45029831-Autopsi-forensik

download 45029831-Autopsi-forensik

of 79

Transcript of 45029831-Autopsi-forensik

: Autopsi

AUTOPSI FORENSIK

Pembimbing Dr. Ferryal Basbeth, Sp.F

Disusun Oleh : 1. Arief Rachman S ( FK TRISAKTI ) 2. Dinny A. Zailani ( FK UKRIDA ) 3. Andre Nurjayanto ( FK UNTAR ) 4. Nofiyanty Nicolas ( FK UNTAR ) 5. Fitriawati ( FK UKRIDA ) 6. Rita Widya ( FK YARSI ) 7. Hestin ( FK UNTAR ) 8. Hendry Pramudianto ( FK UNTAR )

9. M. Nur Kholid ( FK TRISAKTI )10. Agustine ( FK UKRIDA )

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL KEPANITERAAN KLINIK FKS 2 PERIODE 17 JULI 19 AGUSTUS 2006 RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA 2006

AUTOPSI FORENSIK

TIPE OTOPSIBerdasar konvensi medik dan system legal dari Negara-negara, secara umum ada 2 tipe autopsi yaitu : 1) Kematian non kriminal seperti kecelakaan, bunuh diri, kematian karena bencana alam atau yang berhubungan medis dan operasi, kematian industri dan lain-lain 2) Otopsi forensik untuk suspek pembunuhan, biasanya pada investigasi polisi, kematian ini terdiri dari pembunuhan , pembunuhan orang dewasa, pembunuhan bayi dan kategari lain dari berbagai macam hukum yang berbeda.

Tipe ahli patologi berbeda kategorinya dari suatu tempat dengan tempat lain dalam sistem yang berbeda. Yang terpenting adalah ahli patologi harus dilatih dan berpengalaman. Beberapa negara dibedakan praktisi forensik patologi dengan orang yang mengajar di Universitas sehingga

tidak mudah untuk menjadi pengajar yang baik dan dapat dipercaya kecuali jika praktek langsung pada subjek. Medikolegal otopsi oleh dokter tidak terlatih tidak menguntungkan . sangat penting untuk mendukung berjalannya hukum dan adminisdtrasi keadilan.

PROSEDUR OTOPSI Banyak aspek dari autopsi pada setiap kematian, hal ini akan dibahas berdasarkan semua hal yang bermakna dari barang.

Tujuan dari Sebuah Otopsi : a. Membuat identifikasi dari tubuh memperkirakan ukuran, fisik dan perawatan b. Menetapkan sebab kematian c. Menetapkan cara kematian dan waktu kematian yang penting dan mungkin d. Untuk mendemonstrasikan segala kelaian luar dan dalam, malformasi dan penyakit e. Mendeteksi, menggambarkan dan mengukur luka luar dan luka dalam f. Mendapatkan sampel untuk analisis, pemeriksaan mikrobiologi dan histologi dan infestigasi penting lainnya g. Menahan organ dan jaringan yang relevan sebagai bukti h. Mendapatkan foto dan video untuk keterangan dan pendidikan i. j. k. Menyediakan laporan tertulis yang lengkap untuk temuan otopsi Memberikan interpretasi ahli terhadap semua yang ditemukan Memperbaiki kondidi tubuh, sebelum diberikan kepada keluarga.

Persiapan Otopsi Otorisai dan Izin Ahli patologi tidak boleh memulai penyelidikan sampai memenuhi otoritas.pengantar otoritasnya bervariasi di suatu tempat dengan tempat lain, mungkin dalam bentuk dokumen tertulis, kata-kata atau pesan telepon atau peraturan tidak tertulis. Apabila ada 2 instansi kepegawaian yang

terlibat, maka harus jelas siapa yang berhak untuk otopsi. Contoh di Inggris dan negara jajahannya polisi yang meminta pemeriksaan ahli patologi, tetapi yang mempunyai hak preogatif adalah penyidik. Pada insiden yang serius polisi meminta saran dari kepala polisi untuk memilih ahli patologi, tetapi keputusan akhir ditangan penyidik . Pada keadaan awal didalam sebuah medikolegal otopsi biasanya tidak diperiksa izin otopsi, tetapi untuk sopan santun sebaiknya keluarga diberitahu kecuali untuk kasus yang mendesak. Dibanyak kasus keluarga dapat hadir pada saat identifikasi pada waktu pemeriksaan. Ahli patologi harus memperhatikan tentang pelaksanaan otopsi yang otoritas dan perizinannya tidak jelas.

Seringkali terjadi dokumen tentang riwayat kematian di Rumah Sakit didapatkan tetapi terlambat dilaporkan untuk medikolegal investigasi. Ahli patologis tidak harus melakukan pemeriksaan sampai ada perintah otopsi dari petugas (mungkin petugas ingin menggunakan ahli patologi lain) jika sudah ditetapkan oleh petugas maka surat penugasannya menjadi berlaku.

Izin untuk menahan bahan otopsi(sampel cairan sampai seluruh tubuh) dalam kasus medikolegal diperiksa otoritasnya. Aspek legal penyimpanan jaringan dan organ organ berbeda=neda di setiap negara, jadi ahli patologi harus memahami peraturan setempat.

Lembaga legislatif yang mengatur penyidikan di Inggris, tidak hanya diizinkan tapi malah diwajibkan bagi ahli patologis untuk mengambil jaringan yang mungkin dapat membantuk penyidikan selanjutnya pada kematian.

Bagaimanapun juga penyidik (atau pengawas fiskal di Scotlandia) hanya mempunyai kekuasaan terbatas untuk melarang penggunaan organ untuk kepentingan investigasi kematian dan tidak dapat memberi izin penggunaan jaringan dan organ untuk transpaltasi, untuk pendidikan dan penelitian. Izin harus didapatkan dari keluarga jika penyidik tidak dapat memberikan izin berdasarkan Human Tissue Act 1996

Siapa yang Hadir pada Otopsi Disetiap negara atau negara bagian mempunyai peraturan untuk mengatur pemeriksaan medikolegal.

Seringkali keluarga dari orang yang meninggal atau tertuduh harus diberi tahu empat dan waktu otopsi sehingga mereka bisa diwakili oleh pengacara atau dokter yang bertindak untuk kepentingan mereka. Dibeberapa hukum termasuk Inggris, tidak ada yang secara khusus melarang keluarganya menghadirkan orang dan ahli untuk hadir. Ahli patologi dapat menolak melakukan otopsi jika keberatan atas kehadiran mereka.

Izin boleh diberikan penyidik , pemeriksa medik, atau yang setara dengan otopsi legal.Ahli patologi harus memberikan penghargaan yang baik kepada patnernya serta memberikan fasilitas demikian juga sebaliknya.

Yang terlibat biasanya petugas atau petugas departemen yang meminta otopsi seperti penyidik, hakim, jaksa, polisi juga hadir. Jika hal itu diduga sebagai kejahatan atau kematian yang mencurigakan. Dokter, mahasiswa juga diijinkan hadir tergantung permintaan komisi pemeriksa. Jika kematian terjadi pada saat dalam perawatan secara medik maka pelaksanaannya diserahkan kebebasan kepada dokter untuk hadir dan memberikan yang diketahuinya sebaik mungkin.

Pada kasus kriminal atau kasus tersangka, ahli patologis harus membatasi jumlah orang yang hadir, bukan hanya beresiko untuk kehilangan barang bukti juga membuat kamar mayat penuh sesak, ini menghambat gerakan menyebabkan gangguan. Ditambah lagi resiko infeksi dan kontaminasi khususnya HIV dan infeksi Hepatitis B. Tidak seorangpun bahkan pegawai senior kepolisian sekalipun terlibat langsung dalam investigasi. Dengan meningkatnya keahlian dan kompleksnya prosedur forensik dan polisi, banyak orang yang berada dikamar mayat ditambah dengan kamera, video perekam dan lain-lain sampai tidak ada ruang untuk ahli patologi untuk

bergerak.

Bagaimanapun juga kehadiran pada saat otopsi kematian krimiinal atau tersangka harus seizimn ahli patologi berdasarkan laporan otopsi.

Pemeriksaan Tempat Kematian Pada bunuh diri, dugaan bunuh diri atau kasus yang tidak jelas, ahli patologi harus melihat ketempat kejadian sebelum korban dipindahkan.

Dokter ahli patologi forensik harus datang bersama dengan polisi ketempat kematian. Tugas ini telah diatur menjadi bagian dari kontrak pelayanan ahli patologi untuk selalu menyediakan waktu dan terlibat dalam upaya membantu polisi.Di Inggris dan negara jajahannya ada kantor ahli patologi dan dapat dipanggil ketempat kejadian. Di beberapa hukum lai seperti pemeriksaan medik Amerika dan Eropa serta Institusi kedokteran Forensik Universitas biasanya tugas sudah diatur sebelum nya untuk menghadiri tempat kematian.fungsi pemeriksaan ahli paqtologi forensik ditempat kematian untuk memperkirakan lingkungan, dan daerah sekitar serta posisi, kondisi tubuh. Sehingga dapat cepat ditemukan tanda kecelakaan bunuh diri bahkan penyebab alami sehingga dapat menghemat biaya.

Ahli patologi harus selalu siap dengan perlengkapannya untuk dibawa ke tempat investigasi . peralatan ini mungkin dibawa jika ada otopsi diluar yang fasilitasnya tidak tersedia. Kebanyakan ahli patologi Forensik membawa murde bag sesuai dengan pengalamannya memilih peralatan.

Peralatannya adalah : 1) Apron tahan air dan sarung tangan

2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)

Termometer, semprit dan jarum, swab steril. Alat bedah termasuk gergaji Jarum dan benang untuk menutup tubuh Swab dan tempat darah dan cairan tubuh Botol-botol formalin untuk sampel Histologi Kantong-kantong plastik, amplop, kertas, pena dan pensil Kamera tangan, senter, tape perekam kecil Kamera bisanya lensa 35mm dengan lampunya, video kompak ,video kamera, kamera video biasa dapat memperlihatkan ulang kejadian secara instan

Termometer air raksa yang panjang dapat mengukur suhu dari 00sampai 500 C atau yang lebih moderen termometer elektrik. Dinegara berkembang diharapkan tersedia fasilitas kamar mayat yang baik di Rumah Sakit atau dikantor kepolisian, patologi kriminal yang ahli, tempat spesimen dan lain-lain.

Dinegara berkembang dan daerah lainnya diberbagai negara, ahli patologi sebenarnya melakukan sekaligus investigasi dan autopsi. Dikotak medik ahli patologi forensik yang berpengalaman selalu ada baju khusus, sepatu boot, jas hujan dan siap dibawa jika ada panggilan.

Pada tempat kematian ahli patologi bertindak berdasarkan fakta disekeliling, serta apa yang didapat dari polisi ataupun ahli forensik pembantu. sebagai contoh di inggris beberapa tim bertemu pada tempat kejadian untuk mengumpulkan jejak bukti. Ahli laboratorium forensik terdekat sering hadir bersama polisi begitu juga petugas sidik jari dan petugas investigasi kriminal.

Ahli patologis harus mengumpulkan buktinya sendiri, tetapi perlu diingat keterbatasan keahliannya.

Ahli patologis harus menerima intriksi dati petugas yang bersangkutan yang berada dekat dengan korban.

Dokter tidak harus menyentuh benda-benda yang penting dan tidak merokok atau meninggalkan objek atau serpihan-serpihan. Sebagai tambahan kunjungan pada tempat kriminal diberikan pakaian disposibel dan sepatu untuk digunakan, sehingga serat, rambut, dan lain-lain tadak terdapat di tempat kejadian.

Jika dokter forensik bertindak sebagai ahli petologi dan klionis medikolegal atau polisi ahli bedah harus mengganti pakaian yang dikenakan dengan yang baru untuk perlindungan badan dan untuk menghindari pindahnya barang bukti dari tempat kejadian seprti serat atau rambut dari korban.

Ahli patologis mencatat posisi tubuh sketsa atau foto-foto yang kadang-kadang berguna. Beberapa ahli patologis menggunakan polaroid atau video kamera untuk perekaman secara instan di tempat kematian.

Pada kasus kematian yang nyata, harus diobservasi. Genangan atau percikan darah harus dicatat hubungannya dengan posisi tubuh. Ukuran percikan harus diamati, batas darah yang tertingal pada permukaan dilingkari.

Jetika fotografi dimbil dari tubuh dari posisi yang sebenarnya. Patologi bersama dengan

penyidik mendekat dan memeriksa. Pada akhir pemeriksaan perabaan kulit untuk mengukur temperatur. Mata, leher, dan tangan diperiksa bila perlu, pakaian secara perlahan dipindahkan untuk melihat tenggorokan dan dada atas. Penemuan lain yang relevan harus difoto oleh polisi sebelum terjadi kerusakan.

