5 Modul C3.6.Jaringan Nirkabel
description
Transcript of 5 Modul C3.6.Jaringan Nirkabel
Modul C3.6
Jaringan Nirkabel
Kelas XI TKJ
Semester 1
Teknik Komputer dan Jaringan
SMK Darut Taqwa
Guru : M. Ali Erkam,S.Pd.
Email : [email protected]
Facebook : https://www.facebook.com/Aden.irham/
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .................................................1
BAB II TEORI DASAR ANTENNA ..............................12
BAB III MERAKIT MINI TOWER ANTENA .................58
BAB I PENDAHULUAN
Tujuan Diklat
Setelah selesai Pelatihan ini, diharapkan peserta dapat :
1. Menjelaskan tentang pengertian Teknologi Wireless
2. Menjelaskan perkembangan Teknologi Wireless
3. Menjelaskan tentang Standar Wireless dunia
4. Memahami perbedaan antara WiFI dan WiMAX
Waktu Diklat
Diklat ini direncanakan selama 5 jam Pelajaran.
Materi Diklat
Materi diklat ini terdiri dari beberapa sub pokok bahasan
seperti halaman berikut ini.
1. Jaringan Tanpa Kabel (Wireless)
Sistem jaringan Wireless atau WIFI tidak memerlukan
media jaringan berupa kabel jaringan, tetapi memerlukan
ruang atau space dimana jarak jangkauan jaringan
ditentukan oleh kekuatan pancaran signal radio dari
masing-masing device wireless yang digunakan.
Gambar 1.1 Standard Wireless
Sistem Wireless mempunyai beberapa keuntungan
antara lain pemakai tidak dibatasi oleh ruang gerak dan
hanya dibatasi pada jarang jangkauan dari satu titik
pemancar WIFI. Untuk jarak pada sistem WIFI mampu
menjangkau area sekitar 100 feet atau 30M radius.
Selain itu dapat diperkuat dengan perangkat khusus
seperti booster yang berfungsi sebagai relay yang
mampu menjangkau ratusan bahkan beberapa kilometer
ke satu arah (directional). Bahkan hardware terbaru,
terdapat perangkat dimana satu perangkat Access Point
dapat saling merelay (disebut bridge) kembali ke
beberapa bagian atau titik sehingga memperjauh jarak
jangkauan dan dapat disebar dibeberapa titik dalam
suatu ruangan untuk menyatukan sebuah network LAN.
Beberapa keuntungan lain yang dimiliki oleh Wireless
LAN adalah :
Mobility,
Lebih cepat dalam menginstallasi
Simple,
Installation Flexibility,
Reduced Cost-of-Ownership,
1.2. Perkembangan Teknologi Wireless
Teknologi Wireless berkembang sangat pesat sesuai
dengan perkembangan jamannya. Beberapa contoh
perkembangan WiFi adalah seperti berikut ini :
1.2.1 WiFi 802.11g
WiFi seri 802.11g mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
a. Approximate max reach (dependent on many factors)
100 Meters
b. Maximum throughput 54 Mbps
c. Typical Frequency bands 2.4 GHz
d. Application Wireless LAN
1.2.2 WiMAX 802.16-2004*
WiMax versi 802.16-2004 mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
a. Approximate max reach (dependent on many factors)
8 Km
b. Maximum throughput 75 Mbps (20 MHz band)
c. Typical Frequency bands 2-11 GHz
d. Application Fixed WirelessBroadband
1.2.3 WiMAX 802.16e
WiMax versi 802.16emempunyai karakteristik sebagai
berikut :
a. Approximate max reach (dependent on many factors)
5 Km
b. Maximum throughput 30 Mbps (10 MHz band)
c. Typical Frequency bands 2-6 GHz
d. Application PortableWirelessBroadband
1.2.4 CDMA2000 1x EV-DO
CDMA2000 1xEV-DO mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
a. Approximate max reach (dependent on many factors)
12 Km
b. Maximum throughput 2.4 Mbps (higher for EV-DV)
c. Typical Frequency
bands 400,800,900,1700,1800,1900,2100 MHz
d. Application Mobile Wireless Broadband
1.2.5 WCDMA/ UMTS
WCDMA/ UMTS mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
a. Approximate max reach (dependent on many factors)
12 Km
b. Maximum throughput 2 Mbps (10+ Mbps fpr HSDPA)
c. Typical Frequency bands 1800,1900Mobile Wireless
Broadband100 MHz
d. Application MobileWirelessBroadband
Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa dari waktu
ke waktu wireless mengalami perkembangan.
Perkembangan ini tentunya membawa berbagai
kemudahan bagi masyarakat maupun perusahaan.
WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave
Access) merupakan teknologi akses nirkabel pita lebar
(broadband wireless access atau disingkat BWA) yang
memiliki kecepatan akses yang tinggi dengan jangkauan
yang luas.
Dengan kemampuan WiMAX dapat melayani
pelanggannya dengan area yang lebih luas dan tingkat
kompatibilitas lebih tinggi. WiMAX salah satu teknologi
yang memudahkan setiap orang mendapatkan koneksi
Internet yang berkualitas dan melakukan aktivitas.
Sementara media wireless selama ini sudah terkenal
sebagai media yang paling ekonomis dalam
mendapatkan koneksi Internet.
Worldwide Interoperability for Microwave Access
(WiMAX) merupakan standar industri yang bertugas
menginterkoneksikan berbagai standar teknis yang
bersifat global menjadi satu kesatuan. WiMAX dan WiFi
dibedakan berdasarkan standar teknik yang bergabung
didalamnya. WiFi menggabungkan standar IEEE 802.11
dengan ETSI HiperLAN yang merupakan standar teknis
yang cocok untuk keperluan WLAN, sedangkan WiMAX
merupakan penggabungan antara standar IEEE 802.16
dengan ETSI HiperMAN. Standar keluaran IEEE banyak
digunakan secara luas di daerah asalnya, yaitu Eropa
dan sekitarnya. Untuk dapat membuat teknologi ini
digunakan secara global, maka diciptakan WiMAX.
