5. Pengaruh Panjang Pemotongan Jerami Dan Lama Pengomposan Terhadap Produksi Jamur Merang

7
Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330 90 PENGARUH PANJANG PEMOTONGAN JERAMI DAN LAMA PENGOMPOSAN TERHADAP PRODUKSI JAMUR MERANG EFFECT OF CUTTING OF HAY AND DURATION OF COMPOSTING TO MUSHROOM YIELD Erma Nilawati, Abd. Rahman Arinong, dan Syaifuddin Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemotongan jerami dan lama pengomposan terhadap produksi jamur merang. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dalam faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama pemotongan jerami (P), yaitu: tidak dipotong (p0), dipotong dua (p1), dipotong tiga (p2), dan dipotong empat (p3). Faktor kedua adalah lama pengomposan (K), yaitu 8 hari pengomposan (k1) dan 5 hari pengomposan (k2), sehingga diperoleh kombinasi sebanyak 8 perlakuan yang diulang tiga kali, sehingga seluruhnya terdapat 24 unit percobaan. Parameter yang diamati yaitu umur mulai terbentuk miselium (hari) yang dihitung sejak tanam sampai menyebar merata di permukaan media. Umur mulai terbentuk egg (hari), dihitung sejak tanam sampai terbentuk seperti telur. Bobot badan buah dihitung pada saat panen. Jumlah badan buah dihitung pada saat panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemotongan jerami dengan cara potong tiga memberikan hasil terbaik yang ditunjukkan oleh umur mulai terbentuk egg yang lebih cepat dan jumlah badan buah yang lebih banyak. Lama pengomposan memberikan hasil terbaik yang ditunjukkan oleh kecepatan tumbuh pinhead, tiny button, button dun egg serta bobot badan buah yang lebih berat dan jumlah badan buah yang lebih banyak. Kata kunci: jerami, pengomposan, jamur merang ABSTRACT This research aims to identify the effect of cutting of hay and duration of composting to production of mushroom. This research was conducted according to completely randomized design in factorial and consisted by two factors. The first factor is cutting of hay (P) i.e.: not cut (p0), cut with two part (p1), cut with three part (p2), cut with four part (p3). The second factor is duration of composting (K) i.e.: composted for 8 days (k1) and composted for 5 days (k2) and for every treatment combination repeated three times. Parameter measerud was age of start formed micelium (day), counted since planting till dessiminate on the surface of media, age start formed of egg (day) counted since planting till formed a like egg, weight of fruit body (g) counted at harvest time. Number of fruit body (seed) counted harvest time. Result of research revelaed that cutting of hay with three part have best result at by age start formed of egg more quick and sum up the fruit body is more amount. Duration of composting give the best result posed by speed of grow the pinhead, tiny button, button dun egg and also weight of fruit body is more wight and sum up the fruit body which is more amount. Keywords: hay, composting, mushroom

description

kompos jerami

Transcript of 5. Pengaruh Panjang Pemotongan Jerami Dan Lama Pengomposan Terhadap Produksi Jamur Merang

Page 1: 5. Pengaruh Panjang Pemotongan Jerami Dan Lama Pengomposan Terhadap Produksi Jamur Merang

