4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra...

34
Fikih Kuliner Hendra Pertaminawati Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in this world is for human living. Therefore, every thing that Allah has created in this world is permissible (mubah). Something becomes haraam, when it prohibited by Qur'an. So in fact, the percentage of prohibition (haram) is smaller than the permissible (halal). The polemic issues of halal and haram has been known by each community, each one is different both in size, Forbidden to eat carrion, blood, pork, meat animals that slaughtered in the name of other than Allah, the strangled, which was hit, fell, and torn to pieces by wild animals, except that you could kill it, and (forbidden) are slaughtered for idols. and (also forbidden) raffle fate with arrows, is wickedness nowadays. Alaw was created by Allah for the humans sake. Islamic law still uphold the principle of eliminating mafsadah and bring maslahah for all mankind, whether physical, soul, ratio, the whole society, the rich, the poor, rulers, people, male, female; and maslahah for all kinds of people either type, skin, nationality, in every age and generation. Islam with the rules of jurisprudence fiqihnya has set rules such as breathe the wisdom of prudence for the creation of the benefit (good) Keywords: Fiqih, Makanan, Halal, Haram, Barang Impor A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Saat ini banyak orang gemar melakukan perjalanan ke berbagai wilayah baik dalam maupun luar negeri. Dan mereka gemar melakukan perjalanan sambil menikmati kuliner daerah setempat (wisata kuliner). Lebih lagi Setiap tempat tentu menyuguhkan makanan berbeda yang sangat menarik selera. Makanan-makanan tersebut tentunya berbeda dari segi bahan utama maupun tambahan-tambahan pelengkapnya, yang kesemuanya tentu tidak diketahui asal muasalanya oleh konsumen. DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Transcript of 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra...

Page 1: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Fikih Kuliner

Hendra Pertaminawati

Dosen STAI Indonesia

Abstract: Allah created everything in this world is for human living.

Therefore, every thing that Allah has created in this world is permissible

(mubah). Something becomes haraam, when it prohibited by Qur'an. So in

fact, the percentage of prohibition (haram) is smaller than the permissible

(halal). The polemic issues of halal and haram has been known by each

community, each one is different both in size, Forbidden to eat carrion,

blood, pork, meat animals that slaughtered in the name of other than Allah,

the strangled, which was hit, fell, and torn to pieces by wild animals, except

that you could kill it, and (forbidden) are slaughtered for idols. and (also

forbidden) raffle fate with arrows, is wickedness nowadays. Alaw was

created by Allah for the humans sake. Islamic law still uphold the principle

of eliminating mafsadah and bring maslahah for all mankind, whether

physical, soul, ratio, the whole society, the rich, the poor, rulers, people,

male, female; and maslahah for all kinds of people either type, skin,

nationality, in every age and generation. Islam with the rules of

jurisprudence fiqihnya has set rules such as breathe the wisdom of prudence

for the creation of the benefit (good)

Keywords: Fiqih, Makanan, Halal, Haram, Barang Impor

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Saat ini banyak orang gemar melakukan perjalanan ke berbagai

wilayah baik dalam maupun luar negeri. Dan mereka gemar melakukan

perjalanan sambil menikmati kuliner daerah setempat (wisata kuliner).

Lebih lagi Setiap tempat tentu menyuguhkan makanan berbeda yang

sangat menarik selera.

Makanan-makanan tersebut tentunya berbeda dari segi bahan

utama maupun tambahan-tambahan pelengkapnya, yang kesemuanya

tentu tidak diketahui asal muasalanya oleh konsumen.

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 2: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

60 Hendra Pertaminawati

Sebagai muslim, untuk memakan sesuatu diharuskan memperhatikan

kehalalannya, baik secara zat nya maupun cara memperoleh dan

pengolahanannya.

Datangnya era globalisasi tidak dapat dihindari lagi. Hal ini akan

membawa konsekuensi banyak makanan dan minuman impor baik yang

jelas keharamannya atau yang tidak jelas keharamannya beredar di tengah-

tengah kita. Ditambah lagi, banyak sekali bahan utama dan bahan

tambahan makanan yang harus diimpor untuk memproduksi bahan

pangan olahan di dalam negeri, dimana telah digambarkan di atas bahwa

tidak mudah mengenali asal bahan tersebut, dengan kata lain tidak mudah

menentukan kehalalan bahan tersebut. Dengan demikian, apabila tidak

ada jaminan kehalalan suatu bahan atau produk pangan, maka akan sulit

sekali bagi awam untuk memilih mana makanan dan minuman yang halal

dan mana yang haram. Untuk itulah diperlukan adanya peraturan dan

pengaturan yang jelas, yang menjamin kehalalan suatu bahan atau produk

pangan. Di samping itu, umat Islam perlu dibekali dengan pengetahuan

yang cukup tentang masalah ini, bahkan para ulama harus bekerjasama

dengan para ilmuwan dalam menentukan kehalalan suatu bahan atau

produk pangan mengingat permasalahan ini memerlukan pengetahuan

yang mendalam mengenai asal usul bahan itu sendiri di samping

pengetahuan hukum Fiqih.

Konsumen Muslim saat ini banyak yang tidak tahu dan tidak peduli

akan semakin tumbuh subur dan maraknya produksi dan perdagangan

pangan haram.Ada empat aspek yang berperan besar dalam menghasilkan 1dan menyuburkan peredaran produk-produk haram dan subhat yaitu :

1. Dampak Perkembangan Teknologi Pangan

Perkembangan teknologi pangan, selain berdampak positif bagi

manusia, disisi lain perlu dicermati pula dampak negatifnya.

Salah satu dampaknya adalah makin kompleksnya proses

pengolahan dan distribusi bahan pangan, sehingga berpotensi

terjadinya penggunaan atau pencampuran bahan haram. Hal ini

mempersulit penentuan halal dan haramnya suatu produk

pangan oleh kalangan awam karena perlu pengetahuan yang

memadai untuk mengetahui apakah produk yang diproduksi

halal atau tidak.

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

1 PusatHalal.com

Page 3: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Fikih Kuliner 61

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

2. Dampak Derasnya Barang Impor dari Negeri Non Muslim.

Walaupun import bahan makanan dari luar negeri telah diatur

sedemikian rupa, namun masih banyak impor yang dilakukan

secara illegal. Seperti kasus masuknya paha ayam dari Amerika

beberapa tahun silam atau masuknya hati sapi illegal yang lebih

murah daripada lokal. Keduanya kemungkinan besar berstatus

haram karena tidak disembelih secara Islami.

Belum lagi penggunaan produk impor yang tidak sesuai

peruntukannya. Contohnya saja ada indikasi kulit babi yang

diimpor untuk produk sandang, oleh oknum tertentu sisa-sisa

potongannya dimanfaatkan juga untuk dijadikan krupuk kulit

yang sekilas mirip dengan krupuk kulit dari sapi.

Untuk produk-produk dalam kemasan, masyarakat yang tidak

hati-hati dan awam sering terkecoh membeli produk hasil impor

yang belum jelas kehalanannya. Contoh saja coklat, keju, susu,

biscuit dan sebagainya. “asumsi” yang salah ditambah tidak

jelasnya keterangan ingredient yang dicantumkan dalam

kemasan, (karena menggunakan bahasa dan istilah asing)

memungkinkan terkonsumsinya produk haram ini oleh orang

Muslim.

Selain produk pangan, perlu juga diwaspadai produk lainnya

seperti kosmetik, obat-obatan, sabun mandi, pembersih wajah,

bahkan bahan jaket, dompet, sandal, kuas bulu dan lainya yang

kemungkinan berasal dari bahan haram.

3. Kecurangan dan pengelabuan oleh produsen dan pedagang

Persaingan yang ketat dalam dunia dagang, ditambah keinginan

untuk mendapatkan keuntungan berlipat, tidak jarang

membutakan mata hati para oknum pedagang untuk mengelabui

pembelinya dengan barang-barang haram.

Kejadian yang sering terjadi adalah pencampuran daging haram

seperti babi, daging bangkai (mati sebelum disembelih), daging

tikus, anjing dan atau daging halal kadaluarsa yang di

rekondisikan. Untuk daging segar mungkin sebagian masyarakat

bisa membedakannya, namun untuk daging yang telah diolah

menjadi masakan atau produk olehan seperti bakso, nugget dan

lainnya cukup sulit untuk mendeteksinya.

Page 4: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Masalah lainnya adalah berkaitan dengan label halal yang “self

claim”, dimana label tersebut di buat sendiri tanpa adanya

pengujian oleh badan yang berkompeten. Ironisnya masyarakat

Muslim banyak yang belum faham dan mudah percaya jika pada

suatu produk, rumah makan, atau catering dicantumkan label

halal. Mereka belum bisa membedakan label mana yang

dikeluarkan oleh LP-POM MUI dan mana yang merupakan “self

claim”.

4. Lemahnya regulasi dalam perlindungan konsumen Muslim

Sertifikasi Halal di Indonesia “tidaklah diwajibkan” namun

bersifat sukarela. Hanya produsen yang “mau” mensertifikasi

produknya dengan label halal yang terkena syarat sertifikasi

halal. Ini menjadi ironi bagi negeri dengan penduduk muslim

terbesar di dunia ini.

Disisi lain, implementasi dan pengawasan terhadap di patuhinya

undang-undang ini juga dirasakan masih sangat lemah. Contoh

kasus yang telah kita bahas diatas adalah masalah penggunaan

label halal self claim. Padahal peraturannya, barangsiapa ingin

mencantumkan label halal pada produknya maka dikenakan

kewajiban untuk melalui proses dan persyaratan yang telah

ditetapkan. Namun pelanggaran akan hal ini masih marak

terjadi.