Standar global yang dipakai di dunia dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 1.2 Standar-standar yang ada dengan
spesifikasi yang mendukung komunikasi sampai tingkat MAN disatukan dengan standar WiMAX
Kedua standar yang disatukan ini merupakan standar
teknis yang memiliki spesifikasi yang sangat cocok untuk
menyediakan koneksi berjenis broadband lewat media
wireless atau broadband wireless access (BWA). Pada
masa mendatang, segala sesuatu yang berhubungan
dengan teknologi BWA kemungkinan akan diberi
sertifikasi WiMAX. Standar WiMAX dibentuk oleh
gabungan-gabungan industri perangkat wireless dan
chip-chip komputer diseluruh dunia. Perusahaan besar
ini bergabung dalam suatu forum kerja yang
merumuskan standar interkoneksi antar teknologi BWA
yang mereka miliki pada produk-produknya.
Standar IEEE 802.16 (WiMAX)
Terobosan jaringan internet wireless sebentar lagi akan
menjadi kenyataan. Dengan tower yang dipasang
dipusat akses internet (hot spot) di tengah kota
metropolitan, seorang pemakai laptop, komputer,
handphone, hingga personal digital assistant (PDA),
dengan wireless card bisa koneksi dengan internet,
bahkan di tengah sawah atau pedesaan yang masih
dalam cakupan area 50 kilometer. Hal ini dapat terjadi
karena teknologi WiMAX yang menggunakan standar
baru IEEE 802.16. Saat ini WiFi menggunakan standar
komunikasi IEEE 802.11. Yang paling banyak dipakai
adalah IEEE 802.11b dengan kecepatan 11 Mbps, hanya
mencapai cakupan area tidak lebih dari ratusan meter
saja. WiMAX merupakan saluran komunikasi radio yang
memungkinkan terjadinya jalur internet dua arah dari
jarak puluhan kilometer. Dengan memanfaatkan
gelombang radio, teknologi ini bisa dipakai dengan
frekuensi berbeda, sesuai dengan kondisi dan peraturan
pemakaian frekuensi di negara user.
Pada awalnya standard IEEE 802.16 beroperasi ada
frekuensi 10-66 GHz dan memerlukan tower line of sight,
tetapi pengembangan IEEE 802.16a yang disahkan pada
bulan Maret 2004, menggunakan frekuensi yang lebih
rendah yaitu sebesar 2-11 GHz, sehingga mudah diatur,
dan tidak memerlukan line-of-sight. Cakupan area yang
dapat dicoverage sekitar 50 km dan kecepatan transfer
data sebesar 70 Mbps. Pengguna tidak akan kesulitan
dalam mengulur berbagai macam kabel, apalagi WiMAX
mampu menangani sampai ribuan pengguna sekaligus.
Seperti kita tahu bahwa Internet merupakan salah satu
media yang mampu memberikan berbagai informasi
untuk semua kalangan masyarakat. Dengan adanya
Internet maka tercipta efisiensi dan efektifitas dalam
memperoleh Informasi dan operasional perusahaan,
terutama peranannya sebagai sarana komunikasi,
publikasi, serta sarana untuk mendapatkan berbagai
informasi yang dibutuhkan oleh sebuah badan usaha
dan bentuk badan usaha atau lembaga lainya.
Dengan teknologi wireless yang terus berkembang,
maka akan mempermudah setiap orang untuk dapat
mengakses internet dan penyampaian informasi dapat
dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.
1.3. Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan Teknologi Jaringan
Tanpa Kabel (Wireless)?
2. Jelaskan tentang Perkembangan Teknologi Wireless
yang berkembang 2 tahun terakhir!
3. Jelaskan perbedaan antara WiFI dan WIMAX!
1.4. Referensi
Siyamta Sistem Keamanan Pada WiMax,
http://ilmukomputer.org/2008/11/25/ sistem-keama-
nan-pada-wimax/
BAB II TEORI DASAR ANTENNA
Tujuan Diklat
Setelah selesai Pelatihan ini, diharapkan peserta dapat :
1. Memahami tentang dasar-dasar Antenna
2. Memahami tentang Radiasi Gelombang
Elektromagnetik
3. Memahami tentang Pola Radiasi suatu Antenna
4. Menjelaskan tentang Direktifitas suatu Antenna
5. Menjelaskan tentang Gain suatu Antenna
6. Menjelaskan tentang Bandwidth Antenna
7. Menjelaskan tentang Impedansi Antenna
8. Melakukan pengukuran Link Budget menggunakan
online sistem
9. Menjelaskan tentang Teknologi Wireless LAN
Waktu Diklat
Diklat ini direncanakan selama 20 jam Pelajaran.
Materi Diklat
Materi diklat ini terdiri dari 9 sub pokok bahasan yang
dijelaskan pada halaman berikutnya.
2. 1 Pendahulu an
Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang
berfungsi untuk memindahkan energi gelombang
elektromagnetik dari media kabel ke udara atau
sebaliknya dari udara ke media kabel. Karena
merupakan perangkat perantara antara media kabel dan
udara, maka antena harus mempunyai sifat yang sesuai
(match) dengan media kabel pencatunya. Dalam
perancangan suatu antena, baberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain :
bentuk dan arah radiasi yang diinginkan,
polarisasi yang dimiliki,
frekuensi kerja,
lebar band (bandwidth),
impedansi input yang dimiliki.