Jika ahli forensik di tempat kejadian meminta sampel maka harus diberikan. Mereka mungkin akan meminta sampel pada badan untuk melihat apakah ada yang menempel pada kulit dan pakaian untuk mendapatkan rambut yang rontok. Tubuh dipindahkan untuk melihat bagaian sisi dan bawahnya, sekaligus harus berhati-hati agar bukti tidak rusak. Tidak ada peraturan yang baku tergantung pada tiap-tiap kasus.

PERKIRAAN SAAT KEMATIAN Paragraf terakhir diatas menunjukkan bagaimana perkiraan saat kematian.

Permasalahannya didiskusikan pada bagian III, tetapi masih terdapat kepentingan yang menunjukkan hubungan antara kegiataan yang dilakukan ahli autopsi tentang cara kematiannya.

Secara umum tangan dan wajah dapat ditentukan hangat atau dingin dengan perabaan dan dengan melihat adanya kaku mayat yang dapat coba dilakukan pada alat gerak. Pengukuran suhu harus dilakukan secepatnya setelah korban ditemukan, hal ini berguna untuk mengantisipasi perubahan dimana biasanya polisi tiba di tempat kejadian lebih awal daripada ahli autopsi. Pengukuran suhu selain diambil dari bagian yang paling dekat dengan korban juga harus diambil suhu lingkungan disekitar korban, seperti didalam gedung ataupun ruangan. Sehingga dapat diketahui hal-hal apa yang menyebabkan perubahan yang dapat terjadi, seperti adanya pintu atau jendela yang terbuka, ada tidaknya perapian, dan penghangat ruangan. Jadi dapat disimpulkan halhal yang dapat mempengaruhi pengukuran suhu tersebut. Pengukuran suhu rektal pada saat investigasi, seperti yang disetujui pada beberapa teks-book ternyata masih kontroversi.

Saat terjadinya kematian, korban yang ditemukan tanpa busana, biasanya tampak secara langsung. Hal ini beresiko terkontaminasinya rectum dan perineum, dengan ditemukan cairan

semen, dari sekitar anus sampai rektum dapat diambil kesimpulan dengan mengambil swab terhadap cairan semen untuk mengurangi keraguan. Seperti pada banyak kasus kekerasan kriminal baik pada kasus seksual, maupun homoseksual, pengukuran suhu rektal terhadap korban yang ditemukan secara praktis harus dilampirkan hanya jika ahli forensik atau polisi yang menangani membutuhkannya sebagai tambah bukti tambahan selain dari pakaian, swab vulva, vagina, anus, dan lain-lain. Selain itu dapat juga digunakan tanpa menampilkan atau tanpa adanya data pengukuran suhu rektal.

Dengan kata lain, perlu diperhitungkan keuntungan dan kerugian dari analisis terjadinya kematian tersebut. Sehingga kita dapat menyimpulkan apabila pengukuran suhu rektal tersebut sulit dilakukan atau hanya sedikit berpotensi memberikan keuntungan ketika dilakukan pengukuran suhu pada lingkungan sekitar.Jika proses autopsi tidak langsung dilakukan atau harus menunggu beberapa jam, karena tidak tersedianya fasilitas atau keterlambatan transportasi, seharusnya proses autopsi harus segera dilakukan beberapa saat setelah terjadinya kematian sehingga pengukuran suhu dapat diambil secara tepat.

Alternatif lain yang dapat digunakan yaitu dengan mengukur suhu ditempat lain, kecuali rektum. Pengukuran axilla dan mulut juga dapat memberikan informasi, namun tidak secara tepat karena pengaruh dari suhu sekitar. Lebih bermanfaat dengan mengukur suhu dengan thermometer yang diletakkan pada saluran pendengaran atau dengan probe yang dimasukkan ke dalam saluran tersebut sedalam mungkin sehingga dapat diketahui suhunya.

Ketika seorang ahli autopsi telah melakukan pemeriksaan semaksimal mungkin, tugas selanjutnya adalah memastikan bahwa korban dipindahkan ke kamar jenazah. Ahli autopsi harus mengontrol sendiri pemindahan korban ke kamar jenazah , atau memberikan tugas tersebut kepada seseorang yang telah dipercaya. Korban harus dibungkus plastik, ditutup dengan plester dari kaki sampai kepala.

Tubuh korban harus diletakkan dalam plastik secara hati-hati, diplester, plastik tersebut luasnya lebih kurang 2 meter. Benda-benda yang ada didekat korban, rambut dan serat kain yang

melekat pada tubuh korban atau pakaian korban dibungkus terpisah. Bungkusan-bungkusan tersebut dibawa oleh ahli autopsi setelah korban dipindah ke kamar jenazah . selanjutnya pengawasan diserahkan kepada polisi atau agen lain yang berwenang. Tubuh korban di dalam plastik diletakkan diatas fiber glass yang kaku dan dibawa dengan mobil polisi ke kamar jenazah yang telah ditentukan.

Kerusakkan fisik selama pengiriman tersebut harus dibuat seminimal mungkin walau sulit dilakukan. Pada tubuh korban yang terbakar mungkin akan mengalami kerusakkan selama proses ini. Kerusakkan ini diperparah oleh proses kebakaran itu sendiri, air, debris-debris yang melekat pada korban. Penulis mempunyai pengalaman menyaksikan ketika seorang petugas pemadam kebakaran melewati begitu saja dua tubuh yang terbakar sebelum akhirnya dia menyadari bahwa terdapat korban terkubur dibawah furniture yang terbakar. Potonganpotongan tubuh yang ditemukan dapat digunakan sebagai petunjuk apa yang terjadi sebelum kematian ( lihat bab XII ).

Kesimpulannya, ahli autopsi dalam menangani kematian yang mencurigakan adalah untuk mengobservasi situasi yang ada, mengumpulkan fakta-fakta, mengawasi pemindahan korban ke kamar jenazah dan memberikan pendapat berdasarkan pengalamannya mengenai sebab mati yang mungkin terjadi pada korban. Meskipun demikian ahli autopsi tidak boleh bertindak seperti Sherlock Holmes, yang memberikan pendapat, teori yang tidak berdasarkan fakta atau keilmuannya. Ahli autopsi merupakan bagian dari suatu tim yang ahli dibidang masing-masing yang harus bekerjasama, berkoordinasi sehingga hasil terbaik dapat dibuat.

BARANG-BARANG, PAKAIAN DAN IDENTIFIKASI

Peranan seorang ahli autopsi berada pada saat terjadinya kematian dirasa perlu, dimana ia dapat menilai suasana sekitar meliputi pakaian yang dikenakan dan bagian tubuh lainnya saat proses autopsi. Hal ini tidak hanya berlaku pada setiap kasus kriminal atau pada kasus kematian yang tidak wajar tetapi juga bermanfaat pada banyak kasus kecelakaan lalu lintas, kecelakaan industri, jatuh dari ketinggian, tenggelam, dan lain-lain.

Dalam hal ini tidak akan ada kesempatan untuk menemukan pakaian setelah dibawa kekamar jenazah. Jika kematian terjadi di rumah sakit atau karena kecelakaan, pakaian mungkin dibuang sebelum dipindahkan ke kamar jenazah. Ahli autopsi seharusnya selalu meminta permintaan terhadap korban kecelakaan lalu lintas atau lainnya dimana trauma ditetapkan sebagai sebagai kasus kematian. Jadi seharusnya korban dibawa ke kamar jenazah dengan pakaian yang seharusnya tidak dilepaskan oleh polisi / perawat terlebih dahulu, walaupun korban masih hidup saat tiba di rumah sakit dan pelepasan pakaian tersebut dilakukan sebelum usaha penyadaran atau pengobatan. Yang terbaik kedua adalah adalah saat pakaian dilepaskan seharusnya ketika korban berada di ruang jenazah jadi dapat diperiksa jika pada saat pemeriksaan, ditemui kerusakkan, noda ataupun bukti lainnya. Sayangnya, pakaian korban tersebut biasanya sudah dilepaskan atau di rusak sebelum di periksa / di lihat.

Petugas kamar jenazah sebaiknya dilatih / diberi bimbingan untuk mengenali serta menghargai hak milik korban sebagai bukti yang penting. Dan sistem tersebut seharusnya dibangun untuk mempertahankan identifikasi dan menyimpang baik dari aspek pembuktian dan untuk keamanan yang bernilai. Isi dari kantong, dokumen, kunci dan barang lainnya sebagai alat pembantu identifikasi. Bagaimanapun juga tugas utama polisi, ahli autopsi yang berperan terkait pada bidang yang ada. Jenis pakaian, model, bahan, warna dan semua label sangat membantu proses identifikasi.

Dalam kematian akibat trauma, luka yang terdapat pada tubuh korban seharusnya sesuai dengan kerusakkan yang terdapat di pakaian, juga dibandingkan dengan posisi luka yang terdapat pada tubuh bagian luar, untuk mengetahui aktifitas terakhir sebelum mati. Dilihat dari adanya beberapa bekas luka yang menimbulkan kerusakan.

Darah, cairan semen, cairan vagina dan cairan tubuh lainnya dapat ditemukan pada pakaian sehingga dapat menjadi bukti selain itu dapat pula dikirim kelaboratorium untuk dianalisa. Ahli autopsi dapat mengetahuinya pertama kali sehingga dapat ditemukan bukti untuk mendeteksi keadaannya.

Pada kecelakaan lalu lintas yang fatal, robekan dari pakaian, bekas oli, jejak roda, kaca pecah, dan tekanan metal dari kendaraan dapat membantu rekonstruksi kejadian dan dalam identifikasi penyebab kematian akibat kecelakaan tabrak lari.

Objek lainnya yang berhubungan denngan tubuh serta mungkin termasuk membantu pengobatan yang bermanfaat menerangkan penyakit-penyakit penyebab kematian contohnya seperti amyl nitrit atau insulin.

Dalam banyak kasus bunuh diri, botol obat yang telah kosong atau kotak racun biasanya ditemukan berada disekitar tubuh korban. Pakaian harus dipindahkan secara hati-hati, khususnya dalam tindak kriminal atau kasus yang mencurigakan. Ahli autopsi sebaiknya mengawasi dan membantu petugas kamar jenasah karena mereka tidak selalu sadar pentingnya pakaian dalam proses rekonstruksi. Jika tidak ditemukan darah atau tubuh yang tercemar bahan lain, sebaiknya melepaskan pakaian dengan cara biasa. Yaitu dengna membuka melewati kepala dan lengan, walaupun mungkin dapat tercampur dengan luka-luka atau kotoran lain. Jika telah terjadi kaku mayat atau jika terdapat darah pada wajah atau tangan pakaian dapat dilepaskan dari tubuh korban dengan memotongnya, namun ini harus dilakukan setelah berkonsultasi dengan ahli autopsi terlebih dahulu. Jadi pemotongan baju harus dilakuakn oleh petugas yang telah biasa melakukannya untuk menghindari terpotongnya bagian baju yang sebelumnya telah rusak karena kecelakaan.

IDENTIFIKASI KORBAN Identifikasi dari korban yang tidak dikenal adalah tugas utama ahli autopsi (dibahas secara penuh dalam bab IV), akan tetapi sebelum ia dapat melakukan pemeriksaan bedah jenasah maka ahli autopsi tersebut harus mendapatkan persetujuan resmi tentang tindakan tersebut.

Dalam setiap kasus medikolegal, ahli autopsi harus bertanggung jawab terhadap apa yang

diperiksanya. Biasanya pembawa korban adalah kerabat dekat korban, yang telah mengetahui kondisi korban sebelum dilakukan autopsi. Oleh karena itu ahli autopsi harus bekerja sama atau berkoordinasi dengan petugas kepolisian atau penyidik untuk memastikan bahwa korban tersebut sesuai dengan identitasnya. Jika tubuh korban terbakar atau termutilasi, identifikasi harus dibuat berdasarkan fakta yang berhubungan misalnya seperti pakaian atau perhiasan yang dikenakan korban.

