51107981 Batuan Beku Non Fragmental
-
Upload
aaron-yoshefho -
Category
Documents
-
view
273 -
download
3
description
Transcript of 51107981 Batuan Beku Non Fragmental
BAB III
HASIL DESKRIPSI
3.1 Deskripsi Batuan No. Peraga B1-45-A
No. urut : 1
No. peraga : B1-45-A
Jenis batuan : batuan beku non fragmental
Deskripsi Megaskopis
Warna batuan : hijau kehitaman
Sifat kimia : basa
Struktur : massif
Tekstur :
a. Derajat Kristalisasi : holokristalin
b. Hubungan antar Kristal : porfiroafanitik
c. Ukuran Butir : kasar
d. Fabrik / Bentuk Butir : euhedral
Deskripsi komposisi
1. Plagioklas (35%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat
putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
2. Olivine (30%), warn hijau, kekerasan 6,5, belahan tidak teratur, cerat
putih, kilap kaca
3. Piroksen (35), warna hitam, kekerasan 6, kilap logam, cerat putih
Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar
Petrogenesa
Berdasarkan hasil deskripsi secara megaskopis batu
Foto batuan:
1
Plagioklas >35%
Hornblende 5% <10%
Piroksen >50%
Nama batuan : Basalt (Travis, 1969)
3.2 Deskripsi Batuan No. Peraga B1-02-A
No. urut : 2
No. peraga : B1-02-A
Jenis batuan : batuan beku non fragmental
Deskripsi Megaskopis
Warna batuan : coklat
Sifat kimia : intermediet
Struktur : massf
2
Kuarsa 5%
Tekstur :
a. Derajat Kristalisasi : holokristalin
b. Hubungan antar Kristal : equigranular, fanerit
c. Ukuran Butir : sedang
d. Fabrik / Bentuk Butir : euhedral
Deskripsi komposisi
1. Plagioklas (70%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat
putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
2. Kuarsa (30%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.
Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar
Petrogenesa
Berdasarkan warna batuan yang berwarna cenderung abu-abu
keputihan, bersifat intermediet, berstruktur massif, tekstur holokristalin,
porfiroafanit, dan subhedral, dengan komposisi fenokris: plagioklas 70%,
kuarsa 30%, feldspar plagioklas >2/3 seluruh feldspar, dan massa dasar
berupa afanit material yang bersifat intermediet, maka batuan ini termasuk
batuan beku intermediet yang terbentuk di dalam kerak bumi di zona
hipabisal dengan sifat yang intermediet.
Foto batuan:
3
Plagioklas >35%
Ortoklas <10%
Kuarsa >25%
Massa dasar
Nama batuan : Porfiri Dasit (Travis, 1969)
3.3 Deskripsi Batuan No. Peraga 50
No. urut : 3
No. peraga : 50
Jenis batuan : batuan beku non fragmental
Deskripsi Megaskopis
Warna batuan : kecoklatan
Sifat kimia : intermediet
4
Struktur : massif
Tekstur :
a. Derajat Kristalisasi : holokristalin
b. Hubungan antar Kristal : inequigranular, porfiroafanitik
c. Ukuran Butir : -
d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral
Deskripsi komposisi
1. Homblande (5%) warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk
menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.
2. Piroksen (5%) warna hitam, kekerasan 5-6, belahan 2 arah, bentuk
tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
3. Kuarsa (5%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal
4. Biotit (5%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk
lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.
5. Massa dasar berupa afanitik (plagioklas)
Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar
Petrogenesa
Berdasarkan warna batuan yang berwarna cenderung kecoklatan,
bersifat intermediet, berstruktur massif, tekstur holokristalin, porfiroafanitik,
dan subhedralhedral, dengan komposisi fenokris: kuarsa >5%, biotit >5%,
hornblende >5%, piroksen >5%, feldspar plagioklas >2/3 seluruh feldspar,
dan massa dasar berupa material yang bersifat intermediet yang berupa
plagioklas, maka batuan ini termasuk batuan beku asam yang terbentuk di
dalam kerak bumi di zona hipabisal. Dan batu ini terbentuk oleh magma
yang bersifat intermediet.