Untuk antena yang bekerja pada band VLF, LF, HF, VHF
dan UHF bawah, jenis antena kawat (wire antenna)
dalam prakteknya sering digunakan, seperti halnya
antena dipole 1/2, antena monopole dengan ground
plane, antena loop, antena Yagi-Uda array, antena log
periodik dan sebagainya. Antena-antena jenis ini,
dimensi fisiknya disesuaikan dengan panjang gelombang
dimana sistem bekerja. Semakin tinggi frekuensi kerja,
maka semakin pendek panjang gelombangnya, sehingga
semakin pendek panjang fisik suatu antena.
Untuk antena gelombang mikro (microwave), terutama
SHF ke atas, penggunaan antena luasan (aperture
antena) seperti antena horn, antena parabola, akan lebih
efektif dibanding dengan antena kawat pada umumnya.
Karena antena yang demikian mempunyai sifat
pengarahan yang baik untuk memancarkan gelombang
elektromagnetik.
2.2 Radiasi Gelombang Elektromagnetik
Struktur pemancaran gelombang elektromagnetik yang
paling sederhana adalah radiasi gelombang yang
ditimbulkan oleh sebuah elemen aus kecil yang berubah-
ubah secara harmonik. Elemen arus terkecil yang dapat
menimbulkan pancaran gelombang elektromagnetik itu
disebut sebagai sumber elementer. Jika medan yang
ditimbulkan oleh setiap sumber elementer di dalam suatu
konduktor antena dapat dijumlahkan secara
keseluruhan, maka sifat-sifat radiasi dari sebuah antena
tentu akan dapat diketahui.
Timbulnya radiasi karena adanya sumber yang berupa
arus bolak-balik ini diketahui secara matematis dari
penyelesaian gelombang Helmhotz. Persamaan
Helmholtz tidak lain merupakan persamaan baru hasil
penurunan lebih lanjut dari persamaan-persamaan
Maxwell dengan memasukkan kondisi lorentz sebagai
syarat batasnya.
2.3 Pola Radiasi
Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena adalah
pernyataan grafis yang menggambarkan sifat radiasi
suatu antena pada medan jauh sebagai fungsi arah. Pola
radiasi dapat disebut sebagai pola medan (field pattern)
apabila yang digambarkan adalah kuat medan dan
disebut pola daya (power pattern) apabila yang
digambarkan adalah pointing vektor.
Beberapa pola radiasi antenna ditunjukkan seperti
gambar berikut ini.
Gambar 2.1 Model Pola Radiasi Antenna
Suatu antena broad side adalah antena dimana
pancaran utama maksimum dalam arah normal terhadap
bidang dimana antena berada. Sedangkan antena end
fire adalah antena yang pancaran utama maksimum
dalam arah paralel terhadap bidang utama dimana
antena berada. Antena yang mempunyai pola radiasi di
mana arah maksimum main lobe berada diantara bentuk
broad side dan end fire yang disebut dengan
intermediate. Antena yang mempnyai pola radiasi
intermediate banyak dijumpai pada phased array
antenna.
2.4. Polarisasi Antenna
Polarisasi antena didefinisikan sebagai arah vektor
medan listrik yang diradiasikan oleh antena pada arah
propagasi. Jika jalur dari vektor medan listrik maju dan
kembali pada suatu garis lurus dikatakan berpolarisasi
linier. sebagai contoh medan listrik dari dipole ideal. Jika
vektor medan listik konstan dalam panjang tetapi
berputar disekitar jalur lingkaran, dikatakan berpolarisasi
lingkaran.
Sebuah antena dapat memancarkan energi dengan
polarisasi yang tidak diinginkan, yang disebut polarisasi
silang (cross polarized). Polarisasi silang ini
menimbulkan side lobe yang mengurangi gain. Untuk
antena polarisasi linier, polarisasi silang tegak lurus
dengan polarisasi yang diinginkan dan untuk antena
polarisasi lingkaran, polarisasi silang berlawanan dengan
arah perputarannya yang diinginkan. Ini biasa yang
disebut dengan deviasi dari polarisasi lingkaran
sempurna, yang mengakibatkan polarisasinya berubah
menjadi polarisasi ellips. Pada umumnya karakteristik
polarisasi sebuah antena relatif konstan pada main lobe.
Tetapi polarisasi beberapa minor lobe berbeda jauh
dengan polarisasi main lobe.
Dalam teknik antenna, terdapat dua macam polarisasi,
yaitu vertikal dan horisontal. Antar antena pemancar dan
penerima, sebaiknya digunakan polarisasi yang sama
berkaitan dengan bagaiman cara pemasangan kedua
antenna. Penggambaran polarisasi ditunjukkan seperti
gambar berikut ini.
Gambar 2.2. Polarisasi Horisontal dan Vertikal
2.5. Bandwidth Antena
Pemakaian sebuah antena dalam sistem pemacar atau
penerima selalu dibatasi oleh daerah frekuensi kerjanya.
Pada range frekuensi kerja tersebut antena dituntut
harus dapat bekerja dengan efektif agar dapat
menerima atau memancarkan gelombang pada band
frekuensi tertentu. Pengertian harus dapat bekerja
dengan efektif adalah bahwa distribusi arus dan
impedansi dari antena pada range frekuensi tersebut
benar-benar belum banyak mengalami perubahan yang
berarti. Sehingga pola radiasi yang sudah direncanakan
serta VSWR yang dihasilkannya masih belum keluar dari
batas yang diijinkan. Daerah frekuensi kerja dimana
antena masih dapat bekerja dengan baik dinamakan
bandwidth antenna.
2.6. Link Budget
Link budget merupakan sebuah cara untuk menghitung
mengenai semua parameter dalam transmisi sinyal,
mulai dari gain dan losses dari Tx sampai Rx melalui
media transmisi. Dalam hal ini dilakukan perhitungan
dengan media transmisi Wireless Fidelity (WiFi).
Link merupakan parameter dalam merencanakan suatu
jaringan yang menggunakan media transmisi berbagai
macam. Link budget ini dihitung berdasarkan jarak
antara transmitter (Tx) dan receiver (Rx). Link budget
juga dihitung karena adanya penghalang antara Tx dan
Rx misal gedung atau pepohonan. Link budget juga
dihitung dengan melihat spesifikasi yang ada pada
antenna.
