5 HASIL DAN PEMBAHASAN V... · panjang tanpa kantong dengan banyak cincin di ... dan Barus, 1989)....
Transcript of 5 HASIL DAN PEMBAHASAN V... · panjang tanpa kantong dengan banyak cincin di ... dan Barus, 1989)....
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Unit Penangkapan Ikan yang digunakan 5.1.1 Unit penangkapan purse seine di Muncar
Pukat cincin adalah jaring yang umumnya berbentuk empat persegi
panjang tanpa kantong dengan banyak cincin di bagian bawahnya yang digunakan
untuk menangkap gerombolan ikan permukaan dengan cara melingkari
gerombolan ikan hingga berbentuk seperti mangkuk pada akhir proses
penangkapan ikan, dan tali kerut yang berfungsi untuk membuat jaring yang
semula tidak berkantong akan berbentuk kantong pada akhir penangkapan (Subani
dan Barus, 1989). Purse seine di daerah Muncar merupakan alat tangkap yang
paling produktif dalam penangkapan ikan Lemuru.
Pada prinsipnya pukat cincin ini terdiri dari bagian jaring yang terdiri dari
jaring utama berbahan nilon, jaring sayap yang berbahan nilon dan jaring kantong.
Srampatan (selvedge) yang dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya
untuk memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan
jaring, bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali, srampatan (selvedge)
dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata
yang sama. Tali temali yang terdiri dari tali pelampung, tali ris atas, tali ris bawah,
tali kolor, dan tali selambar. Bahan pembentuk untuk tali pelampung, tali ris atas,
tali ris bawah, tali pemberat dan tali selambar adalah PE. Pemberat terbuat dari
timah hitam dipasang pada tali pemberat. Sedangkan cincin terbuat dari besi,
digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya satu meter
dengan jarak tiga meter setiap cincin, bahan cincin terbuat dari kuningan (Subani
dan Barus, 1989).
Metode pengoperasian purse seine di daerah Muncar yaitu dengan
menggunakan dua kapal, dengan ukuran 10-30 GT, jenis kapal yang digunakan
adalah perahu motor tempel yang dinamakan ‘’ Perahu Golekan ‘’. Perahu ini
bentuknya unik, bisa dikatakan unik karena bagian haluan kapal berbentuk
moncong dan terdapat hiasan-hiasan. Perahu ini menyediakan tempat khusus
untuk fishing master , yaitu tempat duduk yang diletakkan pada sebuah batang
kayu dengan posisi di tengah-tengah kapal. Sedangkan untuk jumlah anak buah
kapal sekali trip yaitu antara 40-50 orang. Jumlah mesin yang digunakan pada
38
kapal purse seine di daerah Muncar yaitu 8 mesin yang diletakkan pada bagian
kiri dan kanan kapal.
5.1.2 Unit penangkapan payang di Muncar
Payang adalah pukat kantong lingkar yang secara garis besar terdiri dari
bagian kantong (bag), badan/perut (body or belly), dan kaki/sayap (leg /wing).
Payang diklasifikasikan kedalam jenis pukat kantong lingkar (Bag Seine Net)
(Subani dan Barus, 1989). Bagian kantong umumnya terdiri bagian-bagian kecil
yang tiap bagian mempunyai nama-nama sendiri dan berbeda untuk tiap daerah.
Besar mata mulai dari ujung kantong hingga ujung kaki berbeda-beda,mulai dari 1
cm sampai ± 40 cm.
Bagian atas mulut jaring pada payang lebih menonjol ke belakang dari
pada bagian bawah mulut karena pada umumnya payang dioperasiakan untuk
menangkap jenis ikan pelagik yang biasa hidup di bagian atas permukaan air.
Pada bagian bawah kaki/sayap dan mulut jaring diberi pemberat, sedangkan
bagian atas pada jarak tertentu diberi pelampung. Pelampung yang berukuran
paling besar ditempatkan dibagian tengah dari mulut jaring. Pada kedua ujung
kaki/sayap disambung dengan tali panjang yang disebut “tali selambar” (tali
hela/tali tarik) yang berfungsi menarik jaring ke kapal. (Subani dan Barus, 1989).
Kapal yang dipergunakan untuk pengoperasian payang yaitu ‘’Perahu
Golekan’’ dengan ukuran 2-5 GT. Payang dioperasikan setiap hari, dengan lama
setiap tripnya 24 jam. Tetapi nelayan Muncar melakukan penangkapan hanya 24
kali dalam sebulan. Hal ini dikarenakan karena sisa waktu yang tidak
dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan digunakan untuk persiapan dan
perbaikan alat tangkap. Anak buah kapal yang ikut dalam sekali trip berjumlah 2-
6 orang. Mesin yang digunakan pada kapal yang digunakan dalam pengoperasian
payang berjumlah 2 buah, terletak disisi kanan dan kiri kapal, dan tidak ada
tempat khusus untuk fishing master seperti pada kapal purse seine.
5.1.3 Unit penangkapan bagan di Muncar
Bagan tancap (stationery lift net) adalah alat penangkapan ikan yang sekali
dipasang berlaku selama musim penangkapan serta kedudukannya tidak dapat
39
berpindah-pindah (Subani dan Barus, 1989). Bagan tancap diklasifikasikan ke
dalam kelompok alat tangkap jaring angkat atau lift net.
Bagan tancap merupakan bangunan panggung yang berbentuk bujur
sangkar, terbuat dari bambu dengan dimensi di atas permukaan air 5,5m x 5,5m
dan di bawah permukaan air 6 m x 6 m. Pada umumnya bambu yang digunakan
adalah bambu betung dan bambu apus dengan diameter 4-14 cm dan panjang
antara 12-15 m. Bagan ini bersifat menetap karena memilki tiang penyangga yang
menancap di dasar perairan. Jaring atau waring yang digunakan berbentuk segi
bujur sangkar dengan ukuran 5 x 5 m2. Bahan jaring terbuat dari polyamide
monofilament yang berwarna hitam, ukuran mata jaring kira-kira 0,4 cm dan tidak
bersimpul. Setiap sudut bagian bawah jaring diberi pemberat batu yang dimasukan
ke dalam sebuah rajutan yang beratnya kurang lebih 10 kg. Jaring atau waring ini
diturunkan pada kedalaman 10 m dengan menggunakan tali yang di pasang antara
bingkai jaring dan roller (Subani dan Barus, 1989).
5.2 Produktivitas
5.2.1 Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru
1) Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per trip
Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per trip merupakan
kemampuan unit penangkapan ikan lemuru untuk menghasilkan ikan lemuru
setiap trip, artinya jumlah hasil tangkapan lemuru yang dihasilkan oleh setiap kali
kapal perikanan yang mengoperasikan alat tangkap tertentu. Ikan lemuru yang
dihasilkan ditangkap dari tiga alat tangkap yaitu alat tangkap purse seine, payang,
dan bagan. Perhitungan yang dicari yaitu penentuan produktivitas paling tinggi
dan paling rendah pada setiap alat tangkap, serta mengetahui sebab penurunan
serta kenaikan dari produktivitas lemuru yang terdapat di daerah
muncar.Perhitungan ini diharapkan dapat mengetahui efektifitas dan efisiensi unit
penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai muncar. Perkembangan
produktivitas unit penangkapan lemuru dapat dilihat pada Gambar 5, 6, dan 7,
sedangkan data perhitungan yang digunakan dalam pembuatan grafik dapat dilihat
di Lampiran 1.