Foto batuan:
5
Plagioklas >50%
Nama batuan : Porfiri Andesit (Travis, 1969)
3.4 Deskripsi Batuan No. Peraga B1-09-A
No. urut : 4
No. peraga : B1-09-A
Jenis batuan : batuan beku non fragmental
Deskripsi Megaskopis
Warna batuan : Coklat keabu abuan
Sifat kimia : asam
Struktur : masif
6
Piroksen >5%
Kuarsa >5%
Hornblende >5%
Biotit >5%
Tekstur :
a. Derajat Kristalisasi : holokristalin
b. Hubungan antar Kristal : equigranular, faneroporfiitik
c. Ukuran Butir : sedang
d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral
Deskripsi komposisi
1. Plagioklas (>30%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat
putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
2. Kuarsa (>10%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.
3. Mineral logam
4. Biotit (<5%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk
lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.
5. Hornblende (<5%) warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk
menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.
6. Piroksen (5%) warna hitam, kekerasan 5-6, belahan 2 arah, bentuk
tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar
Petrogenesa
Berdasarkan warna batuan yang berwarna hitam, bersifat asam,
berstruktur massif, tekstur holokristalin, faneroporfiritik, dan subhedral
dengan komposisi fenokris: plagioklas >30%, kuarsa <10%, biotit 5%,
piroksen 5% dan homblande <10%, feldspar plagioklas >2/3 seluruh
feldspar, maka batuan ini termasuk batuan beku asam yang terbentuk di
dalam kerak bumi di zona hipabisal. Dan batu ini terbentuk oleh magma
yang bersifat asam.
Foto batuan:
7
Plagioklas >30%
Biotit <10%
Massa dasar
Homblandet <10%
Nama batuan : Porfiro Diorit Kuarsa (Travis, 1969)
3.5 Deskripsi Batuan No. Peraga B1-43-A
No. urut : 5
No. peraga : B1-02-A
Jenis batuan : batuan beku non fragmental
Deskripsi Megaskopis
Warna batuan : Hijau tua
Sifat kimia : basa
8
Kuarsa >25%
Struktur : masif
Tekstur :
a. Derajat Kristalisasi : holokristalin
b. Hubungan antar Kristal : equigranular, faneritik
c. Ukuran Butir : kasar
d. Fabrik / Bentuk Butir : euhedral
Deskripsi komposisi
1. Plagioklas (10%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat
putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.
2. Kuarsa (10%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
3. Olivine (80%), warn hijau, kekerasan 6,5, belahan tidak teratur, cerat
putih, kilap kaca
Petrogenesa
Berdasarkan warna batuan yang berwarna hitam, bersifat basa,
berstruktur massif, tekstur holokristalin, fenerit, dan subhedral dengan
komposisi plagioklas 10%, kuarsa 10% serta olovine 80%. feldspar
plagioklas >2/3 seluruh feldspar, dan massa dasar berupa afanit yaitu
material yang bersifat basa, maka batuan ini termasuk batuan beku basa
yang terbentuk di dalam kerak bumi di zona plutonik. Dan batu ini terbentuk
oleh magma yang bersifat basa.
Foto batuan:
9
Plagioklas >30%
Kuarsa <10%
Nama batuan : Gabro (Travis, 1969)
3.6 Deskripsi Batuan No. Peraga B1-09-A
No. urut : 5
No. peraga : B1-09-A
Jenis batuan : batuan beku non fragmental
Deskripsi Megaskopis
Warna batuan : coklat keabu abuan
Sifat kimia : asam
Struktur : masif
Tekstur :
a. Derajat Kristalisasi : holokristalin
b. Hubungan antar Kristal : inequigranular, faneroporfiritik10
c. Ukuran Butir : sedang
d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral
Deskripsi komposisi
1. Plagioklas (20%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat
putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.
2. Kuarsa (30%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
3. Biotit (20%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk
lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.
4. Homblande (30%) warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk
menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.