Pada materi ini link budget yang akan dihitung adalah
sebagai berikut :
Free Space Loss
Fresnel Zone Clearance
RX Signal Level
SOM (System Operating Margin)
Untuk lebih jelasnya pada materi ini juga akan disertakan
contoh parameter antenna yang dibutuhkan dalam
perhitungan tersebut. Parameter tersebut antara lain :
Jarak (d) terjauh antara antenna pemancar (Tx)
dengan antenna penerima (Rx). Sebagai contoh,
jaraknya tersebut sekitar 1 Km, dan jarak ini harus
kita konversi ke mil, sehingga menjadi sekitar 0.6 mil
Frekuensi BS dan Antena penerima, ini merupakan
frekuensi standart 2,4 GHz, dimana frequensi ini
sekarang adalah gratis.
TX Power merupakan daya dari AP (Access Point)
yang akan kita gunakan, misalnya sebesar 22 dBm.
TX Cable Loss ini merupakan loss atau kerugian
yang terjadi karena kabel yang kita gunakan,
misalnya loss yang terjadi sekitar 2 dB. Loss ini
biasanya terjadi pada kabel antara penghubung
dari antenna yang biasa disebut dengan kabel
pigtail. Pigtail biasanya terbuat dari kabel coaxial,
dan diusahakan jangan menggunakan kabel pigtail
yang terlalu panjang. Kabel pigtail yang ada di
pasaran, panjangya sekitar
50 cm.
TX Antenna Gain merupakan daya terpancar
dari antenna yang kita gunakan, misalnya
menggunakan antenna omni directional dengan gain
sebesar 12 dB.
RX Antenna Gain merupakan daya yang dihasilkan
dari antenna penerima, misal kita menggunakan
antenna grid 15 dB.
RX cable Loss sebenarnya hampir sama dengan Tx
kabel loss, hanya saja ini terjadi pada daerah
penerima atau antenna penerima, misalnya 2 dB.
RX Sensitivity merupakan sensitivitas dari antenna
penerima dalam hal menangkap sinyal WiFi dari
antenna pemancar, misalnya sebesar -68 dBm.
2.6.1 System Operating Margin (SOM)
System Operating Margin (SOM) merupakan suatu cara
untuk menghitung selisih antara sinyal yang di terima
dengan sensitifitas suatu penerima penerima. Secara
formula dapat dituliskan sebagai berikut :
SOM = Rx Signal Level – Rx Sensitivity
……………………….. (2.38)
Sedangkan gambaran untuk menghitung SOM tersebut,
ditunjukkan seperti gambar berikut ini.
Gambar 2.3 Skema Jaringan untuk Menghitung SOM
Berdasarkan pada gambar di atas, maka untuk
melakukan perhitungan terhadap System Operating
Margin (SOM) diperlukan beberapa parameter inputan,
antara lain :
Frequency (MHz) yang digunakan pada komunikasi.
Distance (Miles) antara dua stasiun.
TX Power (dBm), WLAN biasanya mempunyai daya
sekitar 30-100mW.
TX Cable Loss (dB), redaman di kabel coax &
konektor antara pemancar ke antenna. Sebaiknya
tidak menggunakan coax sama sekali, hubungan
antara antenna dan pemancar hanya menggunakan
pigtail yang tidak lebih dari satu (1) meter.
TX Antenna Gain (dBi)
Free Space Loss (FSL)
RX Antenna Gain (dBi)
RX Cable Loss (dB), redaman di kabel coax dari
Antenna ke penerima.
RX Sensitivity (dBm), sensitivitas penerima.
Dengan parameter di atas, maka kita akan mendapatkan
tiga output yang dihasilkan, yaitu:
Level sinyal RX (dBm)
Free Space Loss (dB)
Theoretical System Operating Margin (dB)
Setelah kita mempunyai semua data / parameter yang
dibutuhkan kita dapat menghitung System Operating
Margin (SOM) untuk meyakinkan bahwa sistem yang kita
kerjakan akan bekerja secara benar.
Dengan menggunakan bantuan software yang ada pada
http://www.terabeam.com/ support/ calculations/
som.php#calc, maka diperoleh hasil seperti berikut ini.
Gambar 2.4. Software untuk Menghitung SOM
Sinyal yang diterima (Rx signal level) dapat dihitung
dengan menambahkan dan mengurani daya pancar (TX
power) dengan berbagai parameter yang ada dalam
sebuah persamaan yang sederhana, yaitu,
Rx Signal Level = Tx Power – Tx Cable Loss + Tx Antenna Gain – FSL + Rx Antenna Gain – Rx Cable Loss
…………………………(2.39)
2.6.2 Free Space Loss (FSL)
Pada saat sinyal radio berpropagasi di udara, maka akan
mengalami redaman dari udara. Besarnya redaman yang
terjadi dapat dihitung secara empiris. Redaman itulah
yang disebut dengan Free Space Loss (FSL), dengan
rumus seperti persamaan berikut ini.
Free Space Loss
= 20 Log10 (Frequency in MHz) + 20
Log10 (Distance in Miles) + 36.6 ….. (2.40)
Dengan menggunakan bantuan software yang ada pada
alamat http://www.terabeam. com/support/calculations
/free-space-loss.php, maka akan diperoleh hasil seperti
berikut ini.
Gambar 2.5 Software untuk Menghitung Free Space Loss
2.6.3 Downtilt Coverage Radius (DCR)
Downtilt Coverage Radius (DCR) adalah suatu daerah
jangkuan yang dapat tercover dari suatu antenna atau
BTS yang kita bangun dengan memperhatikan
parameter dari kemiringan antenna, propagasi dari
antenna dan ketinggian tiang dari antenna tersebut. DCR
secara diagram dapat digambarkan seperti berikut ini.