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

90

PENGARUH PANJANG PEMOTONGAN JERAMI DAN LAMA PENGOMPOSAN TERHADAP PRODUKSI JAMUR MERANG

EFFECT OF CUTTING OF HAY AND DURATION OF COMPOSTING TO MUSHROOM YIELD

Erma Nilawati, Abd. Rahman Arinong, dan Syaifuddin

Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemotongan jerami dan lama pengomposan terhadap produksi jamur merang. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dalam faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama pemotongan jerami (P), yaitu: tidak dipotong (p0), dipotong dua (p1), dipotong tiga (p2), dan dipotong empat (p3). Faktor kedua adalah lama pengomposan (K), yaitu 8 hari pengomposan (k1) dan 5 hari pengomposan (k2), sehingga diperoleh kombinasi sebanyak 8 perlakuan yang diulang tiga kali, sehingga seluruhnya terdapat 24 unit percobaan. Parameter yang diamati yaitu umur mulai terbentuk miselium (hari) yang dihitung sejak tanam sampai menyebar merata di permukaan media. Umur mulai terbentuk egg (hari), dihitung sejak tanam sampai terbentuk seperti telur. Bobot badan buah dihitung pada saat panen. Jumlah badan buah dihitung pada saat panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemotongan jerami dengan cara potong tiga memberikan hasil terbaik yang ditunjukkan oleh umur mulai terbentuk egg yang lebih cepat dan jumlah badan buah yang lebih banyak. Lama pengomposan memberikan hasil terbaik yang ditunjukkan oleh kecepatan tumbuh pinhead, tiny button, button dun egg serta bobot badan buah yang lebih berat dan jumlah badan buah yang lebih banyak.

Kata kunci: jerami, pengomposan, jamur merang

ABSTRACT

This research aims to identify the effect of cutting of hay and duration of composting to production of mushroom. This research was conducted according to completely randomized design in factorial and consisted by two factors. The first factor is cutting of hay (P) i.e.: not cut (p0), cut with two part (p1), cut with three part (p2), cut with four part (p3). The second factor is duration of composting (K) i.e.: composted for 8 days (k1) and composted for 5 days (k2) and for every treatment combination repeated three times. Parameter measerud was age of start formed micelium (day), counted since planting till dessiminate on the surface of media, age start formed of egg (day) counted since planting till formed a like egg, weight of fruit body (g) counted at harvest time. Number of fruit body (seed) counted harvest time. Result of research revelaed that cutting of hay with three part have best result at by age start formed of egg more quick and sum up the fruit body is more amount. Duration of composting give the best result posed by speed of grow the pinhead, tiny button, button dun egg and also weight of fruit body is more wight and sum up the fruit body which is more amount.

Keywords: hay, composting, mushroom

Page 2: 5. Pengaruh Panjang Pemotongan Jerami Dan Lama Pengomposan Terhadap Produksi Jamur Merang

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

91

PENDAHULUAN

Penganekaragaman pangan adalah meru-pakan salah satu usaha dalam memenuhi kebutuhan konsumsi pangan dan gizi masyarakat yang menjadi tujuan dalam kebijaksanaan pembangunan pertanian. Pengembangan tanaman holtikultura di-sebut-sebut sebagai salah satu komoditi masa depan yang menjanjikan berbagai keuntungan. (Hadi, 2003).

Salah satu komoditi holtikultura yang dewasa ini banyak dibudidayakan adalah Jamur Merang. Perkembangan jamur di dunia tampaknya cukup mendorong budi-daya jamur di Indonesia dengan bertam-bahnya upaya pengembangan budidaya yang mendorong perluasan produksi jamur merang.

Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu sumber pangan yang memiliki nilai gizi tinggi dan mudah dibudidayakan di daerah tropik dan sub tropik, seperti Birma, Vietnam, Jepang dan Cina, termasuk Indonesia (Suhar-diman, 1980).

Kebutuhan akan protein dan makanan yang bernilai gizi tinggi untuk menunjang kualitas hidup manusia merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan, sehingga perkembangan di bidang pertanian juga diarahkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu usaha untuk me-menuhi usaha tersebut adalah melalui pemanfaatan limbah pertanian, namun bagi petani di Indonesia belum menge-tahui bagaimana memanfaatkan limbah pertanian sebagai salah satu kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah dan kegiatan usahatani mereka, seperti mem-buat kompos yang dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur merang.

Di Indonesia kebanyakan petani masih sangat asing mengenai penanaman jamur merang, sehingga untuk mengembangkan usaha tani tersebut sangat jauh dan jangkauannya dan adanya keengganan

untuk mencobanya.

