4981_skripsi Fadhli Albugis
-
Upload
dea-devita -
Category
Documents
-
view
253 -
download
1
Transcript of 4981_skripsi Fadhli Albugis
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
1/125
PERSEPSI PEDAGANG ARAB DI SURABAYA TERHADAP
KONSEP LABA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat PenyelesaianProgram Pendidikan Strata Satu
Jurusan Akuntansi
Oleh:
FADHLI ALBUGIS
2006310181
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2010
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
2/125
ii
PERSEPSI PEDAGANG ARAB DI SURABAYA TERHADAP KONSEPLABA
Diajukan oleh :
FADHLI ALBUGIS2006310181
Skripsi ini telah dibimbingDan dinyatakan siap diujikan.
Dosen PembimbingTanggal : ..... ....................
Nurmala Ahmar, SE.,Ak.,M.Si.
HALAMAN LULUS UJIAN SKRIPSI
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
3/125
iii
SKRIPSI
PERSEPSI PEDAGANG ARAB DI SURABAYA TERHADAPKONSEP LABA
Disusun oleh :
FADHLI ALBUGIS
2006310181
Dipertahankan di depan Tim Penguji
dan dinyatakan Lulus Ujian Skripsi
pada tanggal 18 Februari 2010
Tim Penguji
Ketua : Sasongko Budisusetyo, M.Si., CPA,CPMA,LIFA …………………
Sekretaris : Nurmala Ahmar, SE.,Ak.,M.Si …………………
Anggota : Kautsar Riza Salman, SE.,Ak.,BKP …………………
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
4/125
iv
PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : Fadhli Albugis
Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 21 Juli 1988 N.I.M : 2006310181
Jurusan : Akuntansi
Program Pendidikan : Strata 1
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan
Judul : Persepsi Pedagang Arab di Surabaya Terhadap Konsep Laba
Disetujui dan diterima baik oleh :
Dosen Pembimbing,
Tanggal :
Nurmala Ahmar, SE.,Ak.,M.Si.
Ketua Jurusan Akuntansi
Tanggal :
Dra. Gunasti Hudiwinarsih, Ak., M.Si.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
5/125
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Menuntut ilmu tanpa amal tidak ada gunanya, sedangkan beramal tanpa menuntut ilmu adalah
berbahaya”.
Alhamdulillah, akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.
Saya bersyukur sekali karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi saya kekuatan dan
ketabahan dalam menghadapi masalah-masalah yang menghambat penyelesaian skripsi saya ini.
Saya juga sangat berterima kasih atas dukungan dari pihak-pihak yang membantu saya baik yang
berupa dukungan material maupun spiritual, yaitu antara lain :
1.
Untuk kedua orang tua, terimakasih atas doa, dukungan, dan pengorbanannya sehingga sayadapat menyelesaikan studi saya di STIE Perbanas Surabaya.
2. Untuk Bang Noval, terima kasih atas dukungannya, Bang Aan, terima kasih dukungan dan
selalu mengingatkan saya agar tidak melupakan sholat, adikku Fauzan dan Rina, terima
kasih sudah membantu mengoreksi skripsiku. Adikku (sepupu) Nadia Ayub, terima kasih
dukungannya. Bang Afin, terima kasih dukungan, masukan-masukan dan motivasinya.
3. Buat pedagang di Jalan Panggung Surabaya yaitu Ami Dillah, Ami Moh, dan Ami Ajis yang
telah meluangkan waktu serta memberikan informasi hingga skripsi ini terselesaikan, saya
mengucapkan beribu-ribu terima kasih, jazakallah khairan katsiran dan semoga usahanya
tambah barokah.
4. Buat teman-teman seperjuanganku semoga sukses.
5. Untuk pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, semoga kebaikan kalian
semua dibalas oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
6/125
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Allhamdulillah dengan puji syukur
kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala rahmat, hidayah, karunia, dan
pertolonganNya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan
terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta saran-saran dari
berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada yang terhormat:
1. Ibu Prof.DR.Dra.Tatik Suryani, Psi., M.M, selaku Ketua STIE Perbanas
Surabaya.
2. Ibu Dra.Gunasti Hudiwinarsih,Ak.,M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi
STIE Perbanas Surabaya.
3. Bapak Sasongko Budisusetyo, M.Si., CPA,CPMA,LIFA, selaku dosen
wali yang telah membimbing penulis selama menempuh studi di STIE
Perbanas Surabaya.
4. Ibu Nurmala Ahmar, SE.,Ak.,M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah membimbing penulis dengan penuh pengertian dan kesabaran
hingga skripsi ini selesai.
5. Seluruh Dosen, Karyawan, Staff, dan Civitas akademika STIE PerbanasSurabaya yang telah memberikan semangat dan nasehat-nasehat bagi
penulis.
Surabaya, Februari 2010
Penulis
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
7/125
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………...... iHALAMAN PERSETUJUAN SIAP UJI ……………..…………………… iiHALAMAN LULUS UJIAN SKRIPSI …………………………………… iiiHALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI …………………………………… ivHALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………… vKATA PENGANTAR …………………………………………………….... viDAFTAR ISI ………………………………………………………………... viiDAFTAR TABEL ………………………………………………………….. ixDAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. xDAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xiABSTRAK /RINGKASAN ………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN 11.1Latar Belakang Masalah ……………………………….. 11.2 Perumusan Masalah …………………………………… 71.3 Tujuan Penelitian ……………………………………… 71.4 Manfaat Penelitian …………………………………….. 71.5 Sistematika Penulisan ………………………………….. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………..………………………….. 102.1 Penelitian Terdahulu …………………………………… 10
2.2 Landasan Teori ………………………………………… 112.2.1 Pengertian Persepsi …………………………………... 112.2.2 Proses Persepsi dan Sifat Persepsi ……………………. 132.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi …………. 152.2.4 Faktor-faktor Perbedaan latar Belakang Kultural ……. 162.2.5 Aspek-aspek Persepsi ………………………………… 172.3 Pengertian Laba ……………………………………….. 192.3.1 Arti Laba dalam Islam ………………………………. 192.3.2 Arti Laba dalam Sunnah …………………………….. 212.3.3 Pengertian Laba Menurut Fuqaha …………………… 212.3.4 Pengertian Laba dalam Konsep Islam ……………….. 23
2.3.5 Pengertian Laba secara Umum ………………………. 232.4 Kualitas Informasi Laba ……………………………….. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………. 273.1 Jenis Penelitian ………………......................................... 273.2 Sumber dan Pengumpulan Data ..……………………… 313.3 Teknik Analisis Data ………………………………..…. 36
BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISISDATA ……………………………………………………… 394.1 Gambaran Subyek Penelitian ………………………… 394.2 Analisis Data …………………………………………... 41
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
8/125
viii
4.2.1 Deskripsi Informan ………………………………….. 414.2.2 Pengalaman, Perasaan, Pendapat dan Pengetahuan
Pedagang Arab di Surabaya Terhadap Konsep Laba …. 434.2.3 Etnografi Perilaku dan Objek Budaya Arab …………… 544.2.4 Noema, Noesis, dan Intentional Analysis …….………. 614.2.5 Eidetic Reduction ……….…………………………… 64
BAB V PENUTUP …………………………………………………. 695.1 Kesimpulan …………………………………………… 695.2 Keterbatasan Penelitian ……………………………….. 705.3 Saran ………………………………………………… 71
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
9/125
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Table 3.1 : Nama Informan 36
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
10/125
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 : Metode Penelitian 31
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
11/125
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Transkripsi Dialog
Lampiran 2 : Foto
Lampiran 3 : Field Notes, Noema, Noesis, dan Intentional Analysis
Lampiran 4 : Rekaman
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
12/125
xii
PERSEPSI PEDAGANG ARAB DI SURABAYA TERHADAP
KONSEP LABA
ABSTRACT
Accounting as a scientific theory and practice led to a confusion in the communitywith the practices that seemed to indicate a theory relevankah still practiced inreality happened. the concept of profit in placing himself in the community fromthe perspective of a phenomenon that occurs, so that the concept of profit has
another meaning in itself. Triyuwono and As'udi (2001) Arab community is oneof the oldest settlers in Indonesia. It was said that they went to Indonesia beforethe Dutch, English and Portuguese. They lived several places in Indonesia. One ofthem is Holy and Ampel Ampel Mosque around Sunan Ampel Surabaya Mosque.Thus the concept of profits in view of the perception of arab traders will be able toexplain a lot about the character, thinking, behavior, culture and inspiration can beinteresting to analyze the formation of the profit concept in use today.
Keywords: Konsep laba, Persepsi, Komunitas Arab
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
13/125
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi memiliki peran penting bagi perusahaan dalam upaya
membuat kelangsungan hidup atau going concern perusahaan. Akuntansi dalam
dirinya sendiri akan mengikuti perubahan yang dilakukan oleh manusia dalam
menyesuaikan dinamika perubahan konsep akuntansi perusahaan. Sehingga sering
kita dengar “tidak ada satu pun di dunia ini yang tidak berubah,” yang secara
eksplisit sebetulnya menyampaikan pesan bahwa perubahan itu adalah suatu hal
yang wajar, bahkan sangat wajar. Sesuai dengan Sunnatullah, yang hakikatnya
menyiratkan bahwa hanyalah Rablah yang kekal, sedangkan yang lain adalah
fana, termasuk akuntansi sebagai disiplin ilmu pengetahuan dan praktik.
Akuntansi adalah an everchanging discipline , berubah terus sepanjang masa.