Gambar 2.6. Metoda penghitungan DCR
Dengan memperhatikan gambar di atas, maka secara
matematis dapat dituliskan rumus untuk mencarai Inner
Radius Distance dan Outer Radius Distance seperti
berikut ini.
Inner Radius 岾 峇
Distance = ……………... (2.40)
Outer Radius 岾 峇
Distance = ………….….. (2.41)
Dengan menggunakan software dari http://www.
terabeam.com/support/calculations /downtilt-cover.php#
calc, dengan beberapa parameter yang diinputkan, maka
diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 2.7. Penghitungan DCR menggunakan online software
2.6.4 Antenna Downtilt
Antenna Downtilt merupakan suatu kemiringan antenna
yang dapat mempengaruhi jarak dan target coverage.
Secara umum, Antenna Downtilt digambarkan sebagai
berikut.
Gambar 2.8. Antenna Downtilt
Beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menghitung Downtilt adalah sebagai berikut :
Distance = ………………….. (2.42)
Angle
= …… ….. (2.43)
Dengan menggunakan software dari http://www.
terabeam.com/support/calculations/antenna-downtilt.php
dengan beberapa parameter yang diinputkan, maka
diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 2.9. Perhitungan Antenna Downtilt menggunakan software
2.6.5 Fresnel Clearance Zone (FCZ)
Fresnel Clearance Zone (FCZ) merupakan suatu daerah
yang visualisasi dari hasil penyebaran line of sight
dimana signal telah dipancarkan dan diterima oleh suatu
antenna.
Gambaran tentang FCZ ditunjukkan seperti gambar
berikut ini.
Gambar 2.10. Pengururan Fresnel Clearance Zone
(FCZ)
Untuk menghitung r, maka dapat dituliskan formula
seperti berikut ini :
= √ …………….. (2.44)
= √ …………….. (2.45)
Dengan rumus di atas dan memasukkan besarnya jarak
(d), maka akan diperoleh besarnya r.
Dengan menggunakan software dari
http://www.terabeam.com/support/calculations/ fresnel-
zone.php#meters dengan beberapa parameter yang
diinputkan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 2.11. Penghitungan FCZ dalam Meter
Apabila perhitungan FCZ menggunakan feet, maka akan
diperoleh hasil seperti berikut ini.
Gambar 2.12. Penghitungan FCZ dalam Feet
2.6.6 RX Level Sinyal
Rx sinyal level dapat dihitung dengan cara
menambahkan dan mengurangi daya pancar (TX power)
dengan berbagai parameter yang ada. Secara matematis
dapat dituliskan dengan rumus seperti berikut ini :
Rx Signal Level
Tx Power – Tx Cable Loss + Tx Antenna
= Gain – FSL + Rx Antenna Gain – Rx Cable Loss
2.7. Teknologi Wireless LAN
Teknologi wireless merupakan teknologi tanpa kabel,
dalam melakukan hubungan telekomunikasi tidak lagi
mengunakan media atau sarana kabel tetapi dengan
menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai
pengganti kabel. Teknologi wireless menggunakan
gelombang elektromagnetik untuk membawa informasi
diantara piranti wireless melalui udara. Dalam
aplikasinya, teknologi Wireless dibagi menjadi berbagai
macam aplikasi sesuai dengan spesifikasi dan panjang
gelombangya, seperti pada gambar beriku ini.
Gambar 2.13. Pembagian spectrum frekuensi pada
teknologi Wireless
Pada gambar diatas, terlihat ada tiga frekuensi penting (
900 MHz, 2.4 GHz, dan 5 GHz) yang sering disebut
dengan Industrial Scientific and Medical (ISM) bands.
Teknologi lain yang menggunakan frekuensi 2.4 GHz
dan 5 GHz juga harus sesuai dengan standard IEEE
802.11.
Teknologi Wireless mempunyai beberapa keuntungan
jika dibandingkan dengan teknologi Kabel, antara lain :
Mempunyai kemampuan untuk menyediakan koneksi
setiap saat dan dimanapun tempatnya, asalkan
mendapatkan sinyal dari Hotspot.
Mudah dalam hal Instalasi
Harganya murah dan kecepatan akses mulai
meningkat dengan teknologi yang baru.
Mudah dalam Upgrade jaringan, tanpa dibatasi oleh
penggunaan kabel jaringan.
User baru dapat berkoneksi dengan cepat dan
mudah.
Berdasarkan instalasinya, terdapat dua model dasar
instalasinya yaitu Ad-hoc Mode dan Infrastruktur Mode.
Ad-hoc mode merupakan bentuk yang paling simple
dengan cara menghubungkan dua atau lebih wireless
client secara bersama-sama menggunakan jaringan peer
to peer. Setiap client yang terhubung dalam jaringan ad-
hoc mode, haknya adalah sama. Coverage area yang
menggunakan sebuah Access Point, disebut dengan
Basic Service Set (BSS) atau cell.
Gambar 2.14. Mode Ad-Hoc dan Infrastruktur
Jaringan ad-hoc hanya akan sesuai jika untuk jaringan
yan kecil, tetapi untuk jaringan yang besar, meka
diperlukan suatu piranti untuk mengontrol komunikasi
didalam wireless tersebut. Sebuah Access Point
diperlukan untuk mengontrol komunikasi antara client
dengan server atau client dengan client. Jaringan
dengan model seperti ini disebut dengan Infrastruktur
mode. Dalam model ini, client tidak dapat berkomunikasi
langsung terhadap client yang lain, melainkan harus
melalui Access Point (AP). Access Point akan mengatur
semua komunikasi dan akan menjamin semua client
mempunyai akses yang sama. Coverage area yang
menggunakan sebuah Access Point, disebut dengan
Basic Service Set (BSS) atau Cell.