Contoh kasus lainnya adalah maraknya kecurangan dalam

perdagangan seperti dibahas di muka, menunjukan betapa

lemahnya pengawasan dan perlindungan terhadap masyarakat

Muslim.

Perintah untuk memakan makanan yang halal tercantum dalam Al

Qur'an, yang artinya :

"Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah

telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu

beriman kepadanya "( QS. Al-Maaidah: 88).

Ayat tersebut di atas jelas-jelas telah menyuruh kita hanya memakan

makanan yang halal dan baik saja, dua kesatuan yang tidak bisa

dipisahkan, yang dapat diartikan halal dari segi syariah dan baik dari segi

kesehatan, gizi, estetika dan lainnya.

2 Al-Qur'an, Surat Al Maidah ayat 88,

62 Hendra Pertaminawati

Page 5: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,

daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut nama selain Allah.

Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak

menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al- 3Baqarah:173).

Dari ayat di atas jelaslah bahwa makanan yang diharamkan pada

pokoknya ada empat: Bangkai: yang termasuk ke dalam kategori bangkai

ialah hewan yang mati dengan tidak disembelih, termasuk kedalamnya

hewan yang matinya tercekik, dipukul, jatuh, ditanduk dan diterkam oleh

hewan buas, kecuali yang sempat kita menyembelihnya (QS. Al-

Maaidah:3). Darah, sering pula diistilahkan dengan darah yang mengalir

(QS. Al-An'aam:145). Daging babi. Kebanyakan ulama sepakat

menyatakan bahwa semua bagian babi haram dimakan, sehingga baik

dagingnya, lemaknya, tulangnya, termasuk produk-produk yang

mengandung bahan tersebut, termasuk semua bahan yang dibuat dengan 4menggunakan bahan-bahan tersebut sebagai salah satu bahan bakunya.

Binatang yang ketika disembelih disebut nama selain Allah.

Selain makanan, terdapat pula ketentuan dalam hal minuman,

seperti dalam Firman Allah : Beberapa Prinsip dasar dalam suatu hukum

syara' (al-hukm al-syar'i), dan ada pula yang berupa kaidah syara' (al-qa'idah

asy-syar'iyah) yaitu kaidah umum yang dapat diterapkan untuk berbagai

permasalahan, berbunyi Al-Ashlu fi al-asy-yaa` al-ibahah maa lam yarid dalil

at-tahrim (hukum asal benda adalah mubah selama tidak terdapat dalil 5yang mengharamkannya).

Yang dimaksud asy-ya` (sesuatu) dalam kaidah itu adalah materi-

materi yang digunakan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. 6Perbuatan atau aktivitas manusia tidak termasuk di dalamnya.

3 Al-Qur'an, Surat Al Baqarah ayat 173

4 Keputusan Fatwa MUI September 1994 tentang keharaman memanfaatkan babi dan seluruh unsur-

unsurnya (Majelis Ulama Indonesia, 2000).5 Atha Ibnu Khalil, Taysir Wushul Ila Al-Ushul, hal. 16; Abdul Hamid Hakim, Mabadi` Awwaliyah, hal.

48; Al-Qaradhawi, Halam dan Haram dalam Islam, hal. 14-15).6 Atha Ibnu Khalil, Taysir Wushul Ila Al-Ushul, hal. 15.

Fikih Kuliner 63

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 6: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Kaidah ini disimpulkan dari berbagai ayat yang menyatakan bahwa segala

apa yang diciptakan Allah di langit dan bumi adalah diperuntukkan bagi 7manusia, yaitu telah dihalalkan oleh Allah .

Selanjutnya, bagaimana status hukum hewan yang tidak ada

keterangannya, apakah halal atau haram? Bagaimanakah terhadap benda

yang berbahaya dan lain sebagainya. Terkait dengan latar belakang diatas,

penulis mencoba membahas permasalahan halal dan haram dalam

kandungan makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari dimana 8pun berada dengan istilah kuliner , Pembahasan ini dimaksudkan untuk

memberi gambaran yang lebih jelas kepada masyarakat awam, dari segi

fikih terhadap makanan dan minuman yang akan dikonsumsi dari proses

hingga di santap, agar dapat lebih teliti dan berhati-hati terhadap makanan

dan minuman yang akan dikonsumsi sesuai dengan syar'ie

B. Pembahasan

1. Konsep Halal dan Haram dalam Makanan

a. Pengertian Halal

Halal adalah suatu istilah dalam ilmu yang berhubungan dengan

ketentuan hukum, yaitu sesuatu atau perkara-perkara yang

dibolekan, dianjurkan, bahkan diwajibkan oleh syara'. Ibnu

Mas'ud r.a meriwayatkan bahwasannya Rasulullah Saw

bersabda,”Mencari kehidupan yang halal adalah fardu bagi

setiap Muslim. Jadi dapat disimpulkan bahwa mencari rizki yang

halal hukumnya wajib bagi umat Muslim. Orang-orang yang

telah dikekuasai oleh kemalasan menganggap saat ini tidak ada

lagi yang halal, sehingga ia melakukan apa saja yang

diinginkannya. Padahal ini adalah suatu kebodohan. Sebab

Rasulullah telah menggambarkan mana yang halal dan mana 9yang haram.

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

7 Misalnya QS Al-Baqarah [2] : 29, QS Al-Jatsiyah [45] : 13, QS Luqman [31] : 20).

8 Kata kuliner merupakan unsur serapan bahasa Inggris yaitu culinary yang berarti berhubungan dengan

memasak. Sedangkan orang yang bekerja di bidang kuliner (http://www.kanalinfo.web.id/2016/05/25)9 Fudhailurrahman, Ringkasan Ihya' 'Ulumuddin karangan Imam Ghazali, PT Sahara Intisains, 2010, hal

64 Hendra Pertaminawati

Page 7: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Istilah ini dalam kosakata sehari-hari lebih sering digunakan

untuk merujuk kepada makanan dan minuman yang diizinkan

untuk dikonsumsi menurut dalam Islam. Halal ialah sesuatu

yang mubah (diperkenankan), yang terlepas dari ikatan

larangan, dan diizinkan oleh Pembuat Syari'at untuk dilakukan,

Terutama dalam hal makanan dan minuman. Dalam firman 10

Allah swt surat al-Baqarah ayat 168:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang

terbaik dibumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

11Imam Al – Ghazali di dalam memberikan makna halalan

thayyiban tampaknya berbeda dengan pendapat di atas.

Menurutnya sesuatu dikatakan halalan thayyiban dari segi zat

bendanya sendiri itu diperoleh dengan cara yang baik, tidak

berbahaya, tidak memabukkan dan dikerjakan menurut syariat

agama. Jadi halal adalah segala sesuatu yang dihalalkan Allah.

Sedangkan dalam konteks yang lebih luas istilah halal merujuk

kepada segala sesuatu yang diizinkan menurut hukum Islam

(aktivitas, tingkah laku, cara berpakaian dan lain sebagainya). 12

Menurut Abdul Aziz Dahlan disebutkan bahwa halalan

thayyiban mengandung beberapa makna yaitu membebaskan,

melepaskan, memecahkan, membubarkan, dan membolehkan.

Artinya segala sesuatu yang menyebabkan seseorang tidak

dihukum jika menggunakannya dan sesuatu yang boleh

dikerjakan menurut syara' . Sedangkan pengertian sesuatu yang

boleh dikerjakan menurut syara' ini berkaitan dengan kebolehan

memanfaatkan, memakan, meminum, dan mengerjakan sesuatu

yang telah ditentukan berdasarkan nash atau mengandung arti

sebagai anjuran untuk mengerjakan sesuatu yang berdasarkan

nash.

10 Qs, Al-Baqarah, 2;168

11 Imam Al-Ghazali, Benang Tipis antara Halal dan Haram, Penerbit putra Pelajar, Semarang, 2002, hal 19-20

12 Abdul Aziz Dahlan,. 2001.Ensiklopedi Hukum Islam .Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve

Fikih Kuliner 65

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 8: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Makanan dikatakan halal paling tidak harus memenuhi tiga

kriteria, yaitu halal zatnya, halal cara memperolenya, dan halal 13

cara pengolahannya.

i. Halal zatnya

Makanan yang halal menurut zatnya adalah makanan yang

dari dasarnya halal untuk di konsumsi. Dan telah di tetapkan

kehalalannya dalam kitab suci al-qur'an dan al-hadist. Centoh

makanan yang halal atas zatnya adalah daging sapi, ayam,

kambing, buah-buahan seperti apel, kurma, anggur, Dan lain

sebagainya.

ii. Halal cara memperolenya

Yaitu makanan yang di peroleh dengan cara yang baik dan

sah, Makanan akan menjadi haram apabila cara

memperolehnya dengan jalan yang batil karena itu bisa

merugikan orang lain dan dilarang oleh syariat. Contoh dari

cara memperoleh yang baik adalah dengan cara membeli,

bertani, hadiah, dan lain sebagainya.

Adapun dari makanan yang diperoleh dari makanan yang

batil adalah dengan cara mencuri, merampok, menyamun,

dan lain sebagainya.

iii. Halal cara pengolahanya

Yaitu makanan yang semula halal dan akan menjadi haram

apabila cara pengolahanya tidak sesuai dengan syariat agama.