Perubahan tersebut sudah menjadi fakta sejarah yang tidak terbantahkan.
Akuntansi pada masa Babylonia, misalnya, sudah sangat berbeda dengan
akuntansi pada masa awal Islam, atau masa Lucas pacioli, atau pada masa
sekarang (Triyuwono, 2006: 3).
Dalam akuntansi memiliki kelemahan, seperti pada akuntansi modern,
akuntansi modern tidak mampu merefleksikan realitas non-ekonomi yang
diciptakan perusahaan. Akar kelemahan akuntansi modern memang terletak pada
egoisme. Sifat ini tidak saja merefleksikan ke dalam bentuk private cost/benefits ,
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
14/125
2
tetapi juga terlihat pada orientasi akuntansi untuk melaporkan profit kepada pihak
yang paling berkepentingan, yaitu stakeholders . Akibatnya, informasi yang
disajikan akuntansi modern berbau egois (Triyuwono, 2006: 3).
AAA (1966), mengungkapkan bahwa akuntansi adalah “Proses
menemukan, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomis sebagai dasar
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan oleh para pemakainya”.
Salah satu dari beberapa kelemahan yang diungkapkan oleh Harahap
bahwa mengembangkan dalil ini diantara praktisi akuntan dan mahasiswa yang
telah dianggap sebagai sifat dari suatu kebenaran akhir dari suatu kumpulan
kebenaran. Akibatnya mata-mata kuliah akuntansi telah disamakan sebagai mata
kuliah yang kaku dan penuh debat, dan sebaliknya telah diterima sebagai
penerimaan yang tanpa kritis terhadap asumsi yang mendasari prosedur akuntansi
(Harahap, 2004: 168).
Akuntansi sebagai ilmu teori dan praktik menimbulkan sebuah
kebingungan pada masyarakat dengan adanya praktik-praktik yang seolah
menunjukkan masih relevankah suatu teori dipraktikkan pada realitas yang terjadi.
Keandalan suatu teori akuntansi sangat erat kaitannya dengan praktik muamalah.
Oleh karena itu, ilmu untuk dipraktikkan bukan hanya untuk dipelajari saja.
Keterkaitan akuntansi dengan muamalah jual beli dikalangan pedagang yakni
orang-orang yang bekerja mencari nafkah lewat perniagaan yaitu konsep-konsep
dibuat melalui pengalaman jual beli serta ilmu yang dipelajari dalam proses
akademisi atau non akademisi yang ditempuh oleh pedagang. Sehingga pedagang
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
15/125
3
mempunyai konsep dalam persepsi yang dipengaruhi oleh latar belakang yang
berbeda serta keunikan dari pengalaman membentuk paradigma yang dapat
mengembangkan suatu konsep.
Akuntansi dapat dipandang berbagai macam persepsi dalam setiap
orang, seperti yang dijelaskan oleh Iwan Triyuwono dalam bukunya yang berjudul
Akuntansi Syariah bahwa “akuntansi adalah simnbol,” demikian kata seorang
interaksonis simbolik. Sebagai simbol, akuntansi tidak memiliki makna dalam
dirinya sendiri, kecuali dimaknai oleh indivudu-individu sebagai anggota
masyarakat melalui proses interaksi social (interaksi simbolik). Dan simbol
tersebut membuka kemungkinan terbentuknya banyak makna. Sebuah simbol
sangat besar kemungkinan untuk tidak memiliki makna tunggal. Oleh karena itu,
akuntansi melalui proses interaksi tadi bisa memiliki makna yang berbeda bagi
orang yang berbeda. Dengan demikian, akuntansi sebagai sebuah simbol bisa
dimaknai yang berbeda bagi, misalnya mahasiswa jurusan akuntansi, akuntan
intern perusahaan, internal dan eksternal auditor, manajemen, penanaman modal,
dan banker. (Triyuwono, 2006 : 33)
Apabila akuntansi diartikan sebagai simbol yang dapat dimaknai
berbeda oleh orang yang berbeda, maka berarti akuntansi memiliki beberapa
simbol di dalam dirinya, salah satunya adalah laba. Laba memiliki makna yang
luas dengan mengikuti perkembangan zaman. Konsep laba dapat dibagi dalam
dua konteks, yakni konteks akuntansi konvensional dan akuntansi syariah.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
16/125
4
Munawar (2008) dalam artikelnya yang berjudul konsep prilaku laba
menguraikan beberapa konsep laba sebagai berikut:
1. Konsep laba sebagai pertambahan nilai yaitu laba mencakup harga jual produk dikurangi harga pokok barang dan jasa yang diperoleh.
2. Konsep laba bersih perusahaan yaitu laba mencakup kelebihan pendapatan atas beban, semua keuntungan dan kerugian. Beban tidakmencakup beban bunga dan pajak penghasilan.
3. Konsep laba bersih bagi investor yaitu sama seperti laba bersih perusahaan, tetapi sudah dikurangi pajak penghasilan.
4. Konsep laba bersih bagi pemegang saham yaitu laba bersih bagiinvestor dikurangi beban bunga dan pembagian laba.
5. Konsep laba bersih bagi pemilik ekuitas residu yaitu laba bersih bagi pemegang saham dikurangi dividen preferen.
Ternyata perkembangan konsep laba tidak hanya sebatas pada apa
yang uraikan di atas, tetapi konsep laba juga memiliki sesuatu kandungan makna
yang lain dalam diri laba itu sendiri. Jarang orang melihat dari berbagai aspek
untuk menelaah bagaimana proses mendapatkan keuntungan dan proses
pembagian laba atas keperluan pemilik laba atau sebagai modal yang kembali
serta konsep laba dalam menempatkan dirinya pada masyarakat dari sudut
pandang fenomena yang terjadi, sehingga konsep laba memiliki arti lain dalam
dirinya. Triyuwono dan As’udi (2001), misalnya mencoba untuk “turun”
mewacanakan Akuntansi Syariah pada tingkat yang lebih konkret pada tataran
teori yaitu mengonsep laba dalam konteks metafora zakat.
Ada dua konsep Islam yang sangat berkaitan dengan pembahasan
masalah konsep laba, yaitu adanya mekanisme pembayaran zakat dan sistem
tanpa bunga (Hameed, 2000). Zakat pada prinsipnya merupakan kesejahteraan
agama dan pembayarannya merupakan kewajiban agama. Pelaksanaan
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
17/125
5
pemungutan zakat seharusnya dilakukan oleh pemerintah dan didistribusikan
untuk kesejahteraan sosial dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah
Subhanahu Wata’ala. Zakat dipungut terhadap pendapatan (laba), kepemilikan
barang-barang tertentu seperti emas dan perak (atau disetarakan dengan uang),
hewan ternak, hasil pertanian, dan juga laba dari kegiatan usaha. Hal ini
memerlukan penilaian dan konsep yang jelas untuk menetapkan dasar dan
besarnya zakat yang harus dibayarkan (Condro, 2005).
Harahap (2004: 210) menjelaskan bahwa peraturan Islam tentang
perdagangan sebagai berikut:
Islam meyakini dan mendorong bisnis, tetapi kegiatan bisnis itu harussesuai prinsip yang diatur dalam syariah. Apa yang dianggap halal danharam untuk berbagai aspek kegiatan bisnis telah diatur. Aturan syariahmencakup semua kegiatan dagang. Ia menjelaskan sifat perdagangan
barang dan jasa yang dibenarkan sebagaimana juga penjelasan moral darikegiatan bisnis.
Manusia tidak bisa terlepas dari muamalah dalam kesehariannya.
Bermuamalah berarti hubungan interaksi sesama manusia, seperti aktivitas jual
beli. Adapun dalam aktivitas jual beli, manusia terkadang sadar atau tidak, telah
membuat suatu keputusan akuntansi. Buktinya masyarakat pada umumnya secara
tidak langsung menerapkan akuntansi dalam konsep rugi laba yang sangat
sederhana, yaitu pada saat proses jual beli, penjual menginginkan keuntungan dari
penjualannya, dimana hal ini sudah tidak asing lagi di mata masyarakat awam
ataupun akademisi yaitu untung sama dengan harga jual dikurangi dengan harga
beli.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
18/125
6
Komunitas Arab merupakan salah satu pendatang tertua di Indonesia.
Konon mereka masuk ke Indonesia sebelum Belanda, Inggris dan Portugis.
Mereka mendiami beberapa tempat di Indonesia. Salah satunya adalah Ampel
Suci dan Ampel Masjid di sekitar Masjid Sunan Ampel Surabaya. Meski di
sekitar masjid ampel ada pedagang Jawa dan Madura, tapi mayoritas adalah
keturunan Arab. Mereka terpusat di dua tempat, yaitu Ampel Masjid dan Ampel
Suci. Rata-rata para pedagang keturunan Arab di dua tempat ini memiliki toko.
Sementara para pedagang Jawa dan Madura hanya bisa berjualan di pinggir jalan
dan di sela-sela toko milik para pedagang keturunan Arab. Umumnya, para
pedagang keturunan Arab itu berasal dari Hadramaut, daerah di Yaman Selatan,
sebagai pedagang sekaligus menyebarkan Islam. Di Surabaya mereka mendiami
wilayah padat di Kota Bawah, kawasan yang dibatasi Kalimas (sebelah barat),
Sungai Pegirian (timur), Kembang Jepun (selatan), dan selat Madura (utara).
Keturunan Arab sendiri kebanyakan dalam mencari mata pencaharian dengan
berdagang, yang mana dalam aktivitas ini tentunya tidak terlepas dari adanya
konsep yang membentuk persepsi para pedagang tentang konsep laba.