40
Gambar 5 Perkembangan produktivitas unit penangkapan purse seine per trip di
PPP Muncar tahun 2006-2010. Grafik diatas menjelaskan bahwa produktivitas unit penangkapan ikan
dengan menggunakan alat tangkap purse seine pada tahun 2006-2010 mengalami
penurunan. produktivitas paling tinggi terdapat pada tahun 2007 yaitu sebesar
1.197,19 kg/unit/hari, ini berarti semua armada purse seine yang ada di Muncar
setiap harinya menangkap 1.197,19 kg ikan lemuru. Sedangkan produktivitas
paling rendah terdapat pada tahun 2010 yaitu sebesar 435,64 kg/unit/hari. Rata-
rata produktivitas purse seine yaitu 781,28 kg/unit/hari. Penurunan produktivitas
unit penangkapan ikan disebabkan karena adanya penambahan unit penangkapan
purse seine setiap tahunnya di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. Hal ini
menyebabkan penurunan yang sangat signifikan produktivitas lemuru di daerah
Muncar. Penambahan alat tangkap purse seine di Muncar diiringi dengan
bertambahnya jumlah nelayan di Muncar. Faktor ini juga salah satu yang
mempengaruhi menurunnya stok ikan lemuru di Muncar. Penurunan ini
menyebabkan kegiatan yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai muncar
terganggu. Penurunan kesehjahteraan nelayan lemuru terjadi saat penurunan stok
lemuru. Penurunan kesehjahteraan khususnya pada nelayan lemuru yang tidak
memiliki armada penangkapan ikan, yaitu nelayan buruh.
1159,71 1197,19
576,72
537,16
435,64
0
500
1000
1500
2000
2006 2007 2008 2009 2010
Prod
uktiv
itas(
kg/u
nit/h
ari)
Tahun
41
Gambar 6 Perkembangan produktivitas unit penangkapan payang per trip di PPP
Muncar tahun 2006-2010.
Produktivitas unit penangkapan payang di Muncar dari tahun 2006-2010
mengalami fluktuasi. Terjadi pengurangan dan penambahan produktivitas disetiap
tahunnya, tetapi secara umum produktivitas unit penangkapan ikan lemuru dengan
alat tangkap payang pada tahun 2006-2010 mengalami kenaikan. Kenaikan ini
diakibatkan adanya penurunan unit penangkapan payang yang terdapat di
Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, sehingga menyebabkan produktivitas setiap
unit penangkapan jumlahnya meningkat. Produktivitas paling tinggi terdapat pada
tahun 2009 yaitu sebesar 108,54 kg/unit/hari. Itu berarti setiap kali penangkapan,
setiap armada payang yang terdapat di Muncar dapat menangkap 108,54 kg ikan
lemuru. Sedangkan produktivitas paling rendah terdapat pada tahun 2007 yaitu
sebesar 42,98 kg/unit/hari. Rata-rata produktivitas payang per trip yaitu 87,27
kg/unit/hari. Jika dilihat pada grafik, terjadi penurunan produktivitas lemuru yang
sangat drastis dari tahun 2006-2007. Penurunan ini dikarenakan karena adanya
cuaca dan musim yang buruk sehingga terjadi penurunan jumlah stok ikan yang
ada di selat Bali, sehingga kapal-kapal payang yang rata-rata berukuran kecil tidak
bisa menjangkau daerah penangkapan yang lebih jauh, padahal adanya keadaan
ini harusnya kapal-kapal yang mengoperasikan alat tangkap payang mencari
88,15
42,98
101,37
108,54
95,34
0
30
60
90
120
150
2006 2007 2008 2009 2010
Prod
uktiv
itas (
kg/u
nit/h
ari)
Tahun
42
daerah penangkapan ikan lemuru lebih jauh, tetapi karena ukuran kapal-kapal
payang relatif kecil maka nelayan tidak dapat melaut, karena adanya hal tersebut
sehingga berpengaruh terhadap produktivitas ikan lemuru di daerah Muncar.
Gambar 7 Perkembangan produktivitas unit penangkapan bagan per trip di PPP
Muncar tahun 2006-2010.
Grafik diatas menjelaskan bahwa produktivitas penangkapan lemuru oleh
alat tangkap bagan per trip di Muncar mengalami fluktuasi. Terjadi peningkatan
dan penurunan produktivitas disetiap tahunnya, tetapi secara umum produktivitas
unit penangkapan ikan lemuru dengan menggunakan alat tangkap bagan per trip
mengalami penurunan. Produktivitas lemuru paling tinggi terdapat pada tahun
2006 yaitu sebesar 28,37 kg/unit/hari, sedangkan produktivitas paling rendah
terdapat pada tahun 2010 yaitu sebesar 4,78 kg/unit/hari. Rata-rata produktivitas
bagan per trip yaitu sebesar 10,93 kg/unit/hari. Penurunan produktivitas lemuru
ini disebabkan karena adanya cuaca buruk yang terjadi di daerah Muncar, hal ini
berpengaruh terhadap ketersediaan stok ikan lemuru yang terdapat di Muncar.
Keadaan ini memaksa nelayan bagan tidak melaut, kerena nelayan bagan tidak
mempunyai kapal yang dapat menjangkau daerah penangkapan ikan lemuru yang
lebih jauh, sehingga produktivitas unit penangkapan bagan mengalami penurunan.
28,37
7,02
6,91 7,59
4,780
10
20
30
2006 2007 2008 2009 2010
Prod
uktiv
itas (
kg/u
nit/h
ari)
Tahun
43
2) Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per tahun
Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per tahun adalah hasil
tangkapan yang dapat dihasilkan oleh setiap armada penangkapan untuk
menangkap ikan lemuru per tahun. Produktivitas yang dihitung adalah
produktivitas unit penangkapan ikan lemuru dari tahun 2006 sampai 2010.
Perkembangan produktivitas lemuru di PPP Muncar dapat dilihat pada Gambar 8,
9, dan 10, sedangkan data perhitungan yang digunakan dalam pembuatan grafik
dapat dilihat di Lampiran 2.
Gambar 8 Perkembangan produktivitas unit penangkapan purse seine per tahun di
PPP Muncar tahun 2006-2010.
Grafik diatas menjelaskan bahwa produktivitas purse seine per tahun di
Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar mengalami penurunan dari tahun 2007-2008.
Penurunan ini disebabkan karena adanya penambahan jumlah armada purse seine
yang terdapat di daerah Muncar. Produktivitas paling tinggi terdapat pada tahun
2007 yaitu sebesar 287.325,44 kg/unit/tahun, artinya bahwa setiap tahunnya
masing-masing unit armada penangkapan purse seine di Muncar dapat
menghasilkan 287.325,44 kg ikan lemuru. Sedangkan produktivitas paling rendah
terdapat pada tahun 2010 yaitu sebesar 104.553,91 kg/unit/tahun. Rata-rata
produktivitas purse seine per tahun yaitu sebesar 187.508,19 kg/unit/tahun.
278.330,47287.325,45
138.412,74128.918,42
104.553,91
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
2006 2007 2008 2009 2010
Prod
uktiv
itas (
kg/u
nit/t
ahun
)
Tahun
44
Produktivitas payang per tahun di Muncar mengalami kenaikan dan
penurunan. Akan tetapi secara rata-rata, produktivitas payang per tahun di Muncar
mengalami kenaikan. Rata-rata produktivitas payang per tahun yaitu 27.230,53
kg/unit/tahun. Produktivitas paling tinggi pada unit penangkapan payang terdapat
pada tahun 2009 yaitu sebesar 33.864,33 kg/unit/tahun, ini berarti pada tahun
2009, masing-masing armada payang menghasilkan 33.864,33 kg ikan lemuru.
Sedangkan produktivitas terendah payang terdapat pada tahun 2007 yaitu sebesar
13.410,49 kg/unit/tahun.. Kenaikan produktivitas pada tahun 2007-2008 terjadi
karena berkurangnya jumlah unit payang yang terdapat di Muncar, sehingga akan
mengakibatkan kenaikan produktivitas setiap unit penangkapan payang di
Muncar. Perkembangan produktivitas payang per tahun dapat dilihat pada Gambar
9.
