4981_skripsi Fadhli Albugis

download 4981_skripsi Fadhli Albugis

of 125

Transcript of 4981_skripsi Fadhli Albugis

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    1/125

    PERSEPSI PEDAGANG ARAB DI SURABAYA TERHADAP

    KONSEP LABA

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat PenyelesaianProgram Pendidikan Strata Satu

    Jurusan Akuntansi

    Oleh:

    FADHLI ALBUGIS

    2006310181

    SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

    SURABAYA

    2010

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    2/125

    ii

    PERSEPSI PEDAGANG ARAB DI SURABAYA TERHADAP KONSEPLABA

    Diajukan oleh :

    FADHLI ALBUGIS2006310181

    Skripsi ini telah dibimbingDan dinyatakan siap diujikan.

    Dosen PembimbingTanggal : ..... ....................

    Nurmala Ahmar, SE.,Ak.,M.Si.

    HALAMAN LULUS UJIAN SKRIPSI

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    3/125

    iii

    SKRIPSI

    PERSEPSI PEDAGANG ARAB DI SURABAYA TERHADAPKONSEP LABA

    Disusun oleh :

    FADHLI ALBUGIS

    2006310181

    Dipertahankan di depan Tim Penguji

    dan dinyatakan Lulus Ujian Skripsi

    pada tanggal 18 Februari 2010

    Tim Penguji

    Ketua : Sasongko Budisusetyo, M.Si., CPA,CPMA,LIFA …………………

    Sekretaris : Nurmala Ahmar, SE.,Ak.,M.Si …………………

    Anggota : Kautsar Riza Salman, SE.,Ak.,BKP …………………

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    4/125

    iv

    PENGESAHAN SKRIPSI

    Nama : Fadhli Albugis

    Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 21 Juli 1988 N.I.M : 2006310181

    Jurusan : Akuntansi

    Program Pendidikan : Strata 1

    Konsentrasi : Akuntansi Keuangan

    Judul : Persepsi Pedagang Arab di Surabaya Terhadap Konsep Laba

    Disetujui dan diterima baik oleh :

    Dosen Pembimbing,

    Tanggal :

    Nurmala Ahmar, SE.,Ak.,M.Si.

    Ketua Jurusan Akuntansi

    Tanggal :

    Dra. Gunasti Hudiwinarsih, Ak., M.Si.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    5/125

    v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    “Menuntut ilmu tanpa amal tidak ada gunanya, sedangkan beramal tanpa menuntut ilmu adalah

    berbahaya”.

    Alhamdulillah, akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.

    Saya bersyukur sekali karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi saya kekuatan dan

    ketabahan dalam menghadapi masalah-masalah yang menghambat penyelesaian skripsi saya ini.

    Saya juga sangat berterima kasih atas dukungan dari pihak-pihak yang membantu saya baik yang

    berupa dukungan material maupun spiritual, yaitu antara lain :

    1.

    Untuk kedua orang tua, terimakasih atas doa, dukungan, dan pengorbanannya sehingga sayadapat menyelesaikan studi saya di STIE Perbanas Surabaya.

    2. Untuk Bang Noval, terima kasih atas dukungannya, Bang Aan, terima kasih dukungan dan

    selalu mengingatkan saya agar tidak melupakan sholat, adikku Fauzan dan Rina, terima

    kasih sudah membantu mengoreksi skripsiku. Adikku (sepupu) Nadia Ayub, terima kasih

    dukungannya. Bang Afin, terima kasih dukungan, masukan-masukan dan motivasinya.

    3. Buat pedagang di Jalan Panggung Surabaya yaitu Ami Dillah, Ami Moh, dan Ami Ajis yang

    telah meluangkan waktu serta memberikan informasi hingga skripsi ini terselesaikan, saya

    mengucapkan beribu-ribu terima kasih, jazakallah khairan katsiran dan semoga usahanya

    tambah barokah.

    4. Buat teman-teman seperjuanganku semoga sukses.

    5. Untuk pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, semoga kebaikan kalian

    semua dibalas oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    6/125

    vi

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucap syukur Allhamdulillah dengan puji syukur

    kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala rahmat, hidayah, karunia, dan

    pertolonganNya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan

    terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta saran-saran dari

    berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

    menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-

    tingginya kepada yang terhormat:

    1. Ibu Prof.DR.Dra.Tatik Suryani, Psi., M.M, selaku Ketua STIE Perbanas

    Surabaya.

    2. Ibu Dra.Gunasti Hudiwinarsih,Ak.,M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi

    STIE Perbanas Surabaya.

    3. Bapak Sasongko Budisusetyo, M.Si., CPA,CPMA,LIFA, selaku dosen

    wali yang telah membimbing penulis selama menempuh studi di STIE

    Perbanas Surabaya.

    4. Ibu Nurmala Ahmar, SE.,Ak.,M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi

    yang telah membimbing penulis dengan penuh pengertian dan kesabaran

    hingga skripsi ini selesai.

    5. Seluruh Dosen, Karyawan, Staff, dan Civitas akademika STIE PerbanasSurabaya yang telah memberikan semangat dan nasehat-nasehat bagi

    penulis.

    Surabaya, Februari 2010

    Penulis

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    7/125

    vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ……………………………………………………...... iHALAMAN PERSETUJUAN SIAP UJI ……………..…………………… iiHALAMAN LULUS UJIAN SKRIPSI …………………………………… iiiHALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI …………………………………… ivHALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………… vKATA PENGANTAR …………………………………………………….... viDAFTAR ISI ………………………………………………………………... viiDAFTAR TABEL ………………………………………………………….. ixDAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. xDAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xiABSTRAK /RINGKASAN ………………………………………………… xii

    BAB I PENDAHULUAN 11.1Latar Belakang Masalah ……………………………….. 11.2 Perumusan Masalah …………………………………… 71.3 Tujuan Penelitian ……………………………………… 71.4 Manfaat Penelitian …………………………………….. 71.5 Sistematika Penulisan ………………………………….. 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………..………………………….. 102.1 Penelitian Terdahulu …………………………………… 10

    2.2 Landasan Teori ………………………………………… 112.2.1 Pengertian Persepsi …………………………………... 112.2.2 Proses Persepsi dan Sifat Persepsi ……………………. 132.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi …………. 152.2.4 Faktor-faktor Perbedaan latar Belakang Kultural ……. 162.2.5 Aspek-aspek Persepsi ………………………………… 172.3 Pengertian Laba ……………………………………….. 192.3.1 Arti Laba dalam Islam ………………………………. 192.3.2 Arti Laba dalam Sunnah …………………………….. 212.3.3 Pengertian Laba Menurut Fuqaha …………………… 212.3.4 Pengertian Laba dalam Konsep Islam ……………….. 23

    2.3.5 Pengertian Laba secara Umum ………………………. 232.4 Kualitas Informasi Laba ……………………………….. 25

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………. 273.1 Jenis Penelitian ………………......................................... 273.2 Sumber dan Pengumpulan Data ..……………………… 313.3 Teknik Analisis Data ………………………………..…. 36

    BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISISDATA ……………………………………………………… 394.1 Gambaran Subyek Penelitian ………………………… 394.2 Analisis Data …………………………………………... 41

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    8/125

    viii

    4.2.1 Deskripsi Informan ………………………………….. 414.2.2 Pengalaman, Perasaan, Pendapat dan Pengetahuan

    Pedagang Arab di Surabaya Terhadap Konsep Laba …. 434.2.3 Etnografi Perilaku dan Objek Budaya Arab …………… 544.2.4 Noema, Noesis, dan Intentional Analysis …….………. 614.2.5 Eidetic Reduction ……….…………………………… 64

    BAB V PENUTUP …………………………………………………. 695.1 Kesimpulan …………………………………………… 695.2 Keterbatasan Penelitian ……………………………….. 705.3 Saran ………………………………………………… 71

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    9/125

    ix

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Table 3.1 : Nama Informan 36

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    10/125

    x

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 3.1 : Metode Penelitian 31

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    11/125

    xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Transkripsi Dialog

    Lampiran 2 : Foto

    Lampiran 3 : Field Notes, Noema, Noesis, dan Intentional Analysis

    Lampiran 4 : Rekaman

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    12/125

    xii

    PERSEPSI PEDAGANG ARAB DI SURABAYA TERHADAP

    KONSEP LABA

    ABSTRACT

    Accounting as a scientific theory and practice led to a confusion in the communitywith the practices that seemed to indicate a theory relevankah still practiced inreality happened. the concept of profit in placing himself in the community fromthe perspective of a phenomenon that occurs, so that the concept of profit has

    another meaning in itself. Triyuwono and As'udi (2001) Arab community is oneof the oldest settlers in Indonesia. It was said that they went to Indonesia beforethe Dutch, English and Portuguese. They lived several places in Indonesia. One ofthem is Holy and Ampel Ampel Mosque around Sunan Ampel Surabaya Mosque.Thus the concept of profits in view of the perception of arab traders will be able toexplain a lot about the character, thinking, behavior, culture and inspiration can beinteresting to analyze the formation of the profit concept in use today.

    Keywords: Konsep laba, Persepsi, Komunitas Arab

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    13/125

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Akuntansi memiliki peran penting bagi perusahaan dalam upaya

    membuat kelangsungan hidup atau going concern perusahaan. Akuntansi dalam

    dirinya sendiri akan mengikuti perubahan yang dilakukan oleh manusia dalam

    menyesuaikan dinamika perubahan konsep akuntansi perusahaan. Sehingga sering

    kita dengar “tidak ada satu pun di dunia ini yang tidak berubah,” yang secara

    eksplisit sebetulnya menyampaikan pesan bahwa perubahan itu adalah suatu hal

    yang wajar, bahkan sangat wajar. Sesuai dengan Sunnatullah, yang hakikatnya

    menyiratkan bahwa hanyalah Rablah yang kekal, sedangkan yang lain adalah

    fana, termasuk akuntansi sebagai disiplin ilmu pengetahuan dan praktik.