Dalam pemahaman konsep terdapat kedalaman untuk menggali suatu
konsep yang dapat berkembang, karena kedalaman konsep dapat memberikan
informasi yang mendalam pada suatu objek permasalahan yang kompleks, dan
tidak ditemukannya tidak setiap saat. Sehingga konsep laba di pandang dari
persepsi pedagang arab akan dapat menjelaskan banyak hal tentang karakter,
pemikiran, prilaku, kultur dan bisa menjadi inspirasi menarik untuk menganalisis
pembentukan konsep laba yang digunakan saat ini. Oleh karena itu, penulis
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
19/125
7
berusaha untuk menelaah kedalaman konsep laba dalam realitas persepsi
pedagang arab dengan mengangkat sebuah judul “PERSEPSI PEDAGANG
ARAB DI SUARABAYA TERHADAP KONSEP LABA”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka yang
menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana persepsi pedagang arab di Surabaya terhadap konsep laba?
2. Apa alasan yang mendasari persepsi pedagang arab di Surabaya terhadap
konsep laba?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan
tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui persepsi tentang konsep laba dari sudut pandang
pedagang arab.
2. Untuk mengetahui pemacu yang membentuk mindset atau pola pikir
pedagang arab dalam mengonsep laba.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan wawasan baru bagi pedagang tentang adanya akuntansi
dan yang membentuk paradigma dari pengetahuan tentang konsep laba.
2. Bagi STIE Perbanas Surabaya, temuan yang akan didapatkan dalam
penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di
bidang teoritis maupun praktis yang berkaitan dengan perkembangan
akuntansi syariah di Indonesia.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
20/125
8
3. Bagi Peneliti, sebagai sarana untuk mengaplikasikan berbagai teori yang
diperoleh di bangku kuliah. Menambah pengalaman dan sarana latihan
dalam memecahkan masalah-masalah yang ada di masyarakat sebelum
terjun dalam dunia kerja yang sebenarnya. Sebagai sarana untuk
menambah wawasan peneliti terutama yang berhubungan dengan bidang
kajian yang ditekuni selama kuliah.
4. Skripsi ini dapat menambah referensi perpustakaan kampus guna sebagai
bahan acuan atau pertimbangan bagi pembaca dalam melakukan
penelitian.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini, sistematika penulisannya terdiri dari
lima bab yaitu sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis membahas mengenai teori-teori yang dapat
dipakai sebagai acuan serta sebagai dasar pembahasan tentang konsep
laba yang meliputi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan konsep
laba, pengertian persepsi, proses persepsi dan sifat persepsi, faktor-
faktor yang mempengaruhi persepsi, faktor-faktor perbedaan latar
belakang cultural, aspek-aspek persepsi, pengertian laba, arti laba
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
21/125
9
dalam islam, arti laba dalam sunnah, pengertian laba menurut fuqaha,
pengertian laba dalam konsep islam, pengertian laba secara umum,
serta kualitas informasi laba.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan, yaitu
pendekatan kualitatif melalui studi ethnofenomenologi. Dalam
pendekatan ini lebih mementingkan pengalaman, pendapat, perasaan,
dan pengetahuan para partisipan atau informan.
BAB IV: GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini menguraikan gambaran subyek penelitian, profil
informan, fenomena konsep laba dari sudut pandang pedagang arab di
Surabaya, dan analisis data yang diperoleh. Analisis data didasarkan
pada teori tertentu dan tanpa menggunakan teori apa pun yang
merepresentasikan realitas yang sedang diteliti.
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang terdiri dari
keterbatasan penelitian, serta saran yang merupakan implikasi dari
hasil penelitian.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
22/125
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
hasil penelitian terdahulu yang pernah dibaca oleh penulis yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Akhmad Riduwan (2009) dengan judul Realitas Laba Akuntansi
Sebagai Refleksi Kandungan Informasi. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa
dalam bingkai interpretasi akuntan dan non-akuntan, laba akuntansi
menggambarkan dunia hiperrealitas tersebut. Laba akuntansi lepas dari realitas
yang sebenarnya mereka harapkan untuk direpresentasikan dalam sebuah ruang
komunikasi, sehingga laba akuntansi kehilangan kandungan informasinya.
Harapan non akuntan bahwa laba akuntansi dapat merepresentasikan “dunia yang
bertubuh” yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas masuk
neto yang bersumber dari kejadian-kejadian real tidak terperoleh, karena akuntan
memandang bahwa laba akuntansi merupakan representasi dari dua dunia, baik
“dunia bertubuh” maupun “dunia tak bertubuh”. Akibatnya, dalam konteks
penelitian ini, laba akuntansi kurang berguna bagi non-akuntan untuk dijadikan
sebagai dasar pengambilan keputusan keuangan, sesuai dengan kepentingan
masing-masing.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
23/125
11
Persamaan:
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu sama-sama
menginterpretasikan konsep laba.
Perbedaan:
Perbedaan penelitian terdahulu meneliti tentang laba dalam pandangan akuntan
dan non akuntan sedangkan penelitian saat ini konsep laba dilihat dari sudut
pandang pedagang arab.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Persepsi
Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana
seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan
informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara
(dalam Arindita, 2002) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses
pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mecakup
penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan
penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara
mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap.
Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya
dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna
kepada lingkungan mereka.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
24/125
12
Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan
proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya
tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya,
motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam
hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat
mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai
penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu
terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan
perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan
pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap
sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan
bertindak.
Leavitt (dalam Rosyadi, 2001) membedakan persepsi menjadi dua
pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit
mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu.
Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar dari individu menyadari
bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi
berbeda dengan pendekatan sempit, tidak hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih
pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan
kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang
sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal ini,
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
25/125
13
akan diberikan contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali menjumpai
buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang
memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian
mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara
saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu.
Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan
menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk mengenali
bahwa yang kita lihat itu adalah mangga (Taniputera, 2005).
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi
merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan
menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman
yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan
gambaran yang berarti.
2.2.2 Proses Persepsi dan Sifat Persepsi
Alport (dalam Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan suatu proses
kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan
individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur
bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala
akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya
komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang
berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.
Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi
merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
26/125
14
1) Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses
kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus
oleh alat indera manusia.
2) Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis,
merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat
indera) melalui saraf-saraf sensoris.
3) Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses
psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang
stimulus yang diterima reseptor.
4) Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi
yaitu berupa tanggapan dan perilaku.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses
persepsi melalui tiga tahap, yaitu:
1) Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial
melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula
pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.
2) Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta
pengorganisasian informasi.
3) Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi
lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman,
cakrawala, serta pengetahuan individu.
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang
menyertai proses persepsi, yaitu:
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
27/125
15
1) Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang sebagai
orang itu sendiri walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda.
2) Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam
arti bahwa banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan dan
keterbatasan kemampuan perseptor dalam mengelola dan menyerap
informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diterima
dan diserap.Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi
yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-
beda.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi
karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu
yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.
Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu
memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya
berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang
memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari :
1) Pelaku persepsi (perceiver)
2) Objek atau yang dipersepsikan
3) Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
28/125
16
Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau
gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan
orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak
mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia.
Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan
mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan
penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh
pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu
(Robbins, 2003).
Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor
atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor
yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang
diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.
Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting dari faktor-
faktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu:
a. Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.
b.
Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.
c. Faktor-faktor pengaruh kelompok.
2.2.4 Faktor-faktor Perbedaan Latar Belakang Kultural.
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural.
Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan
individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
29/125
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
30/125
18
Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan
bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap,
yaitu:
1) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.
Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang
merupakan hal yang negatif.
3) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap
objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu
menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku
seseorang terhadap objek sikap. Rokeach (Walgito, 2003) memberikan
pengertian bahwa dalam persepsi terkandung komponen kognitif dan juga
komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons,
untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap
merupakan predis posisi untuk berbuat atau berperilaku.
Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung
komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen konatif, yaitu
merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada
suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga komponen tersebut
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
31/125
19
yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap
obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu dengan
lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen
tersebut.
2.3 Pengertian Laba
2.3.1 Arti Laba dalam Islam
Di dalam surah al-Baqarah, Allah berfirman, “Mereka Itulah orang
yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan
mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS Al Baqarah:16 )
Ada beberapa penafsiran dari ayat ini, seperti dalam tafsir Al-Qurthubi
al-Jamii li Ahkamil-Quran, yaitu Allah mendasarkan pengertian laba dagang itu
kepada kebiasaan orang Arab seperti pada ucapan mereka, hadist “beruntung
denganmu”, hadist “ merugi transaksimu”. Kedua ungkapan ini berarti “kamu
beruntung dan merugi dalam jual beli kamu”. Adapun dalam tafsir an-Nasa’i
dikatakan bahwa laba itu ialah kelebihan dari pokok dan perdagangan itu ialah
pekerjaan si pedagang. Si pedagang ialah orang yang membeli dan menjual untuk
mencari laba. Pada perdagangan hanyalah penyandaran metafora (majasi)
(Danupranata, 2009).
Karenanya, arti kalimat ialah “perdagangan itu tidak beruntung”.