Banyak sekali makanan yang asalnya halal tetapi karena

pengolahanya yang tidak benar menyebabkan makanan itu

menjadi haram. Contohnya anggur, makanan ini halal tetapi

karena telah diolah menjadi minuman keras maka minuman

ini menjadi haram.

14Dalam firman Allah surat Al-A'raf, ayat 157 yaitu:

“Dan (Allah) menghalkan bagi mereka segala yang baik dan

mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”

13 Prof. Dr.H. Muhammad Djakfar,.S.H.,M.Ag,, Hukum Bisnis, (UIN Malang Press, 2009)194

14 Qs., Al-A'raf,7;157

66 Hendra Pertaminawati

Page 9: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

b. Pengertian Haram

Haram secara lughawi berarti sesuatu yang lebih banyak

kerusakannya, dalam istilah hokum haram adalah“Sesuatu yang

dituntut syari' (pembuat) hukum untuk tidak memperbuatnya

secara tuntuta pasti. Secara definisi, Haram adalah sesuatu yang

dilarang oleh pembuat syari'at dengan larangan yang pasti, di

mana orang yang melanggarnya akan dikenai hukuman (siksa) di

akhirat, dan ada kalanya dikenai hukuman juga di dunia Oleh

karena itu haram menjadi salah satu bentuk hukum taklifi, yakni

tuntutan Allah yang berkaitan dengan perintah untuk berbuat

atau perintah untuk meninggalkan suatu perbuatan. Imam Al

Ghazali merumuskan bahwa haram adalah sesuatu yang

dituntut syari' (Allah dan Rasul-NYA) untuk ditinggalkan

melalui tuntutan secara pasti dan mengikat. Haram dibagi ke

dalam dua kategori, yaitu

i. haram lidz-dzati atau haram karena zatnya

Haram zatnya, yaitu makanan yang menjijikkan (kotor/najis)

dan makanan yang berasal dari babi, bangkai, darah yang

mengalir, binatang bertaring, binatang berkuku tajam.

ii. haram li-gharihi atau haram karena cara memperoleh dan cara

memprosesnya.

Haram karena hukumnya, antara lain disebabkan disembelih

tanpa membaca basmalah atau makanan itu berupa sesaji.

Untuk makanan sesaji atau yang dihidangkan pada ritual-

ritual tertentu, jelas haram karena hal itu merupakan

kesyirikan. Islam mengatur hewan yang akan dimakan

hendaknya dipotong saluran pernafasannya dengan

membaca basmalah. Jika tidak dilakukan proses ini maka

hewan yang halalpun menjadi haram.

iii. Ayat – ayat tentang Makanan

Sebagian ulama membatasi makanan yang diharamkan pada

empat jenis benda yang disebutkan dalam Al-Qur'an, selain

itu tidak haram. Sebab, ayat telah memberikan batasan

makanan-makanan mana saja yang diharamkan.

Fikih Kuliner 67

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 10: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Selain itu juga merincinya bukan hanya menyebutkannya

secara jumlah saja. Berdasarkan Firman Allah :

a. Surat Al Baqarah ayat 173 : Sesungguhnya Dia hanya

mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi dan (daging)

hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah.

Tetapi barang siapa terpaksa (memakannya), bukan karena

menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada

dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang

b. Surat An Nahl : 115 : Sesungguhnya Allah hanya

mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (hewan)

yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah, tetapi

barangs iapa t erpaksa (memakannya) bukan karena

menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sungguh

Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang

c. Dari Ibnu Umar dan Aisyah RA mereka berdua

mengatakan, tidaklah mengapa memakan sesuatu, kecuali

disebutkan Allah dalam ayat ni Al an Am 145 � � �� أ�� ��� � ا�����ن � ��� ر� � ���� ��ل ��� ر��ل � �� � ���� و�� ���ل � إن � � � � � � � � � � � � ا��ل �� وإن ا��ام �� و����� أ��ر �����ت � ����� ��� �� ا���س، �� ا�� ا����ت ��� � � � � � � � ا���أ ����� و����، و�� و�� �� ا����ت و�� �� ا��ام، ���ا� �� ��ل ا�� ���� أن ��� � �� � � � ���، أ� وإن �� ��� � أ� وإن � � ��ر�� أ� وإن �� ا��� ���� إذا ���� ��� � �ا��� �� وإذا ���ت ��� ا��� �� أ� و� ا���� � �

]رواه ا����ري و���[

Artinya : Dari Abu Abdillah an-Nu'man bin Basyir RA, ia

berkata, "Aku mendengar Rasulullah a bersabda, 'Sesungguhnya

yang halal itu jelas dan yang haram itu juga jelas, dan di antara

keduanya terdapat perkara-perkara yang tidak jelas (syubhat), yang

tidak diketahui oleh banyak orang. Barangsiapa yang meninggalkan

perkara-perkara syubhat dia telah mencari kebebasan untuk

agamanya (dari kekurangan) dan ke-hormatan dirinya (dari aib dan

cela), dan barangsiapa yang terjatuh dalam perkara-perkara syubhat

dia telah terjatuh dalam perbuatan haram, bagaikan seorang gembala

yang menggembala (ternaknya) di sekitar daerah terlarang yang

hampir saja dia terjerumus ke dalamnya.

68 Hendra Pertaminawati

Page 11: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Ingatlah, bahwa sesungguhnya setiap raja memiliki daerah

terlarang, dan ingatlah bahwa sesungguhnya daerah terlarang Allah

adalah perkara-perkara yang diharamkanNya. Ingatlah, bahwa di

dalam tubuh terdapat segumpal daging; jika baik, maka seluruh

tubuh menjadi baik dan jika rusak, maka seluruh tubuh menjadi 15

rusak pula, yaitu hati'." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya meminum khamar,

berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib dengan anak

panah adalah perbuatan-perbuatan keji yang termasuk perbuatan

syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu

mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud

hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu

lantaran meminum khamar dan berjudi itu dan menghalangi kamu

dari mengingat Allah dan sembahyang. Maka berhentilah kamu

mengerjakan perbuatan itu.

Di samping itu firman Allah : Hai orang-orang yang beriman,

janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang Allah telah

halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui 16

batas.

C. Analisa

1. Kaidah fikih dan Prinsip-prinsip Halal dan Haram

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh mukallaf yang telah ditetapkan

oleh Syari' (pembuat hokum) yaitu Allah SWT adalah untuk kebaikan

(kemaslahatan) umat itu sendiri, untuk kemaslahatan tentu aturan-aturan

tersebut mendasarkan pada kaidah-kaidah yang yang telah dibuat oleh

ulama-ulama terdahulu yang tentunya diambil dari nash al Qur'an dan As

Sunnah.

15 Imam Nawawi, Riyadus Shalihin Jilid I, Terj. Pustaka Amani, Jakarta, 1999, hal. 558

16 Al Qur'an Surat Al-Maidah ayat 87

Fikih Kuliner 69

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 12: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Adapun untuk soal makanan dan minuman, kaidah-kaidah fikih

diantarayan:

a. Hukum Asal Benda Adalah Mubah

Prinsip ini dalam rumusannya yang lengkap berbunyi Al-Ashlu fi

al-asy-yaa` al-ibahah maa lam yarid dalil at-tahrim (hukum asal

benda adalah mubah selama tidak terdapat dalil yang 17

mengharamkannya). Yang dimaksud asy-ya` (sesuatu) dalam

kaidah itu adalah materi-materi yang digunakan manusia dalam

memenuhi kebutuhannya. Perbuatan atau aktivitas manusia 18

tidak termasuk di dalamnya. Kaidah ini disimpulkan dari

berbagai ayat yang menyatakan bahwa segala apa yang

diciptakan Allah di langit dan bumi adalah diperuntukkan bagi 19

manusia, yaitu telah dihalalkan oleh Allah

Penerapan kaidah itu misalnya bagaimana status hukum hewan

yang tidak ada keterangannya, apakah halal atau haram. Dalam

hal ini, ditetapkan hukum asalnya, yaitu mubah. As-Subki

mencontohkan, jerapah hukumnya halal, berdasarkan prinsip 20

ini

b. Hukum Asal Benda Yang Berbahaya Adalah Haram

Prinsip ini berbunyi : Al-Ashlu fi al-madhaar at-tahrim (hukum asal 21

benda yang berbahaya [mudharat] adalah haram) Prinsip ini

berarti bahwa segala sesuatu materi (benda) yang berbahaya,

sementara tidak terdapat nash syar'i tertentu yang melarang,

memerintah, atau membolehkan, maka hukumnya haram. Sebab,

syariat telah mengharamkan terjadinya bahaya. Misalnya,

ecstasy dan segala macam narkoba lainnya hukumnya haram

karena menimbulkan bahaya bagi penggunanya.