    Akuntansi adalah an everchanging discipline , berubah terus sepanjang masa.

    Perubahan tersebut sudah menjadi fakta sejarah yang tidak terbantahkan.

    Akuntansi pada masa Babylonia, misalnya, sudah sangat berbeda dengan

    akuntansi pada masa awal Islam, atau masa Lucas pacioli, atau pada masa

    sekarang (Triyuwono, 2006: 3).

    Dalam akuntansi memiliki kelemahan, seperti pada akuntansi modern,

    akuntansi modern tidak mampu merefleksikan realitas non-ekonomi yang

    diciptakan perusahaan. Akar kelemahan akuntansi modern memang terletak pada

    egoisme. Sifat ini tidak saja merefleksikan ke dalam bentuk private cost/benefits ,

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    14/125

    2

    tetapi juga terlihat pada orientasi akuntansi untuk melaporkan profit kepada pihak

    yang paling berkepentingan, yaitu stakeholders . Akibatnya, informasi yang

    disajikan akuntansi modern berbau egois (Triyuwono, 2006: 3).

    AAA (1966), mengungkapkan bahwa akuntansi adalah “Proses

    menemukan, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomis sebagai dasar

    pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan oleh para pemakainya”.

    Salah satu dari beberapa kelemahan yang diungkapkan oleh Harahap

    bahwa mengembangkan dalil ini diantara praktisi akuntan dan mahasiswa yang

    telah dianggap sebagai sifat dari suatu kebenaran akhir dari suatu kumpulan

    kebenaran. Akibatnya mata-mata kuliah akuntansi telah disamakan sebagai mata

    kuliah yang kaku dan penuh debat, dan sebaliknya telah diterima sebagai

    penerimaan yang tanpa kritis terhadap asumsi yang mendasari prosedur akuntansi

    (Harahap, 2004: 168).

    Akuntansi sebagai ilmu teori dan praktik menimbulkan sebuah

    kebingungan pada masyarakat dengan adanya praktik-praktik yang seolah

    menunjukkan masih relevankah suatu teori dipraktikkan pada realitas yang terjadi.

    Keandalan suatu teori akuntansi sangat erat kaitannya dengan praktik muamalah.

    Oleh karena itu, ilmu untuk dipraktikkan bukan hanya untuk dipelajari saja.

    Keterkaitan akuntansi dengan muamalah jual beli dikalangan pedagang yakni

    orang-orang yang bekerja mencari nafkah lewat perniagaan yaitu konsep-konsep

    dibuat melalui pengalaman jual beli serta ilmu yang dipelajari dalam proses

    akademisi atau non akademisi yang ditempuh oleh pedagang. Sehingga pedagang

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    15/125

    3

    mempunyai konsep dalam persepsi yang dipengaruhi oleh latar belakang yang

    berbeda serta keunikan dari pengalaman membentuk paradigma yang dapat

    mengembangkan suatu konsep.

    Akuntansi dapat dipandang berbagai macam persepsi dalam setiap

    orang, seperti yang dijelaskan oleh Iwan Triyuwono dalam bukunya yang berjudul

    Akuntansi Syariah bahwa “akuntansi adalah simnbol,” demikian kata seorang

    interaksonis simbolik. Sebagai simbol, akuntansi tidak memiliki makna dalam

    dirinya sendiri, kecuali dimaknai oleh indivudu-individu sebagai anggota

    masyarakat melalui proses interaksi social (interaksi simbolik). Dan simbol

    tersebut membuka kemungkinan terbentuknya banyak makna. Sebuah simbol

    sangat besar kemungkinan untuk tidak memiliki makna tunggal. Oleh karena itu,

    akuntansi melalui proses interaksi tadi bisa memiliki makna yang berbeda bagi

    orang yang berbeda. Dengan demikian, akuntansi sebagai sebuah simbol bisa

    dimaknai yang berbeda bagi, misalnya mahasiswa jurusan akuntansi, akuntan

    intern perusahaan, internal dan eksternal auditor, manajemen, penanaman modal,

    dan banker. (Triyuwono, 2006 : 33)

    Apabila akuntansi diartikan sebagai simbol yang dapat dimaknai

    berbeda oleh orang yang berbeda, maka berarti akuntansi memiliki beberapa

    simbol di dalam dirinya, salah satunya adalah laba. Laba memiliki makna yang

    luas dengan mengikuti perkembangan zaman. Konsep laba dapat dibagi dalam

    dua konteks, yakni konteks akuntansi konvensional dan akuntansi syariah.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    16/125

    4

    Munawar (2008) dalam artikelnya yang berjudul konsep prilaku laba

    menguraikan beberapa konsep laba sebagai berikut:

    1. Konsep laba sebagai pertambahan nilai yaitu laba mencakup harga jual produk dikurangi harga pokok barang dan jasa yang diperoleh.

    2. Konsep laba bersih perusahaan yaitu laba mencakup kelebihan pendapatan atas beban, semua keuntungan dan kerugian. Beban tidakmencakup beban bunga dan pajak penghasilan.

    3. Konsep laba bersih bagi investor yaitu sama seperti laba bersih perusahaan, tetapi sudah dikurangi pajak penghasilan.

    4. Konsep laba bersih bagi pemegang saham yaitu laba bersih bagiinvestor dikurangi beban bunga dan pembagian laba.

    5. Konsep laba bersih bagi pemilik ekuitas residu yaitu laba bersih bagi pemegang saham dikurangi dividen preferen.

    Ternyata perkembangan konsep laba tidak hanya sebatas pada apa

    yang uraikan di atas, tetapi konsep laba juga memiliki sesuatu kandungan makna

    yang lain dalam diri laba itu sendiri. Jarang orang melihat dari berbagai aspek

    untuk menelaah bagaimana proses mendapatkan keuntungan dan proses

    pembagian laba atas keperluan pemilik laba atau sebagai modal yang kembali

    serta konsep laba dalam menempatkan dirinya pada masyarakat dari sudut

    pandang fenomena yang terjadi, sehingga konsep laba memiliki arti lain dalam

    dirinya. Triyuwono dan As’udi (2001), misalnya mencoba untuk “turun”

    mewacanakan Akuntansi Syariah pada tingkat yang lebih konkret pada tataran

    teori yaitu mengonsep laba dalam konteks metafora zakat.

    Ada dua konsep Islam yang sangat berkaitan dengan pembahasan

    masalah konsep laba, yaitu adanya mekanisme pembayaran zakat dan sistem

    tanpa bunga (Hameed, 2000). Zakat pada prinsipnya merupakan kesejahteraan

    agama dan pembayarannya merupakan kewajiban agama. Pelaksanaan

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    17/125

    5

    pemungutan zakat seharusnya dilakukan oleh pemerintah dan didistribusikan

    untuk kesejahteraan sosial dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah

    Subhanahu Wata’ala. Zakat dipungut terhadap pendapatan (laba), kepemilikan

    barang-barang tertentu seperti emas dan perak (atau disetarakan dengan uang),

    hewan ternak, hasil pertanian, dan juga laba dari kegiatan usaha. Hal ini

    memerlukan penilaian dan konsep yang jelas untuk menetapkan dasar dan

    besarnya zakat yang harus dibayarkan (Condro, 2005).

    Harahap (2004: 210) menjelaskan bahwa peraturan Islam tentang

    perdagangan sebagai berikut:

    Islam meyakini dan mendorong bisnis, tetapi kegiatan bisnis itu harussesuai prinsip yang diatur dalam syariah. Apa yang dianggap halal danharam untuk berbagai aspek kegiatan bisnis telah diatur. Aturan syariahmencakup semua kegiatan dagang. Ia menjelaskan sifat perdagangan

    barang dan jasa yang dibenarkan sebagaimana juga penjelasan moral darikegiatan bisnis.

    Manusia tidak bisa terlepas dari muamalah dalam kesehariannya.

    Bermuamalah berarti hubungan interaksi sesama manusia, seperti aktivitas jual

    beli. Adapun dalam aktivitas jual beli, manusia terkadang sadar atau tidak, telah

    membuat suatu keputusan akuntansi. Buktinya masyarakat pada umumnya secara

    tidak langsung menerapkan akuntansi dalam konsep rugi laba yang sangat

    sederhana, yaitu pada saat proses jual beli, penjual menginginkan keuntungan dari

    penjualannya, dimana hal ini sudah tidak asing lagi di mata masyarakat awam

    ataupun akademisi yaitu untung sama dengan harga jual dikurangi dengan harga

    beli.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    18/125

    6

    Komunitas Arab merupakan salah satu pendatang tertua di Indonesia.

    Konon mereka masuk ke Indonesia sebelum Belanda, Inggris dan Portugis.

    Mereka mendiami beberapa tempat di Indonesia. Salah satunya adalah Ampel

    Suci dan Ampel Masjid di sekitar Masjid Sunan Ampel Surabaya. Meski di

    sekitar masjid ampel ada pedagang Jawa dan Madura, tapi mayoritas adalah

    keturunan Arab. Mereka terpusat di dua tempat, yaitu Ampel Masjid dan Ampel

    Suci. Rata-rata para pedagang keturunan Arab di dua tempat ini memiliki toko.

    Sementara para pedagang Jawa dan Madura hanya bisa berjualan di pinggir jalan

    dan di sela-sela toko milik para pedagang keturunan Arab. Umumnya, para

    pedagang keturunan Arab itu berasal dari Hadramaut, daerah di Yaman Selatan,

    sebagai pedagang sekaligus menyebarkan Islam. Di Surabaya mereka mendiami

    wilayah padat di Kota Bawah, kawasan yang dibatasi Kalimas (sebelah barat),

    Sungai Pegirian (timur), Kembang Jepun (selatan), dan selat Madura (utara).

    Keturunan Arab sendiri kebanyakan dalam mencari mata pencaharian dengan

    berdagang, yang mana dalam aktivitas ini tentunya tidak terlepas dari adanya

    konsep yang membentuk persepsi para pedagang tentang konsep laba.