Dengan adanya susunan ”membeli kesesatan dengan kebenaran (petunjuk)”
sebagai kiasan (majasi), kemudian langsung diikuti dengan menyebutkan laba dan
dagang serta mereka tidak mendapat petunjuk dalam pedagangan mereka, seperti
para pedagang yang selalu merasakan keuntungan dan kerugian dalam
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
32/125
20
dagangannya. Jelasnya, tujuan para pedagang ialah menyelamatkan modal pokok
dan meraih laba. Sementara itu, orang-orang yang dicontohkan dalam ayat-ayat di
atas menyia-nyiakan semua itu, yaitu modal utama mereka ialah al-huda
(petunjuk), tetapi petunjuk itu tidak tersisa pada mereka karena adanya dhalah
(penyelewengan) atau (kesesatan) dan tujuan-tujuan duniawi. Jadi, yang dimaksud
dengan ad-dhal ialah orang-orang yang merugi karena orang tersebut tidak dapat
menyelamatkan modal utamanya, maka orang seperti ini tidak bisa dikatakan
orang yang beruntung (Danupranata, 2009).
Di dalam tafsir al-Manar dikatakan bahwa sesungguhnya mereka
(orang-orang munafik) lebih memilih kesesatan (dhalalah) daripada petunjuk (al-
huda) demi suatu keuntungan yang mana mereka yakin bisa mendapatkannya dari
orang lain. Bentuknya adalah barter antara kedua belah pihak dengan tujuan
mendapatkan laba. Inilah makna isytirak (partnerhip) dan syira’ (pembelian) di
dalam laba dan membeli. Adapun menyandarkan laba pada perdagangan adalah
jelas sekali karena laba itu ialah pertambahan pada hasil dagang. Proses barter ini
akan menumbuhkan laba. Karenanya, maksud ayat di atas seolah-olah dikatakan
bahwa tidak ada pertambahan dalam perdagangan mereka, atau mereka telah
menjual petunjuk dalam perdagangan itu, karena mereka telah menjual petunjuk
dan ajaran yang telah diberikan Allah kepada mereka dengan kegelapan taklid.
Kesesatan hawa nafsu, serta bid’ah-bid’ah yang telah mengendalikan diri mereka.
Juga, sebagaimana yang terdapat dalam tafsir Ruhul Ma’ani karangan Imam al-
Alusi tentang tafsir ayat ini, “Perdagangan itu ialah pengelolaan terhadap modal
pokok untuk mencari laba. Laba itu ialah pertambahan pada modal pokok.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
33/125
21
Dari beberap tafsir di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian laba dalam Al-
Qur’an berdasarkan ayat-ayat yang telah disebutkan di atas ialah kelebihan pokok
atau pertambahan pada modal pokok yang diperoleh dari proses dagang. Jadi,
tujuan utama para pedagang ialah melindungi dan menyelamatkan modal pokok
dan mendapatkan laba (Danupranata, 2009).
2.3.2 Arti Laba dalam Sunnah
Ada beberapa hadits yang berkaitan dengan laba, diantaranya adalah
“Seorang mukmin itu bagaikan seorang pedagang; dia tidak akan menerima laba
sebelum ia mendapatkan modal pokoknya. Demikian juga, seorang mukmin tidak
akan mendapatkan amalan-amalan sunnahnya sebelum ia menerima amalan-
amalan wajibnya.” (HR Bukhari dan Muslim) Dalam hadits ini, Raslullah
mengumpamakan seorang mukmin dengan seorang pedagang, maka seorang
pedagang tidak bisa dikatakan beruntung sebelum dia mendapatkan modal
pokoknya. Begitu juga halnya seorang mukmin tidak bisa mendapatkan balasan
atau pahala dari amalan-amalan sunnahnya kecuali ia telah melengkapi
kekurangan-kekurangan yang tedapat pada amalan fardhunya. Dari hadits di atas
diketahui bahwa laba itu ialah bagian yang berlebih setelah menyempurnakan
modal pokok. Pengertian ini sesuai dengan keterangan tentang laba dalam bahasa
Arab dalam Al-Qur’an, yaitu pertambahan dari modal pokok (Danupranata,
2009).
2.3.3 Pengertian Laba Menurut Fuqaha
Para ulama fiqih sangat konsen pada bahasan laba dari segi pengertian
dan ukurannya, terutama pada studi syirkah-syirkah (kerja sama), fiqih murabahah
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
34/125
22
(pembagian hasil), dan fiqih zakat. Berikut ini kita akan memaparkan beberapa
pendapat ulama dalam bidang muamalah (Danupranata, 2009).
Berkata Ibnu Quddamah, “Laba dari harta dagangan ialah
pertumbuhan pada modal, yaitu petambahan nilai barang dagang.” Dari pendapat
ini bisa dipahami bahwa laba itu ada karena adanya pertambahan pada nilai harta
yang telah ditetapkan untuk dagang (Danupranata, 2009)..
Berkata Ibnu Al-Arabi, “Setiap mu’awadhah (barter) merupakan
perdagangan terhadap apapun bentuk barang penggantinya. Si pelaku barter hanya
menginginkan kwalitas barang atau jumlahnya, sedangkan laba adalah kelebihan
yang diperoleh oleh sesorang atas nilai pengganti.” Dari statemen ini dipahami
bahwa laba ialah hasil dari selisih nilai awal harga pembelian dengan nilai
penjualan (Danupranata, 2009).
Di dalam muqaddimah Ibnu Khaldun dikatakan, “Perdagangan ialah
usaha untuk mewujudkan pertumbuhan atau pertambahan harta denga membeli
barang dengan murah kemudian menjualnya dengan harga mahal. Apapun jenis
barangnya, jumlah pertambahan itulah yang disebut laba. Adapun usaha
mendapatkan laba itu ialah dengan menyimpan barang dan menunggu perubahan
pasar dari harga murah hingga harga mahal sehingga labanya akan lebih besar
atau juga dapat dilakukan dengan membawa barang tersebut ke daerah lain yang
disana bisa dijual dengan harga yang lebih mahal dari harga daerah asal, maka
labanya akan lebih besar (Danupranata, 2009).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa laba itu ialah
salah satu jenis pertumbuhan, yaitu pertambahan pada modal pokok yang
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
35/125
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
36/125
24
periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik
(Baridwan, 1992: 55).
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas
biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan
sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi
serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444).
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi
pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut
akuntansi. Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu
kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah
perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu
dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu
(Harahap, 1997).
Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai
prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per
lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah
pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan
biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba
kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.
Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi
perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan
penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang
dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan,
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
37/125
25
pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya (Harahap, 2001: 259). Hal ini
menyebabkan adanya berbagai definisi untuk laba.
2.4 Kualitas Informasi Laba
Informasi laba harus dilihat dalam kaitannya dengan persepsi
pengambilan keputusan. Karena kualitas informasi laba ditentukan oleh
kemampuannya memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan
keputusan yang efektif. Hal ini didukung oleh FASB yang menerbitkan SFAC No
1 yang menganggap bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas
prestasi perusahaan dan oleh karena itu laba akuntansi hendaknya dapat
digunakan dalam prediksi arus kas dan laba dimasa yang akan datang
(Muhammad Yusuf & Soraya).
Hendriksen dalam bukunya Accounting Theory edisi kelima (1993)
menetapkan tiga konsep dalam usaha mendefinisikan dan mengukur laba menurut
tingkatan bahasa, (Muhammad Yusuf & Soraya), adapun konsep-konsep tersebut
meliputi:
1) Konsep laba pada tingkat sintaksis (struktural)
Pada tingkat sintaksis konsep laba dihubungkan dengan konvensi
(kebiasaan) dan aturannya logis serta konsisten dengan mendasarkan pada premis
dan konsep yang telah berkembang dari praktek akuntansi yang ada. Tedapat dua
pengukuran laba pada tingkat sintaksis yaitu: pendekatan transaksi dan
pendekatan aktivitas.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
38/125
26
2) Konsep laba pada tingkat semantik (interpretasi)
Pada konsep ini laba ditelaah melalui hubungannya dengan realita
ekonomi. Dalam usahanya memberikan makna interpretatif dari konsep laba
akuntansi, para akuntan seringkali merujuk pada dua konsep ekonomi. Kedua
konsep ekonomi tersebut adalah konsep pemeliharaan modal dan laba sebagai alat
ukur efisiensi.
3) Konsep laba pada tingkat pragmatis (perilaku)
Pada tingkat pragmatis (perilaku) konsep laba dikaitkan dengan
pengguna laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat dari perusahaan.
Beberapa reaksi pengguna dapat ditunjukkan dengan proses pengambilan
keputusan dari investor dan keditor, reaksi harga surat terhadap pelaporan laba
atau reaksi umpan balik dari manajemen dan akuntan terhadap laba uang yang
dilaporkan.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
39/125
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Objek penelitian ini adalah manusia, sehingga peneliti merasa tepat
menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi
Etnofenomenologi. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena
sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu
gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan
responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15).
Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.
Fenomenologi adalah gejala dalam situasi alaminya yang kompleks,
yang hanya mungkin terjadi bagian alam kesadaran manusia, sekomprehensif
apapun ketika telah direduksi ke dalam suatu parameter yang terdefinisikan
sebagai fakta, dan yang demikian terwujud sebagai suatu realitas (Bungin:
2001). Pendekatan fenomenologi bertujuan memahami respon atau keberadaan
manusia/masyarakat, serta pengalaman yang dipahami dalam berinteraksi
(Saladien yang dikutip oleh Rahayu: 2007). Penelitian fenomenologi mencoba
menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
40/125
28
didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu (Afriani, 2009).
Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian
tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa
disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data
(subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana
peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk
mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden. Dalam penelitian ini yang
diteliti adalah pengalaman manusia deskripsi dari orang yang menjadi
informan penelitian, sehingga peneliti dapat memahami pengalaman hidup
informan (Creswell, 1998). Peneliti berusaha memahami subjek dari kerangka
berpikirnya sendiri (Creswell, 1998). Dengan demikian, yang penting adalah
pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuan informan (Nuryanto, 2009).
Oleh karena itu, semua perspektif menjadi bernilai bagi peneliti (Nuryanto,
2009). Pendekatan ini sering disebut juga sebagai pendekatan yang humanistik,
karena peneliti tidak kehilangan sisi kemanusiaan dari suatu kehidupan sosial.
Peneliti tidak dibatasi lagi oleh angka-angka, perhitungan statistik, variable-
variabel yang mengurangi nilai keunikan individual (Taylor & Bogdan yang
dikutip oleh Tambunan, 2009).
Dalam penelitian fenomenologi hanya melihat dari kesadaran
manusia yang hanya akan menjawab beberapa masalah dalam hal realitas
pengalaman dalam keadaan sadar atau tidak sadar yang timbul dari alam
bawah sadar manusia. Ungkapan kesadaran manusia atas konsep laba yang
dibentuk belum cukup dapat mengungkapkan bahwa mengapa manusia dapat
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
41/125
29
menjawab dan atas dasar apa manusia mengungkapkan pernyataannya tersebut.
Ada faktor lain yang mendukung ungkapan pernyataan manusia sehingga
dalam kesehariannya tidak lepas dari kebiasaan atau pola tingkah laku atau
cara kehidupan ( way of life ) yang akan dapat mendorong seseorang
mempunyai prinsip dalam melakukan sesuatu. Dalam penelitian ini peneliti
mempunyai rumusan masalah yang tidak akan terjawab apabila hanya
menggunakan metode fenomenologi saja. Karena penelitian ini meneliti
konsep yang dibentuk oleh budaya pedagang arab atau laba versi pedagang
arab di Surabaya.
Budaya dipandang sebagai sistem pengetahuan. Menurut Ward
Goodenough (1961):
“Kebudayaan suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang harusdiketahui atau dipercayai seseorang agar dia dapat berperilaku dalam cara yangdapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat tersebut. Budaya bukanlah suatu
penomena material: dia tidak berdiri atas benda-benda, manusia, tingkah laku atauemosi-emosi. Budaya lebih merupakan organisasi dari hal-hal tersebut. Budayaadalah bentuk hal-hal yang ada dalam pikiran (mind) manusia, model-model yangdipunyai manusia untuk menerima, menghubungkan, dan kemudian menafsirkan
penomena material di atas.”
Kebudayaan terdiri atas pedoman-pedoman untuk menentukan apa,
untuk menentukan apa yang dapat menjadi, untuk menentukan apa yang dirasakan
seseorang tentang hal itu, untuk menentukan bagaimana berbuat terhadap hal itu
dan untuk menentukan bagaimana caranya menghadapi hal itu (Goodenough,
1964). Oleh karena itu peneliti menggunakan dua metode yaitu etnografi dan
fenomenologi sehingga dapat menjawab semua rumusan masalah yang ada.
Etnofenomenologi yaitu penggabungan dari Etnografi dan
Fenomenologi. Etnografi adalah suatu studi atau riset tentang perilaku
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
42/125
30
masyarakat atau konsumen yang dipelajari langsung dari habitatnya atau dari
lingkungan naturalnya. Etnografi ini meliputi berbagai macam metode riset
yang saling melengkapi, misalnya dengan berinteraksi langsung, berdialog,
berpartisipasi, secara aktif maupun pasif, melakukan observasi, dan lain-lain.
Kesemua ini dilakukan dengan tujuan untuk menggali, mendalami, dan
mengerti tentang bagaimana sikap, persepsi, dan nilai-nilai konsumen dan
pola-pola kultur konsumen yang membentuk tingkah lakunya, yang
berhubungan dengan produk atau service (Amalia, 2009: 35).
Etnografi sebenarnya tidak terbatas pada satu jenis teknik saja, tapi
merupakan penggabungan dari beberapa teknik riset yang dilakukan dalam
rangka mendapatkan informasi dari beberapa sumber sekaligus. Adakalanya
beberapa riset ini dilakukan secara simultan sehingga ada unsur pembelajaran
pada setiap tahapnya (Amalia, 2009: 32).
Dalam kajian ini, peneliti menggunakan istilah informan yang
digunakan untuk menunjuk subjek penelitian. Informan memberikan informasi
tentang suatu kelompok atau entitas tertentu, namun bukan diharapkan menjadi
representasi dari kelompok atau entitas tersebut (Tambunan, 2009). Dalam
penelitian kualitatif, tidak ada aturan yang baku tentang jumlah minimal dari
informan (Patton yang dikutip oleh Tabunan, 2009).
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
43/125
31
Gambar 3.1
METODE PENELITIAN
3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer adalah data diperoleh secara langsung dari lokasi
penelitian dan informan. Pencarian data primer dilakukan dengan:
1. Wawancara ( Interview )
Wawancara atau Interview dapat diartikan sebagai percakapan
dengan tujuan tertentu (Burgess yang dikutip oleh Efferin, 2004). Wawancara
ditujukan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan pengalaman
pendapat, perasaan dan pengetahuan informan. Interview memiliki berbagai
metode yaitu structured interviews, semi-structured Interview dan
unstructured interviews (Efferin, 2004) . Structured interviews adalah bentuk
wawancara dimana penanya telah menyiapkan serangkaian pertanyaan
Fenomenologi Etnografi
Budaya ArabField Notes
KesadaranNoema-Noesis
Abstraksinilai
Interpretasi atas Laba
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
44/125
32
mendetail dengan urut-urutan yang telah ditetapkan, sedangkan unstructured
interviews yaitu wawancara, dimana penanya tidak mempersiapkan pertanyaan
khusus sebelumnya dan arah wawancara sepenuhnya mengikuti perkembangan
yang terjadi (Efferin, 2004). Semi-structured Interview berada diantaranya,
dimana penanya telah menyiapkan serangakaian pertanyaan dan urutannya,
namun arah wawancara tidak harus terikat (Efferin, 2004).
Dalam kajian ini, penulis menggunakan metode Semi-structured
Interview (wawancara semi terstruktur) dengan para informan dalam hal ini
para Pedagang Arab di Surabaya. Waktu yang dibutuhkan oleh penulis dalam
melakukan wawancara dengan setiap informan rata-rata 30 menit.
Menurut Patton (dalam Moleong, 2005: 192), ada enam jenis
pertanyaan dan setiap pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara akan terkait
dengan salah satu pertanyaan lainnya. Keenam jenis pertanyaan tersebut
adalah:
1. Pertanyaan berkaitan dengan pengalaman atau perilaku
Pertanyaan ini berkaitan dengan apa yang dibuat dan telah diperbuat
oleh seseorang yang ditujukan untuk mendeskripsikan pengalaman,
perilaku, tindakan, dan kegiatan yang dapat diamati pada waktu
kehadiran pewawancara.
Contohnya : Berapa lama Saudara menjalani usaha dagang ?
2. Pertanyaan berkaitan dengan pendapat atau nilai
Pertanyaan jenis ini ditujukan untuk memahami proses kognitif dan
interpretative dari subjek yang menceritakan tujuan, keinginan,
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
45/125
33
harapan, dan nilai, sedangkan jawabannya memberikan gambaran
kepada kita mengenai apa yang dipikirkan tentang dunia atau sesuatu
program khusus.
Contohnya : Apakah pendapat Anda tentang laba atau keuntungan ?
3. Pertanyaan berkaitan dengan perasaan
Pertanyaan yang ditujukan untuk dapat memahami respons emosional
seseorang sehubungan dengan pengalaman dan pemikirannya.
Contohnya : Apakah Anda merasa senang ketika mendapatkan laba atau
keuntungan ?
4. Pertanyaan tentang pengetahuan
Pertanyaan yang diajukan untuk memperoleh pengetahuan factual yang
dimiliki responden dengan asumsi bahwa suatu hal dipandang dapat
diketahui bukan pendapat atau perasaan, atau merupakan hal-hal yang
diketahui seseorang melainkan fakta.
Contohnya: Siapakah yang termasuk pembeli produk Anda ?
5. Pertanyaan berkaitan tentang indera
Pertanyaan berkaitan dengan apa yang dilihat, didengar, diraba,
dirasakan, dan dicium yang memberikan kesempatan kepada
pewawancara untuk memasuki perangkat indera responden.
Contohnya: Apakah Saudara pernah menghitung keuntungan yang
didapat pada saat berdagang ?
6. Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
46/125
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
47/125
35
Penulisan sistematis dari etnografi catatan lapangan yang mengacu
pada konsep budaya Mahzar, dua bentuk tanda-tanda budaya diamati
diidentifikasi di dalam catatan ini: benda-benda budaya dan perilaku budaya. Ada
noema, yang merupakan harapan. Noesis, yang merupakan realisasi yang
dijelaskan di setiap catatan dan analisis yang disengaja yang berkaitan noema dan
noesis. Disini menegaskan bahwa keterkaitan etnografi oleh fenomenologi.
Eidetic Reduction , yang merupakan proses abstraksi menggunakan intuisi dan
refleksi dari para peneliti, dibuat. Epoche (prosedur dan perilaku peneliti dalam
mencari makna metafisika informan), dengan "mengurung" asumsi, ada di bidang
etnografi catatan sementara. Beberapa proses pemurnian penting itu ditranskrip.