Dalam kasus non kriminal, seperti kasus kematian mendadak atau tiba-tiba dan beberapa kecelakaan serta kasus bunuh diri, cara mengidentifikasi korban dilakukan dengan melihat pada label ataupun tanda yang dilekatkan pada tubuh korban oleh petugas kepolisian, perawat dan petugas kamar jenasah. Label memuat nama, alamat, nomer seri, dan keterangan lain yang terkait mengenai korban. Label ini biasanya diikatkan pada ibu jari kaki atau di pergelangan kaki. Beberapa kamar jenasah biasa memberi label pada kaki dengan tanda yang tidak bisa hilang, tetapi hal ini menyebabkan tanda tersebut benar-benar sulit hilang dan menghambat proses outopsi. Ahli autopsi seharusnya selalu teliti ketika menerima korban dengan membandingkan antara identitas pada dokumen yang diberikan pihak berwenang dengan label pada ibu jari kaki korban sebelum dilakukan proses autopsi. Keterangan yang ada harus sesuai, bila tidak sesuai pemeriksa tidak boleh melakukan autopsi sampai keterangan tersebut diperbaiki kembali, bila perlu hingga memanggil kembali petugas kepolisian atau yang menemukan korban untuk dapat memastikan kebenaran dari identitas korban.

Banyak kesalahan yang sudah dibuat pada masa lalu akibat adanya ketidaktelitian dari ahli autopsi tentang pentingnya identitas korban serta ketidaktahuan mengenai prosedur yang harus dilakukan sampai konsekuensi legal yang harus dihadapi. Proses autopsi pada korban yang salah atau kesalahan dalam menentukan sebab mati berakibat pada kesalahan pemakaman bahkan kremasi. Hal ini sering kali terjadi akibat identifikasi yang salah. Untuk menghindari kesalahan tersebut korban harus selalu mempunyai label saat tiba dikamar jenasah. Label harus mudah dikenali dan mudah dicari. Walaupun sebelumnya korban dimasukan dalam pendingin yang mempunyai nomor pada pintunya. Karena jika label tidak melekat pada tubuh korban maka kesalahan identifikasi dapat terjadi oleh petugas kamar jenasah bila ia bertukar jaga, korban sulit dikenali hanya dari nomor pada pintu pendingin.

Beberapa tempat dikamar jenasah menggunakan tempat khusus untuk identifikasi korban, yang menggunakan kamera otomatis yang diletakan tepat di pintu masuk kamar jenasah. Setiap korban baru difoto diatas beranda dan di beri nomor seri yang di tulis pada papan dan diletakkan melintang di atas dada, sehingga mudah terlihat. Nomer seri ini untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Pada kasus khusus seperti pembunuhan, label identitas yang terdapat pada korban tidak menjamin kebenarannya, oleh karena itu, ahli autopsi tidak harus tergantung pada label tersebut. Sebelum autopsi, ahli autopsi harus dapat menyatakan atau memberi informasi bahwa korban itu sesuai dengan identitas yang ada begitu juga saksi menyatakan bahwa korban itu benar adanya. Ahli autopsi harus mencatat hasil autopsi sesuai tanggal, waktu dan identifikasi orang yang melakukan identifikasi korban sehingga dapat menampilkan bukti yang sesuai untuk mencapai tujuan hukum dimana dapat dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk mekanisme membela diri di depan pengadilan.

KEGUNAAN REKAM MEDIK PADA SUATU KASUS Seperti dalam klinik kesehatan, rekam medik tentang kasus kematian pada suatu korban kematian adalah sangat penting dan sangat diperlukan sebagai bagian dari investigasi. Luasnya kasus ini juga mempengaruhi ahli autopsi dalam mengambil keputusan dalam penyebab kematian, bagaimanapun semua ini masih kontroversial.

Pada kasus medikolegal autopsi dibandingkan dengan kasus klinik di rumah sakit, catatan mengenai kasus terkadang kurang, tidak ada bahkan kadang tidak sesuai. Jika seseorang ditemukan meninggal, dimana tidak terdapat catatan medik mengenainya sebelumnya, maka tidak dapat dijumpai data keseluruhan tentang sejarah kesehatan yang sesungguhnya. Dalam kasus kriminal pembunuhan, seseornag yang diduga dibunuh oleh pembunuh, tanpa bekas atau jejak akan memberi perubahan bentuk, menyesatkan atau tidak tampak kesalahan disekitarnya.

Patologis Forensik dapat menemukan walau dengan sedikit atau kejadian yang tidak sebenarnya.

Bahkan ketika suda ada runtutan cerita tentang kejadian dan sudah mendapat kepercayaan dari keseluruhan, fakta medik terkadang menyimpang karena kekurngan pengetahuan dan ketidakmengertian. Ini dapat menyesatkan keputusan dari pihak kepolisian / pihak lain selain medik. Jadi hanya ahli autopsi yang berperan mengetahui apa yang terjadi pada korban berdasarkan fakta yang ditemuinya. Kemudian kekurangan keterangan dapat dilengkapi dari informasi yang didapat dari polisi yang menangani / berwenang atasnya. Bila mungkin, ahli autopsi seharusnya mencoba menghubungi dokter yang memeriksa pada saat kematiannya. Dalam keadaan yang mendesak, pada bedah autopsi dalam forensik, bagaimanapun juga baik malam atau libur panjang, autopsi dapat terus berlangsung tanpa adanya tambahan informasi lain.

Sekalipun beberapa hal mungkin dapat diterangkan sebelumnya, namun praktek dalam autopsi mungkin dijumpai berbeda bila sebelumnya telah diketahui keterangan mengenai sebab kematiannya. Sebagai contoh seorang guru akan menampilkan contoh autopsi pada pekerja tambang yang tanpa keterangan lain selain pekerjaannya dan penyakit paru kronik yang dimilikinya. Didapatkan dalam autopsi bahwa terlihat adanya penyakit cardio-pulmonal yang dicatat pada catatan kematian, baru setelah itu tubuh korban dapat dimakamkan. Ini tidak lagi terjadi sampai hari berikutnya dimana polisi membatasi daerah tempat orang tersebut meninggal. Lambatnya penyampaian informasi tentang adanya keterangan tentang ada tidaknya botol kosong berisi obat tidur dan catatan bunuh diri yang ditemukan disamping korban. Secara berlawanan, catatan medik sering kurang diperhatikan dalam kematian akibat kekerasan dimana luka-luka yang diakibatkan dapat menjadi bukti meskipun penjelasan yang didapat dari lain pihak atau dari penampilan luka tersebut dapat membantu dalam menentukan arah luka dari senjata atau sebab lainnya.

Dalam beberapa autopsi, rekam medik secara langsung berperan sebagai data tambahan dalam investigasi yang dapat terjadi pada kasus seperti yang dicontohkan di atas. Beberapa ahli autopsi, menyatakan dalam suatu kumpulan pendapat bahwa autopsi biasa dilakukan tanpa diketahui lebih dahulu apa yang menyebabkan kematiannya sehingga dalam membuat keputusan, ahli autopsi tersebut tidak terpengaruh. Hal ini dilakukan pada setiap autopsi dimana diperlukan keseluruhan data yang lengkap sehingga cara yang dipakai dapat sesuai seperti teknik memindahkan tulang spinal pada beberapa kasus dan semua tambahan keterangan guna

keperluan investigasi. Juga diperlukan toksikologi, mikrobiologi, virologi, radiologi, penemuan adanya diatom, histologi dan lain-lain. Semua ini juga bukan berarti rekam medik tanpa bantuan keterangan lainnya tidak dapat digunakan. Dalam pemeriksaan tambahan juga perlu dilakukan secara teliti guna menghindari tercapainya kesimpulan yang salah.

Kenyataan sulit yang sering dijumpai muncul dalam hubungan ketika jenazah di kembalikan ke kota asalnya setelah kematian di negara lain. Permasalahan utama yang muncul antara kesimpulan ahli autopsi dengan penyidik dari negaranya. Walaupun hal ini kurang mendapat hasil yang baik, maka digunakan hubungan dengan polisi internasional untuk menegaskannya. Terkadang, penjelasan dokter dengan dokter yang dilakukan lewat telefon atau faximili bisa menjadi cara terbaik untuk mendapatkan informasi meskipun kematian tidak diperiksa pada saat korban sampai dinegaranya. Jika autopsi dirasa tidak sempurna dari proses sebelumnya dimana ditemukan tanda baru berupa sayatan dengan setik jahitan kulit maka pemeriksaan dapat dilakukan kembali dengan meminta permohonan dari penyidik negaranya walau sebelumnya sudah dilakukan autopsi. Hal ini sesuai tertulis pada International Death Case ( LeadBetter 1991 ; Green )

Kesulitan datang ketika hanya sedikit atau bahkan tidak ada objek yang ditemukan saat autopsi. Ahli autopsi harus dapat memastikan apa yang menjadi sebab kematian didasari fakta subjektif serta pengalaman yang ada.

Permasalahan ini, secara keseluruhan didiskusikan dalam Lead Better dan Knigth dimana yang tidak biasa terjadi. Sebagai contoh, penderita epilepsi / asthma yang diketahui dapat meninggal secara tiba-tiba / tidak diharapkan, autopsi biasanya dapat menampilkan sebab kematian yang secara morfologi tidak adekuat mendukung data yang ada. Contoh kasus penting lain adalah kumpulan gejala dari kematian infant yang tiba-tiba, didiskusikan dalam caphter 21, dimana oleh definisi disebut tidak ada hubungan significant antara lesi dan rekam medik yang biasanya tidak selalu ada.

Hipotemia pada pasien yang dipanaskan di rumah sakit namun meninggal pada hari itu atau

2 hari kemudian, mungkin tidak dijumpai apapun saat di autopsi walaupun pada saat itu pengukuran rektal 26 C. Beralih pada kasus forensik, beberapa korban ditemukan tenggelam di sungai tanpa diketahui sebelumnya dan baru diketahui dari baju korban dan catatan bunuh diri yang ada di bank. segera setelah dilakukan autopsi, tidak ditemukan tanda bukti tenggelam / bukti yang mendukung lainnya.

Dalam kasus ini, seharusnya ahli autopsi menghadirkan bukti objektif dengan dilakukan pengukuran suhu terhadap tubuh korban, biasa pada kasus tenggelam tubuh korban dalam keadaan hipotermia. Dengan adanya bukti tersebut walau tanpa bukti lainnya dapat menyingkirkan kemungkinan lain yang dapat menyebabkan korban tersebut meninggal sehingga dapat diketahui apakah hasil obstruksi atau hasil kejahatan. Dengan tidak menghadirkan bukti objektif ini dapat dijadikan kesempatan atau celah untuk terus mendesak ahli autopsi tersebut karena tidak dijumpai apapun dari proses autopsinya.

Jalan terbaik untuk ahli autopsi adalah ahli autopsi dengan pengetahuan dan pengalamannya harus dapat menyatakan sebab kematiannya sehingga dapat dengan jelas dilihat pada laporan autopsi, tentu saja berdasarkan pertimbangan dari sekeliling bukan karena desakan pihak tertentu. Sebab kematian korban diambil berdasarkan rekam medik yang ada.

Seperti yang didiskusikan nanti, laporan autopsi seharusnya tidak hanya semata menilai langsung dari apa yang ditemukan pada pemeriksaan korban secara anatominya tetapi juga meliputi apa yang menjadi kemungkinan lain terutama bila sebab kematiannya belum jelas diketahui. Pada kondisi seperti ini tidak ada jalan lain selain menilai berdasarkan kenyataankenyataan lain yang ada.

Kesulitan utama yang dapat timbul untuk menentukan penyebab kematian secara pasti agar sesuai, dimana dapat dimasukkan dalam laporan autopsi yang resmi dan sesuai dengan laporan autopsi yang diakui WHO. Hal ini memberi tidak ada kesempatan untuk membuat kesimpulan secara cepat tetapi dengan menggunakan prinsip tebakan yang tepat, ahli autopsi dapat memilih

alasan yang tepat dengan legitimasi yang jujur sehingga sebab kematian dapat dipastikan.

PENCEGAHAN TERHADAP KONDISI YANG DAPAT MENIMBULKAN INFEKSI Beberapa kondisi atau situasi forensik termasuk penyalahgunaan obat dan homoseksual dimana secara statistik dapat menimbulkan resiko timbulnya HIV dan infeksi Hepatitis tercatat banyak dijumpai pada saat proses autopsi berlangsung. Resiko ini dapat terjadi pada ahli autopsi, petugas kamar jenazah, polisi dan petugas laboratorium yang secara langsung berhubungan karena pengambilan contoh pada saat autopsi Royal College of Pathologist ( tahun 1995 ) . Kejadian mengenai resiko sudah banyak dicatat tetapi belum ada konsensus yang meneliti, sampai didirikan survey mengenai itu yang didirikan

Secara keseluruhan, setiap autopsi harus dilakukan dengan pencegahan total terhadap resiko akan infeksi. Jadi setiap macam kasus tanpa kecuali dapat dilakukan proses autopsi tersebut. Bagaimanapun, walaupun hal ini sudah dilakukan oleh seorang pekerja medik bukan tidak mungkin masih dapat terinfeksi ketika proses autopsi dari benda / hasil dari spesimen laboratorium.