Gambar 9 Perkembangan produktivitas unit penangkapan payang per tahun di
PPP Muncar tahun 2006-2010.
Perkembangan produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per tahun
dengan menggunakan alat tangkap bagan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar
pada tahun 2006-2010 mengalami penurunan. Produktivitas paling tinggi terdapat
pada tahun 2006 yaitu sebesar 8851,11 kg/unit/tahun, sedangkan produktivitas
unit penagkapan ikan lemuru dengan alat tangkap bagan paling rendah terjadi
pada tahun 2007 yaitu sebesar 1094,86 kg/unit/tahun. Rata-rata produktivitas
27.501,69
13.410,79
31.628,34
33.864,33
29.747,52
0
9000
18000
27000
36000
2006 2007 2008 2009 2010
Prod
uktiv
itas (
kg/u
nit/t
ahun
)
Tahun
45
bagan per tahun yaitu sebesar 3193,33 kg/unit/tahun. Penurunan produktivitas
unit penangkapan ikan lemuru dengan menggunakan alat tangkap bagan per tahun
diakibatkan karena adanya habisnya stok sumber daya ikan karena pada tahun
sebelumnya alat tangkap bagan yang beroperasi lebih besar jumlahnya, sehingga
sumberdaya ikan yang terdapat di perairan Muncar berkurang. Perkembangan
produktivitas unit penangkapan bagan per tahun di Pelabuhan Perikanan Pantai
Muncar dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Perkembangan produktivitas unit penangkapan bagan per tahun di
PPP Muncar tahun 2006-2010.
5.2.2 Produktivitas nelayan lemuru
Produktivitas nelayan lemuru merupakan hasil tangkapan lemuru yang
didapatkan oleh nelayan lemuru dalam satuan waktu. Nilai produktivitas nelayan
lemuru dihitung dari data primer dan sekunder yang telah didapatkan dari pihak
pelabuhan. Data primer yang diambil adalah banyaknya trip yang dilakukan oleh
nelayan lemuru. Sedangkan untuk data sekunder berupa data hasil tangkapan
lemuru. Penghitungan produktivitas ini didasarkan pada jenis nelayan di
Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. Jenis nelayan tersebut dibagi menjadi tiga
yaitu nelayan yang mengoperasikan alat tangkap purse seine, payang, dan bagan.
Perkembangan produktivitas nelayan lemuru pada tahun 2006-2010 dapat dilihat
8.851,11
1.094,86
2.157,69 2.371,07
1.491,920
3000
6000
9000
2006 2007 2008 2009 2010
Prod
uktiv
itas (
kg/u
nit/t
ahun
)
Tahun
46
pada Gambar 11, sedangkan data perhitungan yang digunakan dalam pembuatan
grafik dapat dilihat di Lampiran 4.
Gambar 11. Perkembangan produktivitas nelayan lemuru per trip di PPP Muncar
tahun 2006-2010.
Tabel diatas menjelaskan bahwa produktivitas nelayan lemuru pada
setiap alat tangkap mengalami peningkatan dan penurunan. Pada alat tangkap
purse seine, produktivitas paling tinggi terdapat pada tahun 2007 yaitu sebesar
17,74 kg/orang/hari. Produktivitas nelayan lemuru yang mengoperasikan payang
juga mengalami fluktuasi, produktivitas tertinggi terdapat pada tahun 2009 yaitu
sebesar 18,81 kg/orang/hari. Sedangkan untuk alat tangkap bagan produktivitas
tertinggi terdapat pada tahun 2006 yaitu sebesar 12,29 kg/orang/hari.
Produktivitas rata-rata nelayan lemuru yang paling tinggi dari tahun 2006-2010
yaitu pada nelayan lemuru yang mengoperasikan alat tangkap payang dengan nilai
produksi 15,12 kg/orang/hari. Dengan produktivitas yang mencapai angka
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pendapatan nelayan payang di Pelabuhan
Perikanan Pantai Muncar lebih tinggi dari pada nelayan purse seine dan bagan.
Jika dibandingkan dengan unit penangkapan purse seine yang hasil tangkapannya
lebih banyak, tetapi untuk produktivitas paling tinggi justru terdapat pada nelayan
payang, hal ini diakibatkan karena dalam satu pengoperasian alat tangkap purse
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
2006 2007 2008 2009 2010
Prod
uktiv
itas (
kg/u
nit/h
ari)
Tahun
Purse seine
Payang
Bagan
47
seine , jumlah ABK purse seine lebih banyak dari pada ABK unit penangkapan
payang yang dalam satu kali penangkapan hanya berkisar antara 4-5 orang.
Penyebab lain yaitu rata-rata pemilik unit penangkapan payang mengoperasikan
sendiri alat tangkapnya sedangkan untuk alat tangkap purse seine , rata-rata
nelayan yang bekerja adalah nelayan buruh sehingga pendapatan nelayan purse
seine lebih rendah dari pada nelayan payang.
Kesejahteraan nelayan lemuru yang mengoperasikan alat tangkap purse
seine di Muncar dapat dikatakan belum sejahtera. Dengan sistem bagi hasil yang
adil oleh anak buah kapal dengan pemilik kapal membuat nelayan pemilik sangat
diuntungkan. Untuk sistem bagi hasil di Muncar rata-rata menganut sistem bagi
hasil 50:50 dimana 50 % di ambil oleh nelayan pemilik sedangkan 50 % siasanya
dibagi sebanyak anak buah kapal. Sama halnya dengan nelayan payang dan bagan
yang hasil tangkapan mereka tidak banyak perlu lagi adanya kebijakan dari pihak
pelabuhan. Hal ini karena kesejahteraan nelayan payang dan bagan masih rendah.
Dan bisa dikatakan ada yang dibawah garis kemiskinan. Kesejahteraan bisa
dikatakan menjadi pemilik kapal dengan perusahaan pengolah ikan. Hal ini karena
nelayan buruh tidak dapat mengatur harga. Harga justru diatur oleh pihak
pengolah.
Produktivitas nelayan pada penelitian ini dihitung dari volume produksi.
Jika dibandingkan dengan nilai produksi jelas berbeda. Nilai produksi didasarkan
pada ekoniomisnya hasil tangkapan yang dapat ditangkap. Di Pelabuhan
Perikanan Pantai Muncar, ikan lemuru merupakan ekonomis penting dan
merupakan produk unggulan pertama. Hal ini berpengaruh terhadap produktivitas
berdasarkan nilai produksi. Nilai produktivitas bisa dikatakan tinggi apabila ikan
hasil tangkapannya juga bernilai tinggi. Jadi dapat dikatakan unit penangkapan
yang menangkap ikan lemuru adalah unit penangkapan yang bernilai produksi
tinggi. Unit penangkapan tersebut adalah purse seine, payang dengan bagan.
Produktivitas total nelayan lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai
Muncar pada kurun waktu 2006-2010 secara rata-rata mengalami penurunan.
Penurunan ini diakibatkan beberapa faktor. Faktor-faktor ini berasal dari
lingkungan yang terdapat di wilayah banyuwangi secara umumnya, karena faktor
tersebut maka produktivitas penangkapan lemuru setiap tahunnya mengalami
48
penurunan. Nilai produktivitas nelayan lemuru di PPP Muncar dapat dilihat pada
Tabel 15.
Tabel 15 Produktivitas total nelayan lemuru di PPP Muncar tahun 2006-2010
Tahun Total Hasil Tangkapan (kg)
Jumlah nelayan total (orang)
Produktivitas (kg/orang/tahun)
2006 51.336.512 11.685 4393,42007 54.089.139 12.762 4238,32008 27.833.004 12.257 2270,82009 28.446.134 13.330 2133,92010 17.717.764 13.360 1326,2
rata-rata 35.884.511 12.679 2830,3
Produktivitas total nelayan lemuru tertinggi terdapat pada tahun 2006 yaitu
sebesar 4.393,36 kg/orang/tahun, sedangkan produktivitas terendah terdapat pada
tahun 2010 yaitu sebesar 1.326,17 kg/orang/tahun. Produktivitas rata-rata nelayan
lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar sebesar 2.830,27 kg/orang/tahun.
