4_7fbb24ci.-Martinius-dkk

7
Manggaro, April 2010 Vol.11 No.1:18-24 UJI KONSENTRASI AIR PERASAN RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga (L)SW: Zingiberaceae) TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT REBAH KECAMBAH (Sclerotium rolfsii Sacc.) PADA PERSEMAIAN CABAI Martinius 1 , Yenny Liswarni 1 , Iqbal 2 1 Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis Padang 25163 2 Alumni Fakultas Pertanian Universitas Andalas Kampus Limau Manis Padang 25163 ABSTRACT The research about testing the concentration of galangale rhizome squeeze (Alpinia galanga (L)Sw: Zingiberaceae) against the growth of damping-off disease (Sclerotium rolfsii Sacc.) in chili seedling had been done at Phytopathology laboratory Pest and Disease Departement and screen house Agriculture Faculty Andalas University Limau Manis Padang. from June until August 2009. Its objectives were observing the influence of galangale rhizome squeeze against the growth of damping-off disease and knowing its effective concentration to suppress the damping-off disease in chili seedling. This research used Randomized Block Design (RBD) with 6 treatments and 5 replicates. The treatments were different concentration of galangale rhizome squeeze : 0 % ,4%, 4.5 %, 5 %, 5.5 % and 6 %. The parameters were observed : incubation period, percentage of pre emergence damping-off seedlings, percentage of post emergence damping-off seedlings and the period of seedling being dead. The results were : galangale rhizome squeeze could suppress the growth of damping-off disease caused by Sclerotium rolfsii in chili seedling. The effective concentration was 5.5 % with decreasing effectivity 39.72 % for pre emergence damping-off and 72.32 % for post emergence damping-off Key Words: Damping-off, disease, Sclerotium rolfsii, chili PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu tanaman hortikultura jenis sayur-sayuran yang cukup penting bagi kehidupan manusia. Tanaman ini mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi karena bersifat multiguna diantaranya sebagai penyedap makanan, bahan baku industri makanan jadi, serta sebagai bahan baku obat tradisional (Prajnanta, 1999). Produktivitas tanaman cabai di Sumatera Barat pada tahun 2005 mencapai 2,56 ton/ha per musim tanam, tahun 2006 produktivitas 4,55 ton/ha per musim tanam, dan tahun 2007 produktivitas naik 5,27 ton/ha per musim tanam (Badan Pusat Statistik ,2008) .Produktivitas ini jauh lebih rendah dibandingkan apabila tanaman cabai dipelihara secara intensif, produktivitasnya dapat mencapai 10-18 ton/ha (Prajnanta, 1999). Di dalam pembudidayaan tanaman cabai banyak ditemui berbagai macam kendala diantaranya adalah gangguan dari berbagai penyakit. Beberapa jenis penyakit penting yang berpengaruh pada tanaman cabai diantaranya adalah penyakit rebah kecambah oleh jamur Rhizoctonia solani Kuhn, Phytium spp dan Sclerotium rolfsii Sacc (Hidayat, 2005). Jamur S. rolfsii mampu menyerang tanaman baik pada saat persemaian maupun di lapangan. Penyakit ini mendapatkan perhatian serius karena patogen ini mampu menghasilkan sklerotia yang dapat bertahan hidup dalam tanah, dalam jangka waktu lama yakni 1-3 tahun (Agrios, 1997). Rebah kecambah sering terjadi di persemaian cabai dengan gejala serangan diantaranya terjadinya pembusukkan biji di dalam tanah, atau kematian kecambah sebelum muncul ke permukaan tanah (pre emergence damping-off). Sedangkan jika gejala serangan terjadi pada bagian pangkal batang semai (bibit) muda yang masih lunak menyebabkan pangkal batang menjadi kebasah-basahan, mengerut, sehingga menyebabkan bibit rebah dan mati (post emergence damping-off) (Semangun, 2007). Menurut Sugiharso dan Suseno (1985), penyakit rebah kecambah dapat menyebabkan kerugian sampai 80% pada persemaian cabai. Bahkan apabila keadaan lingkungan cocok untuk perkembangan penyakit ini, kerugian dapat mencapai 100%, sehingga untuk keperluan selanjutnya terpaksa dilakukan penyemaian kembali. Berbagai macam usaha pengendalian terhadap penyakit rebah kecambah telah banyak dilakukan salah satunya dengan menggunakan fungisida sintetis. Namun, penggunaan fungisida sintesis dalam pengendalian penyakit telah mendapat sorotan, dapat menimbulkan berbagai dampak negatif baik terhadap manusia maupun lingkungan (Sinaga, 1989). Untuk menghindari efek samping dari penggunaan fungisida sintesis ini, perlu dikembangkan alternatif pengendalian lain yang tidak memberikan dampak yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Salah satu alternatif lain yang dapat digunakan dalam pengendalian penyakit tanaman yaitu dengan penggunaan fungisida nabati (Utami, 1999). Menurut Kardinan (1999), fungisida nabati yang bahan dasarnya dari tumbuh-tumbuhan sangat menguntungkan karena mudah dibuat, memiliki racun alami yang tinggi, mudah terurai dan