2.7.1 IEEE 802.11 a
Jaringan LAN nirkabel pertama yang berkecepatan tinggi
adalah 802.11a, menggunakan teknik Orthogonal
Frequency Division Multiplexing (OFDM) untuk
mengirimkan sampai dengan 54 Mbps pada pita ISM
yang lebih lebar pada frekuensi 5-GHz. Sebagaimana
istilah FDM, ada 52 frekuensi berbeda yang digunakan :
48 untuk data dan 4 untuk sinkronisasi, tidak seperti
ADSL. Karena transmisi menggunakan cara munculnya
frekuensi beberapa pada saat yang sama, teknik ini
dipandang sebagai bentuk spread spectrum, tetapi
berbeda dibandingkan dengan CDMA dan FHSS.
Memisahkan sinyal menjadi band sempit memiliki
beberapa keunggulan dibanding menggunakan band
lebar tetapi tunggal, termasuk imunitas yang lebih baik
untuk gangguan narrowband dan kemungkinan
menggunakan band noncontinuous. Sebuah sistem
encoding yang kompleks digunakan, berdasarkan phase
shift modulation untuk kecepatan hingga 18 Mbps dan
QAM. Pada kecepatan 54 Mbps, 216 bit data dikodekan
menjadi simbol 288-bit. Motivasi OFDM adalah
kompatibilitas dengan sistem European HiperLAN/2.
Beberapa karakteristik yang dimiliki oleh 802.11 a adalah
sebagai berikut :
Menggunakan frekuensi 5 GHz RF.
Tidak kompatibel dengan frekuensi 2.4 GHz, misalnya
standard 802.11 b/g/n.
Relatif mahal untuk diimplementasikan jika
dibandingkan dengan teknologi lainnya.
2.7.2 IEEE 802.11 b
Versi 802.11 b menggunakan metode modulasi OFDM
dari 802.11a tetapi beroperasi dalam band sempit di ISM
2.4 GHz. Secara teori, standard ini dapat beroperasi
sampai dengan 54 Mbps. Ini berarti bahwa komite
802.11 telah menghasilkan tiga LAN nirkabel berbeda
dengan kecepatan tinggi : 802.11a, 802.11b, dan
802.11g dengan radius jangkauan sekitar 100 meter.
Wireless 802.11b/g beroperasi pada pita frekuensi 2400
MHz sampai 2483.50 MHz. Dari range frekuensi
tersebut, dibagi menjadi 11 channel (masing-masing
sebesar 5 MHz) dan berpusat di frekuensi berikut ini :
Channel 1 : 2,412 MHz
Channel 2 : 2,417 MHz
Channel 3 : 2,422 MHz
Channel 4 : 2,427 MHz
Channel 5 : 2,432 MHz
Channel 6 : 2,437 MHz
Channel 7 : 2,442 MHz
Channel 8 : 2,447 MHz
Channel 9 : 2,452 MHz
Channel 10 : 2,457 MHz
Channel 11 : 2,462 MHz
Beberapa karakteristik yang dimiliki oleh teknologi
802.11 b adalah sebagai berikut :
Teknologi pertama kali yang bekerja pada frekuensi
2.4 GHz.
Kecepatan maksimum data ratenya 11 Mbps
Jarak jangkauannya sekitar 46 m (150 ft) untuk
pemasangan indoors, dan 96 m (300 ft) untuk
pemasangan outdoors.
2.7.3 IEEE 802.11 g
Teknologi 802.11 g hampir sama dengan teknologi pada
802.11 b, hanya saja ada beberapa karakteristik yang
berbeda, antara lain :
Maksimum data rate-nya mencapai 54 Mbps.
Kompatibel dengan teknologi 802.11b.
2.7.4 IEEE 802.11 n
IEEE 802.11n adalah sebuah perubahan standar
jaringan nirkabel 802.11-2.007 IEEE untuk meningkatkan
throughput lebih dari standar sebelumnya, seperti
802.11b dan 802.11g, dengan peningkatan data rate
maksimum dalam lapisan fisik OSI (PHY) dari 54 Mbps
ke maksimum 600 Mbps dengan menggunakan empat
ruang aliran pada lebar channel 40 MHz. Sejak tahun
2007, Wi-Fi Alliance telah memberikan sertifikat
interoperabilitas produk “ draft-n” berdasarkan pada draft
2.0 dari spesifikasi IEEE 802.11n. Aliansi telah
meningkatkan perangkat ini dengan tes kompatibilitas
untuk beberapa perangkat tambahan yang diselesaikan
setelah Draft 2.0. Semua produk bersertifikat draft-n
tetap kompatibel dengan produk-produk standar terakhir.
IEEE 802.11n didasarkan pada standar 802.11
sebelumnya dengan menambahkan Multiple-Input
Multiple-Output (MIMO) dan 40 MHz ke lapisan saluran
fisik (PHY), dan frame agregasi ke MAC layer. MIMO
adalah teknologi yang menggunakan beberapa antena
untuk menyampaikan informasi lebih lanjut secara
koheren. Dua manfaat penting MIMO adalah
menyediakan keragaman antenna dan spasial
multiplexing untuk 802.11n. Kemampuan lain teknologi
MIMO adalah menyediakan Spatial Division Multiplexing
(SDM). SDM secara spasial me-multiplexes beberapa
stream data independen, ditransfer secara serentak
dalam satu saluran spektral bandwidth. MIMO SDM
dapat meningkatkan throughput data seperti jumlah dari
pemecahan stream data spatial yang ditingkatkan.