Penurunan produktivitas di Muncar setiap tahunnya disebabkan oleh peningkatan
jumlah nelayan setiap tahunnya. Penambahan nelayan di PPP muncar dikarenakan
kenaikan jumlah unit penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar,
khususnya peningkatan unit penangkapan purse seine.
Gambar dibawah menjelaskan bahwa terjadi kenaikan dan penurunan
jumlah hasil tangkapan purse seine yang terdapat di daerah Muncar. Kenaikan
paling tinggi terdapat pada bulan Februari 2007 yaitu sebesar 27.557.889 kg/hari.
Kenaikan ini dapat diakibatkan karena musim penangkapan, meliputi arus laut
yang mendukung, ketersediaan makanan yang banyak, dan lain-lain. Faktor-faktor
tersebut yang mangakibatkan hasil tangkapan pada bulan ini sangat tinggi. Alat
tangkap purse seine di buat contoh disini karena alat tangkap ini jumlahnya paling
produktif dalam manghasilkan ikan lemuru. Grafik penurunan dan kenaikan
produksi ikan lemuru per bulan dari tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Gambar
12.
50
5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas penangkapan ikan lemuru
Produktivitas penangkapan ikan dipengaruhi beberapa faktor. Jika faktor-
faktor tersebut maksimal maka produktivitas ikan lemuru yang ada juga akan
tinggi, begitu pula sebaliknya, jika faktor-faktor tersebut tidak optimal maka
produktivitas lemuru juga akan tidak maksimal. Agar dapat mengetahui factor-
faktor tersebut maksimal ataupun tidak, maka harus dilakukan perhitungan.
Perhitungan dilakukan untuk mengetahui seberapa optimal faktor-faktor yang
sudah ada dalam mendukung peningkatan produktivitas lemuru. Alat tangkap
lemuru yang akan dianalisis yaitu purse seine , hal ini disebabkan karena purse
seine merupakan alat tangkap lemuru yang jumlahnya paling banyak di daerah
Muncar, sehingga harus dianalisis agar dapat mengetahui faktor-faktor produksi
yang belum maksimal, disamping paling banyak alat tangkap ini adalah alat
tangkap yang paling produktif menghasilkan ikan lemuru. Analisis yang
dipergunakan yaitu analisis regresi linier. Hasil analisis regresi linier terlampir
pada lampiran. Dari perhitungan yang telah dilakukan didaptkan persamaan linier
sebagai berikut :
Y = -8,61 + 0,046 X1 + 0,9 X2 + 0,303 X3 – 0,141 X4 + 0,172 X5 + 0,051 X6
dimana :
Y : hasil tangkapan per trip (kg)
X1 : pengalaman melaut nelayan (tahun)
X2 : jumlah anak buah kapal per trip (orang)
X3 : ukuran kapal (GT)
X4 : lama operasi penangkapan ikan per trip (hari)
X5 : banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip)
X6 : biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp)
Disamping menghasilkan persamaan diatas, perhitungan yang telah
dilakukan menghasilkan analisis regresi statistik. Analisis tersebut dapat
digunakan sebagai acuan untuk melihat keterwakilan dari faktor produktivitas
dalam menjelaskan faktor produktivitas ikan lemuru secara linier. Hasil analisis
regresi statistik dapat dilihat pada Tabel 16.
51
Tabel 16 Hasil analisis regresi statistik faktor produktivitas dan produktivitas unit penangkapan purse seine di Muncar.
Regression Statistics Multiple R 0,90R Square 0,81Adjusted R Square 0,76Standard Error 0,55Observations 30
Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,81 dan bernilai positif. Hal ini berarti nilai yang didapatkan baik dan korelasi
antara variabel X dengan variabel Y tinggi. Dapat dikatakan baik karena nilai
koefisien determinasi mendekati 1. Selain itu nilai determinasi 0,81 berarti 81 %
faktor produktivitas yang ada dapat mewakili produktivitas unit penangkapan
purse seine di Muncar secara linier. Sementara itu untuk melihat pengaruh faktor
produktivitas terhadap faktor unit penangkapan purse seine dapat dilihat dengan
menggunakan uji-F dan uji-t. Uji-F dicari untuk digunakan untuk melihat
pengaruh faktor produktivitas dengan produktivitas unit penangkapan purse seine
secara bersamaan. Hasil analisis uji-F faktor produktivitas dengan produktivitas
unit penangkapan purse seine dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) faktor produktivitas dan produktivitas unit penangkapan purse seine di Muncar.
Dimana : Df : degree of freedom (derajat bebas) SS : sum of square (jumlah kuadrat) MS : mid of square (kuadrat tengah) α : 0,05 Perhitungan yang telah dilakukan menghasilkan nilai Fhitung sebesar 17,052
dan Ftabel sebesar 2,57. Hal ini menunjukkan Fhitung > Ftabel sehingga Ho ditolak
dengan selang kepercayaan 95 %. Berdasarkan uji-F dapat dikatakan bahwa
Varian df SS MS F hitung F tabel
Regression 6 31.33171941 5.221953234 17,052 2,57
Residual 23 7.043280593 0.306229591
Total 29 38.375
52
produktivitas lemuru dapat dipengaruhi oleh pengalaman melaut nelayan (tahun),
jumlah anak buah kapal per trip (orang), ukuran kapal (GT), lama operasi
penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi penangkapan ikan per bulan
(trip), biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp). Semua faktor
tersebut dapat mempengaruhi produktivitas lemuru dari purse seine. Jika dilihat
dari koefisien determinasi (R2), faktor-faktor diatas mempengaruhi produktivitas
lemuru sebesar 81 % sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak
diperhitungkan. Faktor-faktor tersebut misalnya musim penangkapan dan cuaca
pada saat melakukan penangkapan ikan lemuru.
Uji selanjutnya yaitu uji-t, pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh
masing-masing faktor terhadap produktivitas lemuru yang terdapat di daerah
Muncar. Faktor-faktor yang diuji adalah pengalaman melaut nelayan (tahun),
jumlah anak buah kapal per trip (orang), ukuran kapal (GT), lama operasi
penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi penangkapan ikan per bulan
(trip), biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp) berpengaruh
signifikan terhadap produktivitas unit penangkapan purse seine di Muncar. Uji-t
dapat yang berkaitan dengan pengaruh masing-masing faktor terhadap
produktivitas lemuru. Hasil iji-t untuk pengaruh masing-masing faktor dapat
dilhat pada Tabel 18.
Tabel 18 Hasil uji-t pengaruh masing-masing faktor terhadap produktivitas lemuru
Faktor produksi Koefisien regresi t hitung T (0,1, 23)
X1 0,06 1,97 1,71
X2 0,09 2,93
X3 0,30 1,38
X4 -0,14 -0,69
X5 0,17 0,80
X6 0,05 0,22
53
dimana :
Y : hasil tangkapan per trip (kg)
X1 : pengalaman melaut nelayan (tahun)
X2 : jumlah anak buah kapal per trip (orang)
X3 : ukuran kapal (GT)
X4 : lama operasi penangkapan ikan per trip (hari)
X5 : banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip)
X6 : biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp)
Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil yaitu
ukuran kapal (GT), lama operasi penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi
penangkapan ikan per bulan (trip), serta biaya perbekalan operasi penangkapan
ikan per trip (Rp) pada selang kepercayaan 90 % nilainya lebih kecil dari t tabel.