    Dalam pemahaman konsep terdapat kedalaman untuk menggali suatu

    konsep yang dapat berkembang, karena kedalaman konsep dapat memberikan

    informasi yang mendalam pada suatu objek permasalahan yang kompleks, dan

    tidak ditemukannya tidak setiap saat. Sehingga konsep laba di pandang dari

    persepsi pedagang arab akan dapat menjelaskan banyak hal tentang karakter,

    pemikiran, prilaku, kultur dan bisa menjadi inspirasi menarik untuk menganalisis

    pembentukan konsep laba yang digunakan saat ini. Oleh karena itu, penulis

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    19/125

    7

    berusaha untuk menelaah kedalaman konsep laba dalam realitas persepsi

    pedagang arab dengan mengangkat sebuah judul “PERSEPSI PEDAGANG

    ARAB DI SUARABAYA TERHADAP KONSEP LABA”.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka yang

    menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah

    1. Bagaimana persepsi pedagang arab di Surabaya terhadap konsep laba?

    2. Apa alasan yang mendasari persepsi pedagang arab di Surabaya terhadap

    konsep laba?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan

    tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

    1. Untuk mengetahui persepsi tentang konsep laba dari sudut pandang

    pedagang arab.

    2. Untuk mengetahui pemacu yang membentuk mindset atau pola pikir

    pedagang arab dalam mengonsep laba.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1. Dapat memberikan wawasan baru bagi pedagang tentang adanya akuntansi

    dan yang membentuk paradigma dari pengetahuan tentang konsep laba.

    2. Bagi STIE Perbanas Surabaya, temuan yang akan didapatkan dalam

    penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di

    bidang teoritis maupun praktis yang berkaitan dengan perkembangan

    akuntansi syariah di Indonesia.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    20/125

    8

    3. Bagi Peneliti, sebagai sarana untuk mengaplikasikan berbagai teori yang

    diperoleh di bangku kuliah. Menambah pengalaman dan sarana latihan

    dalam memecahkan masalah-masalah yang ada di masyarakat sebelum

    terjun dalam dunia kerja yang sebenarnya. Sebagai sarana untuk

    menambah wawasan peneliti terutama yang berhubungan dengan bidang

    kajian yang ditekuni selama kuliah.

    4. Skripsi ini dapat menambah referensi perpustakaan kampus guna sebagai

    bahan acuan atau pertimbangan bagi pembaca dalam melakukan

    penelitian.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Dalam penyusunan karya tulis ini, sistematika penulisannya terdiri dari

    lima bab yaitu sebagai berikut:

    BAB I : PENDAHULUAN

    Pada bab ini penulis membahas mengenai latar belakang penelitian,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta

    sistematika penulisan.

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

    Pada bab ini penulis membahas mengenai teori-teori yang dapat

    dipakai sebagai acuan serta sebagai dasar pembahasan tentang konsep

    laba yang meliputi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan konsep

    laba, pengertian persepsi, proses persepsi dan sifat persepsi, faktor-

    faktor yang mempengaruhi persepsi, faktor-faktor perbedaan latar

    belakang cultural, aspek-aspek persepsi, pengertian laba, arti laba

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    21/125

    9

    dalam islam, arti laba dalam sunnah, pengertian laba menurut fuqaha,

    pengertian laba dalam konsep islam, pengertian laba secara umum,

    serta kualitas informasi laba.

    BAB III: METODE PENELITIAN

    Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan, yaitu

    pendekatan kualitatif melalui studi ethnofenomenologi. Dalam

    pendekatan ini lebih mementingkan pengalaman, pendapat, perasaan,

    dan pengetahuan para partisipan atau informan.

    BAB IV: GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

    Pada bab ini menguraikan gambaran subyek penelitian, profil

    informan, fenomena konsep laba dari sudut pandang pedagang arab di

    Surabaya, dan analisis data yang diperoleh. Analisis data didasarkan

    pada teori tertentu dan tanpa menggunakan teori apa pun yang

    merepresentasikan realitas yang sedang diteliti.

    BAB V: PENUTUP

    Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang terdiri dari

    keterbatasan penelitian, serta saran yang merupakan implikasi dari

    hasil penelitian.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    22/125

    10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Penelitian Terdahulu

    Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

    hasil penelitian terdahulu yang pernah dibaca oleh penulis yaitu penelitian yang

    dilakukan oleh Akhmad Riduwan (2009) dengan judul Realitas Laba Akuntansi

    Sebagai Refleksi Kandungan Informasi. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa

    dalam bingkai interpretasi akuntan dan non-akuntan, laba akuntansi

    menggambarkan dunia hiperrealitas tersebut. Laba akuntansi lepas dari realitas

    yang sebenarnya mereka harapkan untuk direpresentasikan dalam sebuah ruang

    komunikasi, sehingga laba akuntansi kehilangan kandungan informasinya.

    Harapan non akuntan bahwa laba akuntansi dapat merepresentasikan “dunia yang

    bertubuh” yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas masuk

    neto yang bersumber dari kejadian-kejadian real tidak terperoleh, karena akuntan

    memandang bahwa laba akuntansi merupakan representasi dari dua dunia, baik

    “dunia bertubuh” maupun “dunia tak bertubuh”. Akibatnya, dalam konteks

    penelitian ini, laba akuntansi kurang berguna bagi non-akuntan untuk dijadikan

    sebagai dasar pengambilan keputusan keuangan, sesuai dengan kepentingan

    masing-masing.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    23/125

    11

    Persamaan:

    Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu sama-sama

    menginterpretasikan konsep laba.

    Perbedaan:

    Perbedaan penelitian terdahulu meneliti tentang laba dalam pandangan akuntan

    dan non akuntan sedangkan penelitian saat ini konsep laba dilihat dari sudut

    pandang pedagang arab.

    2.2 Landasan Teori

    2.2.1 Pengertian Persepsi

    Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana

    seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan

    informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara

    (dalam Arindita, 2002) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses

    pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mecakup

    penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan

    penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara

    mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap.

    Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya

    dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu

    mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna

    kepada lingkungan mereka.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    24/125

    12

    Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan

    proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya

    tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya,

    motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam

    hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat

    mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai

    penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu

    terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan

    perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan

    pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap

    sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan

    bertindak.

    Leavitt (dalam Rosyadi, 2001) membedakan persepsi menjadi dua

    pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit

    mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu.

    Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang

    memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar dari individu menyadari

    bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi

    berbeda dengan pendekatan sempit, tidak hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih

    pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.

    Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan

    kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang

    sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal ini,

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    25/125

    13

    akan diberikan contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali menjumpai

    buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang

    memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian

    mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara

    saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu.

    Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan

    menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk mengenali

    bahwa yang kita lihat itu adalah mangga (Taniputera, 2005).

    Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi

    merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan

    menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman

    yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan

    gambaran yang berarti.

    2.2.2 Proses Persepsi dan Sifat Persepsi

    Alport (dalam Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan suatu proses

    kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan

    individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur

    bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala

    akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya

    komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang

    berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.

    Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi

    merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    26/125

    14

    1) Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses

    kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus

    oleh alat indera manusia.

    2) Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis,

    merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat

    indera) melalui saraf-saraf sensoris.

    3) Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses

    psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang

    stimulus yang diterima reseptor.

    4) Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi

    yaitu berupa tanggapan dan perilaku.

    Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses

    persepsi melalui tiga tahap, yaitu:

    1) Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial

    melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula

    pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.

    2) Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta

    pengorganisasian informasi.

    3) Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi

    lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman,

    cakrawala, serta pengetahuan individu.

    Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang

    menyertai proses persepsi, yaitu:

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    27/125

    15

    1) Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang sebagai

    orang itu sendiri walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda.

    2) Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam

    arti bahwa banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan dan

    keterbatasan kemampuan perseptor dalam mengelola dan menyerap

    informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diterima

    dan diserap.Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi

    yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-

    beda.

    2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

    Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi

    karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

    berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan.

    Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu

    yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.

    Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu

    memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya

    berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang

    memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari :

    1) Pelaku persepsi (perceiver)

    2) Objek atau yang dipersepsikan

    3) Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    28/125

    16

    Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau

    gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan

    orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak

    mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia.

    Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan

    mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan

    penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh

    pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu

    (Robbins, 2003).

    Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi

    oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor

    atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor

    yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang

    diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.

    Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting dari faktor-

    faktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu:

    a. Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.

    b.

    Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.

    c. Faktor-faktor pengaruh kelompok.

    2.2.4 Faktor-faktor Perbedaan Latar Belakang Kultural.

    Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural.

    Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan

    individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    29/125

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    30/125

    18

    Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan

    bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap,

    yaitu:

    1) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang

    berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang

    berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

    2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang

    berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.

    Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang

    merupakan hal yang negatif.

    3) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu

    komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap

    objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu

    menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku

    seseorang terhadap objek sikap. Rokeach (Walgito, 2003) memberikan

    pengertian bahwa dalam persepsi terkandung komponen kognitif dan juga

    komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons,

    untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap

    merupakan predis posisi untuk berbuat atau berperilaku.

    Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung

    komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen konatif, yaitu

    merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada

    suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga komponen tersebut

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    31/125

    19

    yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap

    obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu dengan

    lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen

    tersebut.

    2.3 Pengertian Laba

    2.3.1 Arti Laba dalam Islam

    Di dalam surah al-Baqarah, Allah berfirman, “Mereka Itulah orang

    yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan

    mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS Al Baqarah:16 )

    Ada beberapa penafsiran dari ayat ini, seperti dalam tafsir Al-Qurthubi

    al-Jamii li Ahkamil-Quran, yaitu Allah mendasarkan pengertian laba dagang itu

    kepada kebiasaan orang Arab seperti pada ucapan mereka, hadist “beruntung

    denganmu”, hadist “ merugi transaksimu”. Kedua ungkapan ini berarti “kamu

    beruntung dan merugi dalam jual beli kamu”. Adapun dalam tafsir an-Nasa’i

    dikatakan bahwa laba itu ialah kelebihan dari pokok dan perdagangan itu ialah

    pekerjaan si pedagang. Si pedagang ialah orang yang membeli dan menjual untuk

    mencari laba. Pada perdagangan hanyalah penyandaran metafora (majasi)

    (Danupranata, 2009).