Hal biasa yang dilakukan sebelum autopsi, adalah melakukan tes terhadap HIV dan hepatitis dengan mengambil darah korban pada bagian femoral. Hasilnya dapat diketahui dalam beberapa jam sehingga diketahui apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara autopsinya atau bahkan menolak untuk melakukan autopsi, jika kerugian dirasa lebih banyak ketika melakukan autopsi. Yang biasa dilakukan ketika hasilnya positif, autopsi dilakukan dengan cara khusus dengan tambahan perlindungan pakaian, kacamata, masker dan sarung tangan metal untuk menghindari serta melindungi pemeriksa, memilih menggunakan teknik yang sesuai dan memberi catatan untuk waspada terhadap setiap contoh yang dikirim ke laboratorium.

Dalam kasus ini, infeksi hepatitis lebih sering dijumpai dan lebih beresiko daripada HIV, meskipun sejauh ini tidak ada laporan mengenai ahli autopsi yang terinfeksi saat pross autopsi berlangsung, walaupun ditemukan petugas kamar jenazah di USA lebih beresiko tinggi terkena HIV.

Waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan potensi menularkan dari HIV masih kontroversi. Infeksi virus yang terdapat dalam larutan darah dengan suhu ruangan masih dapat ditemui virus dengan konsentrasi tinggi dalam waktu 3 minggu ( Cao et al ). Bankowski menemukan 51% dari virus dapat bertahan di plasma dan fraksi monosit dari korban yang terinfeksi HIV lebih dari 21 jam setelah kematian. Serial lain juga masih dapat ditemukan bertahan dalam pemeriksaan setelah 18 jam sampai 11 hari setelah kematian. Virus baru ditemukan dalam limpa setelah 14 hari kematian. Pendinginan mayat membuat perbedaan pada sediaan. Doucheron dkk. Kultur darah dan efusi dari tubuh mayat yang diinginkan dan terdiri dari virus yang terus ada walaupun setelah 16 hari kematian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada waktu maximal yang tepat kapan sediaan dapat menjadi faktor resiko untuk menginfeksi.

Infeksi lain seperti TBC, anthrax, plaque, Creutzld-Jakob, Marburg, Green Monkey Disease, dll biasanya hanya pada subjek khusus dan tidak menular yang dapat timbul dari kota ke kota.

AUTOPSI : PENGUJIAN INTERNAL Pembedahan dalam kasus forensik secara mendasar adalah sama untuk beberapa otopsi lain, dengan variasi sesuai dengan sifat kematian dan kebutuhan dari investigasi khusus, apakah hal itu dalam kasus kriminal, perselisihan perdata atau penyelidikan kecelakaan.

Ada beberapa karakteristik jumlah yang dikembangkan untuk performance sebuah otopsi (lihat Ludwig atau Knight, contohnya), dan hal itu baik untuk instruksi atau petunjuk para ahli teknik kamar mayat. Hanya ada suatu gagasan teknik yang ditawarkan disini untuk diperkenalkan bagi pengujian kematian, dimana otopsi ini dipercaya mereka. Dalam penambahannya, prosedur forensik khusus akan dijelaskan, ada juga yang didiskusikan dalam setiap bab dengan menunjukkan pada beragam tipe luka dan kematian. Otopsi pada bayi adalah dijelaskan di bab 2022.

Bedelan umum ini adalah garis lurus dari laryngeal untuk pubis, yang digunakan untuk menghindari umbilicus atau tali pusar. Pada sisi atas bedelan tidak diperluas diatas larynx atau pangkal tenggorokan, seperti tinggi leher yang kemudian gagal disembunyikan pada garis jahitan bedel.

Metode umum lainnya adalah untuk memotong dari sisi samping untuk telinga pada point atas dari manubrium dan downward dalam bentuk Y. Ini sering dilakukan pada bayi dan diinginkan untuk menghindari noda pada leher. Di AS khususnya, bedelan berbentuk Y atau berbentuk U dengan cara silang di atas dada (menyilang).

Strangulasi, dan beberapa kondisi dimana larynx ini bisa rusak, bedelan berbentuk Y bisa ditunjukkan seperti pada kulit terutama leher sisi atas dan kemdian hal itu bisa dibedah/dipotong hingga mendekati struktur leher. Disini, bedelan ini tidak dibuat setelah skull cap dan otak terlepas, untuk menghindari conestive artefactual haemoorhage dalam struktur leher dijelaskan oleh Prinsloo dan Gordon, dan ini cukup membingungkan dengan kebenaran dari ante mortem trauma. Gordon, et al selanjutnya menyarankan bahwa otak yang terlepas itu pertama kali dikonsepsikan pada semua otopsi dan bisa dideteksi sebelum disii oleh rongga abdominal yang terbuka.

Bedelan berbentuk Y juga dibutuhkan bilamana pembedahan berlangsung, dan untuk melihat luka memar atau kerusakan tulang. Dan kenyataannya wajah dapat dibedah atau dioperasi secara sempurna dari tengkorak dan diganti dengan sedikit pengaruh dari hasil kosmetik, jika pembedahan hati-hati ini dilakukan. Pada bedelan berbentuk Y pada leher dibuat terus menerus atau berkelanjutan dengan bedelan pada kulit kepala dan menyambung sisi telinga, leher dan kulit wajah dapat dilepas.

Kembali pada proses otopsi secara umum, bedelan utama ini memperlihatkan leher untuk menghindari pemotongan struktur yang tidak diinginkan, khususnya pada trachea. Thorac dapat dipotong menurun hingga ke sternum, tetapi perawatan ini tetap dilakukan. Kebocoran ini bisa

dibuat dalam peritoneum dan jari-jari tangan dimasukkan kedalam lift dari intestines. Kunci kemudian juga bisa digunakan untuk mengetahui panjang abdomen, untuk menghindari penetrasi intestines.

Bedelan itu untuk mengakses skull yang dibuat dari sisi telinga, untuk mempertemukan mahkota kepala. Baik untuk menjaga posterior ini terutama vertex aktual, sekali lagi hal ini membuat dominansi krusial yang lebih terbuka, khususnya pada rambut. Dengan rambut yang tumbuh lebat, khususnya pada anak-anak, rambut ini dibasahi kemudian dibuat garis bedelan prospektif. Rambut ini kemudian dapat dikeraskan dan bisa disisir kebelakang sehingga menutupi jahitan.

MENGEKPLORASIKAN RONGGA TUBUH Kulit, jaringan cabang dan lemak yaitu dikuliti secara lateral dari bedelan utama, perawatan itu tidak dilakukan pada sisi atau point pisau hingga menyentuh kulit, khususnya dalam area leher, dimana perbaikan ini tidak bisa dikonsepsikan secara tidak jelas. Jaringan ini ditarik kebelakang dan kemudian sisi leher dan sisi terluar dari tulang selangka.

Thorax, jaringan ini termasuk otot pectoral yang dikuliti hingga garis midaxillary pada bagian atas hingga costal margin.

Dinding anterior abdominal biasanya terpisah. Ini bisa dilakukan dalam dua tahap, pertama stripping back dari kulit dan lemak yang dieksposisika melalui otot, atau ketebalan kulit yang penuh, lemak dan otot dapat direfleksikan secara bersama-sama. Otot ini harus dipotong dari costal margin dan jika ketebalan ini berbalik dengan proses bedelan maka bisa dibuat permukaan peritoneal dari dinding perut yang lebih rendah, perawatan ini tidak untuk kulit.

MEMBUKA THORAKS Thorax adalah dibuka pertama kali oleh kedua sambungan sternoclavicular. Ini bisa

dilakukan dengan melepaskan shoulder tipe dengan satu tangan, untuk menunjukkan sambungannya. Point pisau ini kemudian diperkenalkan secara vertikal dan memotong secara vertikal lingkaran tengah untuk memisahkan sambungan. Dan terdiri dari hal-hal lain terutama pada gergaji tangan dan guntung lipat. Pada bayi, tulang rawan/muda yang lembut dapat dengan mudah dibagi kedalam scalpel; pada tubuh yang lebih tua, stout knife yang bisa dijaga untuk tujuan menjaga ketumpulan pisau dibutuhkan pembedahan organ. Sering tulang rusuk/iga itu diperlihatkan, dan umumnya dipotong dengan pisau.

Bilamana gergaji itu digunakan, tulang rusuk/iga itu dipotong hingga lateral atau hingga costchondral dari point costal margin hingga ke sambungan sternoclavicular atau dekat area yang dimaksud. Sternal plate adalah diuji untuk keretakan atau patah sebelum penempatan sisi dilakukan, kerusakan secara umum disebabkan oleh trauma dari resuscitatory cardiac massage yang kadang-kadang dinyatakan dalam point ini.

Thorax atau abdomen secara keseluruhan sekarang terbuka untuk inspeksi atua penyelidikan. Tingkatan inflasi dari paru-paru bisa dinilai, tercatat adanya penyempurnaan atau partial colapse, emphysema, overdistension dan beberapa asimetri inflasi.

Jika pneumothorax sudah diduga sebelumnya terutama pada post mortem radiograph yang merupakan konfirmasi terbaik. Secara alternatif, dinding dada dapat dilubangi pada garis garis midaxillary serta bisa merefleksikan kulit dengan air untuk mengamati terjadinya pelepasan. Tes in jarang berhasil dan tidak berhasil bilamana ada komunikasi pasien antara rongga pleural dan bronchial tree. Jika ada tanda peregangan pada penumothorax, pelepasan udara ini bisa didengarkan atau bilamana pisau melakukan penetrasi terhadap otot intercostal dan parietal pleura. Rongga selaput dada (pleural) diduga untuk adhesi, efusi, nanah, darah, fibrin dan kandungan gastric.

MENGUJI ABDOMEN Perut kemudian diperiksa, lebih dulu ascites, airan faeculent, nanah dan darah yang selalu dilepaskan pertama kali dari rongga peritoneal atau selaput perut.

Omentum ini bisa memperlihatkan inflamasi atau peradangan atau fat necrosis. Bilamana pemindahan sisi, atau adanya loop isi perut adalah diamati untuk beberapa abnormalitas, khususnya bilamana terjadi kesalahan, peritonitis dan distensi ileus. Disadari adanya kesalahan dari post mortem hypostasis untuk necrosis dari mesenteric embolisme atau strangulasi isi perut. Warna gelap ini bisa disamakan, hypotasis biasanya mempunyai segmen tidak beraturan, dimana kesalahan ini terjadi secara berkelanjutan atau terus menerus, dinding perut akan bisa dianalisa.

PENGUMPULAN SAMPEL CAIRAM TUBUH Dalam proporsi besar dari otopsi forensik dan setiap satu dihubungkan dengan konotasi kriminal, sampel darah dan cairan darah lainnya serta kelenjar / jaringan dibutuhkan untuk pengujian laboratorium. Dalam hubungannya dengan sexual offece, sampel lain ini dijelaskan di bab 18. dimana cairan darah dan cairan lainnya dibutuhkan untuk penyelidikan toxicological, biochemical, microbiological dan serological, mereka biasanya dikumpulkan pada tahap awal dari proses otopsi (lihat bab 27).

Pengumpulan ini secara umum tergantung atas sifat tes. Bilamana sampel untuk analisis toxicologi ini dibutuhkan, pertimbangan perawatan dilakukan dalam sampling, lebih sempurna seperti yang didiskusikan di bab 27.

Dan tidak disarankan bagi penggunaan darah visceral untuk sampling. Khususnya untuk substansi molekul kecil yang mudah tersebar setelah mati; termasuk produk alkohol dan produk farmasi. Buku pelajaran yang lama umumnya menyarankan adanya penggunaan darah jantung / hati sebagai sumber sampel, dan ini bisa dikontaminasikan oleh penyebaran post mortem dari perut dan usus. Setelah mati, hambatan cellular dari mucosa dan membran ini bisa diperhentikan

khususnya pada perut dan usus, pasangan udara dapat dimigrasikan terhadap organ lain dalam rongga thoracoabdominal utama yang menyebabkan adanya kesalahan dari leel darah ante mortem. Pounder (lihat bab 27) yang menyatakan bahwa cercaan yang mengandung alkohol dan paracetamol ditempatkan dalam trachea setelah kematian untuk mengganti kandungan gastric, adanya peningkatan konstrasi terhadap substansi dalam sampel darah yang diambil dari kelenjar thoratic, dimaan darah femoral tidak tercemar.