K-feldspar > 2/3 semua feldspar
Petrogenesa
Berdasarkan warna batuan yang berwarna coklat, bersifat asam,
berstruktur massif, tekstur holokristalin, faneroporfiritik, dan subhedral
dengan komposisi plagioklas 20%, kuarsa 30%, biotit 20%, homblande
30%, k-feldspar >2/3 seluruh feldspar, batuan ini termasuk batuan beku
asam yang terbentuk di dalam kerak bumi di zona hipabisal. Dan batu ini
terbentuk oleh magma yang bersifat asam.
Foto batuan:
11
Plagioklas >20%
Kuarsa >10%
Piroksen, homblande, biotit >15%
Ortoklas >50%
Nama batuan : Porfir Sianit (Travis, 1969)
3.7 Deskripsi Batuan No. Peraga B1-18-A
No. urut : 6
No. peraga : B1-18-A
Jenis batuan : batuan beku non fragmental
Deskripsi Megaskopis
Warna batuan : putih kecoklatan cerah
Sifat kimia : asam
Struktur : masif
Tekstur :
a. Derajat Kristalisasi : holokristalin
b. Hubungan antar Kristal : inequigranular, faneroporfiritik
c. Ukuran Butir : sedang
12
d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral
Deskripsi komposisi
1. Plagioklas (35%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat
putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.
2. Kuarsa (10%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
3. Biotit (5%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk
lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.
4. Homblande (15%) warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk
menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.
5. Orthoklas (35%).
Feldspar Plagioklas > 2/3 semua feldspar.
Petrogenesa
Berdasarkan warna batuan yang berwarna putih keabu-abuan,
bersifat asam, berstruktur massif, tekstur holokristalin, faneroporfiritik, dan
subhedral dengan komposisi plagioklas 35%, kuarsa 10%, biotit 5%,
homblande 15%, orthoklas 35%. feldspar plagioklas >2/3 seluruh feldspar,
dan massa dasar berupa porfir yaitu mineral plafioklas yaitu material yang
bersifat asam, maka batuan ini termasuk batuan beku asam yang terbentuk
di dalam kerak bumi di zona hipabisal. Dan batu ini terbentuk oleh magma
yang bersifat asam.
Foto batuan:
13
Plagioklas >30%
Kuarsa >15%
Biotit >10%
Homblande >10% >50%
Nama batuan : Porfir Diorit Kuarsa (Travis, 1969)
Deskripsi Batuan No. Peraga B1-02-A
No. urut :
No. peraga : B1-02-A
Jenis batuan : batuan beku non fragmental
Deskripsi Megaskopis
Warna batuan : Hijau tua
Sifat kimia : basa
Struktur : masif
Tekstur :
e. Derajat Kristalisasi : holokristalin
f. Hubungan antar Kristal : equigranular, faneritik
g. Ukuran Butir : kasar
h. Fabrik / Bentuk Butir : euhedral
14
Deskripsi komposisi
1. Plagioklas (65%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.
2. Kuarsa (35%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
Petrogenesa
Berdasarkan warna batuan yang berwarna coklat cerah, bersifat
asam, berstruktur mssif, tekstur holokristalin, fenerit, dan subhedral dengan
komposisi plagioklas 65%, kuarsa 35%. feldspar plagioklas >2/3 batuan ini
termasuk batuan beku asam yang terbentuk di dalam kerak bumi di zona
hipabisal. Dan batu ini terbentuk oleh magma yang bersifat asam.
Foto batuan:
Nama batuan : Gabro (Travis, 1969)
15
Plagioklas >30%
Kuarsa <10%
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum petrologi acara batuan beku kali ini, pengamatan yang
dilakukan adalah pengamatan secara megaskopis dengan tujuan untuk
menganalisis kemudian melakukan pemerian nama batuan. Peraga batuan yang
diamati ada lima macam, antara lain:
4.1 Batuan No Peraga B1-45-A
Secara megaskopis, batuan beku batuan beku dengan nomor peraga
B1-45-A ini berwarnahijau kehitaman. Dilihat dari warnanya, batuan ini
bersifat basa karena warnanya gela. Struktur batuan ini adalah massif, karena
batuan ini batuan tersebut batuan tersebut bersifat keras dan tidak terlihat
adanya lubang-lubang maupun retakan pada permukaan batuan tesebut.