    Karenanya, arti kalimat ialah “perdagangan itu tidak beruntung”.

    Dengan adanya susunan ”membeli kesesatan dengan kebenaran (petunjuk)”

    sebagai kiasan (majasi), kemudian langsung diikuti dengan menyebutkan laba dan

    dagang serta mereka tidak mendapat petunjuk dalam pedagangan mereka, seperti

    para pedagang yang selalu merasakan keuntungan dan kerugian dalam

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    32/125

    20

    dagangannya. Jelasnya, tujuan para pedagang ialah menyelamatkan modal pokok

    dan meraih laba. Sementara itu, orang-orang yang dicontohkan dalam ayat-ayat di

    atas menyia-nyiakan semua itu, yaitu modal utama mereka ialah al-huda

    (petunjuk), tetapi petunjuk itu tidak tersisa pada mereka karena adanya dhalah

    (penyelewengan) atau (kesesatan) dan tujuan-tujuan duniawi. Jadi, yang dimaksud

    dengan ad-dhal ialah orang-orang yang merugi karena orang tersebut tidak dapat

    menyelamatkan modal utamanya, maka orang seperti ini tidak bisa dikatakan

    orang yang beruntung (Danupranata, 2009).

    Di dalam tafsir al-Manar dikatakan bahwa sesungguhnya mereka

    (orang-orang munafik) lebih memilih kesesatan (dhalalah) daripada petunjuk (al-

    huda) demi suatu keuntungan yang mana mereka yakin bisa mendapatkannya dari

    orang lain. Bentuknya adalah barter antara kedua belah pihak dengan tujuan

    mendapatkan laba. Inilah makna isytirak (partnerhip) dan syira’ (pembelian) di

    dalam laba dan membeli. Adapun menyandarkan laba pada perdagangan adalah

    jelas sekali karena laba itu ialah pertambahan pada hasil dagang. Proses barter ini

    akan menumbuhkan laba. Karenanya, maksud ayat di atas seolah-olah dikatakan

    bahwa tidak ada pertambahan dalam perdagangan mereka, atau mereka telah

    menjual petunjuk dalam perdagangan itu, karena mereka telah menjual petunjuk

    dan ajaran yang telah diberikan Allah kepada mereka dengan kegelapan taklid.

    Kesesatan hawa nafsu, serta bid’ah-bid’ah yang telah mengendalikan diri mereka.

    Juga, sebagaimana yang terdapat dalam tafsir Ruhul Ma’ani karangan Imam al-

    Alusi tentang tafsir ayat ini, “Perdagangan itu ialah pengelolaan terhadap modal

    pokok untuk mencari laba. Laba itu ialah pertambahan pada modal pokok.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    33/125

    21

    Dari beberap tafsir di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian laba dalam Al-

    Qur’an berdasarkan ayat-ayat yang telah disebutkan di atas ialah kelebihan pokok

    atau pertambahan pada modal pokok yang diperoleh dari proses dagang. Jadi,

    tujuan utama para pedagang ialah melindungi dan menyelamatkan modal pokok

    dan mendapatkan laba (Danupranata, 2009).

    2.3.2 Arti Laba dalam Sunnah

    Ada beberapa hadits yang berkaitan dengan laba, diantaranya adalah

    “Seorang mukmin itu bagaikan seorang pedagang; dia tidak akan menerima laba

    sebelum ia mendapatkan modal pokoknya. Demikian juga, seorang mukmin tidak

    akan mendapatkan amalan-amalan sunnahnya sebelum ia menerima amalan-

    amalan wajibnya.” (HR Bukhari dan Muslim) Dalam hadits ini, Raslullah

    mengumpamakan seorang mukmin dengan seorang pedagang, maka seorang

    pedagang tidak bisa dikatakan beruntung sebelum dia mendapatkan modal

    pokoknya. Begitu juga halnya seorang mukmin tidak bisa mendapatkan balasan

    atau pahala dari amalan-amalan sunnahnya kecuali ia telah melengkapi

    kekurangan-kekurangan yang tedapat pada amalan fardhunya. Dari hadits di atas

    diketahui bahwa laba itu ialah bagian yang berlebih setelah menyempurnakan

    modal pokok. Pengertian ini sesuai dengan keterangan tentang laba dalam bahasa

    Arab dalam Al-Qur’an, yaitu pertambahan dari modal pokok (Danupranata,

    2009).

    2.3.3 Pengertian Laba Menurut Fuqaha

    Para ulama fiqih sangat konsen pada bahasan laba dari segi pengertian

    dan ukurannya, terutama pada studi syirkah-syirkah (kerja sama), fiqih murabahah

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    34/125

    22

    (pembagian hasil), dan fiqih zakat. Berikut ini kita akan memaparkan beberapa

    pendapat ulama dalam bidang muamalah (Danupranata, 2009).

    Berkata Ibnu Quddamah, “Laba dari harta dagangan ialah

    pertumbuhan pada modal, yaitu petambahan nilai barang dagang.” Dari pendapat

    ini bisa dipahami bahwa laba itu ada karena adanya pertambahan pada nilai harta

    yang telah ditetapkan untuk dagang (Danupranata, 2009)..

    Berkata Ibnu Al-Arabi, “Setiap mu’awadhah (barter) merupakan

    perdagangan terhadap apapun bentuk barang penggantinya. Si pelaku barter hanya

    menginginkan kwalitas barang atau jumlahnya, sedangkan laba adalah kelebihan

    yang diperoleh oleh sesorang atas nilai pengganti.” Dari statemen ini dipahami

    bahwa laba ialah hasil dari selisih nilai awal harga pembelian dengan nilai

    penjualan (Danupranata, 2009).

    Di dalam muqaddimah Ibnu Khaldun dikatakan, “Perdagangan ialah

    usaha untuk mewujudkan pertumbuhan atau pertambahan harta denga membeli

    barang dengan murah kemudian menjualnya dengan harga mahal. Apapun jenis

    barangnya, jumlah pertambahan itulah yang disebut laba. Adapun usaha

    mendapatkan laba itu ialah dengan menyimpan barang dan menunggu perubahan

    pasar dari harga murah hingga harga mahal sehingga labanya akan lebih besar

    atau juga dapat dilakukan dengan membawa barang tersebut ke daerah lain yang

    disana bisa dijual dengan harga yang lebih mahal dari harga daerah asal, maka

    labanya akan lebih besar (Danupranata, 2009).

    Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa laba itu ialah

    salah satu jenis pertumbuhan, yaitu pertambahan pada modal pokok yang

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    35/125

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    36/125

    24

    periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik

    (Baridwan, 1992: 55).

    Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas

    biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan

    sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi

    serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444).

    Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi

    pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut

    akuntansi. Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu

    kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah

    perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu

    dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu

    (Harahap, 1997).

    Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai

    prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per

    lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah

    pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan

    biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba

    kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.

    Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi

    perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan

    penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang

    dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan,

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    37/125

    25

    pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya (Harahap, 2001: 259). Hal ini

    menyebabkan adanya berbagai definisi untuk laba.

    2.4 Kualitas Informasi Laba

    Informasi laba harus dilihat dalam kaitannya dengan persepsi

    pengambilan keputusan. Karena kualitas informasi laba ditentukan oleh

    kemampuannya memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan

    keputusan yang efektif. Hal ini didukung oleh FASB yang menerbitkan SFAC No

    1 yang menganggap bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas

    prestasi perusahaan dan oleh karena itu laba akuntansi hendaknya dapat

    digunakan dalam prediksi arus kas dan laba dimasa yang akan datang

    (Muhammad Yusuf & Soraya).

    Hendriksen dalam bukunya Accounting Theory edisi kelima (1993)

    menetapkan tiga konsep dalam usaha mendefinisikan dan mengukur laba menurut

    tingkatan bahasa, (Muhammad Yusuf & Soraya), adapun konsep-konsep tersebut

    meliputi:

    1) Konsep laba pada tingkat sintaksis (struktural)

    Pada tingkat sintaksis konsep laba dihubungkan dengan konvensi

    (kebiasaan) dan aturannya logis serta konsisten dengan mendasarkan pada premis

    dan konsep yang telah berkembang dari praktek akuntansi yang ada. Tedapat dua

    pengukuran laba pada tingkat sintaksis yaitu: pendekatan transaksi dan

    pendekatan aktivitas.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    38/125

    26

    2) Konsep laba pada tingkat semantik (interpretasi)

    Pada konsep ini laba ditelaah melalui hubungannya dengan realita

    ekonomi. Dalam usahanya memberikan makna interpretatif dari konsep laba

    akuntansi, para akuntan seringkali merujuk pada dua konsep ekonomi. Kedua

    konsep ekonomi tersebut adalah konsep pemeliharaan modal dan laba sebagai alat

    ukur efisiensi.

    3) Konsep laba pada tingkat pragmatis (perilaku)

    Pada tingkat pragmatis (perilaku) konsep laba dikaitkan dengan

    pengguna laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat dari perusahaan.

    Beberapa reaksi pengguna dapat ditunjukkan dengan proses pengambilan

    keputusan dari investor dan keditor, reaksi harga surat terhadap pelaporan laba

    atau reaksi umpan balik dari manajemen dan akuntan terhadap laba uang yang

    dilaporkan.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    39/125

    27

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Objek penelitian ini adalah manusia, sehingga peneliti merasa tepat

    menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi

    Etnofenomenologi. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan

    pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena

    sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu

    gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan

    responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15).

    Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi

    kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

    berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang

    diamati.