Setiap aliran spasial membutuhkan antena yang terpisah
baik pada pemancar dan penerima. Di samping itu,
teknologi MIMO memerlukan frekuensi radio yang
terpisah dan analog-ke-digital converter untuk masing-
masing antena MIMO yang merubah biaya
pembuatannya menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan
sistem non-MIMO. Saluran 40 MHz adalah fitur lain
yang dimasukkan ke dalam 802.11n yang
menggandakan lebar saluran dari 20 MHz di 802.11 PHY
sebelumnya untuk mengirimkan data. Hal ini
memungkinkan untuk penggandaan kecepatan data PHY
melebihi satu saluran 20 MHz. Hal ini dapat diaktifkan di
5 GHz mode, atau dalam 2.4 GHz jika ada pengetahuan
yang tidak akan mengganggu beberapa 802.11 lainnya
atau sistem non-802.11 (seperti Bluetooth)
menggunakan frekuensi yang sama. Arsitektur coupling
MIMO dengan saluran bandwidth yang lebih luas
menawarkan peningkatan fisik transfer rate melebihi
802.11a (5 GHz) dan 802.11g (2.4 GHz).
Kelebihan versi 802.11n dibanding 802.11 sebelumnya
adalah :
Mampu mentransfer data seperti di “ jalan tol wireless”
sehingga menghemat waktu dan lebih cepat.
Terdapat kombinasi dua frekuensi wireless
untuk performance yang lebih baik.
Fitur memperkecil jumlah data yang dibutuhkan untuk
transfer file untuk memberi ruang lebih di jalur
pengiriman file.
Wi-Fi 802.11n dapat mencapai kecepatan 600Mbps.
Jangkauan radius pemancar lebih luas, untuk indoor
sekitar 70 meter, sedangkan outdoor sampai dengan
250 meter.
Banyak produk versi 802.11n yang diklaim lebih
bagus dibandingkan dengan performance 802.11g.
Menggunakan teknologi Multiple Input Multiple Output
(MIMO).
Secara ringkas, table perbandingan teknologi 801.11
beserta variannya adalah sebagai berikut :
Table 2.1. Varian dari 802.11
Catatan : 802.11y hanya diterapkan di Amerika Serikat.
2.7.5 IEEE 802.11 ac
Wireless IEEE 802.11ac adalah standar nirkabel 802.11
yang saat ini sedang dikembangkan yang akan
memberikan throughput yang tinggi pada Wireless Local
Area Network (WLAN) dengan frekuensi operasi 5 GHz.
Secara teoritis, spesifikasi ini akan memungkinkan
throughput multi-stasiun WLAN mimimal 1 Gbps dan
throughput link maksimum minimal 500 Mbps. Hal ini
dilakukan dengan memperluas konsep interface udara
yang dianut oleh 802.11n, bandwidth RF lebih lebar
(sampai 160 MHz), lebih banyak spasial MIMO stream
(hingga 8), MIMO multi-user, dan high-density
modulation (hingga 256 QAM) .
Pada tanggal 20 Januari 2011, Spesifikasi Perdana
Teknis Draft 0.1 telah dikonfirmasi oleh IEEE 802.11
TGac. Menurut penelitian, perangkat dengan spesifikasi
802.11ac diharapkan menjadi umum pada tahun 2015
dengan diperkirakan sebaran 1 miliar diseluruh dunia.
Beberapa teknologi baru yang ditsmbshksn pada
802.11ac :
Channel bandwidth lebih lebar
Channel bandwith 80 MHz dan 160 MHz (vs
maksimum 40 MHz dalam 802.11n), 80 MHz wajib
untuk stasiun, 160 MHz opsional
Lebih banyak spasial MIMO stream
Mendukung hingga 8 spasial stream (vs 4 dalam
802.11n)
Multi-user MIMO (MU-MIMO)
o Multiple Stasiun, masing-masing dengan satu atau
lebih banyak antena, mengirim atau menerima data
stream independen secara simultan. “ Space
Division Multiple Access” (SDMA) : aliran tidak
dipisahkan dengan frekuensi, tetapi diselesaikan
secara spasial, analog dengan model MIMO
802.11n
o Downlink MU-MIMO (satu perangkat pemancar,
perangkat penerima ganda) yang termasuk
sebagai modus opsional
Modulasi
256-QAM, rate 3/4 dan 5/6, ditambahkan sebagai
mode opsional (vs 64-QAM, rate maksimum 5/6
802.11n)
Single sounding dan feedback format untuk
pembentukan beam (vs multiple dalam 802.11n)
Modifikasi MAC (kebanyakan untuk mendukung
perubahan diatas)
Mekanisme koeksistensi untuk channel 20/40/80/160
MHz perangkat 11ac dan 11a/n perangkat
Dalam bentuk Tabel, ringkasan dari masing-masing
standar IEEE 802.X dapat dilihat seperti berikut ini.
Tabel 2.2 Ringkasan dari IEEE 802.11a-11v
2.8. Metode Pemilihan Antenna untuk Aplikasi ISM
Industrial, Scientific and Medical (ISM) radio bands
adalah suatu band radio (bagian dari spectrum radio)
yang bertanggung jawab terhadap pengaturan
penggunaan radio frequency (RF) untuk kebutuhan
industrial, scientific dan medical. Antenna merupakan
salah satu bagian yang penting dalam suatu sistem
komunikasi radio. Antenna dapat digunakan untuk
aplikasi Point to Point ataupun Multipoint.
2.8.1 Aplikasi Point to Point
Untuk aplikasi point ke point, maka diperlukan suatu
antenna pengarah dengan penguatan yang tinggi (high-
gain directional antennas). Dengan adanya sinyal yang
kuat, maka akan dapat merekduksi noise ataupun
interferensi yang ada disekitarnya. Berdasarkan aturan
dari Federal Communications Commiussion (FCC)
dengan frekuensi 2.4GHz serta pengutannya sebesar
24 dBi antenna,maka maksimum transmittnya adalah
sebesar 24 dBm.
Jenis antenna yang sering digunakan untuk aplikasi
Point to Point adalah Grid Antenna, seperti gambar
berikut ini.