17 Atha Ibnu Khalil, Taysir Wushul Ila Al-Ushul, hal. 16; Abdul Hamid Hakim, Mabadi` Awwaliyah, hal. 48; Al-

Qaradhawi, Halam dan Haram dalam Islam, hal. 14-15.18

Atha Ibnu Khalil, Taysir Wushul Ila Al-Ushul, hal. 1519

Misalnya QS Al-Baqarah [2] : 29, QS Al-Jatsiyah [45] : 13, QS Luqman [31] : 20.20

Abdul Hamid Hakim, Mabadi` Awwaliyah, hal. 48.21

Taqiyuddin An-Nabhani, Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah, III/451

70 Hendra Pertaminawati

Page 13: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Dasar dari kaidah tersebut adalah hadits Nabi SAW, di antaranya

sabda Nabi SAW, “Laa dharara wa laa dhirara.” (Tidak boleh

menimpakan bahaya bagi diri sendiri dan bahaya bagi orang 22

lain)

c. Setiap Kasus dari Perbuatan/Benda yang Mubah, JikaBerbahaya

atau Membawa Pada Bahaya, Maka Kasus itu saja yang Haram,

sedang hukum asalnya tetap mubah

Prinsip ini dalam teks Arabnya berbunyi : Kullu fardin min afrad al-

amr al-mubah idzaa kaana dhaaran aw mu`addiyan ila dharar hurrima 23

dzalika al-fardu wa zhalla al-amru mubahan. Kaidah ini berarti,

suatu masalah (berupa perbuatan atau benda) yang hukum

asalnya mubah, jika ada kasus tertentu darinya yang berbahaya

atau menimbulkan bahaya, maka kasus itu saja yang diharamkan

Sementara hukum asalnya tetap mubah. Misalkan mandi, hukum

asalnya boleh. Tapi bagi orang yang mempunyai luka luar yang

parah, mandi bisa berbahaya baginya. Maka mandi bagi orang itu

secara khusus adalah haram, sedangkan mandi itu sendiri tetap

mubah hukumnya. Contoh lain, daging kambing, hukum asalnya

mubah. Tapi bagi orang tertentu yang menderita hipertensi,

daging kambing bisa berbahaya. Maka, khusus bagi orang

tersebut, daging kambing hukumnya haram. Sedangkan daging

kambingnya itu sendiri, hukumnya tetap mubah.

24Kaidah itu didasarkan pada hadits-hadits. Antara lain, Rasul

SAW pernah melarang para sahabat untuk meminum air dari

sumber air di perkampungan kaum Tsamud (kaum Nabi Salih

AS), karena air tersebut berbahaya. Padahal air hukum asalnya 25

mubah

22 HR Ibnu Majah, Ad-Daruquthni, dan lain-lain An-Nawawi, 2001:214.

23 Taqiyuddin An-Nabhani, Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah, III/451

24 Abdullah, 1996:141

25 Lihat Sirah Ibnu Hisyam, IV/164)

Fikih Kuliner 71

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 14: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

d. Segala Perantaraan Yang Membawa Kepada Yang Haram,

Hukumnya Haram

Prinsip di atas dirumuskan dalam kaidah fiqih yang berbunyi al-

wasilah ila al-haraam haraam (segala perantaraan [berupa

perbuatan atau benda] yang membawa kepada yang haram,

hukumnya haram). Jadi, meskipun hukum asal perantara itu

adalah mubah, tapi akan menjadi haram jika membawa kepada

yang haram. Syarat penerapan kaidah ini ada dua; Pertama,

bahwa perantara itu diduga kuat (ghalabatuzh zhann) akan

membawa pada yang haram. Kedua, bahwa akibat akhir dari

adanya perantara tersebut, telah diharamkan oleh suatu dalil 26

syar'i

Kaidah tersebut berasal dari firman Allah SWT (artinya) : “Dan

janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka

sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah 27

dengan melampaui batas tanpa ilmu pengetahuan.”

Memaki tuhan-tuhan sembahan orang kafir, hukum asalnya

mubah. Tapi kalau itu akan menimbulkan makian kepada Allah

SWT, maka hukumnya menjadi haram. Dari sinilah muncul

kaidah al-wasilah ila al-haraam haraam.

Contoh penerapannya, adalah haramnya menjual anggur atau

perasan (jus) anggur –dan yang semacamnya– yang diketahui

akan dijadikan khamr. Padahal jual beli itu hukum asalnya

mubah. Tapi kalau jual beli ini akan mengakibatkan keharaman,

yaitu produksi khamr, maka jual beli itu menjadi haram

hukumnya, berdasarkan kaidah di atas.

Apalagi, dalam masalah ini (menjual perasan anggur yang

diketahui akan dibuat khamr) ada dalil khusus yang menjelaskan

keharamannya. Diriwayatkan oleh Muhammad bin Ahmad RA,

bahwa Rasulullah SAW bersabda,”“Barang siapa menahan

(menutup) anggur pada hari-hari pemetikan, hingga ia

menjualnya kepada orang Yahudi, Nasrani, atau orang yang

akan membuatnya menjadi khamr, maka sungguh ia akan masuk 28

neraka”

26 An-Nabhani, 2001:92.

27 (QS Al-An'aam [6] : 108)

28 (HR Ath-Thabrani dalam Al-Ausath, dan dipandang shahih oleh Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalaniy).

72 Hendra Pertaminawati

Page 15: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Berdasarkan hadits ini, Asy-Syaukani menyatakan haramnya

menjual perasan anggur kepada orang yang akan membuatnya 29

menjadi khamr. Asy-Syaukani tidak hanya membatasi jual beli

anggur yang akan dijadikan sebagai khamr, tetapi juga

mengharamkan setiap jual-beli yang akan menimbulkan

keharaman, dikiaskan dengan hadits tersebut.

e. Hukum Makanan/Minuman Tidak Didasarkan Pada Illat (Motif

Penetapan Hukum)

Prinsip ini lengkapnya berbunyi Inna al-'ibadat wa al-math'umat

wa al-malbusat wa al-masyrubat wa al-akhlaq laa tu'allalu wa

yaltazimu fiihaa bi al-nash. (Sesungguhnya [hukum] ibadah,

makanan, pakaian, minuman, dan akhlaq, tidaklah didasarkan

pada illat [motif/alasan penetapan hukum], melainkan 30

didasarkan pada nash semata)

Kaidah tersebut diperoleh dari penelaahan induktif (istiqra`)

terhadap hukum-hukum syara' dalam masalah ibadah,

makanan, pakaian, minuman, dan akhlaq. Kesimpulannya,

hukum-hukum tersebut tidak mempunyai illat tertentu.

Misalkan, puasa disyariatkan karena ada nash yang

memerintahkannya, bukan karena alasan supaya orang yang

berpuasa menjadi sehat. Khamr diharamkan karena ada nash

yang mengharamkannya, bukan didasarkan pada alasan bahwa

khamr itu memabukkan bagi yang meminumnya.

Kesimpulan tentang khamr ini lebih dipertegas oleh penjelasan

Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA bahwa Nabi

SAW bersabda, ”Diharamkannya khamr itu karena bendanya,

banyak maupun sedikit. Juga (diharamkan) yang memabukkan 31

dari setiap minuman”

29 Nailul Authar, V/234

30 Abdul Qadim Zallum, 1985 : 51

31 (HR An-Nasa'i dengan sanad hasan, Sunan An-Nasa'i VIII/320-321). Ibnu Umar RAjuga meriwayatkan,

ketika surat An-Nisaa' ayat 43 turun (larangan mabuk pada waktu shalat), Rasulullah SAW berkata,

”Diharamkan khamr karena zatnya.” (HR Abu Dawud).

Fikih Kuliner 73

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 16: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Dua hadits ini menunjukkan secara jelas bahwa khamr itu

diharamkan karena zatnya itu sendiri, bukan karena ada illat

tertentu. Hal ini sama dengan memakan daging babi atau

bangkai, hukumnya haram bukan karena ada illat tertentu, tapi

karena kedua benda itu diharamkan karena zatnya (berdasarkan

nash).

f. Maslahat Bukan Dalil Syar'i (Sumber Hukum)

Maslahat artinya identik dengan manfaat (utility), yaitu suatu

kemampuan yang terdapat pada benda (barang) atau perbuatan

(jasa) untuk memenuhi kebutuhan manusia. Maslahat bukan

dalil syar'i atau sumber hukum. Posisi maslahat jika dikaitkan

dengan suatu ketetapan hukum syara', dirumuskan dalam

kaidah : haitsuma yakunu asy-syar'u takunu al-maslahah (di

mana ada penerapan syariah, maka di sana akan ada maslahat).

Itulah yang benar, bukan aynama wujidat al-maslahah fa tsamma

syar'ullah (dimana ada maslahat maka di sana ada hukum 32

Allah).

Karena itulah, kita akan dapat memahami, mengapa khamr itu

tetap diharamkan walaupun khamr itu mempunyai beberapa 33

maslahat (manfaat). Manfaat khamr misalnya menghasilkan

kalori. Setiap 1 gram etanol diketahui menghasilkan energi 34

sebesar 7 kalori. Belum lagi manfaat-manfaat khamr dari segi

ekonomi. Namun khamr tetap haram. Mengapa? Karena

maslahat itu memang bukanlah dalil syar'i yang menjadi dasar

untuk menetapkan halalnya sesuatu. Maslahat hanyalah dampak

atau efek yang muncul setelah adanya penerapan hukum syara',

bukan dasar atau alasan penetapan hukum.

32 M. Muhammad Ismail, Al-Fikr Al-Islami, 1958)

33(lihat QS Al-Baqarah [2] : 219).

34 Mustaha KS, 1983:24)

74 Hendra Pertaminawati

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 17: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

g. Perkara Syubhat Sebaiknya Ditinggalkan

Syubhat artinya ketidakjelasan atau kesamaran, sehingga tidak

bisa diketahui halal haramnya sesuatu secara jelas. Syubhat

terhadap sesuatu bisa muncul baik karena ketidakjelasan status 35

hukumnya, atau ketidakjelasan sifat atau faktanya

Ketidakjelasan status hukum, misalkan tentang hukum kura-

kura atau penyu. Masalah ini belum bisa difatwakan oleh MUI

karena faktanya masih kabur. MUI menyatakan, “Masalah kura-36

kura di-pending. Memanggil pakar tentang kura-kura (penyu).

