurangi nyeri pasca bedah (opiat/opioid)• Mengurangi mual muntah pasca bedah (antiemetik)• Mengurangi derajat keasaman cairan lambung
(antasida )
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Premedikasi– Tujuan premedikasi secara umum :• Mengurangi produksi asam lambung (H2 blocker, PPI)• Menciptakan amnesia (midazolam)• Mencegah simpatoadrenal refleks (beta blocker dll)• Mencegah vagal refleks (antikolinergik)• Memperlancar induksi anestesi (benzodiazepine)
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Premedikasi– Tujuan premedikasi secara umum :• Mengurangi penggunaan obat-obat anestesi intraop
(benzodiazepine, opiat/opioid)• Mengurangi sekresi air liur/jalan nafas (antikolinergik) • Mencegah reaksi alergi (steroid, antihistamin)
– Pada kasus bencana perut pemberian obat-obat premedikasi juga harus mempertimbangkan kondisi medis pasien.
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Premedikasi– Terutama obat-obat yang dapat mendepresi
sistem kardiorespirasi (seperti benzodiazepine, opioid, beta blocker dll)
– Yang paling rutin diberikan adalah golongan antasida, H2 blocker, PPI (proton pump inhibitor), antiemetik
– Pemberian benzodiazepin dan opiat biasanya dilakukan di kamar operasi
PENANGANAN PRAOPERATIF
• Persiapan alat– Persiapan alat untuk general anestesi• Mesin anestesi• Sirkuit anestesi• STATICS (scope, tube, artificial airway,tape, introducer,
conector, suction)
– Persiapan alat untuk neuaxial block• Pada neuraxial block, alat utk general anestesi juga hrs
disiapkan mengingat komplikasi dari neuraxial block ataupun kemungkinan konversi ke general anestesi
PENANGANAN PRAOPERATIF
STATICS
Laringoskop
Mesin Anestesi
Jarum Spinal dan Epidural
PENANGANAN INTRAOPERATIF
• Monitoring– Memantau fungsi kardiorespirasi dengan alat
bantu berupa monitor multiparameter (ECG,pulse oximetre,respiration rate, blood pressure, central venous pressure, endtidal CO2)
– Memantau suhu pasien– Memantau rumatan anestesi– Memantau produksi urin– Memantau perdarahan
• Positioning– Dalam mengatur posisi pasien haruslah
dipertimbangkan akses pembedahannya, keamanan pasien, teknik anestesi, monitoring serta posisi intravenous line.
– Pada kasus bencana perut posisi pembedahannya bisa supinasi ataupun lateral (pada kasus yang melibatkan organ ginjal)
PENANGANAN INTRAOPERATIF
• Fluid management– Pemberian cairan intraoperatif dibagi menjadi tiga
kategori :• Cairan rumatan untuk mempertahankan kebutuhan
harian air dan elektrolit, serta glukosa pada neonati kristaloid• Cairan resusitasi untuk menangani perdarahan
kristaloid, koloid, darah• Cairan pengganti defisit akibat kehilangan cairan
melalui NGT, sekuestrasi, evaporasi
PENANGANAN INTRAOPERATIF
PENANGANAN PASCAOPERATIF
• Monitoring– Pemantauan dapat dilakukan di Recovery Room
ataupun Intensive Care Unit – Memantau fungsi kardiorespirasi – Memantau fungsi organ-organ vital lainnya (otak,
ginjal, hepar)– Memantau juga ada tidaknya perdarahan
pascabedah
• Penanganan nyeri pasca bedah– Nyeri pasca bedah pada kasus bencana perut
termasuk nyeri sedang-berat– Penanganan nyeri yang adekuat juga
mempengaruhi fungsi-fungsi organ vital serta pemulihan pasien
– Multi modal analgesiapenggunaan dua atau lebih obat analgesia untuk mendapatkan efek analgesia yang maksimal dengan efek samping minimal
PENANGANAN PASCAOPERATIF
• Penanganan nyeri pascabedah– Sebagai contoh multimodal analgesia adalah
kombinasi antara NSAID dan opioid/opiat– Pemberiannya bisa melalui intravena, kateter
epidural, transkutaneus maupun rektal
• Penanganan mual/muntah pascabedah– Operasi perut merupakan salah satu predisposisi
terjadinya mual muntah pasca bedah
PENANGANAN PASCAOPERATIF
• Penanganan khusus di ruang intensif– Bantuan ventilasi dan oksigenasi dengan
ventilator – Bantuan hemodinamik dengan obat inotropik dan
vasopressor– Biasanya pada kasus bencana perut dengan
komplikasi kardiorespirasi preoperatif maupun introperatif
PENANGANAN PASCAOPERATIF
KESIMPULAN
• Penanganan anestesi perioperatif pada kasus bencana perut meliputi periode praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif
• Tinggi rendahnya mortalitas ataupun survival pasien tergantung pada kondisi medis pasien praoperatif (status fisik ASA) serta penanganan perioperatifnya