Exethnographic catatan lapangan yang dibagi menjadi tiga segmen. Yang pertama
adalah bidang catatan etnografis yang menggambarkan perilaku budaya dan
objek, dan bagian kedua menggambarkan noesis, noema dan analisis yang ada di
deskripsi tercantum di bagian satu, disajikan oleh sesuai abjad (dalam kurung).
Pada bagian ke tiga, peneliti mengajukan pengurangan eidetic .
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
48/125
36
3. Informan
Dalam kajian ini informan berasal dari para pedagang arab di
Surabaya yaitu sebanyak 3 orang:
Table 3.1
Nama Informan
No Nama UsiaPengalaman menjadi
Pedagang
1
2
3
Abdillah Bahanan
Moh. Attuwy
Abdullah
50 th
61 th
55 th
20 th
29 th
12 th
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh studi kepustakaan dengan mempelajari
literatur, karya-karya ilmiah, dan buku-buku serta dokumen-dokumen yang
terkait dengan kajian yang diperoleh dari lokasi penelitian.
3.3 Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menyusun data dalam cara yang
bermakna sehingga dapat dipahami. Tidak ada yang paling benar secara
absolut untuk mengorganisasi, menganalisis, dan menginterpretasikan data
kualitatif (Patton yang dikutip oleh Tambunan, 2009). Teknik analisis data
dalam penelitian kualitatif didasarkan pada pendekatan yang digunakan
(Afriani, 2009).
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
49/125
37
Pada kajian ini penulis memilih teknik analisis data yang sesuai
dengan pendekatan studi fenomenologi sebagaimana dijabarkan oleh Affriani
(2009) dalam artikel yang berjudul “Metode Penelitian Kualitatif”. Analisis
data dimulai dengan mengorganisasi semua data atau gambaran menyeluruh
tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan. Selanjutnya membaca
data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang
dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data. Menemukan dan
mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan
melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan
memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan
topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang
tindih dihilangkan, sehingga yang hanya tersisa hanya horizons (arti tekstural dan
unsure pembentuk dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).
Pernyataan tersebut kemudian dikumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis
gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi. Selanjutnya, peneliti
mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga
menemukan esensi dari fenomena tersebut. Mengembangkan tekstural description
(mengenai fenomena itu terjadi pada informan ) dan structural description (yang
menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi). Peneliti memberikan penjelasan
secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan
makna pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuan informan mengenai
fenomena tersebut (Nuryanto, 2009).
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
50/125
38
Tata cara penulisan dalam penelitian etnografi memiliki tata cara
tersendiri dalam penulisan data yakni dengan field notes. Disini peneliti
membuat suatu cerita tentang apa, bagaimana, dimana, dan kapan aktivitas
ketika peneliti sedang menjadi pengamat murni atau pelaku sekaligus
pengamat di tempat objek penelitian. Dalam field notes akan menggambarkan
aktivitas atau kebiasaan atau juga dapat menggambaran keadaan yang sedang
di alami informan. Dimana penjelasan pada field notes nantinya akan
menemukan satu gagasan yang saling keterkaitan dengan kesadaran yang di
bentuk oleh manusia. Adanya sebuah simbol kebudayaan atau kebiasaan yang
di tampilkan dalam gambaran situasi saat peneliti sedang meneliti di tempat
objek penelitian. Sehingga field notes mempunyai arti yang penting dalam
menemukan dasar arti antara kebiasaan dan kesadaran manusia.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
51/125
39
BAB IV
GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Gambaran Subyek Penelitian
Informan adalah para pedagang arab tepatnya di Surabaya utara yaitu
di jalan panggung. Tempat ini adalah salah satu pusat perdagangan yang
mayoritas dikuasai oleh pedagang arab. Aneka perdagangan barang dan jasa ada
didaerah tersebut. Mulai dari pedagang bahan kimia, minyak wangi, buku islam,
perlengkapan haji, pertukaran uang, madu, alat tulis kantor dan kain. Suasana di
komplek perdagangan tersebut selalu ramai setiap hari. Apalagi disaat bulan
ramadhan menjelang idul ftri dan bulan haji. Hal ini disebabkan karena budaya di
Indonesia khususnya umat islam bulan idul fitri identik dengan banyak belanja
dan memberi oleh-oleh kesanak famili mereka dalam bentuk perlengkapan sholat,
minyak wangi maupun baju baru. Pada bulan haji (idul adha) kompleks ini ramai
karena orang-orang yang pulang dari haji punya kebiasaan memberikan oleh-oleh
kepada tamu yang mengunjungi mereka. Jalan panggung merupakan kompleks
perdagangan yang banyak menyediakan aneka oleh-oleh haji dalam skala erceran
maupun grosir. Hiruk pikuk aktivitas dimulai sekitar jam sembilan sampai dengan
menjelang maghrib. Ruben (2010) mengidentifikasi bahwa aktivitas keramaian
tersebut menurun menjelang siang (dhuhur) dan ramai kembali menjelang sore.
Para pedagang keturunan arab pada umumnya bertempat dalam
komunitas tertentu yang disebut kampung arab. Kampung arab seringkali
berlokasi didekat pantai karena berdasarkan sejarahnya para pedagang arab
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
52/125
40
menyebar dari pantai-ke pantai di Indonesia pada zaman belanda. Jalan panggung
berada di daerah yang berdekatan dengan kampung arab. Kampung arab yang
terkenal sebagai daerah ampel. Sampai dengan saat ini penyebaran pedagang arab
semakin meluas sampai ke daerah jalan Panggung. Suatu lokasi yang tidak jauh
dari kampung arab. Jalan ini bebas dilalui kendaraan bermotor (truk, sepeda
motor, mobil, angkutan umum) maupun kendaraan tidak bermotor. Jalan ini
mengarah ke Kembang Jepoon atau Jembatan Merah. Di kawasan Jalan Panggung
pula terdapat Masjid Serang. Masjid ini dibangun sekitar tahun 1630 dan
merupakan wakaf seorang saudagar kaya raya dari India bernama Srangh.
Di jalan ini komunitas keturunan Arab atau Timur Tengah, berbaur
dengan penduduk asli dan warga pendatang lainnya. Sekitar 40 persen warga
kampung ini merupakan keturunan Arab. Karena itu, orang dengan perawakan
khas Timur Tengah, banyak terdapat disini. Tempat tinggal warga keturunan Arab
dapat dengan mudah dikenali. Rumah mereka memiliki ciri khas, dengan dua
pintu dan dua pilar penyangga, serta teras di depan rumah. Satu pintu kecil
diperuntukkan bagi pemilik rumah dan anggota keluarganya. Sedangkan pintu
besar berupa gerbang merupakan pintu untuk tamu. Di bagian depan rumah
terdapat kamar mandi yang khusus diperuntukan bagi tamu. Tuan rumah tidak
boleh memakai kamar mandi ini. Mata pencarian mereka umumnya sebagai
pedagang. Mereka berjualan aneka macam barang, mulai dari pakaian, buku-buku
bacaan islam, kitab, minyak wangi, peralatan ibadah, hingga buah kurma.
Keberadaan warga keturunan Arab di tempat ini tidak terlepas dari sejarah Sunan
Ampel, yang merupakan keturunan Arab. Sunan Ampel datang ke Kampung Arab
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
53/125
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
54/125
42
diterbitkannya meliputi buku bacaan islam, seperti sifat sholat nabi,
Riyadhusshalihin, dan lainnya. Informan tidak hanya menjual buku-buku tetapi
juga menjual buah kurma. Pengalaman informan bekerja di bidang ini kurang
lebih selama 20 tahun. Wawancara dan pengamatan dilakukan oleh peneliti pada
tanggal 18 November 2009, tepatnya pukul 14.34 WIB di Toko Duta Ilmu.
Wawancara dan pengamatan dilakukan kurang lebih selama 30 menit. Kemudian
wawancara dan pengamatan dilakukan kembali oleh peneliti pada tanggal 14
Januari 2010 di Toko Duta Ilmu.
Informan kedua adalah Mohammad Attuwy. Informan adalah sebagai
pedagang bahan kimia bertempat di Toko U.D Warna Jaya Jalan Panggung No.
150 Surabaya. Informan telah menjalani usahanya sejak tahun 1980. Barang yang
dijual adalah bahan-bahan kimia (seperti dyestuff dan chemical) dan alat-alat
untuk membuat kain. Pembeli yang datang ke toko ini mulai dari perorangan
hingga pabrik. Toko ini telah lama dikenal oleh pembeli dalam kota hingga luar
kota melalui buku iklan yellow pages. Wawancara dan pengamatan dilakukan
pada tanggal 24 November 2009, pada pukul 11:00 WIB. Wawancara dan
pengamatan dilakukan kurang lebih selama 30 menit. Kemudian wawancara dan
pengamatan dilakukan kembali pada tanggal 12 Januari 2010 pukul 14:00 WIB di
Toko U.D Warna Jaya. Wawancara dan pengamatan yang kedua dilakukan kurang
lebih selama 45 menit.
Informan yang ketiga adalah Abdullah (samaran). Peneliti tidak
mencantumkan nama asli informan melainkan nama samaran. Hal ini dikarenakan
atas permintaan informan. Pengalaman informan menjadi pedagang kurang lebih
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
55/125
43
selama 12 tahun. Toko informan berlokasi sama dengan dua informan diatas yaitu
Jalan Panggung. Usaha informan adalah usaha turunan dari orang tua informan.