Selain itu, syubhat bisa juga muncul karena ketidakjelasan fakta

sesuatu itu sendiri. Meskipun status hukumnya sudah jelas. Mie

goreng misalnya jelas status hukumnya mubah. Tapi terkadang

di restoran tertentu ditambahkan arak (khamr) untuk untuk

menambah selera pada mie goreng yang dimasak. Ini bisa

terdapat pada mie goreng ayam, mie goreng sea food, mie goreng

udang dan seterusnya. Khamr yang digunakan dalam masakan

ini biasanya adalah khamr putih,arak merah, atau mirin

(www.halal.mui.or.id). Jadi, meski status mie goreng itu mubah,

tapi penambahan zat yang haram ini lalu menimbulkan syubhat,

apakah mie goreng di restoran tertentu itu halal atau

haram?Maka, sikap yang terbaik adalah meninggalkan perkara

yang syubhat, sebagai suatu sikap wara' yang sudah selayaknya

dimiliki setiap muslim. Ini berdasarkan hadits Nabi SAW :

“…barangsiapa meninggalkan yang syubhat, berarti ia telah 37

menjaga kebersihan agama dan kehormatan dirinya… ”

Rasulullah SAW berkata pula, “Tinggalkan apa yang

m e r a g u k a n m u [ m e n u j u ] k e p a d a a p a y a n g t i d a k 38

meragukanmu.”

35 (Taqiyuddin An-Nabhani, An-Nizham Al-Ijtima'i fil Islam, hal. 100)

36 http://www.halalmui.or.id,

37 (Muttafaqun 'alaihi, Lihat Subulus Salam, IV/171).

38 (HR At-Tirmidzi).

Fikih Kuliner 75

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 18: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

h. Keadaan Darurat Membolehkan Yang Haram

Darurat (adh-dharurat) adalah sampainya seseorang pada batas

ketika ia tidak memakan yang dilarang, ia akan binasa (mati) atau 39

mendekati binasa. Semakna dengan ini, darurat menurut

Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani adalah keterpaksaan yang

sangat mendesak yang dikhawatirkan akan menimbulkan

kebinasaan/kematian (al-idhthirar al-mulji` alladzi yukhsya minhu

al-halak).

Itulah definisi darurat yang membolehkan hal yang haram,

sebagaimana termaktub dalam kaidah fiqih termasyhur : adh-

dharuratu tubiihu al-mahzhuuraat (keadaan darurat membolehkan

apa yang diharamkan) (Abdul Hamid Hakim, As–Sulam, hal. 59).

Kaidah itu berasal dari ayat-ayat yang membolehkan memakan

yang haram seperti bangkai dan daging babi dalam kondisi 40

terpaksa.

Contoh penerapannya, misalnya ada orang kelaparan yang tidak

memperoleh makanan kecuali daging babi, atau tidak mendapat

minuman kecuali khamr, maka boleh baginya memakan atau

meminumnya, karena darurat.

i. Memanfaatkan Benda Najis Hukumnya Haram

Memanfaatkan (intifa'/isti'mal) benda-benda najis (an-najasat)

adalah masalah khilafiyah. Ada yang membolehkan dan ada

yang melarang. Namun pendapat yang rajih (kuat) adalah yang

mengharamkan. Dalilnya antara lain firman Allah SWT : “Hai

orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, berjudi,

(berkorban untuk) berhala, dan mengundi dengan anak panah

itu adalah rijsun (najis) termasuk perbuatan syetan, maka 41

jauhilah najis itu agar kamu mendapatkan keberuntungan…”

Dalam firman Allah “fajtanibuuhu” (jauhilah najis/rijsun itu)

terkandung perintah untuk menjauhi rijsun yang berarti kotoran

atau najis. Maka, memanfaatkan benda najis adalah haram, sebab

Allah SWT telah memerintahkan kita untuk menjauhi najis itu.

39 menurut Imam As-Suyuthi dalam Al-Asybah wa an-Nazha`ir hal. 61

40 Misalnya QS Al-Baqarah [2] : 173 dan QS Al-Maidah [5] : 3.

41 (QS Al-Maaidah [5] : 90)

76 Hendra Pertaminawati

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 19: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Maka, haram hukumnya memanfaatkan khamr, memanfaatkan

kotoran binatang untuk pupuk, memanfaatkan alkohol, dan

semua benda najis lainnya, sebab itu semua adalah najis yang

wajib dijauhi, bukan didekati atau dimanfaatkan.

Memang, dalil QS al-Maidah : 90 ini dibantah oleh sebagian

fuqaha yang mengatakan bahwa kata rijsun pada ayat tersebut

adalah najis secara maknawi (atau najis hukmi, yakni najis secara

hukum), bukan najis dzati (atau najis aini, yakni najis secara

materi/zat). Karena kata rijsun tidak hanya khabar (keterangan)

bagi khamr, tetapi juga keterangan bagi perbuatan berjudi,

berkorban untuk berhala, dan mengundi nasib, yang semuanya

jelas tidak bisa disifati dengan najis dzati. Mereka berdalil dengan

firman Allah SWT (artinya) : ”Maka jauhilah berhala-berhala 42

yang najis itu”. Berhala yang disebut najis pada ayat tersebut

adalah najis maknawi, bukan najis dzatii. Contoh lain najis

maknawi terdapat pada surat At Taubah ayat 28 (artinya): 43

”Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis” (Yang

dimaksud dengan najis pada ayat ini bukanlah najis dzati (tubuh)

mereka, tetapi najis maknawi, yaitu aqidah yang mereka peluk

adalah aqidah syirik yang harus dijauhi, sebagaimana yang

dipahami oleh jumhurul fuqaha'.

Dengan demikian, menurut mereka, kata rijsun dalam surat Al

Maidah 90 tersebut, adalah najis secara maknawi, bukan najis

dzati. Implikasinya, khamr itu suci, bukan najis. Alkohol pun lalu

adalah suci dan bukan najis. Pandangan tersebut –menurut

mereka– diperkuat oleh bunyi ayat selanjutnya min 'amal asy-

syaithan (dari perbuatan syetan).. Itu berarti, yang dimaksud

dengan najis (rijsun) dalam QS Al-Maidah ayat 90 adalah najis 44

secara maknawi, bukan najis dzati.

42 (QS Al Hajj [22] : 30)

43 QS At Taubah [9] : 28).

44 Sayyid Sabiq, Fiqhu Sunnah, I/28; Setiawan Budi Utomo, Fikih Aktual, 2003:205-206

Fikih Kuliner 77

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 20: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Hanya saja, pendapat jumhur itu (yang memandang bahwa kata

rijsun dalam ayat tersebut juga mencakup najis dzati) dikuatkan

oleh dalil hadits Nabi SAW : “Sesungguhnya kami (para sahabat)

berada di negeri para Ahli Kitab, mereka makan babi dan minum

khamr, apakah yang harus kami lakukan terhadap bejana-bejana

dan periuk-periuk mereka? Rasulullah SAW menjawab,”Apabila

kamu tidak menemukan lainnya, maka cucilah dengan dengan 45

air, lalu memasaklah di dalamnya, dan minumlah. Perintah

untuk mencuci bejana wadah khamr dan periuk wadah daging

babi itu, menunjukkan bahwa kedua benda tersebut tidak suci.

Sebab, apabila suci dan tidak najis, tentu Nabi SAW tidak akan

memerintahkan mencucinya dengan air.

Dalil lain, Abu Hurairah RA menceritakan bahwa ada seorang

pria akan memberikan hadiah Rasulullah SAW sebuah minuman

khamr, maka Rasulullah SAW berkata: “Sesungguhnya khamr

itu telah diharamkan. Laki-laki itu bertanya,”Apakah aku harus

menjualnya?”, Rasulullah SAW menjawab,”Sesungguhnya

sesuatu yang diharamkan meminumnya, diharamkan pula

menjualnya”. Laki-laki itu bertanya lagi,”Apakah aku harus

m e m b e r i k a n k e p a d a o r a n g Y a h u d i ? ” R a s u l u l l a h

menjawab,”Sesungguhnya sesuatu yang diharamkan,

diharamkan pula diberikan kepada orang Yahudi”. Laki-laki itu

kembali bertanya,”Lalu apa yang harus saya lakukan

dengannya?” Beliau menjawab,”Tumpahkanlah ke dalam 46

selokan.” (Ahmad Labib al-Mustanier, Hukum Seputar 47

Khamr, Perintah untuk menumpahkan khamr ke selokan ini,

menunjukkan bahwa khamr adalah najis dan tidak suci, yakni

najis secara dzati.

45 HR Ahmad dan Abu Dawud

46 HR Al Khumaidi dalam Musnad-nya)

47 http://www.islamuda.com)

78 Hendra Pertaminawati

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 21: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Kesimpulannya, ketika Allah berfirman dalam QS Al-Maidah : 90

yang berbunyi “fajtanibuuhu” (jauhilah najis/rijsun itu), maka

itu adalah perintah untuk menjauhi rijsun (najis) yang mencakup

najis dzati. Maka, memanfaatkan benda najis adalah haram,

sebab Allah SWT telah memerintahkan kita untuk menjauhi najis 48

itu

j. Memanfaatkan Benda Najis dan Haram dalam Pengobatan

Hukumnya Makruh

Dalam masalah ini ada perbedaan pendapat (khilafiyah). Ada

pendapat yang mengharamkan, seperti Ibnu Qayyim Al-

Jauyziyyah. Ada yang membolehkan seperti ulama Hanafiyah.