    Fenomenologi adalah gejala dalam situasi alaminya yang kompleks,

    yang hanya mungkin terjadi bagian alam kesadaran manusia, sekomprehensif

    apapun ketika telah direduksi ke dalam suatu parameter yang terdefinisikan

    sebagai fakta, dan yang demikian terwujud sebagai suatu realitas (Bungin:

    2001). Pendekatan fenomenologi bertujuan memahami respon atau keberadaan

    manusia/masyarakat, serta pengalaman yang dipahami dalam berinteraksi

    (Saladien yang dikutip oleh Rahayu: 2007). Penelitian fenomenologi mencoba

    menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    40/125

    28

    didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu (Afriani, 2009).

    Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian

    tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa

    disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data

    (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana

    peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk

    mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden. Dalam penelitian ini yang

    diteliti adalah pengalaman manusia deskripsi dari orang yang menjadi

    informan penelitian, sehingga peneliti dapat memahami pengalaman hidup

    informan (Creswell, 1998). Peneliti berusaha memahami subjek dari kerangka

    berpikirnya sendiri (Creswell, 1998). Dengan demikian, yang penting adalah

    pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuan informan (Nuryanto, 2009).

    Oleh karena itu, semua perspektif menjadi bernilai bagi peneliti (Nuryanto,

    2009). Pendekatan ini sering disebut juga sebagai pendekatan yang humanistik,

    karena peneliti tidak kehilangan sisi kemanusiaan dari suatu kehidupan sosial.

    Peneliti tidak dibatasi lagi oleh angka-angka, perhitungan statistik, variable-

    variabel yang mengurangi nilai keunikan individual (Taylor & Bogdan yang

    dikutip oleh Tambunan, 2009).

    Dalam penelitian fenomenologi hanya melihat dari kesadaran

    manusia yang hanya akan menjawab beberapa masalah dalam hal realitas

    pengalaman dalam keadaan sadar atau tidak sadar yang timbul dari alam

    bawah sadar manusia. Ungkapan kesadaran manusia atas konsep laba yang

    dibentuk belum cukup dapat mengungkapkan bahwa mengapa manusia dapat

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    41/125

    29

    menjawab dan atas dasar apa manusia mengungkapkan pernyataannya tersebut.

    Ada faktor lain yang mendukung ungkapan pernyataan manusia sehingga

    dalam kesehariannya tidak lepas dari kebiasaan atau pola tingkah laku atau

    cara kehidupan ( way of life ) yang akan dapat mendorong seseorang

    mempunyai prinsip dalam melakukan sesuatu. Dalam penelitian ini peneliti

    mempunyai rumusan masalah yang tidak akan terjawab apabila hanya

    menggunakan metode fenomenologi saja. Karena penelitian ini meneliti

    konsep yang dibentuk oleh budaya pedagang arab atau laba versi pedagang

    arab di Surabaya.

    Budaya dipandang sebagai sistem pengetahuan. Menurut Ward

    Goodenough (1961):

    “Kebudayaan suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang harusdiketahui atau dipercayai seseorang agar dia dapat berperilaku dalam cara yangdapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat tersebut. Budaya bukanlah suatu

    penomena material: dia tidak berdiri atas benda-benda, manusia, tingkah laku atauemosi-emosi. Budaya lebih merupakan organisasi dari hal-hal tersebut. Budayaadalah bentuk hal-hal yang ada dalam pikiran (mind) manusia, model-model yangdipunyai manusia untuk menerima, menghubungkan, dan kemudian menafsirkan

    penomena material di atas.”

    Kebudayaan terdiri atas pedoman-pedoman untuk menentukan apa,

    untuk menentukan apa yang dapat menjadi, untuk menentukan apa yang dirasakan

    seseorang tentang hal itu, untuk menentukan bagaimana berbuat terhadap hal itu

    dan untuk menentukan bagaimana caranya menghadapi hal itu (Goodenough,

    1964). Oleh karena itu peneliti menggunakan dua metode yaitu etnografi dan

    fenomenologi sehingga dapat menjawab semua rumusan masalah yang ada.

    Etnofenomenologi yaitu penggabungan dari Etnografi dan

    Fenomenologi. Etnografi adalah suatu studi atau riset tentang perilaku

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    42/125

    30

    masyarakat atau konsumen yang dipelajari langsung dari habitatnya atau dari

    lingkungan naturalnya. Etnografi ini meliputi berbagai macam metode riset

    yang saling melengkapi, misalnya dengan berinteraksi langsung, berdialog,

    berpartisipasi, secara aktif maupun pasif, melakukan observasi, dan lain-lain.

    Kesemua ini dilakukan dengan tujuan untuk menggali, mendalami, dan

    mengerti tentang bagaimana sikap, persepsi, dan nilai-nilai konsumen dan

    pola-pola kultur konsumen yang membentuk tingkah lakunya, yang

    berhubungan dengan produk atau service (Amalia, 2009: 35).

    Etnografi sebenarnya tidak terbatas pada satu jenis teknik saja, tapi

    merupakan penggabungan dari beberapa teknik riset yang dilakukan dalam

    rangka mendapatkan informasi dari beberapa sumber sekaligus. Adakalanya

    beberapa riset ini dilakukan secara simultan sehingga ada unsur pembelajaran

    pada setiap tahapnya (Amalia, 2009: 32).

    Dalam kajian ini, peneliti menggunakan istilah informan yang

    digunakan untuk menunjuk subjek penelitian. Informan memberikan informasi

    tentang suatu kelompok atau entitas tertentu, namun bukan diharapkan menjadi

    representasi dari kelompok atau entitas tersebut (Tambunan, 2009). Dalam

    penelitian kualitatif, tidak ada aturan yang baku tentang jumlah minimal dari

    informan (Patton yang dikutip oleh Tabunan, 2009).

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    43/125

    31

    Gambar 3.1

    METODE PENELITIAN

    3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data

    a. Data Primer

    Data primer adalah data diperoleh secara langsung dari lokasi

    penelitian dan informan. Pencarian data primer dilakukan dengan:

    1. Wawancara ( Interview )

    Wawancara atau Interview dapat diartikan sebagai percakapan

    dengan tujuan tertentu (Burgess yang dikutip oleh Efferin, 2004). Wawancara

    ditujukan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan pengalaman

    pendapat, perasaan dan pengetahuan informan. Interview memiliki berbagai

    metode yaitu structured interviews, semi-structured Interview dan

    unstructured interviews (Efferin, 2004) . Structured interviews adalah bentuk

    wawancara dimana penanya telah menyiapkan serangkaian pertanyaan

    Fenomenologi Etnografi

    Budaya ArabField Notes

    KesadaranNoema-Noesis

    Abstraksinilai

    Interpretasi atas Laba

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    44/125

    32

    mendetail dengan urut-urutan yang telah ditetapkan, sedangkan unstructured

    interviews yaitu wawancara, dimana penanya tidak mempersiapkan pertanyaan

    khusus sebelumnya dan arah wawancara sepenuhnya mengikuti perkembangan

    yang terjadi (Efferin, 2004). Semi-structured Interview berada diantaranya,

    dimana penanya telah menyiapkan serangakaian pertanyaan dan urutannya,

    namun arah wawancara tidak harus terikat (Efferin, 2004).

    Dalam kajian ini, penulis menggunakan metode Semi-structured

    Interview (wawancara semi terstruktur) dengan para informan dalam hal ini

    para Pedagang Arab di Surabaya. Waktu yang dibutuhkan oleh penulis dalam

    melakukan wawancara dengan setiap informan rata-rata 30 menit.

    Menurut Patton (dalam Moleong, 2005: 192), ada enam jenis

    pertanyaan dan setiap pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara akan terkait

    dengan salah satu pertanyaan lainnya. Keenam jenis pertanyaan tersebut

    adalah:

    1. Pertanyaan berkaitan dengan pengalaman atau perilaku

    Pertanyaan ini berkaitan dengan apa yang dibuat dan telah diperbuat

    oleh seseorang yang ditujukan untuk mendeskripsikan pengalaman,

    perilaku, tindakan, dan kegiatan yang dapat diamati pada waktu

    kehadiran pewawancara.

    Contohnya : Berapa lama Saudara menjalani usaha dagang ?

    2. Pertanyaan berkaitan dengan pendapat atau nilai

    Pertanyaan jenis ini ditujukan untuk memahami proses kognitif dan

    interpretative dari subjek yang menceritakan tujuan, keinginan,

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    45/125

    33

    harapan, dan nilai, sedangkan jawabannya memberikan gambaran

    kepada kita mengenai apa yang dipikirkan tentang dunia atau sesuatu

    program khusus.

    Contohnya : Apakah pendapat Anda tentang laba atau keuntungan ?

    3. Pertanyaan berkaitan dengan perasaan

    Pertanyaan yang ditujukan untuk dapat memahami respons emosional

    seseorang sehubungan dengan pengalaman dan pemikirannya.

    Contohnya : Apakah Anda merasa senang ketika mendapatkan laba atau

    keuntungan ?

    4. Pertanyaan tentang pengetahuan

    Pertanyaan yang diajukan untuk memperoleh pengetahuan factual yang

    dimiliki responden dengan asumsi bahwa suatu hal dipandang dapat

    diketahui bukan pendapat atau perasaan, atau merupakan hal-hal yang

    diketahui seseorang melainkan fakta.

    Contohnya: Siapakah yang termasuk pembeli produk Anda ?

    5. Pertanyaan berkaitan tentang indera

    Pertanyaan berkaitan dengan apa yang dilihat, didengar, diraba,

    dirasakan, dan dicium yang memberikan kesempatan kepada

    pewawancara untuk memasuki perangkat indera responden.

    Contohnya: Apakah Saudara pernah menghitung keuntungan yang

    didapat pada saat berdagang ?

    6. Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    46/125

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    47/125

    35

    Penulisan sistematis dari etnografi catatan lapangan yang mengacu

    pada konsep budaya Mahzar, dua bentuk tanda-tanda budaya diamati

    diidentifikasi di dalam catatan ini: benda-benda budaya dan perilaku budaya. Ada

    noema, yang merupakan harapan. Noesis, yang merupakan realisasi yang

    dijelaskan di setiap catatan dan analisis yang disengaja yang berkaitan noema dan

    noesis. Disini menegaskan bahwa keterkaitan etnografi oleh fenomenologi.