Zat kimia seperti casrboxyhaemoglobin ini tidaklah bermasalah, tetapi alkohol adalah contoh utama dari sumber utama dari kesalahan yang muncul bilamana darah visceral itu dikumpulkan. Pilihan terbaik untuk pengumpulan ini adalah :

jarum dan tusukan dari femoral vein sebelum bedelan otopsi dimulai. Praktek ini selalu dibutuhkan, tetapi pada orang dewasa, 20 ml biasanya dapat diaspriasikan tanpa adanya hambatan / gangguan. Ini merupakan metode pilihan bilamana hanya ada pengujian eksternal yang dilakukan (memungkinkan).

Dari subclavian atau external iliac veins setelah tubuh sudah mengalami dominasi lain. Kotak kecil pada proses / alat pemotongan ini secara lazim digunakan. Tekanan biasanya dilakukan untuk mendapatkan bedelan/jahitan yang sempurna.

Bilamana kulit itu dibedel, khususnya pada bagian leher, internal jugular vein itu dieksposisikan, khususnya bilamana otot sternomastoid itu dibagi atau ditekannya. Bilamana dipotong, maka alur darah itu biasanya dipastikan, yang bisa dikumpulkan secara langsung kedalam kotak. Hanya ada sisi kerugian dari metode ini yaitu bilamana dinding darah dari thoracic inlet melalui superior vena cava, darah jantung bisa dibaurkan dengan kesalahan seperti yang disebutkan di awal. Jika darah itu dikumpulkan dari segmen atas khususnya pada bagian leher atau kerongkongan, kemudian darah dari kepala dikumpulkan, alur ini biasanay distimulasikan

untuk meningaktkan atau menurunkan kepala selama pengumpulan atau koleksi berlangsung.

Sampel untuk serology, microbiology dan analisis substansi seperti carboxyhaemoglobin, yang tidak diserap dari gastrointestinal tract, dapat dikumpulkan dari beberapa kelenjar darah, tetapi darah ini tidak pernah disendok/keduk dari rongga tubuh umumnya setelah eviskerasi berlangsung. Seperti yang bisa dikontaminasikan dengan kerusakan dari sturktur lain seperti gastric atau kandungan isi perut, mucus, urine, usus atau cairan serous.

Darah untuk microbiological culture tidaklah khusus diasimilasikan dari jantung tetapi adanya aspek khususnya yang diperuntukkan pada darah peripheral. Bilamana infective endocarditis diduga sebagai hal yang terbaik. Sebaliknya, darah untuk budaya itu dianalisa melalui septicaeia yang diambil dari peripheral vein. Urine dapat dikumpulkan oleh catheter sebelum otopsi atau adanya suprapubic puncture dengan semprotan jarum panjang.

Pelepasan vitreous humour dan cairan cerbrospinal dibutuhkan untuk toxicology atau usahanya dalam mengestimasikan waktu sejak keamtian oleh kandungan potassium (lihat bab 2). Vitreous humour harus diaspirasikan dengan perawatan bilamana hasil ini bisa diraihnya. Jarum hypodermic bisa diraih untuk jarum berukuran 5 ml yang dimasukkan kedalam outer canthus setelah penekanan melalui kelopak mata.

Cairan cerbrospinal dipastikan dalam cara yang sama seperti kehidupan pasien, penekanan jarum kedalam theca antara lumbar spines. Bayi dapat diangkat dengan bantuan posisi flexed yang sempurna; orang dewasa harus ditekan kedalam flexion pada sisi meja otopsi. Sebuah teknik alternatif adalah dilakukan pada cisternal puncture melalui atlantooccipital membrane.

Adanya tidaknya tekanan dengan theca dalam cadaver, cairan ini secara katif diaspirasikan, dan kadang-kadang semua berusaha untuk memastikan cairan oleh external

puncture yang gagal. Hanya ada pilihan yang kemudian mencoba untuk kebocoran entricles melalui permukaan otak bilamana tengkorak dibuka. Usaha untuk memastikan cairan cerebrospinal dari interior tengkorak setelah adanya pelepasan otak yang secara umum bermanfaat; cairan darah itu dapat dipisahkan untuk clarity, komposisi kimia nampaknya tidak dapat diandalkan.

PELEPASAN VISCERA Setelah rongga tubuh diselidiki, organ ini bisa dilepas pada en bloc oleh perubahan prosedur Rokitansky, secara akurat dijelaskan seperti metode Letulle. Pertama, intestine yang dilepaskan adalah sebagai berikut :

Omentum adalah diangkat untuk ekposisi koil pada usus kecil. Bagian teratas dari jejunum diidentifikasi, dimaan penekanan secara retroperitoneal untuk menggabungkan terminasi dari deudoenum. Disini mesentry dilakukan dengan pisau dan pemotongan dilakukan. Jika hal ini dianggap epnting, maka dominasi dari lubang pemotongan itu ditelaat secara benar dengan kandungan isi perut setelah katub ileocaecal diraihnya.

Caecum kemudian dimobilisasi secara medial dengan menggunakan traksi manual dengan kegunaan minimum dari pisau, yaitu untuk menghindari pelubangan lumen. Bilamana hepatic flexure diraih, omentum ditekan untuk menggambarkan transversi colon dan ini bertentangan dengan mesocolon, yang dipotong atau dirawat tanpa membuka atau membedah perut. Spelnic flexure kemudian ditekan secara medial atau menurun, dan direndahkan dan sigmoid colon dipisahkan dari dinding posterior abdominal. Dubur atas dipotong silang, beberapa ahli patologi memasang tali yang dibuat dari usus di luar tubuh, sigmoid dan dubur itu diikatnya.

PELEPASAN STRUKTUR LEHER Untuk membuat atau melepas struktur leher lebih mudah, blok 10-15 cm tingginya ditempatkan di bawah bahu / pundak mayat. Ini diperbolehkan pada kepala yang jatung kebelakang dan kemudian adanya ekstensitas dari leher. Dan ini bisa dilakukan secara bebas, dengan

menggantung tubuh, untuk menghindari kesalahan yang tidak diinginkan yaitu pada temperatur C6C7. ini dapat menimbulkan salah interpretasi seperti pada luka ante mortem, khususnya bilamana artefact lain dari hamorrhage itu bisa disejajarkan seperti pada teori (Prinsloo dan Gordon). Struktur leher adalah dilepaskan dengan menekan pisau dibawah kulit dari leher atas setelah masuk ke rongga mulut. Pisau ini kemudian dikeluarkan disekitar rahang bawah untuk membebaskan lidah.

PEMBUKAAN ORGAN VISCERA Setelah bagian-bagian tubuh di inspeksi, organ-organ mulai di buka satu persatu sesuai dengan modifikasi Prosedur Rokitansky, lebih akurat dideskripsikan dengan Metode Letulles. Pertama-tama, usus dibuka sebagai berikut :

Omentum diangkat naik untuk memperlihatkan lilitan usus halus. Bagian atas dari jejunum diidentifikasi, yang mana melalui secara retroperitoneal untuk bergabung dengan bagian akhir duodenum. Disini mesentery dibuka menggunakan pisau dan usus dipotong keluar. Jika perlu untuk menahan isi gaster / duodenum / usus halus, dua rangkaian sutura mungkin melalui lubang tersebut dan diikat sebelum memotong usus diantaranya, tetapi sedikit isinya hilang jika hal ini tidak dilakukan. Usus diangkat keluar dan dibuka dengan memotong sepanjang mesentery sampai mencapai valvula ileo-caecal.

Caecum kemudian dipindahkan agak ke medial menggunakan traksi manual dengan penggunaan pisau seminimal mungkin, untuk menghindari bocornya lumen. Ketika flexura hepatica telah dicapai, omentum ditarik ke bawah untuk menarik colon transversum berlawanan arah dengan megacalon, yang mana dipotong, perhatikan untuk tidak membuka bagian perut yang berdekatan. Flexura lienalis kemudian ditarik ke medial dan bawah, dan colon descendens serta calon sigmoid dipisahkan dari dinding abdomen posterior. Bagian atas dari rectum dipotong menyilang, melalui beberapa ahli patologi hanya menaruh usus diluar tubuh, membiarkan sigmoid dan rectum tetap melekat pada tubuh.

PEMBUKAAN STRUKTUR LEHER Untuk membuat pembukaan struktur leher lebih mudah, sebuah balok dengan tinggi 10-15 cm sebaiknya diletakkan dibawah bahu cadaver. Ini akan membiarkan kepala jatuh ke belakang dan dengan demikian memperluas daerah leher. Hal ini harus dilakukan dengan halus, dengan pemegangan seluruh tubuh, untuk menghindari yang sering disebut fraktur akibat orang yang melakukan bedah mayat , yang mana subluksasi vertebra cervical bawah disebabkan karena robeknya discus intervertebralis antara C6-C7. Ini bisa disalah interpretasikan sebagai luka sebelum kematian, terutama jika artefak perdarahan umum yang lain sepanjang ligamentum longitudinal anterior dari vertebra cervical dihadirkan ( Prinsloo dan Gordon ). Stuktur leher kemudian dilepaskan dengan melewatkan pisau dibawah kulit dari leher bagian atas sampai masuk ke dalam dasar mulut. Pisau kemudian mengelilingi bagian dalam mandibula untuk melepaskan lidah. Jaringan di belakang dan disamping faring dipisahkan, dan daerah tonsil dipotong keluar. Jari kemudian dilewatkan ke atas di belakang simpisis mandibula untuk memegang lidah, yang mana kemudian ditarik ke bawah, jaringan yang tersisa di belakang faring dipisahkan untuk melepaskan struktur leher. Ini sebaiknya dilakukan sejauh mungkin dari kateral, sehingga carotid dapat dikeluarkan dari sturktur laring. Sekarang disarankan untuk melihat kedalam laring dan lidah sebelum dilakukan pengrusakan lebih lanjut, untuk melihat jika ada sumbatan, pendarahan, atau kelainan yang lain yang ada dijalan nafas atas.

PEMBUKAAN ISI THORAX Sejumlah pembuluh darah dan saraf subclavia dipisahkan dengan melewatkan pisau dari dalam thorax mengelilingi bagian medial akhir clavicula dan costae I untuk melepaskan trachea dan oesophagus. Dengan tarikan halus, struktur leher dipegang dan ditarik ke caudal, dengan hati-hati bersihkan seluruh sisa-sisa jaringan disekitar vertebra thoracal dengan pisau, perhatikan agar pisau tetap berada pada tulang dan tidak terpisah-pisah yang dapat merusak oesophagus / aorta.

Tarikan sebaiknya minimal, begitu mulai pemeriksaan rongga dada, tangan mulai bergerak dari struktur leher kemudian turun diletakkan 2 jari dibawah lobus superior paru, angkat, bersamasama dengan mediastinum ketika pisau memotong dan membersihkan struktur midline kebawah sampai ke diagfragma. Jika struktur leher tertarik terlalu keras dimana digunakan sebagai tahanan untuk menarik keluar organ viscera thorax yang lain, struktur leher dapat robek. Sebagai tambahan, aorta descendens dapat menahan robekan intima transversal, akibat tarikan, yang mana

menyerupai robekan tangga yang asli, yang banyak dijumpai dalam kecelakaan lalu lintas.

Perlengketan pleura mungkin dapat menghalangi pembukaan paru yang bersih. Jika hanya sedikit, dapat dipotong keluar. Jika seluruh cavitas pleura terjadi perlengketan, dapat ditarik keluar dengan membuat belahan datar dengan tangan dan disingkirkan. Kadang-kadang ( terutama pada penyakit paru akibat industri dan TBC lama ) perlengketannya tebal, kuat atau bahkan mengeras. Pembukaan terhadap paru dapat dilakukan dengan menggerakkan pisau kebawah sepanjang seluruh panjang pleura parietal melewati sisi anterior dalam dari costae, dan dengan tangan melewati celah sampai bidang datar untuk memaksa pleura parietal lepas dari otot intercostal dan costae.

PEMBUKAAN ORGAN ABDOMINAL Ketika organ dada telah lepas, organ-organ tersebut diletakkan kembali kedalam thorax dan diagfragma dipotong. Satu tangan menarik hati dan limpa ke medial, letakkan bagian kiri dari diagfragma diletakkan pada bagian yang merenggang, ketika pisau memotongnya dari lateral, dekat dengan sisi pinggir costae. Potongan melengkung pada bagian belakang di bawah organ untuk mencapai vertebra, yang mana harus dipotong melalui ligamen-ligamen penting, kemudian melalui bagian caudal di belakang ginjal, yang mana dipindahkan kedepan.

Pisau memotong melintang sepanjang otot psoas dan berakhir pada pinggir daerah pelvis. Hal sama dilakukan pada sisi yang berlawanan, operatornya dapat menggeser tubuh mayat tersebut jika perlu. Organ dada kemudian diangkat dan pelan-pelan ditarik kedepan unutk mengambil organ viscera abdomen menuju ke bagian kaki. Berbagai tahanan biasanya berhubungan dengan ligamentum penting yang keras dan tidak komplit.