Ada yang membolehkan dalam keadaan darurat, seperti Yusuf

Al-Qaradhawi. Dan ada pula yang memakruhkannya. Di sini

dicukupkan dengan menjelaskan pendapat yang rajih (kuat),

yakni yang menyatakan bahwa berobat (at-tadaawi/al-

mudaawah) dengan memanfaatkan benda najis dan haram

hukumnya makruh, bukan haram. Telah menjelaskan

kemakruhannya, dengan jalan mengkompromikan dua

kelompok hadits yang nampak bertentangan/kontradiktif

(ta'arudh) dalam masalah ini. Di satu sisi, ada hadits-hadits yang

melarang berobat dengan yang haram dan najis, misalnya hadits

Rasulullah SAW, bersabda,”Sesungguhnya Allah tidak 49

menjadikan obat bagimu pada apa-apa yang diharamkan.”

Rasulullah SAW bersabda pula,”Sesungguhnya Allah SWT

menurunkan penyakit dan obat, dan menjadikan setiap penyakit

ada obatnya. Hendaklah kalian berobat, dan janganlah kalian 50

berobat dengan sesuatu yang haram.”

Di sisi lain, ada hadits-hadits yang membolehkan berobat dengan

benda najis dan haram. Misalnya hadits bahwa Nabi SAW

membolehkan berobat dengan meminum air kencing unta.

Diriwayatkan oleh Qatadah dari Anas RA, ada satu rombongan

dari dari suku 'Ukl dan 'Uraynah yang mendatangi Nabi SAW

dan berbincang seputar agama Islam.

48 Al-Baghdadi, Radd 'Ala Kitab Ad-Da'wah Al-Islamiyyah, 1986:228.

49 (HR Bukhari dan Baihaqi, dan dishahihkan Ibnu Hibban)

50 (HR Abu Dawud).

Fikih Kuliner 79

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 22: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Lalu mereka terkena penyakit perut Madinah. Kemudian Nabi SAW memerintahkan mereka untuk mencari gerombolan unta

51dan meminum air susu dan air kencingnya… Hadits ini membolehkan berobat dengan najis, sebab air kencing unta itu najis. Dalam hadits lain dari Anas RA, bahwa Rasulullah SAW memberi keringanan (rukhsah) kepada Zubair dan Abdurrahman bin Auf untuk memakai kain sutera karena

52menderita penyakit gatal-gatal. Hadits membolehkan berobat dengan benda yang haram (dipakai), sebab sutera haram dipakai oleh laki-laki, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits lain dalam riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi. Bagaimana menghadapi dua kelompok hadits yang seolah bertentangan tersebut? Disinilah lalu Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani mengkompromikan (men-jama') keduanya. Menurut An-Nabhani, sabda Nabi SAW untuk tidak berobat dengan yang haram (“janganlah kamu berobat dengan sesuatu yang haram”) tidak otomatis menunjukkan keharaman, tapi sekedar menunjukkan tuntutan untuk meninggalkan perbuatan (thalab tarki fi'lin). Dalam hal ini, tuntutan yang ada adalah agar tidak berobat dengan yang haram. Lalu, tuntutan ini apakah akan bersifat tegas (jazim) —sehingga hukumnya haram– atau tidak tegas (ghairu jazim) –sehingga hukumnya makruh–, masih membutuhkan dalil lain (qarinah) yang menunjukkan sifat tuntutan tersebut. Nah, dua hadits di atas yang membolehkan berobat dengan benda najis dan haram, oleh An-Nabhani dijadikan qarinah (petunjuk) yang memperjelas sifat tuntutan tersebut.

Kesimpulannya, tuntutan tersebut adalah tuntutan yang tidak tegas, sehingga hukum syara' yang dihasilkan adalah makruh,

53bukan haram Dengan demikian, berobat dengan suatu materi yang zatnya najis, atau zat yang haram untuk dimanfaatkan (tapi tidak najis), hukumnya adalah makruh. Dengan kata lain, memanfaatkan benda yang najis dan haram dalam rangka pengobatan, hukumnya makruh. (Patut dicatat, benda yang haram (dimanfaatkan) belum tentu najis, seperti sutera. Sedang benda najis, pasti haram dimanfaatkan).

51 (HR Muslim) (Lihat Al-Wahidi, Asbabun Nuzul, hamisy [catatan pinggir] kitab Tafsir wa Bayan Kalimat

Al-Qur`an, karya Syaikh Hasanain M.Makhluf, hal 168).52

(HR Bukhari dan Muslim) (Lihat Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin, I/623)53

(Taqiyuddin An-Nabhani, Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah, III/110).

80 Hendra Pertaminawati

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 23: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

k. Menjualbelikan Benda Najis dan Haram Hukumnya Haram

Prinsip tersebut dirumuskan dalam kaidah fiqih “Kullu maa

hurrima 'ala al-ibaad fabay'uhu haram.” (Segala sesuatu yang

diharamkan Allah atas hamba-Nya, maka memperjual-54

belikannya adalah haram juga) . Karena itu, memperjualbelikan

babi, darah, khamr, dan patung adalah haram. Karena syariah

telah mengharamkan memakan daging babi, memakan darah,

meminum khamr, dan membuat patung.

Dasar dari kaidah/prinsip itu adalah hadits-hadits. Di antaranya

sabda Nabi SAW, ”Dan sesungguhnya Allah, apabila

mengharamkan suatu kaum untuk memakan sesuatu, maka 55

haram pula bagi mereka harga hasil penjualannya.” Imam Asy-

Syaukani menjelaskan hadits di atas dengan mengatakan,

”Sesungguhnya setiap yang diharamkan Allah kepada hamba,

maka menjuabelikannya pun haram, disebabkan karena

haramnya hasil penjualannya. Tidak keluar dari (kaidah)

kuliyyah/menyeluruh tersebut, kecuali yang telah dikhususkan 56

oleh dalil.” Berdasarkan hal ini, memperjualbelikan benda yang

najis dan haram untuk kepentingan pengobatan, tidaklah haram.

Sebab berobat dengan benda najis dan haram hukumnya

makruh, tidak haram.

57Qardhawi menambahkan asas-asas dalam hal makanan.

Diantaranya adalah :

1. Menentukan halal-haram semata-mata Hak Allah

Hak menentukan halal-haram semata-mata ditangan Allah.

Bukan pastor, bukan pendeta, bukan raja dan bukan sultan

yang berhak menentukan halal-haram. Al-Quran telah

mengecap juga kepada orang-orang musyrik yang berani

mengharamkan dan menghalalkan tanpa izin Allah.

54 Taqiyuddin An-Nabhani, Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah, II/248

55 (HR Imam Ahmad dan Abu Dawud).

56 (Asy-Syaukani, Nailul Authar, V/221)

57 DR. Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram,(Jakarta Rabbani Press 2000), 20

Fikih Kuliner 81

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 24: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang

diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya

Haram dan (sebagiannya) halal". Katakanlah: "Apakah Allah

Telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu 58

mengada-adakan saja terhadap Allah ?".

Dari ayat yang tersebut di atas, para ahli fiqih mengetahui

dengan pasti, bahwa hanya Allahlah yang berhak

menentukan halal dan haram, baik dalam kitabNya (al-

Quran) ataupun melalui lidah RasulNya (Sunnah). Tugas

mereka tidak lebih, hanya menerangkan hukum Allah tentang

halal dan haram itu. Para ahli fiqih sedikitpun tidak

berwenang menetapkan hukum syara' ini boleh dan ini tidak

boleh. Mereka, dalam kedudukannya sebagai imam ataupun

mujtahid, pada menghindar dari fatwa, satu sama lain

berusaha untuk tidak jatuh kepada kesalahan dalam

menentukan halal dan haram (mengharamkan yang halal dan

menghalalkan yang haram).

2. Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram

sama seperti syirik Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah

adalah agama yang lurus dalam aqidah dan tauhid. Oleh

karena itu apa yang telah ditetapkan dalam nash (Al-Qur'an

dan Al Hadist) adalah suatu kewajiban untuk dikuti.

"Katakanlah! Siapakah yang berani mengharamkan perhiasan

Allah yang telah diberikan kepada hamba-hambaNya dan

beberapa rezeki yang baik itu? Katakanlah! Tuhanku hanya

mengharamkan hal-hal yang tidak baik yang timbul

daripadanya dan apa yang tersembunyi dan dosa dan

durhaka yang tidak benar dan kamu menyekutukan Allah

dengan sesuatu yang Allah tidak turunkan keterangan

padanya dan kamu mengatakan atas (nama) Allah dengan 59

sesuatu yang kamu tidak mengetahui."

58 QS.Yunus: 59

59 Al-A'rāf: 32-33

82 Hendra Pertaminawati

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 25: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Mengharamkan yang halal akan mengakibatkan timbulnya

kejahatan dan bahaya Di antara hak Allah sebagai Zat yang

menciptakan manusia ialah menentukan halal dan haram

dengan sesuka-Nya, sebagaimana Dia juga berhak

menentukan perintah-perintah dan syi'ar-syi'ar ibadah

dengan sesuka-Nya. Sedang buat manusia sedikitpun tidak

ada hak untuk berpaling dan melanggar. "Mereka akan

bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa saja yang

dihalalkan untuk mereka? Maka jawablah: semua yang baik

adalah dihalalkan buat kamu.”