Transcript of 4_7fbb24ci.-Martinius-dkk

Page 1: 4_7fbb24ci.-Martinius-dkk

Manggaro, April 2010 Vol.11 No.1:18-24

UJI KONSENTRASI AIR PERASAN RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga (L)SW: Zingiberaceae)TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT REBAH KECAMBAH (Sclerotium rolfsii Sacc.) PADA

PERSEMAIAN CABAI

Martinius1, Yenny Liswarni1, Iqbal2

1Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas,Kampus Limau Manis Padang 25163

2Alumni Fakultas Pertanian Universitas Andalas Kampus Limau Manis Padang 25163

ABSTRACT

The research about testing the concentration of galangale rhizome squeeze (Alpinia galanga (L)Sw:Zingiberaceae) against the growth of damping-off disease (Sclerotium rolfsii Sacc.) in chili seedling had been doneat Phytopathology laboratory Pest and Disease Departement and screen house Agriculture Faculty AndalasUniversity Limau Manis Padang. from June until August 2009. Its objectives were observing the influence ofgalangale rhizome squeeze against the growth of damping-off disease and knowing its effective concentration tosuppress the damping-off disease in chili seedling. This research used Randomized Block Design (RBD) with 6treatments and 5 replicates. The treatments were different concentration of galangale rhizome squeeze : 0 % ,4%,4.5 %, 5 %, 5.5 % and 6 %. The parameters were observed : incubation period, percentage of pre emergencedamping-off seedlings, percentage of post emergence damping-off seedlings and the period of seedling being dead.The results were : galangale rhizome squeeze could suppress the growth of damping-off disease caused bySclerotium rolfsii in chili seedling. The effective concentration was 5.5 % with decreasing effectivity 39.72 % forpre emergence damping-off and 72.32 % for post emergence damping-off

Key Words: Damping-off, disease, Sclerotium rolfsii, chili

PENDAHULUAN

Tanaman cabai (Capsicum annum L)merupakan salah satu tanaman hortikultura jenissayur-sayuran yang cukup penting bagi kehidupanmanusia. Tanaman ini mempunyai nilai ekonomiyang cukup tinggi karena bersifat multigunadiantaranya sebagai penyedap makanan, bahan bakuindustri makanan jadi, serta sebagai bahan baku obattradisional (Prajnanta, 1999).

Produktivitas tanaman cabai di SumateraBarat pada tahun 2005 mencapai 2,56 ton/ha permusim tanam, tahun 2006 produktivitas 4,55 ton/haper musim tanam, dan tahun 2007 produktivitas naik5,27 ton/ha per musim tanam (Badan Pusat Statistik,2008) .Produktivitas ini jauh lebih rendahdibandingkan apabila tanaman cabai dipelihara secaraintensif, produktivitasnya dapat mencapai 10-18ton/ha (Prajnanta, 1999).

Di dalam pembudidayaan tanaman cabaibanyak ditemui berbagai macam kendala diantaranyaadalah gangguan dari berbagai penyakit. Beberapajenis penyakit penting yang berpengaruh padatanaman cabai diantaranya adalah penyakit rebahkecambah oleh jamur Rhizoctonia solani Kuhn,Phytium spp dan Sclerotium rolfsii Sacc (Hidayat,2005). Jamur S. rolfsii mampu menyerang tanamanbaik pada saat persemaian maupun di lapangan.Penyakit ini mendapatkan perhatian serius karenapatogen ini mampu menghasilkan sklerotia yangdapat bertahan hidup dalam tanah, dalam jangkawaktu lama yakni 1-3 tahun (Agrios, 1997).

Rebah kecambah sering terjadi dipersemaian cabai dengan gejala serangan diantaranyaterjadinya pembusukkan biji di dalam tanah, atau

kematian kecambah sebelum muncul ke permukaantanah (pre emergence damping-off). Sedangkan jikagejala serangan terjadi pada bagian pangkal batangsemai (bibit) muda yang masih lunak menyebabkanpangkal batang menjadi kebasah-basahan, mengerut,sehingga menyebabkan bibit rebah dan mati (postemergence damping-off) (Semangun, 2007).

Menurut Sugiharso dan Suseno (1985),penyakit rebah kecambah dapat menyebabkankerugian sampai 80% pada persemaian cabai. Bahkanapabila keadaan lingkungan cocok untukperkembangan penyakit ini, kerugian dapat mencapai100%, sehingga untuk keperluan selanjutnya terpaksadilakukan penyemaian kembali.

Berbagai macam usaha pengendalianterhadap penyakit rebah kecambah telah banyakdilakukan salah satunya dengan menggunakanfungisida sintetis. Namun, penggunaan fungisidasintesis dalam pengendalian penyakit telah mendapatsorotan, dapat menimbulkan berbagai dampak negatifbaik terhadap manusia maupun lingkungan (Sinaga,1989).

Untuk menghindari efek samping daripenggunaan fungisida sintesis ini, perludikembangkan alternatif pengendalian lain yang tidakmemberikan dampak yang berbahaya bagi manusiadan lingkungan sekitarnya. Salah satu alternatif lainyang dapat digunakan dalam pengendalian penyakittanaman yaitu dengan penggunaan fungisida nabati(Utami, 1999). Menurut Kardinan (1999), fungisidanabati yang bahan dasarnya dari tumbuh-tumbuhansangat menguntungkan karena mudah dibuat,memiliki racun alami yang tinggi, mudah terurai dan

Page 2: 4_7fbb24ci.-Martinius-dkk

Manggaro, April 2010 Vol.11 No.1:18-24 19

tidak berbahaya bagi lingkungan oleh sebab itu baiksekali digunakan sebagai bahan anti jamur.