Akhirnya, organ akan diletakkan terbalik sepanjang pubis, dilindungi hanya oleh pembuluhpembuluh darah iliaca dan ureter, yang mana akan dipotong, dan seluruh viscera ditarik dan diangkat sampai dengan pemotongan cabang-cabangnya yang mana air mengalir dan penerangan

yang cukup harus tersedia. PEMBUKAAN ORGAN PELVIS Perlakukan terhadap isi pelvis tergantung pada tipe kasusunya. Ketika perkiraan sebab kematian tidak berhubungan dengan lesi pada pelvis, pada mayat tersebut kandung kencing mungkin dibuka lebih lebar, mukosa dan trigonum diinspeksi sebelum prostat diincisi untuk pemeriksaan. Testis didorong keatas melalui canalis inguinalis yang mana dibuat lebih lebar menggunakan pisau. Pada wanita, ovarium diincisi dan tuba fallopi di periksa dari atas sebelum uterus disayat pada midline dari fundus sampai cervix.

Pemeriksaan lebih lanjut untuk masing-masing jenis kelamin dapat dilakukan dengan mengenukleasi isi pelvis. Pisau memotong mengelilingi mangkuk pelvis sebelum manarik kandung kencing hingga terpisah dari pelvis. Ketika dinding pelvis sudah lepas semua, pisau memotong melalui bawah prostat kemudian melalui bagian rectum yang lebih rendah agar organ pelvis dapat ditarik keluar. Pada wanita, ovarium dan tuba fallopi dipindahkan kedepan dan pisau diteruskan disekeliling dinding dari mangkuk pelvis, kemudian sampai didepan dan di bawah dari kandung kencing. Atap dari vagina dan rectum dipotong, untuk melepaskan semua isinya. Dalam kasuskasus yang dicurigai terjadi hubungan seksual atau aborsi, digunakan teknik khusus yang di jabarkan dalam bab 19.

PEMBUKAAN OTAK Perhatian berikutnya beralih pada kepala. Scalp diincisi sepanjang vertex posterior dari titik di belakang telinga ke titik yang serupa di sisi sebelahnya. Ketika Y incisi digunakan pada leher, anggota dari the Y mungkin bersambung bagian kanannya sepanjang scalp, terutama jika pemotongan pada wajah diperlukan.

Jaringan ditunjukkan ke depan dari dahi bawah dan belakang sampai pada occipital. Jaringan scalp yang lebih dalam mungkin dikupas menggunakan traction ( alat penarik ), tetapi sering dibutuhkan sentuhan pisau untuk melepaskannya. Lebam dicari dan ketika luka pada kepala ada atau diperkirakan ada, scalp harus dibuka hingga tengkuk leher, memberi perhatian khusus

pada jaringan di belakang dan di bawah tiap telinga dimana luka yang menyebabkan kerusakan arteri vertebro-basiler terjadi. Jika ada luka pada wajah, kulit wajah mungkin dilepaskan dari garis rahang dan turun dari dahi. Pengembalian bagian-bagian kulit wajahnya sempurna jika tidak terjadi perforasi terhadap kulit wajah tersebut selama pembukaan.

Tempurung kepala terlihat, menggunakan kedua tangan atau alat bantu. Garis pemotongan tidak boleh sepanjang kelilingannya, karena tidak mungkin merekonstruksi kepala tanpa terjadi penggeseran calvaria yang kurang bagus. Harus dilakukan pembukaan sudut segitiga, dengan pemotongan horizontal dari dahi sampai belakang telinga digabung dengan pemotongan kedua yang melewati garis diagonal ke atas pada segitiga yang dangkal sepanjang daerah occipitoparietal. Perhatikan, jangan meletakkan gergaji bagian belakang ini memotong terlalu vertikal ( jangan terlalu anterior ) pada tempurung kepala, atau otak dapat rusak akibat pembukaan yang terlalu sempit.

Calvaria kemudian dibuka dengan mencongkel setelah pemotongan lengkap. Palu dan pahat tidak boleh digunakan dalam otopsi forensik, meski memastikan bahwa duramater tetap utuh. Resikonya dapat terjadi perluasan atau bahkan dapat menyebabkan fraktur akibat penggunaan alat-alat yang berlebihan tersebut. Hal ini hanya terlalu berlebihan untuk menunjukkan suatu membran duramater yang tidak dikenal. Pemotongan pada duramater mudah dikenali terhadap keadaan patologis yang dapat terjadi. Yang lebih penting adalah untuk melihat permukaan duramater dan otak yang terbuka, dan kemungkinan adanya udem, perdarahan, proses peradangan. Tempurung kepala diperhatikan dengan baik untuk menemukan adanya fraktrur dan duramater dilepaskan dari dalam untuk mempelajari permukaan kulit bagian dalam.

Untuk pembukaan otak, duramater diincisi disekeliling garis dimana tempurung kepala dibuka dan 2 jari diselipkan dibawah tiap lobus frontal. Dengan tarikan yang pelan, lobus frontalis diangkat untuk memperlihatkan chiasma opticum dan nervus cranialis anterior. Falx mungkin harus dipotong untuk melepaskan otak, kemudian skalpel atau alat dengan titik tumpul dilewatkan sepanjang dasar tempurung kepala untuk memisahkan saraf cranial, arteri carotis dan tangkai pituitary sampai sudut terlepas dari tentorium dicapai. Pemotongan dilakukan sepanjang tiap sisi dari tentorium, mengikuti garis tulang petrosus temporal sampai ke dinding lateral dari tempurung kepala. Dilanjutkan dengan penarikan otak, tetapi hati-hati jangan sampai mempengaruhi

permukaan atas berlawanan dengan pemotongan dengan gergaji pada bagian posterior. Pisau memutuskan nervus cranialis posterior yang tersisa dan turun kebawah sampai pada foramen magnum untuk memotong medula spinalis sejauh kebawah yang dapat dicapai. Sekarang, tangan menyelinap didasar otak, yang kemudian diputar-putar kearah yang berlawanan agar dapat dilepaskan, duramater yang masih melekat pada tempatnya diputuskan jika perlu. Otak diletakkan pada piring skala dan ditinbang sebelum dilakukan fiksasi atau pemotongan.

Dasar dari tempurung kepala kemudian diperiksa dan basal duramater dibuka dengan tang yang kuat untuk memperlihatkan adanya fraktur basal. Tang gigi yang telah disingkirkan dapat dipergunakan untuk tujuan ini. Sinus venosus diincisi untuk mencari adanya trombosis. Jika normal ( dan selalu pada bayi ) tulang petrosus temporal terlihat, terpahat atau terpotong dengan penjepit tulang untuk memeriksa adanya infeksi telinga tengah dan dalam.

PEMBUKAAN DAN PEMERIKSAAN MEDULA SPINALIS Ini bukan hal yang rutin dilakukan untuk membuka medula spinalis saat otopsi, kecuali ada indikasi tertentu dimana mungkin ada beberapa lesi. Dimana, hal ini kemungkinan sangat kecil untuk terjadinya kerusakan columna vertebralis, pembuluh darah atau isi dari canalis vertebralis bagaimana pun sebaiknya tidak ada keraguan untuk melanjutkan otopsi sampai memasuki daerah ini.

Ada beberapa teknik pembukaan medula spinalis dan untuk keteranga seluruhnya, teks dari Ludwig atau Knight harus dikonsultasikan. Singkatnya, ada 2 pendekatan utama ke medula spinalis, anterior dan posterior.

Dalam teknik anterior, corpus vertebra dibuka setelah pembukaan organ tubuh lengkap, dengan menggergaji pedicle dengan pemotongan pada lateral bawah tiap sisi lebih baik jika tubuh tidak dibalik sampai wajah tertutup dan incisi dorsal yang luas dihindari, yang mana membutuhkan perbaikan berikutnya. Penulis menemukan bahwa teknik ini lebih melelahkan, tapi bagaimana pun, tetap dibutuhkan terutama pada regio thoracal dimana ujung kepala dari costae membuat

pendekatan lebih sulit.

Pendekatan posterior lebih biasa digunakan, membutuhkan incisi midline dari occipital kedaerah lumbal, otot-otot para spinal ditunjukakan sepanjang jaringan subcutan. Dua potongan gergaji pararel kemudian dibuat kebawah sepanjang vertebra untuk memisahkan lamina kanan dan kiri, dan memberikan akses ke canalis vertebralis. Ini paling baik dilakukan dengan gergaji listrik yang berayun, perhatikan jangan memotong terlalu dalam yang bisa mengenai duramater medula spinalis. Pelepasan tulang diperiksa dengan teliti dari bawah keatas untuk memperlihatkan canalis vertebralis.

Pemotongan sebaiknya ditempatkan cukup lateral sehingga pembukaan medula spinalis tidak megalami kesulitan. Ketika canalis terlihat, duramater medula spinalis diperiksa adanya perdarahan, infeksi, atau kelainan lain, kemudian dibuka tetap dengan duramaternya dengan memotong transversal akar saraf dan duramater, dan mengupasnya dengan progresif dari bawah ke atas. Duramater kemudian pelan-pelan dibuka dengan penjepit dan gunting untuk memeriksa medula spinalisnya. Medula spinalis bisa dimasukkan dalam formalin, dengan otak, segera sebelum pemotongan dan contoh dibawa ke bagian histologi. Fraktur, infark, infeksi, perdarahan, dan proses degenerasi adalah lesi utama dalam konteks forensik. Canalis vertebralis yang kosong harus diperiksa hati-hati untuk melihat adanya kerusakan discus, tumor, fraktur, perdarahan dislokasi, dan kolaps vertebra.

Ketika pada otopsi, dicurigai adanya kerusakan vertebra, latihan permulaan yang baik adalah dengan menggeser tangan dibawah punggung dari tubuh di atas meja otopsi dan menarik vertebra dorso-lumbar ke atas, sambil memperhatikan bagian dalam dari corpus vertebra. Jika ada fraktur atau dislokasi, sudut abnormal yang terjadi tiba-tibaakan terlihat, sebagai ganti pembengkokan yang terjadi secara halus. Vertebra cervical dapat di tes dengan manipulasi manual.Jika sudut yang dicurigakan terlihat, sayatan dapat dilakukan sepanjang vertebra anterior, melalui corpus vertebra dan discus, menggunakan gergaji listrik atau tangan. Ini akan memperlihatkan bagian dalam dari vertebra dan menunjukkan adanya fraktur, perdarahan, atau discus yang robek. Jika salah satunya ditemukan, medula spinalis harus selalu dibuka.

PEMERIKSAAN ORGAN-ORGAN Pemeriksaan Organ-Organ Dalam Organ thoracal dan abdominal diletakkan di atas meja bedah dengan panjang yang sesuai dan di bawah penerangan yang baik. Air mengalir untuk mencuci harus tersedia dari pipa yang flexibel, untuk membersihkan jaringan sebagai prosedur pembedahan. Beberapa ahli patologi ada juga yang mengatakan bahwa hal ini tidak seharusnya dilakukan, karena air dapat memberikan efek terhadap kualitas sayatan histological di kemudian waktu, tetapi hal ini akhirnya tidak dapat dibuktikan (Cotton dan Stephenson). Dalam beberapa kasus, pembukaan bagian inferior yang luas pada pemeriksaan mata yang akan memberikan hasil jika darah tidak dipindahkan pada interval yang singkat secara berlebihan melebihi objek lain dalam hal detail dari struktur sel, terutama dalam kebanyakan otopsi forensik, penampakan secara keseluruhan biasanya jauh lebih penting.

Organ viscera harus dibaringkan sehingga lidah menghadap pemeriksa, dengan aorta pada bagian atas. Urutan yang sama dalam pemeriksan harus diperhatikan meski dalam kasus umum, jadi dengan rutinitas yang tetap akan memastikan tidak ada hal yang tertinggal.

Struktur Leher Lidah diperiksa akan adanya penyakit dan luka, termasuk gigitan lidah dalam rahang sendiri atau karena epilepsi. Lidah disayat untuk mendeteksi adanya perdarahan yang dalam yang kadangkadang terlihat dalam kasus adanya perlawanan. Perdarahan semacam ini terlihat paling banyak pada pinggir dan tengah dari lidah bagian tengah. Kongesti yang jelas, yang mana berhubungan dengan penekanan pada leher atau model lain kongesti pada kematian, biasanya terdapat pada bagian posterior lidah. Tonsil dan dinding faring di inspeksi. Glottis diperiksa terhadap adanya sumbatan mekanis atau infeksi, dan tulang hyoid serta tiroid di palpasi untuk mengetahui adanya fraktur. Oesophagus dibuka dengan gunting tumpul yang besar ( 20 cm ), juga dengan pisau 10-15 cm yang matanya sangat tajam dan pisau yang matanya panjang pisau untuk memotong otak adalah peralatan yang paling berguna dalam otopsi.