3. Setiap yang halal tidak memerlukan yang haram

Salah satu kebaikan Islam dan kemudahannya yang

dibawakan untuk kepentingan ummat manusia, ialah "Islam

tidak mengharamkan sesuatu kecuali di situ memberikan

suatu jalan keluar yang lebih baik guna mengatasi

kebutuhannya itu.” Sebagai contoh: Allah mengharamkan

riba, dan digantikan dengan menghalalkan perniagaan yang

menguntungkan, Allah mengharamkan zina dan liwath, dan

ia digantikan dengan menghalalkan perkahwinan, Allah

mengharamkan makanan-makanan yang tidak baik, dan ia

digantikan dengan menghalalkan sejumlah makanan yang

baik-baik

4. Niat baik tidak dapat melepaskan yang haram

Masalah haram tetap dinilai haram, betapapun baik dan

mulianya niat dan tujuan itu. Bagaimanapun baiknya

rencana, selama dia itu tidak dibenarkan oleh Islam, maka

selamanya yang haram itu tidak boleh dipakai alat untuk

mencapai tujuan yang terpuji. Sebab Islam selamanya

menginginkan tujuan yang suci dan caranya pun harus suci

juga. Syariat Islam tidak membenarkan prinsip apa yang

disebut al-ghayah tubarrirul wasilah (untuk mencapai tujuan,

cara apapun dibenarkan), atau suatu prinsip yang

mengatakan: al-wushulu ilal haq bil khaudhi fil katsiri minal

bathil (untuk dapat memperoleh sesuatu yang baik, boleh

dilakukan dengan bergelimang dalam kebatilan). Bahkan

yang ada adalah sebaliknya, setiap tujuan baik, harus dicapai

dengan cara yang baik pula.

Fikih Kuliner 83

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 26: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

5. Sesuatu yang haram Berlaku untuk semua orang

Haram dalam pandangan syariat Islam mempunyai ciri

menyeluruh dan mengusir. Oleh karena itu tidak ada sesuatu

yang diharamkan untuk selain orang Arab (ajam) tetapi halal

buat orang Arab. Tidak ada sesuatu yang dilarang untuk

orang kulit hitam, tetapi halal, buat orang kulit putih. Tidak

ada sesuatu rukhsah yang diberikan kepada suatu tingkatan

atau suatu golongan manusia, yang dengan menggunakan

nama rukhsah (keringanan) itu mereka bisa berbuat jahat

yang dikendalikan oleh hawa nafsunya.

6. Kaidah Fiqih “Apabila halal dan haram bercampur maka hukum

islam yang diambil adalah hukum haram”

Dalam kehidupan sehari-hari tentu ada saja permasalahan

yang timbul terkait hukum Islam, oleh karena itu kaidah fiqih

mutlak diperlukan dalam menyelesaikannya. Kaidah fiqih

merupakan hukum Islam yang memiliki landasan Al-Qur'an

dan Hadist sebagai dasarnya, selain Ijtihad para ulama' yang

dipercaya guna memahami hukum Islam tersebut. Terkait

hukum halal dan haram ada sebuah kaidah hukum fiqih yang

berbunyi “Apabila halal dan haram bercampur maka hukum

islam yang diambil adalah hukum haram” Jika dianalisis

secara spiritual maka didapat suatu kesimpulan bahwa

kaidah ini lebih dilatar belakangi adanya sikap kehatian

hatian terhadap hal - hal yang bersifat syubhat

(meragukan).Landasan Hadist kaidah fiqih tersebut adalah

hadist berikut:

artinya: “Halal itu jelas dan haram itu juga jelas, dan di antara

keduanya adalah perkara-perkara yang syubhat (tidak jelas)

yang tidak diketahui oleh banyak manusia. barang siapa yang

menjahui syubhat-syubhat, maka dia telah membebaskan

agama dan kehormatanya, dan barang siapa terjatuh dalam

syubhat-syubhat, maka dia terjatuh dalam perkara haram,

seperti penggembala yang menggembala di sekitar batas yang

hampir terjatuh didalamnya, ketahuilah sesungguhnya setiap

milik ada batasnya, dan ketahuilah sesungguhnya batas Allah

adalah perkara-perkara haram NYA (riwayat Imam Muslim).

84 Hendra Pertaminawati

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 27: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Kemudian hadist ke 3329 yang diriwayatkan oleh Abu Daud �� ا���� ��ل ��� ا�����ن � ��� و� أ�� أ��ا ���ه ���ل ��� ر��ل � �� � � ��

� � � � � � � � ���� و�� ���ل إن ا��ل �� وإن ا��ام �� و����� أ��ر �����ت وأ���� ���ل � � � � � ����� و���ب �� �� ذ�� ��� إن � � � وإن � � �� ��م وإ�� �� �� ��

� � ���� ���� أن ��� ��ل ا�� ���� أن ����� وإ�� �� ���� ا�

Dari Sya'bi, ia berkata: Aku pernah mendengar Nu'man bin

Basyir —dan aku tidak mendengar dari orang lain setelah

itu—, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,

"Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas

dan antara keduanya adalah perkara-perkara yang tidak jelas

—atau terkadang di sebutkan: perkara yang tidak jelas—. Aku

akan memberikan perumpamaan kepada kalian,

sesungguhnya Allah telah menjaga salu daerah dan

penjagaan Allah adalah apa yang diharamkan. Dan

sesungguhnya orang yang menggembalakan (ternak) di

sekilar daerah itu dikhawatirkan akan terperosok ke daerah

itu. Dan sesungguhnya orang yang terperosok dalam syubhat 60

akan terperosok pada yang diharamkan. "

Dari kedua hadist tersebut di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa umat Islam dianjurkan untuk bersikap hati-hati

terhadap apapun yang meragukan dalam hal ini syubhat.

Untuk sesuatu yang ketentuan hukumnya sudah jatuh dalam

kategori ini, Agama menganjurkan berhati-hati, bahkan

meninggalkannya. Sebab mendekati sesuatu yang syubhat

dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam hukum haram . 61

Prof. H. A. Djazuli juga menjelaskan bahwa apabila ada dalil

atau bukti kenyataan yang bertentangan antara yang

mencegah dan mengharuskan pada waktu yang sama, maka

didahulukan yang mencegah. Hal ini dilakukan guna

mempertimbangkan dari sisi kehati-hatian menjaga diri dari

hal-hal yang tidak diinginkan.

60 Shahih: Muttafaq 'Alaih

61 Prof. H. A. Djazuli , Kaidah Kaidah Hukum Islam dan Menyelesaikan Masalah Yang Praktis .Jakarta: PT

Kencana.2010 h. 45

Fikih Kuliner 85

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 28: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

2. Sebab-sebab dan Alasan Pengharaman

Allah membolehkan kita mengkonsumsi makanan dan minuman

yang baik-baik (ath Thayyibat), serta mengharamkan yang buruk-buruk (al

Khaba'its) Allah SWT menggambarkan Rasulullah SWT dalam Firman Nya

Dan yang menghalakan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan 62

segala yang buruk bagi mereka

Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah 63

kebajikan, sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan

Istilah ath thayyibat adalah bentuk jamak dari thayyibah : dipakai

untuk menamai sesuatu yang dirasa enak dan tidak mengandung bahaya,

sebagaimana disandingkan untuk menyebut sesuatu yang bersih dan halal.

Asal kata thayyib bermakna sesuatu yang dirasakan enak oelh indera dan 64

jiwa.

Sedangkan Al Khaba'its adalah bentuk jamak dari khabits, yaitu

sesuatu yang tidak disukai karena hina, baik menurut indera maupun akal, 65

material maupun spiritual.

Faktor-faktor internal adalah semua karakteristik yang

meniscayakan sesuatu diharamkan. Sebagai contoh, karakter arak yang

menjadikan peminumnya hilang ingatan, bahkan merusak akal dan badan.

Begitu pula narkoba. Karakter bangkai yang mendatangkan penyakit dan

menjijikkan bagi yang mengkonsumsinya, atau karakter daging babi yang

mengandung penyakit atau karakter racun yang mematikan.

Sedangkan factor-faktor eksternal adalah karakter yang dinyatakan

batil oleh syariat, seperti marah, mencuri, berjudi dan karakter lain yang

berhubungan dengan akidah dan keimanan.