    Eidetic Reduction , yang merupakan proses abstraksi menggunakan intuisi dan

    refleksi dari para peneliti, dibuat. Epoche (prosedur dan perilaku peneliti dalam

    mencari makna metafisika informan), dengan "mengurung" asumsi, ada di bidang

    etnografi catatan sementara. Beberapa proses pemurnian penting itu ditranskrip.

    Exethnographic catatan lapangan yang dibagi menjadi tiga segmen. Yang pertama

    adalah bidang catatan etnografis yang menggambarkan perilaku budaya dan

    objek, dan bagian kedua menggambarkan noesis, noema dan analisis yang ada di

    deskripsi tercantum di bagian satu, disajikan oleh sesuai abjad (dalam kurung).

    Pada bagian ke tiga, peneliti mengajukan pengurangan eidetic .

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    48/125

    36

    3. Informan

    Dalam kajian ini informan berasal dari para pedagang arab di

    Surabaya yaitu sebanyak 3 orang:

    Table 3.1

    Nama Informan

    No Nama UsiaPengalaman menjadi

    Pedagang

    1

    2

    3

    Abdillah Bahanan

    Moh. Attuwy

    Abdullah

    50 th

    61 th

    55 th

    20 th

    29 th

    12 th

    b. Data Sekunder

    Data yang diperoleh studi kepustakaan dengan mempelajari

    literatur, karya-karya ilmiah, dan buku-buku serta dokumen-dokumen yang

    terkait dengan kajian yang diperoleh dari lokasi penelitian.

    3.3 Teknik Analisis Data

    Analisis data bertujuan untuk menyusun data dalam cara yang

    bermakna sehingga dapat dipahami. Tidak ada yang paling benar secara

    absolut untuk mengorganisasi, menganalisis, dan menginterpretasikan data

    kualitatif (Patton yang dikutip oleh Tambunan, 2009). Teknik analisis data

    dalam penelitian kualitatif didasarkan pada pendekatan yang digunakan

    (Afriani, 2009).

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    49/125

    37

    Pada kajian ini penulis memilih teknik analisis data yang sesuai

    dengan pendekatan studi fenomenologi sebagaimana dijabarkan oleh Affriani

    (2009) dalam artikel yang berjudul “Metode Penelitian Kualitatif”. Analisis

    data dimulai dengan mengorganisasi semua data atau gambaran menyeluruh

    tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan. Selanjutnya membaca

    data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang

    dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data. Menemukan dan

    mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan

    melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan

    memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan

    topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang

    tindih dihilangkan, sehingga yang hanya tersisa hanya horizons (arti tekstural dan

    unsure pembentuk dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).

    Pernyataan tersebut kemudian dikumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis

    gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi. Selanjutnya, peneliti

    mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga

    menemukan esensi dari fenomena tersebut. Mengembangkan tekstural description

    (mengenai fenomena itu terjadi pada informan ) dan structural description (yang

    menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi). Peneliti memberikan penjelasan

    secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan

    makna pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuan informan mengenai

    fenomena tersebut (Nuryanto, 2009).

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    50/125

    38

    Tata cara penulisan dalam penelitian etnografi memiliki tata cara

    tersendiri dalam penulisan data yakni dengan field notes. Disini peneliti

    membuat suatu cerita tentang apa, bagaimana, dimana, dan kapan aktivitas

    ketika peneliti sedang menjadi pengamat murni atau pelaku sekaligus

    pengamat di tempat objek penelitian. Dalam field notes akan menggambarkan

    aktivitas atau kebiasaan atau juga dapat menggambaran keadaan yang sedang

    di alami informan. Dimana penjelasan pada field notes nantinya akan

    menemukan satu gagasan yang saling keterkaitan dengan kesadaran yang di

    bentuk oleh manusia. Adanya sebuah simbol kebudayaan atau kebiasaan yang

    di tampilkan dalam gambaran situasi saat peneliti sedang meneliti di tempat

    objek penelitian. Sehingga field notes mempunyai arti yang penting dalam

    menemukan dasar arti antara kebiasaan dan kesadaran manusia.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    51/125

    39

    BAB IV

    GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

    4.1 Gambaran Subyek Penelitian

    Informan adalah para pedagang arab tepatnya di Surabaya utara yaitu

    di jalan panggung. Tempat ini adalah salah satu pusat perdagangan yang

    mayoritas dikuasai oleh pedagang arab. Aneka perdagangan barang dan jasa ada

    didaerah tersebut. Mulai dari pedagang bahan kimia, minyak wangi, buku islam,

    perlengkapan haji, pertukaran uang, madu, alat tulis kantor dan kain. Suasana di

    komplek perdagangan tersebut selalu ramai setiap hari. Apalagi disaat bulan

    ramadhan menjelang idul ftri dan bulan haji. Hal ini disebabkan karena budaya di

    Indonesia khususnya umat islam bulan idul fitri identik dengan banyak belanja

    dan memberi oleh-oleh kesanak famili mereka dalam bentuk perlengkapan sholat,

    minyak wangi maupun baju baru. Pada bulan haji (idul adha) kompleks ini ramai

    karena orang-orang yang pulang dari haji punya kebiasaan memberikan oleh-oleh

    kepada tamu yang mengunjungi mereka. Jalan panggung merupakan kompleks

    perdagangan yang banyak menyediakan aneka oleh-oleh haji dalam skala erceran

    maupun grosir. Hiruk pikuk aktivitas dimulai sekitar jam sembilan sampai dengan

    menjelang maghrib. Ruben (2010) mengidentifikasi bahwa aktivitas keramaian

    tersebut menurun menjelang siang (dhuhur) dan ramai kembali menjelang sore.

    Para pedagang keturunan arab pada umumnya bertempat dalam

    komunitas tertentu yang disebut kampung arab. Kampung arab seringkali

    berlokasi didekat pantai karena berdasarkan sejarahnya para pedagang arab

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    52/125

    40

    menyebar dari pantai-ke pantai di Indonesia pada zaman belanda. Jalan panggung

    berada di daerah yang berdekatan dengan kampung arab. Kampung arab yang

    terkenal sebagai daerah ampel. Sampai dengan saat ini penyebaran pedagang arab

    semakin meluas sampai ke daerah jalan Panggung. Suatu lokasi yang tidak jauh

    dari kampung arab. Jalan ini bebas dilalui kendaraan bermotor (truk, sepeda

    motor, mobil, angkutan umum) maupun kendaraan tidak bermotor. Jalan ini

    mengarah ke Kembang Jepoon atau Jembatan Merah. Di kawasan Jalan Panggung

    pula terdapat Masjid Serang. Masjid ini dibangun sekitar tahun 1630 dan

    merupakan wakaf seorang saudagar kaya raya dari India bernama Srangh.

    Di jalan ini komunitas keturunan Arab atau Timur Tengah, berbaur

    dengan penduduk asli dan warga pendatang lainnya. Sekitar 40 persen warga

    kampung ini merupakan keturunan Arab. Karena itu, orang dengan perawakan

    khas Timur Tengah, banyak terdapat disini. Tempat tinggal warga keturunan Arab

    dapat dengan mudah dikenali. Rumah mereka memiliki ciri khas, dengan dua

    pintu dan dua pilar penyangga, serta teras di depan rumah. Satu pintu kecil

    diperuntukkan bagi pemilik rumah dan anggota keluarganya. Sedangkan pintu

    besar berupa gerbang merupakan pintu untuk tamu. Di bagian depan rumah

    terdapat kamar mandi yang khusus diperuntukan bagi tamu. Tuan rumah tidak

    boleh memakai kamar mandi ini. Mata pencarian mereka umumnya sebagai

    pedagang. Mereka berjualan aneka macam barang, mulai dari pakaian, buku-buku

    bacaan islam, kitab, minyak wangi, peralatan ibadah, hingga buah kurma.

    Keberadaan warga keturunan Arab di tempat ini tidak terlepas dari sejarah Sunan

    Ampel, yang merupakan keturunan Arab. Sunan Ampel datang ke Kampung Arab

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    53/125

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    54/125

    42

    diterbitkannya meliputi buku bacaan islam, seperti sifat sholat nabi,

    Riyadhusshalihin, dan lainnya. Informan tidak hanya menjual buku-buku tetapi

    juga menjual buah kurma. Pengalaman informan bekerja di bidang ini kurang

    lebih selama 20 tahun. Wawancara dan pengamatan dilakukan oleh peneliti pada

    tanggal 18 November 2009, tepatnya pukul 14.34 WIB di Toko Duta Ilmu.

    Wawancara dan pengamatan dilakukan kurang lebih selama 30 menit. Kemudian

    wawancara dan pengamatan dilakukan kembali oleh peneliti pada tanggal 14

    Januari 2010 di Toko Duta Ilmu.

    Informan kedua adalah Mohammad Attuwy. Informan adalah sebagai

    pedagang bahan kimia bertempat di Toko U.D Warna Jaya Jalan Panggung No.

    150 Surabaya. Informan telah menjalani usahanya sejak tahun 1980. Barang yang

    dijual adalah bahan-bahan kimia (seperti dyestuff dan chemical) dan alat-alat

    untuk membuat kain. Pembeli yang datang ke toko ini mulai dari perorangan

    hingga pabrik. Toko ini telah lama dikenal oleh pembeli dalam kota hingga luar

    kota melalui buku iklan yellow pages. Wawancara dan pengamatan dilakukan

    pada tanggal 24 November 2009, pada pukul 11:00 WIB. Wawancara dan

    pengamatan dilakukan kurang lebih selama 30 menit. Kemudian wawancara dan

    pengamatan dilakukan kembali pada tanggal 12 Januari 2010 pukul 14:00 WIB di

    Toko U.D Warna Jaya. Wawancara dan pengamatan yang kedua dilakukan kurang

    lebih selama 45 menit.