Arteri carotis di tiap sisi dibuka, termasuk bifurcatio dan sinus. Jika perlu, bagian atas dari carotid dibuka dalam tubuhnya sendiri dan mengikuti dasar dari tempurung kepala. Jika dicurigai ada trombosis, bagian intra-cranial harus diperiksa dalam sinus cavernosus.

Mengembalikan struktur leher, tiroid harus disayat dan di inspeksi, kemudian oesophagus dibuka hampir sampai di bagian cardia dari lambung dan berbagai bahan yang dicurigai seperti kapsul, tablet, bubuk diambil untuk analisa.

Gunting kemudian melewati bawah dari garis posterior laring dan trachea sampai pada carina. Jika dicurigai ada penekanan di leher dengan berbagai tipe seperti adanya perlawanan, kemudian pemeriksaan khusus harus dilakukan, seperti dijelaskan dalam Chapter 14.

Trachea dab bronchus utama harus di inspeksi terhadap adanya penyakit dan sumbatan. Isi lambung sering ditemukan, tetapi nilai pentingnya di diskusikan dalam Chapter 13, sebaiknya tidak diasumsikan bahwa aspirasi sebelum kematian hanya terjadi dari adanya isi lambung pada jalan napas.

Paru-paru Paru-paru kemudian dibuka, setelah pemeriksaan yang teliti pada permukaan externalnya terhadap patchy kolaps, emfisema dan petechie dan lain-lain. Hampir setiap otopsi akan memperlihatkan sedikit petechie, terutama disekitar hillus dan fissura interlobaris. Nilai pentingnya juga didiskusikan dalam chapter 13. Paru-paru dipindahkan dari rongga thorax dengan memotong dengan menggunakan pisau yang matanya panjang ( seperti pisau untuk memotong otak ) di buh hillus dengan sisi tumpul keatas. Pisau diatur pada diatur pada posisi yang sesuai sebelum diubah ke sisi tajam ke atas untuk memotong hillus. Sebelum melakukan ini mungkin perlu untuk membuka perlengketan sepanjang diagragma dan memotongnya melalui ligamentum pulmonary, yaitu jaringan yang tipis

yang terletak pada sisi medial inferior lobus bawah ke mediastinum.

Setelah hillus dipotong, ahli patologi harus memberitahukan jika ada emboli yang terlihat pada arteri pulmonalis. Ini dilakukan karena emboli dapat keluar dan tercuci tanpa pemberitahuan turun ke tempat cuci. Beberapa ahli patologi berkeras bahwa pembukaan batang pulmonal dan bahkan vertikel kanan sebelum pembukaan paru, untuk mencari emboli yang tersembunyi. Hal ini tidak perlu karena emboli besar yang lain akan segera terlihat pada pemeriksaan hepar dan paru pada urutan pemeriksaan yang biasa dilakukan.

Kedua paru diangkat dan hillus diinspeksi sebelum di letakkan untuk dipotong. Paru harus ditimbang sebelum dipotong, karena cairan udem yang memiliki dapat keluar selama dipotong. Kemudian tiap bagian paru diletakkan dengan hillus dibawah diatas meja bedah, kesempatan ini diambil selama menangani evaluasi berat dan udem, seperti halnya pada emfisema.

Paru dipegang pada bagian atasnya dengan tangan kiri operator ( atau dengan busa spons ) dan organ dipotong sagital dari atas sampai dasar dengan pisau untuk memotong otak yang besar, letakkan pararel dimeja. Prosedur ini dilakukan pada sayatan antero posterior, bagian medial bawah dibawa ke hillus. Permukaan yang dipotong kini dapat dibuka seperti membuka buku dan permukaannya diperiksa terhadap udem, tumor, pneunomia, infark, trauma dan lain-lain. Bronkus yang lebih kecil harus di inspeksi untuk mendeteksi tanda-tanda penebalan mukosa, infeksi dan sumbatan. Arteri pulmonalis yang lebih kecil mungkin memperlihatkan trombosis atau emboli yang tidak terlihat pada pembuluh darah yang lebih besar.

Meletakkan Paru dalam Formalin Dalam beberapa otopsi medikolegal, terutama pada penyakit paru akibat industri seperti preumoconiosis atau asbestosis, 1 atau ke 2 paru perlu diletakkan dalam formalin untuk difixaxi sebelum dipotong. Ini menunjukkan bentuk dan histologi dalam keadaan sempurna, tetapi penundaan pemeriksaan paling lambat beberapa hari. Ini dilakukan dengan memegang atau mengikat cannula kedalam bronkus ketika 10% formal saline di perfusi melalui selang dari tempat

persediaannya dengan jarak 1 m di atas paru. Paru kemudian diletakkan dalam bak formalin yang ditutupi dengan kain terendam formalin untuk menghindari proses pengeringan.

JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH BESAR Ada banyak cara untuk memeriksa jantung yang dilakukan oleh seorang patologist, setiap operator harus memutuskan metode apa yang paling baik untuk digunakan. Pada bahasan ini tidak akan membahas tentang post mortem angiography, disini hanya akan membahas cara yang umum dan rutin dipakai untuk memeriksa jantung. Pertama jantung dan paru-paru diputar sehingga bagian bawah terlihat, pisau disayatkan di a. iliaka melewati kanan atas lengkung aorta lalu mengitari beberapa cm diatas katup aorta, namun tidak boleh melewati lapisan perikardium. Bagian dalam dari aorta dipelajari khususnya pada kasus ateroma, aneurisma atau trauma. Vena kava inferior dibuka. Organ-organ ditarik lalu diputar balik sampai jantung menjadi bagian yang paling atas. Pada lapisan perikardium dilakukan inspeksi luar untuk melihat cairan dan bekuan darah, lalu perikardium dibuka dengan pisau. Jantung dilepaskan melalui insisi dan dilakukan inspeksi luar pada kasus perikarditis, perlekatan, perubahan warna jantung akibat infark dan aneurisma jantung. Pada anak-anak, kelenjar timus harus diperiksa dan dibedah. Lalu jantung dipindahkan dengan cara dipegang dengan tangan kiri supaya perlekatannya tetap kuat terhadap organ lain. Pisau panjang disayat horisontal melintasi perikardium memotong sepanjang bagian terbawah dari aorta dan pembuluh darah besar lain diatas atrium. Lalu cuci bagian luarnyadan ditempatkan pada posisi anatomis pada meja pemotong dengan bagian apex menghadap operator dan permukaan anterior menghadap keatas. Jantung tidak boleh ditimbang terlebih dahulu sampai selurugh darah dan bekuan darah yang da di dalamnyadikeluarkan. Ukuran normalnya bentuk dan ventrikel ynag emmbesar harus diperhatikan periksa juga apakah ada dilatasi atau penebalan dari conus pulmonalis yang merupakan tanda dari hipertrofi ventrikel kiri, terutama bila terlihat striae pada otot transversal melewati conus.

Atrium kanan dibuka dengan memasukan pisau ke vena kava inferior dan memotong secara pararel melewati bagian dari atrium kanan lalu bagian dalam dari atrium, septum dan katup trikuspid diperiksa.

Septum interventrikulare diperiksa bagian luarnya, lalu dengan pisau dipotong kira-kira 15 mm kekanan dan secara pararel sepanjang ventrikel kanan. Hal ini harus dilakukan dengan kedalaman yang cukup untuk memasuki lumen tapi tidak boleh menenai dinding posterior, gunting memotong conus pulmonalis ke arteri pulmonalis sampai terjadi pertemuan. Pengguntingan diperluas sampai ke bagian bawah apex dari ventrikel. Pisau memotong kebawah dan melewati bagian luar sudut kanan, dituntun oleh jari tangan kanan melewati katup trikuspid dari atrium kanan yang telah dibuka. Sekarang semua sisi kanan jantung telah terbuka. Setelah ini bagian tersebut harus dicuci dan bagian endokardium serta katup harus diperiksa. Dengan cara yang sama dikerjakan pada sisi kiri jantung. Pisau dimasukan ke vena pulmonalis dan melewati bagian horisontal ke vena yang berlawanan, dengan demikian membuka atrium, jari dimasukan ke arah bawah sepanjang katup mitral untuk memastikan ukuran dan mendeteksi adanya stenosis. Jantung dikembalikan ke posisi anatomis, dipotong kembali pararel dari septum, tapi pada sisi kirilebih dalam karena ventrikel kiri lebih tebaldituntun oleh jari pada katup mitral, pemotongan diperluas keatas sepanjang katup dan keluar pada bagian atas atrium. Jari-jari melewati saluran keluar ke aktup aorta untuk memperkirakan ukurannya lalu pisau melewati katup mitral ke katup aorta maka ujung aorta terbuka seluruh bagian jantung sekarang telah terbuka dan dapat dicuci serta dapat ditimbang. Ada bermacam-macam perkiraan ukuran berat dai jantung normal, tergantung dari berat badan dan jenis kelamin meskipun bukan merupakan ukuran pasti. Sesorang dengan postur tubuh sedang tidak memiliki berta jantung yang sesuai dengan ukuran otot sesorang bila orang tersebut memiliki penyakit hipertensi. Persoalan ini masih merupakan perdebatan namun sebagai auan berata jantung normal pada orang dewasa dengan postur tubuh normal 380 gram. Setelah diukur beratnya, endokardium dan klep diperiksa, kemudian arteri koronaria. sekali lagi,terdapat kontroversi pada metoda pembukaan jantung, tetapi metode yang digunakan saat ini adalah memotong dengan potongan melintang dengan pisau dibanding membuka secara membujur dengan gunting kecil. PEMERIKSAAN ORGAN PERUT ( ABDOMEN ) Organ yang akan diperiksa diletakkan di permukaan tempat pemotongan pada posisi antomis denga hepar dan lambung jauh dari pemeriksa dan permukaan anterior menghadap keatas.

Lambung dibuka dan apabila ada permintaan dari isi lambung untuk keperluan analisis kita harus menyiapkan tempat untuk menyimpan isi lambung tersebut. Lambung dicuci bagian luarnya dengan air mengalir dan pemotongan kecil pada kurvatura mayor dilakukan. Tempat untuk menyimpan sample dapat ditaruh di bawah meja pemeriksaan, setelah itu kurvatura mayor dibuka lebar dan isi lambung dikeringkanbila ada substansi lain yang melekat pada lambung dapat dimasukan ke tempat penyimpanan sample tersebut. Beberapa pemeriksaan laboratorium membutuhkan contoh dari dinding lambung untuk dilakukan anlisis, hal ini dapat dilakukan setelah seluruh organ dibuka dan lapisan lambung telah diperiksa.bila isi lambung tidak dibutuhkan tau telah di simpanlambung dibuka dari cardia ke pylorus sepanjang kurvatura mayor setiap lapisan dicucci dan diperiksa, potong melewati pilorus disekitar duodenumsampai ditemukan titik temu.kandung empedu mungkin dapat kita remas untuk mentukan patency dari kandung empedu sebab pada kasus morfin dan CPZ overdosis diperlukan pemeriksaan kandung empedu. Kelenjar adenal diperiksa pada pemeriksaan selanjutnya, bagian kanan adrenal berada diatas ginjal, bagian kiri ada pada sisi medial bila ginjal kanan diambil dengan tangan kiri dan diangkat keatas berlawanan dengan berat dari hepar, pemotongan pada jaringn yang diregangkan antara hepar bagian kiri tertananm pada jaringan diantara pankreas, limpa dan ginjal. Jumlah dari kortikal lipoid, tidak adanya perdarahan dan kelainan lain harus ditulis pada setiap kelenjar yang diperiksa. Limpa dipindahkan dengan memotongmelalui pediclenya dan dipotong menjadi beberapa bagian setelah ditimbang. Pancreas diletakkan di bawah lambung dan dipotong sesuai dengan panjangnya dari lekukan duodenum ke ujungnya ditaruh berlawanan dengan hilus limpa. Ginjal dikeluarkan denagn memotong kapsulnya biasanya setelah lapisan tebal dari perineum dilewati, ginjal dapat dikeluarkan dari kapsulnya kecuali bila telah melekat. Pada ginjal di periksa dengan membuka aorta, namun dapat diperiksa ulang, ureter juga dapat diperiksa. Ginjal dirobek pada bagian hillusnya dan ditimbang, lalu potong sesuai dengan panjangnya untuk memeriksa bagian anterior. Lebar dari korteks ginjal penting untuk diperiksa pada orang normal 1 cm, granuler pada permukaan ginjal dan kejernihan dari cortikomedilary junction dinilai. Usus kecil juga harus diperiksa pada stage awal pemindahan namun pada pemeriksaan usus kecil tidak perlu dibuka semuanya, kecuali bila ada indikasi tertentu. PEMERIKSAAN OTAK Setelah dilakukan penimbangan pemeriksaan otak harus segera dilakukan biasanya dilakukan cara wet cutting yaitu otak ditaruh di dalam kotak berisis formalin, supaya otak terfiksasi

sebelum dipotong untuk memudahkan pemotongan supaya lebih akurat. Teknik dari fiksasi otak telah banyak diketahui yaitu otak ditaruh pada tempat penyimpanan yang berisi 5-8 liter formalin yang mengandung10 % buffer formalin. Otak ditaruh dan diikat dengan benang/ paper clip melalui arteri basilaris dn diikuti di bagian mulut atas/ pinggir atas dari tempat penyimpanan tersebut. Pada otopsi mayor tidak perlu dilakukan fiksasi (perendaman otak pada formalin) bila tidak ada lesi di otak atau hal lain yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan luarbila ada kasus seperti ini lebih bagus dilakukan cara wet cutting. Bila hanya terdapat satu lesi lebih baik diperiksa dalam kondisis tidak terfiksasi, pada kasus subarachnoid hemorhage, lebih mudah untuk mencuci dalam keadaan fresh/sebelum diberi formalin, belum difiksasi dan darah dengan air yang mengalir.