62 Surat Al A'araf : 157

63 Surat Al Mu'minun 51)

64 Abdul Wahab Abdussalam Thawilah,terj. Khalirurrahman Fath & Solihin, FIkih Kuliner,( Jakarta, Pustaka

Al Kautsar , 2012) h. 3165

Abdul Wahab Abdussalam Thawilah,terj. Khalirurrahman Fath & Solihin, FIkih Kuliner,( Jakarta, Pustaka

Al Kautsar , 2012) h.32

86 Hendra Pertaminawati

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 29: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

3. Faktor-faktor diharamkannya makanan dan minuman tertentu 66

diantaranya :

a. Membahayakan Tubuh

Diharamkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang cepat

atau lambat mengakibatkan kematian atau jatuh sakit, Allah

mengharamkan semua yang membahayakan tubuh, meskipun

suci, seperti makanan basi, daging bangkai, tanah dan lain

sebagainya. Firman Allah “Dan janganlah kamu jatuhkan (diri 67

sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri”.

b. Membahayakan Akal

Allah mengharamkan segala makanan dan minuman yang

membuat pengonsumsinya hilang atau hilang kesadaran, yang

melemahkan dan menonaktifkan badan, baik berupa tumbuh-

tumbuhan alami maupun buatan pabrik, baik sedikit maupun

banyak, baik kadarnya sampai memabukkan maupun tidak,

diantaranya : minuman keras dan sejenisnya, narkotika dan

sejenisnya, zat-zat adiktif

3. Bersifat Buas

Binatang buas yaitu setiap binatang yang menyerang, melukai,

dan biasanya memangsa. Factor ini meliputi semua binatang

yang memakan bangkai dan benda-benda najis lainnya seperti

harimau, macan, singa maupun bangsa burung yang memiliki

cakar kuat untuk memangsa seperti elang, rajawali. Dari Abu

Tsa'labah al Khusyani ia berkata “ Rasulullah SAW melarang kita 68

mengonsumsi binatang buas yang bertaring”

66 Abdul Wahab Abdussalam Thawilah,terj. Khalirurrahman Fath & Solihin, FIkih Kuliner,( Jakarta, Pustaka

Al Kautsar , 2012) h 33-3867

Al Baqarah : 19568

HR. Enam Perawi

Fikih Kuliner 87

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 30: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

4. Bersifat Najis

Mengkonsumsi barang najis (kotor) yang membuat orang jijik

diharamkan, yaitu bersifat naji 'ain (substansinya sendiri

tergolong najis) seperti babi, bangakai binatang darat yang jika

disembelih halal dimakan menjadi haram karena akibat mati

mendadak atau mati mendadak atau binatang yang disembelih

tidak sesuai tuntunan syariat

5. Bersifat Menjijikkan

Semua makanan yang suci dan tidak berbahaya boleh untuk

dikonsumsi kecuali yang menjijikkan. Yang termasuk kategori

menjijikan adalah semua yang tidak bisa diterima selera yang

sehat, ditolak oleh jiwa yang suci, contohnya aneka binatang

kecil, beragam ulat (seperti belatung dan lain lain)

C. Halal dan Haram dalam Hukum Kontemporer di Indonesia

Sertifikat Halal dari Badan POM dan LPPOM MUI

Halal dan haram tidak lepas dari sistem konsumen, dan di Indonesia

ada sebuah badan nasional yang mengurusi hal-hal terkait produksi demi

melindungi konsumen, Badan tersebut adalah Badan POM. Badan ini tidak

hanya mengurusi tentang makanan namun juga dalam hal obat dan

kosmetik. namun dalam tugasnya badan POM lebih banya mengatur dan

mengelurkan undang-undang tentang ambang batas pemakaian suatu zat.

Sedangkan mengenai kehalalan, badan POM berkerjasama dengan LP

POM MUI.

Pada prakteknya, produsen menengah besar yang berniat

mencantumkan label halal pada produknya (sebagai jaminan kehalalan

produk tersebut mendaftarkan produk yang bersangkutan ke Badan POM

(Pengawasan Obat dan Makanan). Badan POM bersama-sama dengan

Departemen Perdagangan dan LPPOM MUI kemudian melakukan

pemeriksaan terhadap produk yang didaftarkan yaitu secara desk

evaluation dan kunjungan ke pabrik. Dalam hal ini penilaian audit yang

dilakukan oleh LPPOM MUI adalah melakukan audit kehalalan bahan dan

proses produksi, dan Badan POM melakukan audit penerapan Cara

Produksi Makanan yang Baik (CPMB) mutu dan keamanan, sedangkan

Departemen Agama melakukan audit dalam hal pertanggungjawaban

halal dan layanan karyawan muslim.

88 Hendra Pertaminawati

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 31: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Hasil pemeriksaan kemudian dirapatkan di LPPOM MUI, jika tidak

ada masalah maka hasil pemeriksaan dibawa ke Komisi Fatwa MUI untuk

diperiksa kembali dan jika tidak ada masalah maka MUI akan

mengeluarkan sertifikat halal untuk produk yang didaftarkan tersebut.

Berdasarkan sertifikat halal inilah kemudian Badan POM akan

mengizinkan pencantuman label halal pada produk yang didaftarkan. LP

POM MUI mempunyai auditor-auditor dari berbagai disiplin ilmu

(biokimia, biologi, teknik pertanian, teknik industri, teknik pengolahan

pangan dan lain-lain) untuk melakukan audit yang hasilnya dibawa dan

diputuskan oleh sidang komisi fatwa MUI

D. Kesimpulan

a. Sebagai bagian dari ibadah dan kewajiban kita bersama, adalah

mewujudkan apa yang di perintahkan Allah SWT dalam diri,

keluarga dan masyarakat kita, termasuk dalam masalah halalan

toyyiban. Hukum-hukum yang dibuat oleh Syari' adalah untuk

kemaslahatan manusia itu sendiri, Allah menciptakan segalanya,

termasuk makanan dan minuman adalah untuk kelangsungan

hidup manusia agar baik dunia dan akhirat, namun dengan semakin

majunya teknologi dan semakin globalnya hubungan antar bangsa

menjadikan semakin mudahnya memperoleh makanan dan

minuman tanpa mengetahui proses, sehingga kehalalannya

dipertanyakan.

b. Dengan adanya kaidah-kaidah fikih sebagai panduan dalam

menentukan makanan yang halal dan haram, sehingga tidak

membahayakan tubuh, membahayakan akal, dan mendatangkan

mudharat bagi tubuh,

Fikih Kuliner 89

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 32: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’an

QS Al-Baqarah [2] : 29, , 195 168

QS Al-Maaidah [5] : 90

QS Al-An'aam [6] : 108

QS Al-Jatsiyah [45] : 13,

QS Luqman [31] : 20).

Q Al-A'raf,7; 157S 32-33,

QS,Al-Maidah ayat 87

QS Al Hajj [22] : 30

QS At Taubah [9] : 28

QS.Yunus: 59

QS Al Mu'minun 51

B. Hadits

HR Ibnu Majah, Ad-Daruquthni, dan lain-lain An-Nawawi, 2001

HR Ath-Thabrani dalam Al-Ausath, dan dipandang shahih oleh

AlHafidz Ibnu

Hajar Al-Asqalaniy

HR An-Nasa'i dengan sanad hasan, Sunan An-Nasa'i VIII

HR Bukhari dan Baihaqi, dan dishahihkan Ibnu Hibban

HR Abu Dawud

HR Muslim Al-Wahidi, Asbabun Nuzul, hamisy

C. Buku / Literatur Lain

Al-Ghazali, Imam Benang Tipis antara Halal dan Haram, Penerbit putra ,

Pelajar, Semarang al, 2002, h

Al-Baghdadi, Kitab Ad-Da'wah Al-Islamiyyah, 1986:Radd 'Ala

Dahlan, Abdul Aziz,. 2001. : PT Ichtiar Ensiklopedi Hukum Islam .Jakarta

Baru van Hoeve

Djakfar,Muhammad. Prof. Dr.H.S.H.,M.Ag,, (UIN Hukum Bisnis,

Malang Press, 2009)

Djazuli , Prof. H. A. Kaidah Kaidah Hukum Islam dan Menyelesaikan

Masalah Yang Praktis .Jakarta: PT Kencana.2010

effendi M.zein Prof.dr.H.Satria M.A,ushul fiqih,kencamna prenada

media group,Jakarta,2009,1997

90 Hendra Pertaminawati

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 33: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

Fudhailurrahman, Ringkasan Ihya' 'Ulumuddin karangan Imam Ghazali,

PT Sahara Intisains, 2010

Hamid Hakim, Abdul Mabadi` Awwaliyah,

I Taysir Wushul Ila Al-Ushul,bnu Khalil, Atha hal. 16; Abdul Hamid

Hakim, Mabadi` Awwaliyah

Imam Nawawi, Riyadus Shalihin Jilid I, . Pustaka Amani, JakartaTerj ,

1999

Imam As-Suyuthi dalam Al-Asybah wa an-Nazha`ir

M. Muhammad Ismail, Al-Fikr Al-Islami, 1958

Nailul Authar, V

Qardhawi, DR. Yusuf Halal dan Haram,( akarta abbani ress 2000, J R P

Sayyid Sabiq, , I/28; Setiawan Budi Utomo, Fikih Aktual, Fiqhu Sunnah

2003

Taqiyuddin An-Nabhani, Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah

Syarifudin, Prof.dr.H.Amir , ushul fiqih jilid 1,logos wacana

ilmu,ciputat 1997

Wahab Abdussalam Thawilah Abdul,terj. Khalirurrahman Fath &

Solihin, ,( Jakarta, Pustaka Al KautsarFIkih Kuliner

http://www.halalmui.or.id

)http://www.islamuda.com

http://pusathalal.com/…/kumpulan-kasus-produk-haram-di-

indo…(online)

http://www.pom.go.id/index.php/home/search/halal (online)

Keputusan Fatwa MUI September 1994 tentang keharaman

memanfaatkan babi dan seluruh unsur-unsurnya (Majelis Ulama

Indonesia, 2000

Fikih Kuliner 91

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017

Page 34: 4.1. DIRASAT 2017 Edisi I Hendra Pertaminawatistaiindo.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/4.1.-DIRASAT-2017-Edisi-I-Hendra...Dosen STAI Indonesia Abstract: Allah created everything in

92 Hendra Pertaminawati

DIRASAT. Vol. 12, No. 01 TAHUN 2017