Hal ini bahwa nilai t hitung ≤ t tabel sehingga dapat disimpulkan terima H0 . Terima
H0 berarti ukuran kapal (GT), lama operasi penangkapan ikan per trip (hari),
banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip), serta biaya perbekalan operasi
penangkapan ikan per trip (Rp) tidak berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Sedangkan untuk
pengalaman laut nelayan (tahun) dan jumlah anak buah kapal per trip (orang)
secara berurutan nilainya 1,97 dan 2,93. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung ≥ t tabel
sehingga dapat dikatakan bahwa kedua faktor tersebut berpengaruh signifikan
terhadap produktivitas lemuru yang terdapat di daerah Muncar.
Uji-t menyatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 90 %, ukuran kapal
(GT), lama operasi penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi penangkapan
ikan per bulan (trip), serta biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip
(Rp) tidak berbeda nyata sedangkan untuk pengalaman laut nelayan (tahun) dan
jumlah anak buah kapal per trip (orang) berpengaruh nyata terhadap produktivitas
lemuru yang terdapat didaerah Muncar.
Pengalaman melaut pada tabel uji-t mempunyai koefisien regresi 0,06
dengan nilai positif. Bisa diartikan bahwa pengalaman melaut mempunyai
pengaruh terhadap produktivitas lemuru yang terdapat di Muncar. Jika
pengalaman melaut nelayan lemuru bertambah satu tahun, maka terdapat
54
penambahan produktivitas lemuru pada alat tangkap purse seine sebesar 0,06
kilogram. Pada uji-t dapat dilihat dijabarkan bahwa pengalaman melaut
berpengaruh signifikan terhadap produktivitas lemuru karena t hitung > t tabel.
Pengalaman melaut nelayan di Muncar sangat berpangaruh terhadap produktivitas
lemuru di daerah Muncar. Semakin lama pengalaman melaut nelayan lemuru,
maka semakin banyak pula hasil tangkapan lemuru yang didapatkan. Pengalaman
melaut sangat mempengaruhi penentuan daerah penangkapan lemuru yang
terdapat di perairan Muncar. Nelayan yang berpengalaman akan lebih bisa
menentukan daerah penangkapan yang potensial, disamping itu nelayan yang
mempunyai jam terbang yang tinggi akan dapat mengoperasikan alat tangkap
dengan baik sehingga akan berpengaruh terhadap hasil tangkapan mereka.
Jumlah anak buah kapal yang banyak akan dapat mempercepat proses
penangkapan ikan lemuru, dengan anak buah kapal yang banyak maka pembagian
tugas dikapal menjadi lebih jelas dan setiap pekerjaan akan lebih cepat
diselesaikan. Dengan mesin kapal yang banyak pada setiap kapal purse seine,
penambahan anak buah kapal sangat diperlukan, jika anak buah kapal sedikit
maka proses melingkari gerombolan ikan lemuru juga akan berlangsung lama, hal
ini diakibatkan mesin tidak secara optimal dioperasikan, sebaliknya jika anak
buah kapal banyak maka setiap mesin yang ada dapat dimanfaatkan secara
optimal dan akan berpengaruh juga terhadap produktivitas nelayan lemuru yang
ada di Muncar. Pada uji-t dapat kita lihat bahwa thitung > t tabel , ini berarti jumlah
anak buah kapal berpengaruh signifikan terhadap produktivitas lemuru yang
terdapat di daerah Muncar. Pengaruh ini diakibatkan karena pengoperasian alat
tangkap purse seine relatif sulit sehingga membutuhkan tenaga kerja atau anak
buah kapal yang banyak juga.
Bertambahnya kapasitas kapal akan mengakibatkan penambahan jumlah
hasil tangkapan lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Dengan ukuran kapal
yang besar, maka kapasitas penyimpanan juga akan besar, disamping itu dengan
ukuran kapal yang besar maka dapat menjangkau daerah penangkapan yang lebih
jauh, sehingga dapat menangkap ikan lemuru yang lebih banyak dibandingkan
dengan kapal yang mempunyai kapasitas yang lebih kecil. Tetapi pada khasus di
daerah Muncar, sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil
55
bahwa thitung < t tabel , hal ini berarti kapasitas kapal tidak berpengaruh signifikan
terhadap produktivitas lemuru yang terdapat didaerah Muncar. Penyebabnya yaitu
kapal-kapal yang terdapat didaerah Muncar banyak kapal-kapal berjenis motor
tempel dengan kapasitas yang tidak begitu besar, sehingga tidak dapat
menjangkau daerah yang lebih jauh unutk menangkap ikan serta menyimpan
jumlah ikan yang tidak begitu besar.
Lama operasi penangkapan ikan tidak berpangaruh signifikan terhadap
produktivitas lemuru yang terdapat di daerah Muncar, hal ini dikarenakan t hitung <
t tabel , artinya bahwa kualitas hasil tangkapan akan semakin tidak baik jika terlalu
lama disimpan dalam kapal. Dengan jumlah es yang tetap dan ditambahnya lama
operasi penangkapan ikan lemuru akan membuat kualitas ikan lemuru turun.
Dengan memperhatikan lama operasi yang benar maka kualitas ikan juga akan
baik, sehingga juga akan berpengaruh terhadap produktivitas lemuru di Muncar.
Dari perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa thitung < t tabel , ini
berarti bahwa jumlah trip tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas
lemuru yang terdapat didaerah Muncar. Jika dilakukan penambahan trip pada
setiap bulannya maka akan menambah jumlah hasil tangkapan lemuru. Tetapi
disini perlu dikaji juga dari segi lingkungan, jika dilakukan penangkapan secara
terus menerus maka akan dapat menyebabkan habisnya sumberdaya lemuru yang
terdapat di perairan tersebut.
5.4 Peran Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar
Peran suatu pelabuhan sangat penting bagi penunjang aktivitas perikanan
lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Dukungan suatu pelabuhan perikanan
dalam aktivitas penangkapan ikan lemuru dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
dukungan dalam aktivitas pra produksi dan aktivitas produksi. Aktivitas pra
produksi adalah kegiatan yang berhubungan dengan persiapan penangkapan ikan
lemuru, dalam hal ini pelabuhan menyediakan fasilitas yang berhubungan dengan
aktivitas pra produksi. Fasilitas pra produksi diantaranya fasilitas perbekalan dan
fasilitas perbaikan alat tangkap. Sedangkan aktivitas yang lain adalah aktivitas
produksi. Dalam hal ini pelabuhan harus menyediakan fasilitas yang berhubungan
dengan kegiatan penangkapan ikan lemuru, seperti fasilitas yang berhubungan
56
dengan informasi daerah penangkapan ikan lemuru serta fasilitas yang
berhubungan dengan peningkatan skill nelayan lemuru yang terdapat di daerah
Muncar.
5.4.1 Fasilitas Pra Produksi
Fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan pra produksi diantaranya
fasilitas perbekalan dan fasilitas perbaikan alat tangkap. Fasilitas perbekalan
meliputi fasilitas penyediaan air, penyediaan bahan bakar minyak, penyediaan
kebutuhan melaut, dan penyediaan es.
1. Fasilitas perbekalan Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar
Produktivitas ikan lemuru yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai
Muncar dapat bertahan dengan baik apabila didukung oleh penyediaan sarana
perbekalan yang memadai oleh pihak pelabuhan perikanan dan dapat digunakan
dengan baik oleh semua pengguna pelabuhan. Sarana perbekalan di Pelabuhan
Perikanan Pantai Muncar diantaranya fasilitas penyediaan air bersih, fasilitas
penyediaan es, fasilitas penyediaan bahan bakar minyak, serta fasilitas penyediaan
kebutuhan konsumsi.