    Informan yang ketiga adalah Abdullah (samaran). Peneliti tidak

    mencantumkan nama asli informan melainkan nama samaran. Hal ini dikarenakan

    atas permintaan informan. Pengalaman informan menjadi pedagang kurang lebih

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    55/125

    43

    selama 12 tahun. Toko informan berlokasi sama dengan dua informan diatas yaitu

    Jalan Panggung. Usaha informan adalah usaha turunan dari orang tua informan.

    Informan bekerja bergerak di bidang dagang pelengkapan haji. Barang-barang

    perlengkapan haji yang dijual meliputi sajadah, sorban, sarung, tasbih, kopyah,

    celak, tempat celak dan minyak wangi. Informan tidak hanya menjual

    perlengkapan haji tetapi juga menjual buah kurma ketika bulan ramadhan.

    Wawancara dan pengamatan dilakukan oleh peneliti pada tanggal 1 Desember

    2009, pukul 18:00 WIB bertempat di rumah informan. Wawancara dan

    pengamatan dilakukan kurang lebih selama 30 menit.

    Alasan wawancara dan pengamatan yang dilakukan dua kali oleh

    peneliti kepada informan pedagang buku dan pedagang bahan kimia dikarenakan

    hasil dari wawancara pertama belum menemukan noesis, yang merupakan bentuk

    realisasi yang dijelaskan pada setiap catatan dan analisis yang disengaja yang

    berkaitan noema dan noesis dari konsep laba.

    4.2.2 Pengalaman, Perasaan, Pendapat, dan Pengetahuan Pedagang Arab

    di Surabaya Terhadap Konsep Laba

    Dalam rangka memperoleh laba, seseorang mempunyai berbagai cara

    dan keyakinan masing-masing untuk mendapatkan keuntungan atau laba. Setiap

    cara dan keyakinan adalah konsep yang akan dapat dibentuk oleh seseorang

    melalui ilmu pengetahuan dan pengalaman. Konsep adalah hal pokok yang

    mendasar sebagai pola pikir dalam mengambil keputusan. Konsep laba dari

    persepsi pedagang arab berbeda dengan teori konsep laba yang ada.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    56/125

    44

    Laba adalah bagian dari akuntansi sebagai suatu simbol yang berbeda

    jika dimaknai oleh orang yang berbeda. Masyarakat keturunan arab identik

    dengan agama islam. Sehingga nilai-nilai dari islam tentu akan digunakan dalam

    mendasari realitas-realitas kehidupannya.

    Bagi para pedagang arab memaknai realitas didasarkan pada aturan

    agama adalah suatu yang diprioritaskan. Bagi mereka kebohongan dalam bekerja

    merupakan jalan pintas untuk mendapat laba dengan cara tercela. Sebaliknya laba

    harus di peroleh dengan cara barokah dan halal. Sehingga tidak mengandung

    unsur kebohongan. Makna dari barokah adalah tidak adanya unsur kebohongan.

    Pernyataan ini dilontarkan oleh Abdillah Bahanan. Bagi dia berjual buku tidak

    mengandung unsur kebohongan dan barokah.

    “… kalo jual buku, barokahnya salah satu faktor kebohongan itu nggakada”

    Alasan informan atas pernyataan tersebut sebagaimana terkutip,

    “… karena harga buku seluruh Indonesia itu sama hanya yangmembedakan diskon mungkin”

    Barokah menurut informan adalah tidak adanya faktor kebohongan

    dalam dagang buku. Disebabkan oleh harga buku diseluruh Indonesia sama.

    Barokah memiliki nilai spiritualitas tersendiri dalam praktek dagang atau jual beli.

    Nilai barokah tidak dapat dihitung secara angka, namun barokah adalah sebagai

    suatu manfaat yang dirasakan oleh informan. Tidak hanya laba yang diharapkan

    tetapi juga keridhaan Allah Ta’ala atas laba yang diperolehnya dengan cara jujur

    dan halal.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    57/125

    45

    Adanya amar ma’ruf nahi munkar yaitu mengajak seseorang kepada

    kebaikan dan mencegah seseorang kepada kejelekan. Hal ini mendorong manusia

    atas kewajibannya sebagai manusia terhadap manusia lain. Sehingga konsep laba

    dari segi financial atau profit yang menjadi tujuan utama seorang pedagang telah

    bergeser menjadi tujuan kedua. Oleh karena itu, yang di utamakan sebelum

    mencari keuntungan dunia adalah keuntungan akhirat. Sebagaimana Abdillah

    Bahanan mengungkapkan pendapatnya atas konsep laba sebagai berikut:

    “kalo disini ada dakwah ada untung. Kerja kan cari untung. Yangdidahulukan dakwah lalu untung. Buktinya produk yang kita produksiharganya murah”

    Selain nilai barokah yang muncul dalam konsep laba, sisi lain jual beli

    yang diterapkan Abdillah Bahanan memiliki nilai sosial sehingga konsep laba

    tidak kaku yang hanya mengejar keuntungan dunia semata. Namun ada motivasi

    hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan

    manusia. Perantara dalam kebaikan dengan sesama manusia yaitu adanya saling

    memudahkan dalam urusan belajar ilmu agama. Hal ini digambarkan oleh

    Abdillah Bahanan bahwa buku yang dijual harganya murah. Informan

    membuktikan bahwa harga buku yang dijualnya murah karena adanya unsur

    dakwah.

    “harga mahal unsur dakwah tidak ada. Logikanya masyarakatmenengah kebawah ndak bisa beli. Karena sebagai umat islam harus

    produksi ini karena dakwah itu tadi. Karena pernah pengalaman kerja diluar liat buku-buku islam mahal, maka dari itu saya bikin buku murah,kalo mahal ndak bisa beli”

    Ungkapan diatas sejalan dengan hadits bahwa mempermudah dan

    bersikap toleran dalam bertransaksi akan mendapatkan rahmat Allah Ta’ala.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    58/125

    46

    Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Rad hiyallahu Anhu , Rasullallah Shallallahu

    Alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya “Allah menghormati seseorang yang

    bersikap toleran dalam menjual, membeli dan menunaikan kewajiban” (Al-

    Bukhari no. 2076).

    Beliau tidak cukup dengan menjelaskan, tetapi juga membuktikan

    bahwa seorang muslim wajib mempelajari tuntunan shalat. Apabila buku dijual

    dengan harga mahal, maka tidak semua kalangan dapat membeli. Sebaliknya,

    dengan harga murah dan tetap mendapatkan keuntungan maka semua kalangan

    dapat menjangkau untuk membelinya. Menurut informan sebagai umat islam

    wajib untuk mempelajari dan melaksanakan ibadah shalat. Salah satu cara

    pembelajaran adalah membaca. Informan mengungkapkan secara logika apabila

    buku yang dijual harganya mahal maka unsur dakwah tidak ada. Sehingga

    masyarakat menengah kebawah tidak dapat membeli dan kesulitan dalam belajar

    ibadah shalat melalui buku.

    “… contoh buku sifat shalat nabi, sebagai umat islam harusmengetahui dan wajib belajar buku ini. Kalau mahal ndak beli lalu ndak

    belajar.”

    Dalam jual beli dikenal dengan adanya hutang piutang ketika

    seseorang membayar dengan tangguhan hari yang ditetapkan. Adanya hutang

    piutang berarti juga adanya kepercayaan yang di bangun oleh satu sama lain,

    karena dengan membangun kepercayaan atau kontrak hutang piuatng maka harus

    ada catatan untuk mencatat transaksi yang akan dibayar pada jatuh temponya.

    Sebagaimana dalam agama islam telah mengaturnya dalam Surat Al-Baqarah ayat

    282. Adapun dalam memberi kepercayaan atau seseorang memberi hutang kepada

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    59/125

    47

    orang lain dapat dilakukan dengan cara pengalaman dan intuisi seorang pedagang

    seperti pernyataan yang dilontarkan oleh Mohammad Attuwy (Pedagang Bahan

    Kimia),

    “… ada orang yang ndak tau mukanya tak utangi. Ada orang dariujung pandang saya ndak tau orangnya ya. Sekali beli kontan kirim, kirimuang. Terus lama-lama dia kebetulan belum ada uang. “Bon dulu boleh”kata si pembeli. Boleh tak kasih.”

    Ketika seseorang akan memberi pinjaman kepada orang lain biasanya

    ada beberapa kualifikasi tersendiri dalam memutuskannya. Seperti pada umumnya

    mencari informasi terlebih dahulu dengan melihat seberapa besar potensi

    seseorang dalam membayar hutang tersebut. Namun tidak demikian apa yang

    dilakukan Mohammad Attuwy. Kepercayaan yang dibentuk oleh informan kepada

    orang yang belum pernah di temui melainkan kepercayaan di bangun melalui

    perasaan dan melihat cara orang lain berbicara, sehingga Moh. Attuwy berkata:

    “… dari feeling. Dari bicaranya orang oh ini baik. Oh ini bajingan.”

    Penentuan seseorang ketika memberi utang kepada orang lain tidak

    hanya sebatas pada data informasi yang formal tetapi juga didapat dari perasaan

    memahami cara bicara seseorang yang menunjukkan seseorang ini baik atau tidak

    baik. Penilaian seseorang dari cara bicara akan diperoleh oleh seorang pedagang

    karena juga faktor pengalaman dalam menghadapi pembeli yang beraneka ragam,

    sehingga hanya dengan melihat cara bicara, pedagang dapat memutuskan

    memberikan hutang atau tidak kepada pembeli.

    Konsep laba apabila dikaji secara luas mencakup aspek perhitungan

    secara kalkulasi dan aspek non kalkulasi. Karena konsep adalah suatu pembentuk

    dasar arah tujuan akan dicapai dan diyakini. Konsep laba dalam pandangan

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    60/125

    48

    pedagang buku islam, memiliki nilai dakwah dalam mencari keuntungan.