16
Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun
seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat
terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini
sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan
antar kristal pada batu peraga ini adalah equigranular, yaitu besar mineral yang
sama, yang berjenis fanerik. Ukuran kristalnya berukuran halus dan susah
terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya berupa euhedral yaitu bentuk kristal
yang tidak sempurna karena batas-batas antar mineral yang begitu jelas.
Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas 20% warna
putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat
putih, pecahan tidak ada. Olivine (80%), warn hijau, kekerasan 6,5, belahan
tidak teratur, cerat putih, kilap kaca
Berdasarkan hasil pendeskripsian secara megaskopis terhadap batuan
peraga BI-45-S dapat diinterpretasikan bahwa proses pembentukan batu ini
adalah melalui proses pembekuan magma yang agak cepat dimana ada
kemungkinan bahwa batuan ini terbentuk pada daerah hipabisal yang dekat
dengan daerah permukaan bumi dikarenakan ukuran mineral yang terbentuk
berukuran kecil dan bertekstur inequigranular-porfiroafanitik memungkinkan
hal itu dapat terjadi. Proses pembekuannya yang terjadi di hipabisal
membentuk fenikris terlebih dahulu dengan ukuran yang kecil sampai sedang
dan kemudian tereselimuti atau diikat oleh massa dasar dengan waktu yang
agak cepat. Selain itu pengaruh dari tekanan dan suhu yang tidak terlalu
berpengaruh atau kecil pengaruhnya membentuk strutur dan tekstur yang
demikian akibat dari tempat proses terbentuknya. Batuan ini diinterpretasikan
berasal dari magma yang bersifat intermediet yang disimpulkan dari mineral
asosiasinya yaitu mineral hornblende, biotit, dan kuarsa yang dimana magma
ini hasil pengubahan dari magma utama yaitu basa.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa, hornblende dan biotit. Pada batuan ini kelimpahan
mineral kuarsa kurang dari 20%, hornblende 50%, dan biotit 30%.
17
Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah
dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. B1-45-A
merupakan batu Porfir Dasit (Travis, 1969).
4.2 Batuan No Peraga B1-02-A
Secara megaskopis, batuan beku dengan nomor peraga BI-02-A ini
berwarna coklat. Batuan ini memiliki struktur masif yang ditandai dengan
bentuknya yang bersifat keras tidak mengalami pengubahan atau tidak adanya
lubang maupun retakan pada permukaan batuan tersebut.
Pendeskripsian terhadap tekstur batuan ini dapat dilihat dari
kristalisasinya yaitu holokristalin yang ditandai dengan penampakan batuan
yang tersusun seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur lainnya ialah
granularitasnya yang berupa equigranular yang ditandai dengan ukuran mineral
yang dominan memiliki besar yang hampir sama dimana mineral tersebut
berupa fanerik yang dapat terlihat secara kasat mata. Mineral yang terdapat
pada batuan tersebut memiliki ukuran kristal yang sedang. Bentuk kristal yang
terdapat ialah euhedral yaitu bentuk kristalnya yang memiliki batas-batas yagn
jelas antara kristal lainnya.
Komposisi mineral yang diinterpretaikan pada batu peraga ini adalah
plagioklas (70%) dengan sifat fisiknya berwarna putih, kekerasan 6, belahan 2
arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
Selain itu ada mineral kuarsa (30%) dengan sifat fisiknya berwarna putih
kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat
putih, pecahan tidak ada.
Berdasarkan hasil pendeskripsian terhadap struktur dan tekstur yang
ada dapat diinterpretasikan bahwa proses pembentukan batu ini adalah melalui
proses pembekuan magma yang lambat yang dipengaruhi oleh tekanan dan
suhu yang stabil sehingga membentuk struktur yang masif dan tekstur yang
holokristalin dengan granularitasnnya equigranular dengan ukuran yang hampir
sama. Berdasarkan hal tersebut dapat dimungkinkan bahwa batuan ini ialah
batuan beku plitonik yang terbentuk pada daerah protolith atau berada di dalam
18
bumi. Batuan ini terbentuk dari magma yang bersifat asam yang diketahui dari
mineral asosiasinya yaitu plagioklas dan kuarsa.