Salah satu fungisida nabati yang telahdiketahui dapat mengendalikan penyakit yangdisebabkan oleh jamur patogen adalah air perasanrimpang lengkuas. Rimpang lengkuas memilikikandungan lebih kurang 1% minyak atsiri yangterdiri dari metil sinamat 48%, sineol 20-30%,eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen, δ-pinen, galangin,dan lain-lain. Selain itu rimpang lengkuas jugamengandung resin yaitu galangol dan kristalberwarna kuning diantaranya kaemferida, kadinen,heksabidrokardelen hidrat, kuersetin, amilum, danlain-lain (Sinaga, 2009). Senyawa eugenol yangterkandung dalam rimpang lengkuas mempunyaipengaruh yang kuat dalam menghambat pertumbuhandan perkembangan jamur patogen (Manohera,Wahyono dan Sukamto, 1991).

Beberapa hasil penelitian terhadapfungisida nabati yang berasal dari rimpang lengkuasdiantaranya hasil penelitian Paulina (2001) tentanguji konsentrasi air perasan rimpang lengkuas dengankonsentrasi 2% mampu menekan dan menghambatpertumbuhan jamur Alternaria porri penyebabpenyakit bercak ungu pada bawang merah secara invitro. Penelitian Handayani dan Purwoko (2008)tentang uji konsentrasi ekstrak rimpang lengkuasmampu menekan pertumbuhan jamur Fusariummoniliforme dengan konsentrasi yang paling efektif816 mg/l, Aspergillus flavus dengan konsentrasi yangpaling efektif 1.682 mg/l dan Aspergillus nigerdengan konsentrasi yang paling efektif 3.366 mg/l.Penelitian Oktavia (2005) tentang uji konsentrasi airperasan rimpang lengkuas (Alpinia galanga) terhadapjamur S. rolfsii penyebab penyakit busuk pangkalbatang pada cabai mampu menghambat pertumbuhanjamur, dengan konsentrasi yang paling efektif 50 g/lakuades dan persentase tingkat hambatan relatif71,21 % . Meskipun demikian informasi dari hasilpenelitian terhadap jamur S. rolfsii ini baru dilakukansecara in vitro (di laboratorium) dan belumdiaplikasikan di rumah kawat.

Berdasarkan hal tersebut, penulis telahmelaksanakan penelitian dengan judul “UjiKonsentrasi Air Perasan Rimpang Lengkuas (Alpiniagalanga (L)Sw: Zingiberaceae) terhadapPerkembangan Penyakit Rebah Kecambah(Sclerotium rolfsii Sacc.) pada Persemaian Cabai”.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihatpengaruh air perasan rimpang lengkuas terhadapperkembangan penyakit rebah kecambah padapersemaian cabai dan mengetahui konsentrasi airperasan rimpang lengkuas yang efektif dalammenekan penyakit rebah kecambah pada persemaiancabai.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan diLaboratorium Jurusan Hama dan Penyakit

Tumbuhan dan rumah kawat Fakultas PertanianUniversitas Andalas Padang, pada bulan Juni sampaidengan Agustus 2009.

Penelitian menggunakan Rancangan AcakKelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dan 5kelompok. Perlakuan tersebut adalah perbedaankonsentrasi air perasan rimpang lengkuas sebagaiberikut :

A = 0 % (Kontrol)B = 4 %C = 4,5%D = 5%E = 5,5%F = 6%

Data hasil pengamatan dianalisa secara sidikragam dengan Uji F dan dilanjutkan dengan ujilanjutan Duncan’s New Multiple Range Test(DNMRT) pada taraf nyata 5 %.

Bahan inokulum diperoleh dari tanamancabai yang terserang jamur S. rolfsii pada persemaiancabai di daerah Alahan Panjang Kabupaten Solok. Dilaboratorium dilakukan pengisolasian jamur denganmenggunakan teknik ruang lembab (Moist Chamber).Bagian tanaman yang bergejala dibersihkan,kemudian dipotong-potong berukuran lebih kurang 1cm dengan membawa bagian tanaman sehat dansakit. Potongan tanaman dicelupkan ke dalamakuades, alkohol 70% lalu akuades lagi, selanjutnyabagian tanaman ini dimasukkan ke dalam cawan petriyang telah diisi 3 lembar kertas saring yang telahdilembabkan, ditutup lalu diinkubasi selama 48 jam.Setelah miselium tumbuh, dipindahkan lagi ke mediaPDA untuk mendapatkan biakan murni jamur S.rolfsii. Biakan murni diamati ciri makroskopis danmikroskopisnya (Tabel 1).

Secara makroskopis diamati pertumbuhankoloni, warna koloni, struktur koloni, kerapatanmiselia, bentuk sklerotia dan warna sklerotia.Sedangkan secara mikroskopis diamati warna hifadan ada tidaknya septa dan hasil pengamatan tersebutdibandingkan dengan buku Holliday (1980), Streets(1972) dan Fichtner (2009).