Jamur merang merupakan jamur pangan yang telah lama dibudidayakan, sebagai bahan makanan yang enak dan kaya protein, mineral serta vitamin. Jamur merang mengandung protein 2,68 %, lemak 2,24 %, karbohidrat 2,6 %, vitamin C 206,27 mg, kalsium 0,75 %, fosfor 36,6 % dan kalium 44,2 % (Nurman dan Kahar, 1990).

Prospek pembudidayaan jamur merang di Indonesia mempunyai harapan yang sangat baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil padi di Asia, sehingga terdapat ribuan ton sisa jerami padi yang berada di sawah, yang dapat merugikan petani karena dapat menjadi inang bagi hama-hama tertentu seperti tikus dan wereng.

Lama pengomposan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi pertum-buhan jamur. Lama pengomposan yang umum digunakan adalah delapan hari, namun data mengenai waktu pengom-posan yang lebih singkat belum diketahui secara pasti.

Penggunaan jerami sebagai media selama ini pada percobaanpercobaan yang dila-kukan hanya memakai jerami utuh, jadi disini akan dilihat hasil jamur merang yang ditanam pada jerami yang telah dipotong dapat berpengaruh atau tidak terhadap produksi jamur merang.

Melimpahnya sisa jerami sesudah perta-naman padi merupakan potensi yang cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai bahan kompos bagi media penanaman jamur merang, berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan untuk itu dila-kukan percobaan tentang pengaruh pemo-tongan jerami dan lama pengomposan terhadap pertumbuhan dan produksi jamur merang.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan percobaan tentang pengaruh

Page 3: 5. Pengaruh Panjang Pemotongan Jerami Dan Lama Pengomposan Terhadap Produksi Jamur Merang

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

92

pemotongan jerami dan lama pengom-posan terhadap pertumbuhan dan produksi jamur merang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemotongan jerami dan lama pengomposan terhadap produksi jamur merang.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kecamatan Maros Baru Kabupaten Maros. Bahan yang digunakan adalah bibit jamur merang, air, jerami, kapur dan bekatul.Alat yang digunakan adalah bam-bu, plastik, paku, drum pasteurisasi, pipa karet, thermometer, pH meter, timbangan, mistar, tangki minyak tanah, ember, parang, balok kayu serta alat tulis menulis.Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang disusun menurut percobaan faktorial terdiri dari dua faktor yaitu faktor pertama pemo-tongan jerami (P) dengan cara tidak di-potong (p0), dipotong dua (p1), dipotong tiga (p2), dipotong empat (p3). Faktor kedua adalah lama pengomposan (K), yaitu 8 hari (k1) dan 5 hari (k2). Sehingga diperoleh kombinasi sebanyak 8 perlakuan yang diulang tiga kali sehingga selu-ruhnya terdapat 24 unit percobaan. Setiap petak percobaan berukuran 0.40 x 0,75 = 0.30 m2.

Rumah jamur terbuat dari bambu dengan ukuran 4 x 3 m dan tinggi 3,5 m. Dinding dan atapnya terbuat dan anyaman bambu. Pada bagian dalam dinding dilapisi plastik dan bagian depan dan belakang diberi jendala atau ventilasi pada dinding depan. Di tengah-tengah rumah jamur tersebut dibuat jalan dengan lebar 70 cm. Rak-rak terbuat dan bambu ditempatkan pada sisi kiri dan kanan dalam rumah dengan panjang 1 m dan lebar 1,5 m, yang dibuat secara bersusun dengan jarak antara rak dan rak lainnya 0,5 m.