Apakah otak diperiksa dalam keadaan basah atau telah terfiksasi urutan pengukurannya sama saja beratnya adalah hal pertama yang harus diukur normalnya untuk pria dewasa 1300- 1450 gram, pada wanita lebih kecil seratus gram, harus diperhatikan bahwa otak yang telah terendan formalin menjadi lebih berat 8 % dari ukuran normalnya. Otak diperiksa apakah ada kelainan pada permukaannya (hemorrhage), perdarahan meningeal lesi yang paling penting pada forensik patology ( baik ekstradural, subdural, atau subarachnoid) ini berarti pemeriksaan darah pada otak terutama arteri dari sirkulasi willis dan pembuluh darah vertebralis sangat pentingterutama untuk pencarian Berry Aneurisma Kesimetrisan dari otak harus dipriksa juga apakah terdapat depresi pada otak karena ada massa atau kompresi dari tulang tengkorak. Perkiraan dari udema otak ditentukan dari beratnya, juga dari gyrus otak yang mendatar, hilangnya sulcus dan terjadinya hernia hipocampus. Herniasi uncus ditandai dengan adanya infark, sama dengan herniasi dari tonsila cerebelar ke foramen magnum. Pemeriksaan teliti dari pembuluh darah basiler dan bagian luar otak dan setelah dilakukan perabaan bila terdapat massa di bawah kortex seperti adanya perdarahan , abcess atau tumor kistik maka otak harus dipotong untuk melihat kelainan apa yang ada. Pemotongan pertama dilakukan di pedunculer otak, pisahkan cerebrum dari cerebelum lalu cerebelum dipisahkan dari batang otak. Lalu otak kecil dipotong untuk memeriksa subsstansia

nigra, hal ini dilakukan unutk memeriksa apakah terdapat perdarahan sekunder/primer akibat tekanan pada intrakranial. Otak kecil dan pons dipotong vertikal kebawah dan dibukla untuk melihat ventrikel 4, nukleus dentatus dan bagian dalam dari cerebelum, bagian bawah pons dan medula dipotong transversal/longitudinal.

Hemisphere otak besar dipotong pada bagian coronal dari lobus frontalis ke occipitalis potongan harus 1 cm tebalnya. Pemotongan ini harus dilakukan dengan hati-hati.

PEMERIKSAAN TAMBAHAN Mikrobiologi Lebih umum pada atopsi klinik, meliputi pemeriksaan contoh kultur untuk bakteriology, virology dan jamur bila diperlukan. Swab dapat dikerjakan juga pada otopsi. Alternative lain yaitu contoh jaringan dikumpulkan pada tempat yang steril hal ini merupakan metode yang umum sebagai contoh untuk kultur virology dari paru dan otak. Kultur darah mungkin diperlukan dan apabila kita akan mengambil darah lebih baik jika kita menggunakan jarum suntik yang sterildarah dapat diambil dari pembuluh darah besar di vena femoralis, sebagai alternative darah dapat juga diambil dari bilik jantung yang baru saja dibuka. Pada seluruh investigasi otopsi kultur dilakukan segera sesudah meninggal atau secepat mungkin karena sering terjadi kontaminasi maka dari itu hal ini harus dilakukan oleh ahlinya. Toksikologi Hal ini sudah pernah dibahas dan akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya, pada bagian ini pengumpulan spesimen yang harus diperhatikan, spesimen dapat diambil adri darah, urin, isis lambung, organ ( t.u hati), isis usus, cairan otak (cairan cerebrospinal) , kandung empedu dan cairan bola mata. Tempat untuk penyimpanan spesimen harus steril. Pemeriksa spesimen ahrus disertai denagn form yang berisis tentang isi sample yang akn diperiksaidentitas korban, dll.

Histologi

Sebagian besar otopsi (pemeriksaan mayat) tak dapat dielakkan dan selalu berkaian erat dalam kasus kejahatan dan litigious (perkara pengadilan), ahli patologi membutuhkan suatu pengujian histologi atas jaringan, bilamana hanya mengeluarkan sisi kemungkinan dari penyakit alami. The Royal College of Pathologist merekomendasikan bahwa histologi diambil dari setiap otopsi dan saran ini akan diikuti bilamana memungkinan, dalam beberapa otopsi medicolegal, faktor biaya menjadi hal yang menyulitkan bilamana ada sisi kewenangan terhadap pegawai yang memeriksa sebab musabab kematian seseorang dan pihak lain terhadap dana atau anggaran yang harus dikeluarkan. Dan biasanya hal itu dapat menopang sampel liver, limpa kecil, ginjal, paru-paru, tyroid, adrenal, pancreas, dan otot sebagai suatu karakteristik minimum. Dimana ada indikasi untuk menguji bagian lain dari tubuh, dan hal itu ditopang dalam keterikatannya dengan jaringan rutin. Jaringan itu disample-kan oleh pengambilan rangkaian yang besar dari proses otopsi (adanya penurunan ukuran) atau adanya pemotongan blok dari ukuran standar (seperti 20 x 12 x 15 mm) pada waktu otopsi berlangsung.

Jaringan itu ditempatkan dalam volume yang besar dan banyak diikuti oleh asumsi lain yang sifatnya tetap paling sedikitnya selama beberapa hari sebelum proses berlangsung. Volume fixative itu dilakukan selama enam jam dari total volume jaringan; dan ini terlalu umum untuk melihat massa jaringan sambungan kedalam container kecil, dan ditutup dengan formalin, dan sifatnya semi kering. Beberapa prosedur dikhususkan juga dalam penggunaan saat ini, seperti pengujian histochemistry, fluorescent microscopy dan immunohistochemical, yang digunakan secara khusus dalam patologi akibat kematian yang mendadak dimana bukti myocardial infarction awal ini mulai terlihat. Dan ini didiskusikan dalam bab mengenai sifat kematian yang wajar (bab 25).

Radiologi otopsi

Secara detail penemuan radiologi akan didiskusikan dalam setiap bab, khususnya dalam hubungannya dengan penyalahgunaan obat-obatan pada anak-anak, luka kena tembakan, identifikasi dan ilmu kedokteran gigi. Dan secara umum, radiologi adalah sama untuk photografi dalam ruang otopsi, yang membutuhkan banyak alat yang besar dan seseorang untuk mengoperasikan peralatan dan proses film.

Kualtias bantuan radiografik yang tersedia akan bisa divariasikan secara luas dari tidak adanya penekanan terhadap tekik-teknik, termasuk tomography dan lain-lain, dalam setiap penelaahan, magnetic resonance imaging (MRI).

Perbedaan utama biasanya apakah otopsi itu dilakukan dalam suatu rumah sakit yang memiliki peralatan yang baik, dimana ada alat radiografik, radiographer menggunakan radiologist untuk membaca film atau apakah otopsi dilakukan dalam tindakan khusus dan tersedia fasilitas klinisnya.

Di beberapa negara berkembang, radiographi menjadi hal yang langka bagi kehidupan pasien, dan beberapa standar bantuan terhadap ahli patologi yang tidak dapat diharapkan. Dalam konsepsi yang lebih besar, negara-negara kaya, selalu menelaah masalah ini secara benar, disini adanya mobilisasi peralatan atau perlengkapan yang tersedia dan kadang-kadang digunakan oleh ahli patologi forensik. Dalam skala kecil, sinar X dapat digunakan dalam dua kopor, dan fungsi ini berasal dari ordinary domestic power supply atau dari portable petrol generator. Pada beberapa kesempatan kamar mayat akan mempunyai mesin portable yang kecil, kadang-kadang dibuang dari

kegunaan klinis. Dan hal ini bisa diputarkan kedalam posisi lain bilamana dibutuhkan, dan film dan bantuan teknik dipastikan dari rumah sakit terdekat, yang dekat.

Untuk organ atau jaringan yang dipisahkan, perlengkapan cabinet type radiografic tersedia, dan ini dapat digunakan tanpa bantuand ari radiographer yang terlatih.

Dimana ada isntitusi forensik besar, yang dapat menyempurnakan fsilitas radiologi dengan staf dan perlengkapan pada operator dan proses dominasi lain yang tersedia setiap waktu. Dimana proyek penelitian ini meliputi radiologi, seperti post mortem coronary angiography, digunakan dan biasanya juga untuk fasilitas penggunaan rutin.

Tahapan ini dimana radiologi dilakukan dalam suatu otopsi yang akan divariasikan sesuai dengan kondisi individu, tetapi lebih disukai setelah pengujian eksternal yang sempurna, tetapi sebelum pemotongan atau pembedahan dimulai. Radiografi untuk luka pada tulang tidak sering dibutuhkan seperti skeleton dan ini dapat diinspeksikan secara langsung oleh pembedahan dalam trauma utama. Pengecuali ini khususnya pada penyimpangan anak terhadap obat-obatan/narkotika, dimana seperti diulas di bab 22, survei mengenai kerangka / skeletal dibutuhkan sebelum otopsi berlangsung. Dan tentu saja, beberapa ahli forensi dan ahli patologi paediatric akan menjelaskan pentingnya radiologi pada semua bayi.

Adanya kecurigaan embolisme udara, pneumotorax, barotrauma, luka akibat tembakan senjata dan kematian eksplosif (ledakan) mempunyai pengujian radiologi sebelum otopsi, dan bilamana adanya traumatic subarachnoid haemorrhage, dimana vertebral artery angiographi

dibutuhkan, seperti yang dijelaskan di bab 5.

Mutilasi, khususnya dari gangguan massal, dibutuhkan sinar X, beberapa korban yang luka akibat kebakaran dimana adanya kerusakan eksternal yang membuat sulit dilakukan pembedahan. Dimana alat eksplosif, bom masuk dalam keterikatan ini, dan penting adanya radiologi untuk mendeteksi berbagai bagian mekanisme yang dibutuhkan untuk suatu proses jaringan.

Lebih dulu film biasanya diambil sebelum otopsi dimulai, beberapa luka bisa didemonstrasikan secara baik atas isolasi organ atau struktur. Dari penyalahgunaan obat-obatan pada anak hal itu bisa divisualisasikan dengan sinar X bilamana chest cage itu dibedah, dan radiografi diambil tanpa kelenjar ataujaringan yang lembut dan struktur yang tak jelas dari sternmum dan tulang rusuk. Dan biasanya blok pada sisi tulang belakang bisa retak, dimana proses vertebral artery atau larynx akan bisa memperlihatkan keretakan hyoid atau thyroid cornuae yang lebih jelas bilamana mereka menggunakan sinar X pada tubuh.

Forensic photography

Beberapa ahli patologi forensik mengambil phografi yang dimiliki mereka dari kedua adegan kematian dan otopsi. Lainnya direalisasikan atas photographer yang profesional seperti polisi, dan photographer medis rumah sakit.

Standar ahli seperti doctor photographer adalah yang terbaik, dan gambar mereka akan terlihat seperti pada beberapa buku pelajaran. Dan hal itu secara umum lebih menekankan pada

sisi keahlian operator, dan ini ditawarkan oleh mereka.

Tipe kamera adalah