Biakan murni jamur S. rolfsii yangdiperoleh, diperbanyak menggunakan medium CMS(Corn Meal Sand) sebanyak 30 buah substrat dalamcampuran 80 gr pasir, 20 gr tepung jagung dan air 50ml. Substrat ini dimasukkan ke dalam kantong plastiktahan panas, dan bagian ujung plastik direkatkandengan cara memanaskan ujung plastik. Substratdisterilkan selama 60 menit pada suhu 121oC didalam otoklaf, kemudian didinginkan, selanjutnyadiinokulasi dengan biakan jamur S. rolfsii yangberumur 7 hari dalam bentuk fungal mat berdiameter1 cm. Substrat ini kemudian diinkubasi selama 10hari pada suhu kamar sebelum diinfestasikankedalam tanah (Pasya, 1997).

Page 3: 4_7fbb24ci.-Martinius-dkk

Manggaro, April 2010 Vol.11 No.1:18-24 20

Tabel 1. Karakteristik biakkan murni jamur S. Rolfsii

No Ciri-ciri Hasil pengamatana. Makroskopis

1. Arah pertumbuhan koloni2. Warna koloni3. Struktur koloni

4. Kerapatan miselia5. Bentuk sklerotia6. Warna sklerotia

Ke atas dan ke sampingPutih bersihLembut dengan kumpulan benangmiselia menyebar rata kesampingRapatBulatPutih sewaktu muda dan berubah coklat setelahtua

b. Mikroskopis1. Warna hifa2. Percabangan hifa3. Ada tidaknya septa

Hyalin/beningBercabang, membentuk sudut < 90o

Bersepta dan punya clamp connection

Bibit tanaman cabai yang terserang yangterdapat pada salah satu perlakuan yang diuji, diambilbagian pangkal batangnya selanjutnya dilakukanpengisolasian jamur dengan menggunakan teknikruang lembab (Moist Chamber). Caranya adalahbagian tanaman yang bergejala dibersihkan dahululalu dipotong-potong berukuran lebih kurang 1 cmdengan membawa bagian tanaman sehat dan sakit.Potongan tanaman dicelupkan ke dalam akuades,alkohol 70% lalu akuades lagi, selanjutnya bagiantanaman ini dimasukkan ke dalam cawan petri yangtelah diisi 3 lembar kertas saring yang telahdilembabkan, ditutup lalu diinkubasi selama 48 jam.Setelah miselium tumbuh, dipindahkan lagi ke mediaPDA untuk mendapatkan biakan murni jamur S.rolfsii.

Benih cabai yang digunakan berasal daricabai varietas lokal, yang diperoleh dari pertanamancabai petani di Kecamatan Kuranji KotamadyaPadang. Benih diambil dari buah tanaman cabai yangbesar, sehat, dan sudah bisa dipanen. Selanjutnyabuah cabai dipotong bagian tengahnya 2/3 bagian lalukulit buah dibelah dan diambil bijinya. Setelah itu bijicabai yang sudah bersih dari plasenta diletakkan diatas kertas koran dan dikering anginkan, untukkemudian disemaikan.

Rimpang lengkuas dicuci terlebih dahulusampai bersih lalu dikeringanginkan dan ditimbangsebanyak (0 gr, 40 gr, 45 gr, 50 gr, 55 gr, 60 gr).Rimpang yang telah ditimbang, kemudian diparut danditumbuk dengan lumpang porselen sampai halus.Setelah dihaluskan maka dicukupkan volumenyasampai 1 liter, kemudian didiamkan selama satu jamlalu disaring.

Daya muncul lapang ditentukan denganmelakukan pengamatan terhadap persentase bibityang muncul pada permukaan tanah (P). MenurutKamil (1979) pengamatan dilakukan mulai dari benihdisemaikan sampai tidak ada lagi benih yangberkecambah (15 hst). Ini bertujuan untukmengetahui apakah benih yang dipakai mampu

muncul atau tumbuh dilapangan dan dipakai dalammenentukan persentase pre-emergence damping –off.

P = %100B

b

Keterangan :P = Daya muncul lapangb = Jumlah bibit yang munculB = Jumlah bibit yang disemai

Setelah dilakukan uji daya muncul lapangdidapatkan hasil 94,5%. Berdasarkan hal tersebutbenih yang dipakai mempunyai kemampuan tumbuhyang baik dan dapat digunakan di lapangan.

Media tumbuh yang digunakan untukpersemaian adalah campuran tanah dan pupukkandang dengan perbandingan 2:1 (v/v). Campuranini dimasukkan kedalam kantong plastik laludisterilkan secara tindalisasi.

Bak kecambah dengan ukuran 40x30x10dicuci bersih kemudian disterilkan dengan alkohol.Cara mensterilkan bak kecambah adalah denganmembasahi kapas dengan alkohol untuk selanjutnyadioleskan sampai rata pada permukaan bak kecambahlalu dibiarkan selama 30 menit. Selanjutnya tiap bakkecambah diisi dengan media tumbuh yang telahsteril sebanyak 5 kg.

Infestasi jamur S.rolfsii dilakukan padamedia tumbuh dalam bak kecambah yang telahdipersiapkan. Pada tiap bak kecambah diinfestasikanjamur S. rolfsii dalam substrat sebanyak 150 g/ bakkecambah, kemudian diaduk sampai homogen.Infestasi pathogen ini dilakukan 7 hari sebelumpenyemaian (Huriaty, 2002).