Bahan yang dibuat kompos terdiri dari jerami padi kering yang direndam di dalam air. Sebelum direndam bahan tersebut terlebih dahulu dipotong, setelah bahan direndam selama beberapa menit maka bahan ditumpuk lapisan demi lapisan secara teratur dan setiap lapisan ditambahkan kapur (ditaburi) permuka-annya sampai merata, lalu ditutup dengan plastik. Untuk pengomposan delapan hari yaitu berselang tiga hari kompos dibuka kemudian diaduk dan ditambahkan beka-tul pada setiap lapisan sampai merata kemudian ditutupi plastik kembali dan saat itu pula pengomposan lima hari dilaksanakan, tiga hari kemudian kompos dibuka dan ditambahkan bekatul, setelah diadakan pembalikan kemudian ditutup plastik kembali. Pada hari kedelapan untuk kompos pertama dan lima hari untuk kompos kedua kompos siap dima-sukkan ke dalam rak-rak yang telah diatur sedemikian rupa.

Penanaman bibit jamur merang dilakukan pada saat suhu mencapai 35 – 38 0C dengan cara menaburkan bibit di seluruh permukaan kompos. Bibit tiap plot sebanyak 94,125 g.

Pada saat pertumbuhan jamur merang berlangsung, suhu sheed dipertahankan antara 28 – 32 0C. Pada hari keempat se-telah penyebaran bibit, maka jendela ven-tilasi dibuka selama lima menu. Perlakuan ini dilakukan pada siang hari, apabila media kekeringan dapat diatasi dengan menyiram air pada lantai shed.

Panen pertama jamur merang biasanya hari kedelapan sejak tanam, selama 5 - 8 hari. Panen bisa dilakukan dua kali yaitu pagi dan sore hari. Panen dilakukan pada saat tudung belum mekar dengan jalan mengangkat perlahan ke atas.

Parameter perlakuan yang diamati, yaitu: 1. Umur mulai terbentuk miselium (hari),

dihitung sejak tanam sampai menyebar merata di permukaan media.

Page 4: 5. Pengaruh Panjang Pemotongan Jerami Dan Lama Pengomposan Terhadap Produksi Jamur Merang

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

93

2. Umur mulai terbentuk egg (hari), dihitung sejak tanam sampai terbentuk seperti telur.

3. Bobot badan buah (g), dihitung pada saat panen.

4. Jumlah badan buah (biji), dihitung pada saat panen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Umur Mulai Terbentuk Miselium

Hasil pengamatan Rata-rata umur mulai terbentuk miselium memperlihatkan hari yang sama yaitu hari ketiga. Tabel 1. Rata-rata umur mulai terbentuk

miselium (hari) pada pemo-tongan jerami dan lama pe-ngomposan

Perlakuan Rata-rata p0k1 p0k2 p1k1 p1k2 p2k1 p2k2 p3k1 p32

3 3 3 3 3 3 3 3

Umur Mulai Terbentuk Egg

Hasil pengamatan umur mulai terbentuk egg dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa pemotongan jerami dan lama pe-ngomposan berpengaruh nyata terhadap umur mulai terbentuk egg, tetapi kedua-nya tidak menunjukkan adanya interaksi yang nyata.

Hasil Uji BNJ pada Tabel 2, menunjukkan bahwa umur mulai terbentuk egg dengan perlakuan potong tiga (p2) memper-lihatkan pengaruh yang lebih baik di-banding dengan perlakuan lainnya dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa potong (p0), dipotong dua (p1), tetapi tidak berbeda nyata dengan yang dipotong empat (p3), sedangkan pada perlakuan lama pengomposan 8 hari (k1) lebih baik dibandingkan dengan lama pengomposan 5 hari (k2).

Tabel 2. Rata-rata umur mulai terbentuk egg (hari) pada pemotongan jerami dan lama

pengomposan

Perlakuan p0 p1 p2 p3 Rata-rata BNJ (0,05)

k1 k2

12,00 11,33

12,66 11,00

13,33 11,33

13,33 11,33

12,91b

11,24a

0,12 Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata pada

taraf Uji α : 0,05 Jumlah Badan Buah Hasil pengamatan jumlah badan buah dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa pe-motongan jerami dan lama pengomposan berpengaruh nyata terhadap jumlah badan buah tetapi interaksi antara keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.