Gambar 2.15. Contoh 24dBi directional Antenna dengan
polarisasi vertikal
2.8.2 Aplikasi Multi-Point
Sistem multipoint merupakan tipe koneksi yang
mempunyai sebuah node (antenna / concentrator) dan
sejumlah subscriber node. Setiap subscriber nodes
dapat berkomunikasi secara langsung dengan node
tersebut. Sebuat node harus mempunyai suatu beam
yang cukup agar semua subscriber node dapat
berkomunikasi dengan baik kepadanya. Dengan
demikian, maka antenna jenis ini harus dipasang dengan
sudut elevasi yang baik.
Gambar 2.16. Omnidirectional Antenna dan Pola
Radiasinya
Antenna omnidirectional mempunyai pola radiasi yang
menyebar hampir ke segala arah. Dalam
pemasangannya biasanya dilakukan pada tower atap
atap bagian paling atas setalah penangkal petir.
2.8.3 Parameter Pada Antenna
Antenna mempunyai beberapa parameter yang
menunjukkan spesifikasi dan karakteristik yang dimiliki
oleh suatu antenna. Beberapa parameter tersebut antara
lain:
Frequency Range
Frequency range merupakan suatu area dimana
suatu antenna bekerja. Sebagai contoh, antenna
bekerja pada range frequency 2400-2460 MHz.
Beamwidth
Merupakan sudut deviasi dari titik pusat beam dimana
signal turun sebesar 3 dB dari nilai maksimumnya.
Gain
Merupakan penguatan dari suatu antenna, biasanya
diukur dalam satuan dB.
Front/Back ratio
Seberapa baik suatu antenna daapt menerima sinyal
dari sidelobes bagian belakang dari antenna.
Polarisasi Antenna
Merupakan arah polarisasi dari suatu antenna,
biasanya terdiri dari 2 macam polarisasi yaitu
polarisasi vertical dan horizontal.
Rated wind velocity/Horizontal thrust at rated wind.
Suatu kemampuan antenna untuk menghande dari
terpaan angin dengan bebab yang dimiliki oleh
antenna tersebut.
2.11. Soal Latihan
1. Jelaskan fungsi dari Antena dan sebutkan jenis-jenis
antena berdasarkan pola radiasinya!
2. Apa yang dimaksud dengan Radiasi Gelombang
Elektromagnetik?
3. Jelaskan perbedaan antara Bandwidth dengan
Beamwidth!
4. Mengapa Impedansi perlu diperhatikan ketika kita
menghubungkan antena dengan menggunakan
kabel?
5. Bagaimana cara mengukur penguatan Antena?
6. Jelaskan perbedaan antara IEEE 802.11 a/b/g dan n
7. Jelaskan parameter apa saja yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan antenna!
8. Sebutkan parameter-parameter yang dimiliki oleh
suatu antenna!
9. Jelaskan perbedaan antara polarisasi vertical dan
polarisasi horizontal!
10. Apa yang saudara ketahui tentang Channel?
Jelaskan!
2.12. Referensi
John D. Krous, Antenas, McGraw-Hill Book
Company,1988.
http://www.akateljakarta.weebly.com-uploads-Fantena- bab1.doc
file:///C:/CISCO_CCNA/Discovery1_English/theme/cheet
ah.html?cid=0400000000&l1=en&l2=none&chapter =7
http://www.afar.net/tutorials/antennas/
http://www.wlanmall.com/wireless_faq.php
http://www.terabeam.com/support/calculations/som.php# calc
http://www.wlanantennas.com/information.php?info_id=7
http://www.dono.blog.unsoed.ac.id/files/2009/06/antena.
doc
http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/WiFi :_Menghitung_Link_Budget
http://myteks.wordpress.com/2011/05/17/wireless-lan-
802-11abgny-apa-bedanya/
BAB III MERAKIT MINI TOWER ANTENA
Tujuan Diklat
Setelah selesai Pelatihan ini, diharapkan peserta dapat :
1. Menjelaskan tentang langkah-langkah merakit mini
tower antena
2. Melakukan perakitan Mini Tower Antena dengan baik
dan benar
Waktu Diklat
Diklat ini direncanakan selama 5 jam Pelajaran.
Materi Diklat
Materi diklat ini terdiri dari beberapa sub pokok bahasan
seperti halaman berikut ini.
3.1. Mini Tower Antena
Mini Tower Antena (MTA) merupakan suatu Tower
Antena yang berukuran Mini (kecil), serta digunakan
untuk melakukan Praktikum merakit mini tower bagi
peserta pelatihan. Model Mini Tower Antena
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1. Model Mini Tower Antenna
3.2. Merakit Mini Tower Antena
Agar Mini Tower Antena dapat digunakan dengan baik,
maka harus dilakukan perakitan secara benar. Mini
Tower Antenna ini dibuat menggunakan plat dengan
ketebalan 2 mm dan beton eser dengan diameter 8 mm.
Besi beton eser tersebut dibuat dengan model triangle
dengan tinggi masing-masing potongan sekitar 100 mm.
Cara perakitan Mini Tower Antena ditunjukkan seperti
gambar 3.2 berikut ini.
Gambar 3.2 Merakit Mini Tower Antena
Langkah-langkah merakit Mini Tower Antena adalah
sebagai berikut :
Menyiapkan Alat dan Bahan yang digunakan (Mini
Tower Antena, Mur Baut dan Kunci Pas ukuran 14).
Rakitlah mulai dari bagian yang paling bawah
(dudukan), kemudian berurutan sampai ke spit (top
off) Mini Tower Antenna.
Kuatkan (kencangkan) masing-masing Mur-Baut
dengan benar menggunakan kunci pas 14.
3.3. Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan Mini Tower Antena?
2. Jelaskan Fungsi Mini Tower Antena!
3. Jelaskan langkah-langkah cara merakit Mini Tower
Antena!
3.4. Referensi
Siyamta, Wireless LAN Trainer, Program Inovasi 2010
P4TK/VEDC Malang.