Informan bekerja bergerak di bidang dagang pelengkapan haji. Barang-barang
perlengkapan haji yang dijual meliputi sajadah, sorban, sarung, tasbih, kopyah,
celak, tempat celak dan minyak wangi. Informan tidak hanya menjual
perlengkapan haji tetapi juga menjual buah kurma ketika bulan ramadhan.
Wawancara dan pengamatan dilakukan oleh peneliti pada tanggal 1 Desember
2009, pukul 18:00 WIB bertempat di rumah informan. Wawancara dan
pengamatan dilakukan kurang lebih selama 30 menit.
Alasan wawancara dan pengamatan yang dilakukan dua kali oleh
peneliti kepada informan pedagang buku dan pedagang bahan kimia dikarenakan
hasil dari wawancara pertama belum menemukan noesis, yang merupakan bentuk
realisasi yang dijelaskan pada setiap catatan dan analisis yang disengaja yang
berkaitan noema dan noesis dari konsep laba.
4.2.2 Pengalaman, Perasaan, Pendapat, dan Pengetahuan Pedagang Arab
di Surabaya Terhadap Konsep Laba
Dalam rangka memperoleh laba, seseorang mempunyai berbagai cara
dan keyakinan masing-masing untuk mendapatkan keuntungan atau laba. Setiap
cara dan keyakinan adalah konsep yang akan dapat dibentuk oleh seseorang
melalui ilmu pengetahuan dan pengalaman. Konsep adalah hal pokok yang
mendasar sebagai pola pikir dalam mengambil keputusan. Konsep laba dari
persepsi pedagang arab berbeda dengan teori konsep laba yang ada.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
56/125
44
Laba adalah bagian dari akuntansi sebagai suatu simbol yang berbeda
jika dimaknai oleh orang yang berbeda. Masyarakat keturunan arab identik
dengan agama islam. Sehingga nilai-nilai dari islam tentu akan digunakan dalam
mendasari realitas-realitas kehidupannya.
Bagi para pedagang arab memaknai realitas didasarkan pada aturan
agama adalah suatu yang diprioritaskan. Bagi mereka kebohongan dalam bekerja
merupakan jalan pintas untuk mendapat laba dengan cara tercela. Sebaliknya laba
harus di peroleh dengan cara barokah dan halal. Sehingga tidak mengandung
unsur kebohongan. Makna dari barokah adalah tidak adanya unsur kebohongan.
Pernyataan ini dilontarkan oleh Abdillah Bahanan. Bagi dia berjual buku tidak
mengandung unsur kebohongan dan barokah.
“… kalo jual buku, barokahnya salah satu faktor kebohongan itu nggakada”
Alasan informan atas pernyataan tersebut sebagaimana terkutip,
“… karena harga buku seluruh Indonesia itu sama hanya yangmembedakan diskon mungkin”
Barokah menurut informan adalah tidak adanya faktor kebohongan
dalam dagang buku. Disebabkan oleh harga buku diseluruh Indonesia sama.
Barokah memiliki nilai spiritualitas tersendiri dalam praktek dagang atau jual beli.
Nilai barokah tidak dapat dihitung secara angka, namun barokah adalah sebagai
suatu manfaat yang dirasakan oleh informan. Tidak hanya laba yang diharapkan
tetapi juga keridhaan Allah Ta’ala atas laba yang diperolehnya dengan cara jujur
dan halal.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
57/125
45
Adanya amar ma’ruf nahi munkar yaitu mengajak seseorang kepada
kebaikan dan mencegah seseorang kepada kejelekan. Hal ini mendorong manusia
atas kewajibannya sebagai manusia terhadap manusia lain. Sehingga konsep laba
dari segi financial atau profit yang menjadi tujuan utama seorang pedagang telah
bergeser menjadi tujuan kedua. Oleh karena itu, yang di utamakan sebelum
mencari keuntungan dunia adalah keuntungan akhirat. Sebagaimana Abdillah
Bahanan mengungkapkan pendapatnya atas konsep laba sebagai berikut:
“kalo disini ada dakwah ada untung. Kerja kan cari untung. Yangdidahulukan dakwah lalu untung. Buktinya produk yang kita produksiharganya murah”
Selain nilai barokah yang muncul dalam konsep laba, sisi lain jual beli
yang diterapkan Abdillah Bahanan memiliki nilai sosial sehingga konsep laba
tidak kaku yang hanya mengejar keuntungan dunia semata. Namun ada motivasi
hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan
manusia. Perantara dalam kebaikan dengan sesama manusia yaitu adanya saling
memudahkan dalam urusan belajar ilmu agama. Hal ini digambarkan oleh
Abdillah Bahanan bahwa buku yang dijual harganya murah. Informan
membuktikan bahwa harga buku yang dijualnya murah karena adanya unsur
dakwah.
“harga mahal unsur dakwah tidak ada. Logikanya masyarakatmenengah kebawah ndak bisa beli. Karena sebagai umat islam harus
produksi ini karena dakwah itu tadi. Karena pernah pengalaman kerja diluar liat buku-buku islam mahal, maka dari itu saya bikin buku murah,kalo mahal ndak bisa beli”
Ungkapan diatas sejalan dengan hadits bahwa mempermudah dan
bersikap toleran dalam bertransaksi akan mendapatkan rahmat Allah Ta’ala.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
58/125
46
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Rad hiyallahu Anhu , Rasullallah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya “Allah menghormati seseorang yang
bersikap toleran dalam menjual, membeli dan menunaikan kewajiban” (Al-
Bukhari no. 2076).
Beliau tidak cukup dengan menjelaskan, tetapi juga membuktikan
bahwa seorang muslim wajib mempelajari tuntunan shalat. Apabila buku dijual
dengan harga mahal, maka tidak semua kalangan dapat membeli. Sebaliknya,
dengan harga murah dan tetap mendapatkan keuntungan maka semua kalangan
dapat menjangkau untuk membelinya. Menurut informan sebagai umat islam
wajib untuk mempelajari dan melaksanakan ibadah shalat. Salah satu cara
pembelajaran adalah membaca. Informan mengungkapkan secara logika apabila
buku yang dijual harganya mahal maka unsur dakwah tidak ada. Sehingga
masyarakat menengah kebawah tidak dapat membeli dan kesulitan dalam belajar
ibadah shalat melalui buku.
“… contoh buku sifat shalat nabi, sebagai umat islam harusmengetahui dan wajib belajar buku ini. Kalau mahal ndak beli lalu ndak
belajar.”
Dalam jual beli dikenal dengan adanya hutang piutang ketika
seseorang membayar dengan tangguhan hari yang ditetapkan. Adanya hutang
piutang berarti juga adanya kepercayaan yang di bangun oleh satu sama lain,
karena dengan membangun kepercayaan atau kontrak hutang piuatng maka harus
ada catatan untuk mencatat transaksi yang akan dibayar pada jatuh temponya.
Sebagaimana dalam agama islam telah mengaturnya dalam Surat Al-Baqarah ayat
282. Adapun dalam memberi kepercayaan atau seseorang memberi hutang kepada
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
59/125
47
orang lain dapat dilakukan dengan cara pengalaman dan intuisi seorang pedagang
seperti pernyataan yang dilontarkan oleh Mohammad Attuwy (Pedagang Bahan
Kimia),
“… ada orang yang ndak tau mukanya tak utangi. Ada orang dariujung pandang saya ndak tau orangnya ya. Sekali beli kontan kirim, kirimuang. Terus lama-lama dia kebetulan belum ada uang. “Bon dulu boleh”kata si pembeli. Boleh tak kasih.”
Ketika seseorang akan memberi pinjaman kepada orang lain biasanya
ada beberapa kualifikasi tersendiri dalam memutuskannya. Seperti pada umumnya
mencari informasi terlebih dahulu dengan melihat seberapa besar potensi
seseorang dalam membayar hutang tersebut. Namun tidak demikian apa yang
dilakukan Mohammad Attuwy. Kepercayaan yang dibentuk oleh informan kepada
orang yang belum pernah di temui melainkan kepercayaan di bangun melalui
perasaan dan melihat cara orang lain berbicara, sehingga Moh. Attuwy berkata:
“… dari feeling. Dari bicaranya orang oh ini baik. Oh ini bajingan.”
Penentuan seseorang ketika memberi utang kepada orang lain tidak
hanya sebatas pada data informasi yang formal tetapi juga didapat dari perasaan
memahami cara bicara seseorang yang menunjukkan seseorang ini baik atau tidak
baik. Penilaian seseorang dari cara bicara akan diperoleh oleh seorang pedagang
karena juga faktor pengalaman dalam menghadapi pembeli yang beraneka ragam,
sehingga hanya dengan melihat cara bicara, pedagang dapat memutuskan
memberikan hutang atau tidak kepada pembeli.
Konsep laba apabila dikaji secara luas mencakup aspek perhitungan
secara kalkulasi dan aspek non kalkulasi. Karena konsep adalah suatu pembentuk
dasar arah tujuan akan dicapai dan diyakini. Konsep laba dalam pandangan
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
60/125
48
pedagang buku islam, memiliki nilai dakwah dalam mencari keuntungan.
Sehingga keuntungan dalam dakwah yang didahulukan daripada keuntungan dari
segi financial . Dalam dunia praktik, dominasi pola pikiran bisa dilihat, misalnya
pada pedagang bahan kimia. Secara kasat mata keuntungan sebagai hal yang
dihasilkan dari usaha manusia yang tidak terlepas dari ketetapan Allah Ta’ala.