Untuk melakukan pemerian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral
kuarsa lebih dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari jumlah
semua mineral feldspar. Dan karena mineral aksesori komposisinya dalam
jumlah yang besar maka nama batu peraga tersebut diberi tambahan dari
mineral aksesori tersebut.
Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah
dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga BI-02-A
merupakan batu Granit (Russell B.Travis, 1955).
4.3 Batuan No Peraga BI-14-A
Berdasarkan pengamatan secara megaskopis, batuan beku dengan no
peraga BI-14-A ini memiliki sifat fisik yaitu berwarna hitam keabu-abuan.
Batuan ini memiliki struktur yaitu massif, karena batuan ini bersifat keras serta
tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan pada permukaan batuan
tesebut.
Pendeskripsian tekstur batuan yang terdapat pada batuan ini adalah
kristalisasinya yang berupa holokristalin yang ditandai dengan penyusunnya
berupa massa kristal. Selain itu granularitas yang terdapat ialah inequigranular-
porfiroafanitik yang ditandai dengan ukuran dari mineral-mineral yang ada
tidaklah sama. Material-material yang menyusun batuan tersebut yang terdiri
dari fenokris dan masa dasar yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata
sehingga sulit untuk dideskripsikan. Ukuran kristal yang terdapat ialah
berukuran kecil dengan bentuk kristalnya berupa subhedral yaitu bentuk kristal
yang sebagian dari batas-batas antara antar mineralnya tidaklah begitu jelas.
Batuan ini disusun oleh beberapa mineral, diantaranya hornblende
(50%) dengan sifat fisiknya yaitu berwarna hitam, kekerasan 5-6,5 Mohs, cerat
putih, kilap kaca; kuarsa (30%) dengan sifat fisik berwarna putih kebeningan,
kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan
19
concoidal; biotit (20%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk
lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.
Berdasarkan hasil pendeskripsian secara megaskopis terhadap batuan
peraga BI-14-A dapat diinterpretasikan bahwa proses pembentukan batu ini
adalah melalui proses pembekuan magma yang agak cepat dimana ada
kemungkinan bahwa batuan ini terbentuk pada daerah hipabisal yang dekat
dengan daerah permukaan bumi dikarenakan ukuran mineral yang terbentuk
berukuran kecil dan bertekstur inequigranular-porfiroafanitik memungkinkan
hal itu dapat terjadi. Proses pembekuannya yang terjadi di hipabisal
membentuk fenikris terlebih dahulu dengan ukuran yang kecil sampai sedang
dan kemudian tereselimuti atau diikat oleh massa dasar dengan waktu yang
agak cepat. Selain itu pengaruh dari tekanan dan suhu yang tidak terlalu
berpengaruh atau kecil pengaruhnya membentuk strutur dan tekstur yang
demikian akibat dari tempat proses terbentuknya. Batuan ini diinterpretasikan
berasal dari magma yang bersifat intermediet yang disimpulkan dari mineral
asosiasinya yaitu mineral hornblende, biotit, dan kuarsa yang dimana magma
ini hasil pengubahan dari magma utama yaitu basa.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa, hornblende dan biotit. Pada batuan ini kelimpahan
mineral kuarsa kurang dari 20%, hornblende 50%, dan biotit 30%.
Jadi berdasarkan hasil pengamatan dan ciri-ciri yang telah tertera di
atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Thorpe and Brown batu
peraga BI-14-A merupakan batu Rhyolit Porfir (Thorpe and Brown).
4.4 Batuan No Peraga B1-43-A
Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna hijau tua. Jika dilihat
dari warnanya, batuan ini bersifat basa karena warnanya yang gelap.batuan ini
memiliki struktur batuan masif, karena batuan ini batuan tersebut batuan
tersebut bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan
pada permukaan batuan tesebut.