1) Fasilitas penyediaan air
Pengadaan sarana air sudah ada di Pelabuhan Pantai Muncar sejak tahun
1994. Tetapi terdapat penambahan unit setiap tahunnya. Pada tahun 1997
dilakukan penambahan unit penyediaan air sebanyak 6 buah. Sumber air di
Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar berasal dari PDAM. Nelayan dapat
mendapatkan air seharga Rp. 1000,- per becak dari mushola pelabuhan. Keadaan
unit penyedia air bersih di PPP Muncar saat ini tidak berfungsi dengan baik. Hal
ini dikarenakan tempat untuk menampung air rusak. Kerusakan ini diakibatkan
hampir tidak adanya pasokan air yang disalurkan ke tangki air tersebut, sehingga
semakin lama alat menjadi rusak. Kekurangan air inilah yang menyebabkan
nelayan lemuru susah untuk mencuci hasil tangkapan mereka, sehingga hasil
tangkapan lemuru yang habis didaratkan kotor. Hal ini mengakibatkan mutu dari
ikan lemuru menjadi turun, dampaknya berujung pada harga ikan lemuru.
Walaupun pihak perusahaan sudah menetapkan harga ikan lemuru, tetapi jika
57
mutu dari ikan tersebut turun maka pihak perusahaan dapat menurunkan harga
ikan lemuru tersebut bahkan pihak perusahaan tidak mau untuk membeli ikan
yang sudah ada.
Gambar 13 Fasilitas penyediaan air di PPP Muncar
Unit Pelaksana Teknis yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar
pada dasarnya sudah melakukan koordinasi dengan instansi luar yaitu Perusahaan
Daerah Air Minun (PDAM), tetapi karena fasilitas penampungan air yang terdapat
di pelabuhan rusak maka air yang disalurkan dari PDAM tidak dapat masuk lagi,
akibatnya tidak tersedia air untuk nelayan. Keadaan diatas menandakan bahwa
pelayanan penyediaan fasilitas air bersih yang ada di PPP Muncar pengelolaannya
kurang baik.
2) Fasilitas penyediaan es
Kebutuhan es sangat berpengaruh terhadap mutu dari ikan lemuru yang
ditangkap. Nelayan yang berada di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar
mendapatkan es dari pihak KUD dan swasta. Dari pihak KUD es didapatkan dari
58
KUD Mina yang jaraknya sekitar 200 meter dari pelabuhan. Sedangkan untuk es
dari pihak swasta didapatkan dari pabrik es yang terdapat diluar kecamatan
Muncar. Nelayan kecil dapat mendapatkan es dari pengecer. Pengecer es tersebut
berjualan diarea pelabuhan. Untuk es yang berasal dari pihak KUD dijual dengan
harga 6500/balok sedangkan es yang bersal dari pihak swasta dijual dengan harga
7000/balok.
Fasilitas penyediaan es di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar hendaknya
dekat dengan pelabuhan. Hal ini bertujuan untuk menghemat biaya transportasi
sehingga harga es lebih murah. Jika dilihat pada fakta diatas, hanya terdapat satu
KUD yang menjual es. Hal ini sangat merugikan nelayan apabila pada waktu itu
musim ikan lemuru sangat banyak. Pihak KUD tidak bisa menyediakan es dengan
jumlah yang banyak. Apabila ikan yang tersedia banyak, maka secara otomatis
nelayan memerlukan es yang banyak untuk mengawetkannya. Pelabuhan
hendaknya bekerja sama dengan pihak swasta dalam penyediaan es agar lebih
mudah dan murah. Saat ini pihak pelabuhan belum melakukan kegiatan kerjasama
kepada pihak swasta mengenai penyediaan es, sehingga pada saat musim puncak,
nelayan harus membeli es yang berasal dari pihak swasta yang harganya lebih
mahal. Hal ini berimbas pada nelayan-nelayan dengan armada penangkapan kecil
seperti payang dan bagan. Pada saat musim puncak, nelayan ini sangat susah
mendapatkan es, hal ini disebabkan karena es yang berasal dari KUD sudah habis
terjual karena dibeli oleh nelayan-nelayan besar. Dampaknya adalah harga es
menjadi lebih mahal karena mereka harus membeli dari pihak luar. Tentu saja
keadaan ini sangat tidak menguntungkan nelayan-nelayan kecil. Untuk itu perlu
adanya peran serta dari pihak pelabuhan tentang penyediaan es, misalnya dengan
membatasi pembelian nelayan-nelayan besar di KUD sehingga nelayan-nelayan
lemuru dengan armada penangkapan yang kecil dapat membeli es dengan harga
yang murah.
Pelabuhan hendaknya melakukan pengaturan dan penertiban kegiatan pada
setiap fasilitas yang ada, masalah penyediaan es harusnya adalah masalah penting
yang dapat diselesaikan oleh pihak pelabuhan. Pelabuhan kurang mengatur
jalannya proses pembelian es sehingga pada musim puncak ketersediaan es
kurang. Koordinasi yang dilakukan pelabuhan dengan pihak luar harusnya lebih
59
ditingkatkan, masalah yang ada yaitu perusahaan es yang ada letaknya jauh dari
pelabuhan, sehingga nelayan-nelayan kecil akan kesulitan dalam mendapatkan es.
Dalam segi fasilitas penyediaan es, pelabuhan masih kurang, hal ini dibuktikan
dengan adanya kekurangan es pada saat musim puncak, sehingga dapat dikatakan
bahwa pengelolaan pelabuhan pada penyediaan fasilitas ini kurang baik.
3) Penyediaan BBM
Bahan bakar minyak merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi produktivitas ikan lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Pada
saat BBM harganya naik, maka bisa berimbas pada menurunnya produktivitas
ikan lemuru dan sebaliknya.
Pelabuhan perikanan pantai Muncar menyediakan fasilitas pengisian bahan
bakar. Bahan bakar yang disediakan adalah solar. Harga solar yaitu Rp. 4.500/liter
jika pembeliaannya tunai, tetapi jika pembeliannya hutang maka harga satu liter
solar menjadi Rp. 5000. Penyediaan BBM yang dilakukan oleh pihak pelabuhan
Muncar saat ini tidak dapat mencukupi kebutuhan nelayan yang terdapat disana.
Kapasitas unit penyediaan BBM di Muncar yaitu 50 ton sedangkan kebutuhan
melaut nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar per harinya yaitu 500-600
ton. Hal ini sangat tidak menguntungkan nelayan. Dampak bagi nelayan besar
mungkin tidak terasa tetapi dampaknya bagi nelayan kecil sangatlah terasa. jika
stok BBM di PPP Muncar telah habis, maka nelayan disana membeli BBM di
pom bensin yang terletak lumayan jauh dari pelabuhan. Hal ini sangat tidak
menguntungkan nelayan kecil, karena mereka harus mengeluarkan biaya
transportasi lagi untuk menuju ke tempat penjualan solar yang terdapat diluar
pelabuhan perikanan. Masalah seperti ini harusnya disikapi oleh pihak pelabuhan
karena keadaan seperti ini lebih berpihak kepada nelayan besar sehingga nelayan
kecil yang tidak mempunyai modal yang besar tidak dapat bersaing, bahkan selalu
mengalami kerugian.
Peraturan-peraturan serta kebijakan-kebijakan harus dilakukan dan
diterapkan oleh pihak pelabuhan digunakan untuk melindungi nelayan-nelayan
kecil. Peraturan ini berupa pembatasan pembelian bahan bakar minyak di PPP
Muncar oleh nelayan-nelayan besar, sehingga nelayan-nelayan kecil tidak akan
60
kehabisan stok bahan bakar minyak. Dengan adanya kebijakan seperti ini maka
akan sedikit membantu nelayan kecil dalam penydiaan bahan bakar minyak,
mereka tidak akan lagi membeli bahan bahan minyak dari luar pelabuhan
melainkan dari dalam pelabuhan sendiri. Dalam khasus ini pihak pelabuhan harus
bekerja lebih keras untuk mengatur nelayan-nelayan besar agar tidak selalu
merugikan nelayan-nelayan kecil yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai
Muncar. Pihak pelabuhan harus bersikap lebih tegas dalam menentukan
kebijakan-kebijakan kedepannya agar nasib nelayan kecil dapat lebih baik.