Air perasan rimpang lengkuas yang telahdisediakan diaplikasikan ke tanah dengan caramenyemprotkan ke tanah sampai keadaan lembabdan basah, dengan volume semprot sebanyak 200 ml.Pemberian ekstrak pertama kali dilakukan sesaatsebelum penyemaian benih, berikutnya 7 hari setelahpenyemaian benih (Kasvia, 2007).

Page 4: 4_7fbb24ci.-Martinius-dkk

Manggaro, April 2010 Vol.11 No.1:18-24 21

Penyemaian dilaksanakan 7 hari setelahinfestasi S. rolfsii. Benih direndam terlebih dahulu didalam natrium hipoklorit (Na4Cl) 1% selama 2 menituntuk sterilisasi permukaan, kemudian dicuci denganakuades steril, selanjutnya ditiriskan.Untuk setiap bakkecambah disemai 50 benih cabai secara merata,dibuat lubang dengan jarak tanam 5x5 cm dankedalaman 0,5 cm. Dimasukkan satu benih tiaplubang, kemudian ditutup dengan tanah.

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman,penyiangan, dan pengendalian terhadap hama.Penyiangan dilakukan jika ada gulma yang tumbuh.Pengendalian hama dilakukan secara mekanis.

Parameter pengamatan dalam penelitian iniadalah: saat muncul gejala pertama, persentase bibitterserang sebelum muncul ke permukaan tanah (Pre-emergence damping –off), persentase bibit yangterserang setelah muncul ke permukaan tanah (Post-emergence damping-off), dan rentang waktu bibitmengalami kematian.

Pengamatan saat munculnya gejala pertamapenyakit rebah kecambah pada tanaman cabaidilakukan setiap hari, dimulai dari hari pertamasetelah semai sampai bibit muncul ke permukaantanah (post emergence damping-off). Gejala seranganditandai dengan terlihatnya gejala busuk danperubahan warna pada pangkal batang atau langsungpatah rebah.

Persentase Pre-emergence damping-off inidapat dihitung berdasarkan jumlah bibit yang munculdiatas permukaan tanah, mulai dari hari pertamasampai hari ke 15 setelah penanaman benih. Angkapersentase dihitung dengan rumus (Kasvia, 2007):

S= )%100(%)100( PA

BA

Keterangan :S = Persentase bibit yang terserang sebelum muncul

kepermukaan tanahA = Jumlah benih yang disemaikanB = Jumlah bibit yang munculP = Daya muncul lapang

Persentase post-emergence damping-offdihitung berdasarkan bibit yang sudah muncul dipersemaian. Pengamatan dilakukan setiap harisampai bibit berumur 30 hari. Angka persentasedihitung dengan rumus :

K = %100N

n

Keterangan :K = Persentase bibit yang terserang setelah muncul

kepermukaan tanahN = jumlah bibit yang munculn = jumlah bibit yang terserang

Rentang waktu bibit mengalami kematianadalah rentang waktu bibit terlihat masih mengalamikematian, dihitung dari hari pertama terlihat adanyakematian bibit sampai tidak terlihat lagi kematianbibit dalam masa pengamatan 30 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Saat Munculnya Gejala PertamaHasil analisis sidik ragam menunjukkan

bahwa perlakuan beberapa konsentrasi air perasanrimpang lengkuas memberikan pengaruh yangberbeda nyata terhadap saat munculnya gejalapertama penyakit rebah kecambah (post emergencedamping-off) yang disebabkan jamur Sclerotiumrolfsii. Nilai rata-rata saat munculnya gejala pertamapada masing-masing perlakuan dapat dilihat padaTabel 2.

Tabel 2. Saat munculnya gejala pertama penyakitrebah kecambah

Perlakuan Saat munculnyagejala pertama (hari)

Efektivitas(%)

F. 6 % 10,80 a 45,94E. 5,5 % 10,40 a 40,54D. 5 % 9,20 b 24,32C. 4,5 % 8,80 b 18,91B. 4 % 8,80 b 18,91A. 0 % 7,40 cKK = 7,93 %Angka-angka pada lajur yang sama dan diikuti hurufyang sama, berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5%menurut uji DNMRT

Dari Tabel 2 tampak bahwa aplikasi airperasan rimpang lengkuas dapat memperlambatmunculnya gejala pertama. Perlakuan F (6%)menunjukkan kemunculan gejala pertama yangpaling lambat yaitu 10,80 hari dengan efektivitas45,94 % yang berbeda nyata dengan perlakuanlainnya tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuanE, sedangkan perlakuan dengan konsentrasi D, C, danB memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyatasesamanya tetapi berbeda nyata dengan perlakuan A.Perlakuan A (0%) menunjukkan kemunculan gejalaserangan pertama yang paling cepat yaitu 7,40 harisetelah semai.

2 Persentase bibit terserang sebelum muncul kepermukaan tanah (Pre-emergence damping-off)

Hasil analisis sidik ragam menunjukkanbahwa perlakuan beberapa konsentrasi air perasanrimpang lengkuas memberikan pengaruh yangberbeda nyata terhadap persentase bibit terserangsebelum muncul ke permukaan tanah. Nilai rata-ratapersentase bibit terserang sebelum muncul kepermukaan tanah pada masing-masing perlakuandapat dilihat pada Tabel 3.