20
Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun
seluruhnya oleh massa kristal. Disebut holokristalin pada batuan ini karena
terbentuk dari proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini sehingga
pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan antar
kristal pada batu peraga ini adalah equigranular, yaitu mineralnya mempunyai
besar yang sama. Batu peraga ini strukturnya feneritik ,diman feneritik adalah
mineralnya dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran kristalnya berukuran
sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya berupa euhedral yaitu
bentuk kristal yang sempurna karena batas-batas antar mineral yang begitu
jelas.
Pada batuan ini ditemukan beberapa mineral yang menjadi Komposisi
mineral pada batu peraga ini. Diantaranya plagioklas (10%) warna putih,
kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih,
pecahan concoidal. Kuarsa (10%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa
belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada. Dan
Olivine (80%), warn hijau, kekerasan 6,5, belahan tidak teratur, cerat putih,
kilap kaca
Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona
plutonik. Dimana dalam pembentukan batuan secara plutonik berlangsung di
tempat yang dalam dan jauh dari permukaan bumi dan berlangsung dengan
waktu yang lama, sehingga terbentuk krital-kristal yang sempurna. Dan sifat
kimia batu ini adalah basa dimana magma yang membentuk juga bersifat basa,
dan kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting antara
lempeng samudera yang bersifat basa dan lempeng samudera yang bersifat
basa, sehingga terbentuk sifat basa. Hal ini dikarenakan empeng samudera
yang mengandung silika dan magnesium yang bersifat basa bercampur dengan
lempeng samudera yang mengandung silika dan magnesium yang bersifat basa
juga, sehingga menjadikan magma bersifat basa.
21
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral
kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari
jumlah semua mineral feldspar.
Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah
dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 181
merupakan batu Gabro (Travis, 1969).
4.5 Batuan No Peraga B1-09-A
Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna coklat keabu-abuan.
Struktur batuan ini adalah masif, karena batuan ini batuan tersebut batuan
tersebut bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan
pada permukaan batuan tesebut.
Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun
seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat
terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini
sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan
antar kristal pada batu peraga ini adalah inequigranular, yaitu besar mineral
yang tak sama, yang berjenis faneroporfiritik, karena batu ini memiliki struktur
porfiritik yaitu tersusun atas fenikris dan massa dasar, tetapi pada batu ini
massa dasarnya dapat diketahui jenis mineralnya (fenerit). Ukuran kristalnya
berukuran sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya berupa
subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu sempurna karena batas-batas
antar mineral yang tidak begitu jelas.
Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (20%)
warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap
kaca, cerat putih, pecahan concoidal. Kuarsa (30%) warna putih kebeningan,
kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan
tidak ada. Biotit (20%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk
22
lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada. Homblande (30%) warna
hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk menyudut, kilap kaca, cerat hitam,
pecahan tidak ada.
Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona
hipabisal, yang kemungkinan akibat proses intrusi dangkal. Dimana dalam
pembentukan batuan fenokris terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris
tersebut terelimuti oleh suatu massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya
dapat diketahui jenis mineralnya dikarenakan proses pembekuannya yang
letaknya dalam dari permukaan bumi dan waktunya pun lama. Sifat kimia batu
ini adalah asam dimana magma yang membentuk juga bersifat asam, dan
kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting antara lempeng
benua yang bersifat asam dan lempeng benua yang bersifat asam, sehingga
terbentuk sifat asam. Hal ini dikarenakan lempeng benua mengandung minera
silika dan alumuniumyang sifatnya asam.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral
kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah K-feldspar > 2/3 dari jumlah semua
mineral feldspar.
Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah
dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 33
merupakan batu Porfir Sianit (Travis, 1969).
4.6 Batuan No Peraga B1-18-A
Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna putih kecoklatan cerah.
Dilihat dari warnanya, batuan ini bersifat asam karena warnanya cenderung
cerah. Struktur batuan ini adalah massif, karena batuan ini batuan tersebut
batuan tersebut bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun
retakan pada permukaan batuan tesebut.