Gambar 14 Fasilitas pengisian bahan bakar minyak di PPP Muncar
4) Penyediaan kebutuhan konsumsi
Nelayan di daerah Muncar kebanyakan menangkap dengan sistem satu
hari melaut, jadi pengisian bahan-bahan perbekalan tidak terlalu rumit dan
dipusingkan oleh nelayan di daerah Muncar. Perbekalan seperti makanan dibawa
oleh nelayan yang akan melaut, jika mereka melaut dalam waktu satu hari maka
biasanya nelayan Muncar membawa dua bungkus makanan. Untuk pembelian
makanan ini biasanya dibeli di toko-toko yang terdapat didalam area pelabuhan.
Toko-toko ini menjual berbagai keperluan nelayan seperti makanan, rokok, dan
lain-lain. Pengisian perbekalan yang lain seperti es, solar telah dijelaskan pada
penjelasan diatas.
61
Fasilitas perbekalan yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Muncar
menurut nelayan lemuru dirasakan kurang membantu, hal ini terlihat pada hasil
kuisioner yang telah ditujukan kepada nelayan lemuru (Gambar 14) menunjukan
bahwa sebanyak 39 % nelayan lemuru telah terbantu dengan fasilitas perbekalan
yang terdapat di PPP Muncar sedangkan sisanya yaitu 61 % nelayan lemuru
merasa kurang terbantu.
Gambar 15 Pendapat nelayan lemuru terhadap fasilitas perbekalan di
PPP Muncar.
Gambar diatas menjelaskan bahwa banyak sekali nelayan lemuru yang
kurang terbantu dengan adanya fasilitas perbekalan yang terdapat di PPP Muncar.
Hal ini terlihat bahwa hanya 39 % nelayan lemuru yang merasa terbantu dan
sisanya merasa kurang terbantu. Situasi ini memunculkan pernyataan bahwa
adanya hal tersebut dikarenakan belum optimalnya pengelolaan yang dilakukan
pihak PPP Muncar terhadap fasilitas perbekalan. Hal ini memperlihatkan bahwa
Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar belum cukup berperan dalam mendukung
aktivitas penangkapan ikan lemuru yang terdapat di Muncar. Peran suatu
pelabuhan bisa dikatakan telah berperan dengan baik apabila penyediaan,
pemanfaatan serta pengelolaannyanya telah optimal ( Simanjuntak, 2005 diacu
dalam Tanjung, 2010 ).
kurang membantu
61%
membantu39%
62
Belum optimalnya peran PPP Muncar dalam penyediaan faslilitas
perbekalan dapat di lihat dari adanya faslitas perbekalan yang kurang berfungsi
secara optimal. Faslitas air bersih yang sekiranya dapat membantu nelayan dalam
membersihkan hasil tangkapannya ternyata rusak. Sehingga nelayan tidak bisa
mencuci hasil tangkapan mereka, hal ini berakibat pada mutu hasil tangkapan
mereka. Fasilitas yang lainnya yaitu fasilitas penyediaan es, kurangnya
penyediaan es yang ada di PPP Muncar menyebabkan nelayan-nelayan lemuru
kecil kesulitan dalam mencari es. Es yang harusnya mereka dapatkan dengan
mudah ternyata sudah habis oleh nelayan-nelayan yang besar. Sedangkan untuk
fasilitas penyediaan bahan bakar juga belum berfungsi dengan maksimal.
Kapasitas yang ada di PPP Muncar tidak dapat mencukupi kebutuhan nelayan
lemuru yang terdapat didaerah Muncar, sehingga nelayan-nelayan di Muncar
harus membeli bahan bakar minyak diluar pelabuhan yang jelas harganya lebih
mahal, karena harus menambahkan biaya transportasi.
2. Fasilitas yang berhubungan dengan perbaikan unit penangkapan ikan lemuru
1) Fasilitas perbaikan kapal
Nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar biasanya memperbaiki
kapal di kolam pelabuhan, hal ini mengakibatkan adanya pendangkalan pada
kolam pelabuhan, sehingga kapal-kapal pengangkut ikan lemuru yang akan
mendaratkan ikan lemuru ke dermaga pelabuhan berhenti sekitar 150 meter dari
tempat pendaratannya. Pendaratan ikan lemuru ini dilakukan di laut dan diangkut
oleh buruh angkut dari kapal pengangkut menuju tempat pendaratan ikan. Mesin
kapal yang rusak diperbaiki di bengkel perbaikan mesin, tetapi saat ini keadaan
bengkel perbaikan sangatlah tidak memadai, bahkan bengkel perbaikan mesin
tidak setiap hari dibuka, sehingga nelayan-nelayan yang akan memperbaiki mesin
harus menunggu sampai bengkel dibuka disamping itu bengkel tidak mempunyai
alat-alat perbaikan mesin yang lengkap, sehingga nelayan-nelayan lemuru yang
tidak cukup modal hanya bisa membiarkan mesin kapal mereka rusak tanpa ada
perbaikan. Hal ini sangat merugikan nelayan lemuru yang terdapat di Pelabuhan
63
Perikanan Pantai Muncar, mereka mengalami kerugian karena tidak dapat melaut
dikarenakan mesin yang akan dibuat mencari ikan rusak.
Gambar 16 Fasilitas perbengkelan di PPP Muncar
2) Perbaikan alat tangkap
Perbaikan alat tangkap yang terdapat di PPP Muncar biasanya sering
dilakukan di kantor UPT dan TPI yang terdapat di pelabuhan tersebut. Alat
tangkap yang sering diperbaiki adalah alat tangkap purse seine. System perbaikan
alat tangkap yaitu bersifat gotong royong, dimana jika terdapat alat tangkap yang
rusak dari salah satu nelayan lemuru, maka nelayan yang lain wajib membantu
dalam perbaikan alat tangkap tersebut. Tetapi masih terdapat banyak kekurangan
dalam perbaikan alat tangkap di PPP Muncar. PPP Muncar sendiri tidak memiliki
tempat khusus untuk memperbaiki alat tangkap yang rusak, hal ini sangat
merugikan nelayan lemuru apabila alat tangkap yang mereka miliki rusak, para
nelayan tidak mempunyai lahan untuk memperbaikinya. Disamping itu jika alat
tangkap yang rusak lebih dari satu maka nelayan lemuru akan mengeluarkan biaya
lebih banyak untuk memperbaiki alat tersebut karena harus memindahkan alat
tangkap tersebut keluar pelabuhan. Hal ini harusnya diperhatikan oeh pihak
pelabuhan, agar nelayan-nelayan yang akan melakukan perbaikan alat tangkap
64
tidak menggunakan gedung TPI. Pelabuhan seharusnya menyediakan tempat
khusus untuk aktivitas perbaikan alat tangkap.
Gambar 17 Fasilitas perbaikan alat tangkap
5.4.2 Fasilitas Produksi
Fasilitas produksi adalah fasilitas untuk penunjang kegiatan penangkapan
ikan lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Fasilitas ini meliputi fasilitas yang
berhungan dengan informasi daerah penangkapan ikan lemuru serta fasilitas yang
berhungan dengan peningkatan skill menangkap ikan lemuru seperti balai
pertemuan, program penyuluhan dari pelabuhan, atapun sosialisasi yang dilakukan
oleh pihak pelabuhan kepada nelayan-nelayan lemuru yang terdapat di daerah
Muncar.