Dari Tabel 3 terlihat bahwa pemberian airperasan rimpang lengkuas dapat menurunkanpersentase bibit terserang sebelum muncul kepermukaan tanah. Perlakuan F (6%) menunjukkanpersentase serangan terendah yaitu 24,90 % denganefektivitas 42,49 % yang berbeda tidak nyata dengan

Page 5: 4_7fbb24ci.-Martinius-dkk

Manggaro, April 2010 Vol.11 No.1:18-24 22

Tabel 3. Persentase bibit terserang sebelummuncul kepermukaan tanah (preemergence damping-off)

Perlakuan Pre emergencedamping-off (%)

Efektivitas(%)

A. 0 % 43,30 a -B. 4 % 32,50 b 24,94C. 4,5 % 26,90 c 37,87D. 5 % 26,50 c 38,79E. 5,5 % 26,10 c 39,72F. 6 % 24,90 c 42,49KK = 8,91 %Angka-angka pada lajur yang sama dan diikuti hurufyang sama, berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5%menurut uji DNMRT

perlakuan E, D dan C tetapi berbeda nyata denganperlakuan B dan A. Perlakuan A (0 %) menunjukkanpersentase serangan pre emergence damping-off yangpaling tinggi yaitu 43,30 % yang berbeda nyatadengan perlakuan lainnya.

3. Persentase bibit terserang setelah muncul kepermukaan tanah (Post emergence damping- off)

Hasil analisis sidik ragam menunjukkanbahwa perlakuan beberapa konsentrasi air perasanrimpang lengkuas memberikan pengaruh yangberbeda nyata terhadap persentase bibit terserangsetelah muncul ke permukaan tanah. Nilai rata-ratapersentase bibit terserang setelah muncul kepermukaan tanah pada masing-masing perlakuandapat dilihat pada Tabel 4.Dari Tabel 4 tampak bahwa pemberian air perasanrimpang lengkuas dapat menurunkan persentase bibitterserang setelah muncul ke permukaan tanah.Perlakuan F (6%) menunjukkan persentase seranganterendah yaitu 10,39 % dengan efektivitas 74,95 %berbeda tidak nyata dengan perlakuan E dan berbedanyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan Eberbeda nyata dengan perlakuan D, C , B dan A.Perlakuan D berbeda tidak nyata dengan C tetapiberbeda nyata dengan B dan A. Perlakuan C berbedatidak nyata dengan B tetapi berbeda nyata denganperlakuan A. Perlakuan A (0 %) menunjukkanpersentase serangan post emergence damping-offyang paling tinggi yaitu 41,47 % sehingga

Tabel 4. Persentase bibit terserang setelah munculkepermukaan tanah (post-emergencedamping-off)

Perlakuan Post emergencedamping-off (%)

Efektivitas(%)

A. 0 % 41,47 a -B. 4 % 16,97 b 59,08C. 4,5 % 16,74 b c 59,64D. 5 % 14,35 c 65,40E. 5,5 % 11,48 d 72,32F. 6 % 10,39 d 74,95KK = 8,91 %Angka-angka pada lajur yang samadan diikuti hurufyang sama berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5%menurut uji DNMRT

menyebabkan persemaian pada perlakuan A lebihjarang dibandingkan dengan perlakuan lainnya .

4. Rentang waktu bibit mengalami kematianHasil analisis sidik ragam menunjukkan

bahwa perlakuan beberapa konsentrasi air perasanrimpang lengkuas memberikan pengaruh yangberbeda nyata terhadap rentang waktu bibitmengalami kematian. Nilai rata-rata rentang waktukematian bibit dari masing-masing perlakuan dapatdilihat pada Tabel 5.

Dari Tabel 5 terlihat bahwa pemberian airperasan rimpang lengkuas dapat memperpendekrentang waktu kematian bibit. Perlakuan F (6 %)menunjukkan rentang waktu kematian bibit yangpaling pendek yaitu 14,80 hari dengan efektivitas32,11 % berbeda tidak nyata dengan perlakuan E danD tetapi berbeda nyata dengan perlakuan C, B dan A.Perlakuan D berbeda tidak nyata dengan perlakuanC dan B tetapi berbeda nyata dengan perlakuan A.Perlakuan A (0 %) menunjukkan rentang waktukematian bibit yang paling panjang yaitu 21,80 hari.

PembahasanBerdasarkan hasil pengamatan terhadap saat

munculnya gejala pertama (Tabel 2), menunjukkanbahwa semua perlakuan yang menggunakan airperasan rimpang lengkuas berbeda nyata denganperlakuan yang tidak diberi air perasan rimpanglengkuas (kontrol). Hal ini menunjukkan bahwapemberian air perasan rimpang lengkuas mampumemperlambat munculnya gejala pertama

Tabel 5. Rentang waktu bibit mengalami kematian pada persemaian cabai yang terserang penyakit rebah kecambah

Perlakuan Rentang waktu kematian bibit (hari) Efektivitas (%)A. 0 % 21,80 (7,40-29.20) a -B. 4 % 18,40 (8,80-27.20) b 59,08C. 4,5 % 18,00 (8,80-26.80) b 59,64D. 5 % 16,60 (9,20-25.80) b c 65,40E. 5,5 % 15,40 (10,40-25.80) c 72,32F. 6 % 14,80 (10,80-25.60) c 74,95KK = 11,18 %Angka-angka pada lajur yang sama dan diikuti huruf yang sama, berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5% menurutuji DNMRT