Hasil uji BNJ pada Tabel 3, menunjukkan bahwa jumlah badan buah dengan perlakuan potong tiga (p2) memper-lihatkan bobot badan buah yang lebih baik dibanding dengan perlakuan lainnya dan berbeda nyata dengan perlakuan potong empat (p3), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa potong (p0) dan

Page 5: 5. Pengaruh Panjang Pemotongan Jerami Dan Lama Pengomposan Terhadap Produksi Jamur Merang

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

94

potong dua (p1). Sedangkan pada perla-kuan lama pengomposan 8 hari (k1) memperlihatkan pengaruh yang lebih baik

dibandingkan dengan lama pengomposan 5 hari (k2).

Tabel 3. Rata-rata jumlah badan buah (biji) pada pemotongan jerami dan lama

pengomposan

Perlakuan p0 p1 p2 p3 Rata-rata BNJ (0,05)

k1

k2

33,66

37,00

20,00

42,33

7,66

24,00

19,33

34,24b

7,66

13,05

13,bba

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata pada taraf Uji α : 0,05.

Bobot Badan Buah Hasil pengamatan bobot badan buah dan sidik ragamnya menunjukkan bahwa lama pengomposan berpengaruh nyata terhadap bobot badan buah, tetapi pemotongan dan interaksinya tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata.

Hasil uji BNJ pada Tabel 4, menunjukkan bahwa bobot badan buah dengan lama pengomposan 8 hari (k1) memperlihatkan pengaruh yang lebih baik dibanding perlakuan lainnya dan berbeda nyata dengan lama pengomposan 5 hari (k2).

Tabel 4. Rata-rata bobot badan buah (g) pada lama pengomposan

Perlakuan p0 p1 p2 p3 Rata-rata BNJ (0,05)

k1

k2

229,33

163,66

316,33

41,33

306,00

101,66

222,00

44,00

268,41b

87,66a

108,14

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata pada taraf Uji α : 0,05

Pertumbuhan dan produksi jamur merang sangat dipengaruhi keadaan dalam gubuk, terutama temperatur dan kelembaban media pada saat minggu pertama setelah tanam (Chang dan Hayes, 1978). Suhardiman (1980) menambahkan bahwa penanaman jamur akan berhasil baik apabila menggunakan jerami kering dan optimal, pembuatan kompos berlangsung baik dan pasteurisasi berjalan sempurna.

Berdasarkan penyebaran miselium pada setiap perlakuan rata-rata miselium menyebar pada ban ketiga. Hal ini diduga bahwa bibit yang di gunakan kualitasnya masih baik kemudian ditunjang pula oleh kandungan unsur hara yang sudah terurai pada media, suhu dan kelembaban dalam gubuk. Suhu dan kelembaban tersebut sesuai dengan pertumbuhan miselium dan akan berpengaruh pada pertumbuhan

Page 6: 5. Pengaruh Panjang Pemotongan Jerami Dan Lama Pengomposan Terhadap Produksi Jamur Merang

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

95

selanjutnya. Suhardiman (1980) menya-takan bahwa suhu di atas 450C dan di bawah 200C, miselium akan mati atau terhenti pertumbuhannya. Suhu dan kelembaban selama percobaan berlang-sung yaitu rata-rata 290C.

Hasil uji BNJ pada Tabel 2, 3, dan 4 menunjukkan bahwa lama pengomposan 8 hari memberikan pengaruh nyata terhadap umur mulai terbentuk egg, jumlah badan buah dan bobot badan buah dibandingkan dengan lama pengomposan 5 hari. Hal ini terjadi karena lama pengomposan 8 hari, jerami dengan kadar lignin yang tinggi sudah mulai terurai bersamaan dengan menyebarnya miselium. Cadangan maka-nan yang digunakan untuk pertumbuhan egg dan panen cukup tersedia, apabila dibandingkan dengan lama pengomposan 5 hari yang lambat terurai, sehingga dengan pengomposan 5 hari belum menunjang ketersediaan cadangan maka-nan bersamaan dengan kebutuhan pertum-buhan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Djalil (1990) bahwa untuk media jerami lama pengomposan 8 hari optimal untuk pertumbuhan jamur asalkan jumlah dan kualitas memenuhi standar.