23
Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun
seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat
terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini
sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan
antar kristal pada batu peraga ini adalah inequigranular, yaitu besar mineral
yang tak sama, yang berjenis faneroporfiritik, karena batu ini memiliki struktur
porfiritik yaitu tersusun atas fenikris dan massa dasar, tetapi pada batu ini
massa dasarnya dapat diketahui jenis mineralnya (fenerit). Ukuran kristalnya
berukuran sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya berupa
subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu sempurna karena batas-batas
antar mineral yang tidak begitu jelas.
Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (35%)
warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap
kaca, cerat putih, pecahan concoidal. Kuarsa (10%) warna putih kebeningan,
kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan
tidak ada. Biotit (5%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk
lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada. Homblande (15%) warna
hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk menyudut, kilap kaca, cerat hitam,
pecahan tidak ada, Orthoklas 35%
Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona
hipabisal, yang kemungkinan akibat proses intrusi dangkal. Dimana dalam
pembentukan batuan fenokris terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris
tersebut terelimuti oleh suatu massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya
dapat diketahui jenis mineralnya dikarenakan proses pembekuannya yang
letaknya dalam dari permukaan bumi dan waktunya pun lama. Sifat kimia batu
ini adalah asam dimana magma yang membentuk juga bersifat asam, dan
kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting antara lempeng
benua yang bersifat asam dan lempeng benua yang bersifat asam, sehingga
24
terbentuk sifat asam. Hal ini dikarenakan lempeng benua mengandung minera
silika dan alumuniumyang sifatnya asam.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral
kuarsa lebih dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari jumlah
semua mineral feldspar.
Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah
dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 195
merupakan batu Porfiri Diorit Kuarsa (Travis, 1969).
\
BAB V
PENUTUP
25
5.1 Kesimpulan
1. Batuan beku merupakan batuan yang terjadi dai pembekuan larutan silica
cair dan pijar, yang kita kenal dengan nama magma
2. Deskripsi batuan beku secara megaskopis, meliputi: warna batuan, tekstur
batuan, struktur batuan, ukuran kristal, tingkat kristalisasi, komposisi
mineral, penamaan batuan menurut Russel B. Travis (1969).
3. Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma yang
membeku, dan magma sendiri berasal dari pelelehen lempeng, baik
lempeng benua maupunlempeng samudera.
4. Dalam klasifikasi menurut Russel B. Travis (1969), yang diutamakan
adalah komposisi berdasarkan jumlah dari mineral kuarsa dan feldspar.
5. Nama batuan dengan nomor peraga 21 adalah porfiri dasit (Travis,1969).
6. Nama batuan dengan nomor peraga 197 adalah porfiri diorite kuarsa biotit
(Travis,1969).
7. Nama batuan dengan nomor peraga 195 adalah porfiri basalt
(Travis,1969).
8. Nama batuan dengan nomor peraga 181 adalah gabro (Travis,1969).
9. Nama batuan dengan nomor peraga 33 adalah porfiri sianit (Travis,1969).
10. Nama batuan dengan nomor peraga190 adalah porfiri diorite kuarsa
(Travis,1969).
5.2 Saran
1. Persiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam praktikum.
2. Tanyakan kepada asisten hal-hal yang kurang jelas dalam prakttikum.
3. Lengkapi peraga batuan di laboratorium untuk memperluas wawasan
praktikan.
4. Lakukan pendiskripsian batuan dengan seteliti mungkin dan setepat
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
26
Danisworo, C ; Firdaus M Suprapto. 2000. Buku Petunjuk Kristalografi dan
Mineralogi. Yogyakarta:Fakultas Teknologi Mineral Jurusan Teknik
Geologi UPN “ Veteran” :
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: Penerbit LPP dan
Percetakan UNS
Setia Graha, Doddy , 1987, Batuan dan Mineral , Bandung: Penerbit Nova.
Tim Asisten Petologi.2007.Pengantar Praktikum Petrologi. Semarang: Undip.
27