Page 6: 4_7fbb24ci.-Martinius-dkk

Manggaro, April 2010 Vol.11 No.1:18-24 23

dibandingkan perlakuan kontrol pada persemaiancabai. Hal ini diduga karena rimpang lengkuasmengandung senyawa antifungal yang dapatmenghambat pertumbuhan dan perkembangan jamur.Air perasan rimpang lengkuas pertama kali diberikansesaat sebelum benih disemaikan. Perlakuan inimenyebabkan terhambatnya pertumbuhan jamurSclerotium rolfsii yang telah diinfestasikan satuminggu sebelumnya. Akibatnya jamur membutuhkanwaktu yang lebih lama untuk menginfeksi bibit cabai,sehingga menyebabkan terjadinya perlambatanmunculnya gejala pertama. Sebaliknya padaperlakuan yang tidak diberi air perasan rimpanglengkuas (kontrol) jamur S. rolfsii dapat tumbuhtanpa adanya hambatan dan mampu lebih cepatmenginfeksi bibit, sehingga munculnya gejalapertama lebih cepat. Hal ini sesuai dengan pendapatKurnia (2007), yang menyatakan bahwa lengkuasmemiliki aktivitas antimikroba. Sifat antimikroba inidiantaranya fungisidal (membunuh jamur) danfungistatik (menghambat pertumbuhan jamur).Komponen lengkuas yang mempunyai aktivitasantimikroba terutama minyak atsiri.

Hasil pengamatan terhadap persentase preemergence damping-off dan post emergencedamping-off (Tabel 3 dan Tabel 4) pada masing-masing perlakuan menunjukkan hasil yang berbedanyata dengan perlakuan yang tidak diberi air perasanrimpang lengkuas (kontrol). Hal ini menunjukkanbahwa pemberian air perasan rimpang lengkuasmampu menekan persentase pre emergence damping-off dan post emergence damping-off. Jamur S. rolfsiiyang telah menginfeksi kecambah atau bibit cabai(gejala pertama) akan tumbuh dan memperluasserangannya ke bibit yang lainnya, sehinggamenyebabkan bertambahnya jumlah bibit yangterserang. Pemberian air perasan rimpang lengkuasyang kedua (7 hari setelah yang pertama) dapatmenghambat perluasan serangan jamur S. rolfsii,sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah bibityang terinfeksi. Terhambatnya perluasan seranganjamur S. rolfsii sebagai akibat dari aktivitas zatantifungal yang terdapat dalam air perasan rimpanglengkuas yang menghambat pertumbuhan jamur.Sesuai dengan penelitian Oktavia (2005) bahwa airperasan rimpang lengkuas dapat menekan luas kolonijamur S. rolfsii.

Berdasarkan hasil pengamatan rentangwaktu bibit mengalami kematian (Tabel 5), masing-masing perlakuan air perasan rimpang lengkuas jugamenunjukkan hasil yang berbeda nyata denganperlakuan yang tidak diberi air perasan rimpanglengkuas (kontrol). Hal ini menunjukkan bahwapemberian air perasan rimpang lengkuas mampumemperpendek rentang waktu bibit mengalamikematian dibandingkan dengan yang tidak diberiperlakuan (kontrol). Pada perlakuan yang tidak diberiair perasan rimpang lengkuas (kontrol) rentang waktubibit mengalami kematian lebih panjang (21,80 hari)yang dimulai dari bibit berumur 7 hari sampai denganbibit berumur 29 hari, bibit masih mengalamikematian. Hal ini berkaitan dengan persentase bibit

yang terserang pada saat post emergence damping offdan perkembangan gejala pada bibit yang sudahterinfeksi jamur S. rolfsii. Pada kontrol persentasebibit yang terserang (post emergence damping off)lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal inidisebabkan karena tidak adanya senyawa yangmenghambat pertumbuhan jamur S. rolfsii pada bibittersebut, sehingga rentang waktu bibit mengalamikematian semakin panjang. Sebaliknya padaperlakuan yang diberikan air perasan rimpanglengkuas terjadi penghambatan pertumbuhan jamur S.rolfsii yang mengakibatkan rentang waktu bibitmengalami kematian semakin pendek.

Berdasarkan hasil pengamatan saat munculgejala pertama (Tabel 2), bibit terserang sebelummuncul kepermukaan tanah (pre emergencedamping-off) (Tabel 3), bibit terserang setelahmuncul kepermukaan tanah (post emergencedamping-off) (Tabel 4), maupun rentang waktu bibitmengalami kematian (Tabel 5) tampak bahwa airperasan rimpang lengkuas dapat mengendalikanpenyakit rebah kecambah yang disebabkan olehjamur S. rolfsii. Terlihat kecenderungan semakintinggi konsentrasi air perasan rimpang lengkuas yangdigunakan semakin meningkat efektivitasnya dalammenghambat pertumbuhan jamur (dimulai darikonsentrasi 4 % sampai dengan konsentrasi 6 %). Halini disebabkan semakin tinggi konsentrasi yangdigunakan semakin bertambah jumlah kandungansenyawa air perasan rimpang lengkuas yang bersifatantifungal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telahdilakukan dapat disimpulkan bahwa air perasanrimpang lengkuas dapat menekan perkembanganpenyakit rebah kecambah yang disebabkan olehjamur Sclerotium rolfsii pada persemaian cabai dankonsentrasi yang efektif adalah 5,5 % denganefektivitas penurunan persentase pre-emergencedamping off dan post- emergence damping offmasing-masing 39,72 % dan 72,32 %.