1. Fasilitas yang berhubungan dengan informasi daerah penangkapan ikan lemuru
Informasi tentang daerah penangkapan ikan lemuru yang terdapat di
daerah Muncar dilakukan sendiri oleh nelayan-nelayan lemuru yang ada di
Muncar. Metode penyampaian informasi hanya dari mulut ke mulut ataupun
melihat kapal-kapal dengan hasil tangkapan paling banyak. nelayan-nelayan di
Muncar akan menanyakan kepada fishing master kapal tersebut terkait dengan
65
daerah penangkapan. Hal tersebut sangat menyulitkan nelayan-nelayan dengan
pengalaman melaut rendah. Nelayan – nelayan tersebut akan lebih bergantung
dengan nelayan – nelayan senior yang sudah berpengalaman dalam menentukan
daerah penangkapan ikan lemuru. Melihat khasus seperti ini harusnya pihak
pelabuhan dapat menyediakan fasilitas yang berhungan dengan informasi daerah
penangkapan, tapi kenyataannya, Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar belum
dapat menyediakan fasilitas tersebut. Jika fasilitas ini disediakan oleh pelabuhan,
maka nelayan-nelayan dengan pengalaman melaut yang rendah dapat mengetahui
daerah penangkapan ikan lemuru dengan cepat. Waktu yang dibutuhkan nelayan
juga akan lebih efektif dan efisien dalam melakukan penangkapan ikan lemuru di
perairan Muncar, dengan waktu yang efisien dan efektif maka hasil tangkapan
ikan lemuru juga akan meningkat, dan secara otomatis akan meningkatkan
produktivitas nelayan lemuru di daerah Muncar.
2. Fasilitas yang berhubungan dengan peningkatan skill nelayan
Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar salah satu pelabuhan dengan fasilitas
yang cukup lengkap. Hal ini pula yang mendasari PPP Muncar dijadikan sebagai
pelabuhan yang berbasis minapolitan. Salah satu fasilitas yang terdapat di PPP
Muncar yaitu fasilitas yang digunakan untuk peningkatan skill nelayan lemuru.
Skill penangkapan tersebut meliputi skill dalam pembuatan alat tangkap, skill
dalam perbaikan unit penangkapan ikan serta skill dalam pengoperasian suatu alat
tangkap. PPP Muncar menyediakan fasilitas balai pertemuan nelayan yang
fungsinya untuk tempat berkumpulnya nelayan-nelayan. Tempat ini juga
berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman antara nelayan – nelayan lemuru
senior dengan nelayan-nelayan lemuru junior, dengan adanya fasilitas ini, nelayan
akan terbantu dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan
operasi penangkapan ikan lemuru.
Peningkatan skill nelayan lemuru tidak hanya dalam balai pertemuan saja,
akan tetapi pelabuhan juga melakukan peningkatan skill nelayan dengan
mengadakan pelatihan-pelatihan tentang teknik-teknik penangkapan ikan lemuru
ataupun dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang musim penangkapan
ikan lemuru. Penyuluhan ini dilakukan oleh pihak pelabuhan dengan bekerjasama
dengan Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi. Program yang
66
dilakukan oleh pelabuhan ini diharapkan dapat meningkatkan skill nelayan lemuru
dalam mengoperasikan alat tangkap, dengan adanya hal tersebut maka hasil
tangkapan lemuru yang mereka tangkap juga akan semakin banyak.
5.4.3 Ketersediaan dan Pemenuhan Fasilitas di PPP Muncar
Tabel 19 Ketersediaan dan Pemenuhan Fasilitas di PPP Muncar
No Fasilitas Unit Ketersediaan Pemenuhan Kekurangan
(%)
Fasilitas Pra
produksi
1. Bengkel 1 tersedia kurang terpenuhi 50
2. Tangki BBM 1 tersedia kurang terpenuhi 50
3. Gedung keranjang 10 tersedia kurang terpenuhi 50
4. Menara air 1 tersedia kurang terpenuhi 50
5. Gedung peralatan 1 tersedia kurang terpenuhi 30
6. Rumah genzet 1 tersedia kurang terpenuhi 30
7. Rumah pompa 2 tersedia kurang terpenuhi 30
8. Eks pabrik es 1 tersedia kurang terpenuhi 50
9. KUD Mino 1 tersedia kurang terpenuhi 50
10. Slipway 3 tersedia terpenuhi 0
11. Rumah BBM 1 tersedia kurang terpenuhi 50
Fasilitas
produksi
1.
Informasi daerah
penangkapan ikan
lemuru
- Tidak tersedia tidak terpenuhi 100
2. Penyuluhan dari
PPP Muncar tersedia terpenuhi 0
3. Balai pertemuan 1 tersedia terpenuhi 0
Tabel diatas menjelaskan ketersediaan dan pemenuhan fasilitas yang
terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. Beberapa fasilitas sudah
67
terpenuhi tetapi terdapat beberapa fasilitas yang harus dibangun lagi atapun
diperbaiki. Kekurangan fasilitas ini akan mempengaruhi kinerja dari para nelayan,
hal ini akan mengakibatkan penurunan jumlah produksi dari nelayan lemuru yang
terdapat didaerah Muncar.
Gedung tempat keranjang di pelabuhan saat ini jumlahnya kurang, hal ini
diakibatkan karena jumlah keranjang yang ada sangat banyak, sedangkan tempat
penyimpanannya kurang. Keadaan ini membuat nelayan-nelayan yang ada
menyimpan keranjang mereka di rumah masing-masing, hal ini sangat merugikan
nelayan karena dengan menyimpan dirumah, maka akan membuat biaya tambahan
untuk mengangkut keranjang-keranjang mereka ke pelabuhan. Dengan adanya
penambahan jumlah gedung tempat keranjang maka kinerja nelayan menjadi
efektif .
Fasilitas-fasilitas yang lain sudah dijelaskan pada subbab sebelummnya.,
seperti menara air, fasiltas yang menyediaakan bahan bakar , maupun failitas
perbaikan alat tangkap maupun kapal dari ketersediannya, pelabuhan
menyediakan fasilitas-fasilitas tersebut, tetapit pada segi pemenuhannya ,
pelabuhan dapat mencukupi karena jumlahnya kurang. Fasilitas yang
berhubungan dengan penginformasian daerah penangkapan ikan lemuru yang
terdapat di Pelabuhan Perikanan pantai Muncar harusnya dibangun. Fasilitas ini
sangat berfungsi agar para nelayan yang akan melakukan kegiatan penangkapan
ikan lemuru tidak akan susah lagi untuk mencari daerah penangkapan ikan
lemuru, disamping itu dengan adanya fasilitas ini waktu yang dibutuhkan nelayan
lemuru akan lebih efisien dan efektif.
Hasil dari uji-t dari faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas
lemuru di daerah Muncar menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh dalam
penangkapan ikan lemuru yaitu pengalaman melaut nelayan dan jumlah anak buah
kapal. Adanya hal tersebut harusnya diperhatikan oleh pihak pelabuhan agar dapat
dijadikan suatu acuan untuk menentukan program-program dari pelabuhan untuk
meningkatkan skill para nelayan lemuru yang terdapat di daerah Muncar agar skill
dari para nelayan lemuru semakin baik dalam menangkap ikan lemuru.
68
Dari kedaan tersebut dapat kita simpulkan bahwa sesuai dengan
ketersediaan fasilitas, Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar sudah menyediakan
semua fasilitas yang berhubungan dengan penangkapan ikan lemuru, tetapi
pemenuhan dari fasilitas tersebut tidak 100 % terpenuhi. Hal ini mengakibatkan
kurang efektifnya kinerja dari nelayan lemuru, sehingga produktivitas yang ada
cenderung menurun.