    Sehingga keuntungan dalam dakwah yang didahulukan daripada keuntungan dari

    segi financial . Dalam dunia praktik, dominasi pola pikiran bisa dilihat, misalnya

    pada pedagang bahan kimia. Secara kasat mata keuntungan sebagai hal yang

    dihasilkan dari usaha manusia yang tidak terlepas dari ketetapan Allah Ta’ala.

    Suatu hal yang pasti bahwa setiap manusia dilahirkan telah ditetapkan rizkinya

    oleh Allah Ta’ala dengan cara ikhtiar manusia. Tidak semata-mata rizki itu turun

    dengan tidak adanya usaha dari manusia. Adapun Mohammad Attuwy (pedagang

    bahan kimia), informan menyatakan bahwa konsep laba yaitu sebagai berikut:

    “Untung pasti untung, ndak ada orang kerja ndak untung”“… ya pasti dapet untung pasti, rugi ya pasti”

    Ungkapan diatas adalah ungkapan yang memiliki nilai hidup. Nilai hidup yang

    tidak dimiliki oleh semua orang. Nilai hidup yang merupakan cerminan jiwa

    pedagang ingin terus menerus agar usahanya tetap hidup dengan mendapatkan

    keuntungan. Bersandar pada Allah dengan meyakini bahwa keuntungan hal yang

    pasti didapat manusia melalui muamalah yang sesuai dengan kemampuannya

    masing-masing. Sebagaimana At-Tuwaijiri (2009: 873) menjelaskan keterpautan

    mata pencaharian dan rezeki manusia sebagai berikut:

    Mata pencaharian dan ladang rezeki berbeda-beda sesuai dengan perbedaan manusia. Pekerjaan terbaik disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu, baik dalam bidang pertanian, industri ataupun bisnissesuai syarat yang disyariatkan.(ensiklopedi islam)

    Pernyataan Mohammad Attuwy menggambarkan kepasrahan terhadap

    Allah Ta’ala setelah berusaha dalam bekerja. Dan menggambarkan keuntungan

    didapat lebih besar apabila nilai suatu barang itu kecil. Sebaliknya barang yang

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    61/125

    49

    nilainya tinggi akan menghasilkan keuntungan yang sedikit. Sebagaimana

    pernyataan informan sebagai berikut:

    “makanya kalau kau ndak kerja di kimia ndak tau.., saya ndak kerjadibuku tapi saya tau untung nya buku lebih dari sepuluh persen, betul kan?, orang potongannya dua puluh persen, bersihnya tinggal …., itu rahasiadan rejekinya orang sudah., orang kepingin untunge akeh, yo kerjao koen,lek rejejki mu yo, lek ndak yo ndak. Kau kalo jualan barang yang nilainyarendah.., untungnya banyak, sekarang kalo kau kulak barang harga seribu,kau jual seribu lima ratus, untungnya luma puluh persen, tapi kalo kau beli

    barang yang dua ratus ribu, ndak mungkin kau jual empat ratus, tiga ratusndak mungkin, paling dua ratus sepuluh, dua ratus lima belas, jadi kalonilainya barang ini kecil untung nya besar, orang jual mobil, itu untungendak besar, nilai uangnya besar, orang jual benang dibuat sarung ituharganya jutaan, untungnya titik, tapi kalo dia mau beli kayak barang2yang murahan, untungnya lebih banyak. Cobao pigio toko buku, liat, bukuyang harganya tinggi, untunge berapa?, terus yang harganya rendah, yamemang dapetnya uang cilik, tapi untunge berapa persen. Kan bisadihitung,.”

    Dan Moh. Attuwy pula meyakini bahwa kerugian adalah hal yang pasti dalam

    berdagang. Seolah kerugian merupakan hal yang akan dirasakan oleh semua orang

    apabila seseorang itu bekerja. Informan menuturkan kerugian yang akan di alami

    oleh seorang pedagang tidak hanya kerugian financial tetapi juga kerugian dalam

    hal waktu, tenaga, dan pikiran. Berikut pernyataan dilontarkan oleh informan

    tentang permisalan rugi seseorang dalam bekerja:

    “Selalu untung tiap hari. Pada suatu saat rugi ditipu orang, barang

    rusak, barang kedaluarsa. Semua orang kerja seperti itu. Tapi ada anggaranyang tak terduga. Semua orang hidup ada resikonya. Kerja jasa misalnya,ada juga rugi, jalan ke tempat dia bekerja buang tenaga, rugi tenaga.”

    Konsep laba yang dibentuk menurut Mohammad Attuwy mempunyai

    alasan tersendiri. Keuntungan adalah suatu hal yang pasti didapat apabila

    seseorang menyenangi dan menekuni pekerjaannya. Sesuai dengan pernyataan

    yang dilontarkan informan yaitu,

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    62/125

    50

    “Kerja pasti bisa maju kalau senang dan kalau kerja apapun ditekuni pasti maju. Jika nggak senang tidak akan maju”

    Pandangan konsep laba menurut informan meyakini laba adalah hal

    yang pasti didapat apabila seseorang menyenangi dan menekuni pekerjaannya.

    Sehingga penilaian keuntungan tidak dihitung secara kalkulasi, beliau melihat

    secara umum bahwa beliau telah mendapatkan laba dengan melihat hutang

    piutang. Sesuai dengan pernyataan informan, yaitu:

    “ya tau kan tiap tutup tahun tak liat utang berapa piutang berapa wes pokoknya ndak sampe defisit”

    “… kalau saya kan tak lihat, utang saya berapa trus piutang saya berapa dari buku tadi, tak liat sudah hampir klop…”

    Informan menyatakan bahwa melihat dengan hutang dan piutang tidak

    sampai defisit yang mencerminkan persepsinya atas laba juga dilihat dari

    perhitungan hutang piutang. Meskipun informan tidak menyatakan bahwa ada

    perhitungan sendiri. Namun pernyataan menurut informan menjelaskan

    perhitungan dengan cara melihat dengan seksama hutang dengan piuatng tidak

    sampai defisit adalah sebagai laba. Sehingga timbul mengapa yang dilihat hanya

    hutang dan piutang. Moh. Attuwy berkata:

    “… dapet dari kuliah dulu”

    Mengalami perubahan konsep yang terlihat dari kesadaran pedagang yang

    diungkapkan secara spontan bahwa ilmu yang didapat dari perkuliahan adalah

    seperti itu. Namun dengan adanya ilmu yang didapat dahulu dan sekarang

    mengalami perubahan-perubahan. Faktor-faktor yang memicu perubahan dapat di

    bentuk dari adanya praktek dan pengalaman serta beraneka ragam aktivitas atau

    muamalah dalam proses mendapatkan laba.

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    63/125

    51

    Nilai barokah dalam berdagang juga terlihat pada pernyataan Abdullah

    (pedagang perlengkapan haji):

    “orang berdagang ini berkah…”“… ndak ada sebaik-baik kerja seperti orang dagang”

    Informan menurunkan nilai berkah dari orang tua yang

    mengajarkannya, karena usahanya adalah usaha turunan. Sehingga alasan

    informan menyatakan berdagang ini sebaik-baik kerja atas dasar ajaran dari orang

    tua informan:

    “kata orang tua…”

    Apabila di teliti lebih lanjut, bahwa ada ajaran agama islam yang

    menunjukkan hasil yang diperoleh dari pekerjaannya sendiri adalah sebaik-baik

    perolehan. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Miqdam

    Rad hyallahu Anhu , dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam beliau bersabda,

    “tidaklah seorang dari kalian memakan yang lebih baik daripada apa yang

    didapatkan dari hasil usahanya sendiri. Sesungguhnya Nabi Da wud Alaihisalam,

    makan dari hasil usahanya sendiri.” (At-Tuwaijiri, 2009)

    Adapula dasar yang menunjukkan bahwa pekerjaan jual beli di

    halalkan oleh Allah Ta’ala, karenanya manusia yang melakukan proses

    mendapatkan laba melalui salah satu jalan yang dihalalkan oleh Allah Ta’ala.

    Yaitu sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 275, firman Allah Ta’ala yang artinya,

    “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (At-Tuwaijiri,

    2009)

    At-Tuwaijiri (2009: 870) menyebutkan hikmah jual beli sebagai

    berikut:

  • 8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis

    64/125

    52

    “ketika uang, harta dan barang perniagaan tersebar di tangan semuaorang, dan pada sisi lain orang membutuhkan sangat terikat dengan si

    pembeli barang, sedangkan dia tidak mungkin memberikannya tanpa adaganti, maka dengan jual beli, tercapailah hajat dan keinginan orang-orangtersebut. Sekiranya jual beli tidak diperbolehkan, niscaya akan mendorongtimbulnya perampasan, perampokan, pencurian, dan pertumpahan darah.”

    Prinsip seorang pedagang telah terjadi dari saat proses penurunan atas

    orang tua yang memiliki usaha pertama dengan mengajarkan kepada anaknya dan

    ketika itu pula konsep laba terkadang tidak berubah sejak turunan dari kebiasaan

    orang tua yang mengajarkannya. Penentuan laba yang terkonsep oleh Abdullah

    (pedagang perlengkapan haji) adalah apabila tidak sampai terucapnya kata-kata

    bohong dalam jual beli serta usahanya adalah bertujuan untuk mencari

    keuntungan. Berikut tuturan beliau:

    “cuman ya kita kembali ke agama juga, jangan sampai bohongi orang,yang paling ditekankan oleh orang tua itu. Apa yang kamu beli seribu

    jangan kamu bilang beli seribu seratus, nanti berkahnya hilang. Tapi kamu beli seribu kamu jual dua ribu, jual seribu lima ratus, jangan kamu bilang belinya gitu aja. Ya gitu aja. Kalau kamu sampai membohongi pembeli,tuhan ndak menurunkan berkah itu.”

    “… kalau kita ndak laku, jangan sampai kita berbohong kita jual. Iniseribu seratus padahal belinya Cuma seribu. Jangan sampai terucap gitulo.Walaupun barang itu ndak laku. Sudah kamu pertahankan, berapa ini? (misal kata pembeli). Seribu dua ratus. Ndak iso kurang