Suatu hal yang pasti bahwa setiap manusia dilahirkan telah ditetapkan rizkinya
oleh Allah Ta’ala dengan cara ikhtiar manusia. Tidak semata-mata rizki itu turun
dengan tidak adanya usaha dari manusia. Adapun Mohammad Attuwy (pedagang
bahan kimia), informan menyatakan bahwa konsep laba yaitu sebagai berikut:
“Untung pasti untung, ndak ada orang kerja ndak untung”“… ya pasti dapet untung pasti, rugi ya pasti”
Ungkapan diatas adalah ungkapan yang memiliki nilai hidup. Nilai hidup yang
tidak dimiliki oleh semua orang. Nilai hidup yang merupakan cerminan jiwa
pedagang ingin terus menerus agar usahanya tetap hidup dengan mendapatkan
keuntungan. Bersandar pada Allah dengan meyakini bahwa keuntungan hal yang
pasti didapat manusia melalui muamalah yang sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Sebagaimana At-Tuwaijiri (2009: 873) menjelaskan keterpautan
mata pencaharian dan rezeki manusia sebagai berikut:
Mata pencaharian dan ladang rezeki berbeda-beda sesuai dengan perbedaan manusia. Pekerjaan terbaik disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu, baik dalam bidang pertanian, industri ataupun bisnissesuai syarat yang disyariatkan.(ensiklopedi islam)
Pernyataan Mohammad Attuwy menggambarkan kepasrahan terhadap
Allah Ta’ala setelah berusaha dalam bekerja. Dan menggambarkan keuntungan
didapat lebih besar apabila nilai suatu barang itu kecil. Sebaliknya barang yang
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
61/125
49
nilainya tinggi akan menghasilkan keuntungan yang sedikit. Sebagaimana
pernyataan informan sebagai berikut:
“makanya kalau kau ndak kerja di kimia ndak tau.., saya ndak kerjadibuku tapi saya tau untung nya buku lebih dari sepuluh persen, betul kan?, orang potongannya dua puluh persen, bersihnya tinggal …., itu rahasiadan rejekinya orang sudah., orang kepingin untunge akeh, yo kerjao koen,lek rejejki mu yo, lek ndak yo ndak. Kau kalo jualan barang yang nilainyarendah.., untungnya banyak, sekarang kalo kau kulak barang harga seribu,kau jual seribu lima ratus, untungnya luma puluh persen, tapi kalo kau beli
barang yang dua ratus ribu, ndak mungkin kau jual empat ratus, tiga ratusndak mungkin, paling dua ratus sepuluh, dua ratus lima belas, jadi kalonilainya barang ini kecil untung nya besar, orang jual mobil, itu untungendak besar, nilai uangnya besar, orang jual benang dibuat sarung ituharganya jutaan, untungnya titik, tapi kalo dia mau beli kayak barang2yang murahan, untungnya lebih banyak. Cobao pigio toko buku, liat, bukuyang harganya tinggi, untunge berapa?, terus yang harganya rendah, yamemang dapetnya uang cilik, tapi untunge berapa persen. Kan bisadihitung,.”
Dan Moh. Attuwy pula meyakini bahwa kerugian adalah hal yang pasti dalam
berdagang. Seolah kerugian merupakan hal yang akan dirasakan oleh semua orang
apabila seseorang itu bekerja. Informan menuturkan kerugian yang akan di alami
oleh seorang pedagang tidak hanya kerugian financial tetapi juga kerugian dalam
hal waktu, tenaga, dan pikiran. Berikut pernyataan dilontarkan oleh informan
tentang permisalan rugi seseorang dalam bekerja:
“Selalu untung tiap hari. Pada suatu saat rugi ditipu orang, barang
rusak, barang kedaluarsa. Semua orang kerja seperti itu. Tapi ada anggaranyang tak terduga. Semua orang hidup ada resikonya. Kerja jasa misalnya,ada juga rugi, jalan ke tempat dia bekerja buang tenaga, rugi tenaga.”
Konsep laba yang dibentuk menurut Mohammad Attuwy mempunyai
alasan tersendiri. Keuntungan adalah suatu hal yang pasti didapat apabila
seseorang menyenangi dan menekuni pekerjaannya. Sesuai dengan pernyataan
yang dilontarkan informan yaitu,
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
62/125
50
“Kerja pasti bisa maju kalau senang dan kalau kerja apapun ditekuni pasti maju. Jika nggak senang tidak akan maju”
Pandangan konsep laba menurut informan meyakini laba adalah hal
yang pasti didapat apabila seseorang menyenangi dan menekuni pekerjaannya.
Sehingga penilaian keuntungan tidak dihitung secara kalkulasi, beliau melihat
secara umum bahwa beliau telah mendapatkan laba dengan melihat hutang
piutang. Sesuai dengan pernyataan informan, yaitu:
“ya tau kan tiap tutup tahun tak liat utang berapa piutang berapa wes pokoknya ndak sampe defisit”
“… kalau saya kan tak lihat, utang saya berapa trus piutang saya berapa dari buku tadi, tak liat sudah hampir klop…”
Informan menyatakan bahwa melihat dengan hutang dan piutang tidak
sampai defisit yang mencerminkan persepsinya atas laba juga dilihat dari
perhitungan hutang piutang. Meskipun informan tidak menyatakan bahwa ada
perhitungan sendiri. Namun pernyataan menurut informan menjelaskan
perhitungan dengan cara melihat dengan seksama hutang dengan piuatng tidak
sampai defisit adalah sebagai laba. Sehingga timbul mengapa yang dilihat hanya
hutang dan piutang. Moh. Attuwy berkata:
“… dapet dari kuliah dulu”
Mengalami perubahan konsep yang terlihat dari kesadaran pedagang yang
diungkapkan secara spontan bahwa ilmu yang didapat dari perkuliahan adalah
seperti itu. Namun dengan adanya ilmu yang didapat dahulu dan sekarang
mengalami perubahan-perubahan. Faktor-faktor yang memicu perubahan dapat di
bentuk dari adanya praktek dan pengalaman serta beraneka ragam aktivitas atau
muamalah dalam proses mendapatkan laba.
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
63/125
51
Nilai barokah dalam berdagang juga terlihat pada pernyataan Abdullah
(pedagang perlengkapan haji):
“orang berdagang ini berkah…”“… ndak ada sebaik-baik kerja seperti orang dagang”
Informan menurunkan nilai berkah dari orang tua yang
mengajarkannya, karena usahanya adalah usaha turunan. Sehingga alasan
informan menyatakan berdagang ini sebaik-baik kerja atas dasar ajaran dari orang
tua informan:
“kata orang tua…”
Apabila di teliti lebih lanjut, bahwa ada ajaran agama islam yang
menunjukkan hasil yang diperoleh dari pekerjaannya sendiri adalah sebaik-baik
perolehan. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Miqdam
Rad hyallahu Anhu , dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam beliau bersabda,
“tidaklah seorang dari kalian memakan yang lebih baik daripada apa yang
didapatkan dari hasil usahanya sendiri. Sesungguhnya Nabi Da wud Alaihisalam,
makan dari hasil usahanya sendiri.” (At-Tuwaijiri, 2009)
Adapula dasar yang menunjukkan bahwa pekerjaan jual beli di
halalkan oleh Allah Ta’ala, karenanya manusia yang melakukan proses
mendapatkan laba melalui salah satu jalan yang dihalalkan oleh Allah Ta’ala.
Yaitu sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 275, firman Allah Ta’ala yang artinya,
“Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (At-Tuwaijiri,
2009)
At-Tuwaijiri (2009: 870) menyebutkan hikmah jual beli sebagai
berikut:
-
8/15/2019 4981_skripsi Fadhli Albugis
64/125
52
“ketika uang, harta dan barang perniagaan tersebar di tangan semuaorang, dan pada sisi lain orang membutuhkan sangat terikat dengan si
pembeli barang, sedangkan dia tidak mungkin memberikannya tanpa adaganti, maka dengan jual beli, tercapailah hajat dan keinginan orang-orangtersebut. Sekiranya jual beli tidak diperbolehkan, niscaya akan mendorongtimbulnya perampasan, perampokan, pencurian, dan pertumpahan darah.”
Prinsip seorang pedagang telah terjadi dari saat proses penurunan atas
orang tua yang memiliki usaha pertama dengan mengajarkan kepada anaknya dan
ketika itu pula konsep laba terkadang tidak berubah sejak turunan dari kebiasaan
orang tua yang mengajarkannya. Penentuan laba yang terkonsep oleh Abdullah
(pedagang perlengkapan haji) adalah apabila tidak sampai terucapnya kata-kata
bohong dalam jual beli serta usahanya adalah bertujuan untuk mencari
keuntungan. Berikut tuturan beliau:
“cuman ya kita kembali ke agama juga, jangan sampai bohongi orang,yang paling ditekankan oleh orang tua itu. Apa yang kamu beli seribu
jangan kamu bilang beli seribu seratus, nanti berkahnya hilang. Tapi kamu beli seribu kamu jual dua ribu, jual seribu lima ratus, jangan kamu bilang belinya gitu aja. Ya gitu aja. Kalau kamu sampai membohongi pembeli,tuhan ndak menurunkan berkah itu.”
“… kalau kita ndak laku, jangan sampai kita berbohong kita jual. Iniseribu seratus padahal belinya Cuma seribu. Jangan sampai terucap gitulo.Walaupun barang itu ndak laku. Sudah kamu pertahankan, berapa ini? (misal kata pembeli). Seribu dua ratus. Ndak iso kurang