Disarankan untuk melakukan penelitianlanjutan tentang pengujian air perasan rimpanglengkuas terhadap serangan jamur S. rolfsii dilapangan sampai tanaman panen.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios GN. 2005. Plant Pathology. Fifth Edition.New York: Academic Press. 922 hal.

Badan Pusat Statistik. 2008. Sumatera Barat DalamAngka Tahun 2008. Padang.

Fichtner EJ. 2009. Sclerotium rolfsii :’Kudzu of theFungal World’. Retrive athttp:/www.cals.ncsu.edu.sclerotium rolfsiisacc:’Kudzu of the Fungal World’. [22 Maret2009]

Page 7: 4_7fbb24ci.-Martinius-dkk

Manggaro, April 2010 Vol.11 No.1:18-24 24

Handayani NS, dan Purwoko C.. 2008. AktivitasEkstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga)terhadap Pertumbuhan Jamur Aspergillus spp.Penghasil Aflatoksin dan Fusariummoniliforme. Retrive athttp://www.unsjournals.com/D/D90301.pdf. [3April 2009]

Hidayat HS. 2005. Penyakit Virus Kuning PadaCabai: Penyebab Penyakit dan CaraPengendaliannya. Disampaikan padaWorkshop Penanganan Virus Kuning danVektornya, Padang, 7-8 April 2005. 5 hal.

Holliday P. 1980. Fungus Desease of Tropical Crop.Melbourne. Sydney: Cambridge UniversityPress. 607 hal.

Huriaty. 2002. Uji Efektifitas Ekstrak Dari BeberapaJenis Daun Tanaman Terhadap PerkembanganPenyakit Antraknosa Disebabkan JamurColletotrichum capsici (Syd). Bult. Et BisbyPada Buah Cabai Pasca Panen. SkripsiFakultas Pertanian. Universitas Andalas.Padang.

Kardinan A. 1999. Pestisida Nabati Ramuan danAplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kasvia N. 2007. Efektifitas Fungisida Alami danFungisida Sintetik Untuk MengendalikanPenyakit Rebah Kecambah (Sclerotium rolfsiiSacc) Pada Bibit Cabai (Capsicum annum L0.Skripsi Fakultas Pertanian UniversitasAndalas. Padang. 30 hal.

Kamil J. 1979. Teknologi Benih I. Padang: AngkasaRaya. 227 hal.

Manohera D, Wahyono D, dan Sukamto. 1991.Pengaruh Tepung Minyak Cengkeh TerhadapPythium debaranum Hesse Penyebab PenyakitRebah Kecambah pada Tanah PersemaianTomat. Prosiding Seminar Hasil Penelitiandalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati.Bogor. Hal 19-26.

Oktavia I. 2005. Uji Konsentrasi Air PerasanRimpang Lengkuas (Alpinia galangal (L)Sw.)Terhadap Jamur Sclerotium rolfsii PenyebabBusuk Batang Pada Cabai Di Laboratorium.Skripsi Fakultas Pertanian UniversitasAndalas. Padang. 36 hal.

Pasya I. 1997. Pengaruh Pemberian Daun SeraiWangi Terhadap Pengendalian PenyakitRebah Kecambah yang Disebabkan olehSclerotium rolfsii Sacc. Pada PersemaianCabai. Skripsi Fakultas Pertanian UniversitasAndalas Padang. 42 hal.

Paulina UWS. 2001. Uji Konsentrasi Air PerasanRimpang Lengkuas (Alpinia galanga)Terhadap Jamur Alternaria porri PenyebabBercak Ungu Pada Bawang Merah Secara InVitro. Skripsi Fakultas Pertanian UniversitasAndalas. Padang. 43 hal.

Prajnanta F. 1999. Agribisnis Cabai Hibrida.Jakarta: Penebar Swadaya. 162 hal.

Semangun H. 2007. Penyakit TanamanHortikultura di Indonesia. Yogyakarta:Gajah Mada Univ. Press. 754 hal.

Sinaga MS. 1989. Potensi Gliocladium spp SebagaiAgen Hayati Beberapa Jamur Patogenik yangBersifat Soil Born. Fakultas Pertanian JurusanHama dan Penyakit Tumbuhan . IPB. Bogor.75 hal.

Streets RB. 1972. The Diagnosis of plant diseases.Tucson Arizona: The University of ArizonaPress. 262 hal.

Sugiharso dan Suseno R. 1985. Penuntun PraktikumPenyakit Tumbuhan I (Simtomatologi).Departemen Ilmu Hama dan PenyakitTumbuhan. IPB. Bogor. 97 hal.

Utami. 1999. Pestisida Nabati Perangi Hama danPenyakit Dalam Trubus No. 358. EdisiSeptember. Jakarta. Hal 36-37.