Hasil uji BNJ pada Tabel 2 dan 3, menunjukkan bahwa lama pengomposan dan panjang pemotongan memberikan pengaruh nyata terhadap umur mulai terbentuknya egg dan jumlah badan buah yang terbentuk. Lama pengomposan 8 hari lebih baik dibandingkan dengan 5 hari. Selanjutnya pemotongan jerami dengan cara potong tiga berbeda nyata dengan kontrol dan potong dua pada umur mulai terbentuk egg tetapi berbeda tidak nyata pada jumlah badan buah yang dapat dipanen.

Adanya perbedaan tersebut diduga bahwa lama pengomposan 8 hari merupakan standar minimum untuk pengomposan jerami. Kemudian semakin panjang jerami yang digunakan untuk kompos maka penguraian berjalan agak lambat tidak

bersamaan dengan kebutuhan pertum-buhan jamur, sehingga ada yang pertum-buhannya sudah sampai egg tidak bisa dipanen karena cadangan makanan yang tersedia tidak mencukupi. Selanjutnya, semakin pendek jerami yang digunakan seperti yang diperlihatkan oleh potongan empat proses penguraian berjalan dengan cepat, yang ditandai dengan hancurnya kompos, sehingga cadangan makanan untuk pertumbuhan jamur cukup tersedia pada fase awal dan akan kekurangan setelah fase panen. Selanjutnya, jerami potong tiga, proses penguraiannya ber-jalan sempurna sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan jamur, sehingga pada saat terbentuk egg kompos sudah terurai sempurna.

KESIMPULAN

Pemotongan jerami dengan cara potong tiga memberikan hasil terbaik yang di-tunjukkan oleh umur mulai terbentuk egg yang lebih cepat dan jumlah badan buah yang lebih banyak.

Lama pengomposan memberikan hasil terbaik yang ditunjukkan oleh kecepatan tumbuh egg serta bobot badan buah yang lebih berat dan jumlah badan buah yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, S. T, 1978. The Chinese Mushroom (Volvariell volvariella). The Chinese University.

Chang, S. T and W A. Hayes, 1978. The Biology and Cultivation Of Edible Mushroom. Academic Press, USA

DjaIiI, D. A, 1990. Pendayagunaan Limbah Jerami Padi Untuk Mempro-duksi Jamur Merang. Disampaikan Pada Seminar Sehari dan Kursus Keterampilan Pertanian II Fakultas Pertanian Universitas “45”.

Page 7: 5. Pengaruh Panjang Pemotongan Jerami Dan Lama Pengomposan Terhadap Produksi Jamur Merang

Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 ISSN 1858-4330

96

Hadi, E.W., 2003. Analisis biaya dan pendapatan usahatani jamur merang. JIPTUMM 16: 39 – 46.

Nurman dan Kahar. 1990. Bertani Jamur dan Seni Memasaknya. Penerbit Angkasa, Bandung.

Suhardiman, P, 1980. Jamur Merang dan Mushroom. pusat Penelitian Yayasan Sosial Tani Membangun, Jakarta.

Sudawiria, U, 1986. Pengantar Untuk

Mengenal dan Menanam Jamur. Angkasa, Bandung.

Tjitrosoepomo, G, 1981. Taksonomi Tumbuhan (Taksonomi Khusus), Bhatara, Karya Aksara, Jakarta.

Tjitrosoepomo, S.S. dan S. Harran, 1981. Botani Umum III. Departemen Botani, Institut Teknologi Bogor, Bogor.

Warsito, D, P, 1986. Jamur Merang. Bumi Restu, Jakarta.